Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

41
1 JARINGAN LOKAL AKSES FIBER DENGAN KONFIGURASI JARINGAN FIBER TO THE HOME ZULFADJRI BASRI HASANUDDIN*, RHIZA S. SADJAD ** & ZET YULIUS BAITANU *** * ) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar ** ) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar ***)Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa Cendana Kupang, E-Mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan memilih dan menempatkan perangkat untuk aplikasi Jaringan Lokal Akses Fiber dengan konfigurasi Fiber To The Home serta menganalisis parameter transmisi link power budget yang sesuai persyaratan teknis agar memenuhi standar kinerja SKSO link STO Kupang– Kampus C Undana, Penelitian ini dilaksanakan di Kampus C Universitas Nusa Cendana, BAPPEDA Propinsi NTT dan PT Telkom Kupang dengan metode studi kepustakaan dan eksperimental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Jaringan Lokal Akses Fiber dengan konfigurasi Fiber to The Home membutuhkan: 1 buah perangkat OLT, 4 buah perangkat ODN, 4 buah perangkat PS, 11 buah perangkat

Transcript of Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

Page 1: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

1

JARINGAN LOKAL AKSES FIBERDENGAN KONFIGURASI JARINGAN FIBER TO THE HOME

ZULFADJRI BASRI HASANUDDIN*, RHIZA S. SADJAD** & ZET YULIUS BAITANU***

*)Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar**) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar ***)Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Nusa Cendana Kupang, E-Mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan memilih dan menempatkan perangkat untuk

aplikasi Jaringan Lokal Akses Fiber dengan konfigurasi Fiber To The Home serta

menganalisis parameter transmisi link power budget yang sesuai persyaratan

teknis agar memenuhi standar kinerja SKSO link STO Kupang– Kampus C

Undana,

Penelitian ini dilaksanakan di Kampus C Universitas Nusa Cendana,

BAPPEDA Propinsi NTT dan PT Telkom Kupang dengan metode studi

kepustakaan dan eksperimental.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Jaringan Lokal Akses Fiber

dengan konfigurasi Fiber to The Home membutuhkan: 1 buah perangkat OLT, 4

buah perangkat ODN, 4 buah perangkat PS, 11 buah perangkat ONU yang

diterminasikan dengan kabel serat optik tanam langsung jenis single mode step

index melewati alternatif Rute I yaitu: dari STO Kupang Centrum melewati Jln.

Palapa (selatan) Jln. W. J. Lalamentik–Jln. Raya Eltari II (timur)–Jln. Raya Eltari

III (timur) dan Jln. Adisucipto (utara) hingga masuk ke Kawasan Kampus C

Undana. Hasil Analisis link power budget sesuai standar yakni rata-rata sebesar

26.04dB (BER=1.77 × 10-14).

Kata Kunci: Jaringan, Konfigurasi, Parameter

Page 2: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

2

LOCAL OPTICAL ACCESS NETWORKWITH FIBER TO THE HOME NETWORK CONFIGURATION

ZULFADJRI BASRI HASANUDDIN*, RHIZA S. SADJAD** & ZET YULIUS BAITANU***

*) Department of Electrical Engineering, Hasanuddin University Makassar**) Department of Electrical Engineering, Hasanuddin University Makassar

***) Department of Electrical Engineering, Nusa Cendana University KupangE-Mail: [email protected]

ABSTARCT

This research aim to choose and locates peripheral for the application of

Jaringan Lokal Akses Fiber with Fiber To The Home configuration and analyses

transmission parameter link power budget appropriate technical clauses to fulfill

performance standard SKSO link STO KupangKampus C Undana,

This research executed in Kampus C Universitas Nusa Cendana,

BAPPEDA PROPINSI NTT and PT Telkom Kupang with literature study

method and eksperimental.

Result of research indicates that the application of Jaringan Lokal Akses

Fiber with configuration Fiber to The Home requires: 1 fruit of peripheral OLT, 4

fruit of peripheral ODN, 4 fruit of peripheral PS, 11 fruit of peripheral ONU

termination with fiber-optic cable to plant type direct burried single mode step

index pass alternative of Rute I that is: from STO Kupang Centrum pass Jln.

Palapa ( south) Jln. W. J. Lalamentik-Jln. Great of Eltari II ( timur)-Jln. Great of

Eltari III ( east) and Jln. Adisucipto ( north) so steps into Kawasan Kampus C

Undana. Result Of Analysis link power budget according to standard namely

average of equal to 2604dB ( HAVING BER=177 × 10-14).

Key Words: Network, Konfiguration, Parameter

Page 3: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kampus C Universitas Nusa

Cendana (Undana) Kupang

merupakan pusat semua kegiatan

akademik (kampus pusat untuk

Kampus A dan B) dimana berkumpul

semua fakultas dan lembaga untuk

menjalankan Tri Dharma Perguruan

Tinggi. Kampus C Undana dalam

operasionalnya membutuhkan sarana

telekomunikasi untuk mengakses

data, suara dan video dengan

kecepatan akses yang tinggi, aman

dan handal dengan memanfaatkan

saluran telepon sebanyak ± 48 satuan

sambungan.

Kantor Daerah

Telekomunikasi (Kandatel) Kupang

yang selama ini mendominasi sistem

telekomunikasi berupaya memenuhi

kebutuhan pelanggannya akan

sambungan telepon dengan

menggelar Jaringan Lokal Akses

Tembaga (JARLOKAT) yakni

menggunakan media transmisi fisik

berupa kabel tembaga dan Jaringan

Lokal Akses Radio (JARLOKAR)

yakni menggunakan media transmisi

non-fisik berupa udara. Akan tetapi,

ternyata tidak mampu memenuhi

kebutuhan pelanggan, baik dari segi

kuantitas (permintaan pelanggan),

kualitas (redaman cukup besar) dan

kecepatan data yang rendah. Hal ini

dapat diatasi dengan mencoba

mengaplikasikan/menggelar lagi

Jaringan Lokal Akses Fiber

(JARLOKAF) yang adalah suatu

jaringan telepon lokal yang

menggunakan media transmisi fisik

berupa kabel serat optik (optical

fiber). Konfigurasi jaringan Fiber To

The Home (FTTH) merupakan

aplikasi JARLOKAF yang mana

ditempatkan Titik Konversi Optik

(TKO) tepat di rumah pelanggan (end

user).

Berdasarkan uraian pada latar

belakang di atas, maka penulis

tertarik untuk mengambil judul:

“JARINGAN LOKAL AKSES

FIBER DENGAN KONFIGURASI

JARINGAN FIBER TO THE

HOME”

Rumusan Masalah

Bagaimana memilih dan

menempatkan perangkat untuk

aplikasi Jaringan Lokal Akses Fiber

dengan konfigurasi Fiber To The

Home serta menganalisis parameter

Page 4: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

Sumber Cahaya

Serat optik sebagai medium

Detektor Cahaya

Rangkaian ouput

Penggerak/driver

Sinyal input elektris

Sinyal output elektris

4

transmisi link power budget yang

sesuai persyaratan teknis agar

memenuhi standar kinerja SKSO link

STO Kupang– Kampus C Undana,

Tujuan Penelitian

Untuk memilih dan

menempatkan perangkat untuk

aplikasi Jaringan Lokal Akses Fiber

dengan konfigurasi Fiber To The

Home serta menganalisis parameter

transmisi link power budget yang

sesuai persyaratan teknis agar

memenuhi standar kinerja SKSO link

STO Kupang– Kampus C Undana.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai acuan untuk aplikasi

perencanaan Jaringan Lokal

Akses Fiber dengan konfigurasi

Jaringan Fiber To The Home

sehingga diperoleh kualitas sinyal

yang baik untuk Link STO

Kupang – Kampus C Undana

selanjutnya.

