Ikterus dan Jaundice

22
ENTEROHEPATIK BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan besar telah terjadi dalam semua bidang kedokteran selama dekade terakhir dan disertai dengan makin meningkatnya pemahaman tentang proses biokimia, fisiologi, dan imunologi yang terlibat dalam proses pembentukan dan fungsi sel darah normal serta gangguan yang mungkin timbul pada berbagai penyakit. Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jauneyang berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Untuk pendekatan terhadap pasien ikterus perlu ditinjau kembali patofisiologi terjadinya peninggian bilirubin indirek atau direk. Pada banyak pasien ikterus dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti ditambah dengan pemeriksaan laboratorium yang sederhana, diagnosis dapat ditegakkan. Namun tidak jarang diagnosis pasti masih sukar ditetapkan, sehingga perlu difikirkan berbagai pemeriksaan lanjutan. Diagnosis ikterus bedah atau obstruksi bilier umumnya dapat ditegakkan dengan anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti serta tes laboratorium. Walaupun demikian, sarana penunjang imaging yang non-invasif seperti ultrasonografi; CT Scan abdomen dan pemeriksaan yang invasif seperti percutaneous transhepatic cholangiography (PTC), endoscopic retrograde cholangio pancreatography 1

description

Hal - hal mengenai Ikterus dan Jaundice beserta kelainan - kelainan yang dapat menyebabkannya.

Transcript of Ikterus dan Jaundice

Page 1: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan besar telah terjadi dalam semua bidang kedokteran selama dekade terakhir

dan disertai dengan makin meningkatnya pemahaman tentang proses biokimia, fisiologi, dan

imunologi yang terlibat dalam proses pembentukan dan fungsi sel darah normal serta

gangguan yang mungkin timbul pada berbagai penyakit.

Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning. Ikterus

adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang

menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi

darah. Untuk pendekatan terhadap pasien ikterus perlu ditinjau kembali patofisiologi

terjadinya peninggian bilirubin indirek atau direk.

Pada banyak pasien ikterus dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti

ditambah dengan pemeriksaan laboratorium yang sederhana, diagnosis dapat ditegakkan.

Namun tidak jarang diagnosis pasti masih sukar ditetapkan, sehingga perlu difikirkan

berbagai pemeriksaan lanjutan. Diagnosis ikterus bedah atau obstruksi bilier umumnya dapat

ditegakkan dengan anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti serta tes laboratorium.

Walaupun demikian, sarana penunjang imaging yang non-invasif seperti ultrasonografi; CT

Scan abdomen dan pemeriksaan yang invasif seperti percutaneous transhepatic

cholangiography (PTC), endoscopic retrograde cholangio pancreatography (ERCP) sering

diperlukan untuk menentukan letak, kausa dan luas dari lesi obstruksinya.

Dengan kemajuan yang pesat di bidang endoskopi gastrointestinal maka ERCP dan

PTC telah berkembang dari satu modalitas dengan tujuan diagnosis menjadi tujuan terapi

pada ikterus bedah.

Perkembangan ilmu kedokteran yang sangat dinamis sehingga menuntut mahasiswa

untuk terus belajar dan menggali ilmu tanpa mengenal waktu. Hal itu sangat diperlukan

terhadap mahasiswa yang menjadi calon dokter masa depan dinegara Indonesia, jadi dengan

konsep keilmuan yang baik maka lahirlah seorang dokter yang kompeten dan dipercaya oleh

masyarakat, itulah yang merupakan salah satu latar belakang pada penyusun makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang hendak dikaji adalah dalam

makalah ini adalah:

1

Page 2: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

1. Apa yang dimaksud dengan ikterus dan jaundice?

2. Apa yang menyebabkan terjadinya ikterus dan jaundice?

3. Apa saja klasifikasi dari ikterik dan jaundice?

4. Gangguan apa saja yang dapat menyebabkan ikterus dan jaundice?

5. Apa saja pemeriksaan yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti

penyebab ikterus dan jaundice?

