hipokondriasis MTE

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform yang diketegorikan dalam DSM-IV-TR. Hipokondriasis dibedakan dari kelainan delusi somatik lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala fisik yang dirasakan oleh penderitanya, dimana gangguan somatoform lainnya tidak menunjukkan gejala fisik di dalam dirinya. Gejala yang timbul bisa saja merupakan pernyataan gejala fisik yang dilebih- lebihkan, yang justru akan memperberat gejala fisik yang disebabkan oleh keyakinan bahwa pasien tersebut sedang sakit dan keadaannya lebih buruk dari keadaan yang sebenarnya. Hipokondriasis dan gangguan somatoform yang lain merupakan gangguan psikiatri paling sulit dan kompleks untuk diterapi secara medis. Gangguan somatoform sendiri adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik dimana tidak ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Seperti kelainan psikiatri lain, gangguan somatoform membutuhkan perencanaan terapi yang kreatif, kaya dan bersifat biopsikososial oleh klinisi yang meliputi dokter umum, sub-spesialis dan ahli psikiatri professional. Strategi penatalaksanaan pada hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjauan psikososial dan psikoterapi.

Transcript of hipokondriasis MTE

Page 1: hipokondriasis MTE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform yang

diketegorikan dalam DSM-IV-TR. Hipokondriasis dibedakan dari kelainan delusi

somatik lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala fisik

yang dirasakan oleh penderitanya, dimana gangguan somatoform lainnya tidak

menunjukkan gejala fisik di dalam dirinya. Gejala yang timbul bisa saja merupakan

pernyataan gejala fisik yang dilebih-lebihkan, yang justru akan memperberat gejala fisik

yang disebabkan oleh keyakinan bahwa pasien tersebut sedang sakit dan keadaannya lebih buruk

dari keadaan yang sebenarnya.

Hipokondriasis dan gangguan somatoform yang lain merupakan gangguan

psikiatri paling sulit dan kompleks untuk diterapi secara medis. Gangguan somatoform

sendiri adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik dimana tidak

ditemukan penjelasan medis yang adekuat.

Seperti kelainan psikiatri lain, gangguan somatoform membutuhkan perencanaan

terapi yang kreatif, kaya dan bersifat biopsikososial oleh klinisi yang meliputi dokter

umum, sub-spesialis dan ahli psikiatri professional. Strategi penatalaksanaan pada

hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjauan psikososial dan psikoterapi.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1  Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hipokondriasis dan bagaimana

penanganannya.

1.2.2  Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mengetahui pengertian hipokondriasis

b. Mahasiswa mengetahui model-model konseptual kesehatan jiwa masyarakat

c. Mahasiswa mengetahui masalah kesehatan jiwa saat ini dan bagaimana

penanganannya.

Page 2: hipokondriasis MTE

1.3  Metode penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan

penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari

literatur yang ada, baik di perpustakaan maupun di internet.

Page 3: hipokondriasis MTE

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi

Hipokondriasis atau hipokondria adalah suatu keadaan preokupasi atau kekhawatiran

berlebihan menderita suatu penyakit berbahaya.1,2

2.2 Epidemiologi

Suatu penelitian yang terbaru menyatakan bahwa prevalensi hipokondriasi

dalam 6 bulan mencapai 4 -6 % dari keseluruhan populasi medis umum, namun

demikian angka presentase ini dapat mencapai 15 persen. Prevalensi dari

hipokondriasis di lini pelayanan umum adalah 0,8-4,5%. Beberapa derajat preokupasi

dengan penyakit ini mulai terlihat umum, karena 10-20% dari pasien yang sehat dan

45% dari pasien dengan tanpa gangguan psikiatri umum memiliki kekhawatiran terkena

suatu penyakit tertentu.2

Laki-laki dan wanita mempunyai perbandingan yang sama untuk menderita

hipokondriasis. Walaupun onset penyakit dapat terjadi pada keseluruhan tingkatan umur,

hipokondriasis paling sering terjadi pada umur 20 sampai 30 tahun. Hipokondriasis juga

didapatkan pada 3 persen mahasiswa kedokteran terutama pada dua tahun pertamanya,

namun keadaan ini hanyalah hipokondriasis yang bersifat sementara.2,3

Beberapa bukti menyatakan bahwa diagnosis adalah lebih seringdiantara

kelompok kulit hitam dibandingkan kulit putih, tetapi status sosial,tingkat pendidikan,

dan status perkawinan tampaknya tidak mempengaruhi diagnosis.

