Css Kusta Susin Ijul
-
Upload
zulidasuryafitri -
Category
Documents
-
view
43 -
download
0
Transcript of Css Kusta Susin Ijul
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
1/72
KUSTACRS
PRESENTAN :
Yaniar Susin
Zulida Suryafitri
PRECEPTOR :
Deis H, dr. SpKK., M.Kes
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
2/72
Identitas Pasien Nama : Tn.X
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun Alamat : Subang
Pekerjaan : Buruh tani
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda Pendidikan Terakhir : SD
Status Marital : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 19 April 2013
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
3/72
Anamnesis
Keluhan Utama : Benjolan yang terasabaal di bagian wajah dan kedua tangan
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
4/72
Anamnesis Khusus Sejak 3 bln yg lalu pasien mengeluh
adanya benjolan yg terasa baal dibag.wajah & kedua tangan. Benjolan
muncul secara perlahan, awalnyaberukuran kecil namun membesarsebesar koin. Keluhan benjolan iniawalnya hanya pd wajah, lalu menyebar
hingga kedua tangan.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
5/72
Keluhan disertai dgn rasa baal & kaku pdkedua tangannya, adanya pemendekanpd jari2 kedua tangan & terjadiperubahan pada bentuk hidungnya.
Selain itu, pasien juga mengakui adanyakerontokan pd rambut, alis, dan bulu-buludi bag.tangannya, serta tdk adanyakeringat yg keluar, sehingga pasienmerasa kulitnya terasa kering.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
6/72
Pasien menyangkal adanya perubahanwarna pada kulitnya, adanya keluhangatal dan rasa nyeri pada daerah yangterdapat benjolan. Tidak ada riwayatpengobatan tuberkulosis selama 6 bulanatau lebih. Keluhan ini baru pertama kali
dialami oleh pasien.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
7/72
Pasien menyatakan tidak ada tetanggadi sekitar rumahnya ataupun keluarganya
yang mengidap sakit kusta maupunbatuk lama. Pasien belum pernahmelakukan pengobatan untukkeluhannya tersebut.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
8/72
Pasien adalah seorang kepala keluargayang memiliki satu orang istri dan tigaorang anak.
Pekerjaanya adalah buruh tani, denganpenghasilan yang kurang mencukupikebutuhan sehari-harinya.
Pasien tinggal di lingkungan rumah yang
padat penduduk dengan ventilasi rumahyang kurang baik.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
9/72
PEMERIKSAAN FISIKSTATUS GENERALIS
Kesadaran : komposmentis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Vital Sign
TD : normal
PR : normal RR : normal
T : afebris
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
10/72
Kepala Rambut : Alopecia (+)
Wajah : Facies leonina (+)
Mata : Konjungtiva tidak hiperemis, Sklera
ikterik, Lagoftalmus +/+, alis dan bulu matamadarosis +/+, iridosiklitis -/-, gangguan
visus -/-
Hidung : saddle nose (+), sekret (-),
epistaxis (-)
Telinga : tidak ada kelainan
Mulut : oral ulcer (-), nodus (-), laring dan
faring: suara parau (+), hiperemis (+)
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
11/72
Leher : KGB tidak membesar,
Dada : Bentuk dan pergerakan simetris,
ginekomastia -/- Paru-paru: VBS ki=ka, ronki (-), wheezing (-)
Jantung S1,S2 normal, regular.
Perut : Datar, lembut, hati dan limpa
tidak teraba, Bising usus (+) normal Genital : Atrofi testis +/+
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
12/72
Ekstrimitas :
Atas : wrist drop +/+, pseudomutilasi +/+,
claw hand +/+, atrofi tenar dan hipotenar+/+, kontraktur +/+
Bawah : dalam batas normal
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
13/72
Kelainan Saraf
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
14/72
Motorik : Kekuatan otot menurun
Atropi otot tenar, hipotenar, interphalang (+)
SensorikPada daerah sekitar lesi :
Sensasi raba menurun
Sensasi suhu (panas dan dingin) menurun
Autonomik Tes tinta gunawan : (+)
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
15/72
Status Dermatologi
Distribusi : Regional, asimetris
Lokasi : ad regio wajah dan kedua tangan
Karakteristik lesi :
Jumlah multiple Discrete
Bentuk irregular
Ukuran lesi terkecil 0,5x0,5 cm3x4 cm
Batas tegas
Meninggi dengan kulit sekitarnya
Kering
Efloresensi : Nodul
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
16/72
DIAGNOSIS BANDING
Kusta (Morbus Hansen) tipe Lepromatosa
Tuberkulosis kutis
Granuloma Anulare
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
17/72
PEMERIKSAAN PENUNJANG
& USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Bakteriologi (Ziehl Nielsen)
Pemeriksaan histopatologi
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
18/72
DIAGNOSIS KERJA
Morbus Hansentipe Lepromatosa
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
19/72
Penatalaksanaan
Umum :
Penderita diberi penerangan bahwa
penyakit yang diderita adalah penyakitkronis dan sebaiknya menghindari faktor
pencetus dan jangan digaruk.
