Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

19
3 VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019 Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad Naquib Al Attas ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN SYED MOHAMMAD NAQUIB AL ATTAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMIKIRAN ISLAM Nur Laila Safitri Email: nlsafi[email protected] Syarif Bahaudin Mudore Email: syarimudore@gmail.com Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Abstrak Most thinkers, born from mainland Europe and America. Reasoning every thinker is always influenced by the background of their lives. Their life journey always gives a different style of thinking than most people. Europe and the West are the biggest contributors to science and even they dominate the world through science. Muhammad Naquib Al Attas, is a figure who has high attention in maximizing religion as a basis for constructing scientific thinking. In the view of Al Attas, Islam is a source of knowledge. The West is the second party to take and modify science with their culture and civilization. Muhammad Naquib Al Attas discovered the formula of science in the form of Islamization of Science. Keyword: Muhammad Naquib Al Attas, Islamization of Science, Islamic Thinker Sebagian besar para pemikir, lahir dari daratan Eropa dan Amerika. Penalaran para pemikir selalu dilatar belakangi oleh kehidupan mereka. Perjalanan hidup mereka selalu memberikan gaya berpikir yang berbeda dari kebanyakan pemikir. Para pemikir Eropa dan Barat memberikan kontribusi terbesar terhadap pengembangan sains dan bahkan mendominasi dunia melalui sains. Muhammad Naquib Al Attas, sosok yang memiliki perhatian besar terhadap memaksimalkan agama sebagai dasar untuk membangun pemikiran ilmiah. Dalam pandangan Al Attas, Islam adalah sumber pengetahuan. Barat adalah pihak kedua untuk mengambil dan memodifikasi sains dengan budaya dan peradaban mereka. Muhammad Naquib Al Attas menemukan formula sains dalam bentuk Islamisasi sains.

Transcript of Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

Page 1: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

3

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad Naquib Al Attas

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN SYED MOHAMMAD NAQUIB AL ATTAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMIKIRAN ISLAM

Nur Laila SafitriEmail: [email protected]

Syarif Bahaudin MudoreEmail: [email protected]

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

AbstrakMost thinkers, born from mainland Europe and America. Reasoning every thinker is always influenced by the background of their lives. Their life journey always gives a different style of thinking than most people. Europe and the West are the biggest contributors to science and even they dominate the world through science. Muhammad Naquib Al Attas, is a figure who has high attention in maximizing religion as a basis for constructing scientific thinking. In the view of Al Attas, Islam is a source of knowledge. The West is the second party to take and modify science with their culture and civilization. Muhammad Naquib Al Attas discovered the formula of science in the form of Islamization of Science.

Keyword: Muhammad Naquib Al Attas, Islamization of Science, Islamic Thinker

Sebagian besar para pemikir, lahir dari daratan Eropa dan Amerika. Penalaran para pemikir selalu dilatar belakangi oleh kehidupan mereka. Perjalanan hidup mereka selalu memberikan gaya berpikir yang berbeda dari kebanyakan pemikir. Para pemikir Eropa dan Barat memberikan kontribusi terbesar terhadap pengembangan sains dan bahkan mendominasi dunia melalui sains. Muhammad Naquib Al Attas, sosok yang memiliki perhatian besar terhadap memaksimalkan agama sebagai dasar untuk membangun pemikiran ilmiah. Dalam pandangan Al Attas, Islam adalah sumber pengetahuan. Barat adalah pihak kedua untuk mengambil dan memodifikasi sains dengan budaya dan peradaban mereka. Muhammad Naquib Al Attas menemukan formula sains dalam bentuk Islamisasi sains.

Page 2: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

4

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Nur Laila Safitri

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan di zaman modern telah mengalami perkembangan yang pesat dan berkembang. Di zaman modern

ini, banyak bermunculan para pemikir yang meletakkan pemikirannya sebagai dasar untuk mencapai dan membangun konstruksi ilmu pengetahuan yang kuat. Banyak diantara mereka yang memberikan sumbangan besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Pemikiran mereka ini adalah dasar pemikiran yang banyak digunakan oleh para akademis dalam membangun konstruksi Ilmu Pengetahuan mereka.