2. Memberikan kontribusi bagi

pihak yang berkecimpung dalam

bidang informatika dan

komunikasi untuk dapat melihat

simulasi perilaku parameter yang

memengaruhi analisis performansi

link power budget Sistem

Komunikasi Serat Optik.

Batasan Masalah

Desain ini dititikberatkan pada

kajian teknis dari Jaringan Lokal

Akses Fiber yang berintegrasi dengan

kabel tembaga (hybrid fiber-copper)

khusus untuk layanan interaktif.

TINJAUAN PUSTAKA

Dasar Sistem Komunikasi Serat

Optik (SKSO)

Sistem komunikasi serat optik

adalah suatu sistem komunikasi yang

dalam pengiriman dan penerimaan

sinyal menggunakan sumber optik

dan detektor optik dengan panjang

gelombang sinar inframerah antara

850nm – 1550nm (frekuensi 0,035

THz – 0,019 THz) yang dilakukan

pada media transmisi serat optik.

Diagram kotak suatu sistem

komunikasi serat optik terlihat pada

gambar berikut:

Page 5: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

5

Gambar 2.1 Link sistem komunikasi serat optik

Pada komunikasi serat optik,

sinyal yang digunakan dalam bentuk

sinyal digital. Sedangkan penyaluran

sinyal melalui serat optik dalam

bentuk pulsa cahaya. Pulsa cahaya

didapat dari memodulasi sinyal

informasi dalam bentuk digital dalam

suatu komponen sumber cahaya,

proses ini terjadi pada arah kirim.

Sedangkan pada arah terima melalui

detektor cahaya, pulsa cahaya diubah

kembali dalam bentuk sinyal digital

(Simanjuntak, 2002: 164-165).

Desain Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) dengan Teknologi Passive Optical Network (PON) Konfigurasi Jaringan Fiber to The Home (FTTH)

Jaringan Lokal Akses

Fiber (Jarlokaf) adalah

jaringan yang menggunakan

kabel serat optic untuk

menghubungkan antara sentral

local dengan terminal

pelanggan. Teknologi pada

Jarlokaf yang sudah

berkembang dengan baik

antara lain: DLC (Digital

Lopp Carrier), PON (Passive

Optical Network), AON

(Active Optical Network) dan

HFC (Hybrid Fiber Coax)

(http://www.elektroindonesia.com/elektro/tel25.html).

Teknologi PON

mempunyai keunggulan utama

karena menggunakan passive

spliter. Melalui passive spliter

ini, maka kabel serat optic

dapat dipecah (di-split)

menjadi beberapa kabel optik

lagi. Beberapa teknologi

JARLOKAF (fiber-copper)

yang sedang berkembang dan

diurut berdasarkan jumlah

implementasi terbanyak

ditunjukkan pada tabel

berikut.

Tabel 2.1 Jenis Teknologi Jarlokaf

No. Jenis Teknologi Konfigurasi Dasar Keterangan

(1) (2) (3) (4)

1 DLC (Digital Loop Carrier) Konvensional

Point to point Telah banyak digunakan di dunia

2 DLC Generasi baru (NG DLC) atau Flexible Multiplexer

Point to point Relatif baru dan belum banyak digunakan

3 PON (Passive Optical Network)

Point to multipoint

Percabangan sinyal optik

Mulai dioperasikan secara komersil pada tahun 1994

Page 6: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

1: n

Splitter

Subscriber

6

pasif4 AON (Active

Optical Network)

Point to multipoint melalui percabangan sinyal optik pasif

Dalam tahap pengembangan dan belum banyak digunakan.

Sumber: http://www.elektroindonesia.com/elektro/tel25.html.

1. Teknologi Passive/Active Optical Network (PON/AON) Desain Jaringan Lokal Akses Fiber dengan Teknologi Passive Optical Network (PON) secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.7 Konfigurasi umum untuk Komponen PON

Dalam PON atau AON

terdapat tiga komponen utama yaitu

Optical Line Terminal (OLT), Optical

Distribution Network (ODN) dan

Optical Network Unit (ONU). OLT

berfungsi untuk: Interfacing dengan

sentral local, Multiplexing

/Demultiplexing, Cross-connect &

Controller dan Interfacing dengan

ODN. Dalam sebuah OLT bisa terdiri

atas beberapa ODN yang berfungsi

untuk transport dan distribusi data

dari OLT ke ONU. Komponen

pendukung lainnya adalah

Passive/Active Splitter (PS/AS) yang

berfungsi untuk mendistribusikan

Page 7: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

7

daya optik ke semua cabang.

Sedangkan komponen utama ONU

berfungsi untuk: Interfacing dengan

ODN, Multiplexing/Demultiplexing

dan Interfacing dengan terminal

pelanggan.

Lokasi perangkat opto

elektronik di sisi pelanggan

selanjutnya disebut Titik Konversi

Optik (TKO).. Jarlokaf dengan

Konfigurasi FTTH adalah

menempatkan TKO di rumah

pelanggan atau dapat dianalogikan

sebagai pengganti Terminal Blok

(TB) pada JARLOKAT. Berikut ini

adalah salah satu contoh desain

Jarlokaf dengan Arsitektur FTTH jika

menggunakan teknologi PON

(Passive Optical Network).

Keterangan: : Kabel serat optik

LE : Local Exchange (Sentral Lokal)OLT : Optical Line TerminalPS : Pasive Spliter (Pemecah Pasif)ONU : Optical Network Unit

Gambar 2.11 Modus Aplikasi Fiber To The Home (FTTH)

Parameter Transmisi SKSO (Link Budget Power)

Kinerja jaringan SKSO

ditentukan oleh parameter

transmisi jaringan seperti:

daya sinyal yang diterima

(Pr), kualitas transmisi (S/N)

dan laju kesalahan bit (BER).

1. Daya sinyal yang diterima (Pr)

Perhitungan daya

sinyal yang diterima di

penerima dapat ditunjukan

dalam persamaan berikut

(Zanger, 1991):

Pr=Pt−Lctotal−Lstotal−Lf total−M …..