Penderita juga diberi penerangan tentang
cara pengobatan.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
20/72
Khusus :
Multibacillary Leprosy
Rifampicin : 600mg 1 bulan 1x, supervised
Dapsone : 100mg harian, self administrated
Clofazimine : 300mg 1bulan 1x (supervised)
dan 50mg harian (self administrated)
Durasi : 12-15 bulan
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
21/72
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
22/72
DEFINISI
Penyakit kronis yang disebabkan olehMycobacterium leprae (M. leprae) yang
pertama menyerang saraf tepi selanjutnyadapat menyerang kulit, mukosa mulut,
saluran nafas bagian atas, sistemretikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan
testis kecuali susunan saraf pusat.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
23/72
EPIDEMIOLOGI
Daerah endemik : Tanggerang, Subang,Cirebon, Karawang, NTT, Papua, dll
Frekuensi tertinggi pada kelompok dewasaialah umur 25-35 tahun, sedangkan padakelompok anak umur 10-12 tahun.
Laki-laki >> wanita
Sosiokenomi rendah >>
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
24/72
ETIOLOGIOlehMycobacterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) berbentuk batang dengan ukuran 1-8 m, lebar
0,20,5 m bersifat obligat intraselular ---- terutama jaringan
yang bersuhu dingin, yaitu daerah akral denganvaskularisasi yang sedikit
Kuman ini juga tidak dapat dikultur dalam mediabuatan. Hanya dapat dikultur di media hidupseperti binatang armadillo, footpad mouse
Masa membelah diriM.leprae12-21 hari dan masa
tunasnya antara 40 hari40 tahun.
PATOGENESIS
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
25/72
PATOGENESISM.lepraemasuk kedalam tubuh dari kulit yang lecet pada
bagian tubuh yang bersuhu dingin atau melalui mukosanafas (M.lepraeterutama terdapat pada sel makrofag disekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel
schwann di jaringan saraf)
tubuh akan bereaksi mengeluarkan makrofag (berasaldari sel monosit darah, sel mononuklear, histiosit) untuk
memfagositnya.
Respons tubuh setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat imunitas selular (cellular
mediated immune) pasien
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
26/72
Tipe kusta bergantung pada CMI
LL
CMI rendahmakrofag tidak
mampumenghancurkankuman sehingga
kuman dapat
bermultiplikasidengan bebas
dalam makrofag SEL VIRCHOUW
yang kemudiandapat merusak
jaringan.
TT
CMI tinggi makrofag sanggupmenghancurkan kuman makrofagakan berubah menjadi sel epiteloidyang tidak bergerak aktif dan bersatumembentuk sel datia Langhans TUBERKEL
Bila infeksi ini tidak segera diatasi akanterjadi reaksi berlebihan dan masaepiteloid akan menimbulkan kerusakansaraf dan jaringan di sekitarnya.