2.3 Etiologi

Kriteria diagnosis untuk hipokondriasis, DSM IV-TR mengindikasikan bahwa

gejala yang timbul menunjukkan misinterpretasi padagejala fisik yang dirasakan.

Banyak data menunjukkan bahwa orang dengan hipokondriasis memperkuat dan

memperberat sensasi somatik yang mereka rasakan sendiri. Pasien ini mempunyai

batasan toleransi yang rendah terhadap ketidaknyamanan fisik. Sebagai contoh, pada

orang normal merasakan itu sebagai tekanan pada perut, pasien hipokondriasis

menganggapnya sebagai nyeri pada perut. Mereka menfokuskan diri pada sensasi pada

Page 4: hipokondriasis MTE

tubuh, salah menginterpretasikannya, dan menjadi selalu teringat oleh sensasi tersebut

karena kesalahan skema kognitifnya.1

Teori yang lain mengemukakan bahwa hipokondriasis dapat suatu sifat yang

dipelajari yang dimulai dari masa kanak-kanak dimana pada anggota keluarganya

sering terpapar oleh suatu penyakit. Etiologi lain yang diajukan adalah bahwa

hipokondriasis merupakan bagian dari gangguan depresi atauobsesif-kompulsif dengan

fokus gejala pada keluhan fisik.2

2.3.1 Misinterpretasi gejala-gejala tubuh

Orang hipokondriasis meningkatkan dan membesarkan sensasisomatiknya. Mereka

memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari umumnya terhadap gangguan fisik, dan

menjadi tersinyal oleh hal tersebut karena skema kognitif yang keliru.2

2.3.2 Model belajar sosial 

Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan peranan sakit

oleh seseorang untuk menghadapi masalah yangtampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan.2

2.3.3 Varian dari gangguan mental lain

Gangguan yang paling sering dihipotesiskan berhubungan dengan

hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan kecemasan.2

2.3.4 Psikodinamika

Menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadaporanglain

dipindahkan (melalui represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik.Hipokondriasis

juga dipandang sebagai pertahanan dan rasa bersalah, rasakeburukan yang melekat,

suatu ekspresi harga diri yang rendah, dan tanda perhatian terhadap diri sendiri ( self-

concern) yang berlebihan.2

2 . 4 Patofisiologi

Defisit neurokimia berhubungan dengan hipokondriasis dan gangguan

somatoform lain (sebagai contoh gangguan somatisasi, konversi, dan kelainan bentuk

tubuh) terlihat sama dengan gangguan mood dan cemas.1,2 Sebagai contoh, Hollander

dkk menjelaskan “spektrum obsesif-kompulsif” untuk memasukkan gangguan

obsesif-kompulsif, kelainan bentuk tubuh (body dysmorphic disorder), anorexia

nervosa, sindrom Tourette, dan gangguan kontrol impuls (misalnya trichotillomania,

