Model RPP Bahasa Inggris 2010 Eksplorasi Elaborasi Dan Konfirmasi SMKN 3 Kudus
ELABORASI TEORI PSIKOANALISIS DALAM …blog.umy.ac.id/topik/files/2011/12/ELABORASI-TEORI... · Web...
Transcript of ELABORASI TEORI PSIKOANALISIS DALAM …blog.umy.ac.id/topik/files/2011/12/ELABORASI-TEORI... · Web...
ELABORASI TEORI PSIKOANALISIS DALAM
PERSPEKTIF ISLAMMinggusta Juliadharma
A. Pengertian Teori Psikonalisis
Teori psikoanalisi pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh
berkewarganegaraan Austria yaitu Sigmund Freud (1856-1939). Teori
psikoanalisis ini dapat dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling
berpengaruh dan yang paling terkenal karena mempunyai landasan teori yang
unik, teori ini berasumsi bahwa pada diri manusia terdapat aspek
consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari ketiga aspek
tersebut, unconsciousness merupakan aspek yang paling berpengaruh dan
dominant dalam menentukan tingkah laku manusia. Di dalam
unconsciousness tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis dan instink.
Preconsciousness berperan sebagai penghubung antara consciousness dan
unconsciousness yang berisi ingatan dan ide yang dapat digunakan kapan saja.
Sedangkan consciousness hanyalah sebagaian kecil dari struktur kesadaran
namun di bagian inilah mind berinteraksi langsung dengan realitas.
Kemudian setelah mengembangkan struktur kesadaran di atas, freud
mengembangkan pula struktur kepribadian yang dikenal dengan mind
apparatus,yaitu:
1. Id, merupakan system kepribadian yang orisisnil, dimana ketika manusia
itu dilahirkan hanya memiliki id saja. Karena ia merupakan sumber utama
dari energi psikis dan tempat timbulnya instink. Id tidak memiliki
organisasi dan banyak tuntutan dengan mendorong untuk mendapatkan
segala keinginannya.
2. Ego, merupakan system kepribadian yang dapat mengadakan kontak
langsung dengan realitas yang ada di luar dirinya. Disini ego mempunyai
beberapa peran yaitu, yang memerintah, mengatur dan mengendalikan
kepribadian. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengna dunia di
1
sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari
suatu organisme.
3. Superego, merupakan system kepribadian yang memegang keadilan dan
filter dari kedua system kepribadian di atas. Disini superego bertindak
sebagai sesuatu yang ideal, menentukan benar-salah, baik-buruk, boleh-
tidak dan sebagainya. Segala sesuatu yang timbul dari id dan ego
disesuaikan dengan norma-norma moral masyarakat.
B. Psikoanalisis dalam perspektif Islam
Dalam teori yang disebutkan oleh freud, teori tersebut bekerja dengan
menjelaskan tingkah laku, memprediksi dan terkadang mengendalikan tingkah
laku manusia yang bersifat horizontal saja. sedangkan dalam Islam yang
diwakili oleh ilmu akhlaq dan tasawuf berbicara bagaimana mengubah
tingkah laku menjadi baik dan bagaimana jiwa dekat dengan tuhannya, jadi
proses yang terjadi dalam islam berkaitan dengan interaksi antar manusia dan
interaksi individu dengan tuhannya sehingga terciptalah sinergi antara 2
hubungan tersebut menjadi manusia muslim yang mempunyai akhlaqul
karimah yang didalamnya juga terkandung kepribadian yang karimah pula.
Perbedaan lain diantara keduanya adalah terletak pada metodologi, freud
mencetuskan renungannya dari hasil renungannya dan hasil uji laboratorium,
bahkan ketika ia menemukan teori psikoanalisis tersebut diceritakan dia
sedang mengalami gangguan mental. Dalam kondisi itulah yang menyebabkan
banyak tokoh psikologi lainnya mengkritik keabsahan dan eksistensi teorinya.
sedangkan dalam islam sumber informasi utamanya adalah Al Qur’an, hadits,
filsafat dan tasawuf untuk kemudian dijadikan barometer penghayatan dan
pengalaman kejiwaan, serta eksperimentasi laboratorium sebagai upaya
verifikasi dan perbandingan seperti yang telah biasa dilakukan oleh psikolog
barat, termasuk freud.
Kemudian kalau kita telusuri teori conscious dan struktur kepribadian
freud, maka kita akan mendapati teori-teori itu sudah disinggung oleh Al
2
Qur’an, yang membedakan hanyalah pada perbedaan simantik saja. Seperti
yang terdapat dalam QS An Nazi’at:37-41 :
Dalam ayat tersebut lafadz dan merupakan istilah yang biasa digunakan freud untuk mendefinisikan sebagai tingkah id, sedangkan lafadz dan adalah superego yang mengevaluasi segala keinginan id.
Dalam QS Al Baqarah 36 terlihat jelas keterkaitan antara id dan ego,
yaitu:
Adam dan hawa dengan tipu daya syaitan memakan buah pohon
yang dilarang itu, yang mengakibatkan keduanya keluar dari surga, itulah
yang dimaksud oleh freud mengenai hubungan id yang mendorong ego untuk
memenuhi segala keinginannya
Dalam QS. Yusuf 53 Allah Menceritakan tentang kisah nabi Yusuf
as :
ئ� وما �بر ارة النفس إن نفسي أ وء ألم ربي رحم ما إال بالسور ربي إن رحيم غف�
Nabi Yusuf, dalam surat Yusuf ayat 53, menggambarkan id (nafsu)
sebagai sesuatu yang bersifat la-ammãratun bi-sû’i ( بسوء amat sangat ,(ألمارة
mendesak ego untuk bertindak buruk. Sang ego baru bisa lepas dari pengaruh
id bila dibimbing (oleh super ego) untuk menerima rahmat (ajaran) Allah.
3
Meskipun dalam pemaknaan siapa subyek yang mengatakan kalimat itu masih
terjadi ikhtilaf di kalangan ahli tafsir, yusuf atau istri dari penguasa itu.
Konsep Kepribadian Menurut Islam
Pengertian kepribadian menurut Islam dapat kita perhatikan dalam rangkaian QS
Al Isra’ 36, Al A’raf 179, As Sajdah 9, Ar Ra’du 19-22 dan An Nazi’at 401 yaitu :
kepribadian adalah totalitas dari kegiatan komponen- komponen dalam kesatuan
lingkungan jasmaniah-ruhaniah yang terbina melalui proses ta’dibiyah, tarbiyah,
pengalaman dan pengaruh lingkungan hidup yang membentuk cara- cara berpikir,
berkehendak, berperasaan dan bertingkah laku, yang menjadi cirri khas sikap mental dan
citra seseorang dalam menghadapi sesuatu.
Semua hal yang tersebut di atas itu digerakkan oleh ruh, suatu kekuatan yang
menyebabkan kehidupan pada benda-benda hidup. Dari ruh ini timbullah akal, hati
nurani, nafsu, hawa dan perasaan. Kelima hal tersebut merupakan komponen atau organ
ruhaniah.
1. Akal, sesuatu yang halus yang mengerti segala sesuatu untuk menangkap segala ilmu
pada diri manusia.
2. Hati nurani, tempat benih iman dan instink ruhaniah, keyakinan atau instink rabbani
sebagai hidayah naluri dari Allah yang diberikan sejak alam arwah (QS Al A’raf 172
dan QS Ar Rum 30)2. Hati nurani inilah sebagai sumber suara hati (hadits Nafs) yang
selalu memberikan suara halusnya yang berasal dari bisikan malaikat sebagai
petunjuk dari Allah SWT, jika baik dikerjakan, jika jelek ditinggalkan terhadap
sesuatu yang dihadapi.
3. Nafsu, tempat timbulnya keinginan yang di dorong oleh motif dari luar maupun dari
dalam. Nafsu inilah yang menimbulkan berbagai macam kreativitas untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya.
4. Hawa, keinginan lebih yang menimbulkan sifat serakah pada manusia, selalu merasa
kekurangan, keluh kesah dan kikir.
5. Perasaan, komponen njiwa yang selalu memberikan evaluasi dan menanggung akibat
yang ditimbulkan oleh peristiwa kejiwaan.
4
Proses pengendalian diri (jihadun nafs) ini diperankan oleh akal sebagai pemimpin
dalam perebutan untuk mempengaruhi nafsu, pilihan antara bisikan malaikat melalui
hati nurani dan bisikan syetan melalui hawa yang akan menentukan kualitas
kepribadian manusia tersebut. Jika nafsu tersebut lebih dominan pada bisikan
malaikat (hati nurani), maka tingkah lakunya akan selalu dihiasi perbuatan baik.
Namun jika nafsu lebih condong pada bisikan syetan (hawa), maka tingkah lakunya
akan selalu dihiasi perbuatan buruk.
Arti nafsu secara lughawi adalah Ar ruuh, ad damu, ash shakhsyu, adz dzaatu
dan alhimmah. Dalam perjuangan merubah jiwa, perlu melalui berbagai tahapan
nafsu, sehingga terdapat beberapa tingkatan kejiwaan atau keprbadian, yaitu:
1. Nafsu Ammarah, yaitu keadaan jiwa yang masih binal, belum punya pedoman
tentang yang baik dan yang buruk. Semua yang menguntungkan dianggapnya
baik, tidak merasa berdosa jika berbuat salah. Seluruh nafsunya bahkan akalnya
tunduk kepada kemauan hawanya. Keadaan jiwa semacam ini selalu
memerintahkan (ammarah) kepada kejahatan (QS Yusuf 53). Dalam surat tsb
Allah memakai shighah mubalaghah untuk menegaskan bahwa keadaan jiwa
seperti ini akan senantiasa mengajak pada keburukan. Dalam nafsu ammarah ini
ada 2 daya yang sering mendominasi, yaitu: daya syahwat buta (keinginan
terhadap sesuatu secara binal, dan daya ghadhab (gampang marah, emosi,
angkuh, sombong). Jadi orientasi kepribadian ini adalah mengikuti sifat
kebinatangan. Nafsu lawwamah dapat beranjak pada nafsu yang lebih baik
apabila telah diberi rahmat dari Allah SWT.
2. Nafsu lawwamah, yaitu keadaan jiwa yang sudah mengenal baik dan buruk akan
tetapi belum mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk (Al Qiyamah
2)3 . Jiwa yang masih fasad ini sudah mengenal rasa menyesal sehabis berbuat
maksiat. Sebenarnya nafsu pada tahap ini berada dalam kebimbangan antara
nafsu ammarah dan nafsu muthmainnah. Adapun kata lawwamah, ada perbedaan
pendapat tentang akar katanya.apakah ia dari kata talawwum (berubah-ubah dan
ragu-ragu) atau dari kata al laum (tercela). Yang pasti antara 2 makna itulah yang
diyakini olah ulama’ salafus shalih kita
5
3. Nafsu lawwamah, yaitu keadaan jiwa yang sudah mengenal baik dan buruk akan
tetapi belum mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk (Al Qiyamah
2)3.
4. Nafsu muthmainnah, keadaan jiwa yang sudah mengetahui yang baik dan
mampu mengerjakannya, serta sudah mengetahui yang buruk dan mampu pula
meninggalkannya. Meski terkadang terlanjur berbuat dosa tetapi segera bertaubat
sehingga dapat merasakan ketenangan lahir batin (QS Al Fajr 27)4.
5. Nafsu mudhammah, jiwa yang sudah mendapat ilham dari Allah SWT.
6. Nafsu Radhiyah, kualitas jiwa yang sudah penuh dengan rasa kecintaan dan
kerelaan pada Allah SWT dalam segala aspek kehidupan (QS Al Ghasyiyah 9
dan QS Al Haqqah 21)5.
7. Nafsu mardhiyah, jiwa yang sudah diridhai oleh Allah SWT, yaitu jiwa para
Nabi yang telah diridhai oleh Allah (Al Fajr 28)6.
8. Nafsu kamilah, kualitas jiwa yang sudah sempurna, jiwanya para Rasul yang
ma’shum.
Menurut Fatchur Rahman dalam kitabnya Al Haditsun, untuk mencapai
kematangan nafsu tersebut, perlu beberapa proses terbentuknya niat sebagai lang
kah awal seseorang untuk melakukan tindakan atau amal, yaitu:
1. Hajis, yaitu goresan atau lintasan hati sebagai permulaan munculnya
kehendak yang menjadi momen timbulnya alas an-alasan.
2. Khathir, yaitu rangsangan hati sebagai perkembangan dari tahap pertama,
kemudian bergerak menjadi rangsangan yang lebih kuat
3. Hadits, nafs, yaitu suara hati sebagai perkembangan lebih lanjut dari khathir
yang bergerak untuk menentukan dan membisikkan suara hati ke dalam jiwa,
untuk melakukan atau tidak melakukan. Posisi keduanya dalam keadaan
seimbang
4. Hamm, yaitu cita hati sebagai momen memilih anatara 2 keseimbangan yang
mulai memberat pada salah satu, melaksanakan atau tidak.
5. ‘Azam, yaitu hasrat yang kuat sebagai pemantapan dari hamm dan momen
untuk mengambil keputusan tanpa ragu-ragu.
6
6. Niyah, yaitu kehendak dan qashd sebagai momen untuk mulai berbuat.
7. Amal, yaitu perbuatan yang dilakukan secara sadar yang sudah memasuki
pada wilayah taklif
Menurut hadis riwayat Bukhari Muslim, proses niat dari tahap pertama
sampai tahap ketiga belum dapat dianggap sebagai tindakan ikhtiyari yang dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum, berpahala atau berdosa. Kemuadian
Allah mulai memantau dan memperhitungkan peristiwa kejiwaan ini mulai dari
tahap himmah. Jika himmah itu baik, dilakukan maupun tidak, ia mendapatkan
pahala. Jika himmah itu jelek dan tidak dilaksanakan, maka ia tidak berdoasa,
namun jika ia melaksanakan, barulah dia mendapat dosa.
Dinamika Kepribadian
Freud beranggapan bahwa kesadaran, pra kesadaran, ketidaksadaran, id, ego
dan superego bisa bekerja dengan baik karena adanya energy psikis yang berasal
dari fisiologis yang bersumber dari makanan. Freud sendiri mendefinisikan
energy psikis sebagai organisme manusia yang merupakan system energy yang
berasal dari makanan, lantas dapat menggerakkan hidupnya.
Energy psikis tersebut mencari caranya sendiri untuk dipergunakan oleh id,
ego dan superego. Diantara ketiga aspek tersebut, aspek yang paling banyak
menggunakan energy psikislah yang berpengaruh terhadap bentuk tingkah laku
individu.
Demikianlah freud menjelaskan bagaimana pentingnya makanan sehingga
dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Sedangkan islam sejak jauh hari
sudah mengatur bagaimana seorang muslim harus memperhatikan makanannya,
mulai dari perintah untuk memakan makan yang halal lagi thayyib, pembagian
makanan yang dihalalkan dan makanan yang diharamkan sampai pada pengaruh
kehalalan makanan terhadap factor penyebab terkabulnya doa. Yang pada
akhirnya semua aturan-aturan tersebut dapat bersinergi membentuk satu kesatuan
yang utuh sebagai unsur-unsur manusia muslim yang berakhlaqul karimah.
Mujib dan Yusuf Mudzakkir dalam bukunya mengemukakan bahwa
manusia memiliki 3 daya nafsani yaitu akal (fitrah insaniah yang berkedudukan
7
di otak), kalbu (fitarah ilahiah yang berkedudukan di jantung) dan nafsu (fitrah
hayawaniah yang berkedudukan di perut dan alat kelamin).
Dari pembagian di atas, nafsu yang berkedudukan di perut akan menuntut
suplai makanan dan minuman yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya agar
dapat dioperasionalkan secara hissiah yang berkolaborasi dengan akal dan kalbu
sehingga dapat membentuk sebuah satuan tindakan individu.
Oleh karena itu, islam mengatur bagaimana seorang muslim harus
memperhatikan makanannya karena secara tidak langsung akan berdampak pada
kinerja nafsu. Dalam QS. Al Baqarah 168:
Sesungguhnya manhaj Islam dalam hal makanan adalah sebagaimana
manhaj Islam dalam masalah yang lainnya yakni bertujuan untuk menjaga akal, nafsu dan
jasmani. Diperbolehkannya makanan yang halal lagi baik adalah karena bermanfaat bagi
badan dan akal, adakalanya makanan tersebut halal menurut zatnya akan tetapi dilihat
dari proses mendapatkannya dilalui dengan tidak baik. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala
memerintahkan kepada para hambaNya agar meninggalkan makanan yang kotor dan
haram karena akan berpengaruh negatif terhadap hati, akhlaq dan menghalangi hubungan
dirinya dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala , serta menyebabkan tidak terkabulnya do'a
Islam juga mengatur segala macam makanan yang haram untuk dikonsumsi oleh
kaum muslimin seperti dalam QS Al Baqarah 173:
Dalam ayat tersebut Allah SWT menyebutkan beberapa makanan yang haram untuk
dikonsumsi oleh kaum muslimin dan mengindikasikan sebuah kaidah ushul fiqih yang
telah disepakati oleh ulama’ ushul fiqih maupun ulama’ fiqih yaitu al ashlu fil mu’amalah
mubah, bahwa kaidah asal segala sesuatu dalam mu’amalah adalah boleh, ini tidak hanya
terbatas dalam masalah benda, tetapi meliputi masalah perbuatan dan pekerjaan yang
tidak termasuk daripada urusan ibadah, yaitu yang biasa kita istilahkan dengan Adat atau
Mu'amalat. Pokok dalam masalah ini tidak haram dan tidak terikat, kecuali sesuatu yang
memang oleh syari' sendiri telah diharamkan dan dikonkritkannya dalam bentuk datangya
nash yang shahih yang melarangnya. Jadi selama tidak ada larangan dalam nash, maka
8
segala urusan manusia yang berhubungan dengan mu’amalah termasuk didalamnya
dalam urusan makanan adalah mubah dan halal.
Setelah diteliti ternyata sebagian besar makanan yang diharamkan Allah yang ada
dalam Al Qur’an maupun hadits memiliki dampak negative terhadap kesehatan tubuh
manusia sehingga akan berdampak pula pada aspek psikis orang yang memakan makanan
haram teresebut
Seseorang yang ingin memiliki kekuatan batin bersumber dari tenaga Ilahiyah harus
memperhatikan makanannya. Baginya pantang kemasukan makanan yang haram karena
keberadaannya akan mengotori hati. Makanan yang haram akan membentuk jiwa yang
kasar dan tidak religius. Makanan yang haram disini bukan hanya dilihat dari jenisnya
saja ( Misal ; Babi, bangkai, dll. ), tapi juga dari cara dan proses untuk mendapatkan
makanan tersebut.
Efek dari makanan yang haram ini menyebabkan jiwa sulit untuk diajak menyatu
dengan hal-hal yang positif, seperti : dibuat zikir tidak khusuk, berdoa tidak sungguh-
sungguh dan hati tidak tawakal kepada Allah, serta tidak tercapainya tujuan dari shalat.
Daging yang tumbuh dari makanan yang haram selalu menuntut untuk diberi
makanan yang haram pula. Seseorang yang sudah terjebak dalam lingkaran ini sulit untuk
melepaskannya, sehingga secara tidak langsung menjadikan hijab atau penghalang
seseorang memperoleh getaran/ cahaya Ilahiyah sehingga ia terbiasa dengan perbuatan
kotor
Setitik makanan yang haram memberikan efek terhadap kejernihan hati. Ibarat setitik
tinta yang jatuh diatas kertas putih, semakin banyak unsur makanan haram yang masuk,
ibarat kertas putih yang banyak ternoda tinta. Sedikit demi sedikit akan hitamlah
semuanya. Ibrahim Bin Umar Al Biqa’i, ahli tafsir pada abad ke-15 menyatakan orang
yang suka makan makanan kotor bertabiat kasar, keras dan tidak suka menerima
kebenaran
Hati yang gelap menutupi hati nurani, menyebabkan tidak peka terhadap nilai-nilai
kehidupan yang mulia. Seperti kaca yang kotor oleh debu-debu, sulitlah cahaya
menembus nya. Tapi dengan zikir dan menjaga makanan haram, hati menjadi bersih
bercahaya. Bahkan ibadah puasa itu bertujuan menyucikan darah dan daging yang timbul
9
dari makanan yang haram. Dengan kondisi badan yang bersih, diharapkan ilmu batin
lebih mampu bersenyawa dengan jiwa dan raga.
Orang yang biasa memakan makanan haram akan terbiasa pula untuk melakukan
tindakan yang tidak baik dan maksiat, itulah hubungan antara makanan haram yang
masuk dalam perut akan menyebabkan perbuatan yang diharamkan pula, maka akan
terjadi dampak psikologis yang mendorong nafsu untuk memenuhi segala keinginan yang
disampaikan oleh hawa sehingga timbullah tindakan-tindakan yang berorientasi pada
syahwat buta dan ghadhab.
Islam tidak hanya mengatur mengenai hal makanan sebagai zat, tetapi juga mengatur
bagaimana cara makan yang baik menurut islam agar makanan yang masuk tersebut di
rihai oleh Allah SWT dengan membaca basmalah pada saat akan makan dan membaca
hamdalah ketika selesai7, ketika seorang muslim membaca kalimah tasmiyah dan
hamdalah ketika selesai, hal tersebut akan berdampak psikolologis pada ketenangan hati
dan kejernihan jiwa sehingga akal meresponnya dengan pikiran-pikiran yang positif
sehingga amal perbuatannya senantiasa dalam kebaikan.
Adapun anggapan banyak orang mengenai ungkapan
نشبع ال أكلنا وإذا نجوع حتى نأكل ال قوم نحنBanyak orang menganggap ungkapan yang tersebut di atas sebagai hadits nabi, akan
tetapi setelah ditelusuri secara mendalam ternyata ungkapan tersebut hanyalah sebuah
nasehat yang ada ada dalam kitab Ar rahmah fit thiib war rahmah karya imam As Suyuti.
Mengenai makanan haram sebagai sebab utama tidak terkabulnya doa ada dalam
hadist nabi, Al-Hafidz Ibnu Mardawih meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas
bahwa ketika dia (Ibnu Abbas) membaca suatu ayat : maka berdirilah Sa'ad bin Abi
Waqash, kemudian berkata :"Ya Rasulullah, do'akan kepada Allah agar aku senantiasa
menjadi orang yang dikabulkan do'anya oleh Allah." Maka Rasulullah SAW
bersabda :"Wahai Sa'ad perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya
engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan do'anya. Dan demi jiwaku yang ada
di tangan-Nya, sungguh jika ada seseorang yg memasukkan makanan haram ke dalam
perutnya, maka tidak akan diterima amal-amalnya selama 40 hari, dan seorang hamba
yang daging nya tumbuh dari hasil menipu dan riba maka neraka lebih layak baginya”.
(HR.At-Thabrani) . [Lihat Ad-durar Al-Mantsur fi Tafsir bil Ma'tsur Juz: II hal. 403]8
10
Fu’ad bin abdul aziz asy syalhub dalam kitabnya menyatakan bahwa sikap berlebih-
lebihan dalam mengambil makanan akan mengakibatkan tubuh menjadi sakit dan akan
menyebabkannya terserang berbagai penyakit. Ia akan menyebabkan tubuh terasa penat
dan malas sehingga ia merasa berat untuk mengerjakan amal-amal ketaatan, serta akan
mewarisi hati yang keras.
Dan sebaliknya, sedikit makan akan melemahkan tubuh yang akhirnya akan
melemahkannya dari ketaatan kepada Allah. Hadits mengenai hal tersebut bisa kita lihat
melalui hadis dari Miqdam Bin Ma’di Karib9:
أكالت آدم ابن بحسب بطن من شرا وعاء آدمي مأل ما لشرابه وثلث لطامه فثلث محالة ال كان فإن صلبه يقمن لنفسه وثلث
Dalam haidts tersebut jelas Islam sebenarnya telah mengatur proporsi makan bagi
pemeluknya agar ada keseimbangan di dalam hidupnya. Sehingga dengan keseimbangan
tersebut akan berimplikasi pada perilaku yang baik karena bekerjanya sistem akal sebagai
alat rasio, kalbu sebagai alat perasa dan nafsu sebagai sumber syahwat berkolaborasi
dengan proporsional.
Demikianlah perspektif Islam mengenai teori psikoanalisis freud, dari paparan yang
telah digambarkan secara gamblang di atas dapat kita simpulkan bahwa struktur
kepribadian yang diperkenalkan oleh Freud ternyata sudah berabad-abad10 lalu telah
disinggung oleh Islam dari berbagai ayat-ayat Al Qur’an dan hadist-hadist shahih, yang
menjadi perbedaan hanyalah terletak pada aspek istilah yang digunakan oleh freud
sehingga tampak dari luar sebagai sebuah teori baru yang ilmiah akan tetapi dari segi isi
dan dasar-dasar teori sebenarnya sudah terlihat usang karena sudah disinggung dalam
Islam yang datang jauh sebelum freud menemukan teorinya tersebut. Wallaahu a’lam
bish shawaab
11
LAMPIRAN:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7) ، الدمشقي زرعة أبي بن ومحمد ، التستري إسحاق بن الحسين حدثناأبي : بن محمد ثنا ، سميع بن عيسى بن محمد ثنا ، عمار بن هشام ثنا قاالرضي ، عمرو بن الله عبد عن ، أبيه عن ، شعيب بن عمرو حدثني ، الزعيزعةقرب إذا الطعام في يقول كان أنه وسلم عليه الله صلى النبي عن عنه الله
فيما إليه : » لنا بارك الله اللهم بسم ، النار عذاب وقنا ، ابن) رزقتنا رواه) الليلة و اليوم عمل كتابه السني
الزعيزعة عن الحديث علماء قال أبي بن الحديث منكر البخاري قال محمد جداالضعفاء في والعقيلي الجارود ابن وذكره قلت حاتم أبو قاله
12
اج عن األحمر� خالد وأب�و غياث بن� حفص� حدثنا األشج سعيد أب�و حدثنا بن حج عن خالد أب�و قال و سعيد أبي أخي ابن عن حفص قال عبيدة بن رياح عن أرطاة عليه الله� صلى النبي كان قال عنه� الله� رضي سعيد أبي عن سعيد ألبي مولىسلمين وجعلنا وسقانا أطعمنا الذي لله الحمد� قال شرب أو أكل إذا وسلم م�
أرطاة: ابن حجاج 1
تركته: ابن على قال عمدا المديني
ليس: بن أحمد زيادة\ فيه إال حديث له يكاد حنبل
يعيب: التدليس منه الناس العجلى
مجهول: أخي ابن 2 أبي
مجهول: أبو مولى 3 سعيد
13
أبو ثنا ، االحتياطي علي بن الحسن ثنا ، شيبة بن عيسى بن محمد حدثنا(8 ابن عن ، عطاء عن ، جريج ابن ثنا ، أدهم بن إبراهيم رفيق الجوزجاني الله عبد
أيها يا: ) وسلم عليه الله صلى الله رسول عند اآلية هذه تليت: قال عباس يا: فقال ، وقاص أبي بن سعد فقام( ( 1) طيبا حالال األرض في مما كلوا الناس الله صلى النبي له فقال ، الدعوة مستجاب يجعلني أن الله ادع ، الله رسول
محمد نفس والذي ، الدعوة مستجاب تكن مطعمك أطب سعد يا »: وسلم عليه يوما أربعين عمل منه يتقبل ما جوفه في الحرام اللقمة ليقذف العبد إن ، بيده
هذا يروى ال » « به أولى فالنار والربا( 2) السحت من لحمه نبت عبد وأيما ،« االحتياطي به تفرد ، اإلسناد بهذا إال جريج ابن عن الحديث
بيده محمد نفس والذي ، الدعوة مستجاب تكن مطعمك اطب! سعد يا " -1812ليقذف العبد إن
" . يوما أربعين عمل منه يتقبل ما جوفه في الحرام اللقمة
:292 / 4" الموضوعة و الضعيفة السلسلة" في األلباني قال
(. ) نسختي - 6640 رقم" ) األوسط المعجم" في الطبراني أخرجه. جدا ضعيف صحيحة ألنها به ألحقها لم إنما ، الحديث آخر في جاءت التي الزيادة( : تنبيه
خرجها قد و ، الصديق بكر أبي و عجرة بن كعب و جابر عن الكثيرة بشواهدها ( .15 / 3) المنذري
مسلم: رواية فى المسألة هذا عن صحيح وحديث
د� ك�ريب أب�و حدثني و -1686 حم ضيل� حدثنا أ�سامة أب�و حدثنا العالء بن� م� بن� ف�وق ريرة أبي عن حازم أبي عن ثابت بن� عدي حدثني مرز� قال ه�
ول� قال طيبا إال يقبل� ال طيب الله إن الناس� أيها وسلم عليه الله� صلى الله رس�ؤمنين أمر الله وإن رسلين به أمر بما الم� فقال الم�
ل� أيها يا} س� { عليم تعمل�ون بما إني صالحا واعمل�وا الطيبات من ك�ل�وا الر
وقال
{ رزقناك�م ما طيبات من ك�ل�وا آمن�وا الذين أيها يا} ل ذكر ث�م ج� فر ي�طيل� الر د أغبر أشعث الس ماء إلى يديه يم� رب يا رب يا الس
ه� ه� حرام ومشرب�ه� حرام ومطعم� ي�ستجاب� فأنى بالحرام وغ�ذي حرام وملبس�لذلك
14
ويد� حدثنا(9 بارك بن� الله عبد� أخبرنا نصر بن� س� عياش بن� إسمعيل� أخبرنا الم� عن الطائي جابر بن يحيى عن صالح بن� وحبيب� الحمصي سلمة أب�و حدثنيقال كرب معدي بن مقدام
ول سمعت� ول� وسلم عليه الله� صلى الله رس� ما يق� ا وعاء آدمي مأل بطن من شرلبه� ي�قمن أ�ك�الت آدم ابن بحسب لشرابه وث�ل�ث لطعامه فث�ل�ث محالة ال كان فإن ص�
لنفسه وث�ل�ث
معدي بن� المقدام� قال و نحوه� عياش بن� إسمعيل� حدثنا عرفة بن� الحسن� حدثنا�ر ولم وسلم عليه الله� صلى النبي عن كرب الله� صلى النبي سمعت� فيه يذكصحيح حسن حديث هذا عيسى أب�و قال وسلم عليهآدمي ما " -2265 ، مأل صلبه يقمن أكالت آدم ابن بحسب ، بطن من شرا وعاء
ال كان فإنلنفسه " . ثلث و لشرابه ثلث و لطعامه فثلث ، محالة
الصحيحة " " السلسلة في األلباني :336 / 5قالالترمذي ) حبان ( ) 378 / 3أخرجه ابن الحاكم - ( ) 1349و و و 121 / 4موارد
الزهد ( " " ) 331 في المبارك بن الله عبد أحمد ( ) 603و ابن ( 132 / 4و والكبير ( " " ) 410 / 1سعد ) في الطبراني ابن ( 646 - 644 / 272 / 20و و
المقدام ( : 2 / 307 / 7عساكر ) سمعت قال الطائي جابر بن يحيى عن طرق منبن
يقول : : وسلم عليه الله صلى الله رسول سمعت قال الكندي يكرب معدفذكره .
و : : " " . صحيح حسن حديث الترمذي قال و ، ثقات رجاله صحيح إسناده و قلتقال
أعلم : " " . . الله و الذهبي وافقه و ، اإلسناد صحيح الحاكم
أهل ألن به قال من نر لم أنا مع والعشرون الحادى اليوم أنه رجحنا وإنما(10 ويأيدهم اإلثنين يوم كان م ص مبعثه ان على متفقون أوأكثرهم كلهم السيرة
يوم صوم عن سئل م ص الله رسول أن ع ر قتادة أبى عن الحديث أئمة رواه ما تلك من رمضان فى اإلثنين يوم و علي أنزل فيه و ولدت فيه فقال اإلثنين والثامن والعشرين والحادى عشر والرابع السابع اليوم إال يوافق ال السنة
من وتر فى إال تقع ال القدر ليلة أن الصحيحة الروايات دلت وقد والعشرين قارنا فإذا الليالى هذه بين فيما تنتقل وأنها رمضان من األواخر العشر ليالي
م ص مبعثه ان قتادة أبى رواية وبين القدر ليلة فى أنزلناه إنا تعالى قوله بين فى اإلثنين يوم وقوع فى العلمى التقويم حساب وبين اإلثنين يوم كان
والعشرين الحادى يوم فى كان م ص مبعثه أن لنا تعين السنة تلك من رمضان اليل رمضان من
Maraji’:1. Mawaridul aman al muntaqa min ighatsatul lahfan fi mashayidisy syaithan, Ibnu
Qayyim Al Jauziy
15
2. Kitabul adab, Fu’ad Bin Abdul ‘Aziz Asy Syalhub.
3. Pedoman puasa, Hasbi Ash-Shiddieqy
4. Akhlaq berdakwah, Abdul Khaliq Muchtar
5. Rahiqul makhtuum, Shafiyur Rahman Al Mubarakfuri
6. DVD Maktabah syamilah
7. CD Kutubut tis’ah
8. Minhajul ‘abidin, Al Ghazali
9. Foto Copy materi kuliah Yusuf A. Hasan
10. Al Qur’an
11. Paradigma psikoanalisis Sigmund Freud, Devi Ari
12. Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir
13. Halal dan Haram dalam Islam, Yusuf Al Qaradhawi
14. Jami’ud Dua’wadzikir, Ibnu Taimiyah
15. Tafsir Al-Qur'an Al-adzim, Al-Hafidh Ibnu Katsir
16. Psikoanalisis dan agama, Erich Fromm
16