1.3. Tujuan Pembahasan

Dalam penyusunan makalah ini tentunya penulis memiliki tujuan yang diharapkan

berguna bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Tujuannya dibagi menjadi

dua, yaitu yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah wawasan

mahasiswa/i dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih cara

pemikiran ilmiah. Cara pemikiran ilmiah ini sangat dibutuhkan bagi seorang calon dokter

maupun dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan secara cepat dan tepat. Sedangkan

secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah mahasiswa mampu mengetahui,

memahami, dan menjelaskan mengenai IKTERUS DAN JAUNDICE yang meliputi:

1. Defenisi

2. Klasifikasi

3. Patofisiologi

4. Etiologi

5. Kelainan – kelainan Yang Dapat Menyebabkan Ikterus dan Jaundice

6. Pemeriksaan

7. Penatalaksanaan

8. Fisiologi Dari Bilirubin

9. Perbedaan Bilirubin Indirect dan Direct

1.4. Manfaat Pembelajaran

Manfaat pembelajaran dari penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa/i

mampu untuk mencapai segala Learning Objective yang telah didapat dan dapat menerapkan

pada saat sudah mendapat gelar dokter dan ditugaskan di instansi kesehatan pemerintah

maupun praktik sendiri.

2

Page 3: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Skenario

KUNING

Nyonya Ratih terkejut saat melihat anaknya yang baru berumur 2 bulan mengalami

ikterik pada sklera mata dan jaundice pada seluruh tubuh. Atas anjuran tetangga anaknya

diberi banyak minum dan dijemur dibawah sinar matahari pagi untuk menghilangkan gejala

yang timbul. Namun, meski telah dilakukan selama beberapa hari kondisi ini tidak membaik

sehingga nyonya ratih membawa anaknya berobat ke dokter. Dokter menganjurkan

pemeriksaan LFT pada pasien.

2.2. Learning Objective

Dari skenario tersebut learning objective yang harus dicapai mahasiswa adalah

mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang IKTERUS DAN JAUNDICE yang

meliputi, yaitu:

1. Defenisi

2. Klasifikasi

3. Patofisiologi

4. Etiologi

5. Kelainan – kelainan Yang Dapat Menyebabkan Ikterus dan Jaundice

6. Pemeriksaan

3

Page 4: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

7. Penatalaksanaan

8. Fisiologi Dari Bilirubin

9. Perbedaan Bilirubin Indirect dan Direct

2.3. Pembahasan Learning Objective

2.3.1. Defenisi

Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning.

Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa)

yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam

sirkulasi darah.

Ikterus dan jaundice adalah perubahan warna kuning yang masing terjadi pada

mata (sklera) dan kulit akibat penimbunan pigmen empudu dan kolestasis yang ditandai

dengan retensi sistemik dan tidak hanya bilirubin namun zat – zat larut lain yang dikeluarkan

melalui empedu. Bila kadar bilirubin > 1,5 mg / 100 cc, maka pada jaringan elastik kulit dan

membran mukosa mulai terdapat penimbunan bilirubin, dan akan terlihat kekuning –

kuningan.

2.3.2. Klasifikasi

Berikut adalah klasifikasi ikterus berdasarkan tempat terjadinya kerusakan atau

kelainan, yaitu:

IKTERUS

RETENSI REGURGITASI

HEMOLITIK

(PREHEPATIK)

HEPATOSELULER

(HEPATIK)

OBSTRUKTIF

(POSTHEPATIK)

Warna Kulit Kuning Pucat Orange – Kuning Muda /

Tua

Kuning / Hijau

Muda / Tua

Warna Urin Normal (Atau Gelap

Dengan Urobilinogen)

Gelap (Bilirubin

Terkonjugasi)

Gelap (Bilirubin

Terkonjugasi)

Warna Feses Normal (Atau Gelap

Dengan Stercobilin)

Pucat (< Stercobilin) Warna Dempul

(Tidak ada

Stercobilin)

Pruritus Tidak Ada Tidak Menetap Biasanya Menetap

Bilirubin

Indirect

Meningkat Meningkat Meningkat

4

Page 5: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

Bilirubin Direct Normal Meningkat Meningkat

Bilirubin Urine - Meningkat Meningkat

Urobilinogen

Urine

Meningkat Sedikit Meningkat Menurun

Keterangan: Klasifikasi berdasarkan hubungan antara bilirubin dan sel hati, yaitu sebelum,

hati dan sesudah hati.

