Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

28
ABSTRAK Tanaman nangka adalah salah satu tanaman daerah tropis. Buahnya dapat dimanfaatkan sebagai makanan. Daun yang masih muda dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan kayunya dikenal kayu yang anti rayap. Namun demikian, bagian dalam kayu nangka yang berwarna kuning belum dimanfaatkan. Adanya warna kuning diduga bagian tersebut mengandung pigmen warna yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Penelitian ini ditekankan pada pencarian jenis zat warna yang terkandung di dalam kayu nangka. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap. Tahap I bertujuan untuk mengekstrak kayu nangka bagian dalam dengan mengamati intensitas warna yang tampak pada setiap absorbansi maksimumnya, dilakukan pada bahan (kapas, nylon, rayon, poliester, poliakrilat) setelah dicelup dengan larutan hasil ekstraksi. Tahap II adalah karakterisasi pigmen, dilakukan terhadap bahan setelah dicelup dengan melakukan pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan dan pencucian. Hasil penelitian menunjukan bahwa pigmen warna yang terkandung di dalam kayu nangka bagian dalam dapat mencelup bahan tekstil, terutama nilon dengan hasil pengujian K/S paling tinggi dibanding bahan kapas, rayon, poliester atau polakrilat. Juga dengan hasil pengujian ketahanan uji gosok dan pencucian yang paling baik diantara bahan lainnya. ABSTRACT Jackfruit (Artocarpus heterophylus) is one of tropical plants. Its usefuly for many purpose. Its having yellow coloured hearts of wood, which may be due to colour pigment content. 1

Transcript of Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

Page 1: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

ABSTRAKTanaman nangka adalah salah satu tanaman daerah

tropis. Buahnya dapat dimanfaatkan sebagai makanan. Daun yang masih muda dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan kayunya dikenal kayu yang anti rayap.

Namun demikian, bagian dalam kayu nangka yang berwarna kuning belum dimanfaatkan. Adanya warna kuning diduga bagian tersebut mengandung pigmen warna yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami.

Penelitian ini ditekankan pada pencarian jenis zat warna yang terkandung di dalam kayu nangka. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap. Tahap I bertujuan untuk mengekstrak kayu nangka bagian dalam dengan mengamati intensitas warna yang tampak pada setiap absorbansi maksimumnya, dilakukan pada bahan (kapas, nylon, rayon, poliester, poliakrilat) setelah dicelup dengan larutan hasil ekstraksi. Tahap II adalah karakterisasi pigmen, dilakukan terhadap bahan setelah dicelup dengan melakukan pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan dan pencucian.Hasil penelitian menunjukan bahwa pigmen warna yang terkandung di dalam kayu nangka bagian dalam dapat mencelup bahan tekstil, terutama nilon dengan hasil pengujian K/S paling tinggi dibanding bahan kapas, rayon, poliester atau polakrilat. Juga dengan hasil pengujian ketahanan uji gosok dan pencucian yang paling baik diantara bahan lainnya.

ABSTRACTJackfruit (Artocarpus heterophylus) is one of tropical

plants. Its usefuly for many purpose. Its having yellow coloured hearts of wood, which may be due to colour pigment content.

This research was focused on finding the kind of dyes which content inside the wood.

Two phases of laboratory were carried out, first was extracting the heart of wood, with observation to intensity of colour which appear at each maximum absorbance, its obesreve to dyed textile fabrics (cotton, nylon, rayon, polyester, polyacrylic) by extraction solution. Second was characterization of pigment, by doing endurance test to the textile dyed fabrics.

Results of these experiments showed that the heart of jackfruit wood due the color pigment which able to dyed the

1

Page 2: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

textile fabrics, especially to nylon fabric which highest result of measuring K/S to the fabric than cotton, jute, polyester, or polyacrylic. And it has the best result of fastness testing to washing and scraping than other fabrics.