(2.14)

Dimana,

Pr = daya sinyal yang diterima (dBm)

Pt = daya optis yang dipancarkan dari

sumber cahaya (dBm)

Lctotal = rugi yang terjadi pada

konektor (dB), dapat dirumuskan:

Lc total=Nc × Lc…….(2.15)

Lstotal = rugi yang terjadi pada

splice/sambungan permanen (dB),

dapat dirumuskan:

Lstotal=Ns× Ls……….(2.16)

Page 8: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

8

Lftotal = rugi yang terjadi pada serat

optic (dB), dapat dirumuskan:

Lf total=L ×α…………(2.17)

Dimana,

L = Panjang saluran (Km)

α = Redaman kabel serat optik

(dB/Km)

M = Loss margin sistem diambil

harga 6 dB

2. Kualitas Transmisi (S/N)

Dalam menentukan

kualitas transmisi digunakan

parameter signal to noise ratio

(S/N) atau Bit Error Rate

(BER). S/N merupakan

perbandingan antara daya

sinyal tehadap daya noise

pada satu titik yang sama,

dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Signal−¿−Noise Ratio( SN )= Signal Power

Shot noise power+amplifier noise po wer

…….…(2.18)

Perhitungan daya

sinyal (signal power) dan daya

noise (noise power) adalah

sebagai berikut:

a. Daya Sinyal (Signal power)

Daya sinyal

merupakan kuat daya sinyal

yang diterima pada receiver.

Besar daya sinyal di penerima

ditujukan dengan persamaan

berikut (Freeman, 1998):

Signal Power=2 (Popt ( nqhv ))

2

M 2

…….(2.19)

Dimana,

Popt = daya sinyal yang diterima

detector (W)

(ηq)/(hv)=R = responsivitas (A/W)

η = efisiensi quantum (%)

h = konstanta Plank (6,626.10-34Js)

hv = energi photon (kWh)

q = 1,6.10-19C

M= tambahan daya sinyal

padadetector cahaya (apabila

yang digunakan adalah APD).

b. Derau (noise)

Derau adalah sinya-

sinyal yang tidak diinginkan

yang selalu ada dalam suatu

system transmisi. Level noise

yang cukup besar akan terasa

menggangu pada sisi

penerima. Sumbangan daya

noise di detector cahaya

(receiver) pada system

Page 9: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

9

komunikasi serat optic ada 3

macam yaitu: thermal noise,

noise dark current dan shot

noise (Zanger, 1991).

1) Arus gelap (dark current)

Arus gelap yaitu arus balik

(reverse current) kecil yang mengalir

melalui persikap balik (reverse bias

diode) (Widodo, 1995: 87). Arus

gelap ini terjadi pada setiap diode

yang dikenal dengan arus bocor balik

(reverse leakge current). Sumbangan

arus gelap terhadap daya noise

dirumuskan sebagai berikut:

Noise dark current=2 qiD B..

(2.20)

Dimana,

Q = muatan elektron (1,6 × 10-19 C)

iD = arus gelap (A)

B = bandwidth detektor cahaya (Hz)

2) Derau termal (Thermal Noise)

Derau termal adalah arus yang

berasal dari struktur gerak acak

elektron bebas pada komponen-

komponen elektronik. Biasanya level

noise ini sebanding dengan

temperatur pada sistem komunikasi

serat optik. Besar daya noise terminal

dirumuskan sebagai berikut:

Thermal No ise=4 kT eff B

R1…(2.21)

Dimana,

k = konstanta Boltzman (1,38 × 10-23

Joule/oK)

B = bandwidth (Hz)

Teff = effective noise temperatur (oK)

R1 = equivalent resistance (Ω)

3) Derau tembakan/tumbukan (Shot Noise)

Derau tembakan terjadi karena

adanya ketidaklinearan pada sistem.

Sumbangan shot noise pada total

noise sistem komunikasi serat optik

dirumuskan sebagai berikut

(Freeman, 1998):

Shot Noise=2 q(2 Poptnqhv )BM2 F ( M )

……(2.22)

Dimana,

Popt = daya sinyal yang diterima di

detektor (W)

(q)/(hv) = R = responsivitas (A/W)

M = tambahan daya sinyal pada

detektor cahaya (apabila yang

digunakan adalah APD)

F(M) = noise figure, menunjukkan

kabaikan penguat dalam

memproses sinyal. Pada

sistem komunikasi serat optik,

F(M) = M× dimana × adalah exces

faktor dari gain (0 × 1)

Jadi,

Page 10: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

10

Total Noise = Noise dark

current + thermal noise +

shot noise.....(2.23)

3. Laju Kesalahan Bit / BER (Bit Error Rate)Merupakan laju kesalahan bit

yang terjadi dalam mentransmisikan

sinyal digital. Dimana BER dapat

dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

(S/N) pk/rms = 20 Log 2Q….(2.24)

(Hoss, 2000 & Keiser, 2000).

Sehingga diperoleh nilai

pendekatan:

BER=Pe (Q )= 1√2 π

.e

−Q2

2

Q…………. (2 .25 )

Dimana, Q = Quantum noise dan Pe

= Probability Error

Makin tinggi S/N,

makin baik mutu

komunikasinya. Oleh karena

itu, ada suatu batasan

minimum dari S/N dalam

hubungan telekomunikasi

untuk dapat memuaskan

konsumen pemakai jasa

telekomunikasi. Standar S/N

untuk Sistem Komunikasi

Serat Optik adalah 21,5 dB

(BER = 10-19) (Freeman:

1998).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah

dilaksanakan di PT Telkom Kupang,

Kampus C Universitas Nusa Cendana

dan BAPPEDA Propinsi NTT

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian

dalam Kajian Perencanaan

Jaringan Lokal Akses Fiber

dapat dilihat pada diagram alir

berikut ini:

Gambar 3.1 Diagram alir urutan kegiatan kajian perencanaan Jaringan Lokal Akses Fiber

Page 11: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

11

Diagram di atas menunjukkan

bahwa terdapat langkah-langkah

penting yang dilakukan dalam kajian

perencanaan ini, yaitu:

1. Survey demand, pendataan dan

verifikasi perlukan dalam rangka

menghitung kapasitas dan jenis

sarana/layanan telekomunikasi

yang dibutuhkan. Dilanjutkan

dengan Identifikasi calon

pelanggan dilakukan untuk

perhitungan demand telepon dan

demand service yang lain

dilakukan untuk memudahkan

penentuan rute yang berkaitan

dengan perencanaan kabel primer

dan sekunder serat optik.

2. Penentuan jenis teknologi

Jaringan Lokal Akses Fiber

berbasis Arsitektur Jaringan Fiber

To The Home yang terdiri atas:

Tekonologi Digital Loop Carrier

(DLC) dan Passive Optical

Network (PON) dilanjutkan

dengan penentuan batas daerah

layanan perangkat penerima di

lokasi penelitian yaitu: perangkat

Remote Terminal (untuk DLC),

Perangkat ONU (untuk PON).

3. Pemilihan perangkat utama

dengan spesifikasi yang cocok

untuk Jaringan Lokal Akses Fiber

berbasis Arsitektur Jaringan Fiber

To The Home.

4. Langkah terakhir adalah analisis

performansi parameter link power

budget untuk mengetahui

terpenuhi atau tidaknya kinerja

Sistem Komunikasi Serat Optik.