2.3.3. Patofisiologi

Ada 5 fase dalam patofisiologi ikterus dan jaundice, yaitu: fase pembentukan

bilirubin, transport plasma, liver uptake, konjugasi, dan ekskresi bilirubin. Ikterus disebabkan

oleh gangguan pada salah satu dari 5 fase metabolisme bilirubin tersebut, yaitu:

a. Fase Prehepatik

Prehepatik atau hemolitik yaitu menyangkut ikterus yang disebabkan oleh hal-hal yang

dapat meningkatkan hemolisis (rusaknya sel darah merah)

Pembentukan Bilirubin.

Sekitar 250 sampai 350 mg bilirubin atau sekitar 4 mg per kg berat badan terbentuk

setiap harinya; 70-80% berasal dari pemecahan sel darah merah yang matang, sedangkan

sisanya 20-30% berasal dari protein heme lainnya yang berada terutama dalam sumsum

tulang dan hati. Peningkatan hemolisis sel darah merah merupakan penyebab utama

peningkatan pembentukan bilirubin.

Transport Plasma.

Bilirubin tidak larut dalam air, karenanya bilirubin tak terkojugasi ini transportnya

dalam plasma terikat dengan albumin dan tidak dapat melalui membran gromerolus,

karenanya tidak muncul dalam air seni.

b. Fase Intrahepatik

Intrahepatik yaitu menyangkut peradangan atau adanya kelainan pada hati yang

mengganggu proses pembuangan bilirubin

Liver Uptake

Pengambilan bilirubin melalui transport yang aktif dan berjalan cepat, namun tidak

termasuk pengambilan albumin.

Konjugasi.

5

Page 6: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

Bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati mengalami konjugasi dengan

asam glukoronik membentuk bilirubin diglukuronida / bilirubin konjugasi / bilirubin direk.

Bilirubin tidak terkonjugasi merupakan bilirubin yang tidak larut dalam air kecuali bila jenis

bilirubin terikat sebagai kompleks dengan molekul amfipatik seperti albumin. Karena albumin

tidak terdapat dalam empedu, bilirubin harus dikonversikan menjadi derivat yang larut dalam

air sebelum diekskresikan oleh sistem bilier. Proses ini terutama dilaksanakan oleh konjugasi

bilirubin pada asam glukuronat hingga terbentuk bilirubin glukuronid / bilirubin terkonjugasi /

bilirubin direk.

c. Fase Pascahepatik

Pascahepatik yaitu menyangkut penyumbatan saluran empedu di luar hati oleh batu

empedu atau tumor

Ekskresi Bilirubin.

Bilirubin konjugasi dikeluarkan ke dalam kanalikulus bersama bahan lainnya. Di dalam

usus, flora bakteri mereduksi bilirubin menjadi sterkobilinogen dan mengeluarkannya sebagian

besar ke dalam tinja yang memberi warna coklat. Sebagian diserap dan dikeluarkan kembali ke

dalam empedu, dan dalam jumlah kecil mencapai mencapai air seni sebagai urobilinogen. Ginjal

dapat mengeluarkan bilirubin konjugasi tetapi tidak bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini

menerangkan warna air seni yang gelap khas pada gangguan hepatoseluler atau kolestasis

intrahepatik.

2.3.4. Etiologi

Etiologi dari ikterus dan jaundice ini dapat terjadi karena adanya gangguan

metabolisme bilirubin yang terjadi lewat salah satu dari keempat mekanisme ini: over

produksi, penurunan ambilan hepatik, penurunan konjugasi hepatik, penurunan eksresi

bilirubin ke dalam empedu (akibat disfungsi intrahepatik atau obstruksi mekanik

ekstrahepatik).

A. Hiperbilirubinemia Tak Terkonjugasi / Indirek1. Over produksi

Peningkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah yang sudah tua

atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan produksi bilirubin. Penghancuran eritrosit

yang menimbulkan hiperbilirubinemia paling sering akibat hemolisis intravaskular (kelainan

autoimun, mikroangiopati atau hemoglobinopati) atau akibat resorbsi hematom yang besar.