Pendahuluan

Latar Belakang

Dipilihnya kayu nangka dalam penelitian ini adalah,

karena adanya keterangan yang memberikan informasi bahwa,

kayu nangka bagian dalam, dapat mewarnai bahan tekstil

dengan warna kuning yang suram. Dari segi ekonomis, kayu

nangka dapat dijadikan pewarna bahan tekstil yang cukup

ekonomis, karena kayu nangka bagian dalam, pada kayu dengan

diameter ± 15 cm, belum dimanfaatkan untuk maksud tertentu,

oleh karena itu penelitian ini dapat dikatakan sebagai

pemanfaatan limbah.

Hipotesa

Menurut suatu literatur, kayu nangka mengandung tanin

pada partikel kayunya. Tepatnya pada bagian kulit, kayu bagian

dalam, dan akarnya. Senyawa ini merupakan senyawa polifenol

yang memiliki struktur komplek. Strukturnya yang juga

merupakan golongan flavoniod merupakan senyawa turunan

dari benzena. Diduga, senyawa ini merupakan pigmen kuinon.

Yaitu, senyawa berwarna dan mempunyai kromofor, yang terdiri

atas dua gugus karbonil yang berkonyugasi dengan dua ikatan

rangkap karbon-karbon.

2

Page 3: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

Oleh karenanya, kemungkinan besar pigmen inilah

yang akan mewarnai serat, dan akan menghasilkan warna

coklat-kekuningan, atau warna kuning yang pudar (tidak

mengkilat). Juga dimungkinkan untuk mencelup wool, sutera,

kertas dan bahan dari kulit.

Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah melakukan ekstraksi

dan karakterisasi zat warna yang terkandung dalam kayu

nangka bagian dalam sebagai zat warna alam untuk mewarnai

bahan tekstil.

Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan dan

mengembangkan kayu nangka sebagai bahan pewarna alami

untuk bahan tektil, sehingga dapat memperkaya temuan zat

warna alam.

Teori Pendekatan

Kandungan Kayu Nangka

Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang

berasal dari tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin

aromatik dengan satu atau dua penyulih hidroksil. Flavoniod

merupakan golongan fenol alam terbesar, tetapi fenol

monosiklik sederhana, fenilpropanoid dan kuinon fenolik juga

terdapat dalam jumlah besar. Beberapa golongan bahan polimer

penting dalam tumbuhan – lignin, melanin, dan tanin – adalah

senyawa polifenol.

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan, khususnya pada

bagian kayu. Pada batasannya tanin dapat bereaksi dengan

proteina membentuk kopolimer yang mantap yang tidak larut

dalam air.1

1 Metode Fitokimia Penurunan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, J. B. Harborne, Hal 102

3

Page 4: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

Tumbuhan nangka mengandung tanin, terutama pada

bagian akar dan kayu bagian dalam. Kayu nangka akan

menghasilkan warna coklat-kekuningan, atau warna kuning

yang pudar (tidak mengkilat). Dimungkinkan untuk mencelup

wool, sutera, kertas dan bahan dari kulit.2

Pigmen Kuinon

Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning

pucat, sampai ke hampir hitam. Walaupun mereka tersebar luas

dan strukturnya sangat beragam, sumbangannya terhadap

warna tumbuhan tinggi nisbi kecil. Jadi pigmen ini sering

terdapat pada kulit, galih atau akar.

Penyebarannya dalam tumbuhan tinggi telah diteliti

terutama karena antrakuinon tertentu. Kuinon adalah senyawa

berwarna dan mempunyai kromofor daras seperti kromofor

pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang

berkonyugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon.

Untuk tujuan identifikasi, kuinon dapat dipilah menjadi

empat kelompok : benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan

kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya

terhodroksilasi menjadi senyawa fenol.3

Identifikasi Zat Warna

Zat Warna Asam

Zat warna asam mengandung asam-asam mineral / asam-

asam organikdan dibuat dalam bentuk garam-garam natrium

dari asam organik dengan gugus anion yang merupakan gugus

pembawa warna ( kromofor ) yang aktif. Struktur kimia zat

warna asam menyerupai zat warna direk merupakan senyawa

2 www.fao.org3 Metode Fitokimia Penurunan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, J. B. Harborne, Hal109

4

Page 5: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

yang mengandung gugusan sulfonat atau karboksilat sebagai

gugus pelarut.

Zat warna asam dapat mencelup serat-serat binatang.

