Dermatitis Oleh Karena Zat Warna
Transcript of Dermatitis Oleh Karena Zat Warna
DERMATITIS OLEH KARENA ZAT WARNA
PENULIS : dr. ALINAFIAH PANE Sp.KK
DERMATITIS OLEH KARENA ZAT WARNA
Pendahuluan.
Dermatitis kontak ialah Dermatitis yang terjadi karena berkontranya kulit dengan
bahan yang dating dari luar yang dapat bersifat toksik alergik atau kedua atau kedua-
keduanya. Meluasnya pemakaian kosmetik oleh masyarakat pada akhir-akhirini telah
menyababkan meningkatnya insidensi penyakit atau kelainan kulit akibat pemakaian
kosmetika. Kosmetika tidak temasuk golongan obat dan kosmetika tidak dimaksudkan
untuk mempengaruhi faal tubuh manusia, karena struktur dan fungsi kulit dipengaruhi
lingkungan maka dapat terjadi pengaruh kosmetik pada kulit. Pengaruh tersebut dapat
berupa reaksi.yang dikehendaki atau efek samping yang tidak di khendaki. Kelainan kulit
yang terjadi antara lain cara pemakaian kosmetik yang salah atau belebih pengolahan
kosmetik yang kurang baik, penggunaan bahan-bahan aktif dalam kosmetika tidak tepat.
Zat warna pada kosmetik dapat menyebabkan deramatitis kontak pada orang-
orang yang peka terhadapnya. Zat warna pada kosmetik terutama dalam persiapan make
up untuk bibir, mata, muka dan kuku merupakan dasar penting untuk daya tarik dan
fungsi dari bahan-bahan kosmetika. Misalnya zat warna azo atau sintetis yang dipakai
untuk pemerah pipi, bedak, cat bibir dan cat kuku. Kadang-kadang dapat menimbulkan
sensitisasi yang alergis untuk menghindari terjadinya kerusakan kulit yang lebih lanjut
maka kita perlu mengetahui zat-zat warna apa saja termasuk didalamnya dan bagimana
gejala-gejalanya pada kulit.
Definisi:
Dermatitis oleh karena zat warna ialah dermatitis yang terjadi sebagai akibat
kontak kulit dengan bahan-bahan kosmetika. (1.3.4.9)
Kita kenal bermacam-macam Dermatitis kosmetik.
1. Dermatitis kosmetik alergika.
2. Dermatitis foto kontak kosmetika
3. Kerusakan kuku dan rambut karena kosmetik
Seseorang dapat memakai suatu produk kosmetika untuk beberapa tahun tanpa
adanya reaksi dan tiba-tiba mendapat suatu hipersensitiviti alergis terhadap satu atau
lebih bahan-bahan dalam formulasi kosmetika, baik kosmetika yang sudah lama dipakai
ataupun baru dapat menyebabkan dermatitis kosmetika. (1.7)
Insidensi
Diagnosis dan jumlah yang tepat dari kelainan kulit akibat kosmetik sulit diketahui
oleh karena faktor-faktor, antara lain:
- Kosmetika yang dipakai biasanya beberapa jenis dan komposisi dari produk
kosmetika merupakan campuran beberapa macam bahan dan diantaranya ada yang
bersifat sebagai perangsang lemah, sehingga bila dipakai untuk uji coba kulit
memberi hasil yang sulit diartikan.
- Banyaknya pabrik atau produsen tidak mencantumkan bahan-bahan yang ada dalam
kosmetika yang diprodusinya.
- Tidak semua penderita dating ke dokter, karena penderita mengatasi sendiri dengan
cara menghentikan pemakaian kosmetik tersebut.
Ditinjau dari jenis kosmetika yang sering menyebabkan efek samping ada enam
yaitu:
1. Kosmetika rambut (cat rambut dan pemutih rambut)
2. kosmetika pemeliharaan kulit muka (pelembab dan pembersih)
3. kosmetika rias mata
4. deodorant anti perspirant
5. Rias wajah
6. Hair conditioner
Oleh karena produk kosmetika terjadi dari bermacam-macam campuran bahan,
maka bahan yang dicurigai harus dicari antara bahan aktif, bahan pengawet, bahan anti
microba, bahan anti oksidan, parfum, zat warna dan vehikulum.