Ikterus yang timbul sering disebut ikterus hemolitik. Konjugasi dan transfer bilirubin

6

Page 7: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi/indirek melampaui kemampuan

sel hati. Akibatnya bilirubin indirek meningkat dalam darah. Karena bilirubin indirek tidak

larut dalam air maka tidak dapat diekskresikan ke dalam urine dan tidak terjadi bilirubinuria.

Tetapi pembentukkan urobilinogen meningkat yang mengakibatkan peningkatan ekskresi

dalam urine feces (warna gelap). Beberapa penyebab ikterus hemolitik : hemoglobin

abnormal (cickle sel anemia), kelainan eritrosit (sferositosis heriditer), antibodi serum (Rh.

Inkompatibilitas transfusi), dan malaria tropika berat.

2. Penurunan Ambilan HepatikPengambilan bilirubin tak terkonjugasi dilakukan dengan memisahkannya dari

albumin dan berikatan dengan protein penerima. Beberapa obat-obatan seperti asam

flavaspidat, novobiosin dapat mempengaruhi uptake ini.

3. Penurunan Konjugasi HepatikTerjadi gangguan konjugasi bilirubin sehingga terjadi peningkatan bilirubin tak

terkonjugasi. Hal ini disebabkan karena defisiensi enzim glukoronil transferase. Terjadi pada :

Sindroma Gilberth, Sindroma Crigler Najjar I, Sindroma Crigler Najjar II.

B. Hiperbilirubinemia konjugasi/direkHiperbilirubinemia konjugasi / direk dapat terjadi akibat penurunan eksresi bilirubin

ke dalam empedu. Gangguan ekskresi bilirubin dapat disebabkan oleh kelainan intrahepatik

dan ekstrahepatik, tergantung ekskresi bilirubin terkonjugasi oleh hepatosit akan

menimbulkan masuknya kembali bilirubin ke dalam sirkulasi sistemik sehingga timbul

hiperbilirubinemia. Kelainan hepatoseluler dapat berkaitan dengan : Hepatitis, sirosis hepatis,

alkohol, leptospirosis, kolestatis obat (CPZ), zat yg.meracuni hati fosfor, klroform, obat

anestesi dan tumor hati multipel. Ikterus pada trimester terakhir kehamilan hepatitis virus,

sindroma Dubin Johnson dan Rotor, ikterus pasca bedah. Obstruksi saluran bilier

ekstrahepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia terkonjugasi yang disertai bilirubinuria.

Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik dapat total maupun parsial. Obstruksi total dapat

disertai tinja yang akolik. Penyebab tersering obstruksi bilier ekstrahepatik adalah :

- Obstruksi sal.empedu didalam hepar Sirosis hepatis, abses hati, hepatokolangitis, tumor

maligna primer dan sekunder.

- Obstruksi didalam lumen sal.empedu : batu empedu, askaris.

- Kelainan di dinding sal.empedu : atresia bawaan, striktur traumatik, tumor saluran

empedu.

7

Page 8: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

- Tekanan dari luar saluran empedu : Tumor caput pancreas, tumor Ampula Vatery,

pancreatitis, metastasis tumor di lig.hepatoduodenale

2.3.5. Kelainan – kelainan Yang Dapat Menyebabkan Ikterus dan Jaundice

Berikut adalah kelainan – kelainan yang dapat menyebabkan ikterus dan jaundice,

yaitu:

a. Ikterus Hemolitik

Anemia Hemolitik Yang Didapat

Sferositosis Herediter

Sickle Cell Anemia

Malaria

Thalasemia

Bakteremia (Clostridium welchii)

Ketidakselarasan Darah

Keracunan

Anemia Perniciosa

Shint Hyperbilirubinemia (Israel’s Sindrome)

Hipersplenisme

Kernikteus

b. Ikterus Hepatoselular

Ditemukan pada penyakit yang disertai dengan kerusakan hati, yaitu:

Hepatitis akibat virus

Penyakit Weil

Keracunan

c. Ikterus Obstruksi

Biasanya disebabkan oleh adanya batu, radang, dan neoplasma:

Batu didalam Duktus Choledochus

Cholangitis / Pericholangitis

Tumor Saluran Empedu

Sindrom Dubin – Jhonson

Sindrom Rotor

2.3.6. Pemeriksaan

8

Page 9: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

Tahap awal pemeriksaan adalah pemeriksa mengadakan penilaian klinis pada pasien

dengan ikterus apakah hiperbilirubinemia terkonjugasi atau hiperbilirubinemia yang tidak

terkonjugasi.