Performansi Jaringan

Lokal Akses Fiber perlu

dianalisis untuk mengetahui

kinerja Jaringan Lokal Akses

Fiber mulai dari perangkat

OLT (titik pengirim Tx)

sampai perangkat ONU (titik

penerima Tr), untuk itu perlu

diketahui parameter-parameter

performansi Desain Jaringan

Lokal Akses Fiber yang

digunakan yaitu: Lf (Loss

fiber), Ls (Loss

splice/sambungan permanen),

Lc (Loss konektor), Lsp (Loss

splitter pada Teknologi PON),

Pr (daya sinyal yang

diterima), M (Loss margin), L

(jarak transmisi) dan S/N .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 12: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

12

Desain Jaringan Lokal Akses Fiber dengan konfigurasi Jaringan Fiber To The Home

Desain Jaringan Lokal Akses

Fiber dengan konfigurasi Jaringan

Fiber To The Home (FTTH) aplikasi

jenis Teknologi Passive Optical

Network (PON) secara umum adalah

mencakup: pemilihan dan

pemasangan perangkat: Optical

Network Unit (ONU), Optical line

Terminal (OLT), Optical Distribution

Network (ODN), Passive Splitter (PS)

dan serta pemilihan dan pemasangan

media/saluran berupa kabel serat

optik (optical fiber).

1. Pemilihan dan Pemasangan Perangkat Optical Network

UnitSpesifikasi perangkat

ONU dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.3 Spesifikasi tipe Perangkat ONU

Type ONU

Jlh. Line card

Badwidth capacity (maks.)

(1) (2) (3)IIIIIIIVV

1 slots4 slots8 slots16 slots32 slots

4 × 64 Kbps12 atau 16 × 64 Kbps30 × 64 Kbps60 × 64 Kbps120 × 64 Kbps

Dalam implementasi pada Jaringan

Lokal Akses Fiber diperoleh

kesetaraan layanan sebagai berikut:

1 layanan telepon (POTS) = 64

Kbps

1 layanan ISDN BRA = 2 × 64 Kbps

1 layanan 2 M = 30 ×

64 Kbps

Sedangkan jumlah

sirkit dalam tiap card ONU

adalah:

a) POTS = 4 circuit/card

b) ISDN BRA = 2 circuit/card

c) ISDN PRA = 1 circuit/card

d) 2 Mbit LL = 1 circuit/card

e) 64 Kbit LL = 2 circuit/card

Hasil perhitungan bit

rate total untuk setiap

kebutuhan catuan dari

kesebelas perangkat ONU di

Kawasan Kampus C Undana

dapat dilihat pada tabel 4.4

berikut ini. Perhitungan bit

rate total pada tabel 4.4 dapat

diketahui bahwa untuk

melayani sebanyak 130 satuan

sambungan telepon, 130 kanal

data dan 1 kanal V-con, maka

bit rate total yang dibutuhkan

adalah minimal 12 × 64 kbps

dan maksimal 72 × 64 kbps.

Page 13: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

13

Untuk itu dalam desain ini,

tipe perangkat ONU yang

dipilih untuk digunakan

seperti rincian berikut ini:

Perangkat ONU Tipe 2 digunakan untuk mencatu perangkat ONU 08;

Perangkat ONU Tipe 3 digunakan untuk mencatu perangkat ONU 01, 02, 03, 04, 05 dan 07;

Perangkat ONU Tipe 4 digunakan untuk mencatu perangkat ONU 06; dan

Perangkat ONU Tipe 5 digunakan untuk mencatu perangkat ONU 09, 10 dan 11.

Tabel 4.4 Perhitungan bit rate total dan Pemilihan tipe Perangkat ONU

ONU Layanan Jlh.Kebutuhan card

service unit Bit rate total setiap layanan Total bit rate

Jumlah card/ Tipe

ONU(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)01 Telepon

Data 88

24

8 × 64 kbps8 × (2 × 64 kbps)

24 × 64 kbps 6 card/Tipe 3

02 TeleponData V-Con

551

231

5 × 64 kbps5 × (2 × 64 kbps)

1 × (30 × 64 kbps)

45 × 64 kbps 6 card/Tipe 3

03 TeleponData

66

23

6 × 64 kbps6 × (2 × 64 kbps)

18 × 64 kbps 5 card/Tipe 3

04 TeleponData

66

23

6 × 64 kbps6 × (2 × 64 kbps)

18 × 64 kbps 5 card/Tipe 3

05 TeleponData

66

23

6 × 64 kbps6 × (2 × 64 kbps)

18 × 64 kbps 5 card/Tipe 3

06 TeleponData

1919

510

19 × 64 kbps19 × (2 × 64 kbps)

57 × 64 kbps 15 card/Tipe 4

07 TeleponData

99

35

9 × 64 kbps9 × (2 × 64 kbps)

27 × 64 kbps 8 card/Tipe 3

08 TeleponData

44

22

4 × 64 kbps4 × (2 × 64 kbps)

12 × 64 kbps 4 card/Tipe 2

09 TeleponData

2424

612

24 × 64 kbps24 × (2 × 64 kbps)

72 × 64 kbps 18 card/Tipe 5

10 TeleponData

2121

611

21 × 64 kbps21 × (2 × 64 kbps)

63 × 64 kbps 17 card/Tipe 5

11 TeleponData

2222

611

22 × 64 kbps22 × (2 × 64 kbps)

66 × 64 kbps 17 card/Tipe 5

JLHTeleponData V-Con

130130

1

130 × 64 kbps130 × (2 × 64 kbps)1 × (30 × 64 kbps)

420 × 64 kbps

TOTAL8320 kbps = 8,32 Mbps

16640 kbps = 16,64 Mbps1920 kbps = 1,92 Mbps

26880 kbps = 26,88 Mbps

Sumber: Hasil perhitungan Penulis, 2009Aturan penulisan nama

perangkat sebagai berikut: “NAMA

PERANGKAT<space>NOMOR

URUT PERANGKAT<space>TIPE

PERANGKAT<space>(KAPASITAS

BIT RATE TOTAL

TERSAMBUNG)”. Oleh karena itu

nama-nama ke-11 buah Perangkat

ONU berturut-turut adalah:

ONU 01 III (24); ONU 02 IV

(45); ONU 03 III (18); ONU 04 III

(18); ONU 05 III (18); ONU 06 IV

(57); ONU 07 III (27); ONU 08 II

(12); ONU 09 V (72); ONU 10 V

(63); dan ONU 11 V (66)

2. Pemilihan dan Pemasangan Perangkat Optical Line

Terminal (OLT) dan Optical Distribution Network (ODN)

Page 14: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

14

Sesuai dengan jumlah demand

yaitu sebanyak 130 satuan sambungan

telepon, 130 satuan sambungan data

transfer dan 1 satuan sambungan V-

Con, maka bisa digunakan OLT type

berapa saja. Oleh karena itu, dalam

desain ini penulis memilih dan

menggunakan perangkat OLT

minimal type 800 dengan nama: OLT

01 II (420) untuk persiapan

pertambahan jumlah demand pada

masa yang akan datang.