Pengguna kosmetik akan menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan karena
pengaruh factor-faktor anatara lain:
1. Intensitas/lamanya kontak dengan kulit, dengan demikian pelembab, dasar bedak
akan lebih banyak mengakibatkan efek samping dibandingkan dengan kosmetika
yang sebentar menempek dikulit misalnya shampo.
2. Lokasi pemakaian
Daerah disekitar mata kulitnya lebih tipis dan lebih sensitive,oleh karena itu tat
arias mata diharapkan lebih banyak memberikan reaksi dari pada kosmetika untuk
daerah kulit lainnya.
3. PH kosmetika
Kosmetika dengan pH alkali misalnya pelurus atau perontok rambut akan lebih
mudah memberikan efek samping
4. Kandungan bahan yang mudah menguap. Misalnya alkhol, bila bahan tersebut
sudah menguap akan mempertinggi konsentarsi bahan aktif, sehingga dapat
menimbulkan efek samping.
Bentuk reakasi kulit akibat kosmetik
Setiap bahan yang ditempelkan pada kulit dapat menyebabkan kelainan kulit. Bahan
yang dapat memberikan kelainan kulit pada aplikasi pertama disebut iritan, sedangkan
bahan yang dapat menimbulkan kelainan setelah pemakaian berulang disebut sensitizer.
Kelainan pada kulit:
1) Reaksi ini dapat disebabkan oleh kosmetika yang mengandung asam atau basa.
Pada umunya kelainan berbatas tegas dan dapat berupa eritemato deskuamasi
sampai vesiko bullosa. Sebagai contoh tioglikolst dengan pH 12,5 yang terdapat
pada perontok rambut.
2) Reaksi alergi
Reaksi ini pada umumnya berupa dermatitis eksematosa. Kelainan yang terjadi
tidak selalu pada lokasi aplikasi kosmetika, hal ini terlihat pada dermatitis
kelompok mata yang lebih sering disebabkan karena kosmetika rambut, muka atau
kuku dari pada karena rias mata sendiri.
3) Reaksi foto sinsitivitas
Reaksi ini terjadi oleh karena aplikasi kosmetika yang mengandung foto sensitizer
dan terpapar cahaya. Kelainan dapat berupa eritma, eksematose atau
hyperpigmentasi yang biasanya disebabkan oleh parfum, dapat bersifat foto toksik
maupun foto alergik.
4) Kelainan pigmentasi
Suatu bentuk kelainan pigmentasi pada kulit dikenal sebagai pigmented cosmetic
dermatitis, kelaianan ini sebenarnya merupakan akibat dermatitis kontak alergik
atau foto alergik karena bahan pewangi atau zat warna yang terdapat dalam
kosmetika. Manifestasi kulit berupa bercak/difus/reticular kecoklatan, kadang-
kadang hitam atau biru hitam
5) Akne
Lesi terutama berbentuk komedo yang ditemukan pada wanita dewasa yang
terutama disebabkan oleh kosmetika cream muka. Bahan-bahan yang bersifat
komedo genik anatara lain: asam oleat, dan zat warna D & C Red-dyes yang
terdapat dalam pemerah pipi.
Bahan-bahan kimia dalam kosmetika dapat menyebabkan reaksi-reaksi primer,
dermatitis alergika, foto sensitivitas dan patahnya rambut dan kuku. (1)
Reaksi yang paling sering diperoleh dari kosmetika adalah sensitisasi yang alergis.
(1.2)
Penyebab yang paling sering dari dermatitis kosmetika adalah (1.2) :
1. Paraphenylene diamin
Suatu bahan dasar pada cat rambut dari jenis oksidasi. Berdasarkan jenis zat
warna ada empat macam cat rambut (4.11.) yakni:
a. Zat warna yang bersifat oksidasi permanent misalnya paraphenylene diamin.
b. Zat warna yang bersifat semi permanent, tidak membutuhkan oksidasi
misalnya zat warna azo dan coaltar
c. Zat warna dari garam-garam metalik
d. Zat warna dari tumbuh-tumbuhan.