Sebagian besar pemikir, lahir dari daratan Eropa dan Amerika. Penalaran setiap pemikir selalu dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan mereka. Perjalanan hidup mereka selalu memberikan corak berpikir yang berbeda dengan kebanyakan orang. Eropa dan Barat adalah penyumbang ilmu pengetahuan terbesar bahkan mereka menguasai dunia melalui ilmu pengetahuan. Dalam kurun waktu yang lama mereka telah mampu mengendalikan dunia melalui penguasaan ilmu pengetahuan mereka.

Fenomena ini membangkitkan kesadaran seorang filsuf kelahiran Bogor, Jawa Barat untuk membangun ilmu pengetahuan yang berbeda dengan konstruksi yang dibangun oleh para pemikir barat. Munculnya kebingungna-kebingunan di kalangan kaum Muslim yang disebabkan oleh pengenalan cara-cara barat dalam berpikir, menimbang dan meyakini sesuatu yang kemudian ditiru dan diikuti oleh beberapa pemikir, sarjana dan cendekiawan Muslim yang terpengaruh oleh Barat karena terpukau oleh kemajuan Ilmu dan Teknologi Barat.1 Syed Muhammad Naquib Al Attas, merupakan sosok yang memiliki perhatian tinggi dalam memaksimalkan agama sebagai dasar konstruksi pemikiran ilmu pengetahuan. Dengan berbekal pendidikan di Amerika dan London, ia mampu

1 Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Islam dan Sekularisme,

Page 3: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

5

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad Naquib Al Attas

memberikan formulasi yang bisa dijadikan pedoman berpikir bagi intelektual muslim. Dengan kata lain, Al Attas membentuk konstruksi Ilmu Pengetahuan dengan berlandaskan pada penalaran dan pemikiran yang dibimbing oleh wahyu ilahi. Dengan bimbingan ini, pemikiran manusia adalah pemikiran yang sadar tentang apa yang terlihat dan apa yang tidak terlihat. Syed Muhammad Naquib Al Attas menemukan formula ilmu pengetahuan berupa Islamisasi Ilmu Pengetahuan.

BIOGRAFI AL ATTAS

Al Attas memiliki nama lengkap Sayyid Muhammad Naquib bin

Ali bin Abdullah bin Muhsin al-Attas. Al Attas kecil lahir pada tanggal 5

September 1931 di Bogor, Jawa Barat Indonesia. Kedua orang tuanya

adalah orang terpandang dan memiliki hubungan darah dengan Nabi

Muhammad. Ayahnya adalah Syed Ali Al-Attas berasal dari Johor Bahru,

Malaysia, sedangkan Ibunya adalah Sharifah Raguan Al-Aydrus di Bogor

Jawa Barat.2 Hal ini dapat dilihat dari gelar yang dimilikinya, yaitu Sayyid, Syed.

Al Attas menempuh pendidikan dasar sejak berusia 5 tahun. Pada tahun 1935-1941, ia menempuh pendidikan dasar di Johor Bahru, tepatnya di Ngee Heng Primary School.3 Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, ia melanjutkan proses belajarnya di Sukabumi, Jawa Barat. Ia belajara bahasa Arab di Madrasah al ‘Urwah al Wutsqa pada tahun 1941-1945.4 Selanjutnya, ia kembali ke Johor untuk melanjutkan pendidikan di Bukit Zahrah School dan kemudian melanjutkan belajar di Englis College pada tahun 1946-1951. Al Attas sempat terjun ke dunia militer setelah ia menyelesaikan pendidikan menengahnya. Pada tahun 1951, ia ikut serta dalam The Malay Regiment dan General Sir Gerald Templar (British High Commisioner of Malaya) memilihnya untuk mengikuti pendidikan militer di Eton Hall, Chester, Wales. Pada tahun 1952-1955, ia mengikuti pendidikan