Page 5: hipokondriasis MTE

pathological gambling ). Penulis lain mempostulasikan bahwa kelainan somatoform

seperti hipokondriasis dapat saja merupakan hasil atas kebiasaan tak sadar

yangdilakukan pasien untuk menghindari konflik internal dan stressor eksternal.2

Formulasi dari gangguan spektrum obsesif kompulsif ini, walaupun bukan

bagian dari consensus diagnostik dan klasifikasi psikiatri, melintasi sedikit bagian

dalam beberapa kategori diagnostik dalam DSM-IV. Walaupun temuan kasus dari

defisit neurokimia ini bersifat ringan, beberapa defisit menunjukkan mengapa gejala

dapat menjadi berlebihan, dan berakibat komorbid, dan mengapa terapi yang efektif

itu bersifat parallel antara orangyang satu dan orang yang lain (contoh,  selective

serotonin reuptake inhibitors [SSRIs]).2

Pada studi terakhir dari marker biologis, peneliti yang mendasarkan criteria

diagnostik untuk hiponkondriasis berdasarkan DSM-IV-TR menemukan bahwa

terdapat penurunan level neurotrophin 3 (NT-3) danserotonin trombosit (5-HT) dalam

plasma dibandingkan dengan subjek control. NT-3 adalah marker dari fungsi neuronal

sementara trombosit 5-HTadalah marker penting untuk aktivitas serotonergik.2,3

2.5 Manifestasi Klinis

Pasien dengan gangguan hipokondriasis secara khas datang dengan ketakutan

dan perhatian terhadap penyakitnya, dibandingkan dengan gejala yang dirasakannya.

Pasien dengan hipokondriasis percaya bahwa mereka sedang menderita suatu penyakit

yang serius yang belum pernah dideteksi,dan tidak dapat menerima penjelasan akan

gangguan yang dideritanya mereka terus menyimpan keyakinan bahwa mereka

memiliki penyakit yang serius. Hipokondriasis biasanya disertai dengan gejala depresi

dan anxietas dan biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan depresi dan anxietas.2,4

Walaupun pada DSM-IV membatasi bahwa gejala yang timbul

telah berlangsung paling kurang 6 bulan, keadaan hipokondrial yang sementara dapat

muncul setelah stress yang berat, paling sering adalah akibat kematian atau penyakit

yang sangat serius dari seseorang yang sangat penting bagi pasien, ataupun penyakit

serius yang yang pernah diderita oleh pasien namun telah sembuh, yang dapat

meninggalkan keadaan hipokondrial sementara pada kehidupan pasien. Keadaan diatas

dimana perlangsungannya kurang darienam bulan, maka di diagnosis sebagai gangguan

somatoform yang tak tergolongkan.2,4,5

Page 6: hipokondriasis MTE

2.6 Pemeriksaan Psikiatri

Tidak adanya kelainan pada pemeriksaan fisis, pada pemeriksaan yang serial,

mendukung diagnosis hipokondriasis. Namun demikian, pasien tetap harus menerima

pemeriksaan fisis untuk meyakinkan tidak ada kelainan organik. Pada pemeriksaan

fisis, pada pasien hipokondriasis bisadidapatkan:2,5,6

1. Penampakan umum, kelakuan dan pembicaraan

Penampilan biasa, rapi

Kooperatif dengan pemeriksa, namun gelisah dan tidak mudah untuk ditenangkan

Dapat menunjukkan gejala anxietas berupa, tangan yang berkeringat,dahi berkeringat,

suara yang tegang atau gemetar, dan tatapan matayang tajam

2. Status psikomotor 

Tidak dapat beristrahat dengan tenang

Selalu bergerak merubah posisi

Agitasi

Pergerakan lambat, apabila pasien kurang tidur

3. Mood dan afek 

Bersemangat,atau cemas, depresi

Afek terbatas, dangkal, ketakutan, atau afek yang bersemangat.

4. Proses berpikir 

Berbicara spontan dengan kadang-kadang secara tiba-tiba merubahtopic yang sedang

dibicarakan

Berespon terhadap pertanyaan tetapi dapat mengalihkan kecemasannya pada hal lain

Tidak ada blocking 

5. Isi pikiran

Preokupasi bahwa ia sedang sakit

Berbicara tentang apa yang dipikirkan bahwa dalam tubuhnya telahterjadi kesalahan,

kenapa bisa terjadi seperti demukian, dan bagaimanaia merasakannya

Dapat merasa putus asa dan tidak ada lagi harapan tentang penyakitnya, walaupun

keadaan ini biasa juga tidak terjadi

Page 7: hipokondriasis MTE

tidak terdapat keinginan untuk bunuh diri, walaupun secara bersamaanterdapat

depresi.5

Fungsi kognitif 

Penuh perhatian

Orientasi waktu, tempat dan orang ;baik 

Jarang mengalami kesulitan dalam konsentrasi, memori.

