JURNAL KEPERAWATAN -...

download JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · JURNAL KEPERAWATAN ... •Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi

If you can't read please download the document

Transcript of JURNAL KEPERAWATAN -...

  • Volume 3, Nomor 1, Tahun 2013 ISSN : 2086-9703

    JURNAL KEPERAWATAN

    Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Biomedik

    di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-2014.

    Pemberian Jus Labu Siam Terhadap Kadar Kolesterol Darah Pada Lansia Di Daerah Pesisir

    Senggarang

    Motivasi Belajar Bahasa Inggris Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang

    Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Terhadap Pencegahan Penyakit Stroke Pada

    Lansia Di Rw 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat

    Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi Dengan Tindakan Pencegahan Hipertensi Pada

    Lansia

    Pengaruh Air Rebusan Buah Mahkota Dewa Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita

    Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang

    Perbandingan Keefektifan Belimbing Manis Dan Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah

    Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kota Tanjungpinang

    Penerbit:

    Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang

    Kepulauan Riau, Indonesia

  • JURNAL KEPERAWATAN

    STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

    VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2013

    PENELITIAN HAL

    Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah

    Biomedik di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-2014.

    (Nur Meity Sulistia Ayu)

    225 - 249

    Pemberian Jus Labu Siam Terhadap Kadar Kolesterol Darah Pada Lansia Di Daerah

    Pesisir Senggarang Tahun 2014

    (Endang Abdullah, Lidia Wati, Komala Sari)

    250 - 256

    Motivasi Belajar Bahasa Inggris Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun

    2014

    (Umu Fadhilah)

    257 - 299

    Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Terhadap Pencegahan Penyakit

    Stroke Pada Lansia Di Rw 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013

    (Nurmalitasari)

    300 - 310

    Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi Dengan Tindakan Pencegahan

    Hipertensi Pada Lansia

    (Marisi Manalu)

    311 - 323

    Pengaruh Air Rebusan Buah Mahkota Dewa Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah

    Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang

    Tahun 2013

    (Arifin Chan, Soni Hendra Sitindaon, Dian Tri Raharjo)

    324 - 329

    Perbandingan Keefektifan Belimbing Manis Dan Mentimun Terhadap Penurunan

    Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kota

    Tanjungpinang

    (Yudith Rezki Noviansyah,Yusnaini Siagian, Nurul Husni)

    330 - 338

  • JURNAL KEPERAWATAN

    STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

    Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli

    Penanggung Jawab :

    Heri Priatna

    Penasehat :

    Nur meity Sulistia Ayu

    Penyunting :

    Ketua :

    Ernawati

    Sekretaris :

    Rian Yuliana

    Bendahara :

    Ria Muazizah

    Penyunting Pelaksana :

    Wasis Pujiati

    Liza Wati

    Yusnaini Siagian

    Hotmaria Julia Dolok Pasaribu

    Linda Widiastuti

    Pelaksana Tata Usaha:

    Siti Halimah

    Cian Ibnu Sina

    Ummu Fadhilah

    Distribusi dan Pemasaran :

    Agus Bahtiar

    Ade Pardi

    Anas Fajri

    Alamat Redaksi:

    STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

    Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122

    Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388

  • PRAKATA

    Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi

    para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya

    melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan.

    Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu

    memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang

    Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya.

    Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah

    khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para

    dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.

    Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi

    pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh

    karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal

    keperawatan berikutnya.

    Tanjungpinang, Januari 2013

    STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

    Drs.Heri Priatna, SStFT,SKM, MM

  • 225

    PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

    MAHASISWA PADA MATA KULIAH BIOMEDIK DI STIKES HANG

    TUAH TANJUNGPINANG TAHUN AKADEMIK 2013-2014.

    Nur Meity Sulistia Ayu1

    ABSTRAK

    Prestasi belajar mahasiswa dapat dipengaruhi oleh gaya belajar. Setiap mahasiswa memiliki satu gaya belajar yang

    dominan apakah visual, auditori atau kinestetik. Mata kuliah Biomedik adalah mata kuliah dasar dalam ilmu

    keperawatan yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa keperawatan untuk menjadi perawat profesional.

    Penguasaan kompetensi mahasiswa pada mata kuliah Biomedik ditunjukkan melalui prestasi belajar mahasiswa.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Stikes

    Hang Tuah Tanjungpinang pada mata kuliah Biomedik Tahun Akademik 2013-2014. Peneltian ini merupakan

    studi korelasi dengan populasi semua mahasiswa Stikes hang Tuah Tanjungpinang yang mengambil mata kuliah

    Biomedik TA 2013-2014. Sampel penelitian ini menggunakan teknik total sampling berjumlah 83 mahasiswa.

    Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki gaya belajar visual (68,67%) dan

    memiliki indeks prestasi rendah (74,69%). Analisis uji statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa

    value < (0,001 < 0,05) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara gaya belajar ternadap indeks prestasi

    mahasiswa pada mata kuliah Biomedik Stikes Hang Tuah Tanjungpinang TA. 2013-2014. Penelitian ini

    merekomendasikan hendaknya mahasiswa bisa mengenali gaya belajar yang sesuai dengan dirinya, sehingga jika

    metode/strategi pada saat proses belajar mengajar di kelas tidak sesuai dengan gaya belajarnya, mahasiswa mampu

    menentukan sendiri cara yang paling mudah baginya untuk menyerap pelajaran yang diberikan baik itu pada saat

    belajar di kelas maupun di Laboratorium.Institusi dapat memrogamkan dosen mengikuti pelatihan pengembangan

    metode dan strategi pembelajaran.

    Kata kunci : Gaya belajar, Prestasi Belajar, Biomedik, Mahasiswa Keperawatan.

    Daftar Pustaka : 26 (1997-2009)

    ABSTRACT

    Student achievement can be influenced by the style of learning. Each student has a dominant learning style wether

    is visual, auditory or kinesthetic. Biomedical major are basic courses in nursing science that must be mastered by

    every nursing students to become professional nurses. Mastery of competencies of students in the course of

    Biomedical demonstrated through the academic achievement of students. The purpose of this study was to analize

    the influence of learning style to academic achievement in Biomedical major of student Stikes Hang Tuah

    Tanjungpinang in academic year 2013-2014. This study is a correlation study with populations of all students

    Stikes Hang Tuah Tanjungpinang who took Biomedical major in academic year 2013-2014. This research samples

    using total sampling technique amounted to 83 students. The results showed that most respondents have a visual

    learning style (68.67%) and has a low performance index (74.69%). Statistical test analysis using Chi-Square test

    showed that the value < (0.001

  • 238

    LATAR BELAKANG

    Pendidikan nasional yang

    berdasarkan Pancasila dan Undang

    undang dasar Negara Republik Indonesia

    Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

    kemampuan dan membentuk watak serta

    beradaban bangsa yang martabat dalam

    rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

    bertujuan untuk mengembang potensi

    perserta didik agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

    Maha Esa, berakhklaq mulia, sehat,

    berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

    manjadi warga Negara yang demokratis

    serta bertanggung jawab.

    Pendidikan merupakan salah satu

    hal yang sangat penting dan tidak dapat

    dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik

    dalam keluarga, masyarakat dan bangsa.

    Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh

    tingkat keberhasilan pendidikan. Dan

    keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu

    bangsa apabila ada usaha untuk

    meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu

    sendiri. Guna menujudkan fungsi tersebut

    pemerintah menyelenggarakan suatu sistem

    pendidikan nasional sebagaiman tercantum

    dalam Undang undang Nomer 20 tahun

    2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.

    Mampu menjamin pemeratan kesempatan

    pendidikan, peningkatan mutu dan

    relevansi serta efisiensi manajemen

    pendidikan.

    Pendidikan merupakan suatu usaha

    untuk membantu perserta didik dalam usaha

    mengembangkan dan menitikberatkan pada

    kemampuan pengetahuan, kecakapan nilai

    sikap serta pola tingkah laku yang berguna

    bagi hidupnya. Dalam pendidikan terjadi

    suatu kegiatan belajar dimana kegiatan

    belajar tersebut terdapat beberapa hal pokok

    yang terjadi. Dengan belajar akan

    membawa pada perubahan, dan perubahan

    tersebut terjadi karena adanya usaha dan

    kecakapan meraih prestasi dalam proses

    belajar mengajar di sekolah interaksi antara

    dosen dan minat amat penting karena

    interaksi yang terjadi ini akan

    mempengaruhi output dalam membimbing

    dan mengarahkan mahasiswa untuk

    melakukan pemusatan perhatian terhadap

    suasana yang diharapkan mahasiswa.

    Setiap orang belajar dengan

    berbagai cara yang berbeda-beda dan semua

    cara sama baiknya. Kenyataannya, kita

    semua memiliki gaya belajar hanya

    biasanya satu gaya mendominasi.menurut

    Baldler dan Grinder dalam Bobbi De porter

    (2000:85) Meskipun banyak orang

    memiliki akses ketiga modalitas visual,

    auditorial, dan kinestetik hampir semua

    orang cenderung pada satu modalitas

    belajar yang berperan sebagai saringan

    untuk pembelajaran, modalitas, mereka

    juga memanfaatkan kombinasi modalitas

  • 239

    tertentu yang memberikan mereka bakat

    dan kekurangan alami tertentu.

    Menurut kamus besar ilmu

    pengetahuan (2006), gaya (lat: tyus menjadi

    yun:tipus yang diguratkan, modal,cetakan)

    penjabaran ilmu wakat tentang pembagian

    dalam manusia dalam golongan menurut

    watak masing-masing. Pembagian manusia

    dalam tipe-tipe (jenis-jenis) dan

    penggambaran tipe itu.

    Tugas utama mahasiswa untuk

    mencapai prestasi belajar dan tujuan

    pendidikan adalah melalui kegiatan belajar.

    Kegiatan belajar yang berlangsung baik

    akan membantu tercapainya sebuah prestasi

    yang memang sesuai dengan potensi dan

    keahlian yang dimilikinya. Berapa aspek

    keahlian yang dimiliki oleh mahasiswa

    adalah keahlian dalam aspek kognitif,

    efektif dan psikomotor. Menurut Bobbi De

    Porter (2000:85) Kesulitan belajar itu

    sendiri cukup membuat mahasiswa

    memahami diri atau mengalami downshift

    menyebabkan belajar mandek. Mahasiswa

    dhadapi dua masalah yaitu belajar yang

    sulit dan resiko jika tidak mengetahui cara

    belajar untuk mengatasi masalah tersebut

    Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

    Hang Tuah Tanjungpinang didirikan pada

    tahun 2007 dengan SK Dirjen Dikti No.

    195/D/O./2007 dengan visi organisasi

    yakni: Pada tahun 2017 STIKES Hang

    Tuah Tanjungpinang menjadi institusi

    pendidikan tinggi kesehatan unggulan di

    Provinsi Kepulauan Riau, berdaya saing

    global yang berwawasan kepulauan, dan

    menjunjung tinggi nilai budaya bangsa serta

    berjiwa pancasila. STIKES Hang Tuah

    Tanjungpinang memiliki tiga Program

    Studi mulai dari Diploma Tiga

    Keperawatan, Sarjana Keperawatan hingga

    Profesi Ners. Mata kuliah Biomedik adalah

    mata kuliah dasar dalam ilmu keperawatan

    yang harus dikuasai oleh setiap perawat

    professional. Berdasarkan studi

    pendahuluan pada September 2013

    mahasiswa memiliki cara yang berbeda satu

    sama lainnya, ada yang gemar mencatat

    atau meringkas apa yang dijelaskan oleh

    dosen atau yang ditulis dipapan tulis. Ada

    pula yang senang mendengarkan dan ada

    juga yang lebih suka praktek mengerjakan

    soal secara langsung atau

    mendemonstrasikan. Melalui cara seperti

    itulah yang menjadi gaya belajar setiap

    mahasiswa secara individu.