Poliamida dan poliakrilat berdasarkan ikatan elektrovalen /

ikatan ion.

Zat Warna Direk

Zat warna direk pada umumnya adalah senyawa azo yang

disulfonasi, zat warna ini disebut juga zat warna substantif,

karena mempunyai afinitas yang besar terhadap selulosa.

Beberapa zat warna direk dapat mencelup serat binatang

berdasarkan ikatan hidrogen. Zat warna direk umunya

mempunyai ketahanan yang kurang baik terhadap pencucian

sedangkan ketahanan terhadap sinar cukup, tidak tahan

terhadap oksidasi dan rusak oleh zat pereduksi.

Zat Warna Bejana

Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu

dalam pencelupannya harus diubah menjadi bentuk leuko yang

larut.

Senyawa leuko tersebut memiliki substantivitas terhadap

selulosa sehingga dapat tercelup. Adanya oksidator atau oksigen

dari udara, bentuk leuko yang tercelup dalam serat tersebut

akan teroksidasi kembali kebentuk semula yaitu pigmen zat

warna bejana.

Senyawa leuko zat warna bejana golongan indigoida larut dalam

alkali lemah sedangkan golongan antrakwinon hanya larut

dalam alkali kuat dan hanya sedikit berubah warnanya dalam

larutan hipoklorit dan didalam larutan pereduksi warnanya

menjadi kuning.

5

Page 6: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

Ikatan zat warna bejana dengan serat antara lain ikatan

hydrogen dan ikatan sekundeeer seperti gaya-gaya van der

walls.

Pencelupan Serat Nilon

Nilon dapat dicelup dengan banyak zat warna dispersi, zat

warna asam, zat warna direk. Pencelupan nilon memerlukan zat

warna yang tingkat kerataannya baik. Zat warna dispersi

memiliki peranan yang baik untuk menutupi ketidak teraturan

pencelupan nilon ini. Tetapi untuk ketahanan luntur warna

dalam keadaan basah yang baik, zat warna asam lebih baik,

tetapi harus dengan aplikasi yang hati-hati untuk menjamin

kerataan pencelupan. Pencelupan nilon dengan zat warna asam

sering memperlihatkan ketahanan luntur warna dalam keadaan

basah yang lebih baik dibanding pencelupan pada wol, hal ini

disebabkan oleh karakter hidrofob pada nilon. Pencelupan nilon

dipengaruhi prosprosi gugus amino bebas yang terkandung

pada nilon.

Mekanisme pencelupan serat nilon  adalah pembentukan

ikatan garam antara zat warna dengan gugus amino bebas di

dalam serat. Ikatan yang terjadi antara zat warna dengan serat

adalah ikatan elektrovalen (ionik). Karena, di dalam larutan,

gugus amino dan karboksilat pada nilon akan terionisasi. Bila

kedalamnya ditambahkan suatu asam, maka ion hidrogen asam

langsung berikatan dengan ion karboksilat pada nilon sehingga

terjadi gugus ion ammonium bebas yang memungkinkan

terbentuk ikatan ionik dengan zat warna.

Percobaan

6

Page 7: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

A. Alat dan Bahan

Bahan : Kain kapas, Kain rayon, Kain polyester, Kain

poliakrilat, Kain nylon Ferro sulfat, Tawas, Garam

diazonium, Sabun batang, Kayu nangka, Air,

K2Cr2O7.

Alat : gelas piala 3000 ml, gelas piala 1000 ml, gelas

piala 600 ml, reaktor, pemanas, oven,

spectrofotometer, crockmeter, mesin HT/HP,

neraca analitik.