1.a. Zat warna jenis oksidasi
Zat warna ini mengandung paraphenylene diamin. Zat ini hanya
diizinkan dipakai untuk rambut kepala bukan untuk alis mata den bulu mata.
Hal ini disebabkan reaksi alergi yang dapat menimbulkan kebutaan. Zat warna
ini baru dapat memberikan warna hitam bila teroksidasi dengan hydrogen
peroksida, amoniak 1 % dan alkyl aryl sulfonet yang berfungsi mempermudah
penetrasi obat ini. Zat warna ini akan mewarnai kotek rambut. Zat warna ini
tahan terhadap pencucian dengan shampoo pada pemakaian bahan kriting
rambut. Konsentrasi yang biasa dipakai dari parahenylene diamine 18%. Zat
warna yang sering dicampurkan adalah paratoluen diamine, methyl
paraaminophenol. Sedangkan untuk oksidatornya bisa dicampurkan dengan
potassium chlorat dan potassium dichromat. Paraphenylene diamine ini tidak
lama bersifat sensitizer lagi, salah satu contoh mengenai hal ini adalah pada
oaring-orang yang sensitive terhadap parahnylene diamine dapat mamakai wig
atau mantel bulu yang telah diwarnai dengan zat warna ini dengan aman,
karena oksidasinya telah sempurna.
1.b. Cat Rambut yang tidak membutuhkan oksidasi
Zat-zat warna sintesis tidak memerlukan oksidasi menurut Fisher 75 %
dari orang-orang yang peka terhadap paraphenylene damine dapat memakai
zat warna ini dan sekitar 10% dari orang yang alegris terhadap paraphenylene
diamine juga peka terhadap zar warna sintesis tersebut. zat warna ini adalah
zar warna azo asam (acid azodyes). Zat warna coal tar : 25% dari orang yang
sensitive terhadap paraphenylene diamine mempunyai reaksi silang dengan
zat warna ini.
1.c. Cat rambut metalik
Zat warna yang berdasarkan pada timah, bismuth, tembaga, besi, nikel
antimoni, kobalt dan perak banyak dipakai sekarang. Produk-produk ini hanya
dapat dipakai untuk menghitamkan rambut yang memutih pada orang-orang
yang berambut hitam. Zat warna ini tidak menyebabkan sensitisasi dan dapat
dipakai.
1.d. Zat Warna pada cat rambut yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
Zat warna pada cat rambut yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yaitu
yang mengandung henna yang natural camonile atau henna organic yang
sintesis dan kobinasi dari henna dengan tembaga dan pyrogallol. Pasien yang
sensitive terhadap parahenylene diamine dapat memakainya kecuali yang
dikombinasi dengan pyrogallol yang mengadakan reaksi silang dengan
paraphenylene diamin. (1.2) Zat warna lain yang dipakai pada kosmetika
rambut yaitu biru methylen, methyl violet atau nigrosin tidak menyebabkan
kelainan kulit.
Gejala Dermatitis oleh cat rambut
Pada kasus ringan :
Lesi terdapat hanya pada kelopak mata bagian atas atau pada daun telinga.
Keluhan berupa gatal-gatal yang ringan,eritema.
Pada reaksi yang hebat :
Oedema pada muka dan kulit kepala. Kadang-kadang disertai eritema dan
versicula.
Pengobatan Dermatitis karena cat rambut
- Cuci kepala dengan shampoo yang lunak untuk menghilangkan zat warna
yang berlebihan
- Tambahan hydrogen per oksida 2 % atau kompres dengan potassium
permangatan 1/5000, untuk menyempurnakan oksidasi sehingga tidak bersifat
sensitizer
- Kompres dingin dengan minyak olive dan air kapur akan melunakan krusta
- Aplikasi emulasi atau crem kortiko steroid
- Pada keadaan berat bisa diberi kortikosteroid sistemik
Parfum, cat bibir dan tabir matahari adalah diantara produk-produk kosmetika
yang sering menyebabkan sensitisasi kulit.(1)
Tempat utama dari kelainan kulit tidak saja pada daerah dimana kosmetika
disapukan, tetapi bisa juga pada tempat-tempat yang lain. Misalnya kelainan kulit
pada kelopak mata dapat disebabkan oleh preparat-preparat kosmetika untuk
rambut, sedang cat kuku dapat menyebabkan kelainan kulit pada tengkuk, kelopak
mata dan muka.