    Hal tersebut memiliki kaitan yang

    erat dalam mendukung proses belajar

    dimana proses belajar yang baik akan

    sengat membantu mahasiswa dalam

    memahami mata pelajaran dengan baik dan

    tentunya bias mengetahui kesulitan belajar

    mahasiswa yang sedang dhadapi dan

    berusaha untuk mencari permecahannya

  • 240

    sehingga tercapailah tujuan dari

    pembelajaran, selain itu tercapailah prestasi

    belajar yang memuaskan bagi mahasiswa.

    Tetapi berdasarkan pengamatan

    selama ini yang terjadi tidaklah demikian

    dalam arti tidak semua mahasiswa dengan

    gaya belajar yang berbeda-beda dengan

    tingkat kesulitan yang sama ketika

    mengerjakan soal mendapatkan prestasi

    belajar yang sama baiknya. Hal inilah yang

    menimbulkan sebuah permasalahan apakah

    ada keterkaitan anatar gaya belajar dalam

    hal ini khususnya tipe belajar dan terhadap

    prestasi belajar.

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti

    tertarik meneliti Pengaruh Gaya Belajar

    Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pada

    Mata Kuliah Biomedik di Stikes Hang Tuah

    Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-

    2014.

    BAHAN DAN METODE

    PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan jenis

    penilitian cross sectional yang menekankan

    pada waktu pengukurann observasi data

    variabel independen dan dependen hanya

    satu kali, pada satu saat. Tidak semua

    subjek penelitian harus diobservasi pada

    hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi

    baik variabel independen maupun dependen

    dinilai hanya satu kali saja.

    Populasi dalam penelitian ini adalah

    mahasiswa yang mengikuti mata kuliah

    Biomedik di Stikes Hang Tuah

    Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-

    2014. Pengambilan sampel menggunakan

    metode total sampling berjumlah 83

    mahasiswa. Waktu penelitian ini dilakukan

    pada Oktober 2013 sampai April 2014.

    Peneliti menggunakan metode

    angket tertutup yaitu terdiri atas pertanyaan

    dengan jumlah jawaban tertentu sebagai

    pilihan dengan kata lain responden tinggal

    memilih jawaban yang tersedia untuk

    mendapatkan informasi mengenal diri

    responden. Penelitian ini juga

    menggunakan metode dokumentasi dari

    hasil ujian UTS dan UAS serta ujian harian

    (pre test/post test) pada mata kuliah

    Biomedik yang di rekapitulasi menjadi nilai

    indeks prestasi (IP) mata kuliah Biomedik.

    HASIL PENELITIAN

    1. Analisis Univariat

    Analisis univariat ini untuk

    mendeskripsikan distribusi frekuensi

    distribusi frekuensi gaya belajar mahasiswa

    dan distribusi indeks prestasi mahasiswa

    pada mata kuliah Biomedik di Stikes Hang

    Tuah Tanjungpinang Tahun Akademik

    2013-2014.

    a. Gaya Belajar Mahasiswa

  • 241

    Berdasarkan hasil kuesioner

    mengenai gaya belajar mahasiswa yang

    mengambil mata kuliah Biomedik di Stikes

    Hang Tuah Tanjungpinang Tahun

    Akademik 2013-2014 didapatkan gambaran

    sebaran distribusi frekuensi yang disajikan

    dalam bentuk prosentase sebagai berikut:

    Tabel 1.

    Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Mahasiswa

    Stikes Hang Tuah TA. 2013-2014 (N= 83)

    Gaya Belajar Jumlah

    (n)

    Prosentase

    (%)

    Visual

    Auditori

    Kinestetik

    57

    17

    9

    68,67%

    20,48%

    10,84%

    Jumlah (N) 83 100%

    Tabel 1 menunjukkan bahwa

    mayoritas responden memiliki gaya belajar

    visual (68,67 %) dan minoritas responden

    yang memiliki gaya belajar kinestetik

    (10,84%).

    b. Indeks Prestasi Mahasiswa

    Berdasarkan hasil observasi data

    sekunder dari Bagian Administrasi

    Akademik (BAAK) didapatkan data indeks

    prestasi mahasiswa yang mengambil mata

    kuliah Biomedik di Stikes Hang Tuah

    Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-

    2014 didapatkan gambaran sebaran

    distribusi frekuensi yang disajikan dalam

    bentuk prosentase sebagai berikut:

    Tabel 2.

    Distribusi Frekuensi Indeks Prestasi Mahasiswa pada

    Mata Kuliah Biomedik

    Stikes Hang Tuah TA. 2013-2014 (N= 83)

    Gaya Belajar Jumlah

    (n)

    Prosentase

    (%)

    Tinggi > 2,75

    Rendah

  • 242

    Tabel 3.

    Analisis Pengaruh Gaya Belajar terhadap Prestasi

    Belajar Mahaiswa pada Mata Kuliah Biomedik Stikes

    Hang Tuah TA. 2013-2014 (N= 83)

    Gaya

    Belajar

    Mhs

    Prestasi Belajar Total

    value Rendah Tinggi

    n % n % n %

    Visual 44 77,19 13 22,81 57 100 0,001

    Auditori 10 58,82 7 41,18 17 100

    Kinestet

    ik

    7 77,77 2 22,23 9 100

    Total 62 74,69 21 25,30 83 100

    = 0,05

    Tabel 3 memperlihatkan bahwa

    responden dengan gaya belajar auditori

    memiliki prosentase hampir seimbang

    antara yang memiliki indeks prestasi tinggi

    (41,18) dengan yang rendah (58,82%).

    Sedangkan responden dengan gaya belajar

    visual dan kinestetik mayoritas memiliki

    indeks prestasi rendah. Analisis uji Chi

    Square di peroleh bahwa value sebesar

    0,001 lebih kecil dibandingkan dengan nilai

    = 0,05 yang artinya bahwa Ho ditolak.

    Hasil analisis menyimpulkan bahwa ada

    pengaruh antara gaya belajar ternadap

    indeks prestasi mahasiswa pada mata kuliah

    Biomedik Stikes Hang Tuah

    Tanjungpinang TA. 2013-2014.

    PEMBAHASAN

    1. Gaya belajar mahasiswa pada

    mata kuliah Biomedik TA. 2013-2014.

    Gaya belajar adalah kunci untuk

    mengembangkan kinerja dalam pekerjaan,

    di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar

    pribadi. Ketika menyadari bahwa

    bagaimana seseorang menyerap dan

    mengolah informasi, belajar dan

    berkomunikasi menjadi sesuatu yang

    mudah dan menyenangkan (Nunan, 1991:

    168). Gaya belajar merupakan cara

    termudah yang dimiliki oleh individu dalam

    menyerap, mengatur dan mengolah

    informasi yang masuk ke otak. Sedangkan

    menurut Zaini (2002) gaya belajar atau tipe

    belajar adalah karakteristik atau pilihan

    individu untuk mengumpulkan informasi,

    menafsirkan, mengorganisasi, merespon,

    dan memikirkan informasi yang diterima.

    Nilai pada variabel gaya belajar

    diperoleh dari perhitungan jawaban yang

    diberikan kepada mahasiswa pada

    kuesioner. Hasil jawaban mahasiswa

    selajutnya diskoring sesuai dengan rumus

    dan hasilnya berupa skor. Dalam

    pertanyaan yang diajukan terdapat 3 option

    jawaban yang menunjukkan bahwa apabila

    jawaban yang paling dominan pada kolom

    A maka mahasiswa bergaya belajar visual,

    jika dominan pada kolom B maka

    mahasiswa bergaya belajar auditory dan

    jika dominan jawaban di kolom C maka

    mahasiswa bergaya belajar kinestetik.

  • 243

    Hasil penelitian ini menunjukkan

    bahwa sebagian besar responden memiliki

    gaya belajar visual dan Auditori dan

    sebagian kecil dari responden yang diambil

    memiliki gaya belajar kinestetik. Felder &

    Soloman (2001) menyatakan bahwa

    kebanyakan orang-orang adalah pelajar

    visual dan hal ini didukung oleh penelitian

    yang dilakukan oleh Liu dan Ginther (1999)

    yang menemukan bahwa sebagian besar

    pelajar di Amerika merupakan pelajar

    visual (40%), 20-30% adalah pelajar

    auditori dan 30-40% adalah kinestetik,

    visual/kinestetik atau kombinasi dari tipe

    belajar tersebut (Sankey, 2001).

    Menggunakan strategi

    pembelajaran kombinasi visual dan

    auditorial atau auditori dan kinestetik dalam

    belajar dapat meningkatkan minat siswa

    dalam belajar matematika karena dalam

    pembelajaran kombinasi dilakukan diskusi

    dan memeragakan dalam kelompok, disini

    seluruh panca indera mahasiswa bekerja

    sehingga mahasiswa lebih focus dan

    konsentrasi dan dituntun untuk aktif, saling

    bekerja sama dengan teman

    sekelompoknya, siswa yang kurang paham

    pada materi yang dipelajari dapat bertanya

    kepada teman yang lebih paham, dan untuk

    siswa auditori membantu siswa

    mengembangkan kemampuannyadalam

    belajar.

    Berdasarkan penjelasan di atas

    persentase keterlibatan mahasiswa dalam

    proses pembelajaran secara umum

    menunjukan peningkatan, sesuai dengan

    peryataan yang diungkapan oleh Rose

    (2002) bahwa pembelajaran

    multisensoriakan menjadi solusi bagi gaya

    belajar yang berbeda yang dimiliki siswa.

    Jika mahasiswa menggunakan teknik dan

    cara yang paling sesuai dengan

    kecendrungan gaya belajar yang

    dimilikinya, maka mahasiswa akan

    menyerap pelajaran dengan lebih mudah

    dan efesien.

    Pada jawaban yang diperoleh, ada

    beberapa mahasiswa yang mengatakan

    bahwa lebih senang apabila dosen memberi

    tugas yang dikerjakan secara berkelompok.

    Hal ini mengindikasikan kecenderungan

    gaya belajar sosial. Selanjutnya ada

    mahasiswa yang lebih suka dosen

    menjelaskan materi kuliah secara jelas dan

    terperinci. Strategi belajar kelompok

    memungkinkan kegiatan turotial di antara

    mahasiswa sendiri, sehingga diharapkan

    mengurangi rasa malu untuk bertanya.

    Lebih dari itu, mahasiswa lebih percaya diri

    jika penyelesaiaan jawabannya mirip

    dengan temannya.

    Pembelajaran secara berkelompok

    selain memiliki keunggulan pemahaman

    yang diperoleh secara mandiri dan kegiatan

  • 244

    tutorial diantara teman sekaligus memiliki

    kelemahan jika ada mahasiswa yang pasif

    dan titip nama pada kelompoknya. Dari

    sudut pandang pengampu, strategi ini

    mengurangi sebagian beban dosen untuk

    memahamkan mahasiswa karena dosen

    hanya berfungsi sebagai fasilitator yang

    membimbing proses penyelesaian dengan

    menunjukkan materi yang relevan untuk

    dirujuk sebagai panduan. Kelemahannya

    tidak semua dosen bersedia berkeliling

    kelas memantau karya kelompok.