KLASIFIKASI
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
27/72
# Klasifikasi Madrid (1953)
Indeterminate (I)
Tuberkuloid (T)
Borderline-Dimorphous (B)
Lepromatosa (L)
# Klasifikasi Ridley dan Jopling (1962):
Tipe TT (tuberkuloid)
BT (borderline tuberculoid) BB (mid borderline)
BL (borderline lepromatous)
LL (lepromatosa)
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
28/72
# Klasifikasi WHO (1981) dan Modifikasi
WHO (1983)Tipe Pause Basiler (PB)
Hanya kusta tipe I, TT dan sebagian besar BTmenurut kriteria Ridley dan Jopling
Tipe I dan T menurut klasifikasi Madrid tipe kusta dengan BTA negatif
Multi Basiler (MB)
Kusta tipe LL, BL, BB dan sebagian BT menurutkriteria Ridley dan Jopling
B dan L menurut Madrid
semua tipe kusta dengan BTA positif
KLASIFIKASI
MAN KLINIK
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
29/72
Kusta Pausibasilar (PB)
1) Bercak putih seperti panu
yang mati rasa, artinyabila bercak putih tersebutdisentuh dengan kapas,maka kulit tidakmerasakan sentuhan
tersebut.2) Permukaan bercak
kering dan kasar
3) Permukaan bercak tidakberkeringat
4) Batas (pinggir) bercakterlihat jelas dan seringada bintil-bintil kecil.
MAN.KLINIK
MAN KLINIK
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
30/72
Kusta Multibasilar (MB)
1. Bercak putih kemerahanyang tersebar satu-satuatau merata diseluruhkulit badan.
2. Terjadi penebalan danpembengkakan padabercak.
3. Pada permukaanbercak, sering ada rasabila disentuh dengankapas.
4. Pada permulaan tandadari tipe kusta basahsering terdapat padacuping telinga danmuka.
MAN.KLINIK
MAN KLINIK
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
31/72
Klasifikasi PB dan MB berdasarkan WHO (1995)
Tipe PB Tipe MB
1. Lesi kulit
(makula datar, papul yang
meninggi, nodus)
1-5 lesi
Hipopigmentasi/erite
ma
Distribusi tidak
simetris Hilangnya sensasi
yang jelas
>5 lesi
Distribusi lebih
simetris
Hilangnya sensasi
2. Kerusakan kulit
(menyebabkan hilangnya
sensasi/kelemahan ototyang dipersarafi oleh
saraf yang terkena)
Hanya satu cabang
saraf
Banyak cabang
saraf
MAN.KLINIK
Perbedaan Tipe PB dan MB
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
32/72
Perbedaan Tipe PB dan MBBerdasarkan P2MPLP
Kelainan kulit dan hasilpemeriksaan bakteriologis
Tipe PB Tipe MB
1. Bercak (Makula)
a. Jumlahb. Ukuranc. Distribusid. Permukaane. Batasf. Gangguan sensibilitasg. Kehilangan kemampuanberkeringat, bulu rontok padabercak
1-5Kecil dan BesarUnilateral/Bilateral AsimetrisKering dan kasarTegasSelalu ada dan jelasBercak tidak berkeringat, ada bulurontok pada bercak
BanyakKecil-kecilBilateral, simetrisHalus, berkilatKurang tegasBiasanya tidak jelas, jika ada,terjadi pada yang sudah lanjutBercak masih berkeringat, bulutidak rontok
2. Infiltrata. Kulitb.Membrana mukosa (hidungtersumbat pendarahan dihidung)
Tidak adaTidak pernah ada
Ada, kadang-kadang tidakadaAda, kadang-kadang tidakada
3. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada
4. Penebalan Saraf Tepi Lebih sering terjadi dini, asimetris Terjadi pada yang lanjutbiasanya lebih dari satu dansimetris
5. Deformitas (cacat) Biasanya asimetris terjadi dini Terjadi pada stadium lanjut6. Sediaan apus BTA negatif BTA positif7. Ciri-ciri khusus Central healing penyembuhan di
tengahPunched out lesion (lesi sepertikue donat), madarosis,
ginekomastia, hidung pelana,suara sengau
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
33/72
Predileksi Lesi Kulit tubuh yang relatif lebih dingin (muka, hidung,
telinga, dll) Kerusakan saraf saraf tepi yang superfisial.
