Css Kusta Susin Ijul

download Css Kusta Susin Ijul

of 72

Transcript of Css Kusta Susin Ijul

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    1/72

    KUSTACRS

    PRESENTAN :

    Yaniar Susin

    Zulida Suryafitri

    PRECEPTOR :

    Deis H, dr. SpKK., M.Kes

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    2/72

    Identitas Pasien Nama : Tn.X

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Umur : 50 tahun Alamat : Subang

    Pekerjaan : Buruh tani

    Agama : Islam

    Suku Bangsa : Sunda Pendidikan Terakhir : SD

    Status Marital : Menikah

    Tanggal Pemeriksaan : 19 April 2013

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    3/72

    Anamnesis

    Keluhan Utama : Benjolan yang terasabaal di bagian wajah dan kedua tangan

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    4/72

    Anamnesis Khusus Sejak 3 bln yg lalu pasien mengeluh

    adanya benjolan yg terasa baal dibag.wajah & kedua tangan. Benjolan

    muncul secara perlahan, awalnyaberukuran kecil namun membesarsebesar koin. Keluhan benjolan iniawalnya hanya pd wajah, lalu menyebar

    hingga kedua tangan.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    5/72

    Keluhan disertai dgn rasa baal & kaku pdkedua tangannya, adanya pemendekanpd jari2 kedua tangan & terjadiperubahan pada bentuk hidungnya.

    Selain itu, pasien juga mengakui adanyakerontokan pd rambut, alis, dan bulu-buludi bag.tangannya, serta tdk adanyakeringat yg keluar, sehingga pasienmerasa kulitnya terasa kering.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    6/72

    Pasien menyangkal adanya perubahanwarna pada kulitnya, adanya keluhangatal dan rasa nyeri pada daerah yangterdapat benjolan. Tidak ada riwayatpengobatan tuberkulosis selama 6 bulanatau lebih. Keluhan ini baru pertama kali

    dialami oleh pasien.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    7/72

    Pasien menyatakan tidak ada tetanggadi sekitar rumahnya ataupun keluarganya

    yang mengidap sakit kusta maupunbatuk lama. Pasien belum pernahmelakukan pengobatan untukkeluhannya tersebut.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    8/72

    Pasien adalah seorang kepala keluargayang memiliki satu orang istri dan tigaorang anak.

    Pekerjaanya adalah buruh tani, denganpenghasilan yang kurang mencukupikebutuhan sehari-harinya.

    Pasien tinggal di lingkungan rumah yang

    padat penduduk dengan ventilasi rumahyang kurang baik.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    9/72

    PEMERIKSAAN FISIKSTATUS GENERALIS

    Kesadaran : komposmentis

    Keadaan umum : tampak sakit sedang

    Vital Sign

    TD : normal

    PR : normal RR : normal

    T : afebris

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    10/72

    Kepala Rambut : Alopecia (+)

    Wajah : Facies leonina (+)

    Mata : Konjungtiva tidak hiperemis, Sklera

    ikterik, Lagoftalmus +/+, alis dan bulu matamadarosis +/+, iridosiklitis -/-, gangguan

    visus -/-

    Hidung : saddle nose (+), sekret (-),

    epistaxis (-)

    Telinga : tidak ada kelainan

    Mulut : oral ulcer (-), nodus (-), laring dan

    faring: suara parau (+), hiperemis (+)

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    11/72

    Leher : KGB tidak membesar,

    Dada : Bentuk dan pergerakan simetris,

    ginekomastia -/- Paru-paru: VBS ki=ka, ronki (-), wheezing (-)

    Jantung S1,S2 normal, regular.