    2. Distribusi indeks prestasi mahasiswa

    pada mata kuliah Biomedik TA. 2013-

    2014.

    Hasil penelitian menunjukan

    sebagian besar responden menunjukkan

    indeks prestasi belajar rendah. Dalam hal

    ini pelajar dengan gaya belajar kinestetik

    lebih sedikit dengan pelajar visual dan

    audio namun mayoritas pelajar kinestetik

    mendapatkan indeks prestasi pada mata

    kuliah Biomedik yang rendah, sedangkan

    untuk gaya belajar visual dan audio

    sebagian mahasiswanya masih menunjukan

    indeks prestasi tinggi.

    Menurut pengamatan peneliti,

    sebagian mahasiswa dengan gaya belajar

    kinestetik ini sebenarnya termasuk kategori

    mahasiswa berprestasi, namun kesalahan

    metode pembelajaran yang dilakukan oleh

    dosen saat mengajar dikelas yang hanya

    terfokus untuk pelajar visual dan audio

    sehingga membuat mahasiswa tidak

    mampu mengembangkan potensinya.

    Dosen dapat menggunakan lebih banyak

    metode pembelajaran di laboratorium yang

    sesuai dengan gaya belajar kinestetik.

    Kegiatan pembelajaran di

    laboratorium merupakan metode yang tepat

    untuk menstimulasi mahasiswa dengan

    gaya belajar kinestetik, hal ini disebabkan

    kecenderungan orang kinestetik dalam

    menangkap pelajaran yang mereka terima

    dengan cara menyentuhnya dan

    memperagakannya secara langsung.

    Sedangkan untuk mahasiswa dengan gaya

    belajar visual dan audio cenderung

    mendapatkan hasil belajar memuaskan

    dengan metode ceramah maupun visualisasi

    yang dapat dilaksanakan di kelas. Hal ini

    menunjukkan bahwa metode/strategi yang

    digunakan pada saat proses belajar

    mengajar berlangsung yang sesuai dengan

    tipe belajar mahasiswa akan berpengaruh

    pada hasil belajar mahasiswa.

    Beberapa peneliti telah menemukan

    bahwa kecocokan atau ketidakcocokan

    antara strategi pengajaran dengan gaya

    belajar secara signifikan mempengaruhi

    keberhasilan pelajar (Dunn, dkk, 1989

    dikutip dari Pranata, 2009). Penelitian yang

    dilakukan oleh Pangabean (2009) juga

    menunjukkan sebagian besar mahasiswa

  • 245

    yang mendapatkan hasil belajar sangat

    memuasakan didapat pada pelajar visual

    (72,5%) ini disebabkan metode

    pembelajaran yang dilakukan cenderung

    menguntungkan pelajar visual dengan

    menggunakan metode LCD, OHP dan white

    board. Hal yang sama juga dibuktikan

    dalam penelitian Sundari (2009)

    menunjukkan sebagian besar mahasiswa

    yang mendapat prestasi belajar sangat

    memuaskan didapat pada pelajar visual

    (n=28, 50,9%) hal ini juga disebabkan

    metode pembelajaran yang digunakan

    didalam kelas dengan metode ceramah,

    diskusi dan visualisasi cenderung

    menguntungkan mahasiswa dengan gaya

    belajar visual.

    Penelitian yang berkaitan dengan

    hal ini juga telah dilakukan oleh Husain

    (2000) dengan hasil penelitian bahwa

    kelompok visual tidak memperoleh

    pencapaian belajar yang lebih baik dari

    kelompok audio dan kinestetik, hal ini

    disebabkan proses pembelajaran yang

    dilakukan cenderung menguntungkan

    pelajar audio dan kinestetik yaitu dengan

    menstimulasi pendengaran dan peragaan

    pengucapan bahasa kedua. Sehingga dapat

    dibuktikan mahasiswa yang diberikan

    pembelajaran yang sesuai dengan gaya

    mengajar dosen akan memperoleh hasil

    belajar yang lebih baik. Oleh karena itu,

    peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan

    variasi dalam metode/strategi mengajar

    dengan gaya belajar mahasiswa baik gaya

    visual, audio dan kinestetik akan sangat

    membantu mahasiswa dalam memperoleh

    hasil maupun prestasi belajar yang optimal.

    3. Pengaruh Gaya Belajar

    terhadap Prestasi Belajar Mahaiswa

    pada Mata Kuliah Biomedik Stikes Hang

    Tuah TA. 2013-2014

    Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

    gaya belajar mahasiswa terhadap indeks

    prestasi mahasiswa pada Mata Kuliah

    Biomedik Stikes Hang Tuah TA. 2013-

    2014. Gaya belajar sangat berpengaruh

    terhadap indeks prestasi mahasiswa

    mahasiswa karena kecenderungan kepuasan

    sebagian besar mahasiswa diukur dari

    kelulusan pada mata kuliah dari pada

    pemahaman terhadap isi mata kuliah.

    Akibat dari alasan di atas bahwa setelah

    selesai menempuh suatu mata kuliah

    mahasiswa cenderung lupa.

    Pengaruh gaya belajar dalam

    prestasi adalah proses cara belajar siswa itu

    sendiri dalam memahami materi yang telah

    diberikan. Gaya belajar yang tidak baik

    maka hasilnya tidak akan baik pula. Mutu

    pendidikan dan lingkungan sekitarpun juga

    menentukan prestasi dalam belajar. Maka

    dari itu gaya belajar sangatlah berpengaruh

    dalam prestasi belajar. Prestasi belajar yang

  • 246

    baik pasti ditentukan oleh bagaimana proses

    belajar dia untuk menuju hasil prestasi yang

    baik. Proses atau gaya belajar pasti berbeda-

    beda dan masing-masing memiliki gaya

    belajar sendiri-sendiri.

    Dosen seringkali tidak

    mengidentifikasi gaya belajar mahasiswa

    untuk menentukan strategi

    pembelajarannya. Hal ini disebabkan

    karena jumlah mahasiswa dalam satu kelas

    terlalu besar, sehingga seringkali dosen

    lupa bahwa pada program studi memiliki

    karakteristik yang berbeda. Perbandingan

    teori dan praktik seringkali tidak

    memperhatikan gaya belajar mahasiswa

    selama strategi praktik dilaksanakan, pada

    hal tidak semua mahasiswa memiliki gaya

    belajar pemahaman konsep melalui

    praktikum atau pengalaman. Gaya belajar

    seharusnya disesuaikan dengan

    karakteristik mata kuliah sehingga dapat

    dirumuskan strategi pembelajaran yang

    beragam yang dimungkinkan strategi

    tersebut lebih mempengaruhi prestasi

    belajar mahasiswa program studi

    pendidikan biologi.

    Gaya belajar memiliki nilai positif

    dan negatif begitu juga dengan dampaknya

    kepada orang tersebut dan di sekelilingnya.

    Memang betul ada pola belajar yang tidak

    baik dan karena itu menghasilkan prestasi

    belajar yang buruk tetapi kalau pola belajar

    baik sudah dijamin mendapat hasil yang

    memuaskan. Mutu pendidikan yang pun

    juga mempengaruhi kelangsungan pola

    belajar seorang murid begitu juga dengan

    lingkungan murid tersebut. Tetapi yang

    paling mempengaruhi pola belajar terhadap

    prestasi belajar adalah murid itu sendiri.

    Jika dia punya motivasi yang tinggi untuk

    mengembangkan pola belajar maka pola

    belajar tersebut akan membaik dan hasil

    prestasinyapun juga akan membaik

    (Sularso, 2006).

    4. Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini termasuk ke dalam

    deskriptif korelasi yang hanya bertujuan

    untuk menghubungkan pengaruh gaya

    belajar mahasiswa terhadap indeks prestasi

    mahasiswa pada mata kuliah Biomedik.

    Oleh karena itu peneliti tidak dapat melihat

    lebih lanjut apakah gaya belajar mana yang

    paling berpengaruh terhadap indeks prestasi

    mahasiswa.

    Instrumen penelitian ini hanya

    menggunakan lembar observasi untuk

    melihat hasil Indeks Prestasi mata kuliah

    Biomedik. Sedangkan indikator untuk

    melihat prestasi belajar tidak hanya dari

    nilai IP saja, tetapi banyak indikator lainnya

    yang dapat digunakan untuk mengetahui

    prestasi belajar seseorang seperti

    kecerdasan emosional dan kecerdasan

    spiritual.

  • 247

    PENUTUP

    Kesimpulan penelitian ini adalah

    bahwa sebagian besar responden memiliki

    gaya belajar visual (68,67 %) dan auditori

    (20,48%) dan sebagian kecil dari responden

    yang diambil memiliki gaya belajar

    kinestetik (10,84%). Sebagian besar

    responden responden menunjukkan indeks

    prestasi belajar rendah (74,69%). Hasil

    penelitian juga menyimpulkan bahwa ada

    pengaruh yang signifikan antara gaya

    belajar mahasiswa terhadap indeks prestasi

    mahasiswa pada Mata Kuliah Biomedik

    Stikes Hang Tuah TA. 2013-2014 dengan

    value sebesar 0,001.

    Penelitian menyarankan

    hendaknya mahasiswa bisa mengenali gaya

    belajar yang sesuai dengan dirinya,

    sehingga jika metode/strategi pada saat

    proses belajar mengajar di kelas tidak

    sesuai dengan gaya belajarnya, mahasiswa

    mampu menentukan sendiri cara yang

    paling mudah baginya untuk menyerap

    pelajaran yang diberikan baik itu pada saat

    belajar di kelas maupun ketika belajar di

    Laboratorium pada mata kuliah Biomedik.

    Dosen juga disarankan perlu

    melakukan penyesuaian metode dan

    strategi dalam mengajar dengan gaya

    belajar mahasiswa ketika proses belajar

    mengajar berlangsung dan menyadari

    adanya perbedaan gaya belajar setiap

    mahasiswa. Dosen juga perlu memodifikasi

    strategi, media dan metode mengajar yang

    menarik minat mahasiswa sehingga

    diperoleh hasil belajar yang optimal.

    Perlu dilakukan identifikasi

    terhadap gaya belajar mahasiswa secara

    periodik sehingga gambaran gaya belajar

    mahasiswa akan diketahui secara

    keseluruhan. Institusi memrogamkan bagi

    dosen untuk mengikuti pelatihan-pelatihan

    yang berhubungan dengan pengembangan

    metode dan strategi mengajar.

    Peneliti selanjutnya disarankan

    untuk melakukan penelitian dengan desain

    dan metode penelitian yang berbeda

    berkaitan dengan gaya belajar mahasiswa

    dan prestasi belajar mahasiswa baik pada

    mata kuliah Biomedik atau mata kuliah

    yang lainnya. Peneliti dapat memperbanyak

    lagi responden serta lebih memperbanyak

    lagi faktor-faktor apakah yang

    mempengaruhi hasil prestasi belajar.

    KEPUSTAKAAN

    Abdullah, E. (2009). Profil Stikes Hang

    Tuah Tanjungpinang:

    Tanjungpinang: Stikes Hang Tuah.

    Adisendjaja, Y. H. (2008) Sains dan

    Pembelajaran Sains, Bandung:

    Jurusan Pendidikan Biologi

    FPMIPA UPI

  • 248

    A.M.R Santoso. (2001) Right Brain.

    Mengembangkan Kemampuan Otak

    Kanan Untuk Kehidupan Yang

    Lebih berkualitas, Jakarta: PT

    Gramedia Pustaka Utama

    Arikunto, S. (2007). Manajemen

    Penelitian, Jakarta: PT. Rineka

    Cipta.

    Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian

    Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

    PT. Rineka Cipta.

    Dalyono, M. (1997). Psikologi Pendidikan,

    Jakarta: PT. Rineka Cipta.

    Danim, S. (2003). Riset Keperawatan

    Sejarah & metodologi, Jakarta: EGC.

    Departemen Ilmu Keperawatan FK USU.

    (2007). Buku Panduan Program

    Pendidikan Akademik Program

    Studi Ilmu Keperawatan, Medan:

    USU Press.

    Deporter, B, dkk. (2004). Quantum

    Teaching:Mempraktikkan Quantum

    Learning di Ruang-ruang Kelas,

    Bandung: Kaifa.

    Deporter, B & Hernacki, M. (2003).

    Quantum Learning:Membiasakan

    Belajar Nyaman dan Menyenangkan,

    Bandung: Kaifa.

    Felder, R & Soloman, B. 2001. Learning

    Styles and Strategies. Dikuti dari :

    http://www2.ncsu.edu Dibuka

    tanggal 21 juni 2010

    Husain, D. (2000). Learning and

    Personality Styles in Second

    Language Acquisition : Gaya Belajar

    dan Gaya Kepribadian dalam

    Perolehan Bahasa Kedua. Dikutip

    dari : http://www.pascaunhas.net

    Dibuka tanggal 12 Juni 2010

    Ir. Winardi, A. (2008). Memahami Gaya

    Belajar Anak.

    http://www.bpkpenabur-bdg.sch.id

    Dibuka tanggal 20 Juni 2010

    Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi

    Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT.

    Asdi Mahasatya.

    Nurhidayah R, Endah dkk, (2009). Buku

    Penuntun Teori Praktikum

    Keperawatan Dasar, Medan: USU

    Press.

    Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan

    Metodologi Riset Keperawatan,

    Jakarta: PT. Rineka Cipta.

    http://www2.ncsu.edu/http://www.pascaunhas.net/http://www.bpkpenabur-bdg.sch.id/

  • 249

    Pollit & Hungler. (1999). Nursing Research

    Principles and Methodes,

    Philadelpia: Lippincott.

    Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar.

    (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h.

    30.

    Pranata, M. (2009). Menyoal

    Kecocoktidakan Gaya Pembelajaran

    Desain. Dikutip dari :

    http://desaingrafisindonesia.files.wor

    dpress.com Dibuka tanggal 12

    September 2010.

    Santoso, Singgih. (2006). Menguasai

    Statistik di Era Informasi dengan

    SPSS 15, Jakarta: PT. Elex Media

    Komputindo.

    Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor

    yang mempengaruhinya, Jakarta: PT.

    Rineka Cipta.

    Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses

    Belajar Mengajar, Bandung: PT.

    Remaja Rosdakarya.

    Susanto, H. (2006). Meningkatkan

    Konsentrasi Siswa Melalui

    Optimalisasi Modalitas Belajar

    Siswa. Diambil tanggal 18 Oktober

    2009 dari

    http://www.bpkpenaburbdg.sch.id

    Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar,

    Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

    Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan

    Pengembangan Bahasa. 1994. Kamus

    Besar Bahasa Indonesia, Edisi 2.,

    Jakarta: Balai Pustaka.

    Pangabean, A. (2009). Gambaran Prestasi

    Belajar Mahasiswa PSIK FK USU

    Program Reguler Berdasarkan Tipe

    Belajar Mahasiswa, Skripsi

    Penelitian Program studi Ilmu

    keperawatan Fakultas Kedokteran

    Universitas Sumatera Utara. Tidak

    dipublikasikan.

    Sundari. (2009). Hubungan Tipe Belajar

    dengan Prestasi Belajar Mahasiswa

    Program Ekstensi Fakultas

    Keperawatan Universitas Sumatera

    Utara, Skripsi Penelitian Program

    studi Ilmu keperawatan Fakultas

    Kedokteran Universitas Sumatera

    Utara. Tidak dipublikasikan.

    1. Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns, M.

    Kep, CWT : Dosen STIKES Hang

    Tuah Tanjungpinang.

    http://desaingrafisindonesia.files.wordpress.com/http://desaingrafisindonesia.files.wordpress.com/http://www.bpkpenaburbdg.sch.id/

  • 250

    PEMBERIAN JUS LABU SIAM TERHADAP KADAR

    KOLESTEROL DARAH PADA LANSIA DI DAERAH PESISIR

    SENGGARANG

    Endang Abdullah1, Lidia Wati2, Komala Sari3

    ABSTRAK

    Pola makanan modern sekarang yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres

    yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan.

    mengkonsumsi obat kimia yaitu obat golongan Statin, dapat menimbulkan efek samping, diantaranya kerusakan

    otot. Labu siam mempunyai banyak kandungan gizi salah satunya serat nabati yang dapat mengurangi penyerapan

    kolesterol dalam usus. Serat nabati termasuk golongan pektin dapat menurunkan kolesterol darah. Tujuan

    penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jus labu siam terhadap kadar kolesterol darah pada

    lansia. Desain penelitian adalah eksperimen semu. Populasi pada penelitian ini berjumlah 118 pasien dengan

    jumlah sampel 17 orang. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon diperoleh p=0,000 (p

  • 251

    merupakan penyebab utama dari penyakit

    jantung koroner (Ariati, 2012).

    Menurunkan kadar kolesterol

    dilakukan dengan mengkonsumsi obat

    kimia yaitu obat golongan Statin, menurut

    Michele dalam Wiadnya (2014) dapat

    menimbulkan efek samping, diantaranya

    kerusakan otot, mulai myositis (radang otot)

    hingga rhabdomyolisis yaitu nyeri otot

    disertai pecahnya protein otot. Mengingat

    banyaknya efek samping yang dapat

    diakibatkan oleh pengobatan secara kimia,

    akhir-akhir ini upaya pencegahan dan

    pengobatan penyakit diarahkan pada

    potensi kekayaan alam Indonesia yang

    memiliki keanekaragaman hayati terbesar

    di dunia untuk dimanfaatkan secara rasional

    yang berkhasiat dalam menurunkan kadar

    kolesterol dalam darah dengan risiko efek

    samping lebih ringan salah satunya adalah

    labu siam atau dengan nama latin Shecium

    edule (Wiadnya, 2014).

    Menurut Agustini (2006) dalam

    Wiadnya (2014), labu siam adalah

    tumbuhan suku labu yang dapat dimakan

    buah dan pucuk mudanya. Labu siam

    dikenal masyarakat sebagai sayuran yang

    mudah didapat dan mempunyai banyak

    kandungan gizi salah satunya serat nabati

    yang dapat mengurangi penyerapan

    kolesterol dalam usus. Serat nabati

    termasuk golongan pektin dapat

    menurunkan kolesterol darah. Labu siam

    juga mengandung sejenis alkaloid yang

    berkasiat menormalkan tekanan

    darah. Labu siam mengandung pektin yang

    berkadar metoksil rendah sehingga labu

    siam dapat dijadikan serat makanan. Pektin

    merupakan serat makanan yang dapat larut

    (soluble dietary fibers) yang diketahui

    dapat mencegah hiperkolesterolemia,

    kanker usus dan diabetes. Dalam

    mekanisme kerjanya, pektin mampu

    mengikat kolesterol yang terdapat pada

    sistem pencernaan, sehingga mencegahnya

    untuk diserap menuju aliran darah

    (Wiadnya, 2014).

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan desain

    penelitian eksperimen semu (quasi

    experiment) yaitu penelitian yang menguji

    coba suatu intervensi pada sekelompok

    subjek dengan atau tanpa kelompok

    pembanding namun tidak dilakukan

    randomisasi untuk memasukkan subjek ke

    dalam kelompok perlakuan atau kontrol

    (Dharma, 2011).

    Populasi pada penelitian ini yaitu

    pasien hiperkolesterolemia yang berjumlah

    118 pasien. Teknik pengambilan sampel

    dalam penelitian ini menggunakan simple

    random sampling, yaitu pengambilan

    sampel secara acak sederhana dengan cara

    memasukkan nama-nama populasi kedalam

    kaleng lalu dikocok undi. Nama yang

  • 252

    keluar hingga berjumlah 17 orang akan

    menjadi responden dalam penelitian ini.

    Instrumen yang digunakan pada penelitian

    ini adalah Lembar observasi yang

    didalamnya tercatat: usia, kadar kolesterol

    sebelum perlakuan, ceklist pemberian jus

    labu siam dan kadar kolesterol setelah

    perlakuan pemberian jus labu siam. Alat

    ukur yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah set pengukur kolesterol darah.

    Uji statistik yang peneliti pakai yaitu

    statistik komparasi non parametrik,

    merupakan uji beda mean bila datanya

    berskala nominal atau ordinal. Olah data

    statistik komparasi non parametik yang

    peneliti gunakan yaitu wilcoxon test,

    HASIL PENELITIAN

    a. Distribusi frekuensi kolesterol total

    sebelum diberikan terapi Jus Labu

    Siam

    Berdasarkan pelaksanaan pretest

    yang telah dilakukan pada

    responden eksperimen, maka di

    dapatkan mengenai data distribusi

    frekuensi kolesterol total responden

    sebagai berikut.

    Tabel 6.1

    Distribusi Frekuensi Kadar Kolesterol Total Sebelum

    Dilakukan Pemberian Jus Labu Siam Pada Pasien

    Hiperkolesterolemia Di Wilayah Kerja Puskesmas

    Kampung Bugis Tahun 2014

    Mean SD MIN MAX

    Pretest 222

    mg/dl

    22,14 200 279

    Dari tabel 6.1 diatas dapat diketahui bahwa

    kadar kolesterol total dari 17 responden

    sebelum dilakukan pemberian jus labu siam

    dengan rerata 222mg/dl + 22,14, koleterol

    yang tertinggi adalah 279 mg/dl dan

    terendah adalah 200 mg/dl.

    b. Distribusi frekuensi kolesterol total

    setelah diberikan terapi jus labu

    siam

    Berdasarkan pelaksanaan postest

    yang telah dilakukan pada

    responden eksperimen, maka di

    dapatkan data mengenai data

    frekuensi kolesterol total kasus

    hiperkolesterolemia sebagai

    berikut:

    Tabel 6.2

    Distribusi Frekuensi Kadar Kolesterol Total Sebelum

    Dilakukan Pemberian Jus Labu Siam Pada Pasien

    Hiperkolesterolemia Di Wilayah Kerja Puskesmas

    Kampung Bugis Tahun 2014

    Mean SD MIN MAX

    Posttest 215 mg/dl

    18,92 196 265

    Dari tabel 6.2 diatas dapat diketahui

    bahwa kadar kolesterol total dari 17

    responden setelah dilakukan pemberian jus

    labu siam rerata 215 mg/dl + 18,92.

    Ttertinggi adalah 265 mg/dl dan yang

    terendah adalah 196 mg/dl.

    Dalam analisa bivariat ini terdapat

    data rentang dan data untuk mengetahui ada

    atau tidaknya pengaruh pemberian jus labu

  • 253

    siam (variabel independen) terhadap

    penurunan kadar kolesterol total (variabel

    dependen) yang dilakukan uji kemaknaan

    menggunakan uji Wilcoxon, data tersebut

    sebagai berikut :

    Tabel 6.3

    Analisa Pengaruh Pemberian Jus Labu Siam

    Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Pada

    Pasien Hiperkolesterolemia Di Wilayah Kerja

    Puskesmas Kampung Bugis Tahun 2013

    Mean SD MIN MAX p Value

    Pretest 222

    mg/dl

    22,14 200 279 0.000

    Posttest 215

    mg/dl

    18,92 196 265

    Dari tabel 6.3 diatas dapat diketahui

    bahwa dari 17 responden yang

    mendapatkan jus labu siam rerata kadar

    kolesterol sebelum 222 dan sesudah 215.