Insight

Dapat mengenali sensasi yang muncul pada tubuhnya

Daya nilai

Sering tidak terganggu

Dapat terganggu bila bersamaan dengan depresi

Laboratorium

Tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi hipokondriasis.Pemeriksaan

laboratoriun hanya digunakan untuk menyingkirkan adanya penyebab organik pada pasien.5,6

Tes Psikologi 

Tes psikologi (contohnya MMPI) pada umumnya menunjukkanadanya preokupasi akan

gejala somatik dan dapat disertai dengan depresi dananxietas.5

2.7 Diagnosis

Diagnosis hipokondriasis berdasarkan PPDGJ-III adalah:1,3,4

1. Keyakinan yang menetap akan adanya sekurang-kurangnya satu penyakitfisik yang serius

yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak

menunjang adanya alas an fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap

kemungkinandeformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampaiwaham).

Page 8: hipokondriasis MTE

2. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapadokter bahwa tidak

ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yangmelandasi keluhan-keluhannya.

Sementara itu DSM-IV mendefinisikan hipokondriasis (F45.2) berdasarkan criteria berikut

ini:1,3,4

1.Preokupasi berupa ketakutan atau pikiran menderita penyakit serius berdasarakan

interpretasi yang keliru mengenai gejala yang dirasakan.

2.Preokupasi untuk memastikan kondisinya dengan pemeriksaan medistertentu.

3.Kepercayaan pada kriteria 1 bukanlah intensitas delusi (seperti gangguandelusi, tipe

somatik) dan tidak terpusat pada satu kelainan yang tampak (seperti pada gangguan

dismorfik).

4.Preokupasi yang menyebabkan distress yang signifikan secara klinis ataugangguan dalam

hubungan sosial, pekerjaan, dan area penting lainnya.

5.Durasi gangguan tersebut paling tidak terjadi dalam 6 bulan.

6.Preokupasi tidak dapat diklasifikasikan dalamGeneralized Anxiety Disorder, Obsessive-

Compulsive Disorder,gangguan panik ,episode depresif mayor , Separation Anxiety, atau

gangguan Somatoform lain.

Sebutkan jika:

Dengan tilikan buruk: jika untuk sebagian besar waktu selama episode berakhir, orang tidak

menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita penyakit serius adalah berlebihan atau

tidak beralasan.

Rancangan perubahan pada revisi selanjutnya dalama DSM-5dijadwalkan akan

dipublikasikan pada bulan Mei 2013, dimana hipokondriasisakan dikombinasikan dengan

gangguan somatisasi, gangguan nyeri, dangangguan somatoform tak terinci dalam klasifikasi

khusus yang disebutgangguan gejala somatic kompleks.1,3

Page 9: hipokondriasis MTE

2.8 Diagnosis Banding

Kelainan fisik pertama-tama harus segera disingkirkan, yaitu kelainandalam bidang neurogik,

endokrinilogi dan penyakit sistemik lainnya.Diferensial diagnosis pada psikiatri untuk

hipokondriasis adalah gangguansomatoform lainnya, gangguan mood, kecemasan, dan

gangguan psikotik.2,3,4

•Gangguan somatisasiKelainan ini ditandai dengan onset yang dini (<30 hari), dapatkambuh,

mencakup keluhan fisik yang multiple. Pada kelainansomatisasi, yang terjadi adalah

preokupasi tentang bebepara gejalayang timbul, bukan tentang penyakit yang

mendasarinya.Gejala yang timbul haruslah memenuhi pola yang spesifik untuk

dapatdiklasifikasikan sebagia gangguan somatisasi yaitu perasaan nyeriyang terjadi pada 4

tempat yang berbeda, 2 gejala gastrointestinal yang berbeda, 1 gejala seksual, dan 1 gejala

neurologi. Gangguan somatisasidibedakan dengan penyakit sistemik dari banyaknya keluhan

pada beberapa organ tanpa adanya keterkaitan dan hubungan dengankelainan somatik yang

ada.Onset gangguan somatisasi lebih dini dari hipokondriasis (<15 hari pada 50% kasus).