B. Prosedur

1. Penentuan Kadar Air dalam Kayu Nangka

1. Kayu nangka dipotong-potong menjadi serpihan-

serpihan

2. Kemudian ditimbang sebanyak ± 10 gram (berat ini

dianggap a gram)

3. Kayu nangka dikeringkan di dalam oven dengan

suhu 100oC, selama 5 jam

4. Kayu nangka ditimbang kembali (angka hasil

penimbangan, dianggap b gram

5. Hitung persentasenya, yang memenuhi persamaan :

2. Penentuan Kadar Zat Warna dalam Kayu Nangka

1. Kayu nangka ditimbang sebanyak ± 450 gram

7

Page 8: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

2. Kayu nangka dididihkan di dalam air dengan

perbandingan jumlah berat kayu nangka dan air

sebanyak 1 : 10 (± 4,5 liter)

3. Pendidihan dilakukan sebanyak 3 kali, setiap air

menjadi bagian semula

4. Air (larutan filtrat) yang didapat digunakan sebagai

larutan pencelupan untuk berbagai jenis kain, dan

pembuatan zat warna

3. Pencelupan Berbagai Jenis Kain

1. Bahan (polyester, kapas, rayon, poliakrilat, dan

nylon) dicelup di dalam 250 ml larutan filtrat

2. Pencelupan dilakukan dengan sistem perendaman

(exhaust) dengan suhu proses 100oC selama 30

menit, menggunakan mesin HT dyeing

3. Setiap kain dibagi menjadi dua bagian. Bagian satu

dilanjutkan dengan pengerjaan dengan

menggunakan tawas, garam diazonium, Fero sulfat,

dan Kalium bikromat. Sedangkan, bagian lainnya

tidak dilakukan proses iring

4. Pengujian

1. Uji Ketuaan Warna

- Bahan diuji dengan spektrofotometer, untuk

diketahui nilai K/S nya.

2. Uji Ketahan Luntur Warna Terhadap Gosokan

8

Page 9: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

- Kain yang telah dicelup, dipotong dengan ukuran

5 X 15 cm, dengan panjang miring terhadap lusi

dan pakan

- Contoh uji tersebut dipasang pada Crockmeter,

gosokan dengan kain putih yang dipasang pada

jari penggosok dengan kondisi tertentu.

Penggosokan diulangi dengan menggunakan kain

putih basah.

- Penodaan pada kain putih dinilai dengan staining

scale

3. Uji Ketahan Luntur Warna Terhadap Pencucian

- Kain yang telah dicelup, dipotong dengan ukuran

10 X 40 cm, lalu contoh uji tersebut digabungkan

dengan 1 helai kain pelapis polyester dan 1 helai

kain pelapis kapas dengan ukuran yang sama

dengan contoh uji. Penggabungan dilakukan

dengan manjahit salah satu sisi terpendek.

- Contoh uji dicuci dalam larutan pencucian

dengan sabun AATCC 4 g/l dengan kondisi

tertentu, dibilas dengan suhu 40oC, kemudian

dinetralkan dengan 0,2 g/l asam asetat glacial,

kemudian dibilas lagi dan dikeringkan

- Perubahan warna pada contoh uji, dinilai dengan

Standar skala abu-abu. Penodaan pada kain

pelapis dinilai dengan staining scale

4. Uji Identifikasi Jenis Zat Warna

1. Zat warna Bejana

9

Page 10: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

Larutan hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, lalu ditambahkan NaOH 10 % dan

Na2S. Lalu dipanaskan. Ke dalam tabung reaksi

tadi, dimasukkan kain kapas putih dan Na2CO3,

maka kapas tersebut akan terwarnai. Pada kapas

yang tercelup diteteskan NaOCl. Apabila zat

warna luntur, berarti zat warna yang mencelup

adalah belerang, apabila zat warna tidak luntur,

maka zat warna yang mencelup adalah zat warna

bejana.

2. Zat Warna Naftol

Zw naftol tidak larut dalam air. Zw dilarutkan

dalam kostik soda dan spirtus.

Pengujian :

Larutan hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, lalu ditambahkan NaOH 10 % dan

beberapa tetes spirtus.

Dimasukkan kapas putih, sehingga kapas akan

terwarnai kuning.

Ditambahkan garam naftol, sehingga kapas

akan terwarnai.

Ditambahkan Fast dyeing salts, zw akan

menggumpal.

3. Zat Warna Asam dan Direk

Larutan hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, lalu ditambahkan asam asetat

10% dan wol putih, lalu di panaskan selama 3

menit

10

Page 11: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

Pada tabung reaksi berbeda, larutan hasil

ekstraksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

lalu ditambahkan NaCl dan kapas putih, lalu di

panaskan selama 3 menit.