    Rerata penurunan berkisar 7 mg/dl.

    Hasil uji statistik dengan

    menggunakan t test diperoleh p=0,000 (p

  • 254

    Labu siam (Sechium edule) juga

    mengandung banyak vitamin. Vitamin C

    yang terdapat didalamnya mempunyai efek

    membantu reaksi hidroksilasi dalam

    pembentukan asam empedu sehingga

    meningkatkan ekskresi kolesterol. Selain

    itu, vitamin C juga berfungsi sebagai anti

    oksidan. Kandungan vitamin B3 (niacin)

    dalam labu siam (Sechium edule) dapat

    menurunkan produksi VLDL, sehingga

    kadar IDL dan LDL menurun. Labu siam

    (Sechium edule) juga mempunyai

    kandungan vitamin A dan vitamin E yang

    berfungsi sebagai antioksidan (Wiadnya,

    2014).

    Menurut Hanuragadi (2011),

    komposisi gizi labu siam dapat dilihat pada

    tabel 2.5. Buah labu siam memiliki kadar

    serat yang cukup baik, yaitu 1,7 gram per

    100 gram. Konsumsi serat dalam jumlah

    yang cukup sangat baik untuk mengatasi

    sembelit dan aman untuk lambung yang

    sensitif atau radang usus

    KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian yang telah

    dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

    Ada pengaruh pemberian Jus Labu Siam

    terhadap penurunan Kadar Kolesterol Total

    pada kasus Hiperkolesterolemia di Wilayah

    Kerja Puskesmas Pinang Kencana Tahun

    2014, dengan p value 0,000.

    SARAN

    Bagi puskesmas Pinang Kencana,

    agar lebih mensosialisasikan tentang

    kolesterol dan pencegahannya dan

    penanganannya dalam untuk meningkatkan

    pengetahuan masyarakat dalam

    menurunkan kadar kolesterol, penelitian ini

    diharapkan dapat dijadikan pertimbangan

    untuk dikembangkannya tentang

    pengobatan herbal dalam pelayanan

    puskesmas terkait.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ariati, Reci. et.al (2012). Pengaruh Fraksi

    Air Kelopak Bunga Rosella

    (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap

    Kadar Koleaterol Darah Tikus

    Putih Jantan Hiperkolesterol Dan

    Hiperkolesterol-Disfungsi Hati.

    Tesis Program Pascasarjana

    Universitas Andalas Padang.

    hhtp://pasca.unand.ac.id. Diakses:

    15 Januari 2014.

    Arikunto, S. (2013). Metodologi Penelitian

    Kesehatan Dan Kedokteran.

    Yogyakarta : Bursa Ilmu.

    Dahlan, M. Sopiyudin (2010). Statistik

    Untuk Kedokteran dan Kesehatan.

    Deskriptif, Bivariat, dan

    Multivariat Dilengkapi Aplikasi

    Denagan Menggunakan SPSS.

    Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

  • 255

    Dharma, Kelana Kusuma (2011).

    Metodologi Penelitian

    Keperawatan (Panduan

    Melaksanakan dan Menerapkan

    Hasil Penelitian). Jakarta: Trans

    Info Media.

    Hannie (2013). Jus Labu Siam.

    http://dapuralba15.com. Diakses: 15

    Januari 2015.

    Hanuragadi, Teguh (2011). Turunkan

    Kolesterol-Cegah Hipertensi

    Dengan Labu Siam. http://aneka-

    tanamanobat.com. Diakses : 27

    Januari 2014.

    Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi

    Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.

    Jakarta: Rineka Cipta.

    Nugroho. (2000). Keperawatan Gerontik

    &Geriatrik. Jakarta : Penerbit Buku

    Kedokteran EGC.

    Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan

    Metodologi Penelitian Ilmu

    Keperawatan. Pedoman Skripsi,

    Tesis, dan Instrumen Penelitian

    Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :

    Salemba Medika.

    Putri, Olivia Bunga (2012). Pengaruh

    Pemberian Ekstrak Buah Labu Siam

    (Sechuim edulle) Terhadap

    Penurunan Kadar Glukosa Darah

    Tikus Wistar Yang Diinduksi

    Aloskan. Karya Tulis Ilmiah

    Program Pendidikan Sarjana

    Kedokteran Fakultas Kedokteran

    Universitas Diponegoro.

    http//:eprints.undip.ac.id. Diakses:

    15 Januari 2014.

    Salomon, Nell (2014). Cara Mengatasi

    Kolesterol Jahat Secara Alami.

    Tahukah Bahwa Labu Siam Bagus

    Untuk Menurunkan Kolesterol

    Jahat Jika Dikonsumsi Rutin?

    http://www.indonesiasehat.net.

    Diakses: 15 Januari 2014.

    Wiadnya, Ida Bagus Rai. et.al (2014).

    Efektivitas Pemberian Filtrat Labu

    Siam (Sechium Edule) Terhadap

    Penurunan Kadar Kolesterol Total

    Pada Darah Hewan Coba Tikus

    Putih (Rattus norvegicus) Strain

    Wistar. Jurnal Media Bina Ilmiah,

    Volume 8. No. 1.

    http://www.lpsdimataram.com.

    Diakses: 15 Januari 2014.

    1. Endang Abdullah, S.Kp, M.Si :

    Dosen STIKES Hang Tuah

    Tanjungpinang.

    2. Lidia Wati, S.Kep, Ns : Dosen

    STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

    http://dapuralba15.com/http://aneka-tanamanobat.com/http://aneka-tanamanobat.com/http://www.indonesiasehat.net/http://www.lpsdimataram.com/

  • 256

    3. Komala Sari, S.Kep, Ns : Dosen

    STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

  • 257

    MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS MAHASISWA STIKES

    HANGTUAH TANJUNGPINANG

    Umu Fadhilah1

    ABSTRAK

    Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswa sukses dalam belajar bahasa Inggris, salah satunya adalah

    motivasi. Motivasi adalah salah satu aspek penting yang dibutuhkan oleh mahasiswa dalam belajar bahasa Inggris.

    Dalam penelitian ini, penulis meneliti jenis-jenis motivasi dalam belajar bahasa Inggris, dan tingkatan motivasi

    dalam belajar bahasa Inggris, mahasiswa STIKES HangTuah Tanjungpinang Penelitian ini menggunakan

    pendekatan deskriptif kuantitatif. Obyek penelitian adalah 99 Mahasiswa STIKES HangTuah Tanjungpinang. Data

    penelitian ini dianalisa dengan menggunakan kuesioner dan SPSS 20 Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

    didapatkan sebanyak Berdasarkan tabel di atasa maka Berdasarkan tabel 43 didapatkan sebanyak (49,5%)

    motivasi instrinsik responden rendah, sebanyak (42,4%) motivasi ekstrinsik responden rendah, sebanyak (58,6%)

    motivasi integritas responden tinggi, dan sebanyak (55,6%) motivasi instrumental responden tinggi. Sedangkan

    motivasi responden secara keseluruhan didapatkan sebanyak (55,6%) tinggi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan

    bahwa mahasiswa memiliki motivasi integritave dan instrumental yang tinggi akan tetapi memiliki motivasi

    Instrinsik dan Ekstrinsik yang masih rendah.

    Kata kunci : Motivasi, belajar Bahasa Inggris

    ABSTRACT

    There are many factors that affect student success in learning the English language, one of which is the motivation.

    Motivation is one of the important aspects needed by the students in learning English. In this study, the authors

    examined the types of motivation in learning English, and the level of motivation in learning English, students

    STIKES HangTuah Tanjungpinang This study used quantitative descriptive approach. The research object is 99

    students STIKES HangTuah Tanjungpinang. The research data was analyzed using a questionnaire and SPSS 20

    Results of this study indicate that gained as much as Based on the table by table 43 Atasa then obtained as much

    (49.5%) of respondents low intrinsic motivation, as many (42.4%) of respondents low extrinsic motivation , as

    many (58.6%) respondents' motivation high integrity, and as many (55.6%) respondents instrumental motivation

    high. While the motivation of respondents overall earned as much (55.6%) high. From this study it can be

    concluded that the students have the motivation and instrumental integritave high but have intrinsic and extrinsic

    motivation is still low.

    Key words : Motivation, learning English

  • 280

    PENDAHULUAN

    Bahasa Inggris merupakan mata kuliah

    Humaniora dan merupakan kopetensi dari

    mata kuliah pengembangan kepribadian.

    Mata kuliah ini membekali mahasiswa

    untuk mampu berkomunikasi secara aktif

    dalam berbahasa Inggris yang nantinya

    mahasiswa mempunyai kopetensi dalam

    berbahasa inggris baik secara oral maupun

    tulisan.

    Mata kuliah Bahasa Inggris untuk

    keperawatan ini berisi tentang kompetensi

    berbahasa yang mengacu pada

    keterampilan dan prosedure keperawatan

    professional yang berlaku secara

    International yang nantinya setelah

    menyelesaikan studi, mahasiswa tidak asing

    lagi dengan istilah dalam prosedure

    keperawatan dan membantu mereka dalam

    menggunakan bahasa Inggris untuk

    menjalankan proses keperawatan.

    Dari pengamatan penulis, ternyata

    masih banyak mahasiswa STIKES

    HangTauah Tanjungpinang yang kurang

    memiliki motivasi dalam belajar bahasa

    Inggris sehingga hasil belajar bahasa

    Inggrisnya sangat kurang. Dari hasil suryey

    didapatkan 20 % mahasiswa sangat excited

    (semangat),80% mahasiswa biasa-biasa

    saja bahkan terkesan malas untuk belajar

    bahasa inggris. hal ini bisa dilihat dari hasil

    ujian semester 75% mahasiswa masih

    mendapatkan nilai dibawah standar

    (dibawah 70).

    Dengan adanya beragam reaksi dan

    motivasi dalam pembelajaran bahasa

    inggris tentu didasarkan oleh faktor yang

    beragam pula. Bagi mahasiswa yang

    memiliki semangat ketika proses belajar

    bahasa inggris, rata-rata mereka yang

    memiliki kemampuan yang baik dalam

    belajar bahasa inggris, sementara

    mahasiswa yang bereaksi biasa-biasa saja

    bahkan cenderung malas, mereka memiliki

    kemampuan yang kurang atau kesulitan

    dalam memahami pelajaran bahasa Inggris

    Melihat beragam reaksi tersebut,

    Pengajar yang mengajarkan bahasa inggris

    berusaha memberikan motivasi dengan cara

    berusaha semaksimal mungkin membuat

    proses belajar bahasa inggris yang menarik

    dan menyenangkan bagi mahasiswa, dan

    terus meyakinkan mahasiswa bahwa bahasa

    inggris bukanlah pelajaran yang sangat sulit

    seperti kebanyakan mahasiswa asumsikan

    selama ini. Beberapa metode sudah di coba

    pengajar dalam keberhasilan pengajaran

    bahasa Inggris. Seperti metode role play,

    audio visual, drama serta mengaitkan

    materi dengan hal-hal yang berkaitan

    dengan profesi mereka, Dengan cara

    tersebut diharapkan akan meningkatkan

    motivasi mahasiswa, sehingga meningkat

    pula keberhasilan Mahasiswa dalam

    pembelajaran bahasa inggris,

    Namun walaupun telah melakukan hal-

    hal yang positif dalam upaya meningkatkan

    motivasi mahasiswa, masih saja terdapat

  • 281

    beberapa mahasiswa yang belum

    sepenuhnya aktif, sehingga hasil belajarnya

    pun tidak mengalami perubahan yang

    signifikan kearah yang lebih baik.