Perangkat ODN type 400

dipilih dan digunakan sesuai

kebutuhan desain saat ini. Jumlah

kebutuhan ODN untuk masa yang

akan datang ditentukan dengan

persamaan (4.1) yaitu OLT type 800,

maka jumlah ODN dapat ditambah

lagi sebanyak satu buah atau dapat

juga dikombinasikan dengan ODN

type lain sesuai kebutuhan yaitu dan

ODN type 200.

3. Pemilihan dan Pemasangan Perangkat Passive Splitter

(PS)Untuk mencatu sebanyak 11

buah perangkat ONU maka

dibutuhkan sebanyak empat buah

perangkat ODN yaitu: ODN 100

sebanyak dua buah, ODN 200 dan

ODN 400 masing-masing sebanyak

satu buah. Rincian layanan masing-

masing ODN dan penentuan ratio

perangkat PS yang digunakan untuk

mencatu sebanyak 11 Perangkat ONU

adalah seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Tipe dan Catuan Perangkat ODN serta Ratio PS

Tipe ODN Ratio PS Batas Catuan(1) (2) (3)ODN1 I (69)ODN2 I (54)ODN3 II (96)ODN4 III (201)

PS1 I (1:2)PS2 II (1:4)PS3 II (1:4)PS4 II (1:4)

ONU 01 III (24) dan ONU 02 IV (45)ONU 03 III (18), ONU 04 III (18) dan ONU 05 III (18)ONU 06 IV (57), ONU 07 III (27) dan ONU 08 II (12)ONU 09 V (72), ONU 10 V (63) dan ONU 11 V (66)

Sumber: Hasil Apilkasi Penulis, 2009

Penempatan keempat

Perangkat PS dalam desain ini

adalah di sisi pelanggan

dengan mempertimbangkan

bahwa kabel serat optik hasil

percabangan dapat ditarik

menuju perangkat ONU

dengan rute yang lurus.

Konfigurasi lengkap desain

Jaringan Lokal Akses Fiber

dengan Teknologi PON

berbasis Arsitektur Jaringan

Fiber To The Home (FTTH)

dapat dilihat pada gambar 4.1.

Page 15: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

15

Gambar 4.1 Konfigurasi lengkap Jarlokaf Teknologi PON

4. Rute, Pemilihan dan Pemasangan Kabel Serat OptikMemerhatikan syarat

pemilihan rute kabel serat optik serta

data sekunder berupa: Peta Ruas Jalan

Kota Kupang dengan Skala 1:30,026,

maka terdapat dua buah rute alternatif

yang berujung pada sebuah rute

utama bisa dipilih untuk instalasi

kabel serat optik sebagai sarana untuk

menghubungkan perangkat OLT/ODN

dengan perangkat ONU dalam desain

Jaringan Lokal Akses Fiber Link STO

Kupang – Kampus C Undana.

Alternatif Rute I adalah dari

STO Kupang melewati: Jl. Palapa

(utara) – Jl. W. J. Lalamentik

(tenggara), sedangkan alternatif Rute

II adalah melewati: Jl. Palapa

(selatan) – Jl. Herewila (timur) – Jl.

R. Soeprapto (selatan) – Jl. Raya

Eltari (timur). Kedua alternatif rute

ini kemudian berujung pada sebuah

rute utama yaitu melewati: Jl. Raya

Page 16: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

16

Eltari II (timur) – Jl. Raya Eltari III

(timur) – Jl. Adisucipto (utara) dan

akhirnya masuk ke Kawasan Kampus

C Undana.

Sedangkan rekapitulasi hasil

perhitungan jarak terukur kedua buah

rute serta pengamatan terhadap

kondisi rute seperti disajikan dalam

tabel 4.7.

Hasil pengukuran ini

menunjukkan Rute I adalah

merupakan rute yang lebih pendek.

Namun, kedua buah rute ini yaitu:

Rute I dan Rute II akan dipakai

sebagai acuan untuk kebutuhan

analisis selanjutnya.

Page 17: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

17

Tabel 4.7 Rekapitulasi jarak terukur dua rute alternatif kabel serat optik dari Perangkat OLT di sisi sentral ke Perangkat Optical network Unit di Kawasan Kampus C Undana

RU

TE

LOKASI / JALURJarak

terukur (Km)

KONDISI

(1) (2) (3) (4)I 1. Dari STO Kupang Centrum sejauh 101.606 m;

2. Jl. Palapa (ke arah utara) sejauh 131.242 m;3. Jl. Palapa ke Jl. W. J Lalamentik sejauh 16.9344 m4. Jl. W. J. Lalamentik (ke arah tenggara) sejauh 1.27 Km;5. Jl. Raya Eltari II (ke arah timur) sejauh 3.92 Km;6. Jl. Raya Eltari III (ke arah timur) sejauh 2.66 Km;7. Jl. Adisucipto (ke arah utara) sejauh 351.389 m8. Masuk Ke Kawasan Kampus Utama Undana Penfui sampai Ke

titik percabangan I kabel primer sejauh 232.848 m; dan9. Ke Perangkat PS1 I (1:2):

Total dari STO Kupang sampai ONU 01 III (24)Total dari STO Kupang sampai ONU 02 IV (45)Ke Perangkat PS2 II (1:4):Total dari STO Kupang sampai ONU 03 III (18)Total dari STO Kupang sampai ONU 04 III (18)Total dari STO Kupang sampai ONU 05 III (18)Ke Perangkat PS3 II (1;4):Total dari STO Kupang sampai ONU 06 III (57)Total dari STO Kupang sampai ONU 07 III (27)Total dari STO Kupang sampai ONU 08 III (12)Ke Perangkat PS4 II (1:4): Total dari STO Kupang sampai ONU 09 III (72)Total dari STO Kupang sampai ONU 10 III (63)Total dari STO Kupang sampai ONU 11 III (66)

9.779.83

10.7010.6210.74

9.649.639.77

8.968.999.01

Jarak menengah, tanah keras mengadung karang/cadas, rute tidak lurus (ada yang menikung), menyeberang jembatan sepanjang 150 m dan tektur tanah:1) Tanjakan, tepatnya di Jln.

W. J. Lalamentik.2) Turunan, tepatnya di Jln.

Raya Eltari II.3) Turunan, tepatnya di Jln.

Adisucipto) dan4) Tanjakan pada rute

menuju PS3 dan PS4.5) Turunan pada rute

menuju PS2.

II 1. Dari STO Kupang Centrum sejauh 101.606 m;2. Jl. Palapa (ke arah selatan) sejauh 491.097 m;3. Jl. Herewila (ke arah timur) sejauh 84.672 m;4. Jl. R. Soeprapto (ke arah selatan) sejauh 330.221 m;5. Jl. Raya Eltari (ke arah timur) sejauh 834.019 m;6. Jl. Raya Eltari II (Arah Timur) Sejauh 3.92 Km;7. Jl. Raya Eltari III (ke arah timur) sejauh 2.66 Km;8. Jl. Adisucipto (ke arah utara) sejauh 351.389 m9. Masuk Ke Kawasan Kampus Utama Undana Penfui sampai Ke

titik percabangan I kabel primer sejauh 232.848 m;10. Ke Perangkat PS1 I (1:2):

Total dari STO Kupang sampai ONU 01 III (24)Total dari STO Kupang sampai ONU 02 IV (45)Ke Perangkat PS2 II (1:4):Total dari STO Kupang sampai ONU 03 III (18)Total dari STO Kupang sampai ONU 04 III (18)Total dari STO Kupang sampai ONU 05 III (18)Ke Perangkat PS3 II (1;4):Total dari STO Kupang sampai ONU 06 III (57)Total dari STO Kupang sampai ONU 07 III (27)Total dari STO Kupang sampai ONU 08 III (12)Ke Perangkat PS4 II (1:4):Total dari STO Kupang sampai ONU 09 III (72)Total dari STO Kupang sampai ONU 10 III (63)Total dari STO Kupang sampai ONU 11 III (66)

10.089.95

11.0210.9411.05

9.969.95

10.08

9.289.319.33

Jarak jauh, tanah keras mengadung karang/cadas, rute tidak lurus, menyeberang jembatan sepanjang 150 m dan tekstur tanah:1) Turunan, tepatnya di Jln.

Raya Eltari II).2) Turunan, tepatnya di Jln.

Adisucipto) dan3) Tanjakan pada rute

menuju PS3 dan PS4.4) Turunan pada rute

menuju PS2.

Sumber: Hasil Pengukuran Penulis, 2009

Faktor lain yang perlu

diperhatikan adalah rincian panjang

kabel serat optik yang dibutuhkan.

Berdasarkan data pada tabel 4.7 tadi,

maka dengan cara estimasi dapat

dihitung panjang kabel serat optik

yang dibutuhkan untuk masing-

masing cara instalasi. Panjang saluran

Page 18: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

18

(kabel serat optik) yang akan

digunakan bergantung kepada hasil

pemilihan rute dan cara instalasi kabel

serat optik yang akan digunakan baik

itu secara duct, tanam langsung atau

udara (aerial).

Rekapitulasi rincian peruntukkan

terminasi kabel serat optik Rute I dan

Rute II dapat dilihat pada Tabel

4.10(a), 4.10(b) dan 4.10(c) berikut.

Rekapitulasi menujukkan bahwa

ternyata cara instalasi tanam langsung

yang membutuhkan terminasi kabel

terpendek, menyusul cara instalasi

kabel duct serta cara instalasi kabel

udara adalah yang membutuhkan

terminasi kabel serat optik terpanjang.

Tabel 4.10(a) Rekapitulasi rincian peruntukkan terminasi kabel duct serat optik primer dan sekunderNo.

Jlh. Core

Panjang Kabel (m)

1 24 9,309.71

9,501.96

2 12 249.2

3 8 375.6

4 4 2,424.3 948.7 m kabel primer dari titik percabangan I ke PS11201.4 m kabel primer dari titik percabangan II ke PS2

253.7 m kabel primer dari titik percabangan II ke PS320.5 m kabel primer dari titik percabangan II ke PS4

2,446.9 242.1 m kabel sekunder dari PS1 ke ONU01101.1 m kabel sekunder dari PS1 ke ONU02377.5 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU03291.8 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU04418.1 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU05197.0 m kabel sekunder dari PS3 ke ONU06188.0 m kabel sekunder dari PS3 ke ONU07332.4 m kabel sekunder dari PS3 ke ONU08

74.5 m kabel sekunder dari PS4 ke ONU09101.1 m kabel sekunder dari PS4 ke ONU10123.4 m kabel sekunder dari PS4 ke ONU11

Sumber: Hasil perhitungan penulis, 2009

Kabel primer dari STO Kupang ke titik percabangan I kabel primer di Kawasan Kampus C Undana untuk Rute II

Kabel primer dari STO Kupang ke titik percabangan I kabel primer di Kawasan Kampus C Undana untuk Rute I

Kabel primer dari titik percabangan I ke titik percabangan II (untuk mencatu PS 2 sampai PS 4)

Kabel primer dari titik percabangan II ke titik percabangan III (untuk mencatu PS 2 dan PS 3).

Rincian Peruntukkan terminasi kabel duct serat optik

Page 19: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

19

Tabel 4.10(b) Rekapitulasi rincian peruntukkan terminasi kabel tanah tanam langsung serat optik primer dan sekunder

Tabel 4.10(c) Rekapitulasi rincian peruntukkan terminasi kabel udara serat optik primer dan sekunder

No.Jlh.

CorePanjang

Kabel (m)

1 24 9,341.81

9,681.55

2 12 250.1

3 8 376.9

4 4 2,433.2 952.2 m kabel primer dari titik percabangan I ke PS11205.9 m kabel primer dari titik percabangan II ke PS2

254.6 m kabel primer dari titik percabangan II ke PS320.5 m kabel primer dari titik percabangan II ke PS4

2,459.1 242.9 m kabel sekunder dari PS1 ke ONU01102.5 m kabel sekunder dari PS1 ke ONU02378.8 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU03292.7 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU04419.6 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU05197.6 m kabel sekunder dari PS3 ke ONU06188.5 m kabel sekunder dari PS3 ke ONU07333.5 m kabel sekunder dari PS3 ke ONU08

75.3 m kabel sekunder dari PS4 ke ONU09102.5 m kabel sekunder dari PS4 ke ONU10125.1 m kabel sekunder dari PS4 ke ONU11

Sumber: Hasil perhitungan penulis, 2009

Kabel primer dari STO Kupang ke titik percabangan I kabel primer di Kawasan Kampus C Undana Untuk Rute II

Kabel primer dari titik percabangan I ke titik percabangan II (untuk mencatu PS 2 sampai PS 4)

Kabel primer dari titik percabangan II ke titik percabangan III (untuk mencatu PS 2 dan PS 3).

Kabel primer dari STO Kupang ke titik percabangan I kabel primer di Kawasan Kampus C Undana untuk Rute I

Rincian Peruntukkan terminasi kabel udara serat optik

No.Jlh.

CorePanjang

Kabel (m)

1 24 9,166.71

9,500.11

2 12 245.6

3 8 370.1

4 4 2,388.7 934.6 m kabel primer dari titik percabangan I ke PS11183.6 m kabel primer dari titik percabangan II ke PS2

250.0 m kabel primer dari titik percabangan II ke PS320.5 m kabel primer dari titik percabangan II ke PS4

2,419.3 238.9 m kabel sekunder dari PS1 ke ONU01101.1 m kabel sekunder dari PS1 ke ONU02372.3 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU03287.8 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU04412.3 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU05194.5 m kabel sekunder dari PS3 ke ONU06185.6 m kabel sekunder dari PS3 ke ONU07327.8 m kabel sekunder dari PS3 ke ONU08

74.5 m kabel sekunder dari PS4 ke ONU09101.1 m kabel sekunder dari PS4 ke ONU10123.4 m kabel sekunder dari PS4 ke ONU11

Sumber: Hasil perhitungan penulis, 2009

Kabel primer dari STO Kupang ke titik percabangan I kabel primer di Kawasan Kampus C Undana untuk Rute II

Rincian Peruntukkan terminasi kabel tanah tanam langsung serat optik

Kabel primer dari STO Kupang ke titik percabangan I kabel primer di Kawasan Kampus C Undana untuk Rute I

Kabel primer dari titik percabangan I ke titik percabangan II (untuk mencatu PS 2 sampai PS 4)

Kabel primer dari titik percabangan II ke titik percabangan III (untuk mencatu PS 2 dan PS 3).