Pewarnaan terhadap wol yang lebih tua dari

kapas menunjukan zat warna yang mencelup

adalah zat warna asam.

Hasil dan Diskusi

Hasil Percobaan

1. Penentuan Moisture Regain

MR =

= =16.17%

2. Pengekstraksian Bahan

Bahan sebanyak 450g, diekstraksi dalam medium air sebanyak

1500 ml, ekstraksi dilakukan tiga kali. Pada akhir ekstraksi,

didapat larutan filtrat sebanyak 3600 ml.

Pembuatan zat warna bubuk, dibuat dari 500 ml larutan filtrate.

Dihasilkan 0.4 gram zat warna bubuk.

3. Proses pencelupan kain menghasilkan perhitungan K/S pada

400 nm.

Tabel 1.

11

Page 12: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

Data K/S Pada Kain Kapas Contoh Setelah Dicelup Dengan

Berbagai Kondisi Pengerjaan Iring

PengerjaanK/S

Contoh

K/S

Blanko K/S

Non Iring 1.2979 1.08680.211

1

FeSO4 0.7928 1.08680.294

0

Garam

diazonium1.1109 1.0868

0.024

1

Tawas 1.0219 1.08680.064

9

Kalium

bikromat0.613 1.0868

0.473

8

Tabel 2.

Data K/S Pada Kain Rayon Contoh Setelah Dicelup Dengan

Berbagai Kondisi Pengerjaan Iring

PengerjaanK/S

Contoh

K/S

Blanko K/S

Non Iring 1.2282 0.83770.390

5

FeSO4 0.7448 0.83770.092

9

Garam

diazonium1.0049 0.8377

0.167

2

Tawas 1.2555 0.8377 0.417

12

Page 13: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

8

Kalium

bikromat0.6093 0.8377

0.228

4

Tabel 3.

Data K/S Pada Kain Nylon Contoh Setelah Dicelup Dengan

Berbagai Kondisi Pengerjaan Iring

PengerjaanK/S

Contoh

K/S

Blanko K/S

Non Iring 1.3652 0.47960.885

6

FeSO4 1.6963 0.47961.216

7

Garam

diazonium1.3808 0.4796

0.901

2

Tawas 1.3404 0.47960.860

8

Kalium

bikromat1.5576 0.4796 1.078

Tabel 4.

Data K/S Pada Kain Poliakrilat Contoh Putih Setelah Dicelup Dengan Berbagai

Kondisi Pengerjaan Iring

PengerjaanK/S

Contoh

K/S

Blanko K/S

Non Iring 1.2282 1.03330.194

9

FeSO4 1.6391 1.03330.605

8

Garam

diazonium1.2952 1.0333

0.261

9

Tawas 1.1447 1.0333 0.111

13

Page 14: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

4

Kalium

bikromat1.1516 1.0333

0.118

3

Tabel 5.

Data K/S Pada Kain Poliester Contoh Setelah Dicelup Dengan Berbagai

Kondisi Pengerjaan Iring

PengerjaanK/S

Contoh

K/S

Blanko K/S

Non Iring 0.4142 0.86260.448

4

FeSO4 0.5625 0.86260.300

1

Garam

diazonium0.6475 0.8626

0.215

1

Tawas 0.3842 0.86260.478

4

Kalium

bikromat0.3589 0.8626

0.503

7

14

Page 15: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

Grafik Hubungan Proses Iring dengan K/S Pada Berbagai Kain

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

Non Iring FeSO4 Garamdiazonium

Tawas Kalium bikromat

Pengerjaan iring

K/S

Kapas

Rayon

Nylon

Poliakrilat

Poliester

Grafik 1

4. Hasil Uji Identifiikasi Zat Warna

Tabel 6.

Beberapa Contoh Uji Identifikasi Zat Warna

Uji Zat Warna Asam dan Direk

Wol Kapas

Uji Zat Warna Bejana Uji Zat Warna Naftol

15

Page 16: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

5. Hasil Uji Ketahanan Luntur Warna Terhadap Gosokan dan

Pencucian

Tabel 6.