    Oleh karena itu motivasi

    mahasiswa hingga saat ini diyakini sebagai

    unsur

    pembelajaran yang menentukan

    keberhasilan belajar mahasiswa. (Chaer,

    2009) dalam (Yanti,Arni 2013 )

    menyatakan bahwa Dalam pembelajaran

    bahasa kedua ( Bahasa Inggris) ada asumsi

    yang menyatakan bahwa orang yang di

    dalam dirinya ada keinginan, dorongan,

    atau tujuan yang ingin dicapai dalam bahasa

    kedua cenderung akan lebih berhasil

    dibandingkan dengan orang yang belajar

    tanpa dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan,

    atau motivasi itu hal serupa juga

    dikemukakan oleh (Yusuf Heri 2013 )

    bahwa motivasi pembelajar dalam

    mempelajari bahasa asing merupakan

    penggerak utama yang membawanya pada

    keberhasilan mempelajari bahasa asing

    tersebut. Brown (2007) menyatakan bahwa

    motivasi merupakan variabel afektif yang

    harus dipertimbangkan dalam proses

    pembelajaran bahasa. Motivasi belajar yang

    dimaksud adalah suatu dorongan mental

    yang muncul dari dalam dan luar

    mahasiswa untuk melaksanakan tugas

    secara keseluruhan berdasarkan tanggung

    jawab masing-masing. Bagi mahasiswa

    tugas dan tanggung jawab terlihat pada

    aktivitas belajar yang dikerjakan akibat

    dorongan yang diberikan oleh pengajar.

    karena itu setiap individu atau mahasiswa

    memiliki kondisi internal yang berperan

    dalam aktivitas dirinya sehari-hari dan salah

    satu kondisi internal tersebut adalah

    motivasi. Hal inilah yang melatar belakangi

    peneliti tertarik melakukan penelitian

    tentang gambaran dan jenis - jenis motivasi

    belajar bahasa Inggris pada Mahasiswa

    Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah

    Tanjungpinang

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA

    PEMIKIRAN

    Kajian pustaka (Teori Motivasi)

    Definisi Motivasi

    Istilah motivasi berasal dari verba latin

    movere (to move) yang berarti

    menggerakkan (Pintrich 2002) Istilah ini

    menggambarkan adanya kekuatan yang

    mendorong individu bergerak melakukan

    sesuatu secara terus menerus, mendorong

    kita terus bergerak dan membantu kita

    menyelesaikan tugas (Pintrich 2002 ).

    Sekarang ini, motivasi telah

    konseptualisasikan kedalam berbagai cara

    meliputi dorongan dari dalam (inner force),

    keadaan yang berlangsung terus menerus

    (enduring traits),respon perilaku terhadap

    rangsangan (behavioral responses to

    stimuli) dan seperangkat kepercayaan atau

    penilaian (a set of beliefs and affects)

    (Pintrich 2002). Cara yang dimaksud dapat

  • 282

    dikaitkan dengan beberapa pendapat

    sebagai berikut :

    Pendapat pertama Menurut pandangan

    dari Budiawan (2008) diadaptasi dari

    Bornstein (1987) yang menganggap

    motivasi sebagai suatu dorongan dari dalam

    (inner drive), impuls,dan emosi, yang

    menggerakkan seseorang melakukan

    aktivitas tertentu. Secara umum motivasi

    diartikan sebagai usaha untuk memperoleh

    tujuan yang terorganisir. Unsur motivasi

    diantaranya adalah usaha, tujuan,yang

    terorganisir dan kebutuhan

    Budiawan(2008)

    Pendapat kedua mendefinisikan

    motivasi berkaitan dengan melakukan

    sesuatu, mempelajari hal baru, dan

    mendorong kita melakukanya lagi ketika

    mengalami kegagalan. Tileston (2004)

    Pendapat ketiga menurut pandang

    (Usman Uzer M : 2000) Motivasi adalah

    suatu perubahan energi dalam diri (pribadi)

    seseorang yang ditandai dengan timbulnya

    perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

    Motivasi adalah suatu proses untuk

    menggiatkan motif-motif menjadi

    perbuatan / tingkah laku untuk memenuhi

    kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan

    dan kesiapan dalam diri individu yang

    mendorong tingkah lakunya untuk berbuat

    sesuatu dalam mencapai tujuan.

    Sedangkan menurut pendapat (Chaer,

    2009) Dalam pembelajaran bahasa Asing

    (Inggris ) ada asumsi yang menyatakan

    bahwa orang yang di dalam dirinya ada

    keinginan, dorongan, atau tujuan yang ingin

    dicapai dalam bahasa kedua cenderung

    akan lebih berhasil dibandingkan dengan

    orang yang belajar tanpa dilandasi oleh

    suatu dorongan, tujuan, atau motivasi itu

    Motivasi dapat didefinisikan sebagai

    pendorong seseorang untuk melakukan

    suatu kegiatan, Motivation relates to the

    drive to do something, to study new things,

    and encourages us to try again when we

    fail. (Tileston dalam Marlina: 2007).

    Dalam pembelajaran bahasa asing, Hines

    and Rutherford menyatakan Motivation is

    the feeling nurtured primarily by the

    classroom teacher in the learning situation

    as he engages in carefully planned as well

    as intuitive practices which will satisfy one

    or more of the basic, universal, cognitive,

    and affective human needs

    Definisi motivasi berdasarkan para

    Peneliti di atas pada hakekatnya adalah

    suatu dorongan dan penggerak aktif dalam

    diri mahasiswa untuk melakukan aktivitas

    belajar. Motivasi belajar bisa dikatakan

    sebagai energi dalam diri seseorang yang

    ditandai dengan munculnya feeling dan

    didahului dengan tanggapan terhadap

    tujuan-tujuan belajar. Motivasi belajar

    menentukan secara langsung terhadap

    intensitas belajar. Seseorang yang memiliki

    motivasi belajar tinggi akan melakukan

    kegiatan belajar secara optimal (Wiyono,

    2003).

  • 283

    Crookes dan Schmidt dalam Budiawan

    ( 2008) memperluas definisi motivasi dalam

    pembelajaran bahasa dengan

    menyimpulkan bahwa motivasi dalam

    pembelajaran bahasa mempunyai fitur

    internal dan ekxternal ada empat faktor

    internal dan attitudinal dalam struktur

    motivasi :

    1. Minat pada bahasa sasaran yang

    didasari oleh keberadaan

    sikap,pengalaman,dan latar

    belakang pengetahuan mahasiswa.

    2. Relevansi yang melibatkan

    persepsi yang dibutuhkan

    seseorang seperti prestasi,afiliasi,

    dan kekuatan yang ditemui pada

    waktu mengikuti pembelajaran

    bahasa sasaran

    3. Harapan akan keberhasilan atau

    kegagalan.

    4. Hasil, berupa imbalan ekstrinsik

    yang dirasakan mahasiswa, dari

    sisi eksternal motivasi

    pembelajaran bahasa dapat berupa

    karakteristik perilaku mahasiswa

    dan termasuk didalamnya adalah :

    a. Mahasiswa memutuskan

    memilih, menaruh perhatian,

    an membuat ikatan dengan

    pembelajaran bahasa sasaran

    (Inggris )

    b. Tekun belajar untuk suatu

    periode tertentu dan akan

    kembali belajar setelah

    terjadinya pemutusan belajar

    sementara (interupsi)

    c. Mahasiswa memelihara

    tingkat aktivitas belajar yang

    tinggi

    Berdasarkan urain diatas dapat

    disimpulkan bahwa motivasi

    merupakan sebuah proses seseorang,

    kita tidak dapat mengamati secara

    langsung tetapi menafsirkannya dari

    tingkah laku tersebut sebagai pilihan

    tugas,usaha, kesinambungan dan

    verbalisasi (misalnya saya sangat

    ingin melakukan ini). Motivasi

    meliputi tujuan yang memberikan

    dorongan dan arahan untuk melakukan

    tindakan.

    Motivasi membutuhkan

    kegiatan fisik dan mental. Kegiatan

    mental mengikuti

    usaha,kesinambungan, dan tindakan

    lainnya. Kegiatan, mental yamg

    meliputi tindakan, kognitif, seperti

    perencanaan, latihan,

    pengorganisasian, pengawasan,

    pembuatan keputusan, pemecahan

    masalah, dan penilaian pengembangan.

    Dengan kata lain motivasi merupakan

    energi yang mendorong mahasiswa

    menentukan tujuan, usaha-usaha untuk

    mencapainya, dan tidak menyerah

    ketika menghadapi kendala bahkan

    kegagalan. (Budiawan 2008)

  • 284

    Dalam kaitanya dengan

    Pembelajarn Bahasa Asing (Inggris)

    motivasi di bedakan menjadi 2

    kelompok, yaitu motivasi belajar dan

    motivasi belajar bahasa. Kedua

    motivasi ini yang akan menjadi acuan

    bagi penulis dalam menggambarkan

    motivasi yang dimiliki mahasiswa

    dalam belajar bahasa Inggris

    Motivasi belajar (Motivasi

    instrinsik dan ekstrinsik)

    Gunarsa (2004) Secara umum

    macam-macam motivasi dibedakan

    menjadi dua,yaitu motivasi intrinsik dan

    motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik

    merupakan dorongan atau keinginan yang

    kuat yang berasal dari dalam diri seseorang.

    Semakin kuat motivasi instrinsik yang

    dimiliki oleh seseorang, semakin besar

    kemungkinan ia memperlihatkan tingkah

    laku yang kuat untuk mencapai tujuan.

    Aliran motivasi instrinsik menganggap

    bahwa manusia telah memiliki kemampuan

    bawaan dari lahir (innate) untuk

    mengembangkan dan melakukan kegiatan

    yang berkaitan dengan pembelajaran,

    dorongan eksternal tidak penting karena

    dorongan pembelajaran berada dalam diri

    individu. Aliaran ini berpandangan bahwa

    manusia dilahirkan untuk mencari

    kesempatan mengembangkan kemampuan

    dan mencari sesuatu yang baru, peristiwa

    dan kegiatan yang agak berbeda dari

    harapan mereka.

    Dalam kaitanyan dengan pembelajaran

    bahasa, motivasi instrinsik (Tileston 2004)

    merupakan keinginan yang muncul dari

    dalam diri mahasiswa untuk melakukan

    sesuatu dengan tujuan mendapatkan tujuan

    karena ingin menemukan sesuatu,

    menjawab pertanyaan , atau ingin

    mengalami pencapaiaan yang ia lakukan

    sendiri (prestasi ), dengan demikian

    motivasi instrik siswa akan belajar giat

    untuk kepuasan sendiri dalam

    pembelajaran, sehingga motivasi instrik ini

    diyakini sebagai motivator utama yang

    potensial dalam proses pembelajaran.