2. Kosmetika-kosmetika lain dimana dijumpai zat warna yaitu kosmetika untuk make-
up, dimana dipakai:
Warna hitam : Carbon black atau charcoal-black
Warna biru : Ultra marin atau biru prusian
Warna hijua : Krom okside
Warna coklat : Iron oxside sienna
Warna kuning : Iron oxide ochre
Warna merah : Carmine N.F
Fisher mengatakan belum ada laporan mengenei sensitivitas allergis terhadap
warna-warni ini,tetapi bahan dasar(vehicless) dan parfum yang ditambahkan
kepadanya dan bahan pengawet dapat merupakan sensitizer. Dermatitis kosmatika
pada kelopak mata dapat disebabkan tidak saja oleh make-up mata , tetapa juga oleh
kosmetika yang dipakai dinilai tempat yang dibawah oleh jari tangan ke kelopak
mata.
3. Zat warna yang dipakai pada cat kuku yang dapat berflorensasi antara lain yaitu:
eosin, fluorescein, erythrosine, dan rhodamain B dapat menyebabkan reaksi-reaksi
foto sintesistivitas. Sedangkan zat warna yang tidak berfluoresensi seperti merah
lithiol, kuning metanil, merah berdeaux dan alizarin adalah termasuk pigmen
organic yang jarang menyebabkan sensitivitas yang alergis pada kulit. (1.2)
Dermatitis oleh zat kuku jarang mengenai daerah-daerah kuku, tetapi biasanya
jauh dari kuku yaitu pada kelopak mata, kuduk / leher, setiap bagian yang disentuh
kuku tersebut.
Cat kuku terdiri dari :
- Film former yang terdiri dari Nitrocellulose tidak bersifat meransang.
- Termoplastik: Terdiri dari Toluensulfonamide gunanya sebagai pengikat,
dapat menyebabkan dermatitis kotak alergis.
- Plasticizers : Memberikan kelenturan terhadap film fomer.
4. Cat bibir
Cat warna yang biasa dipakai pada cat bibir yaitu zat warna xanthene. Cat
bibir mengandung zat warna xanthene. (1)
Cat bibir mengandung zat warna xanthene yang telah dimurnikan jarang
menyebabkan radang pada bibir.
Cat bibir yang mengandung rasa cinnamon dapat menyebabkan radang bibir
dan dalam hal ini dapat terjadi suatu raeksi silang dengan balsen of peru. Radang
bibir oleh cat bibir ini dapat terjadi dari cat bibir yang telah digunakan dalam waktu
yang lama tanpa adanya kesulitan. Bentuk dan radang bibir ini biasanya dalam
bentuk kering atau fissure pada bibir jarang terjadi pembengkakan. (1)
Bromo fluoresein merupakan penyebab utama radang pada bibir oleh lipstick.
Pada cat bibir dipakai dua macam zat warna yaitu zat warna yang memberi efek
yang permanent dan pigmen, termasuk didalamnya lakes yaitu untuk memperoleh
suatu tingkatan warna luas. (2)
5. Produk-produk make-up untuk seluruh daerah muka dan leher mempunyai formula
dasar yang sama. Hal yang memegang peranan adalah campuran warna anatara lain:
- Coklat : Iron Oxide
- Merah : Brilliant lake red cermine
- Pearlescent : Bismuth Oxychloride coated mice silk powder.
Untuk mengetahui apakah suatu kelainan kulit disebabkan oleh zat warna
dalam kosmetika dapat dilakukan uji coba kulit.
Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan:
1. Anemnesis : Mengenai kemungkinan adanya kontak dengan bahan-
bahan kosmetik
2. Gambaran Klinis : dalam hal ini lokalisasi dan bentuk ruam pada kulit
memegang peranan penting.