Ikterus ringan, air seni berwarna tidak gelap. Kemungkinan hiperbilirubinemia

indirect yang disebabkan oleh hemolisis, Sindrom Gilbert atau Sindroma Crigler

Najjar, dan bukan karena penyakit hepatoselular.

Ikterus lebih berat, air seni berwarna gelap. Menandakan penyakit terdapat di hati

atau bilier.

Ikterus progresif, perlu dipikirkan bahwa kolestatis lebih bersifat kearah sumbatan

extrahepatik (batu saluran empedu atau keganasan caput pankreas)

Kolestatis Extrahepatik, dapat diduga dengan adanya keluhan sakit bilier atau

kandung empedu yang teraba. Jika sumbatan karena keganasan pankreas (bagian

caput) sering timbul kuning yang tidak disertai gejala keluhan sakit perut

(painless jaundice). Kadang – kadang bila bilirubin telah mencapai kadar yang

lebih tinggi, warna kuning pada sklera mata sering memberi kesan yang berbeda

dimana ikterus lebih memberi kesan kehijauan (greenish jaundice) pada kolestatis

extrahepatik dan kekuningan (yellowish jaundice) pada kolestatis intrahepatik.

Diagnosis yang akurat untuk suatu gejala ikterus dapat ditegakkan melalui

penggabungan dari gejala – gejala lain yang timbul dan hasil pemeriksaan fungsi hati serta

beberapa prosedur diagnostik khusus. Dan berikut adalah beberapa pemeriksaan penunjang

yang mungkin dapat dilakukan, yaitu:

a. Tes Darah, hitung darah lengkap – makrositosis, trombositopenia, atau ureum yang

rendah bisa ditemukan pada penyakit hati kronis. Natrium yang rendah (bukan

disebabkan oleh diuretik) adalah tanda bahwa prognosis buruk. Dan untuk

mengetahui apakah pasien anemia atau dalam keadaan infeksi.

b. Tes Fungsi Hati, Kadar albumin yang rendahh mungkin nonspesifik. Transminase

bisa memberikan petunjuk apakah ikterus terutama terjadi karena penyebab

hepatoselular (SGOT dan SGPT > Fosfatase Alkali) atau kolestatik (Fosfatase

Alkali atau GGT > SGOT), walaupun dapat juga bersifat campuran. Transminase

yang nomal menunjukkan kelainan hemolisis yang lebih jarang atau Sindrom

Gilbert.

c. Tes Serologi Hepatitis Virus, IgM hepatitis A adalah pemerikasaan diagnostik

untuk hepatitis A akit. Hepatitis B akut ditandai oleh adanya HBSAg (Antigen

9

Page 10: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

permukaan hepatitis B) dan dideteksi DNA hepatitis B. Hepatitis C jarang

menyebabkan hepatitis akut namun sering menyebabkan penyakit hati kronis.

d. USG Hati, bisa membantu menegakkan diagnosis klinis, karena bisa menunjukkan

abnormalitas hati fokal sepesti metastatis, abses hati, atau kelainan vaskular. Bisa

menemukan tanda – tanda obstruksi bilier (dilatasi duktusbiliaris) dan

menyebabkan ikterus (batu empedu, kanker pankreas). Bisa juga tidak tampak ada

kelainan.

e. ERCP (Endosopic Retrograd Cholangingiopankreatography), ERCP merupakan

perpaduan antara pemeriksaan endoskopi dan radiologi untuk mendapatkan

anatomi dan sistem traktus biliaris (kolangiogram) dan sekaligus duktus pankreas

(pankreatogram) dan merupakan modalitas yang sangat bermanfaat dalam

membantu diagnostik ikterus bedah dan juga dalam terapi sejumlah kasus bedah

yang inoperable. Jika ada tanda – tanda obstruksi bilier, ERCP tetap merupakan

test definitif untuk menentukan apakah obstruksi terjadi intraluminal (batu empedu

pada duktus komunis (CBD)) atau extraluminal (striktur maligna dari karsinoma

pankreas). Pemeriksaan ini juga mengurangi derajad obstruksi.

f. Biopsi Hati, histologi hati tetap merupakan pemeriksaan defenitif untuk ikterus

hepatoselular dan beberapa kasus ikterus kolestatik (sirosis biliaris primer,

kolestatis intrahepatik akibat obat – obatan (drug induced)). Terdapat berbagai

indikasi absolut untuk pemeriksaan ini.