Wanita lebih sering terkena, rasio wanita : laki-laki;10:1. Perbedaan yang lain juga adalah

pada gangguan somatisasi, pasien lebih terfokus pada gejala dibandingkan dengan penyakit

yangmendasarinya.

•Gangguan nyeriPasien dengan gangguan nyeri lebih terfokus pada nyeri yang

munculdibandingkan penyakit yang mendasarinya.

•Kondisi medis non psikiatriKhususnya gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak

mudahdidiagnosis. Penyakit-penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati,miastenia gravis,

skerosis multiple, penyakit degeneratif pada systemsaraf, lupus eritematosus sistemik, dan

gangguan neoplastik yang tidak  jelas.

•Gangguan somatoform lainnyaPenderita hipokondrial biasanya mencari perhatian untuk

anggapan penyakitnya.

Page 10: hipokondriasis MTE

•Gangguan depresi dan gangguan kecemasan

•Gangguan buatan dengan gejala fisik berpura-pura

2.9 Penatalaksanaan

Farmakoterapi digunakan sebagai pelengkap dari psikoterapi danterapi edukasi yang

dilakukan. Tujuan dari pemberian farmakoterapi adalahuntuk mengurangi gejala dan

gangguan yang menyertai (contohnya depresi),untuk mencegah komplikasi, dan untuk

mengurangi gejala hipokondrik.2,4

Hipokondriasis hampir selalu disertai dengan gangguan depresi,anxietas, obsesif-

kompulsif. Apabila salahsatu dari gangguan diatas ada, penatalaksanaan yang sesuai haruslah

dilakukan. Biasanya terapi farmakologidiberikan dengan memulai dengan dosis rendah,

kemudian dinaikkan sampai pada dosis terapi. Hal ini untuk mencegah efeksampaing dimana

pasiendengan gangguan hipokondria sangat sensitif terhadap efek samping obat.2,5

Terapi Kognitif 

Tujuan dari terapi kognitif untuk hipokondriasis adalah untuk mengarahkan pasien

untuk mengenali, bahwa masalah utama mereka adalahrasa takut terhadap menderita suatu

penyakit dan bukannya menderita penyakit itu. Pasien juga diminta untuk memantau sendiri

kekhawatiran yangmuncul dan mengevaluasi kenyataan dan alasannya. Terapis juga

membujuk  pasien untuk mempertimbangkan penjelasan alternatif untuk tanda fisik

yang biasanya mereka interpretasikan sebagai suatu penyakit. Percobaan mengenaikebiasaan

juga digunalan sebagai usaha untuk mengubah kebiasaan pikiran pasien. Singkatnya, pasien

diberitahukan untuk secara intens fokus padagejala fisik yang spesifik dan memantau

peningkatan rasa cemas yangmuncul. Keluarga juga perlu diikutsertakan untuk

mengobservasi rasa cemasyang muncul.2,6

Page 11: hipokondriasis MTE

Manajemen Stres

Sebuah studi oleh Clark dkk membandingkan terapi kognitif dan jugamanajemen

stress kebiasaan. Manajemen ini difokuskan pada keadaan dimanastress berkontribusi pada

kekhawatiran berlebihan terhadap kesehatan. Pasiendiminta untuk mengidentifikasi stressor

yang ada dan diajarkan teknik manajemen stres untuk membantu pasien mampu menghadapi