    Dyan and Deci (2000)menunjukkan

    bahwa motivasi instrinsik adalah yang

    paling penting baik dan itu mendefinisikan

    sebagai keinginan untuk terlibat dalam

    suatu kegiatan untuk kepuasan melekat

    daripada beberapa konsekuensi dipisahkan

    (1) Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan

    segala sesuatu yang diperoleh melalui

    pengamatan sendiri, ataupun melalui

    saran,anjuran, atau dorongan dari orang

    lain.Borwn dalam Budiawan (2008)

    mengemukakan bahwa motivasi ekstrinsik

    umumnya dipicu oleh faktor -faktor luar

    seperti orang tua, guru, atau lingkungan

    sosial. Perilaku yang termotivasi secara

    ekstrinsik dilakukan atas dasar penghargaan

    dari faktor luar atau untuk menghindari

    hukuman. Penghargaan yang dimaksud

    umumnya dalam bentuk hadiah,uang,nilai

  • 285

    bagus,dsb. Akan tetapi, salah satu dampak

    yang tidak dari motivasi ekstrinsik menurut

    Brown bersifat adiktif.

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat

    diambil kesimpulan bahwa motivasi

    instrinsik dan motivasi ekstrinsik memiliki

    pengaruh penting terhadap individu dalam

    melakukan sesuatu, terutama dalam

    kaitanya dengan pembelajaran.

    Pembelajaran yang dimaksud disini adalah

    pembelajaran bahasa . Dengan demikian

    motivasi yang dimaksudkan dalam

    penelitian ini adalah motivasi belajar

    bahasa inggris.

    motivasi belajar bahasa Asing

    (Inggris) : integratif dan istrumental

    Dalam kaitanya dengan pembelajaran

    bahasa, Gardner dan Lambert (1985) seperti

    dikutip Budiawan (2008) mengajukan dua

    unsur utama motivasi mempelajari bahasa

    yang mereka namakan orientasi

    (orientation) yakni motivasi intregatif

    (integrative motivation) : keinginan

    mempelajari sebuah bahasa karena ia ingin

    belajar lebih tentang masyarakat

    kebudayaan lain dan untuk menjadi bagian

    dari komunitas penutur bahasa asing itu,dan

    motivasi intrumental (instrumental

    motivasion): keinginan untuk mempelajari

    sebuah bahasa untuk mencapai tujuan

    akademik atau keberhasilan di bidang

    pekerjaan. Sebaliknya mahasiswa yang

    memiliki orientasi instrumental

    mempelajari bahasa asing untuk mencapai

    akademis atau tujuan yang berhubungan

    dengan karir masa depan. Hal senada

    dikemukakan oleh Gardner dan Lambert

    (1972: 3) dalam Chaer (2009: 251) motivasi

    yang berkaitan dengan pembelajaran

    bahasa kedua mempunyai dua fungsi, yaitu

    fungsi integratif dan fungsi instrumental.

    Motivasi berfungsi integratif kalau motivasi

    itu mendorong seseorang untuk

    mempelajari suatu bahasa karena adanya

    keinginan untuk berkomunikasi dengan

    masyarakat penutur bahasa itu atau menjadi

    anggota masyarakat bahasa tersebut.

    Sedangkan motivasi berfungsi instrumental

    kalau motivasi itu mendorong seseorang

    untuk memiliki kemauan mempelajari

    bahasa kedua itu karena tujuan yang

    bermanfaat atau karena dorongan ingin

    memperoleh suatu pekerjaan atau mobilitas

    sosial pada lapisan atas masyarakat

    tersebut.

    Dari penjelasan diatas diperoleh

    gambaran yang jelas tentang Motivasi

    dalam pembelajaran Bahasa Inggris

    terlihat melalui adanya motivasi

    instrumental, integratif, intrinsik, dan

    ekstrinsik yang mendorong aktivitas

    belajar.

    Pengelolaan keempat motivasi

    tersebut dapat menunjang keberhasilan

    proses pembelajaran Bahasa Inggris.

    meskipun motivasi tersebut berbeda

    tujuan dan hasrat misalnhya tujuan

  • 286

    mahasisawa dalam pembelajaran

    bahasa asing memiliki tujuan sosial dan

    budaya, dengan kata lain mempelajari

    budaya dan dan perilaku penutur bahasa

    itu (Integrative motivation), sebaliknya

    memiliki tujuan praktis, biasanya

    berkaitan dengan tujuan akdemis dan

    bisnis(motivasi instrumental).

    Peranan dan Manfaat Motivasi dalam

    pembelajaran bahasa asing (inggris)

    Dalam kaitanya dengan pembelajaran

    bahasa (Hines dan Rutherford 1982 dalam

    Budiawan 2008) motivasi merupakan

    perasaan terasuhi (nurtured) oleh guru kelas

    (dosen) karena situasi pembelajaran

    dilakukan dengan sangat terencana,

    demikian juga halnya dengan latihan-

    latihan yang bersifat intuitif memberikan

    kepuasan pada salah satu kebutuhan

    dasar,universal,kognitif,dan kebutuhan

    efektif manusia. Brown,harre,glelete dalam

    Budiawan 2008 menempatkan motivasi

    sebagai isu sentral. Pentinnya peranan

    motivasi dalam pembelajaran bahasa asing

    (Inggris)dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Motivasi yang tinggi dapat

    mengarahkan pembelajar (mahasiswa)

    melakukan usaha-usaha secara lebih

    giat untuk belajar bahasa kedua

    (Inggris )

    2. Motivasi yang tinggi mendorong

    pembelajar mencari dan menentukan

    strategi belajar yang sesuai dengan

    kondisi dirinya dan asupan atau

    kemampuan kebahasaan yang menjadi

    sasaran belajarnya.

    3. Motivasi mendorong seorang

    pembelajar berusaha mencari dan

    menentukan strategi metakognitif yang

    memungkinkanya belajar dengan muda

    4. Motivasi yang dimiliki seorang

    pembelajar akan melakukan berbagai

    upaya menaggulangi kendala-kendala

    belajar dan mengupayakan

    terwujudnya kemudahan-kemudahan

    yang mendukung proses belajar.

    5. Motivasi membantu mengaktifkan,

    mengarahkan, dan memelihara

    perilaku manusia, termasuk perilaku

    untuk melakukan upaya-upaya meraih

    kemampuan berbahasa kedua(bahasa

    Inggris)

    Berdasarkan Uraian para Pakar

    Diatas maka penulis dapat mengambil

    kesimpulan bahwa dalam belajaran Bahasa

    Inggris sebagai bahasa asing. Mahasiswa

    harus memiliki motivasi yang tinggi.

    Dianatara motivasi belajar bahasa Inggris

    adalah motivasi Instrinsik,motivasi

    Ekstrinsik,motivasi Integrative. dan

    motivasi Istrumental dan keem[pat jenis

    inilah yang menjadi gambaran motivasi

    yang dimiliki bagi mahasiswa STIKES

    HangTuah Tanjungpinang dalam belajar

    Bahasa Inggris.

  • 287

    23. Kerangka Pemikiran

    Kerangka teori

    Pada penelitian yang akan dilakukan oleh

    peneliti, menggunakan beberapa faktor

    motivasi dalam pembelajarn bahasa inggris

    menurut Budiawan (2008), (cit Gardner

    dan Lambert (1985) dan Gunarsa (2004).

    Adapun faktor-faktor yang berhubungan

    dengan motivasi belajar bahasa inggris

    menurut pakar di atas adalah sebagai

    berikut.

    1. intrinsik, 2. ekstrinsik, 3.

    integratif 4. Instrumental. Beberapa faktor

    tersebut akan digambarkan seperti pada

    kerangka teori berikut

    METODE PENELITIAN

    Populasi sampel

    Populasi.

    Populasi adalah keseluruhan objek

    penelitian atau objek yang diteliti

    (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan

    pengertian populasi menurut Nursalam

    (2009) populasi adalah subjek (manusia ;

    klien) yang memenuhi kriteria yang telah

    ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini

    adalah seluruh mahasiswa STIKES Hang

    Tuah Tanjungpinang T.A 2013-2014 yaitu

    sebanyak 99 orang dengan rincian

    mahasiswa SI semester 1 berjumlah 20

    orang, mahasiswa semester III berjumlah

    34 orang, mahasiswa D3 tingkat II

    berjumlah 45 orang,

    Sample.

    Sampel adalah objek yang diteliti dan

    dianggap mewakili seluruh populasi

    (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan

    pengertian sampel menurut Nursalam

    (2009) sampel terdiri dari bagian populasi

    terjangkau yang dapat dipergunakan

    sebagai subjek penelitian melalui sampling

    (proses menyeleksi porsi dari populasi yang

    dapat mewakili populasi yang ada).

    Tehnik Pengambilan Sample.

    Pengumpulan data dilakukan dengan

    menggunakan kuesioner kepada responden.

    Kemudian peneliti menghubungi responden

    dan meminta kesediaannya untuk mengisi

    kuesioner, serta sebelumnya diminta untuk

    mengisi lembar informed consent terlebih

    dahulu sebelum mengisi kuesioner yang

    diberikan.Pengambilan sampel dalam

    penelitian ini adalah sampling

    jenuh.Sampling jenuh adalah teknik

    penentuan sampel bila semua anggota

    populasi digunakan sebagai sampel

    (Setiadi, 2007).Berarti dalam penelitian ini

    sampel yang diambil adalah semua

    mahasiswa STIKES Hang Tuah

    Tanjungpinang Tahun 2014 yang berjumlah

    99 orang yang sedang mengikuti proses

    pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris.

    3 Desain Penelitian

    Pada penelitian ini menggunakan desain

    penelitian deskriptif kuantitatif, dengan

    pendekatan atau desain cross sectional

  • 288

    observasi atau pengumpulan data sekaligus

    pada suatu saat (point time

    approach).Artinya tiap subjek penelitian

    hanya diobservasi sekali saja dan

    pengukuran dilakukan terhadap status

    karakter atau variabel subjek pada saat

    pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa

    semua subjek penelitian diamati pada waktu

    yang sama. Penelitian cross sectional ini

    sering disebut juga dengan penelitian

    transversal (Notoatmodjo, 2010).Penelitian

    ini mengidentifikasi melalui pemberian

    kuesioner pada responden dalam hal ini

    yaitu Mahasiswa Keperawatan di STIKES

    Hang Tuah Tanjungpinang yang mengikuti

    mata kuliah bahasa Inggris pada semester

    ganjil tahun ajaran 2013/2014 melaku,

    kemudian dianalisis untuk mencari

    gambaran motivasi yang dimiliki

    mahasiswa STIKES HangTuah

    Tanjungpinang dalam belajar bahasa

    Inggris

    Seperti yang telah digambarkan pada

    kerangka konsep penelitian ini, variabel

    yang akan diteliti adalah : variabel

    dependen yaitu motivasi belajar Bahasa

    inggris pada mahasiswa STIKES

    HangTuah Tanjungpinang dan Variable

    independen nilai Akhir hasil belajar

    mahasiswa.

    Pengumpulan Data

    Observasi adalah kegiatan pengumpulan

    data melalui pengamatan langsung terhadap

    aktivitas responden atau partisipan yang

    terencana, dilakukan secara aktiv dan

    sistematis (kelana,2011). Data yang

    dikumpulkan peneliti dengan

    menggunakan metoda observasi

    partisipasif berupa metoda kuesioner yaitu

    pengumpulan data dengan cara

    memberikan daftar pertanyaan/pernyataan

    tertulis dengan beberapa pilihan jawaban

    kepada responden. Jenis kuesioner adalah

    kuesioner tertutup dan langsung, dimana

    responden diminta memilih jawaban yang

    sesuai dengan keadaan dirinya sendiri

    Dalam pengumpulan data peneliti

    dibantu tim yang terdiri dari 3 anggota dan

    2 mahasiswa. Sebelumnya anggota tim

    diberi arahan tentang cara mengumpulkan

    data, yaitu dengan karakteristik responden

    yang akan diambil, tempat pengambilan

    sampel dan menjelaskan masing-masing

    pertanyaan kuesioner. Hal ini dilakukan

    supaya pada saat pengumpulan data tidak

    terjadi kesalah pahaman atau salah

    persepsi.