2.3.7. Penatalaksanaan

Pengobatan jaundice sangat tergantung penyakit dasar penyebabnya. Jika

penyebabnya adalah penyakit hati (misalnya hepatitis virus), biasanya jaundice akan

menghilang sejalan dengan perbaikan penyakitnya. Beberapa gejala yang cukup mengganggu

misalnya gatal (pruritus) pada keadaan kolestasis intrahepatik, pengobatan penyebab dasarnya

sudah mencukupi. Jika penyebabnya adalah sumbatan bilier ekstra-hepatik biasanya

membutuhkan tindakan pembedahan, ekstraksi batu empedu di duktus, atau insersi stent, dan

drainase via kateter untuk striktura (sering keganasan) atau daerah penyempitan sebagian.

Untuk sumbatan maligna yang non-operabel, drainase bilier paliatif dapat dilakukan melalui

stent yang ditempatkan melalui hati (transhepatik) atau secara endoskopik (ERCP). Pada

sejumlah pasien ikterus bedah yang mempunyai risiko tinggi dapat dilakukan "ERCP

terapeutik". Prinsip dari ERCP terapeutik adalah memotong sfingter papila Vateri dengan

kawat yang dialiri arus listrik sehingga muara papila menjadi besar (spingterotomi

10

Page 11: Ikterus dan Jaundice

70 – 80% Dari Eritrosit Yang Telah Matang

20 – 30 % Dari Hati Dan Protein Heme Lainnya

SEL RETIKULOENDOTEL(Makrofag Monosit) Limpa, dll

ENTEROHEPATIK

endoskopik). Kebanyakan tumor ganas yang menyebabkan obstruksi biliaris sering sekali

inoperabel pada saat diagnosis ditegakkan. Papilotomi endoskopik dengan pengeluaran batu

telah menggantikan laparatomi pada pasien dengan batu di duktus kholedokus. Pemecahan

batu di saluran empedu mungkin diperlukan untuk membantu pengeluaran batu di saluran

empedu.

2.3.8. Metabolisme Bilirubin

Hemoglobin yang berasal dari penghancuran eritrosit oleh makrofag didalam

limpa, hati dan alat retikuloendotelial lain akan mengalami proses pemecahan menjadi heme

dan globin. Melalui proses oksidasi, komponen globin mengalami degradasi menjadi asam

amino dan digunakan untuk pembentukan protein lain. Unsur heme selanjutnya oleh heme-

oksigenase, teroksidasi menjadi biliverdin dengan melepas zat besi dan karbonmonoksida.

Biliverdin reduktase akan mereduksi biliverdin menjadi bilirubin tidak terkonjugasi. Bilirubin

tidak terkonjugasi ini adalah suatu zat lipofilik, larut dalam lemak, hampir tidak larut dalam

air sehingga tidak dapat dikeluarkan dalam urin melalui ginjal( disebut pula bilirubin indirect

karena hanya bereaksi positif pada setelah dilarutkan dalam alkohol). Karena sifat lipofilik,

zat ini dapat melalui membran sel dengan relativ mudah. Setelah dilepas kedalam plasma

sebagian besar bilirubin tidak terkonjugasi ini membentuk ikatan denagn albumin sehingga

dapat larut didalam darah. Pigmen ini secara bertahap berdifusi kedalam sel hati (hepatosit).

Dalam hepatosit, bilirubin tidak terkonjugasi, dikonjugasi dengan asam glukoromat

membentuk bilirubin glukoronida atau bilirubin terkonjugasi (bilirubin direct). Reaksi

konjugasi dikatalisasi oleh enzim glukoronil transferase suatu enzim yang dapat diretikulum

endoplasmic dan merupakan kelompok enzim yang mampu memodifikasi zat asing yang

bersifat toksik. Bilirubin terkonjugasi larut dalam air, dapat dikeluarkan melalui ginjal.