    Perut : Datar, lembut, hati dan limpa

    tidak teraba, Bising usus (+) normal Genital : Atrofi testis +/+

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    12/72

    Ekstrimitas :

    Atas : wrist drop +/+, pseudomutilasi +/+,

    claw hand +/+, atrofi tenar dan hipotenar+/+, kontraktur +/+

    Bawah : dalam batas normal

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    13/72

    Kelainan Saraf

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    14/72

    Motorik : Kekuatan otot menurun

    Atropi otot tenar, hipotenar, interphalang (+)

    SensorikPada daerah sekitar lesi :

    Sensasi raba menurun

    Sensasi suhu (panas dan dingin) menurun

    Autonomik Tes tinta gunawan : (+)

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    15/72

    Status Dermatologi

    Distribusi : Regional, asimetris

    Lokasi : ad regio wajah dan kedua tangan

    Karakteristik lesi :

    Jumlah multiple Discrete

    Bentuk irregular

    Ukuran lesi terkecil 0,5x0,5 cm3x4 cm

    Batas tegas

    Meninggi dengan kulit sekitarnya

    Kering

    Efloresensi : Nodul

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    16/72

    DIAGNOSIS BANDING

    Kusta (Morbus Hansen) tipe Lepromatosa

    Tuberkulosis kutis

    Granuloma Anulare

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    17/72

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    & USULAN PEMERIKSAAN

    Pemeriksaan Bakteriologi (Ziehl Nielsen)

    Pemeriksaan histopatologi

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    18/72

    DIAGNOSIS KERJA

    Morbus Hansentipe Lepromatosa

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    19/72

    Penatalaksanaan

    Umum :

    Penderita diberi penerangan bahwa

    penyakit yang diderita adalah penyakitkronis dan sebaiknya menghindari faktor

    pencetus dan jangan digaruk.

    Penderita juga diberi penerangan tentang

    cara pengobatan.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    20/72

    Khusus :

    Multibacillary Leprosy

    Rifampicin : 600mg 1 bulan 1x, supervised

    Dapsone : 100mg harian, self administrated

    Clofazimine : 300mg 1bulan 1x (supervised)

    dan 50mg harian (self administrated)

    Durasi : 12-15 bulan

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    21/72

    Prognosis

    Quo ad vitam : ad bonam

    Quo ad functionam : ad malam

    Quo ad sanationam : dubia ad malam

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    22/72

    DEFINISI

    Penyakit kronis yang disebabkan olehMycobacterium leprae (M. leprae) yang

    pertama menyerang saraf tepi selanjutnyadapat menyerang kulit, mukosa mulut,

    saluran nafas bagian atas, sistemretikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan

    testis kecuali susunan saraf pusat.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    23/72

    EPIDEMIOLOGI

    Daerah endemik : Tanggerang, Subang,Cirebon, Karawang, NTT, Papua, dll

    Frekuensi tertinggi pada kelompok dewasaialah umur 25-35 tahun, sedangkan padakelompok anak umur 10-12 tahun.

    Laki-laki >> wanita

    Sosiokenomi rendah >>

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    24/72

    ETIOLOGIOlehMycobacterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) berbentuk batang dengan ukuran 1-8 m, lebar

    0,20,5 m bersifat obligat intraselular ---- terutama jaringan

    yang bersuhu dingin, yaitu daerah akral denganvaskularisasi yang sedikit

    Kuman ini juga tidak dapat dikultur dalam mediabuatan. Hanya dapat dikultur di media hidupseperti binatang armadillo, footpad mouse

    Masa membelah diriM.leprae12-21 hari dan masa

    tunasnya antara 40 hari40 tahun.

    PATOGENESIS

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    25/72

    PATOGENESISM.lepraemasuk kedalam tubuh dari kulit yang lecet pada

    bagian tubuh yang bersuhu dingin atau melalui mukosanafas (M.lepraeterutama terdapat pada sel makrofag disekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel

    schwann di jaringan saraf)

    tubuh akan bereaksi mengeluarkan makrofag (berasaldari sel monosit darah, sel mononuklear, histiosit) untuk

    memfagositnya.