Page 20: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

20

Analisis Link Power Budget

Performansi Jaringan Lokal

Akses Fiber dianalisis untuk

mengetahui kinerja Jaringan Lokal

Akses Fiber mulai dari perangkat

OLT (titik pengirim) sampai

perangkat ONU (titik penerima),

untuk itu perlu diketahui parameter-

parameter performansi Desain

Jaringan Lokal Akses Fiber yang

digunakan yaitu: Lf (Loss fiber), Ls

(Loss splice/sambungan permanen),

Lc (Loss konektor), Lsp (Loss splitter

pada Teknologi PON), Pr (daya

sinyal yang diterima), M (Loss

margin), L (jarak transmisi) dan S/N .

Analisis dilakukan

terhadap 2 alternatif rute

pilihan (Rute I dan II) dan 3

macam cara instalasi (Duct,

Tanam Langsung dan Kabel

Udara).

Sampel karakteristik

komponen SKSO untuk

analisis manual link power

budget sebuah alternatif rute

yaitu link STO Kupang –

ONU 01 (Rute I Duct) dalam

Jaringan Lokal Akses Fiber ini

dapat dilihat pada tabel

berikut.

Spesifikasi parameter link power budget STO Kupang–ONU01

No. Link parameter Simbol Value Satuan(1) (2) (3) (4) (5)12345678910111213

Jenis sumber cahayaPanjang gelombangDaya outputJenis detektor cahayaDark currentResponsifityBandwidthResistansi ekivalenJenis kabel serat optikDiameter coreBandwidth serat optikKoefisien redaman kabel serat optikNumerical Aperture

PtIdark

RBRLoad

Dcore

Bαf

NA

ILD1310-7PIN20,850,550SM-SI910,000.400.20

nmdBm

nAA/WGHzΩ

µmMHz.KmdB/Km

Perhitungan/analisis

link power budget secara

manual dapat dilakukan

dengan menggunakan

persamaan-persamaan yang

Page 21: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

21

telah dibahas dalam Bab 2.F

sebagai berikut:

a. Loss fiber (Lf)

Loss/redaman serat optik

dapat ditentukan dengan pers. (4)

sebagai berikut:

Lftot = L × αf = 10.50 Km ×

0.40 dB/Km = 4.2002112 dB

b. Loss sambungan permanen (Loss splice / Ls)Loss maksimum setelah

penyambungan adalah 0.35 dB/buah

(misalkan diambil nilai loss 0.2

dB/splice), maka besar penyusutan

daya sinyal pada total sambungan

permanen:

Lstot = Ns × Ls = 3 × 0.2 dB

= 0.6 dB

c. Loss konektor (Lc)

Penyusutan daya sinyal tiap

konektor adalah maksimal 0,7 dB

(misalkan diambil nilai loss konektor

0,01 dB), maka total loss konektor:

Lctot = Nc × Lc = 2 × 0.01 dB

= 0.02 dB

d. Loss splitter (Lsp)

Desain ini menggunakan PS

untuk layanan interaktif guna

mencatu perangkat ONU 01 dengan

ratio 1:2 (misalkan diambil nilai

redaman terendah yaitu 2.7 dB).

e. Loss margin (M)

Margin sistem biasanya

diambil harga 6 dB

f. Daya sinyal yang diterima (Pr)Daya yang diterima di

receiver dapat ditentukan sebagai

berikut:

Pr = Pt – Lftot – Lstot –

Lctot – Lsp – M

= -7 dBm – 4.2002112 dB -0.6 dB –

0.02 dB – 2.7 dB–6 dB

= -20.52021 dBm = 8.871 × 10-6 Watt

g. Signal-to-Noise Ratio (S/N)

1) Daya sinyal (signal power)

Telah diketahui bahwa:

Popt = Pr = 8.871 × 10-6 Watt

R = ηq/hv = 0.85 A/W pada =

1310 nm, maka dari pers. (6),

signal power dapat ditentukan

sebagai berikut:

Signal Power=2 [Popt ( nqh v )]

2

Page 22: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

22

¿2[8.871 ×10−6W × 0.85AW ]

2

¿1.137 ×10−10 A

2) Daya derau (noise power)

a) Derau arus gelap (noise dark

current)

Telah diketahui bahwa:

q = 1.6 × 10-19 C

iD = 2nA = 2 × 10-9 A

B = 0.5 GHz = 0.5 × 109 Hz

Maka derau arus gelap dapat

ditentukan dengan pers. (7):

Noise dark current = 2q iD B

= 2 (1.6 × 10-19 C)( 2 × 10-9 Watt)

(0.5 × 109 Hz)

= 3.20 × 10-19 A

b) Derau tembakan/tumbukan (shot

noise current)

Dapat dihitung menggunakan

pers. (9) sebagai berikut:

Shot Noise current = 2q [2Popt

(ηq/hv) ] B

= 4 (1.6 × 10-19 C)( 8.871 × 10-6 Watt)

(0.85 A/W)(0.5 × 109 Hz)

= 2.413 × 10-15 A

c) Derau termal (thermal noise

current)

Telah diketahui bahwa:

Teff = 290oK

RLoad = 50 Ω

k = 1.38 × 10-23 J/oK, maka dari

pers. (8) thermal noise dapat

ditentukan sebagai berikut:

Thermal noise = [4KTeffB] /

RLoad

= [ (4)(1.38 × 10-23 J/oK)(290oK)

( 0.5 × 109 Hz) ] / 50Ω

= 1.601 × 10-13 A

Total noise diperoleh dari

hasil penjumlahan ketiga sumber

noise tadi sesuai pers. (10) sebagai

berikut:

Total Noise = Noise dark current

+ Shot Noise current + Thermal

Noise current

= 3.20 × 10-19 A + 2.413 × 10-15 A +

1.601 × 10-13 A

= 1.625 × 10-13 A

Dengan demikian maka

signal-to-noise ratio dapat ditentukan

dengan pers. (5) sebagai berikut:

( SN ) pk /rms= Signal Power

Noise Power= 1.137 ×10−10 A

1.625× 10−1 3 A

= 28.45 dB

2. Laju Kesalahan Bit (Bit

Error Rate)

BER dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

(S/N) pk/rms = 20 Log 2Q

28.45 dB = 20 Log 2Q

Page 23: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

23

Maka:

Q=log−1(28.45

20 )2

= 13.227115

Dan diperoleh nilai pendekatan:

BER=Pe (Q )= 1√2 π

.e

−Q2

2

Q

¿ 1

√(2 ) (3,14 )×

e−13.2271152

2

13.227115

= 3 × 10-40

Makin tinggi S/N, makin baik

mutu komunikasinya. Standar S/N

untuk Sistem Komunikasi Serat Optik

adalah 21,5 dB (BER = 10-19)

(Freeman: 1998). Hasil analisis

kinerja Jaringan Lokal Akses Fiber

dalam Desain ini untuk Rute I Duct

khususnya link OLT-ONU1 dengan

nilai S/N = 28.45 dB (BER = 3 × 10-

40) adalah memenuhi standar.