    Proses pengumpulan data dilakukan

    sebagai berikut :

    1. Pengambilan data dilakukan oleh

    peneliti sendiri dimana peneliti

    mengadakan pendekatan

    kepadaMahasiswa STIKES di dalam

    kelas masing-masing

    2. Responden diberi penjelasan cara

    pengisian kuesioner dan apabila ada

    yang kurang jelas, dipersilakan untuk

    bertanya.

  • 289

    3. Pengumpulan data dengan cara

    membagikan kuesioner secara

    langsung oleh peneliti, selama

    pengisian kuesioner peneliti berada

    di sekitar responden.

    5. Setelah semua pernyataan diisi, lembar

    kuesioner diambil dan dikumpulkan

    oleh peneliti

    6. Analisa data

    Alat Pengumpulan Data.

    Alat pengumpulan data atau instrumen

    dalam penelitian ini adalah instrumen

    berupa kuesioner motivasi belajar yang

    dibuat sendiri oleh peneliti. Kuisioner

    adalah suatu bentuk atau dokumen yang

    berisi beberapa item pertanyaan atau

    penyataan yang dibuat berdasarkan

    indikator-indikator suatu variabel

    (Kelana,2011). Kuesioner motivasi belajar

    terdiri dari 50 pertanyaan yang bersifat

    positif. Skoring menggunakan skala Likert

    dengan rentang minimal-maksimal 1-5

    yakni nilai 5 dengan menjawab SS =

    Sangat setuju , nilai 4 dengan menjawab S

    = Setuju , nilai 3 dengan R= Ragu- ragu

    (sama banyaknya antara setuju dan tidak

    setuju), nilai 2 dengan TS= Tidak Setuju

    (lebih banyak tidak setuju daripada setuju),

    nilai 1 dengan dan STS= Sangat tidak setuju

    sedangkan untuk pernyataan negative

    diberikan skor 2. Skor 2 diberikan pada

    jawaban tidak setuju, sedangkan untuk

    pernyataan negative diberikan skor 3. Skor

    1 diberikan pada jawaban tidak setuju untuk

    pernyataan positif, sedangkan untuk

    pernyataan negative diberikan skor 4.

    Pilihan jawaban yang bervariasi, dan

    responden memilih jawaban yang telah

    tersedia.

    PEMBAHASAN

    Interpretasi dan Hasil

    Interpretasi dan diskusi hasil ini

    didahului dengan pembahasan tentang

    variabel motivasi instrinsik, ekstrinsik,

    integritas dan instrumental.. Kemudian

    dilanjutkan dengan pembahasan serta

    kesimpulan dari keseluruhan motivasi

    yang dimiliki oleh mahasiswa STIKES

    dalam belajar Bahasa Inggris.

    Instrinsik Motivasi

    Berdasarkan hasil penelitian (58,3%)

    responden memiliki motivasi Instrinsik

    yang rendah. Dari hasil tersebut

    disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki

    motivasi Instrinsik yang rendah dalam

    belajar bahasa Inggris. Hal ini sangat

    berpengaruh dalam keberhasilan

    Mahasiswa dalam belajar bahasa Inggris.

    Karena motivasi instrik adalah keinginan

    yang timbul dalam diri seseorang dan

    merupakan sebuah awal dalam memacu

    motivasi-motvasi yang yang lain yaitu,

    motivasi Ekstrinsik,

    integrative,instrumental dalam belajar

    bahasa Inggris.

    Motivasi intrinsik mengacu pada

    belajar sendiri memiliki penghargaan

    sendiri (Arnold, 2000). Artinya peserta

  • 290

    didik yang rela dan sukarela (tidak wajib)

    mencoba untuk mempelajari apa yang

    mereka pikir itu layak atau penting bagi

    mereka. Ketika mahasiswa memiliki

    motivasi intrinsik, mereka memiliki hasrat

    untuk belajar dan mereka tidak memiliki

    kebutuhan untuk hasil eksternal. Tidak ada

    dampak negatif dalam memiliki motivasi

    intrinsik. Selain itu, motivasi intrinsik

    mendorong mahasiswa untuk belajar tanpa

    imbalan, karena kebutuhan bawaan atau

    datang dari dalam atau tergantung pada

    kemauan mereka sendiri. Lightbown dan

    Spada (1999) menyebutkan bahwa dosen

    tidak memiliki banyak efek pada motivasi

    intrinsik mahasiswa karena mahasiswa

    berasal dari latar belakang yang berbeda

    dan satu-satunya cara untuk memotivasi

    mahasiswa adalah dengan membuat kelas

    lingkungan yang mendukung.

    Dyan and Deci (2000)menunjukkan

    bahwa motivasi instrinsik adalah yang

    paling penting baik dan itu mendefinisikan

    sebagai keinginan untuk terlibat dalam

    suatu kegiatan untuk kepuasan melekat

    daripada beberapa konsekuensi dipisahkan

    Menurut (Tileston 2004) motivasi

    instrinsik merupakan keinginan yang

    muncul dari dalam diri Mahasiswa untuk

    melakukan sesuatu dengan tujuan

    mendapatkan tujuan karena ingin

    menemukan sesuatu, menjawab pertanyaan

    , atau ingin mengalami pencapaiaan yang ia

    lakukan sendiri (prestasi ), dengan

    demikian motivasi instrik Mahasiswa akan

    belajar giat untuk kepuasan sendiri dalam

    pembelajaran, sehingga motivasi instrik ini

    diyakini sebagai motivator utama yang

    potensial dalam proses pembelajaran

    bahasaasing (Inggris).

    Dari hasil item kuestioner motivasi

    Instrinsik maka didapatkan beberapa hasil

    yaitu pada kuestioner 1, 2,3,4mahasiswa

    sebanyak (62.6 % ) menyatakan bahwa

    mereka menyatakan bahwa mereka sangat

    menikmati belajar bahasa inggris dan

    belajar bahasa inggris adalah hobi serta

    belajar bahasa inggris adalah merupakan

    tantangan yang di nikmati. Sedangkan pada

    keestioner 7,8,9,10,11,1213. Sebanyak

    (45.5%) mahasiswa memiliki usaha dan

    pengharapan untuk bisa belajar bahasa

    inggris lebih baik lagi dari pada

    sebelumnya.

    Hal ini mengambarkan bahwa sebagian

    mahasiswa memiliki keinginan,kemauan

    dan usaha yang cukup dalam diri mereka

    untuk belajar bahasa inggris meskipun

    sebagian mahasiswa lagi tidak memiliki

    kemauan,keinginan dan usaha untuk belajar

    bahasa inggris. Keinginan dan kemauan

    inilah yang menjadi dasar dari motivasi

    instrinik yang harus dimiliki oleh setipa

    mahasiswa. Karena tanpa adanya motivasi

    instrinsik ini maka keberhasilan dalam

    belajar bahasa inggris dapat di wujudkan.

    Ekstrinsik

  • 291

    Berdasarkan hasil penelitian sebanyak

    (42.4%) motivasi ekstrinsik responden

    rendah. Dari hasil tersebut disimpulkan

    bahwa mahasiswa memiliki motivasi

    Ekstrinsik yang rendah dalam belajar

    bahasa Inggris. Motivasi ekstrinsik sangat

    berperan penting dalam pembelajaran

    bahasa inggris setelah motivasi instrinsik

    karena Motivasi Ekstrinsik adalah

    dorongan segala sesuatu yang diperoleh

    melalui pengamatan sendiri, ataupun

    melalui saran,anjuran, atau dorongan dari

    orang lain. Borwn dalam Budiawan (2008)

    mengemukakan bahwa motivasi ekstrinsik

    umumnya dipicu oleh faktor -faktor luar

    seperti orang tua, guru, atau lingkungan

    sosial. Perilaku yang termotivasi secara

    ekstrinsik dilakukan atas dasar penghargaan

    dari faktor luar atau untuk menghindari

    hukuman. Penghargaan yang dimaksud

    umumnya dalam bentuk hadiah,uang,nilai

    bagus,dsb. Saville-Troike, M. (2006).

    Sebagai motivasi ekstrinsik berdasarkan

    hasil eksternal seperti imbalan dan

    hukuman. Motivasi ini bisa membawa

    dampak negatif kepada Mahasiswa, karena

    dengan motivasi ekstrinsik, Mahasiswa

    tidak belajar dengan niat yang kuat atau

    akan tetapi mereka mempelajarinya karena

    mereka didorong oleh kepentingan dalam

    imbalan atau hukuman. Ketika seorang

    mahasiswa belajar karena dia dijanjikan

    imbalan atau karena dia ingin imbalan, dia

    akan sangat termotivasi untuk datang ke

    kelas dan belajar dan mencapai tujuan yang

    ditetapkan baginya. Tapi ketika imbalan

    tersebut diambil, atau kadang-kadang

    bahkan jika mereka tidak melihat hukuman

    apapun, mahasiswa tidak akan tertarik

    untuk datang ke kelas dan belajar bahasa

    lagi.Berbeda dengan penelitian Achmadi,

    2010 tentang pembelajaran Bahasa Inggris

    pada mahasiswa jurusan perhotelan

    akademi parawisata indonesia. Mereka

    memiliki motivasi ekstrinsik yang tinggi

    dalam belajar bahasa inggris sekitar (60,

    5%) mahasiswa menyatakan bahwa mereka

    antusias menguasai bahasa Inggris. Hal ini

    dikarenakan responden menilai bahasa

    Inggris mutlak diperlukan untuk

    pencapaian karir. Penelitaian dari Alviana

    2013 dari Universitas Brawijaya bahwa

    motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

    paling dominan yang dimiliki oleh

    mahasiswa tahun pertama dengan

    persentase (53%).Hal ini menunjukkan

    bahwa rata-rata mahasiswa universitas

    brawijaya tahun pertama memiliki motivasi

    ekstrinsik untuk belajar bahasa Inggris

    karena mereka didorong oleh keluarga,

    kelompok, atau masyarakat.

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat

    diambil kesimpulan bahwa motivasi

    ekstrinsik adalah jenis motivasi dari luar

    yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar

    mahasiswa yang mempengaruhi belajar

    bahasa Inggris mahasiswa. Faktor -faktor

    luar tersebut meliputi,Pujian dan hadiah,

  • 292

    peraturan/tata tertib kampus, suri tauladan

    orangtua, dosen, dan seterusnya merupakan

    contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik

    yang dapat menolong mahasiswa untuk

    belajar bahasa Inggris.

    Dari hasil item kuestioner motivasi

    ekstrinsik maka kita dapat menggambarkan

    motivasi mahasiswa Stikes HangTuah

    Tanjungpinang yang didapatkan beberapa

    hasil kuestioner. Pada kuestioner 15,16,

    18,19 alasan mahasiwa untuk belajar

    bahasa inggris adalah karena orang tua,

    status sosial,teman, keluarga,lingkungan

    rata-rata sebanyak (48.5 %). Pada

    kuestioner yang menyatakan tentang

    motivasi mereka karena mengajar dosen

    yang menyenangkan sebanyak menjawab

    setuju (45%) dan (23.2 %) menjawab sangat

    setuju 15%. Pada kuestioner yang