stressor yangada. Teknik yang diajarkan kepada pasien adalah teknik relaksasi dan

kemampuan untuk memecahkan masalah. Walaupun teknik ini tidak secaralangsung

difokuskan terhadap terapi hipokondriasis, teknik ini mampumengurangi gejala yang

muncul.2,6

Pencegahan Paparan dan Respon

Terapi ini dimulai dengan meminta pasien membuat daftar kecemasanhipokondriasis

mereka, seperti memeriksa sensasi tubuh, memastikannya kedokter, dan menghindari pikiran

tentang suatu penyakit.2,6

2.10 Perjalanan Penyakit

Hipokondriasis biasanya berlangsung episodik, dimana setiap episode berlangsung selama

beberapa bulan sampai beberapa tahun dan dipisahkanoleh episode tenang yang sama

panjangnya. Prognosis baik berhubungandengan status sosioekonomi yang tinggi, awal yang

tiba-tiba, tidak adanyagangguan kepribadian, dan tidak adanya kondisi medis nonpsikiatri

yang menyertai.2,4

Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanyahanya mengalami

hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut ataustress mempunyai prognosis yang baik

dan dapat mengalami kesembuhanyang sempurna.2,6

Page 12: hipokondriasis MTE

BAB III

KESIMPULAN

Hipokondriasis adalah suatu gangguan neurotik yang ditandai denganfokus gejala yang lebih

ringan daripada kepercayaan bahwa ia menderita penyakit tertentu. Hipokondriasis merupakan salah

satu dari enam gangguansomatoform yang dikategorikan dalam DSM-IV. Hipokondriasis

dibedakandari kelainan delusi somatic lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkandengan

pengalaman gejala fisik yang dirasakan oleh penderitanya, dimanagangguan somatoform lainnya tidak

menunjukkan gejala fisik di dalamdirinya.Terdapat faktor psikosial berupa konflik psikis di bawah

sadar yangmempunyai tujuan tertentu.

Ditemukan faktor genetik dalam transmisigangguan ini. Selain itu dihubungkan pula dengan

adanya penurunanmetabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis danhemisfer

nondominan.Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang

disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan

juga telah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak terjadi kelainan yang mendasari

keluhannya.Penatalaksanaan hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjauan psikososial, dan

psikoterapi. Hipokondriasis berlangsung episodik, dimanasetiap episode berlangsung beberapa bulan

sampai beberapa tahun dandipisahkan oleh episode tenang yang sama panjangnya. Prognosis

baik  berhubungan dengan status sosioekonomi yang tinggi, awal yang tiba-tiba,tidak adanya

gangguan kepribadian, dan tidak adanya kondisi medisnonpsikiatri yang menyertai.

 

Page 13: hipokondriasis MTE

DAFTAR PUSTAKA

1.Saddock BJ, Sadock VA, Ruiz Pedro. Comprehensive Textbook of Psychiatry. 10th edition.

Philadhelphia; lippincot Williams 7 Walkins.2009.p1605-1614

 

2.Kaplan, H.I., Sadocks, B.J., Grebb, J.A. : Gangguan Psikotik Singkat,dalam Sinopsis, edisi 7, jilid 1,

Jakarta, hal: 771-775.

 

3.Memon, M.A. : Hypochondriasis. Medical Director of GeriatricPsychiatry, Department of

Psychiatry, Spartanburg Regional HospitalSystem. 2009. available

fromhttp://emedicine.medscape.com/article/290955

 

4. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-

IV-TR).

4th ed. Washington DC:

. AmericanPsychiatric Press, 2000.

5. Botella, Cristina, and Pilar Martinez Narvaez. "Cognitive behaviouraltreatment for

hypochondriasis." In International Handbook of Cognitiveand Behavioural Treatments for

Psychological Disorders, edited by V. E.Caballo. Oxford, UK: Pergamon, 2000.

6.Pilowsky, Issy. Abnormal Illness Behavior. Chichester, UK: John Wileyand Sons, 1997.