2 Akhmad Rofii Damyati, Syed Muhammad Naquib Al-Attas Dan Konsep Metafisik Dalam Islam, h. 2

3 Ibid. h. 24 Ibid. h. 10

Page 4: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

6

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Nur Laila Safitri

di Royal Military Academy, Sandhurst, England. Merasa kurang puas di dunia militer, ia kembali ke dunia pendidikan dan melanjutkan studinya di University of Malaya di Singapura pada tahun 1957-1959.

Selama belajar di University of Malaya, ia mampu menelurkan dua karya yang akan mengantarkannya mendapatkan fellowship dari Canada Council Fellowship. Dua karya tersebut adalah Rangkaian Ruba’iyyat dan Some Aspects of Sufism as Understood and Practised Among The Malays. Melalui dua karya ini, Al Attas mendapatkan kesempatan belajar di McGill University, Montreal, Kanada.5 Tesisnya yang berjudul Raniri and The Wujudiyyah of 17th Century Acheh, di bidang filsafat Islam mampu diselesaikan pada tahun 1962. Studi doktoralnya dilanjutkan ke University of London di School of Oriental and African Studies (SOAS) atas saran dan nasehat para Orientalis Inggris yang tertarik dengan kemampuan Al Attas. Ia pun meraih gelar Ph.D dengan predikat sangat memuaskan pada tahun 1965 dengan disertasinya yang berjudul The Mysticism of Hamzah Fansuri.

Setelah studi doktoralnya selesai, pada tahun 1966, ia kembali ke University of Malaya dan mendapatkan tugas sebagai kepala pada The Division of Literatur pada Department of Malay Studies. Pada tahun 1968 hingga tahun 1970, ia diangkat menjadi dekan di Fakultas Sastra (Faculty of Arts) di Universitas tersebut. Ia juga merupakan salah satu pendiri senior dalam pendirian Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) pada tahun 1970. Jasanya yang paling berharga dalam dunia pendidikan Malaysia adalah ia sebagai penggagas, pendiri dan desainer International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC), baik dari segi arsitektur maupun kurikulumnya.6

5 Ibid. h. 36 Ibid. h. 4

Page 5: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

7

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad Naquib Al Attas

Selama perjalanan hidupnya, ia telah banyak menghasilkan karya-karya. Di antara karya-karyanya adalah sebagai berikut:7

1. Rangkaian Ruba’iyat (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1959),

2. Some Aspects of Sufism as Understood and Practised among the Malays(Singapore: Malaysian Sociological Research Institute, 1963),

3. Raniry and the Wujudiyyah of the 17th Century Acheh (Kuala Lumpur:Monographs of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 1969),

4. The Mysticism of Hamzah Fansuri (Kuala Lumpur: University of Malaya Press,1970),

5. The Correct Date of the Terengganu Inscription (Kuala Lumpur: MuseumDepartment, 1970),

6. Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu (Kuala Lumpur: UniversitiKebangsaan Malaysia, 1972),

7. Comments on the Re-Examination of al-Raniri’s Hujjat al-Siddiq: A Refutation(Kuala Lumpur: Museum Department, 1975),

8. Islam and Secularism (Kuala Lumpur: Muslim Youth Movement of Malaysia[ABIM], 1978 dan dicetak ulang di Kuala Lumpur oleh International Instituteof Islamic Thought and Civilisation [ISTAC, 1993),

9. The Concept of Education in Islam (Kuala Lumpur: ABIM, 1980 dan dicetakulang di Kuala Lumpur oleh ISTAC),

10. A Commentary on the Hujjat al-Siddiq of Nur al-Din al-Raniri: (Kuala Lumpur:Malaysian Ministry of Culture, 1986),

11. The Oldest Known Malay Manuscript: A 16th Century Malay Translation of the‘Aqa>’id of al-Nasafi> (Kuala Lumpur: University of Malaya, 1988),