N. fasialis lagoftalmus N. trigeminus anestesi kornea N. aurikularis magnus N.radialisdrop wrist N.ulnaris claw hand N. medianus N. peroneus komunis drop foot N. tibialis posterior claw toes
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
34/72
Tipe Lepramatosa
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
35/72
CLAW HAND
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
36/72
Kulit: lesi membesar, jumlah bertambah,ulserasi, eritematosa, infiltrat atau nodus
Saraf : nyeri, gangguan fungsibertambah, jumlah saraf yang terkenabertambah
Manifestasi Penyakit KustaMasih Aktif
Kulit : atrofi, keriput, non-repigmentasidan bulu hilang
Saraf : mati rasa persisen, paralisis,kontraktur dan atrofi otot
Tanda sisa penyakitkusta
DIAGNOSIS
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
37/72
Menurut WHO (1995), diagnosis kusta ditegakkan bila
terdapat satu dari tanda kardinal berikut:
1) Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitasLesi kulit : bercak t tunggal atau multiple;
hipopigmentasi/ eritema/ berwarna tembaga. Lesi
dapat bervariasi tetapi umumnya berupa makula, papul,
atau nodul
Kehilangan sensibilitas pada lesi kulit (anesthesi)
2) Penebalan saraf tepi
Dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpagangguan fungsi saraf yangterkena, yaitu:
a. Gangguan fungsi sensoris : mati rasab. Gangguan fungsi motoris : paresis atau paralisis
c. Gangguan fungsi otonom : kulit kering, retak, edema,pertumbuhan rambut yang terganggu
3) BTA positif pada jaringan kulit
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
38/72
1) Anamnesis- Keluhan pasien : bercak mati rasa atau
keluhan-keluhan pada kriteria diagnosis
- Riwayat kontak dengan pasien- Asal daerah atau pernah tinggal di daerah
endemis
- Pengobatan yang sudah pernah didapat
- Latar belakang keluarga, misalnya keadaansosial ekonomi
PEMERIKSAAN
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
39/72
2) Pemeriksaan Klinis
# Inspeksi
a) Semua kelainan kulit di seluruh tubuhdiperhatikan, seperti adanya makula, nodul,
jaringan parut, kulit yang keriput, penebalan
kulit
b) Pasien diminta memejamkan mata,menggerakkan mulut, bersiul, dan tertawa
untuk mengetahui fungsi saraf wajah.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
40/72
Wajah : Fasies leonina
Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai
kebutaan Hidung: epistaksis, hidung pelana
Tulang dan sendi : absorbsi, mutilasi, artritis
Lidah : ulkus, nodus
Larings: suara parau Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi
Kelenjar limfe : limfadenitis
Rambut : alopesia dan madarosis
Ginjal : glomerulonefritis, amiloidosis ginjal,
pielonefritis, nefritis interstitial
Ekstrimitas : ulkus
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
41/72
# Pemeriksaan Sensasi
Pemeriksaan sensibilitas pada lesi kulit denganmenggunakan kapas (rasa raba), jarum pentul
yang tajam dan tumpul (rasa nyeri), serta air
panas dan dingin dalam tabung reaksi (rasa
suhu)