3. Melakukan uji coba : Dilakukan bila ruam pada kulit telah reda atau menyembuh.
Uji Kulit
Uji kulit merupakan salah satu cara untuk dapat menemukan penyebab reaksi kulit
akibat kosmetika.
Uji kulit untuk kosmetika.:
Test eliminasi dilakukan dengan cara menghentikan pemakaian seluruh jenis
kosmetika baik yang lama maupun yang baru. Apabila raksinya segera menghilang
setelah penghentian, maka diduga salah satu jenis kosmetika merupakan ataupun
mengandung bahan penyebabnya. Setelah reaksi kulit meredah atau menghilang
dapat dicobakan kembali pemakian kosmetika tersebut satu demi satu. Kosmetika
terakhir yang dipakai sebelum timbulnya reaksi menjadi kosmetika tersangka.
Kosmetika baru dan lama serta alat pembantu pemakaian kosmetika tanpa kecuali
harus dicurigai sebagai penyebab reaksi kulit akibat kosmetika.
Uji tempel atau patch test
Keuntungan melakukan uji temple terhadap test eliminasi aialah kemungkinan
ditemukannya bahan penyebab reaksi kulit akibat kosmetik dalam waktu 48 jam.
Uji temple tertutup: biasanya dilakukan di punggung dengan menempelkan
kosmetika yang telah dioleskan pada unit uji tempel. Unit tersebut dibiarkan
menempel selama 48/jam, kemudian dibuka dan ditandai daerah tertempelnya.
Pembacaan dilakukan 15-30 menit setelah pembukuaan untuk menghindari hadil
positip semu. Kosmetik tersangka sebaiknya dipisahkan tempatya. Sehingga apabila
terjadi reaksi yang tidak diinginkan dapat segera dibuka tanpa menggangu yang
lain. Pembacaan uji tempel diulangi pada 72 jam dan 96 jam.
Uji tempel terbuka: dilakukan dengan mengoleskan bahan tanpa dilakukan
penutupan. Biasanya dikerjakan di belakang telinga karena daerah tersebut tidak
mudah terhapus. Cara ini dikerjakan pada bahan-bahan yang mudah menguap
missalnya kosmetika kuku, tonik, kosmetika rambut.
Uji tempel dengan sinar: dilakukan pada reaksi foto dermatosis. Teknik
pelaksanaanya sama dengan uji temple tertutup, hanya dikerjakan secara duplo da
ditutup dengan vahan yang tidak tembus cahaya, setelah 24 jam test dibuka, setelah
itu disinari dengan sumber cahaya, Pembaca dilakukan 24 jam kemudian dengan
membandingkan terhadap control pada deretan yang lainnya.
Pada uji tempel biasanya dipakai kosmetika namun terdapat beberapa
kegagalan antara lain:
a.Reaksi positif semu karena kosmetika kebanyakan merupakan iritan lemah pada
penutupan. Hal ini akan menyulitkan pembedaan dengan reaksi-reaksi alergi.
b. Reaksi negatip semu sering ditemui karena konsentrasi sentizer dalam
kosmetika terlalu rendah untuk dapat menimbulkan reaksi positif. Hal ini
terutama dijumpai pada bahan pengawet dan wangian.
c.Uji tempel tertutup memakai kosmetika tanpa pengenceran dapat menimbulkan
sensitisasi pada konsumen meskipun jarang misalnya cat rambut. Hasil positip
pada uji temepel menggambarkan bahwa kosmetika dapat menyebabkan
dermatitis kontak alergik. Pada hasil negatip apabila dilakukan uji tempel
ulang di atau sekitar terjadinya kelainan kemungkinan akan memberikan hasil
yang positif terutama pada sensitizer lemah Pada umunya reaksi kulit akibat
kosmetika akan memberikan hasil negatip semua pada uji temple kecuali
apabila dilakukan dengan memakai bahan komponennya.