12. Islam and the Philosophy of Science (Kuala Lumpur: ISTAC, 1989) yangditerjemahkan ke bahasa Jerman oleh Christoph Marcinkowski dengan judulIslam und die Grundlagen von Wissenschaft, Kuala Lumpur: ISTAC, 2001),

13. The Nature of Man and the Psychology of the Human Soul (Kuala Lumpur:ISTAC, 1990),

7 Ibid. h. 4-5

Page 6: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

8

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Nur Laila Safitri

14. On Quiddity and Essence (Kuala Lumpur: ISTAC, 1990),

15. The Intuition of Existence (Kuala Lumpur: ISTAC, 1990),

16. Islam: The Concept of Religion and the Foundation of Ethics and Morality(Kuala Lumpur: ISTAC, 1992),

17. The Meaning and Experience of Happiness in Islam (versi Bahasa Malaysiahasil terjemah dari Muhammad Zainiy Uthman dengan judul “MaknaKebahagiaan dan Pengalamannya dalam Islam”, Kuala Lumpur: ISTAC; versiBahasa Jerman hasil terjemahan dari Christoph Marcinkowski berjudul DieBedeutung und das Erleben von Glückseligkeit im Islam, Kuala Lumpur: ISTAC, 1998),

18. The Degrees of Existence, 1994,

19. Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the FundamentalElements of the Worldview of Islam (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995),

20. Risalah untuk Kaum Muslimin (Kuala Lumpur: ISTAC, 2001),

21. Tinjauan Ringkas Peri Ilmu dan Pandangan Alam (Penang, Malaysia:Universiti Sains Malaysia, 2007),

22. Historical Fact and Fiction (Kuala Lumpur, Malaysia: UTM Press, 2011).

PEMIKIRAN AL ATTAS

Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Al Attas adalah salah satu filsuf yang mengkampanyekan ide islamisasi ilmu. Ide ini didasari oleh pandangan Al Attas sendiri tentang tidak adanya landasan ilmu pengetahuan yang bersifat netral. Hal ini mengindikasikan bahwa ilmu yang sampai kepada manusia tidaklah bebas nilai. Al Attas memandang bahwa saat ini, ilmu yang dipelajari oleh kebanyakan orang adalah ilmu yang sudah terkontaminasi oleh nilai-nilai budaya dan peradaban barat. Watak dan kepribadian barat meresap dalam ilmu dan disebarkan ke seluruh penjuru dunia. Bagi Al Attas, ilmu jenis ini merupakan ilmu yang semu.

Page 7: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

9

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad Naquib Al Attas

Dalam pandangan Al Attas, Islam adalah sumber ilmu pengetahuan. Barat adalah pihak kedua yang mengambil dan memodifikasi ilmu pengetahuan dengan kebudayaan dan peradaban mereka. Mereka mampu menelurkan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada pola perilaku barat yang bertentangan dengan dunia Islam. Tradisi pemikiran barat mendasarkan kebenaran dan realitas pada premis-premis filosofis yang berdasarkan spekulasi dan perenungan-perenungan.8 Al Attas memandangan cara ini sebagai cara yang sulit untuk menemukan kebenaran dan realitas. Baginya, kebenaran dan realitas didasarkan pada wahyu dan keyakinan. Manusia mampu berpikir, ia akan dipandu dan dibimbing oleh wahyu dan keyakinan untuk mencapai kebenaran dan realitas.

Al Attas memberikan kritik tentang kebenaran dan realitas yang ditemukan dunia barat. Barat dengan segala kebudayaan dan peradabannya membangun kebenaran dan realitas hanya sebatas tentang pikiran pada alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik dan budaya. Dimana semua ini hanya berhenti pada tataran yang tampak dan bisa dilihat. Al Attas memberikan pernyataan bahwa kebenaran dan realitas harus dimaknai berdasarkan kajian metafisik terhadap dunia yang tampak dan tidak tampak.