    Respons tubuh setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat imunitas selular (cellular

    mediated immune) pasien

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    26/72

    Tipe kusta bergantung pada CMI

    LL

    CMI rendahmakrofag tidak

    mampumenghancurkankuman sehingga

    kuman dapat

    bermultiplikasidengan bebas

    dalam makrofag SEL VIRCHOUW

    yang kemudiandapat merusak

    jaringan.

    TT

    CMI tinggi makrofag sanggupmenghancurkan kuman makrofagakan berubah menjadi sel epiteloidyang tidak bergerak aktif dan bersatumembentuk sel datia Langhans TUBERKEL

    Bila infeksi ini tidak segera diatasi akanterjadi reaksi berlebihan dan masaepiteloid akan menimbulkan kerusakansaraf dan jaringan di sekitarnya.

    KLASIFIKASI

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    27/72

    # Klasifikasi Madrid (1953)

    Indeterminate (I)

    Tuberkuloid (T)

    Borderline-Dimorphous (B)

    Lepromatosa (L)

    # Klasifikasi Ridley dan Jopling (1962):

    Tipe TT (tuberkuloid)

    BT (borderline tuberculoid) BB (mid borderline)

    BL (borderline lepromatous)

    LL (lepromatosa)

    KLASIFIKASI

    KLASIFIKASI

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    28/72

    # Klasifikasi WHO (1981) dan Modifikasi

    WHO (1983)Tipe Pause Basiler (PB)

    Hanya kusta tipe I, TT dan sebagian besar BTmenurut kriteria Ridley dan Jopling

    Tipe I dan T menurut klasifikasi Madrid tipe kusta dengan BTA negatif

    Multi Basiler (MB)

    Kusta tipe LL, BL, BB dan sebagian BT menurutkriteria Ridley dan Jopling

    B dan L menurut Madrid

    semua tipe kusta dengan BTA positif

    KLASIFIKASI

    MAN KLINIK

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    29/72

    Kusta Pausibasilar (PB)

    1) Bercak putih seperti panu

    yang mati rasa, artinyabila bercak putih tersebutdisentuh dengan kapas,maka kulit tidakmerasakan sentuhan

    tersebut.2) Permukaan bercak

    kering dan kasar

    3) Permukaan bercak tidakberkeringat

    4) Batas (pinggir) bercakterlihat jelas dan seringada bintil-bintil kecil.

    MAN.KLINIK

    MAN KLINIK

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    30/72

    Kusta Multibasilar (MB)

    1. Bercak putih kemerahanyang tersebar satu-satuatau merata diseluruhkulit badan.

    2. Terjadi penebalan danpembengkakan padabercak.

    3. Pada permukaanbercak, sering ada rasabila disentuh dengankapas.

    4. Pada permulaan tandadari tipe kusta basahsering terdapat padacuping telinga danmuka.

    MAN.KLINIK

    MAN KLINIK

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    31/72

    Klasifikasi PB dan MB berdasarkan WHO (1995)

    Tipe PB Tipe MB

    1. Lesi kulit

    (makula datar, papul yang

    meninggi, nodus)

    1-5 lesi

    Hipopigmentasi/erite

    ma

    Distribusi tidak

    simetris Hilangnya sensasi

    yang jelas

    >5 lesi

    Distribusi lebih

    simetris

    Hilangnya sensasi

    2. Kerusakan kulit

    (menyebabkan hilangnya

    sensasi/kelemahan ototyang dipersarafi oleh

    saraf yang terkena)

    Hanya satu cabang

    saraf

    Banyak cabang

    saraf

    MAN.KLINIK

    Perbedaan Tipe PB dan MB

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    32/72

    Perbedaan Tipe PB dan MBBerdasarkan P2MPLP

    Kelainan kulit dan hasilpemeriksaan bakteriologis

    Tipe PB Tipe MB

    1. Bercak (Makula)

    a. Jumlahb. Ukuranc. Distribusid. Permukaane. Batasf. Gangguan sensibilitasg. Kehilangan kemampuanberkeringat, bulu rontok padabercak