Data Skala Penodaan (Staining Scale)Pada Berbagai Jenis Kain

Setelah Dicelup dengan Beberapa Jenis Pengerjaan Iring Pada

Uji Ketahanan Luntur Warna Terhadap Gosokan Kering

Jenis

Bahan

Non

Iring

Dengan Iring

Garam

Diazo

Tawas Kalium

Bikromat

Ferro

sulfat

Kapas 4/5 4/5 5 5 4/5

Rayon 4/5 4 4/5 5 5

Nylon 4/5 5 4/5 5 4/5

Poliakrila

t

4/5 4/5 4 4/5 4

Polyester 5 4 4/5 4/5 4/5

Tabel 7.

Data Skala Penodaan (Staining Scale)Pada Berbagai Jenis Kain

Setelah Dicelup dengan Beberapa Jenis Pengerjaan Iring Pada

Uji Ketahanan Luntur Warna Terhadap Gosokan Basah

16

Page 17: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

Ketahana

n Gosok

BasahJen

is Bahan

Non

Iring

Dengan Iring

Garam

Diazo

Tawas Kalium

Bikromat

Ferro

sulfat

Kapas 4/5 4 4/5 4/5 4

Rayon 5 4/5 5 5 4/5

Nylon 4/5 4/5 4/5 4/5 5

Poliakrila

t

4 4/5 4/5 5 4

Poliester 4/5 4 4/5 5 4/5

Tabel 8.

Data Skala Penodaan (Staining Scale) dan Skala Abu-abu Pada Berbagai Jenis

Kain Setelah Dicelup dengan Beberapa Jenis Pengerjaan Iring Pada Uji

Ketahanan Luntur Warna Terhadap Pencucian

Jenis

Bahan

Non

Iring

Iring

Garam

Diazo

Tawas Kalium

Bikromat

Ferro

sulfat

SC GS SC GS SC GS SC GS SC GS

Kapas 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1

Rayon 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1

Nylon 5 4/5 5 4/5 5 4/5 5 4/5 5 4/5

Poliakrila

t

5 1 5 1 5 1 5 1 5 1

Poliester 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1

Ket : SC = Staining Scale; GS = Grey Scale

Tabel 9.

17

Page 18: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

Standar Penilai Penodaan Warna Pada Staining Scale dan Perubahan Warna Pada

Grey Scale

Nilai

Tahan

Luntur

Warna

Perbedaan Warna

(dalam satuan C. D.)

Toleransi Untuk Standar

Kerja

(dalam satuan C. D.)

Staining

ScaleGrey Scale

Staining

ScaleGrey Scale

5 0.0 0.0 0.0 0.0

4-5 2.0 0.8 ±0.3 ±0.2

4 4.0 1.5 ±0.3 ±0.2

3-4 5.6 2.1 ±0.4 ±0.2

3 8.0 3.0 ±0.5 ±0.2

2-3 11.3 4.2 ±0.7 ±0.3

2 16.0 6.0 ±1.0 ±0.5

1-2 22.6 8.5 ±1.5 ±0.7

1 32.0 12.0 ±2.0 ±1.0

Ket : C. D. = Colour Diference

Diskusi

Hasil pengujian Identifikasi zat warna yang dilakukan

terhadap flitrat hasil ekstraksi kayu nangka bagian dalam,

memperlihatkan kemungkinan pigmen warna yang terkandung

dalam kayu nangka, tergolong zat warna asam, karena hasil

pencelupan wol lebih tua dalam larutan filtrat dengan

penambahan asam asetat dibanding kapas dengan bantuan

NaCl.

Pencelupan bahan dengan larutan filtrat tanpa pengerjaan

iring, menghasilkan warna kuning kemerahan pada nilon,

sedangkan bahan lainnya ternodai dengan warna yang sangat

muda. Hal ini dibuktikan dengan nilai K/S yang disajikan

18

Page 19: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

dengan grafik hubungan antara K/S dengan jenis pengerjaan

iring (grafik 1), nilai K/S nilon adalah nilai ketuaan warna yang

paling tinggi dibanding dengan bahan lain yang dicelup dengan

larutan filtrat yang sama dengan kondisi pencelupan yang sama.