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
42/72
# Pemeriksaan saraf tepi dan fungsi
N. Fasialis : lagoftalmos, mulut mencong N. Trigeminus : anestesi kornea
N. Aurikularis magnus
N. Radialis : tangan lunglai (drop wrist)
N. Ulnaris : anestesi dan paresis/paralisis otot tanganjari V dan sebagian jari IV
N. Medianus : anestesi dan paresis/paralisis otottangan jari I, II, III dan sebagian jari IV.
Kerusakan N. Ulnaris dan N. Medianusmenyebabkan jari kiting (clow toes) dan tangancakar (claw hand)
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
43/72
N. Peroneus komunis : kaki semper (drop foot)
N. Peroneus lateralis
N. Tibialis posterior : mati rasa telapak kaki danjari kitting (claw toes)
# Pemeriksaan fungsi saraf otonomyaitu memeriksa ada tidaknya kekeringan pada
lesi (makula anestesi) akibat tidak berfungsinyakelenjar keringat dengan menggunakan:
Tes dengan pensil tinta (uji Gunawan)
Tes pilocarpin
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
44/72
3) Pemeriksaan Bakteriologis
Spesimen : bubur jaringan
Ketentuan pengambilan sediaan adalahsebagai berikut:
- Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling
aktif- Kulit muka sebaiknya dihindari karena alasan
kosmetik, kecuali tidak ditemukan lesi ditempat lain
- Lokasi pengambilan sediaan apus untukpemeriksaanM.lepareialah:
Cuping telinga kiri/kanan
Dua sampai empat lesi kulit yang aktif di tempatlain
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
45/72
Cara pengambilan spesimen pada kusta:Tindakan aseptik antiseptik jepit dengankuat (iskemik) jaringan/kulit yang dijepitditoreh dengan skapel, sepanjang 5 mm dan
sedalam 2 mm putar scapel pisau putar 900,dikerok ke arah sebaliknya pada sisi lain lukatorehannya segera dihapuskan pada kacaobjek fiksasi dengan pemanasan
Preparat apusan dipulas dengan ZiehlNeelsen.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
46/72
Indeks Bakteri (IB)
Untuk menentukan tipe kusta dan mengevaluasi hasilpengobatan
skala logaritma Ridley :0 : Bila tidak ada BTA dalam 100 lapang pandang
+1 : Bila 1-10 BTA dalam 100 lapang pandang
+2 : Bila 1-10 BTA dalam 10 lapang pandang
+3 : Bila 1-10 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
+4 : Bila 11-100 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang+5 : Bila 101-1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
+6 : Bila >1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
47/72
Indeks Morfologi (IM)
FUNGSI :
Mengethaui daya penularan kuman
Menentukan resistensi terhadap obat
Menilai hasil pengobatan
IM = Jumlah BTA solid x 100%
Jumlah seluruh BTA
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
48/72
Pemeriksaan histopatologikdiagnosispenyakit kusta
Tipe TUBERKULOID = TUBERKLE (+)
Tipe LEPRAMATOSA = SEL VIRCHOUW (+)
Pemeriksaan serologikkegagalanpembiakan dan isolasiM.leprae
TATALAKSANA
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
49/72
TATALAKSANA
Regimen pengobatan kusta di Indonesia disesuaikan dengan
rekomendasi WHO (1995), yaitu program Multi Drug
Therapy(MDT) yaitu terdiri dari :
Rifampisin
Klofazimin (Lamprene)
DDS (Dapson/4,4-diamino-difenil-sulfon)Tujuan :
1.Mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat,
2.Mengurangi ketidaktaatan pasien
3.Menurunkan angka putus obat
4.Mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
50/72
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
51/72
Dapson
Bakteriostatikmenghambat enzim dihidrofolat sintatase
Dosis : - dewasa : 50-100 mg.hr
- anak : 2 mg/kgBB/hr
ES : erupsi obat, anemia hemolitik, leukopenia, insomnia,
hepatitis & methemoglobinemia.
Rifampisin
Bakterisidalmenghambat enzim polimerase RNA yang
berikatan secara irreversible
Dosis : 600 mg/hr
ES : hepatotoksik, nefrotoksik, gang. GI & erupsi kulit.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
52/72
Klofazimin
Bakteriostatik, antiinflamasi
Dosis : - dewasa : 50/100 mg/hr (3x seminggu)
- anak : 1 mg/kgBB/hr (setiap bulan)
ES : pigmentasi kulit, gang. GI (nyeri abdomen, diare,
anoreksia & vomitus)
Pengobatan berdasarkan klasifikasi kusta WHO :- Kusta paulibasilar (PB)
- Kusta multibasilar (MB)
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
53/72
#Kusta paulibasilar (PB)
# Kusta multibasilar (MB)
Obat & Dosis
MDTKusta PBDewasa AnakBB < 35 kg BB > 35 kg 10-14 thn
Rifampisin
(diawasi petugas)450 mg/bln 600 mg/bln 450 mg/bln
(12-15 mg/kgBB/bln)Dapson
(Swakelola)50 mg/hr
(1-2 mg/kgBB/hr)100 mg/hr 50 mg/hr
(1-2 mg/kgBB/hr)
Obat & Dosis
MDTKusta MBDewasa AnakBB < 35 kg BB > 35 kg 10-14 thn
Rifampisin
(diawasi petugas)450 mg/bln 600 mg/bln 450 mg/bln
(12-15 mg/kgBB/bln)Klofazimin 300 mg/bln (diawasi petugas)
dan dilanjutkan esok50 mg/hr (swakelola)
200 mg/bln (diawasi)
dan dilanjutkan esok50 mg/hr (swakelola)
Dapson
(Swakelola)50 mg/hr
(1-2 mg/kgBB/hr)100 mg/hr 50 mg/hr
(1-2 mg/kgBB/hr)
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
54/72
Obat Kusta Baru MDT-WHO adanya persisten, resistensi
rifampisin, lamanya pengobatan.