    1-5Kecil dan BesarUnilateral/Bilateral AsimetrisKering dan kasarTegasSelalu ada dan jelasBercak tidak berkeringat, ada bulurontok pada bercak

    BanyakKecil-kecilBilateral, simetrisHalus, berkilatKurang tegasBiasanya tidak jelas, jika ada,terjadi pada yang sudah lanjutBercak masih berkeringat, bulutidak rontok

    2. Infiltrata. Kulitb.Membrana mukosa (hidungtersumbat pendarahan dihidung)

    Tidak adaTidak pernah ada

    Ada, kadang-kadang tidakadaAda, kadang-kadang tidakada

    3. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada

    4. Penebalan Saraf Tepi Lebih sering terjadi dini, asimetris Terjadi pada yang lanjutbiasanya lebih dari satu dansimetris

    5. Deformitas (cacat) Biasanya asimetris terjadi dini Terjadi pada stadium lanjut6. Sediaan apus BTA negatif BTA positif7. Ciri-ciri khusus Central healing penyembuhan di

    tengahPunched out lesion (lesi sepertikue donat), madarosis,

    ginekomastia, hidung pelana,suara sengau

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    33/72

    Predileksi Lesi Kulit tubuh yang relatif lebih dingin (muka, hidung,

    telinga, dll) Kerusakan saraf saraf tepi yang superfisial.

    N. fasialis lagoftalmus N. trigeminus anestesi kornea N. aurikularis magnus N.radialisdrop wrist N.ulnaris claw hand N. medianus N. peroneus komunis drop foot N. tibialis posterior claw toes

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    34/72

    Tipe Lepramatosa

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    35/72

    CLAW HAND

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    36/72

    Kulit: lesi membesar, jumlah bertambah,ulserasi, eritematosa, infiltrat atau nodus

    Saraf : nyeri, gangguan fungsibertambah, jumlah saraf yang terkenabertambah

    Manifestasi Penyakit KustaMasih Aktif

    Kulit : atrofi, keriput, non-repigmentasidan bulu hilang

    Saraf : mati rasa persisen, paralisis,kontraktur dan atrofi otot

    Tanda sisa penyakitkusta

    DIAGNOSIS

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    37/72

    Menurut WHO (1995), diagnosis kusta ditegakkan bila

    terdapat satu dari tanda kardinal berikut:

    1) Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitasLesi kulit : bercak t tunggal atau multiple;

    hipopigmentasi/ eritema/ berwarna tembaga. Lesi

    dapat bervariasi tetapi umumnya berupa makula, papul,

    atau nodul

    Kehilangan sensibilitas pada lesi kulit (anesthesi)

    2) Penebalan saraf tepi

    Dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpagangguan fungsi saraf yangterkena, yaitu:

    a. Gangguan fungsi sensoris : mati rasab. Gangguan fungsi motoris : paresis atau paralisis

    c. Gangguan fungsi otonom : kulit kering, retak, edema,pertumbuhan rambut yang terganggu

    3) BTA positif pada jaringan kulit

    DIAGNOSIS

    PEMERIKSAAN

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    38/72

    1) Anamnesis- Keluhan pasien : bercak mati rasa atau

    keluhan-keluhan pada kriteria diagnosis

    - Riwayat kontak dengan pasien- Asal daerah atau pernah tinggal di daerah

    endemis

    - Pengobatan yang sudah pernah didapat

    - Latar belakang keluarga, misalnya keadaansosial ekonomi

    PEMERIKSAAN

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    39/72

    2) Pemeriksaan Klinis

    # Inspeksi

    a) Semua kelainan kulit di seluruh tubuhdiperhatikan, seperti adanya makula, nodul,

    jaringan parut, kulit yang keriput, penebalan

    kulit

    b) Pasien diminta memejamkan mata,menggerakkan mulut, bersiul, dan tertawa

    untuk mengetahui fungsi saraf wajah.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    40/72