Uji terbuka atau open test
Apabila dijumpai hasil negative pada uji tempel maka dapat dilakukan uji
terbuka dengan mengoleskan kosmetika 2-3 kali perhari pada daerah tertentu atau
sama di lengan bawah selama 2 hari berturut-turut. Banyak bahan kosmetika juga
dipergunakan pada preparat topikal non-kosmetika, sehingga reaksi akibat
kosmetika dapat berlangsung terus meskipun sudah menghindari pemakaian
kosmetika penyebabnya.Apabila hasilnya positif maka dilanjutkan dengan memakai
masing-masing bahan komponen kosmetika, meskipun pelaksanaanya sukar dan
membutuhkan waktu serta kesabaran baik cari si penelitian maupun konsumen.
Uji pakai atau usage test
Apabila uji terbuka memberikan hasil negative dapat dilanjutkan dengan uji
pakai. Pelaksanannya sama dengan test eliminasi dimana kosmetik dipakai sesuai
dengan pemakaian sehari-hari, namun secara terpisah jenis demi jenis.
Uji coba kulit dengan cat kuku
Dapat dilakukan dengan cara tertutup dan terbuka dan ditunggu cat kuku langsung
dioleskan pada kulit dan ditunggu 15 menit agar pelarutnya menguap tempat uji coba
untuk melakukan untuk melihat terbuak misalnya leher
Uji coba dengan cat bibir
Kepekaan terhadap cat bibir bisa berupa potosentivitas yaitu kepekaan terhadap
suatu zat yang timbul dengan bantuan sinar matahari. Pada cat bibir bahan yang
menyebabkan kepekaan bisa berupa suatu potosentixer yaitu kepekaan yang baru akan
terjadi dengan terkenanya bahan penyebab oleh sinar matahri.
Uji coba kulit dengan lipstick dilakukan secara terbuka dan tertutup. Tempat uji
coba yang terbuka pada kulit harus terkena sinar matahari. Bila pada tempat uji coba
yang terbuka didapat reaksi yang positif dan dibagian yang tertutup negative
kesimpulanya bahwa suatu zat yang bersifat sensitive adalah penyebab pada bibir oleh
lipstick.
Cara penanggulangan efek samping kosmetika
1. Bentuk dermatitis diobati seperti mengobati dermatitis. Misalnya dengan pemberian anti
histamine, pemberian steroid oral maupun topical.
2. Bentuk akne diobati seperti akne vulgaris. Yaitu dengan pemberian: ulfur persipitat,
resorsin, Vit.A, As. Benzoil peroksida secara topical. Secara oral diberikan tetrasiklin,
eritromicin, linkomicin dan lain-lain.
3. Hiperpigmentasi diobati seperti melasma. Yaitu dengan pemberian: Hidrokuinolon maupun
kombinasi dengan anti oksidan (Vit.C dosis tinggi, tathion dan Vit.E)
Bahan-bahan yang sering memberikan efek samping
I. Bahan Aktif
Bahan efek samping keterangan
1. Vegetables coloring agents :
- Henna - Rinitis cat rambut
- Urtikaria
2. Organic colouringagents :
- Para venilen diamin - kontak alergi cat rambut reaksi silang
(PPDA) - foto elergik terhadap :
- purpura - azoic (nitrogen)
- enemia aplastik (?) - prokain, bensokain
- mutagenic (?) - PABA
- Sulfoamit
- Para amino salicylic
acid
- Di larang di :
- Perancis
- Skandinavia
- Jerman
3. Amonium persulfat - Kontak alergi - hairbleach
- Urtikaria
4. Selenium Sulfid - Kontak iritan - shampo
- Sistematik toksik
- Rambut rontok
- Sebero
5. Resin polimer - Kontak alergi - cat kuku
- Kontak iritan
6. Nikel - Kontak alergi - kontaminasi
7. Amonium tioglikolat - Kontak iritan - keriting rambut
- Kontak alergi
8. Merkuri Amonia - Kontak alergi - bleaching
- Sistemik - dilarang
- Pigmentasi
9. Hidrokuinon - Hipo/hiper pigmentasi - bleaching
10. P.A.B. - Foto alergi - tabir cahaya
11. Asam borat - Erupsi kulit
- Intoksikasi
12. C.I 16 901 (kuning) - Perubahan warna - kosmetik kuk
13. Resin fiormal dehide - Kontak alergi - pengeras
- Iritasi - reaksi di mata, leher,
Lubang-lubang alami,
generalisata.
