Ileus Obstruktif (Diagnosis)

7
Diagnosis 1. Anamnesis Pasien dengan dugaan mengalami ileus obstrutif harus digali informasi mengenai riwayat neoplasia intraabdomen (terutama keganasan kolon dan ovarium), hernia atau perbaikan hernia, dan inflammatory bowel disease, karena kondisi-kondisi ini meningkatkan risiko obstruksi (Jackson and Raiji, 2011). a. Obstruksi Usus Halus Pasien dengan obstruksi di usus halus biasanya datang dengan keluhan nyeri perut, dengan sifat kram dan intermiten. Sering, gambaran gejala memberikan petunjuk mengenai perkiraan lokasi dan asal obstruksi. Biasanya, nyeri yang berlangsung singkat dan bersifat kolik disertai muntah bilier kemungkinan letak obstruksi proksimal. Sedangkan, nyeri yang berlangsung beberapa hari, progresif, dan disertai distensi abdomen menunjukkan tipikal obstruksi letak rendah. Perubahan karakter nyeri menunjukkan proses komplikasi yang serius (misalnya nyeri konstan pada usus yang strangulasi atau iskemik) (Nobie, 2014). Pasien juga mengeluhkan gejala-gejala berupa mual, muntah (berhubungan dengan obstruksi proksimal), diare (temuan awal), konstipasi (temuan lambat, dengan bukti tidak adanya flatus atau pergerakan usus), demam dan

description

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Ileus Obstruktif

Transcript of Ileus Obstruktif (Diagnosis)

Diagnosis

1. Anamnesis

Pasien dengan dugaan mengalami ileus obstrutif harus digali informasi mengenai riwayat neoplasia intraabdomen (terutama keganasan kolon dan ovarium), hernia atau perbaikan hernia, dan inflammatory bowel disease, karena kondisi-kondisi ini meningkatkan risiko obstruksi (Jackson and Raiji, 2011).

a. Obstruksi Usus Halus

Pasien dengan obstruksi di usus halus biasanya datang dengan keluhan nyeri perut, dengan sifat kram dan intermiten. Sering, gambaran gejala memberikan petunjuk mengenai perkiraan lokasi dan asal obstruksi. Biasanya, nyeri yang berlangsung singkat dan bersifat kolik disertai muntah bilier kemungkinan letak obstruksi proksimal. Sedangkan, nyeri yang berlangsung beberapa hari, progresif, dan disertai distensi abdomen menunjukkan tipikal obstruksi letak rendah. Perubahan karakter nyeri menunjukkan proses komplikasi yang serius (misalnya nyeri konstan pada usus yang strangulasi atau iskemik) (Nobie, 2014).

Pasien juga mengeluhkan gejala-gejala berupa mual, muntah (berhubungan dengan obstruksi proksimal), diare (temuan awal), konstipasi (temuan lambat, dengan bukti tidak adanya flatus atau pergerakan usus), demam dan takikardi (temuan lambat, berhubungan dengan strangulasi) (Nobie, 2014)..

b. Obstruksi Usus Besar

Dapatkan infromasi mengenai riwayat pergerakan usus, flatus, obstipasi (misalnya tidak ada gas atau pergerakan usus), dan gejala-gejala yang berhubungan. Usahakan untuk membedakan obstruksi total dari parsial, yang berhubungan dengan pasase gas atau feses (Hopkins, 2014).

Keluhan utama pasien dengan obstruksi usus besar adalah distensi abdomen, mual, muntah, dan nyeri abdomen kram. Onset gejala yang tiba-tiba merupakan pertanda dari kondisi obstruktif (misalnya volvulus sekum atau sigmoid). Riwayat konstipasi kronik, penggunakan pencahar terus menerus, dan mengedan saat BAB menunjukkan divertikulitis atau karsinoma. Divertikulitis, striktur divertikel atau kondisi serupa juga ditandai dengan nyeri abdomen kuadran kiri bawah yang berulang dalam beberapa tahun (Hopkins, 2014).

Perubahan kaliber feses pasien sangat kuat dugaan karsinoma. Ketika bersamaan dengan penurunan berat badan, kemungkinan obstruktif neoplasia semakin meningkat. Tanda-tanda obstipasi berupa pasien yang mengeluhkan tidak nyaman menggunakan celana atau ikat pinggang. Riwayat operasi aorta meningkatkan kemungkinan terjadinya striktur iskemia (Hopkins, 2014).

Obstruksi total digambarkan dengan kegagalan pasase feses atau flatus dengan ampula rekti yang kosong (kecuali obstruksi di rektum). Sedangkan pasien dengan obsturksi parsial, menunjukkan gejala obstipasi, namun masih terdapat pasase feses dan flatus (Hopkins, 2014).