Islam telah menyediakan perangkat berpikir yang metodologis dan kritis dalam menghasilkan pengetahuan yang murni. Wahyu dan keyakinan islam telah menjadi sebuah sumber acuan cara berpikir manusia dengan perangkat akal dan intuisi yang mereka miliki. Penggunaan metode dan cara yang sesuai dengan pengajaran wahyu, manusia pada tahapan ini sedang berusaha mencurahkan pemikirannya untuk sampai pada tahap kebenaran dan realitas yang kokoh dan kuat.

PENGERTIAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

Islamisasi sendiri merupakan istilah yang sudah sangat familiar dengan telinga kebanyakan orang. Islamisasi sebagai sebuah proses ‘pengislaman’ adalah bagian penting menuju pemurnian. Secara umum, islamisasi diartikan sebagai pembebasan manusia dari beragam

8 Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Islam dan Sekularisme, h.198

Page 8: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

10

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Nur Laila Safitri

tradisi yang tidak diajarkan oleh Islam seperti tradisi magis, mitologis, animistis dan kemudian diikuti oleh pembebasan nalar dan bahasa dari pengendalian sekular.

Merujuk pada komponen manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani, maka dengan pembebasan yang ditujukan pada roh ini, manusia akan mencapai fase manusia sejati dengan langkah dan pemikiran yang didasari oleh kesadaran. Islamisasi ini dimaknai sebagai proses pembebasan rohani dari pengaruh-pengaruh jasmani, sehingga mampu membentuk sebuah hubungan harmonis dan damai dalam diri manusia itu sendiri.

Langkah-langkah Islamisasi Pengetahuan

Al Attas membagi ilmu ke dalam dua bagian, ilmu-ilmu fardhu ‘ain dan ilmu-ilmu fardhu kifayah.9 Berikut Al Attas menggambarkan manusia dalam sebuah diagram:

9 Syed Muhammad Al-Naquib (Bandung: Pustaka, 1981), Cet. ke-1, h.18Al-Attas, Islam dan Sekularisme, h.171

Page 9: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

11

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad Naquib Al Attas

Al Attas menggambarkan Pengetahuan Manusia dalam sebuah diagram10 seperti berikut:

Gambaran Al Attas tentang Universitas Islam adalah sebagai berikut:

10 Ibid. h. 230

Page 10: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

12

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Nur Laila Safitri

Skema Umum Pengetahuan dan Klasifikasinya yang digariskan oleh Al Attas, adalah sebagai berikut:

Page 11: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

13

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad Naquib Al Attas

Page 12: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

14

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Nur Laila Safitri

Pertama, Ilmu-ilmu Agama sebagai ilmu-ilmu Fardhu ‘ain meliputi:

1. Al-Qur’an: pembacaan dan penafsirannya (tafsir dan ta’wil).

2. As-Sunnah: kehidupan Nabi, sejarah dan pesan-pesan para Rasul sebelumnya, hadits dan riwayat-riwayat otoritatifnya.

3. Asy-Syari’ah; undang-undang dan hukum, prinsip-prinsip dan praktek-praktek Islam (Islam, Iman, dan Ihsan).

4. Teologi: Tuhan, Esensi-Nya, sifat-sifat dan Nama-nama-Nya serta tindakan-tindakan-Nya.

5. Metafisika Islam (At Tas}awwuf): psikologi, kosmologi dan ontologi; unsur-unsur yang sah dalam filsafat Islam (termasuk doktrin-doktrin kosmologis yang benar, berkenaan dengan tingkatan-tingkatan wujud).