Sebagian besar bilirubin terkonjugasi ini dikeluarkan kedalam empedu, suatu campuran

kolesterol, posfolipid, bilirubin diglukoronida dan garam empedu. Sesudah dilepas kedalam

saluran cerna bilirubin glukoronida (bilirubin terkonjugasi) diaktivasi oleh enzim bakteri

dalam usus, sebagian menjadi komponen urobilinogen yang akan keluar dalam tinja

(stercobilin), atau diserap kembali dari saluran cerna, dibawa kehati dan dikeluarkan kembali

kedalam empedu. Urobilinogen dapat larut dalam air, oleh karena itu sebagian dikeluarkan

melalui ginjal.

Berikut adalah skema dari metabolisme bilirubin, yaitu:

11

Page 12: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

2.3.9. Perbedaan Bilirubin Indirect dan Direct

Berikut adalah perbedaan antara bilirubin inderict dan bilirubin direct, yaitu:

12

Page 13: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

No Bilirubin Indirect Bilirubin Direct

1 Mempunyai afinitas terhadap otak

(toksik)

Tidak mempunyai afinitas terhadap otak

2 Tidak mewarnai jaringan lain Mewarnai jaringan lain

3 Larut dalam lemak Larut dalam air

4 Bilirubin tak terkonjugasi Bilirubin terkonjugasi

5 Hemobilirubin Cholebilirubin

6 Berikatan dengan albumin (kuat) Berikatan dengan albumin (lemah)

BAB III

PENUTUP

13

Page 14: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

3.1. Kesimpulan

Maka dari uraian diatas dapat diartikan bahwa ikterus dan jaundice adalah

perubahan warna kuning yang masing terjadi pada mata (sklera) dan kulit akibat penimbunan

pigmen empudu dan kolestasis yang ditandai dengan retensi sistemik dan tidak hanya

bilirubin namun zat – zat larut lain yang dikeluarkan melalui empedu. Bila kadar bilirubin >

1,5 mg / 100 cc, maka pada jaringan elastik kulit dan membran mukosa mulai terdapat

penimbunan bilirubin, dan akan terlihat kekuning – kuningan. Ada 5 fase dalam patofisiologi

ikterus dan jaundice, yaitu: fase pembentukan bilirubin, transport plasma, liver uptake,

konjugasi, dan ekskresi bilirubin.

Etiologi dari ikterus dan jaundice ini dapat terjadi karena adanya gangguan

metabolisme bilirubin dapat terjadi lewat salah satu dari keempat mekanisme ini: over

produksi, penurunan ambilan hepatik, penurunan konjugasi hepatik, penurunan eksresi

bilirubin ke dalam empedu (akibat disfungsi intrahepatik atau obstruksi mekanik

ekstrahepatik).

Penatalaksanaan pasien ikterus sangat tergantung pada penyakit penyebabnya dan

ada tidaknya gambaran klinis gagal hati. Ikterus sendiri tidak selalu membutuhkan perawatan

di rumah sakit – penyakit penyebab ikterus dan komplikasinya yang sering memerlukan

perawatan di rumah sakit.

3.2. Kritik dan Saran

Banyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Kritik dan saran

dari para pembaca yang membangun kami harapkan untuk memperbaiki bentuk dan isi dari

makalah ini. Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: Ikterus dan Jaundice

ENTEROHEPATIK

1. Davey Patrick, 2005. At a Glance Medicine. Jakarta, EMS

2. Murray, Robert K., Daryl K. Granner, & Victor W. Rodwell, 2009. Biokimia Harper,

ed. 27, Jakarta. EGC.

3. Rubenstein, David, David Wayne, & Jhon Bradley, 2007. Lecture Note Kedokteran

Klinis, ed. 6. Jakarta, Penerbit Erlangga.

4. Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung. P.T. Alumni.

5. Sudoyo, Aru W. dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta. Interna

Publishing.

6. Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Volume I1. Jakarta. EGC.

15