    Wajah : Fasies leonina

    Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai

    kebutaan Hidung: epistaksis, hidung pelana

    Tulang dan sendi : absorbsi, mutilasi, artritis

    Lidah : ulkus, nodus

    Larings: suara parau Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi

    Kelenjar limfe : limfadenitis

    Rambut : alopesia dan madarosis

    Ginjal : glomerulonefritis, amiloidosis ginjal,

    pielonefritis, nefritis interstitial

    Ekstrimitas : ulkus

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    41/72

    # Pemeriksaan Sensasi

    Pemeriksaan sensibilitas pada lesi kulit denganmenggunakan kapas (rasa raba), jarum pentul

    yang tajam dan tumpul (rasa nyeri), serta air

    panas dan dingin dalam tabung reaksi (rasa

    suhu)

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    42/72

    # Pemeriksaan saraf tepi dan fungsi

    N. Fasialis : lagoftalmos, mulut mencong N. Trigeminus : anestesi kornea

    N. Aurikularis magnus

    N. Radialis : tangan lunglai (drop wrist)

    N. Ulnaris : anestesi dan paresis/paralisis otot tanganjari V dan sebagian jari IV

    N. Medianus : anestesi dan paresis/paralisis otottangan jari I, II, III dan sebagian jari IV.

    Kerusakan N. Ulnaris dan N. Medianusmenyebabkan jari kiting (clow toes) dan tangancakar (claw hand)

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    43/72

    N. Peroneus komunis : kaki semper (drop foot)

    N. Peroneus lateralis

    N. Tibialis posterior : mati rasa telapak kaki danjari kitting (claw toes)

    # Pemeriksaan fungsi saraf otonomyaitu memeriksa ada tidaknya kekeringan pada

    lesi (makula anestesi) akibat tidak berfungsinyakelenjar keringat dengan menggunakan:

    Tes dengan pensil tinta (uji Gunawan)

    Tes pilocarpin

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    44/72

    3) Pemeriksaan Bakteriologis

    Spesimen : bubur jaringan

    Ketentuan pengambilan sediaan adalahsebagai berikut:

    - Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling

    aktif- Kulit muka sebaiknya dihindari karena alasan

    kosmetik, kecuali tidak ditemukan lesi ditempat lain

    - Lokasi pengambilan sediaan apus untukpemeriksaanM.lepareialah:

    Cuping telinga kiri/kanan

    Dua sampai empat lesi kulit yang aktif di tempatlain

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    45/72

    Cara pengambilan spesimen pada kusta:Tindakan aseptik antiseptik jepit dengankuat (iskemik) jaringan/kulit yang dijepitditoreh dengan skapel, sepanjang 5 mm dan

    sedalam 2 mm putar scapel pisau putar 900,dikerok ke arah sebaliknya pada sisi lain lukatorehannya segera dihapuskan pada kacaobjek fiksasi dengan pemanasan

    Preparat apusan dipulas dengan ZiehlNeelsen.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    46/72

    Indeks Bakteri (IB)

    Untuk menentukan tipe kusta dan mengevaluasi hasilpengobatan

    skala logaritma Ridley :0 : Bila tidak ada BTA dalam 100 lapang pandang

    +1 : Bila 1-10 BTA dalam 100 lapang pandang

    +2 : Bila 1-10 BTA dalam 10 lapang pandang

    +3 : Bila 1-10 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang

    +4 : Bila 11-100 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang+5 : Bila 101-1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang

    +6 : Bila >1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    47/72

    Indeks Morfologi (IM)

    FUNGSI :

    Mengethaui daya penularan kuman

    Menentukan resistensi terhadap obat

    Menilai hasil pengobatan

    IM = Jumlah BTA solid x 100%

    Jumlah seluruh BTA

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    48/72

    Pemeriksaan histopatologikdiagnosispenyakit kusta

    Tipe TUBERKULOID = TUBERKLE (+)

    Tipe LEPRAMATOSA = SEL VIRCHOUW (+)