Kedua, Ilmu-ilmu fardhu kifayah meliputi:

1. Bahasa Arab, tata bahasa, leksikografi, dan kesusastraannya

2. Ilmu-ilmu rasional, intelektual, dan filosofis.

3. Ilmu-ilmu kemanusiaan.

4. Ilmu-ilmu alam.

5. Ilmu-ilmu terapan.

6. Ilmu-ilmu teknologi.

Satu langkah yang harus ditempuh oleh setiap manusia sebelum mencapai fase islamisasi Ilmu pengetahuan adalah langkah islamisasi

Page 13: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

15

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad Naquib Al Attas

bahasa11. Dalam tahap ini seseorang harus membebaskan kosa-kata yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan barat. Bahasa islam merupakan bahasa yang banyak diilhami oleh nilai-nilai ketuhanan dan mampu mengislamisasi nalar dan pikiran. Dalam pandangan Al Attas, Bahasa Arab adalah bahasa yang diangkat dan terilhami oleh nilai-nilai ketuhanan dan selalu terbebas dari unsur-unsur perubahan, hidup dan kekal dengan termuat dalam Al-Qur’an dan menjadi bahasa Arab standar yang luhur.

Selanjutnya, proses islamisasi ilmu pengetahuan bisa dilakukan dengan dua langkah, yaitu: (1) Mengisolisir unsur-unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk budaya dan peradaban barat, dan (2) Memasukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dalam setiap bidang dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevan.

Pada langkah pertama, adanya unsur-unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk budaya dan peradaban barat membuat Al Attas menyatakan kuat untuk mengisolisir bentuk-bentuk ini dari ilmu pengetahuan. Melalui langkah ini, proses pembersihan Ilmu Pengetahuan mulai terasa dan terlihat jelas arah yang diinginkan oleh Islamisasi Ilmu Pengetahuan Al Attas. Unsur-unsur yang menurut Al Attas harus dihilangkan adalah:

1. Akal diandalkan untuk membimbing kehidupan manusia.

2. Bersikap dualistik terhadap realitas dan kebenaran.

3. Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekuler.

4. Membela doktrin humanisme.

5. Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan.

Semua unsur-unsur ini merupakan unsur yang tidak bisa dibiarkan

11 Ibid. h. 63

Page 14: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

16

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Nur Laila Safitri

ada dan mempengaruhi ilmu pengetahuan saat ini. Al Attas menyatakan bahwa ilmu-ilmu modern yang ada saat ini harus diperiksa dengan teliti demi islamisasi yang ia cita-citakan ini. Pemeriksaan ini meliputi semua aspek yang melengkapi terbentuknya ilmu pengetahuan tersebut, mulai dari aspek-aspek empiris dan rasional hingga dengan kaitannya dengan ilmu-ilmu lainnya.

Langkah kedua, adalah proses pemasukan unsur-unsur islam dan konsep-konsep kunci dalam setiap bidang dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevan. Dengan kata lain, proses ini adalah sebuah pengambil alihan posisi oleh konsep-konsep utama Islam, konsep-konsep tersebut adalah:

a. Konsep Agama (din)

b. Konsep Manusia (insan)

c. Konsep Pengetahuan (‘ilm dan ma’rifah)

d. Konsep kearifan (hikmah)

e. Konsep keadilan (‘adl)

f. Konsep perbuatan yang benar (‘amal sebagai adab)

g. Konsep universitas (kulliyyah jami’ah)12

A. Analisis Epistemologis atas Bangunan Filosofis Al Attas

Bangunan filosofis yang dibentuk oleh Al Attas adalah bangunan ilmu pengetahuan yang selalu didasarkan dan dikembalikan kepada agama yakni Islam. Pada bangunan ini, Al Attas menjadikan agama

12 Syed Muhammad Al-Naquib Al-attas , Konsep Pendidikan Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1981), Cet. ke-3, h. 8..

Page 15: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

17

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad Naquib Al Attas

sebagai landasan utama cara berpikir dalam rangkan membangun bangunan ilmu pengetahuan. Al Attas mengajak manusia untuk memaksimalkan kemampuan akalnya dengan dibarengi oleh wahyu yang merupakan dasar ilahiyah dalam kehidupan keagamaan.