Hal ini sesuai dengan sifat zat warna asam yang mempunyai

afinitas terhadap serat nilon.

Hasil pencelupan bahan nilon, menunjukan hasil yang

tercelup paling tua adalah pencelupan dengan pengerjaan iring

garam diazonium, hal tersebut diakibatkan karena sifat garam

diazoinum yang dapat memperpanjang resonansi pada struktur

pigmen warna yang terkandung dalam ekstraksi kayu nangka,

sehingga warna menjadi lebih bangkit. Sedangkan proses

pengerjaan iring lainnya bekerja untuk memperbesar molekul

zat warna.

   

Pengujian ketahanan luntur warna bahan terhadap

gosokan kering lebih baik daripada terhadap gosokan basah.

Hal ini dibuktikan dengan data yang disajikan tabel 6 dan 7.

Namun demikian, semua nilai ketahan luntur warna pada smua

bahan relatif baik yaitu berkisar 4/5 dan 5 atau dengan

perbedaan warna terhadap bahan sebelum digosok sebesar 0.8

C. D. dan 0.0 C.D. artinya setelah digosok baik kering maupun

basak, bahan cenderung tidak berubah warnanya. Hal ini sesuai

dengan sifat zat warna asam yang memiliki ketahanan luntur

warna yang baik dalam keadaan basah sekalipun.

Hasil pengujian ketahanan luntur warna bahan terhadap

pencucian menunjukan bahwa kain nilon memiliki ketahan

luntur warna yang paling baik terhadap pencucian. Hal ini

dibuktikan dengan data yang disajikan tabel8, yaitu dengan

skala perubahan warna bahan sebesar 4/5 dan skala penodaan

19

Page 20: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

sebesar 5, artinya hanya sedikit zat arna yang terlunturkan oleh

larutan pencuci dan dari zat warna yang luntur tersbut tidak

ada yang menodai kain pelapis uji ketahanan pencucian.

Sedangkan hasil uji bahan lain menunjukan bahwa pada bahan

selain nilon zat warna yang mewarnai bahan semuanya luntur

tetapi tidak menodai kain pelapis atau dengan nilai skala

perubahan warna sebesar 1 dan skala penodaan sebesar 5. Hal

ini sesuai dengan sifat zat warna asam yang dapat berikatan

dengan serat nilon dan memiliki ketahanan luntur warna yang

baik dalam keadaan basah sekalipun.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. memiliki Moiture regain sebesar 16.17%

2. Ekstraksi kandungan zat warna dalam kayu nangka bagian

dalam, mempunyai konsentrasi 0.8 g/l.

3. Pada uji identifikasi, dapat mencelup wol dalam suasana

asam dan tidak mencelup kapas dengan penambahan NaCl

4. Pigmen kayu nangka bagian dalam yang diekstrak dengan air

memiliki karakteristik sebagai berikut

a. Dapat mencelup nilon dengan warna paling tua dibanding

bahan lain

b. Memiliki warna yang paling tua apabila dikerjakan dengan

proses iring garam diazonium pada bahan nilon

c. Memiliki ketahanan luntur warna terhadap gosokan yang

paling baik pada bahan nilon dibanding bahan lain

20

Page 21: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

d. Memiliki ketahanan luntur warna terhadap pencucian

yang paling baik pada bahan nilon dibanding bahan lain

5. Dari semua data yang diperoleh setelah penelitian, pigmen

warna yang terkandung di dalam kayu nangka bagian dalam

termasuk golongan zat warna asam.

Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai struktur

pigmen warna yang terkandung di dalam kayu nangka

bagian dalam

DAFTAR PUSTAKA

J. B. Harborne, Metode Fitokomia Penuruna Cara Modern

Menganalisis Tumbuhan, 1984, Institut Teknologi

Bandung, Bandung.

R. L. M. Allen, Colour Chemistry

Wibowo Moerdoko, S. Teks., dkk., Evaluasi Tekstil Bagian

Fisika, 1973. Institut Teknologi Tekstil. Bandung.

21

Page 22: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

22

Page 23: Zat Warna Alami Ekstrak Kulit Nangka

23