Obat baru harus memenuhi syarat bersifat bakterisidal kuat, tidak antagonisdengan obat yang sudah ada, aman,dan akseptabilitas penderita baik, dapat
diberikan per oral, sebaiknya diberikantidak lebih dari 1x sehari.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
55/72
Ofloksasinhambatan terhadap enzim
girase DNA mikobakterium. Dosis 400mg/hari
Minosiklin sifat lipopilik sehingga dapatmenembus dinding selM. leprae.
Menghambat sintesis protein. Dosis 100mg/hari
Klaritromisin aktivitas bakterisidal,Menghambat sintesis protein. Dosis 500
mg/hari.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
56/72
Putus obat Pada pasien kusta tipe PB yang tidak
minum obat sebanyak 4 dosis dari yangseharusnya maka dinyatakan DO,sedangkan pasien kusta tipe MB
dinyatakan DO bila tidak minum obat 12dosis dari yang seharusnya.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
57/72
Evaluasi pengobatan
1. Pasien PB yg telah menjalani pengobatan MDT
6 dosis (6-9 bulan) dinyatakan RFT tanpa
menjalani pemeriksaan lab.
2. Pasien MB yang telah mendapat pengobatanMDT 24 dosis (24-36bulan) dinyatakan
RFT tanpa menjalani pemeriksaan lab
3. RFT dapat dilaksanakan setelah dosis dipenuhi
tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
58/72
4. Masa pengamatan
Tipe PB selama 2 thn Tipe MB selama 5 thn tanpa diperlukan
pemeriksaan laboratorium
5. Hilang/Out of Control (OOC)Pasien PB maupun MB dinyatakan hilang
bilamana dalam 1 tahun tidak mengambil obat
dan dikeluarkan dari register pasien
6. Relaps (kambuh)
Bila lesi aktif kembali setelah pernah dinyatakan
sembuh atau RFT
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
59/72
RELAPS Kembalinya penyakit secara aktif pada penderita
yang sesungguhnya telah menyelesaikanpengobatan yang telah ditentukan dan karena itupengobatannya telah dihentikan oleh petugas.
Gambaran klinis:
Meluasnya lesi yang telah ada, menebal,eritematosa, infiltrat pada lesi yang sebelumnyahilang, lesi baru.
Penebalan/kekakuan saraf, saraf baru terkena
Ditemukan bakteri pada sebelumnya (-) atau (+)pada lesi baru
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
60/72
REAKSI KUSTA
Reaksi kusta
Menggambarkan keadaan mengenai berbagai gejala dan tandaradang akut lesi os kusta, yang dianggap sebagai kelaziman
pada perjalanan penyakit atau bagian komplikasi penyakit
kusta.
Komplikasi penyakit kusta :
- Komplikasi jaringan akibat invasi masif M.Leprae
- Komplikasi akibat reaksi- Komplikasi akibat imunitas yang menurun
- Komplikasi akibat kerusakan saraf
- Komplikasi disebabkan resisten terhadap obat antikusta
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
61/72
ETIOLOGI
Episode hipersensitivitas akut terhadap antigen basil
yang menimbulkan gangguan keseimbangan imunitasyang telah ada.
Faktor pencetus reaksi kusta :
- Setelah pengobatan antikusta yang intensif
- Infeksi rekuren
- Pembedahan
- Stres fisik
- Imunisasi
- Kehamilan
- Saat-saat setelah melahirkan
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
62/72
Tipe rekasi menurut hipersensitivitas yang
menyebabkannya :
Reaksi lepra 1hipersensitivitas selular
Reaksi lepra 2hipersensitivitas humoral
Reaksi lepra 3 (Fenomena Lucio) bentuk rekasi tipe 2
yang lebih berat.