Pemetaan yang dilakukan oleh Al Attas ini, merupakan sebuah langkah yang bisa ditempuh oleh sebagian besar pemikir muslim yang memiliki ketertarikan pada pengembangan ilmu pengetahuan berdasarkan pada penalaran yang didasari oleh kebenaran dan realitas yang kuat.

Dalam Islamisasi ilmu pengetahuan Al Attas menawarkan cara baru bagi para pemikir untuk mampu berpikir dengan berdasarkan landasan yang kuat dan hidup. Dengan kata lain, Islamisasi Ilmu Pengetahuan berindikasi pada adanya penolakan ilmu-ilmu modern yang tidak sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam pemahaman ilmu-ilmu Islam. Hal ini merupakan akibat dari kuatnya pengaruh wahyu dan ajaran nabi dalam menggariskan kebenaran dan realitas. Unsur metafisik yang tidak terindera oleh manusia memiliki peran yang tidak kalah penting juga dalam proses islamisasi ilmu Pengetahuan yang ditawarkan oleh Al Attas.

Jika kita mencoba meringkas epistemology Islam yang ditawarkan oleh Al Attas dan membandingkannya dengan epistemology yang dianut Barat saat ini, maka akan ditemukan sebuah table seperti berikut:13

Islam BaratAsas Pandangan hidup Islam

berdasarkan wahyu, hadith, akal, pengalaman, intuisi

Wordlview Barat berdasarkan Rasio dan spekulasi filosofis

Pendekatan Tauhidiy Dikotomis

13 Materi Kuliah Filsafat Ilmu oleh Dr. Alim Roswantoro, M.Ag Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 9 Mei 2018

Page 16: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

18

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Nur Laila Safitri

Sifat rasional, metafisis, dan supra-rasional, ada yang permanen ada yang berubah

rasional, non-metafisis, terbuka & selalu berubah

Makna Realitas dan Kebenaran

al-Haqq dan al-Haqiqah, berdimensi metafisik dan fisik, rasional

Truth berdimensi sosial, kultural, empiris, rasional

Objek Kajian invisible & visible. ‘Ālam al-Mulk & ‘Ālam al-Syahādah

Realitas empiris, non-metafisis

Implikasi Pemikiran Al Attas untuk Pengetahuan Islam

Berangkat dari pemikiran yang ditawarkan oleh Al Attas, muncullah penolakan dan penyaringan terhadap disiplin dan teori ilmu pengetahuan modern-sekuler. Mengingat ilmu pengetahuan yang dikonsumsi oleh masyarakat Islam harus berupa kebenaran dengan landasan yang kuat, maka beberapa ilmu dan kebenaran yang tidak memiliki landasan dan pondasi yang kuat akan disaring dan bahkan mengalami penolakan. Hal ini merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan dalam membangun konstruksi pemikiran Islam yang berlandaskan pada bimbingan wahyu.

Selain itu, kajian-kajian terhadap pemikiran para pemikir Muslim dalam lintas disiplin ilmu akan mengalami peningkatan dan perkembangan yang pesat. Pemikiran Al Attas ini merupakan sebuah produk yang sebenarnya tidak asing bagi para pemikir muslim apalagi bagi kalangan muslim awam. Pemikiran ini mendorong dan membangunkan perhatian kalangan umat Islam untuk lebih teliti dan jeli terhadap pemikiran-pemikiran cendekiawan dan ilmuwan muslim.

Secara otomatis, pemikiran Al Attas ini mendorong ilmuwan untuk melahirkan disiplin-disiplin ilmu yang dilandaskan pada wahyu. Penamaan disiplin ilmu tersebut tidak bisa dilepaskan dari nama Islam sebagai ‘lembaga’ pemilik wahyu. Disiplin-disiplin ilmu baru pun mulai

Page 17: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

19

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad Naquib Al Attas

terlihat dan bermunculan, seperti Sains Islam dan Ilmu-ilmu Sosial Islam.