Data perhitungan panjang

kabel serat optik serta data hasil

analisis link power budget yang

dibutuhkan dalam desain ini, bahwa

terdapat perbedaan yang tidak terlalu

signifikan, misalnya S/N untuk

ONU1 dan ONU2 Rute I = 28.68dB

dan 28.74dB (untuk instalasi duct);

28.79dB dan 28.85dB (untuk instalasi

kabel tanam langsung); serta 28.63dB

dan 28.69dB (untuk instalasi kabel

udara) . Oleh karena itu, dalam desain

Jaringan Lokal Akses Fiber ini sangat

diperlukan juga perhitungan Bill of

Quantity (BoQ) sebagai suatu

pembanding dalam mengaplikasikan

desain ini di kemudian hari.

Rekapitulasi hasil perhitungan

semua biaya yang dalam

implementasi desain Jaringan Lokal

Akses Fiber ini terlihat bahwa

ternyata jenis instalasi yang

membutuhkan biaya instalasi

(investasi) terbesar adalah jenis

instalasi kabel serat optik duct yaitu

untuk Rute I&II Duct rata-rata

sebesar Rp 11,022,436,279.-;

menyusul jenis instalasi kabel serat

optik tanah tanam langsung yaitu

untuk Rute I&II KTL rata-rata

sebesar Rp 1,820,177,780.-; dan yang

terakhir adalah jenis instalasi kabel

serat optik udara yaitu untuk Rute

I&II KU dengan biaya instalasi

(investasi) yang terendah/termurah

adalah rata-rata sebesar Rp

1,080,113,462.-.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Rute Jaringan Lokal Akses Fiber

dalam aplikasi ini yang memenuhi

Page 24: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

24

syarat pemilihan rute adalah Rute

I sebagai rute yang lebih pendek

yaitu: dari STO Kupang Centrum

(Perangkat OLT/ODN) melewati:

Jln. Palapa (arah selatan sejauh

148.6199m) Jln. W. J. Lalamentik

sejauh 1.28Km– Jln. Raya Eltari

II (arah timur sejauh 3.93Km) –

Jln. Raya Eltari III (arah timur

sejauh 2.67Km) dan Jln.

Adisucipto (arah utara sejauh

352.4416m) hingga masuk ke

Kawasan Kampus C Undana.

2. Perangkat aplikasi Jaringan Lokal

Akses Fiber yang memenuhi

spesifikasi teknis dan

membutuhkan biaya investasi

termurah yaitu perangkat untuk

cara instalasi kabel udara adalah:

a. Optical Line Terminal yaitu

OLT01 II(420) sebanyak 1

buah.

b. Optical Distribution Network

sebanyak 4 buah yaitu: ODN1

I (69), ODN2 I(54), ODN3

II(96) dan ODN4 III(201).

c. Passive Splitter sebanyak 4

buah yaitu: PS1 I(1:2), PS2

II(1:4). PS3 II(1:4) dan PS4

II(1:4).

d. Optical Network Unit

sebanyak 11 buah yaitu:

ONU01 III(24), ONU02

IV(45), ONU03 III(18),

ONU04 III(18) dan ONU05

III(18), ONU06 IV(57),

ONU07 III(27), ONU08

II(12), ONU09 V(72), ONU10

V(63) dan ONU11 V(66).

e. Kabel serat optik tanam

langsung jenis single mode

step index, yaitu: KFU–

24/1.31–9,341.81; KFU–

12/1.31–250.1; KFU–8/1.31–

376.9 dan KFU-4/1.31–

4,892.3.

3. Hasil simulasi analisis link power

budget baik menggunakan piranti

lunak dengan metode

pemrograman berorientasi objek

dari Borland Delphi yang telah

diuji di laboratorium atau pun

secara manual menunjukkan

bahwa kualitas sinyal SKSO

(S/N) yang diterima pelanggan di

Kawasan Kampus C Undana

sesuai standar yaitu rata-rata

25.89 dB untuk instalasi kabel

udara Rute I.

Saran

Page 25: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

25

1. Desain dan simulasi Link Power

Budget dalam penelitian ini

dibatasi pada Jaringan Lokal

Akses Fiber dengan jarak

transmisi <20 Km, oleh karena itu

perlu diadakan penelitian lanjutan

untuk Simulasi Jaringan Interlokal

Akses Fiber yaitu dengan jarak

transmisi > 20 Km.

2. Perlu diadakan penelitian lanjutan

untuk Simulasi Rise-Time Budget

yaitu untuk menentukan batas-

batas dispersi sebuah link serat

optik, khusus dalam sistem digital

serta simulasi Line Coding yaitu

proses pengkodean sinyal yang

menggunakan sekelompok aturan

dalam simbol sinyal sebuah link

serat optik.

Page 26: Jurnal+Aplikasi+Perencanaan+JARLOKAF FTTH

26

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Pedoman Pemasangan Jaringan Telekomunikasi (JARLOKAF). Direktorat Operasi dan Pemasaran PT Telekomunikasi Indonesia, Bandung.

Anonim. 2004. Dasar Sistem Komunikasi Optik (Optical Access Network). TELKOMRisTI (R & D) Center. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk., Bandung.

Hamdani, Arief. 1998. Skenario Penggelaran PON Suatu Pengantar Desain Jaringan Lokal Akses Fiber. Jurnal Elektro Indonesia., (Online), No. 13. (http://elektroindonesia.com/elektro/tel13b.html, diakses 02 Pebruari 2008).

Hamdani, Arief. 1999. Jaringan Akses Fiber. Jurnal Elekro Indonesia., (Online), No. 25 Tahun V. (http://www.elektroindonesia.com/elektro/tel25.html, diakses 02 Pebruari 2008).

Muzayyin, Ahmad ([email protected]). 13 September 2009. Raisecom GEPON solution & Price List GEPON. Email kepada Zet Yulius Baitanu ([email protected]).

Muzayyin, Ahmad ([email protected]). 15 September 2009. Pricelist FO Cable Siscomtech. Email kepada Zet Yulius Baitanu ([email protected]).

Puspitarini, Dewi. 2006. Sistem Jaringan Multimedia Berbasis Hybrid Fiber Coax (Studi Perencanaan pada Apartemen Royal). Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Unhas.

Robert J. Hoss, 1993. Fiber Optics Second Edition. Prentice, Hall International.

Roger L. Freeman, 1998. Telecomunication Transmission Handbook 4th Edition. John Wiley & Sons, Inc.

Tiur L. H. Simanjuntak, 2002. Dasar-dasar Telekomunikasi. PT Alumni, Bandung

Widodo, Thomas Sri. 1995. Optoelektronika Komunikasi Serat Optik. Andi Offset, Yogyakarta.

Zanger, Henry. 1991. Fiber Optics Communications and Other Applications, Macmillan Publishing Company, New York.