Spektrum kusta menurut Ridley dan Jopling, terdapat 5
tipe yaitu :
1. TT
2. LL
3. BT
4. BB
5. BL
Bentuk polar
Imunitas stabil
Bentuk subpolarImunitas tidak stabil
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
63/72
Gambar spektrum kusta dalam hubungannya dengan jumlah
basil dan tingginya imunitas (SIS) :
Makin tinggi imunitas (SIS) yang dimiliki oleh os kusta,
semakin tinggi jumlah basil yang dikandungnya
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
64/72
Reaksi tipe 1
Menurut Jopling reaksi
lepra tipe 1 merupakan
delayed hypersensitivityreactionseperti halnya
reaksi hipersensitivitas tipe
IV menurut Coombs dan
Gell.
Terjadi akibat perubahankeseimbangan antara SIS
dan basil.
R k i i 2
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
65/72
Reaksi tipe 2 Disebut juga dengan nama
eritema nodosum keprosum
(ENL). Menurut Coombs dan Gell
reaksi lepra tipe 2
merupakan reaksi
hipersensitivitas tipe III.
Terjadi akibat reaksihumoral yang merupakan
manifestasi sindrom
kompleks imun.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
66/72
PENANGANAN REAKSI KUSTA
Tujuan penanganan reaksi kusta :- Mengatasi neuritis untuk mencegah agar tidak berkelanjutan
- Secepatnya dilakukan tindakan agar tidak terjadi kebutaan bila
mengenai mata
- Membunuh kuman penyebab agar penyakitnya tidak meluas
- Mengatasi rasa nyeri
Prinsip pengobatan reaksi kusta :1. Pemberian obat antireaksi
2. Istirahat / imobilisasi
3. Analgetik, sedatif untuk mengatasi nyeri
4. Obat antikusta diteruskan
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
67/72
Reaksi ringan
Nonmedikamentosa
Istirahat Imobilisasi
Rawat jalan
Medikamentosa
Aspirin 600-1200 mg tiap 4 jam (4-6 x sehari)
antinyeri dan antiradang Klorokuin 150 mg/hr (3x sehari)
E.S : ruam, fotosensitisasi,gang. GI, penglihatan & pendengaran
Antimon 2-3 ml
R.T 2 antinyeri sendi dan tulang
E.S : ruam, bradikardi, hipotensi.
Talidomid 400 mg/hr ( di 50 mg/hr)
R.T 2 melepaskan ketergantungan terhadap kortikosteroid
Reaksi berat
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
68/72
Reaksi berat
Nonmedikamentosa
Rujuk ke RS untuk perawatan
Medikamentosa Reaksi tipe 1kortikosteroid
Reaksi tipe 2klofazimin, talidomid dan kortikosteroid single / kombinasi
Cara pemberian kortikosteroid :
Dosis steroid dapat dimulai antara 30-80 mg prednison/hari dan diturunkan
5-10 mg/2 minggu, sbb :
2 minggu I : 30 mg/hr
2 minggu II : 20 mg/hr
2 minggu III : 15 mg/hr
2 minggu I V : 10 mg/hr
2 minggu V : 5 mg/ hr
Sebaiknya digunakan pada pagi hari
Fenomena Lucio
Rimfampisin
Diagnosis
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
69/72
gBanding
Lesi hipopigmentasi :
Vitiligo
Morfea
P.alba
P. versikolor
Lesi menimbul dan berwarna : Granuloma annulare
Lupus vulgaris
Lupus eritematosus
Tinea korporis Psoriasis
Drug eruption
Sifilis
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
70/72
Penebalan saraf tepi :
Familial hyperthropic interstitial neuritis
Reccurent or chronic progressive polyneuritis
Regional anestesia tanpa penebalan saraf :
Siringomieli Tabes
Neropati perifer
Histeria
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
71/72
PROGNOSIS Prognosis tergantung dari type kusta yang
diderita. Tipe BL biasanya sering melibatkankerusakan saraf yang cepat dan parah. .
Prognosis juga tergantung dari terapi pasien,kepatuhan pasien, ketepatan dan seberapacepat pasien melakukan terapi.
Kekambuhan terjadi pada 0.10-0.14% dari pasienpada 10 tahun pertama.
Dikarenakan penurunan sistem imun, kehamilan
dapat memicu relaps atau reaksi kembalipenyakit, khususnya jika pasien hamil lebih mudadari usia 40 tahun.
-
5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul
72/72
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusta ,Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.2003
2. Tim Penyusun, Editor Adhi Djuanda dkk.Diagnosis dan Penatalaksanaan Kusta. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. 1997.