Obstruksi usus besar karena abnormalitas anatomi menyebabkan distensi kolon, nyeri abdomen, dan gambaran lambatnya berupa muntah yang mengandung feses. Muntah persisten menyebabkan dehidrasi dan gangguan elektrolit.Tanda-tanda dehidrasi dinilai bila dijumpai hipotensi dan takikardi (Jackson and Raiji, 2011).

Pneumaturia, mucinura, atau fekaluria dapat terjadi bila terdapat fistulasi dari kolon sigmoid ke kandung kemih. Hal ini biasanya terjadi pada kondisi divertikulits atau kanker (Hopkins, 2014).

2. Pemeriksaan Fisik

a.Obstruksi usus halus

Pada inspeksi dijumpai adanya distensi abdmen. Obstruksi di duodenal atau usus halus proksimal menyebabkan distensi yang lebih ringan dibanding obstruksi distal. Suara usus hiperaktif juga dapat didengar pada awal-awal obstruksi, karena isi usus ingin melewari obstruksi; suara usus hipoaktif terjadi kemudian (Nobie, 2014)...

Singkirkan hernia inkarserata di paha, segitiga femoral, dan foramen obturator. Pemeriksaan genitourinari dan pelviks yang benar merupakan suatu keharusan. Perhatikan hal-hal berikut pada pemeriksaan colok dubur:

Gross or occult blood, yang menunjukkan kecurigaan strangulasi atau keganasan

Massa, yang mengarahkan pada hernia obturator.

Pemeriksaan pada tanda-tanda ini diyakini dapat memberikan nilai diagnostik iskemia usus, yaitu:

Demam > 100oF

Takikardia > 100 kali permenit

Tanda-tanda peritoneal (Nobie, 2014)..

Tidak ada pemeriksaan fisik khusus yang dapat membedakan obstruksi yang sederhana atau strangulasi. Pemeriksaan abdomen serial sangat dibutuhkan dan dapat mendeteksi perubahan secara cepat (Nobie, 2014).

b. Obstruksi Usus Besar

Meskipun pemeriksaan fisik lengkap dibutuhkan, tetapi elemen kunci pada pemeriksaan fisik adalah menfokuskan pada pemeriksaan abdomen, paham dan rektum.

Pemeriksaan Abdomen

Distensi abdomen biasanya signifikan pada pasien dengan obstruksi usus besar. Suara usus dapat normal pada awal peyakit, tetapi kemudian akan menghilang, dan abdomen menjadi hiperresonan pada perkusi (Hopkins, 2014).

Palpasi abdomen dapat didapati tegangan pada perut. Demam, tegang abdomen berat, dan kekakuan abdomen merupakan tanda penting pada peritonitis yang disebabkan perforasi. Sekum merupakan area yang paling sering mengalami perforasi (sesuai hukum Laplace, pada pipa panjang yang lunak, tempat dengan diameter terbesar membutuhkan tekanan yang lebih kecil untuk mengalami distensi), sehingga pada onsturksi usus besar disral, dengan katup iliosekal intak, sekum merupakan tempat perforasi paling sering (Hopkins, 2014).

Adanya proteksi dari tanda-tanda peritoneal mengindikasikan proses intraabdominal lain, seperti abses. Rebound tenderness paling baik ditunjukkan apabila pasien batuk atau menggoyangkan tempat tidur.

Massa rektal atau sigmoid letak rendah dapat dipalpasi pada colok dubur. Massa abdomen atau rasa penuh dapay dinilai apabila tumor berada di sekum (Hopkins, 2014).

Pemeriksaan regio inguinal dan femoral

Pemeriksaan infuinal dan femoral juga harus dilakukan pada pasien dengan dugaan obstruksi usus besar. Hernia inkarserata sering terlupa sebagai penyebab obstruksi usus besar. Biasanya, obstruksi kolon sering disebabkan hernia inguinalis kiri dengan kolon sigmoid terinkarserata pada hernia tersebut (Hopkins, 2014).

Pemeriksaan colok dubur

Pemeriksaan colok dubur untuk memastikan patensi anus terutama pada neonatus. Pemeriksaan berfokus untuk menilai patologi rektum yang dapat menyebabkan obstruksi dan menentukan isi dari rongga rektum. Feses keras menunjukkan impaksi; feses lembut menunjukkan obstipasi. Rongga rektum yang kosong mengindikasikan obstruksi di proksimal yang dapat dicapai jari (Hopkins, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Nobie BA, 2014. Small-Bowel Obstruction. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview [cited at 20 April 2015].

Hopkins C, 2014. Large-Bowel Obstruction. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/774045-overview [cited at 20 April 2015].

Jackson PG, Raiji M, 2011. Evaluation and Management of Intestinal Obstruction. Am Fam Physician, 83(2): 159-165