14. Monosulfirem - Kontak alergi - sabun
15. Heksaklrofen - Kontak alergi - diserap oleh kulit
- Iritasi normal
- Foto kontak - di Perancis dan
- Efek sismatik Amerika dilarang
(neorotoksid)
- Teratogenik
- Karsinogenik
16. Sirkonium - Granulome - antiperspirant
- Kontak alergi
17. Garam Aluminium - Hiperkeratosis ostium - antiperspirant
- Folikularfolikulitis
18. Balsam peru - Hiperpigmentasi - bedak, salep
- Urtikaria
19. Traditional
- Aloe - Kontak alergi
- Kapsikum - Iritasi
- Sitrus lemon - Foto kontak
- Zingeber Officinalis - Iritasi
- Dermatitis kontak alergi
- Piperniqrum - Dermatitis kontak alergi
- Foto toksik
II. Parfum
Bahan efek samping keterangan
1. Bensin alcohol - parfum dari binatang
2. Bensin salisilat yang tidak iritasi
3. Geramiol - parfum dari binatang
4. Red zie yang tidak iritasi
5. Minyak cendana - Dermatitis kontak alergi - Parfum dari vegetable
6. Hidroksi sitrinelal yang tidak iritasi
7. Matoksi sitrinelal - foto sensitisasi (bergamot sinamon,
8. Sinamik alcohol - pigmentasi lavender) atau sintetik
9. Minyak kenanga - iritasi (sesquiterpens,
10. Yasmin absolute aledeids dan ester)
11. Minyal lavender
12. Minyak yleng-yleng
13. Bergamot
III. Bahan pengawet : anti microbial dan anti oksidan
Bahan efek samping keterangan
1. Formaldehyde - kontak alergi
2. Bronopol - kontak alergi
3. Merkuri - hipo/ hiperpigmentasi
4. Aminium klorida - kontak alergi
5. Paraben - dermatitis kontak sistematik - banyak dipakai
- Kontak urtikaria pada makanan
- tes tempel sering
memberikan
hasil positif kuat
IV. Emulsifier
Bahan efek samping keterangan
1. Tritanolamin - dermatitis kontak alergi
2. Sodium Lauril Sulafat - dermatitis kontak alergi
3. Gliseril mono stearat - dermatitis kontak alergi
Kepustakaan
1. Fisher A.A.
“contact Dermatitis” 2nd edition.
Lea & Febiger. Dhiladelphia, 1973
2. Cronin, E.
Contect Dermatitis. Churchill Livingstones
Edinburg London anf New York, 1980.
3. Fitzpatrie T.B.
Dermatology in general Mesicine, Mc Graw Hill Company, 2nd Ed., 1971
4. Frost. PMD and Horwits S.M.D
Principless of cosmetics for the dermatologist.
Mosby. Company, St. Louist _ Toronto _ London, 1982.
5. I. Gusti Agung K. Rata.
Efek samping kosmetik dan cara penata laksanaannya.
6. MOSCHELLA, SAMUEL L.; HURLEY J.H.
Dermatology, 2nd Edition, W.B. Saunder Company,
Philadhelphia-London-Toronto-Mexico City-Rio De Jenerio-Sydnei-Tokyo, 1985.
7. Nasutin, D.: Lubis E.
Dermatitis Kontak oleh Kosmetika
Majalah Kedokteran Nusantara, Vol.13 No.1, 1983
8. Nasution, D.
Pencegahan kelainan kulit oleh kosmetika. Symposium Kosmetika. 1985.
9. Rook A.
Text book of dermatology, Black Well Scientific Publication, Oxford-London-Eunberg.
Melborne 3th Ed. 1979.
10. Simposium Kosmetika : Pemakaian Kosmetika yang Aman. PADVI JAYA, Jakarta. 1985.
11. Kumpulan Naskah Simposium Penyakit Kulit Alergi. FK. UGM, Yogyakarta. 1981.