    Pemeriksaan serologikkegagalanpembiakan dan isolasiM.leprae

    TATALAKSANA

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    49/72

    TATALAKSANA

    Regimen pengobatan kusta di Indonesia disesuaikan dengan

    rekomendasi WHO (1995), yaitu program Multi Drug

    Therapy(MDT) yaitu terdiri dari :

    Rifampisin

    Klofazimin (Lamprene)

    DDS (Dapson/4,4-diamino-difenil-sulfon)Tujuan :

    1.Mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat,

    2.Mengurangi ketidaktaatan pasien

    3.Menurunkan angka putus obat

    4.Mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    50/72

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    51/72

    Dapson

    Bakteriostatikmenghambat enzim dihidrofolat sintatase

    Dosis : - dewasa : 50-100 mg.hr

    - anak : 2 mg/kgBB/hr

    ES : erupsi obat, anemia hemolitik, leukopenia, insomnia,

    hepatitis & methemoglobinemia.

    Rifampisin

    Bakterisidalmenghambat enzim polimerase RNA yang

    berikatan secara irreversible

    Dosis : 600 mg/hr

    ES : hepatotoksik, nefrotoksik, gang. GI & erupsi kulit.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    52/72

    Klofazimin

    Bakteriostatik, antiinflamasi

    Dosis : - dewasa : 50/100 mg/hr (3x seminggu)

    - anak : 1 mg/kgBB/hr (setiap bulan)

    ES : pigmentasi kulit, gang. GI (nyeri abdomen, diare,

    anoreksia & vomitus)

    Pengobatan berdasarkan klasifikasi kusta WHO :- Kusta paulibasilar (PB)

    - Kusta multibasilar (MB)

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    53/72

    #Kusta paulibasilar (PB)

    # Kusta multibasilar (MB)

    Obat & Dosis

    MDTKusta PBDewasa AnakBB < 35 kg BB > 35 kg 10-14 thn

    Rifampisin

    (diawasi petugas)450 mg/bln 600 mg/bln 450 mg/bln

    (12-15 mg/kgBB/bln)Dapson

    (Swakelola)50 mg/hr

    (1-2 mg/kgBB/hr)100 mg/hr 50 mg/hr

    (1-2 mg/kgBB/hr)

    Obat & Dosis

    MDTKusta MBDewasa AnakBB < 35 kg BB > 35 kg 10-14 thn

    Rifampisin

    (diawasi petugas)450 mg/bln 600 mg/bln 450 mg/bln

    (12-15 mg/kgBB/bln)Klofazimin 300 mg/bln (diawasi petugas)

    dan dilanjutkan esok50 mg/hr (swakelola)

    200 mg/bln (diawasi)

    dan dilanjutkan esok50 mg/hr (swakelola)

    Dapson

    (Swakelola)50 mg/hr

    (1-2 mg/kgBB/hr)100 mg/hr 50 mg/hr

    (1-2 mg/kgBB/hr)

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    54/72

    Obat Kusta Baru MDT-WHO adanya persisten, resistensi

    rifampisin, lamanya pengobatan.

    Obat baru harus memenuhi syarat bersifat bakterisidal kuat, tidak antagonisdengan obat yang sudah ada, aman,dan akseptabilitas penderita baik, dapat

    diberikan per oral, sebaiknya diberikantidak lebih dari 1x sehari.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    55/72

    Ofloksasinhambatan terhadap enzim

    girase DNA mikobakterium. Dosis 400mg/hari

    Minosiklin sifat lipopilik sehingga dapatmenembus dinding selM. leprae.

    Menghambat sintesis protein. Dosis 100mg/hari

    Klaritromisin aktivitas bakterisidal,Menghambat sintesis protein. Dosis 500

    mg/hari.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    56/72

    Putus obat Pada pasien kusta tipe PB yang tidak

    minum obat sebanyak 4 dosis dari yangseharusnya maka dinyatakan DO,sedangkan pasien kusta tipe MB

    dinyatakan DO bila tidak minum obat 12dosis dari yang seharusnya.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    57/72

    Evaluasi pengobatan

    1. Pasien PB yg telah menjalani pengobatan MDT

    6 dosis (6-9 bulan) dinyatakan RFT tanpa

    menjalani pemeriksaan lab.

    2. Pasien MB yang telah mendapat pengobatanMDT 24 dosis (24-36bulan) dinyatakan

    RFT tanpa menjalani pemeriksaan lab

    3. RFT dapat dilaksanakan setelah dosis dipenuhi

    tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    58/72

    4. Masa pengamatan

    Tipe PB selama 2 thn Tipe MB selama 5 thn tanpa diperlukan

    pemeriksaan laboratorium

    5. Hilang/Out of Control (OOC)Pasien PB maupun MB dinyatakan hilang

    bilamana dalam 1 tahun tidak mengambil obat

    dan dikeluarkan dari register pasien

    6. Relaps (kambuh)

    Bila lesi aktif kembali setelah pernah dinyatakan

    sembuh atau RFT

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    59/72

    RELAPS Kembalinya penyakit secara aktif pada penderita

    yang sesungguhnya telah menyelesaikanpengobatan yang telah ditentukan dan karena itupengobatannya telah dihentikan oleh petugas.

    Gambaran klinis:

    Meluasnya lesi yang telah ada, menebal,eritematosa, infiltrat pada lesi yang sebelumnyahilang, lesi baru.

    Penebalan/kekakuan saraf, saraf baru terkena

    Ditemukan bakteri pada sebelumnya (-) atau (+)pada lesi baru

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    60/72

    REAKSI KUSTA

    Reaksi kusta

    Menggambarkan keadaan mengenai berbagai gejala dan tandaradang akut lesi os kusta, yang dianggap sebagai kelaziman

    pada perjalanan penyakit atau bagian komplikasi penyakit

    kusta.

    Komplikasi penyakit kusta :

    - Komplikasi jaringan akibat invasi masif M.Leprae

    - Komplikasi akibat reaksi- Komplikasi akibat imunitas yang menurun

    - Komplikasi akibat kerusakan saraf

    - Komplikasi disebabkan resisten terhadap obat antikusta

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    61/72

    ETIOLOGI

    Episode hipersensitivitas akut terhadap antigen basil

    yang menimbulkan gangguan keseimbangan imunitasyang telah ada.

    Faktor pencetus reaksi kusta :

    - Setelah pengobatan antikusta yang intensif

    - Infeksi rekuren

    - Pembedahan

    - Stres fisik

    - Imunisasi

    - Kehamilan

    - Saat-saat setelah melahirkan

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    62/72

    Tipe rekasi menurut hipersensitivitas yang

    menyebabkannya :

    Reaksi lepra 1hipersensitivitas selular

    Reaksi lepra 2hipersensitivitas humoral

    Reaksi lepra 3 (Fenomena Lucio) bentuk rekasi tipe 2

    yang lebih berat.

    Spektrum kusta menurut Ridley dan Jopling, terdapat 5

    tipe yaitu :

    1. TT

    2. LL

    3. BT

    4. BB

    5. BL

    Bentuk polar

    Imunitas stabil

    Bentuk subpolarImunitas tidak stabil

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    63/72

    Gambar spektrum kusta dalam hubungannya dengan jumlah

    basil dan tingginya imunitas (SIS) :

    Makin tinggi imunitas (SIS) yang dimiliki oleh os kusta,

    semakin tinggi jumlah basil yang dikandungnya

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    64/72

    Reaksi tipe 1

    Menurut Jopling reaksi

    lepra tipe 1 merupakan

    delayed hypersensitivityreactionseperti halnya

    reaksi hipersensitivitas tipe

    IV menurut Coombs dan

    Gell.

    Terjadi akibat perubahankeseimbangan antara SIS

    dan basil.

    R k i i 2

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    65/72

    Reaksi tipe 2 Disebut juga dengan nama

    eritema nodosum keprosum

    (ENL). Menurut Coombs dan Gell

    reaksi lepra tipe 2

    merupakan reaksi

    hipersensitivitas tipe III.

    Terjadi akibat reaksihumoral yang merupakan

    manifestasi sindrom

    kompleks imun.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    66/72

    PENANGANAN REAKSI KUSTA

    Tujuan penanganan reaksi kusta :- Mengatasi neuritis untuk mencegah agar tidak berkelanjutan

    - Secepatnya dilakukan tindakan agar tidak terjadi kebutaan bila

    mengenai mata

    - Membunuh kuman penyebab agar penyakitnya tidak meluas

    - Mengatasi rasa nyeri

    Prinsip pengobatan reaksi kusta :1. Pemberian obat antireaksi

    2. Istirahat / imobilisasi

    3. Analgetik, sedatif untuk mengatasi nyeri

    4. Obat antikusta diteruskan

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    67/72

    Reaksi ringan

    Nonmedikamentosa

    Istirahat Imobilisasi

    Rawat jalan

    Medikamentosa

    Aspirin 600-1200 mg tiap 4 jam (4-6 x sehari)

    antinyeri dan antiradang Klorokuin 150 mg/hr (3x sehari)

    E.S : ruam, fotosensitisasi,gang. GI, penglihatan & pendengaran

    Antimon 2-3 ml

    R.T 2 antinyeri sendi dan tulang

    E.S : ruam, bradikardi, hipotensi.

    Talidomid 400 mg/hr ( di 50 mg/hr)

    R.T 2 melepaskan ketergantungan terhadap kortikosteroid

    Reaksi berat

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    68/72

    Reaksi berat

    Nonmedikamentosa

    Rujuk ke RS untuk perawatan

    Medikamentosa Reaksi tipe 1kortikosteroid

    Reaksi tipe 2klofazimin, talidomid dan kortikosteroid single / kombinasi

    Cara pemberian kortikosteroid :

    Dosis steroid dapat dimulai antara 30-80 mg prednison/hari dan diturunkan

    5-10 mg/2 minggu, sbb :

    2 minggu I : 30 mg/hr

    2 minggu II : 20 mg/hr

    2 minggu III : 15 mg/hr

    2 minggu I V : 10 mg/hr

    2 minggu V : 5 mg/ hr

    Sebaiknya digunakan pada pagi hari

    Fenomena Lucio

    Rimfampisin

    Diagnosis

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    69/72

    gBanding

    Lesi hipopigmentasi :

    Vitiligo

    Morfea

    P.alba

    P. versikolor

    Lesi menimbul dan berwarna : Granuloma annulare

    Lupus vulgaris

    Lupus eritematosus

    Tinea korporis Psoriasis

    Drug eruption

    Sifilis

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    70/72

    Penebalan saraf tepi :

    Familial hyperthropic interstitial neuritis

    Reccurent or chronic progressive polyneuritis

    Regional anestesia tanpa penebalan saraf :

    Siringomieli Tabes

    Neropati perifer

    Histeria

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    71/72

    PROGNOSIS Prognosis tergantung dari type kusta yang

    diderita. Tipe BL biasanya sering melibatkankerusakan saraf yang cepat dan parah. .

    Prognosis juga tergantung dari terapi pasien,kepatuhan pasien, ketepatan dan seberapacepat pasien melakukan terapi.

    Kekambuhan terjadi pada 0.10-0.14% dari pasienpada 10 tahun pertama.

    Dikarenakan penurunan sistem imun, kehamilan

    dapat memicu relaps atau reaksi kembalipenyakit, khususnya jika pasien hamil lebih mudadari usia 40 tahun.

  • 5/28/2018 Css Kusta Susin Ijul

    72/72

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kusta ,Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia. Jakarta.2003

    2. Tim Penyusun, Editor Adhi Djuanda dkk.Diagnosis dan Penatalaksanaan Kusta. Balai

    Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia, Jakarta. 1997.