Pemikiran yang ditawarkan oleh Al Attas ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Dari satu sisi, Al Attas berupaya untuk memberikan ruh agama/Islam dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. Al Attas memiliki peran penting dalam memberdayakan agama sebagai dasar cara berpikir. Hal ini mengingatkan para pemikir untuk senantiasa berpegang teguh pada bangunan Agama yang telah mereka pelajari semenjak usia dini. Kritik yang dibangun oleh Al Attas adalah untuk menyadarkan para pemikir bahwa agama tidak bisa ditinggalkan seiring tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Agama tetap memiliki peran penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan.

Pemikiran Al Attas memberikan sumbangan besar dalam membangun ilmu pengetahuan terutama bagi kalangan muslim. Al Attas memberikan formula untuk membebaskan pemikiran dan nalar manusia terutama muslim agar bisa terbebas dari cara berpikir orang-orang barat yang dianggap menggunakan cara berpikir yang keliru dalam pandangannya. Hal ini menyadarkan kita bahwa Islam memiliki khazanah Ilmu Pengetahuan yang luas dan hidup. Bagi orang Islam, cara berpikir mereka tidak hanya didasari pada akal dan nalar yang kosong saja, tetapi mereka dibimbing oleh kesadaran akan wahyu dan ajaran Nabi mereka.

Namun, pemikiran Al Attas ini memiliki kelemahan berupa pemaksaan Agama pada beberapa ilmu pengetahuan yang istilah-istilahnya tidak ditemukan dalam istilah-istilah Agama. Dominasi Agama atas Ilmu Pengetahuan pun seolah muncul kembali ke permukaan. Menurut penulis, tidak semua ilmu yang ditemukan dan dimunculkan oleh orang-orang barat memiliki istilah-istilah atau unsur-unsur dalam area agama. Sebaliknya, adanya penyerapan istilah-istilah mereka menunjukkan adanya interaksi ilmu pengetahuan dan Agama.

Page 18: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

20

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Nur Laila Safitri

PENUTUP

Sebagai filsuf muslim, Al Attas merupakan pemikir yang memberikan kontribusi penting dalam membimbing para pemikir muslim supaya tidak mudah terpengaruh dengan kebudayaan dan peradaban barat. Hasil pemikiran Al Attas bisa dijadikan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan supaya bisa terjadi konstruksi yang seimbang antara agama dan kebudayaan barat dalam hal ini. Walau bagaimanapun juga, kontribusi Al Attas perlu diapresiasi penuh, karena Al Attas telah membuka kran hubungan agama dengan kebudayaan barat. Melalui kontribusi ini, Al Attas memberikan reaksi atas tantangan hegemoni westernisasi ilmu yang sedang melanda peradaban dunia Islam.

Page 19: Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad 3 Nauib Al …

21

VOLUME 2 NO. 1 TAHUN 2019

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Mohammad Naquib Al Attas

DAFTAR PUSTAKA

Al-Attas, S. M.-N. (1981). Islam dan Sekularisme. Bandung: Penerbit Pustaka.

Al-Attas, S. M.-N. (1988). Konsep Pendidikan Dalam Islam. Bandung: Mizan.

Damyati, A. R. (2015). Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan Konsep Metafisik dalam Islam. El Furqonia, 1-26.

Khairuddin. (2009). Pemikiran Pendidikan Syed Muhammad Naquib Al Attas. Hikmah, 29-42.

Novayani, I. (2017). Islamisasi Ilmu Pengetahuan Menurut Pandangan Syed M. Naquib Al Implikasi Terhadap Lembaga Pendidikan International Institute Of Islamic Thought Civilization (ISTAC). Al-Muta’aliyah, 74-89.

Profil Syed Naquib Al-Attas dan Pemikirannya Tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan, diakses pada 15April 2018

Materi Kuliah Filsafat Ilmu Dr. Alim Roswantoro, M.Ag pada 9 Mei 2018 di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta