Dogmatika Irma

download Dogmatika Irma

of 26

description

tulisan

Transcript of Dogmatika Irma

25

Nama: Irma Farma PasaribuNIM: 11.01.801Tingkat/Jurusan: IIB/ TheologiaMata Kuliah: Dogmatika IDosen: Pdt. Pardomuan Munthe, M.ThMETODE KRISTOLOGI FUNGSIONAL DALAM BERBAGAI KONTEKSI. PENDAHULUANDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, juga cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.[footnoteRef:2] Dan secara harafiah, Kristologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Christos dan Logos yang berarti ilmu yang membahas mengenai Kristus. Kristologi menaruh perhatian terhadap masalah hubungan apa yang Ilahi dan yang Insani dalam pribadi Yesus Kristus. Pertanyaan yang muncul bagaimana apa yang ilahi dan apa yang insani dalam pribadi Kristus. Pada umumnya tugas Kristologi adalah merenungkan, menyelidiki dan mengutarakan keyakinan beriman kepada Kristus dalam Tuhan.[footnoteRef:3] Dan fungsional yang berasal dari akar kata fungsi yang berbicara mengenai peranan. Dan metode Kristologi Fungsional adalah bagaimana kita menekankan kepada karya Kristus yakni fungsi dan karya-Nya yakni membawa pengharapan, kasih, damai dan keselamatan yang harus disesuaikan dengan konteks yang terjadi. Atau dengan kata lain, Metode Kristologi Fungsional tidak mengarah kepada ke-siapaan, hakekat dan kehendak Yesus Kristus melainkan mengarah kepada apa yang diperbuat dan dilakukan Kristus (karya-Nya) bagi manusia.[footnoteRef:4] Dan dalam sajian ini, kita akan membahas mengenai Yesus Kristus difungsikan keberadaan-Nya dalam berbagai konteks. [2: ., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), 581 ] [3: Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 23] [4: Stevri Indra Lumintang, Theologia Abu-Abu Pluralisme Agama, (Malang: Gandum Mas, 2009), 188 ]

II. PEMBAHASAN2.1 Metode Kristologi Fungsional dalam Berbagai KonteksKristologi adalah tugas gereja. Usaha sentralnya haruslah mengakui misteri dan menjelaskan makna insan dan karya Yesus Kristus. Dua natur Yesus, yaitu natur insani dan ilahi diakui tetapi akan bervariasi ungkapan-ungkapan khas Kristologi, bergantung pada fakta historis pada suatu tempat tertentu. Timbul satu pertanyaan dalam Kristologi. Apa artinya mengakui Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat dewasa ini? Maka setiap jawaban bermakna kepada pertanyaan tersebut hanya bisa didapatkan sejauh gereja ikut terlibat dalam pergumulan orang-orang yang sangat mengharapkan kebebasan dari segala bentuk ikatan.[footnoteRef:5] Maka, diperlukan suatu metode atau cara penyampaian yang tepat dalam menyampaikan fungsi Kristus sesuai dengan konteks yang ada. Itulah Metode Kristologi Fungsional dalam berbagai konteks. [5: S. J. Samartha, Kristus Yang Tidak Terbatas: Menuju Kristologi Di India Dewasa Ini dalam Douglas J. Elwood, Teologi Kristen Asia Tema-tema Yang Tampil Ke Permukaan, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 133 ]

2.2 Konteks Pergumulan di Benua Eropa dan Amerika 2.2.1 Konteks di Benua Eropa Secara Umuma. AgamaSebelum perang dunia pertama (1914-1918), ilmu pengetahuan sudah mulai melepaskan pandangan hidupnya yang naturalistis dan materialistis. Agaknya iman dan ilmu dapat diperdamaikan juga. Dimana-mana menjunjung kerohanian kembali. Tetapi, perubahan itu tidak berarti bahwa dunia barat kembali pada firman Tuhan. Lapisan bawah masyarakat semakin hari mengasingkan diri dari gereja, disebabkan propanganda sosialis. Banyak orang menganggap bahwa gereja turut menyebabkan timbulnya krisis ekonomi dan keruntuhan peradaban barat. Sebab itu, orang semakin banyak membelakangi gereja. Sejak tahun 1700, kebudayaan Eropa telah melepaskan dirinya dari kuasa firman Allah, lalu mendasarkan kepercayaannya kepada dunia, kepada manusia dan akalnya, kepada roh dan zat benda, dan sebagainya dengan rupa-rupa jalan. Manusia tidak kembali dari dunia kepada Tuhan, melainkan tetap mendewakan dunia saja. Dan sejak tahun 1930, nasionalisme menjadi bentuk yang terpenting dari cita-cita agama. Berjuta-juta orang mulai memuja bangsa, rakyat, dan negara. [footnoteRef:6] Marx katakan bahwa agama adalah candu bagi rakyat dan gereja hanyalah mementingkan kekuasaan dan kebencian yang terjadi terhadap gereja.[footnoteRef:7] [6: H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 333 ] [7: Ibid., 337 ]

b. PolitikSehabis perang dunia pertama (1914-1918), mulai timbullah optimisme dan idealisme. Demokrasi dan sosialisme yang dijunjung tinggi dimana orang-orang berharap dunia menuju zaman keadilan, kemakmuran dan damai. Kira-kira pada tahun 1930, keadaan krisis dan meleset berkembang di seluruh Eropah dan lebih luas lagi. Pengangguran sudah tidak dapat dibatasi lagi. Komunisme yang dipropagandakan dengan sembunyi-sembunyi atau dengan terang-terangan oleh Rusia, makin berpengaruh. Idealisme ditukar dengan pessismisme. Orang banyak tidak percaya lagi kepada manusia orang-seorang dengan akalnya; dimana-mana kedengaran suara meminta pimpinan yang kuat dan persekutuan yang rapat.[footnoteRef:8] [8: H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 332 ]

c. SosialDi salah satu bagian wilayah di Benua Eropa yang menggambarkan keadaan sosial adalah London. Terlampau banyak orang yang melarat, ada banyak pemabuk dan pelacur. Di kota London itu, yang merupakan ibu kota negara yang paling maju di dunia, dalam waktu satu tahun terdapat 2. 157 orang yang mati begitu saja di jalanan, 2. 297 yang bunuh diri, 30.00 wanita pelacur, 160.000 orang dihukum karena mabuk di jalan umum, dan 900.000 orang melarat, anak-anak yang gelandangan, orang-orang yang kelaparan.[footnoteRef:9] [9: Thomas van den End, Harta Dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 367-368 ]

d. EkonomiPada abad ke-19 di Eropa terjadilah urbanisasi dan industrialisasi. Kaum buruh merasa tertindas oleh golongan yang menguasai kehidupan ekonomis dan politis. Kaum buruh sudah tidak lagi begitu mempedulikan gereja dan iman Kristen. Lalu, datanglah Karl Marx yang mengajurkan sosialisme kepada mereka yang digabungkannya dengan ateisme dan materialisme.[footnoteRef:10] Akibatnya, di Eropa, terutama Jerman, Belanda dan Perancis, sebagian kaum buruh terasing dari gereja oleh karena sudah memiliki persekutuan yang baru, yaitu partai, etika yang baru, yaitu pergumulan kelas, dan sorga yang baru yaitu masyarakat yang baru menurut Marx, akan diwujudkan sesudah revolusi yang besar.[footnoteRef:11] [10: Materialisme adalah paham bahwa alam semesta tidak ada sesuatu yang lain daripada zat benda yang tertangkap oleh pancaindera. Roh, apalagi Allah, tidak ada. Ateisme ialah paham yang menyatakan ketdakpercayaan akan adanya Allah dalam dunia ini. ] [11: Ibid., 364 ]

2.2.2 Kristologis Fungsional dalam Konteks Eropa 1. Karl BarthKarl Barth adalah seorang teolog besar dalam kalangan gereja reformatoris abad ke-20 ini. Karl Barth dilahirkan pada tahun 1886 di Basel, Swis. Ayahnya adalah seorang mahaguru Teologi Perjanjian Baru pada Universitas Bern. Pendidikan teologinya sebagian besar ditempuhnya di Jerman pada berbagai universitas Berlin, Universitas Tubingen, Univeristas Marburg. Pertama-tama, ia menjadi pendeta di Genewa (1901-1911), kemudian bekerja sebagai pendeta jemaat di desa Safenwill selama 10 tahun (1911-1912). Teologi Karl Barth dari titik tolak dari Tuhan Allah sendiri. Karl Barth memusatkan perhatiannya pada Alkitab dan ia memakainya sebagai dasar pemberitaannya. Baginya Alkitab mempunyai otoritas yang menentukan bagi seorang teolog. Seseorang teolog harus tunduk dibawah otoritas Alkitab bukan sebaliknya. Teologi Barth mengungkapkan bagaimana manusia terus menerus berusaha menguasai Tuhan Allah demi kepentingan diri sendiri. Namun segala usaha akan itu akan diadili, dihukum dan datang kepada krisis. Kata krisis berulang-ulang dipergunakannya dalam pandangan-pandangannya sehingga teologi Barth disebut teologi krisis. Kristus adalah pokok yang sentral dalam penguraian teologinya. Tuhan Allah mengikatkan diri-Nya dalam Kristus. Semua tindakan Tuhan Allah bagi penyelamatan manusia dan dunia bergantung dan berdasarkan pada anugerah-Nya dalam Yesus Kristus.[footnoteRef:12] Barth memiliki maksud untuk berseru kepada gereja supaya kembali kepada pengakuan yang sungguh-sungguh atas kuasa mutlak firman Tuhan. Disaat orang asyik melaraskan firman Tuhan kepada pikiran-pikiran manusia itu. Barth insaf, justru bahwa usaha itu adalah dosa.[footnoteRef:13] [12: F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, Tokoh-tokoh Gereja dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 28-29 ] [13: H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 345]

Barth mulai dari surga dan dari sanalah seolah-olah ia melihat seluruh pemandangan sejarah penyelamatan Allah. Atas pandangan ini maka apa yang dilakukan Allah di dalam waktu, di dalam dunia ini, yang untuk diketahui manusia tidak lain adalah apa yang telah terjadi dalam putusan Allah di Sorga, di dalam kekekalan. Di dalam Yesus Kristus itu Allah dan manusia bersama-sama.[footnoteRef:14] [14: Harun Hadiwijono, Teologi Reformatoris Abad ke-20, (Jakarta: BPK-GM, 1993), 30-31]

2. Paul TillichPaul Tillich dilahirkan dilahirkan di Brandenburg, Jerman pada tahun 1886. Ayahnya seorang pendeta Lutheran. Ia belajar teologi pada beberapa universitas terkemuka di Jerman yakni Universitas Tubingen, Berlin, Halle, dan Breslau.[footnoteRef:15] Dalam Krsitologi, Paul Tillich bertolak dari situasi manusia. Yesus Kristus adalah gambar kemanusiaan yang hakiki sudah terwujud di bawah kondisi-kondisi eksistensi. Yesus hidup dibawah kondisi-kondisi manusia yang jatuh, namun Ia toh menampakkan gambar Allah yang menjadi tujuan penciptaan manusia pada mulanya. Yesus adalah manusia yang tidak lagi hidup didalam pengasingan diri sendiri, melainkan dalam kesatuan dengan diri sendiri, dunia dan terutama dengan Allah. Fungsi Kristus adalah membawa keberadaan baru. Yesus sebagai manusia dapat menemani manusia pada jalan menuju pengasingan dan sekaligus membawanya kembali pada hidup dalam persekutuan dengan Allah.[footnoteRef:16] [15: Ibid., 181 ] [16: Dieter Becker, Pedoman Dogmatik Suatu Kompendium Singkat, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 123 ]

3. Jurgen MoltmanJurgen Multmann dilahirkan di Hamburg, Jerman pada tahun 1926. Pada tahun 1952, ia menjadi pendeta jemaat setelah belajar teologi. Kemudian ia menjadi mahaguru teologi pada sebuah seminari gereja di Wuppertal pada tahun 1958. Moltmann terkenal dengan teologinya mengenai Allah yang menderita. Ia menyatakan bahwa Allah orang Kristen adalah Allah yang menderita karena kasih-Nya, penderitaan Allah bukan sesuatu yang dipaksakan dari luar, bukan karena kelemahan-kelemahan, melainkan penderitaan karena kasih dan penderitaan yang diterima secara ikhlas. Ia menyatakan bahwa Yesus Kristus merupakan satu-satunya Tuhan gereja. Sehingga didalam gereja harus melintasi batas-batas geogarfis, ras, bangsa dan kelas. Tembok-tembok pemisah harus dipisahkan.[footnoteRef:17] Ia meninggal pada tahun 1965.[footnoteRef:18] [17: F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, Tokoh-tokoh Gereja dalam Sejarah Gereja, 135-136] [18: Ibid., 184 ]

4. Rudolf BultmannRudolf Bultmann, seorang ahli Perjanjian Baru, ahli bahasa, seorang filsuf yang dilahirkan pada tahun 1884 di Jerman. Semua pendidikan teologinya ditempuh di Jerman pada berbagai universitas, yaitu Marburg, Tubingen dan Berlin. Menurut Bultmann, manusia modern tidak mau mendengarkan Perjanjian Baru yang telah dipengaruhi sekularisasi. Ia terpanggil untuk menemukan cara baru agar Injil Yesus Kristus menyapa manusia modern dan supaya manusia modern dapat mengambil suatu keputusan yang benar.[footnoteRef:19] Bagi Rudolf Bultmann, sangatlah penting tokoh sejarah Yesus, yang dipandang sebagai tokoh penyelamat dan sejarah Yesus sebagai kejadian penyelamatan.[footnoteRef:20] [19: Ibid., 46] [20: Harun Hadiwijono, Teologi Reformatoris Abad ke-20, 67]

5. Dietrich BonhoefferBonhoeffer dilahirkan pada tanggal 4 Februari 1906 di Breslau, Jerman. Ia adalah seorang yang sangat cerdas. Umur 17 tahun, ia memasuki Universitas Tubingen dan tahun 1928, ia berhasil menyelesaikan pendidikan teologinya lalu menjadi pembantu pendeta. Seorang teolog muda Jerman, seorang yang sangat berbakat, pelopor oikumene, pengikut Karl Barth yang bergumul dengan persoalan bagaimana caranya menyampaikan Injil Kristus kepada manusia yang modern seperti sekarang ini. Bonhoeffer mengemukakan suatu metode yaitu Interprestasi non Religius, suatu metode yang membicarakan tentang Allah secara duniawi melalui perbuatan tanpa ada unsur-unsur religi.[footnoteRef:21] Bonhoeffer berpendapat bahwa Yesus adalah gambar Allah yang tidak terselebung dan Yesus Kristus merendahkan diri dengan mengambil daging yang berdosa dan Ia telah disalib. Kristus mengkhendaki agar yang lemah dan dianiaya harus diselamatkan, dibebaskan dari penderitaan dunia.[footnoteRef:22] Dietrich Bonhoeffer dihukum mati pada tanggal 9 April 1945.[footnoteRef:23] [21: F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, Tokoh-tokoh Gereja dalam Sejarah Gereja, 42-43] [22: Jhon de Gruchy, Saksi Bagi Kristus, (Jakarta: BPK-GM, 1993), 146 ] [23: F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, Tokoh-tokoh Gereja dalam Sejarah Gereja, 4]

2.2.3 Konteks di Benua Amerika Secara Umuma. AgamaAmerika Serikat adalah negara pertama, dimana gereja menjadi dipisahkan dengan negara. Gereja-gereja tidak mendapat dukungan apapun dari negara, dan negara tidak mencampuri urusan gereja-gereja. Di Amerika pada permulaan abad ke-18, kehidupan gerejawi dirusak oleh ortodoksi yang kaku dan oleh roh Pencerahan yang angkuh. Dan pada tahun 1800, hanya 10 % penduduk Amerika yang masih menjadi anggota gereja. Desa-desa dan gedung-gedung gereja yang lama menjadi kosong, dan ada gereja tetapi tidak ada pendeta, sehingga orang kehilangan ikatan dengan gereja. Dan salah satu ciri khas kekristenan di Amerika adalah banyaknya kelompok yang sangat menekankan satu pokok ajaran sambil menolak sesama orang Kristen yang tidak menerima ajaran itu. Kelompok seperti itu biasa disebut dengan sekta-sekta..[footnoteRef:24] Dan Amerika Latin yang merupakan salah satu wilayah di Amerika Selatan dan Amerika Tengah yang berbahasa Spanyol atau Portugis. Selama abad ke-16 sampai abad ke-18, penguasa Spanyol dan Portugis di Amerika Latin memusnahkan tiap unsur Prostestan.[footnoteRef:25] Jadi, dapat dikatakan dalam konteks agama terdapat beberapa masalah atau pergumulan di Benua Amerika. [24: Thomas van den End, Harta Dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas, 355] [25: Ibid., 359 ]

b. PolitikBerbicara mengenai konteks politik, maka salah satu wilayah dari Benua Amerika ialah Amerika Latin. Amerika Latin adalah negara yang penuh dengan sumber daya alam, namun penduduknya terperangkap dalam kehidupan yang melarat. Negara-negara Amerika Latin hanya dinikmati oleh sekelompok orang yang menerapkan system Maciavelly yaitu sekelompok orang yang menghalalkan segala cara untuk memperkaya diri dengan cara mengorbankan orang lain yaitu orang yang lemah.[footnoteRef:26] [26: Stevri Indra Lumintang, Theologia Abu-Abu Pluralisme Agama, 398]

c. SosialJika dilihat dari konteks politik yang terjadi adalah penindasan dan kemiskinan, maka dari konteks sosial, masyarakat terdiri dari empat kelompok atau kelas utama, yaitu:[footnoteRef:27] [27: David J. Hesselgrave & Edward Rommen, Kontekstualisasi Makna, Metode dan Model, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 111]

1. Golongan berkuasa (oligarki) terdiri dari keluarga kaya yang memiliki bagian besar tanah dan mengendalikan pemanfaatannya.2. Golongan yang kedua adalah pihak militer yang sering berkerjasama atau bergabung dengan keluarga kaya.3. Golongan ketiga adalah gereja yang pada saat itu berpihak atau bergabung dengan keluarag kaya atau militer, dan4. Golongan yang terakhir adalah para petani miskin. Jadi, dapat dikatakan secara sosial terdapat permajinalan (peminggiran), eksklusi (penyingkiran) dan stratifikasi dalam masyarakat. Dan juga terjadi, perdagangan budak yang merupakan orang-orang Afrika ke Amerika sebagai buruh-buruh perkebunan. Anak cucu dari budak-budak kulit hitam yang dulu diangkut dari Afrika ke benua Amerika itu, menyadari bahwa Yesus yang diberitakan hanya kepada orang kulit putih yang menjadi semakin putih.[footnoteRef:28] [28: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, (Jakarta: BPK-GM, 1990), 83]

d. EkonomiKapitalisme yang berkuasa. Kaum kapitalisme (kaum bermodal), golongan orang yang sangat kaya yang menggunakan kekayaannya untuk menguasai kaum yang lemah yang menindas rakyat dan yang bersenang-senang di atas penderitaan kaum yang lemah. Negara-negara Amerika yang mengalami kemelaratan yang disebabkan kemiskinan, dan keterbelakangan oleh karena penindasan (rezim pemerintahan rakyat).[footnoteRef:29] [29: Stevri Indra Lumintang, Theologia Abu-Abu Pluralisme Agama, 398]

2.2.4 Kristologis Fungsional dalam Konteks Amerika1. James ConeJames Cone adalah seorang teolog berkulit hitam dan ia lah orang yang pertama sekali memperkenalkan dan menyebarluaskan apa yang disebut dengan Teologi Hitam. Ia menulis: Kristus Amerika itu tidak memiliki ciri-ciri rasial, Ia berkulit langsat, berambut ikal warna coklat dan kadang sungguh-sungguh ajaib. Berbicara mengenai Bapa dan Anak adalah dua cara untuk berbicara tentang kenyataan kehadiran Ilahi dalam masyarakat budak. Pusat keberadaan mereka adalah lambang dari penderitaan mereka, maka menurut Cone, Yesus berada ditengahnya, sehingga Ia adalah Sahabat dan Teman sependeritaan dalam perbudakan. Apa yang telah dilakukan Yesus dan sedang dilakukan bagi orang kulit hitam dalam perbudakan. Ia dianggap sebagai seorang yang memegang kunci penghakiman. Yesus adalah Allah sendiri, yang menerobos ke dalam masa lampau historis umat manusia dan mengubahnya sesuai dengan pengharapan ilahi. Cone menegaskan bahwa Yesus Kristus harus diakui berdasarkan keberadaan-Nya kini, dalam masa lampau dan dalam waktu yang akan datang. [footnoteRef:30] Oleh karena itu, jika ada ungkapan Yesus berkulit hitam, Cone menyatakan bahwa ia menayadari bahwa sifat hitam sebagai sifat kristologis dalam masa depan, yang sangat tidak mungkin untuk dibenarkan. Ungkapan Kristus adalah hitam bukan menerangkan warna kulit-Nya, tetapi lebih dari itu, adalah pernyataan trasenden, bahwa Allah tidak pernah meninggalkan orang-orang yang tertindas. Ia berada di antara mereka di Mesir yang diperintah Firaun, Ia pun berada di Amerika, Afrika, Amerika Latin dan akan ada pada akhir zaman untuk menggenapi kebebasan umat manusia secara sempurna. Cone menyatakan bahwa tidak ada kebenaran dalam Kristus yang tidak terlepas dari orang yang tertindas, dari sejarah dan kebudayaan mereka. Kristus adalah suatu peristiwa pembebasan, suatu keadilan (happening) dalam hidup mereka yang tertindas dan berjuang untuk bebas.[footnoteRef:31] [30: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, 85] [31: Ibid., 86]

2. Leonardo BoffLeonardo Boff seorang tokoh Amerika Latin yang sangat terbuka menggumuli kristologi yang berasal dari Brasil.[footnoteRef:32] Ia adalah teolog pembebasan dari Amerika Latin pertama yang menempatkan pembebasan sosial dan politik dalam kerangka kerja ekologis yang lebih luas. Menurut Boff, kemiskinan diantara orang banyak muncul karena persoalan ketidakadilan yang besar bersamaan dengan kegagalan-kegagalan didalam solidaritas dan persekutuan. Kemiskinan bersemi dari ketamakan yang tak terkekang dari sebagaian individu dan negara. Marjinalisasi dan penindasan terjadi kepada orang-orang yang msikin yang diakibatkan oleh sistem kapitalis. Kemiskinan juga dibarengi oleh pengrusakan lingkungan yang mengeksploitasi sumber-sumber daya alam dan manusia. Ia mengawali keterpihakan terhadap orang miskin, yaitu belarasa (solidaritas) dan prinsip bertanggung jawab.[footnoteRef:33] Menurut Boff, merenungkan dan menghayati kepercayaan kita kepada Yesus Kristus dalam konteks sosio-historis yang ditandai dengan penguasaan dan penindasan, berarti menyembah Yesus Kristus dan memproklamasikan Dia sebagai Pembebas. Kristologi tentang Yesus sebagai Pembebas ialah Yesus yang memihak kepada orang yang tertindas. Yesus yang hsitoris artinya menitikberatkan seluruh kehidupan Yesus dengan segala kegiatan dan perbuatan-Nya. Keadaan di Amerika, khususnya Amerika Latin ada suatu persamaan semasa Yesus hidup dengan situasi orang yang hidup di Amerika dalam situasi sosio-politik.[footnoteRef:34] Sikap belarasa (solidaritas) ditunjukkan Yesus dalam hidup-Nya. Yesus datang kepada mereka yang miskin, didiskriminasi, orang-orang terpinggirkan dan yang dianggap najis sekalipun. Yesus menunjukkan solidaritas dengan semua orang yang tertindas dan tersingkir. Dia berada bersama dengan orang yang lemah, pelacur, orang-orang Samaria, pemungut cukai, yang cacat fisik. Dan Boff, ingin katakan bahwa fungsi Kristus bagi orang-orang yang tertindas, orang yang lemah, didiskriminasikan, dimarjinalkan, dipinggirkan di Amerika adalah Yesus adalah pembebas bagi mereka. Solidaritas dan keterpihakan Yesus kepada orang-orang yang tertindas.[footnoteRef:35] [32: Ibid., 70] [33: David J. Hesselgrave & Edward Rommen, Kontekstualisasi Makna, Metode dan Model, 117] [34: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, 71] [35: David J. Hesselgrave & Edward Rommen, Kontekstualisasi Makna, Metode dan Model, 118]

3. Jon SobrinoDua teolog Amerika Latin yang dengan sangat terbuka menggumuli kristologi adalah yang pertama Leonardo Boff yang telah disebutkan diatas dan yang kedua adalah Jon Sobrino. Dalam sudut pandang Jon Sobrini, segi keidupan dari Yesus yang historis (berarti dalam seluruh riwayat hidup-Nya) sangat ditonjolkan. Ia mengembangkan Kristologi bertolak dari konteks di Amerika Latin yakni penindasan, ketidakadilan dan pemerasan. Kristologi tersebut mempunyai landasan dalam kehidupan Yesus yang historis dan dalam sejarah bangsa yang menderita. Jon Sobrino menyebut dua alasan untuk mulai pada Yesus yang historis itu. Pertama-tama ada suatu persamaan antara situasi di Amerika Latin dan situasi hidup Yesus. Yang kedua, yang dipentingkan dalam jemaat-jemaat pertama adalah berpegang pada kesaksian orang-orang yang menyatakan mereka telah melihat Dia yang telah bangkit. Tuhan yang bangkit tidak pernah tanpa bentuk. Kristus yang telah bangkit adalah pemenang atas segala kuasa maut Kini Yesus tetap bersekutu dengan umat manusia, yang adalah tubuh-Nya. Yesus senantiasa mencari tubuh-Nya (Yoh 16:6). Dan kebangkitan-Nya ialah pembebasan dari segala bentuk penindasan, kemarjinalan, diskriminasi terhadap tubuh-Nya tersebut.[footnoteRef:36] [36: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, 74]

4. Jose Miguez-BoninoJose Miguez- Bonino adalah seorang teolog Protestan Amerika Latin. Miguez- Bonino berteologi dari sudut pandang orang yang mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Ia yakin bahwa tindakan revolusioner yang berusaha mengubah struktur-strukutur dasar ekonomi, politik, sosial dan budaya dan keadaan hidup adalah keharusan di masa kini.[footnoteRef:37] Kristus adalah jalan bagi tindakan tersebut. Ia adalah pembebas dari segala keterpurukan yang terjadi di Amerika Latin. [37: David J. Hesselgrave & Edward Rommen, Kontekstualisasi Makna, Metode dan Model, 119]

5. Reinhold NeilbuhrReinhold Neilbuhr lahir di Wright City, Amerika Serikat pada tahun 1891. Pada tahun 1915, ia ditahbiskan menjadi pendeta dari Gereja Bethel Injili di Detroit. Kemudia diangkat menjadi guru besar di Union Theological Seminary untuk mengajarkan agama Kristen. Dia menjelaskan bagaimana kehadiran Allah dalam dunia ini dalam Yesus Kristus yang merupakan kesempurnaan kasih. Kristus yang telah menderita dalam sejarah namun Ia telah menang atas segala kuasa maut, perdamaian Kristus sebenarnya adalah mengungkapkan tentang apa yang sebenarnya kenyataan hidup ini.[footnoteRef:38] [38: Harun Hadiwijono, Teologi Reformatoris Abad ke-20, 24]

2.3 Konteks Pergumulan di Benua Afrika dan Asia2.3.1 Konteks di Benua Afrika Secara Umuma. Geografis luas wilayah benua Afrika.luas benua Afrika kurang lebih 30.295.000 km2 letak astronomis benua afrika.benua Afrika terletak antara 380 lu-350 ls dan 170bb-510bt. menurut letak geografisnya benua Afrika terletak antara samudera Hindia dansamudera Atlantik.

b. AgamaDalam konteks keagamaan, terdapat agama-agama Afrika itu sendiri. Ada sifat khas Afrika yaitu saya ada, karena kami ada. Orang Afrika amat sadar akan keterkaitan dalam masyarakat, menjadi anggota keluarga besar extended family baik dari yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Artinya, bahwa mereka yang telah meninggal sebenarnya belum mati, mereka tetap berperan dalam suka maupun duka- tergantung pada puas tidaknya para leluhur keturunan mereka. Para leluhur itu disebut orang mati yang masih hidup (the living dead). Hanya leluhur yang mempunyai peranan yang sangat penting. Para leluhur dapat bertindak sebagai perantara antara yang hidup dengan Allah. Dari pihak yang hidup, diharapkan agar ia secara teratur mengadakan hubungan dengan saudara leluhurnya melalui doa dan persembahan ritual.[footnoteRef:39] Orang Afrika percaya bahwa kepada dewa-dewi roh leluhur sebagai penyelamat mereka.[footnoteRef:40] Tempat meminta pertolongan untuk mencari orang yang bersalah adalah dukun atau nganga dengan cara divinasi dan revelasi. Dalam hal yang pertama (divinasi) menjelaskan bahwa penyakit dan kecelakaan disebabkan oleh kebencian dan kecemburuan orang lain, sedangkan dalam hal kedua (revelasi) mengungkapkan realitas yang lain, dimana dukun atau nganga memberi suatu penglihatan dari masyarakat, sebagaimana mestinya. Justru karena penyakit itu sering suatu penyakit sosial dan berkaitan dengan terganggunya keselarasan dalam masyarakat, nganga dapat memegang peranan penting dalam memulihkan keharmonisan. [footnoteRef:41] Kepercayaan terhadap hal magis, takhayul dan ilmu sihir masih sangat berakar dalam.[footnoteRef:42] [39: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, 92] [40: Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab, (Jakarta: BPK-GM, 1999), 66 ] [41: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, 93] [42: H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 367]

Jadi, dapat disimpulkan bahwa di Afrika masih terdapat kepercayaan kepada roh-roh leluhur dan kepercayaan terhadap dukun atau nganga.

c. PolitikRaja adat atau chief adalah pemimpin dalam budaya Afrika.[footnoteRef:43] Masyarakat yang memiliki budaya bahwa raja adat lah yang menjadi perantara antara orang yang hidup dengan leluhur mereka. Dalam segi kehidupan secara adat dan budaya, raja adat atau chief memiliki peran yang penting bagi orang-orang Afrika. Sehingga dalam peraturan, norma-norma dan etika hidup diatur oleh raja adat. [43: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, 92 ]

c. Sosial - BudayaDi Afrika, kebudayaan-kebudayaan yang sangat dijunjung tinggi. Perbudakan yang terjadi, adat poligami (beristri banyak), serta hubungan suku yang sangat erat (sukuisme).[footnoteRef:44] Dan ciri khas Afrika yaitu saya ada karena kami ada atau sangat keterkaitannya pribadi dengan masyarakat atau dengan kata lain kemanusiaan dalam persekutuan dengan kelompok. Saling bekerjasama dan saling membantu antara satu dengan yang lain adalah gambaran sosial dari orang-orang Afrika. Dalam khidupan orang Afrika apa yang disebut rites de passage sangat penting. Yang dimaksud adalah adat peralihan, pada waktu kelahiran, penerimaan sebagai anggota penuh, pernikahan dan kematian. Untuk menjadi manusia sempurna yang diterima dalam masyarakat Afrika, orang harus mengikuti upacara-upacara tertentu. [footnoteRef:45] perbudakan dan perdagangan budak dimulai ketika Afrika mulai dikuasai oleh Arab dan budak yang dijual ke Mesir, Persia sebagai pekerja dari usaha mereka.[footnoteRef:46] [44: H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 367] [45: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, 93] [46: Ibid., 81 ]

d. EkonomiUntuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka orang-orang Afrika bercocok tanam atau bertani. Orang-orang Barat dari Eropa yang datang ke Afriks maka Afrika masuk kedalam lingkungan ekonomi Barat. Orang-orang Barat yang membuka tambang-tambang, membangun perkebunan dan membuka pabrik.[footnoteRef:47] [47: Thomas van den End, Harta Dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas, 340]

2.3.2 Pandangan Afrika Terhadap YesusPhilip Potter, mantan Sekretaris Jenderal Dewan Gereja-gereja se-Dunia menceritakan bahwa leluhurnya diangkut sebagai budak dengan kapal bernama Yesus dari Afrika Barat ke Hindia Barat. Kasih Yesus diberitakan orang-orang kulit putih, pemilik budak, yang mengangkut kami dalam perbudakan dengan kapal-kapal yang diberi nama Yesus. Akibat dari perdagangan budak tersebut, kehidupan masyarakat Afrika menjadi kacau balau oleh karena suku-suku Afrika dimanfaatkan sebanyak mungkin. Perbudakan yang terjadi selama empat abad lamanya dan memakan korban sekitar dua juta tawanan atau lebih karena mati di perjalanan. Dan dampak negatif lainnya ialah pengkristennan di bangsa-bangsa Afrika terhalang oleh karena perdagangan budak tersebut sampai abad ke-19.[footnoteRef:48] Kemudian penyebaran agama Kristen secara massal dimulai pada abad ke-19, penginjil-penginjil yang pertama datang pada umumnya orang terpelajar, belajar menguasai bahasa dan kebiasaan dari negeri-negeri yang bersangkutan. Sedangkan penginjil-penginjil dalam tahap kemudian kebanyakan tinggal jauh dari orang-orang Afrika, hidup menurut cara Barat dengan menggunakan bahan dan barang impor, dan sering dibantu oleh seorang penerjemah. Peranan para penginjil dan para misionaris yang belakangan datang, sering dirasa asing sekali oleh orang-orang Afrika, hal itu disebabkan oleh banyak diantara penginjil yang memberitakan Injil tetapi tidak mengindahkan kebudayaan serta latar belakang keagamaan orang-orang Afrika itu sendiri. Dan desain gereja yang disesuaikan dengan gereja yang bernuasa Eropa membuat masyarakat Afrika tidak nyaman. Dan dengan demikian, orang Afrika menolak Kristus kulit putih atau Kristus dalam versi Barat dan menginginkan Mesias Hitam atau Kristus yang berkulit hitam yang menjadi pahlawan bagi orang Afrika yang tertindas.[footnoteRef:49] [48: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, 81-82] [49: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, 95-96]

2.3.3 Kristologis Fungsional dalam Konteks Afrika Agama Kristen sudah menetap di Afrika Utara sejak abad ke-2, akan tetapi sejak abad ke-7, agama Islam berhasil menggantikan kekristennan diwilayah itu.[footnoteRef:50] Dalam tahun 1967, pakar teologi yang berasal Kenya, John Mbiti mengatakan bahwa tidak ada kristologi yang bersifat Afrika tetapi 1979, Gabriel Setiloane menyatakan, bahwa tugas yang harus diemban oleh teologi Afrika ialah mengadakan penelitian intensif tentang kristologi. Yakni: Siapakah Yesus itu? Apakah arti Mesias atau Kristus dalam konteks Afrika? Sejak himbauan pertama itu telah dibuat berbagai rancangan kristologis yang ingin mengemukakan Hoheitstitel atau gelar kemuliaan Yesus menurut kristologi Afrika. Beberapa gelar diantaranya adalah sebagai berikut:[footnoteRef:51] [50: Thomas van den End, Harta Dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas, 334] [51: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, 104-107]

1. Kristus sebagai PemenangBerdasarkan penelitian terhadap khotbah-khotbah di Gereja Tuhan (Aladura) di Nigeria, orang-orang di gereja menaruh perhatian besar terhadap peristiwa-peristiwa penting dari kehidupan Yesus, seperti kelahiran, kematian dan kebangkitan-Nya. Pertama-tama, Ia dilihat sebagai pemenang. Ia melawan dan mengalahkan kuasa Iblis, penyakit, kebencian, ketakutan bahkan kematian itu sendiri. Jika ditanya mengapa orang Afrika sangat tertarik kepada Kristus sebagai pemenang, maka jawabnya ialah bahwa orang Kristen Afrika sangat peka terhadap berbagai kuasa yang bekerja dalam hidupnya, seperti: roh-roh jahat, kekuatan gaib, sihir, ketakutan, penyakit, kuasa kejahatan dan yang terutama dari semuanya, kematian. Dan antropologi Afrika, Allah menciptakan anak dan memberikannya kepada suatu persekutuan, tugas persekutuan itu adalah memasukkan anak itu ke dalam masyarakat. Untuk itu, manusia harus mengalami rites de passages. Empat tahapan yaitu: kelahiran, penerimaan sebagai orang dewasa, pernikahan dan kematian. Orang Kristen Afrika sangat tertarik pada kelahiran, baptisan dan kematian Yesus, karena peristiwa-peristiwa itu menunjukkan bahwa Yesus manusia sempurna yang telah mengalami rites de passages yang merupakan kewajiban yang mutlak. Itu sebabnya, orang Afrika sangat menaruh minat pada silsilah-Nya yang terdapat dalam Matius 1:1-17 dan Lukas 3: 23-28. Dia adalah manusia yang utuh, lengkap, dewasa dan bertanggung jawab dan salib adalah lambang dari kesempurnaan.

2. Kristus sebagai Kepala SukuSalah satu gelar yang diusulkan di Afrika bagi Kristus adalah gelar chief atau kepala suku atau raja. Gelar ini diusulkan oleh para penginjil. Namun ada pendapat ini tidak layak, karena manusia yang menjadi chief adalah orang-orang yang sering jauh dari rakyat dan tidak dapat didekati oleh mereka. J. S. Pobee sampai pada kesimpulan bahwa adalah berbahaya jika dinyatakan ada persamaan antara Kristus dan chief , sebab teologi seperti itu adalah teologi kemuliaan, yang tidak mengenal teologi salib. Kewibawaan dan kuasa teologi ini berasal dari sesuatu yang berlainan dengan jalan penderitaan.

3. Kristus sebagai LeluhurGelar lain yang dikenal ialah Yesus sebagai leluhur yang besar (Nana dalam bahasa Anka). Menurut J. S. Pobee, Yesus adalah Nana, Ia adalah hakim yang tidak terlupakan, Ia mengungguli leluhur yang lain, karena Dia yang terdekat dengan Allah. Pernyataan bahwa Yesus adalah Nana mengandung arti bahwa norma-norma-Nya berlaku dalam orientasi pribadi, dalam struktur-struktur masyarakat dalam perkembangan ekonomi dan politik. Kristus sebagai leluhur contoh bagi tingkah laku seseorang, tetapi Ia jauh lebih sempurna. Dia adalah sumber batiniah dan prinsip vital dari kehidupan Kristen. Kristus memberikan kepada saudara-saudara-Nya bukan hanya kebutuhan jasmani, tetapi diatas segala kebutuhan. Pemberian terbesar adalah diri-Nya sendiri demi keselamatan abadi. Ia adalah saudara leluhur dari semua insan.

4. Kristus sebagai DukunOrang Afrika yang mempercayai nganga atau dukun sebagai penyembuh atau pelindung dari kuasa-kuasa jahat. Dengan cara nganga meletakkan tangannya, melalui perintah-perintah-Nya, dengan membagikan air suci dan melakukan tanda-tanda lain yang melambangkan kuasa penyembuhan Allah, melalui pengusiran roh-roh jahat secara dramatis, maka Kristus dinyatakan kepada dunia Afrika, sebagai Tokoh yang berbicara, memberi perlindungan, menyembuhkan dan melenyapkan kekuatiran. Disamping, keempat gelar kristologi atas orang Afrika, fungsi lain yang dapat kita lihat dalam penindasan atau perbudakan yang dilakukan oleh orang kulit putih terhadap orang negro yang berkulit hitam adalah Kristus adalah setia kawan dengan setiap insan yang tertindas dari ras dan bangsa apapun dan yang berada di tengah penderitaan, penghinaan dan kematiaan. Mesias kulit hitam yang adalah orang yang tertindas dari Allah, kelihatan dari wajah-wajah orang miskin dan tertindas yang berkulit hitam. [footnoteRef:52] [52: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, 85]

2.3.4 Konteks di Benua Asia Secara Umuma. AgamaAsia adalah kaya dengan keanekaragaman agama. Bisa dikatakan bahwa Asia merupakan sumber dari agama-agama besar yang berkembang pesat di Eropa dan Amerika. Mulai dari agama pribumi dan pendata ng, agama suku, bahkan dari Asialah agama-agama Timur ditumbuhkembangkan di benua lain.[footnoteRef:53] Masyarakat Kristen di Asia adalah kaum minoritas ditengah kancah Asia yang kompleks.[footnoteRef:54] [53: Stevri Indra Lumintang, Theologia Abu-Abu Pluralisme Agama, 374] [54: Aloysius Pieris, Berteologi Dalam Konteks Asia, (Yogyakarta: KANISIUS, 1995), 61]

b. PolitikNegara-negara di Asia memiliki banyak ragam sistem politik. Ada negara yang dipimpin sesuai dengan pola dasar liberal, demokrasi parlementari, contohnya Jepang. Negara yang lain memiliki sistem pemerintahan otoritarian yang dipimpin oleh seorang penguasa seperti Indonesia. Negara yang lain seperti Birma, Cina, Laos, Vietnam, Kamboja dan Korea Utara dengan sistem sosialisnya.[footnoteRef:55] [55: Stevri Indra Lumintang, Theologia Abu-Abu Pluralisme Agama, 374]

c. EkonomiSecara ekonomi, mayoritas bangsa-bangsa di Asia miskin. Dalam bukunya Gannar Myrdall yang berjudul Asia Drama ia mengatakan bahwa apa yang terjadi di Asia adalah sebuah drama sikap dan lembaga, kenyataan-kenyataan ekonomi dan kecenderungan-kecenderungan demografi, kemiskinan. Hal itu menunjukkan bahwa masalah kemiskinan masih merupakan masalah besar di Asia. Lebih konkret, Nirmalka Fernando memberikan gambaran bahwa 80 % pekerja di Asia ternyata hidup dalam kemiskinan mereka dihisab oleh para kapitalis yang melalui kuasanya sangat mengendalikan pasar dunia.[footnoteRef:56] Jadi, masalah kemiskinan di Asia tidak dapat dipisahkan dengan keadilan. Geevarghese Mar Osthathios, metropolitan Gereja Otrodoks di Kerala, India dalam kaitan ini mengatakan bahwa dosa adalah yang berkuasa egois dan menindas. Kejatuhan, kelemahan dan dosa manusia mengarahkan manusia menginginkan kemakmuran dan untuk mencapai kemakmuran terbentuklah kelas bagi tujuan-tujuan yang sempit, pergelutan antar kelas, pemanfaatan kelas kelas bawah untuk kenyamanan dan kemewahan untuk kelas yang lebih tinggi, jadi Osthathios mengatakan lebih konkret bahwa mereka yang kuat tidak memiliki rasa solidaritas dan persaudaraan terhadap yang miskin.[footnoteRef:57] [56: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, 7-8] [57: Ibid, 10 ]

d. SosialJika dilihat dari keadaan ekonomi, sangat jelas terlihat bahwa di Asia menunjukkan kuatnya kesenjangan sosial yang berkuasa menjadi kaya, yang tertindas semakin miskin. Sistem kapitalis yang terdapat di Asia itu membuat adanya kesenjangan sosial. Menurut Nirmalka Fernando ada 3 hal yang terjadi di Asia yang mengakibatkan terjadinya kemiskinan yaitu ketidakadilan struktur, penindasan dari sistem kapitalis dan perampokan sistematis terhadap negara dunia ketiga oleh negara maju. Akibat struktur masyarakat yang menindas, masyarakat tidak mempunyai pilihan lain selain melarikan diri kedalam keyakinan bahwa penderitaan adalah memang nasib mereka dan tidak ada jalan lagi untuk mengubahnya.[footnoteRef:58] Kaum wanita menjadi korban struktur akan eksploitasi, harga kaum buruh wanita yang diturunkan dan pembatasan akan lingkup peran wanita. Ada banyak wanita yang dipaksa masuk ke dalam dunia pelacuran.[footnoteRef:59] [58: A. A Yewangoe, Theologia Crusis di Asia, (Jakarta: BPK-GM, 1999 ), 10] [59: Douglas J. Elwood, Teologi Kristen Asia Tema-tema Yang Tampil Ke Permukaan, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 79 ]

2.3.5 Pandangan Asia Terhadap YesusKedatangan kekristennan di Asia dari satu negara ke negara lainnya bersamaan dengan tibanya kolonialisme dan imperialisme di Asia. Kesan yang sering diberikan ialah bahwa kekristennan dilindungi oleh para penguasa kolonial.[footnoteRef:60] Kristus sebagai kolonial dan agama Kristen dipandang sebagai agama asing yang menindas, yang tidak punya kaitan apa-apa dengan situasi kehidupan sesungguhnya bangsa-bangsa Asia, sebagai contoh di Cina, dimata orang Cina, kekristennan dipandang sebagai agama asing yang merupakan bagian dari kolonialisme dan imperialistis yang dengan paksa masuk ke Cina. Orang Kristen adalah seperti tanaman pot yang asing, yang tidak berakar di tanah masing-masing negeri yang mereka masuki.[footnoteRef:61] [60: A. A Yewangoe, Theologia Crusis di Asia, 33] [61: Ibid., 35 ]

2.3.6 Kristologis Fungsional dalam Konteks AsiaUntuk memahami fungsi Kristus dalam konteks pergumulan Asia, maka ada beberapa negara yang akan dibahas, yaitu:1. KoreaDi Korea, teologi Minjung bangkit pada tahun 1970 sebagai komitmen teologis bagi HAM yang demokratisasi dan keadilan sosial ekonomi.[footnoteRef:62] Minjung adalah gabungan dari dua huruf yaitu min dan jung yang dapat diterjemahkan sebagai rakyat atau massa rakyat. Kaum Minjung adalah kaum yang disingkirkan dan dirampok subjekvitasnya dalam sejarah oleh kelas yang berkuasa. Minjung adalah realitas yang dinamis dan hidup. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa Minjung adalah kaum tak punya. Mereka adalah petani, nelayan, buruh, pengangguran, tentara, polisi, juru bayar gaji, pemilik warung dan produsen kecil. Mereka menderita penindasan politik, penghisapan ekonomi, pencemoohan social dan keterasingan budaya. Dan Kim Yong Bock sebagai Allah yang sejarah memainkan peranan penting dalam perjuangan-perjuangan Minjung untuk melepas diri dari penderitaan.[footnoteRef:63] Kim Chung-Choon berpendapat bahwa Allah ditemukan ditengah-tengah penderitaan manusia.[footnoteRef:64] Penderitaan Minjung bukanlah maslah seperti bencana alam, atau kuasa metafisik melainkan harus dilihat dari masalah sosial politik, masalah ketidakadilan. Dengan demikian, menurut Kim Yong Bock, salib adalah solidaritas Kristus dengan penderitaan Minjung, dan sejarah Yesus juga berlaku bagi para Minjung. Kebangkitan Kristus menunjukkan bahwa seluruh Minjung akan dibangkitkan dan hak-hak mereka akan dinyatakan. Kematian adalah puncak penderitaan Minjung dan kebangkitan adalah cita-cita. Salib adalah pembaharuan dalam sejarah penderitaan. Dengan kata lain, hikayat kehidupan Kristus adalah cermin perjunagna para Minjung dalam riwayat sosialnya. Hendaknya mereka mengikuti teladan Yesus yang beranni menanggung resiko demi menegakkan keadilan.[footnoteRef:65] Yesus berjuang bersama Minjung yang menderita. Semua perbuatan dan tindakan Yesus jelas berkaitan dengan pembebasan Minjung, sehingga hubungan Yesus dengan Minjung harus dilihat sebagai hubungan antara sang pembebas (Mrk 7:1-19) dan yang dibebaskan. Salib dipandang sebagai pembentukan solidaritas Mesianis dengan Minjung yang menderita melalui partisipasi Yesus dalam penderitaan yang historis. Dengan kepercayaan kepada Allah yang rela menderita dan yang mendengar seruan dan keluhan kita, kita mempunyai harapan untuk berjuang.[footnoteRef:66] [62: R. S. Sugirtharajah, Memandang Wajah Yesus di Asia, (Jakarta: BPK-GM, 1996), 201 ] [63: A. A Yewangoe, Theologia Crusis di Asia, 162 ] [64: Stevri Indra Lumintang, Theologia Abu-Abu Pluralisme Agama, 397] [65: Dieter Becker, Pedoman Dogmatik Suatu Kompendium Singkat, 135] [66: A. A. Yewangoe, Teologi Crusis di Asia, 173]

Jadi, dalam hal ini, Kristus difungsikan sebagai seorang pembebas demi pembebasan akan penderitaan para Minjung.

2. IndiaNegara India terkenal dengan teologi pembebasannya yang disebut Dalit. Teologi pembebasan Dalit muncul pada tahun 1980-an. Dalit merupakan sebuah refleksi teologi yang terjadi dari 125 juta orang di India dipatahkan oleh sistem kasta yang berlaku dalam negara tersebut.[footnoteRef:67] Mereka dijadikan budak, orang-orang miskin yang terpaksa mencari nafkah dengan melakukan pekerjaan rendah. Kaum Dallit adalah kaum yang tidak boleh disentuh dan terbuang. Banyak dari antara mereka yang keluar dari agama Hindu agar terhindar dari diskriminasi sistem kasta dan masuk ke agama lain.[footnoteRef:68] Dan Kristus adalah Dalit yang melayani. Dia yang telah ada sebelum Abraham ada (Yoh 8:58), Ia yang tetap sama baik kemarin maupun hari ini atau esok (Ibr. 13:8), Ia adalag Firman dan menjadi manusia (Yoh. 1:14)[footnoteRef:69]. Kabar sukacita kepada kaum Dalit bahwa Yesus yang bertumbuh sebagai seorang tukang kayu, yang menandakan Yesus adalah kaum yang tidak berkasta.[footnoteRef:70] Salib dan kebangkitan Kristus adalah karya pembaharuan Allah, Kristus yang melampaui segala kebudayaan. Kristus yang selalu ada dalam situasi-situasi manusia dalam pergumulannya untuk mencapai keadilan, kemerdekaan, dan kebenaran terus menerus berlangsung.[footnoteRef:71] [67: Ada 4 kasta didalam budaya India yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Dan Dalit adalah sebutan bagi lapisan masyarakat yang paling rendah di India dari keempat kasta tersebut. ] [68: Mikhae Almados, Teologi Pembebasan Asia, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2001), 253 ] [69: Anton Wessels, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, 137] [70: A. A. Yewangoe, Teologi Crusis di Asia, 61] [71: S. J. Samartha, Kristus Yang Tidak Terbatas: Menuju Kristologi Di India Dewasa Ini dalam Douglas J. Elwood, Teologi Kristen Asia Tema-tema Yang Tampil Ke Permukaan, 151-152]

Jadi, dalam hal ini Dalit memfungsikan Kristus sebagai pembebas dari diskriminasi secara kasta, atau perubahan akan sosial budaya yang terjadi di India.3. IndonesiaSelama abad ke-19 dan awal abd ke-20 di Indonesia terus menerus timbul pemberontak, kerusuhan dan kegaduhan, berandalan dan sebagainya, yang semuanya cukup menggoncang masyarakt dan pemerintah. Di pemerintahan terjadi penggolongan dan kerusuhan. Sistem ekonomi keuangan, perpajakan, peningkatan perdagangan hasil bumi, timbulnya buruh upah. Dan menurut Human Develeopment Index, laporan PBB tahun 2004, mengenai indikator kualitas hidup bangsa. Disana Indonesia dikenal sebagai pengekspor pembantu rumah tangga terbanyak didunia misalnya ke Arab dan Malaysia. Indonesia juga dikenal sebagai negara terkorup didunia yang masuk urutan ke-5 dunia. Pada tahun 2004, status Indonesia disana masih dikategorikan sebagai orang miskin nerdasarkan survei adalah 31.1 juta jiwa.[footnoteRef:72] Dan menurut P. D. Latuihamallo memandang kehadiran Kristus ke dalam perjalanan sejarah manusia. menurutnya, selain bukti bahwa Tuhan adalah Tuhan dalam sejarah, kehadiran Kristus juga dimengertinya sebagai gebrakan yang menyatakan kehendak Allah dalam kehidupan manusia sehari-hari masyarakat Indonesia dalam segala persoalan yang terjadi. Kehadiran Kristus mewajibkan umat-Nya menjadi pionir pembaruan guna menciptakan sejarah bagi masa depan. J. Widyaatmaja nyatakan bahwa Kristus adalah pembebas diantara permasalahan yang disderita umat manusia dalam konteks Indonesia.[footnoteRef:73] [72: A. A. Yewangoe, Teologi Crusis di Asia, 305-306] [73: Dieter Becker, Pedoman Dogmatik Suatu Kompendium Singkat, 136]

Jadi, dalam hal ini fungsi Kristus sebagai pembebas dari diantara permasalahan yang disderita umat manusia dalam konteks Indonesia.

4. FilipinaFilipina adalah negara yang 70 % dari rakyatnya hidup dalam kemiskinan mutlak, terus menerus diancam oleh kelaparan dan sakit penyakit, oleh kebodohan dan ketakutan, tanpa pendidikan dan kehilangan hak-hak asasinya, dimana kesenjangan antara yang miskin dan kaya makin lebar saja. [footnoteRef:74] Orang miskin yang tinggal di pedesaan yang tidak mempunyai tanah dan bekerja di perkebunan besar dengan hasil keperluan eksport. Pemilik perkebunan adalah orang kaya. Hal ini mengakibatkan kemiskinan dan penindasan anak dan kaum perempuan. Lalu para teolog Filipina berbicara mengenai Kristus dari sudut pandang perjuangan. Teologi Perjuangan ini sebagai bentuk refleksi teologi akan keadaan rakyat Filipina mengenai konteks sejarah akan sosial-politik.[footnoteRef:75] Yesus sebagai Mesias yang mewartakan solidaritas-Nya dengan orang-orang miskin, orang-orang dibuang, orang-orang yang tidak memiliki kekuasaan apapun, sampah-sampah masyarakat. Ia adalah pembebas bagi mereka yang terkecil di antara saudara-saudaranya dari belenggu belenggu penindasan dan penderitaan. Penjelmaan adalah prakarsa Allah untuk menyamakan diri-nya dengan orang-orang miskin dan manusia yang tertindas. Penyaliban adalah kiprah-Nya yang paling asasi dan paling akhir untuk membebaskan orang-orang tertindas melalui ketaatan-Nya. Kebangkitan-Nya adalah kemenangan-Nya yang terakhir atas kuasa-kuasa semesta ini yang menindas dan meniadakan kemanusiaan. Levi Oracion mengatakan Pengharapan Kristen tidak menghasilkan suatu penantian yang pasif dan tidak berbuat apa-apa terhadap kedatangan Allah untuk bertindak dalam sejarah, melainkan menimbulkan dan menumbuhkan suatu kemauan untuk dibawa masuk ke dalam pusaran kiprah pembebasan Allah yang mencari persekutuan dengan dan ikut menanggung beban hidup orang-orang miskin, orang-orang tertindas, orang-orang tanpa daya apapun, dan menanggung perkara dan berjuang bersama mereka, bahkan sampai mati.[footnoteRef:76] [74: R. S. Sugirtharajah, Memandang Wajah Yesus di Asia, 405] [75: Stevri Indra Lumintang, Theologia Abu-Abu Pluralisme Agama, 390] [76: R. S. Sugirtharajah, Memandang Wajah Yesus di Asia, 405-406]

Jadi, dalam kaitan konteks Filipina maka teolog-teolog memfungsikan Yesus sebagai Pembebas dan yang turut berjuang, bahkan sampai mati bersama orang-orang tertindas, miskin demi perubahan sosial.

2.3.7 Pandangan Tokoh Mengenai Fungsi Yesus1. Vengal ChakkaraiVengal Chakkarai lahir tanggal 17 Januari, 1880 di Madras, dalam sebuah keluarga Hindu. Pada tahun 1897, ia mengikuti pendidikan Kristen di Sekolah Kristen Madras, kemudian di Madras Christian College di tahun 1901 dan dua tahun kemudian ia dibaptiskan di sekolah tinggi tersebut. Chakkarai ialah tokoh yang berteologi berdasar pada Kristus (Kristologi). Yesus historis adalah Avatar Allah bagi kita, perwujudan Logos. Di dalam Logos menjadi manusia, dan tinggal bersama manusia. secara kekal hidup sebagai Anak Manusia. Menurut Chakkarai dari keyakinannya bahwa manusia tidak dapat mengenal Allah tanpa pertama kali mengenal Kristus. Pemikiran teologisnya dapat dicirikan dari Teologi Salib, salib ialah lambang penderitaan dan kematian Yesus, dimana dua kekuasaan yang hebat saling berjumpa, yakni andam (ranah batin keberadaan manusia) dan brahmandam (yang dari padaNya kuasa Allah bagi keselamatan manusia).[footnoteRef:77] Allah sendiri didalam Yesus menyelamatkan dan menolong mereka dalam kasih dan belas-Nya Allah sendiri menderita oleh karena Yesus Kristus menderita di kayu salib karena Yesus adalah gambar Allah sendiri (Avatar Allah) dan Allah sendiri. [footnoteRef:78] [77: A. A. Yewangoe, Teologi Crusis di Asia, 68] [78: Ibid.,75]

2. J. WidyaatmadjaJ. Widyaatmadja menegaskan bahwa hakekat pembebasan Kristus jauh lebih dalam dan lebih luas daripada pembangunan, karena aksen dalam pembangunan sering hanya berkisar pada pemberantasan kemiskinan alami atau pengaruh teknologi, sedangkan pembebasan menpunyai konotasi yang menyentuh segenap permasalahan yang diderita umat manusia. sehingga menghadirkan Kristus sebagai pembebas diantara orang-orang tertindas, tidak hanya dari kolonialisme dan imperialisme, tetapi juga dari segala bentuk penguasaan feodalis, ekonomi dan militerisme.[footnoteRef:79] [79: Dieter Becker, Pedoman Dogmatik Suatu Kompendium Singkat, 136-137]

3. S. J SamarthaStanley Jedidiah Samartha lahir 7 Oktober 1920 di Karkal. Ia belajar di Madras Univeristy dan Union Theological Seminary di New York. Ia adalah seorang pendeta dari Gereja India Selatan. Samartha mengambil Kristologi sebagai titik tolak dalam pemikiran teologisnya, ia memahami bahwa tugas utama gereja di India adalah mengkontekstualisasikan Yesus Kristus dalam usahanya untuk mengakui dan menjelaskan pribadi dan pekerjaanNya. Menurut tokoh ini penderitaan tidak hanya dipandang dari perspective keadilan, tetapi juga dari perspective kasih. Hukum kasih ini dilambangkan dalam salib dan kebangkitan Yesus. Salib dan kebangkitan Yesus menurut Samartha dimaksudkan untuk memperlihatkan bagaimana kuasa kejahatan dan tragedi dalam kehidupan manusia ditaklukan oleh kasih. Melalui salib dan kebangkitan Kristus, ada harapan akan kesempurnaan. Penderitaan dan kematian Kristus adalah suka rela, penderitaan dan kematian Kristus demi orang lain adalah bersifat menggantikan (menderita untuk orang lain), serta penderitaan dan kematian Yesus Kristus bersifat menaklukan karena kebangkitan telah terjadi. Kata Samartha, gereja terpanggil untuk ikut serta dalam penderitaan Yesus, dalam transformasi terhadap kuasa jahat.[footnoteRef:80] [80: A. A. Yewangoe, Teologi Crusis di Asia,, 117-123]

2.4 Konteks Pergumulan Lokal 2.4.1 Konteks Lokal Secara Umuma. GeografisProvinsi Sumatera Utara terletak pada 1 - 4 Lintang Utara dan 98 - 100 Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km.

b. AgamaDi SUMUT ada berbagai agama yaitu: Kristen protestan, Khatolik, Budha, Hindu, Islam. Di tengah agama-agama resmi yang dianut oleh bangsa Indosenia beberapa agama-agama Primitif yang dianut oleh masyarakat SUMUT, yaitu: Parmalim, animisme, serta dinamisme. Kemajemukan ini jelas merupakan anugerah Tuhan, dan karenanya patut di syukuri. Mengingkari kemajemukan berarti mengingkari kehendak dari rencana Tuhan.

c. PolitikDalam konteks Sumatera Utara, tindakan-tindakan korupsi dan ketidakadilan pemimpin merupakan hal yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat SUMUT. Pemimpin yang bukan menjadi penguasa atau yang ia pimpin. Pemimpin bukan menjadikan yang dipimpinnya sebagai mesin pemuas atas dirimya sendiri. Yang sebanarnya basis seorang pemimpin adalah untuk melayani masyarakat dengan tulus hati, melakukan tindakan yang adil bagi masyrakat, dan mensejahterakan masyakarat yang ia pimpin. Di dalam eksistensinya pemimpin tidak ada kelas-kelas yang membedakan meraka secara hakikatnya. Pemimpin dan yang dipimpin berjalan bersama-sama menuju kepada kesejahteraan bersama. Walaupun sebenarnya mereka mempunyai jabatan di Provinsi ini, tetapi jabatan itu sesungguhnya hanyalah semata-mata untuk melayani rakyat. Seorang budayawan dan sejarawan inggris, Lord Acton mengatakan bahwa Power tends to coruppt, and the absolut power coruppt absolutely (kekuasaan cenderung untuk melakukan korupsi, dan kekuasaan yang mutlak korupsi secara utlak juga). Tidak jarang pemimpin dalam perpolitikan SUMUT menjadikan konteks yang dipimpinnya bersifat menguasai. Fenomena itu nampak dalam hal korupsi. SUMUT tergolong menjadi provinsi yang terkarup di Indonesia. Sehingga dalam konsep kepimpinan saat ini mengatakan bahwa menjadi pejabat birokrasi negara hanya untuk menyatakan kekauatannya untuk korupsi dan dapat menguasai. Dan pemimpin tidak lagi memiliki sikap yang idealis terhadap masyarakat. Ketidakadilan selalu menjadi perlakukan kelazimannya. Sistem demokrasi yang telah memenangkannya untuk menjadi pelayan masyarakat disalagunakan untuk kepentingan pribadi atau perut sendiri. Demokrasi yang secara sederhana dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat tidak lagi terimplemensi pada masa sekarang ini. d. Sosial-EkonomiKetertindasan orang-orang kecil oleh para penguasa menjadi suatu persoalan yang tidak kunjung selesai di negeri SUMUT ini. Orang-orang kecil tidak lagi mendapatkan kesejateraanan dan keadilan, hal itu disebabkan tidak adanya keperpihakan para penguasa kepada orang-orang kecil. Sebagaimana kaum kapitalis menjadikan orang-orang kecil hanya mesin untuk pencari uang dengan tidak mementingkan nilai-nilai kemanusian yang seharusnya mereka harapkan. Dengan kata lin, orang-orang lemah dupandang hanya sebagau alat untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya oleh para kapitalis. Ternyata dalam konteks SUMUT, masih terjadi banyak ketidakadilan yang mengakibatkan tingginya kemiskinan. Para pemilik modal yang mepunyai modal yang memiliki semuanya dan jaminan hidup, bukankah itu yang dinamakan dengan kesenjangan sosial yang terjadi di dalam konteks SUMUT saat ini. Para pemilik modal terlalu nyaman dengan kemiskinan yang terjadi di negri ini. Kesenjangan sosial yang terjadi dalam segala aspek, itulah yang mengakibatkan tingginya kemiskinan di daerah Sumatera Utara ini. Yang memiliki jabatan dan kuasa dialah yang berhak mengatur roda perindustrian tanpa melihat kebutuhan orang-orang kecil yang sebanrnya membutuhkan keadilan dalam kehidupannya. bahkan di dalam komunitas penduduk telah terjadi kesenjangan sosial yang merugikan rakyat kecil.[footnoteRef:81] Tetapi di sisi lain banyak yang mengakibatkan kemiskinan di daerah SUMUT ini, diantaranya faktor sosial budaya, faktor geografis, dan lingkungan . kurangnya modal, rendahnya teknologi, rendahnya keahlian dan pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja serta keterbatan sumber daya Alam mengakibatkan tingginya kemiskinan di daerah sumatera ini.[footnoteRef:82] [81: Nommy Horas Thombang Siahaan, hukum lingkungan dan ekologi edisi ke dua, Erlangga, 258] [82: Murny Daulay, Kemiskinan Pedesaan, Medan, USU Press, 2009, 5]

Pendapatan yang semakin tidak merata di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi yang pesat, nampak memburuknya bagi penduduk pedesaan yang berpenghasilan rendah. Pendapatan penduduk perkotaan rata-rata bertambah dua setengah kali lebih cepat dari pada penduduk pedesaan. Memang harus dipahami bahwa kemiskinan yang terjadi di SUMUT ini ditimbulkan oleh struktur-struktur ekonomi, sosial dan politik yang tidak sehat, yang diperkuat oleh kepasrahan, menumbuhkan kebudayaan kemiskinan serta ketidaktahuan kemiskinan demi kesinambungan struktur-struktur kemasyarakatan yang sudah ada, yang telah dijadikan cermin dalam serba ketergantungan dan saling ketergantungan antara yang dijadikan objek dan subjek. Dengan kata lain, kemiskinan struktur akan tetap terus berkelanjutan apabila keadaan tersebut tidak diubah.[footnoteRef:83] [83: Team Badan Litbang PGI, Kemiskinan, kesenjangan Sosial dan pemerataan: suatu analisi sosial-ekonomi tentang masalah kemiskinan di Indonesia, Jakarta: 1977, 56]

e. budayaBudaya di Sumatera Utara kekayaan budaya yang beraneka ragam. Sumatera Utara terdapat beberapa suku yang mendiami propinsi tersebutdiantaranya adalah suku Melayu, suku Nias, suku Batak Toba, suku Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, suku Tapanuli Selatan yang terdiri dari suku Sipirok, suku Angkola, Padang Bolak, serta Mandailing, Namun ada juga pendatang seperti suku Minang, Jawa serta Aceh. Pendatang ini membawa kebudayaan serta adat-istiadatnya masing-masing. Setiap suku memiliki ciri khas masing-masing serta ciri khas itulah yang menjadi kekayaan yang tidak ternilai dalam suatu suku yang ada di Sumatera Utara. Dalam konteks masyarakat SUMUT yang majemuk, kultural dan etnis, kata Eddy Syofian, menjadi suatu keniscayaan bagi pemerintah memiliki posisi sentral dalam mengupayakan pembinaan dan pelestarian kerukunan antar agama, suku, etnis, dan ras di SUMUT.

2.4.2 Kristologis Fungsional dalam Konteks Lokal Yesus Sebagai PembebasSecara analisis bahwa orang Kristen di SUMUT sangat tertarik kepada Kristus yang sebagai pembebas. Banyaknya ketertindasan mengenai politik, struktur, ekonomi, dan sosial mengakibatkan orang Kristen membutuhkan sosok seorang pembebas. Kristologi ini menitikberatkan pada pembebasan yang diberikan Yesus. Namun, pembebasan ini perlahan mulai sirna ditelan oleh kemajuan kaum kapitalis sehingga manusia kembali mencari gambaran kebebasan dari Yesus Sang Pembebas. Oleh karena itu, Kristologi pembebasan juga melihat dari segi sosionalistis dimana memperlihatkan adanya jurang antara kelas penguasa dan kelas tertindas. Dari segi ini Kristologi melihat bahwa penyebab utama penindasan adalah sistem ketergantungan yang berarti penindasan dan kehadiran kekuasaan.[footnoteRef:84] [84: Anlisis penyaji mengenai persoalan yang terjadi di SUMUT.]

III. KESIMPULANDari pemaparan di atas, maka penyaji dapat menyimpulkan bahwa pemahaman setiap orang mengenai Kristologi fungsional berdasarkan konsep konteks yang terjadi di dalam kehidupan mereka. Secara analisis bahwa Yesus yang fungsioanal di pahami dalam konteks pergumulan.

IV. DAFTAR PUSTAKA., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996 Almados, Mikhae, Teologi Pembebasan Asia, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2001 Becker, Dieter, Pedoman Dogmatik Suatu Kompendium Singkat, Jakarta: BPK-GM, 2012 Berkhof, H. & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011 Elwood, Douglas J., Teologi Kristen Asia Tema-tema Yang Tampil Ke Permukaan, Jakarta: BPK-GM, 2006 End, Thomas van den, Harta Dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas, Jakarta: BPK-GM, 2011 Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta: BPK-GM, 2012Hadiwijono, Harun, Teologi Reformatoris Abad ke-20, Jakarta: BPK-GM, 1993Hesselgrave, David J. & Edward Rommen, Kontekstualisasi Makna, Metode dan Model, Jakarta: BPK-GM, 2004Jonge, Christian de, Gereja Mencari Jawab, Jakarta: BPK-GM, 1999 Lumintang, Stevri Indra, Theologia Abu-Abu Pluralisme Agama, Malang: Gandum Mas, 2009 Pieris, Aloysius, Berteologi Dalam Konteks Asia, Yogyakarta: KANISIUS, 1995Samartha, S. J., Kristus Yang Tidak Terbatas: Menuju Kristologi Di India Dewasa Ini dalam Douglas J. Elwood, Teologi Kristen Asia Tema-tema Yang Tampil Ke Permukaan, Jakarta: BPK-GM, 2006 Sugirtharajah, R. S., Memandang Wajah Yesus di Asia, Jakarta: BPK-GM, 1996 Wellem, F. D., Riwayat Hidup Singkat, Tokoh-tokoh Gereja dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011 Wessels, Anton, Memandang Yesus Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, Jakarta: BPK-GM, 1990Yewangoe, A. A, Theologia Crusis di Asia, Jakarta: BPK-GM, 1999 Siahaan., Nommy Horas Thombang hukum lingkungan dan ekologi edisi ke dua, ErlanggaDaulay Murny, Kemiskinan Pedesaan, Medan, USU Press, 2009Team Badan Litbang PGI, Kemiskinan, kesenjangan Sosial dan pemerataan: suatu analisi sosial-ekonomi tentang masalah kemiskinan di Indonesia, Jakarta: 1977