CHF Ec Old Anterior MI

download CHF Ec Old Anterior MI

of 25

description

Congestive heart failure

Transcript of CHF Ec Old Anterior MI

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    1/25

    0

    LAPORAN KASUS DIAGNOSTIK

    Laki-laki 59 Tahun denganCHF Func tio nal NYHA IIIet causa Old An terior MI

    Oleh:

    Lanjar Raharjoyo

    Pembimbing:

    dr. M. Arif Nugroho, SpJP

    Departemen Kardiologi dan Kedokteran VaskularFakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

    Rumah Sakit Umum Pusat Dr. KariadiSemarang

    2014

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    2/25

    1

    ABSTRAK

    Gagal jantung merupakan sindroma klinis sebagai stadium akhir dari

    berbagai penyakit yang menyerang organ jantung. Manifestasi utamanya

    adalah sesak nafas dan fatique, yang membatasi aktifitas fisik, serta timbunan

    cairan, yang menimbulkan kongesti paru dan edema perifer. Selama dekade

    terakhir, gagal jantung telah menjadi masalah kesehatan yang utama di Negara

    barat karena tingginya prevalensi, buruknya prognosis, dan beban biaya

    kesehatan yang sangat besar.

    Sebagai ilustrasi kasus, seorang laki-laki datang ke RSDK dengan

    keluhan sesak nafas saat istirahat dan aktivitas sejak 2 hari SMRS, PND (+),

    OP (+), batuk (+) dahak warna bening. Demam, nyeri dada disangkal. Tiga

    setengah tahun SMRS mengalami serangan jantung, dilakukan kateterisasi,

    sudah dipasang stent. Sejak itu pasien merasa sering sesak bila melakukan

    aktivitas berat. Faktor resiko PJK adalah ex smoker dan hipertensi. Dari

    pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda gagal jantung kongestif. Dari

    laboratorium didapatkan hiperurisemia. Dari pemeriksaan thoraks didapatkan

    gambaran kardiomegali (LV) dan elongatio aorta. Dari EKG didapatkan

    gambaran sinus rythym, LAD, dan poor r wave progression. Pasien kami

    diagnosis kerja dengan CHF functional NYHA class III ec Old Anterior MI dd

    HHD.

    Keywords: gagal jantung, old myocard infark, dyspnea

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    3/25

    2

    PENDAHULUAN

    Gagal jantung merupakan sindroma klinis sebagai stadium akhir dari

    berbagai penyakit yang menyerang organ jantung. Manifestasi utamanya

    adalah sesak nafas dan fatique, yang membatasi aktifitas fisik, serta

    timbunan cairan, yang menimbulkan kongesti paru dan edema perifer. 1,2

    Selama dekade terakhir, gagal jantung telah menjadi masalah kesehatan

    yang utama di Negara barat karena tingginya prevalensi, buruknya

    prognosis, dan beban biaya kesehatan yang sangat besar. Kurang lebih 1-

    2 % penduduk di Negara maju menderita gagal jantung, dengan

    prevalensi meningkat sampai 10% pada usia 70 tahun keatas.

    Prognosisnya sama buruknya dengan kanker dengan rata-rata survival

    adalah 2.3 tahun untuk pria dan 1.8 tahun untuk wanita setelah episode

    pertama dari gagal jantung. Tingginya angka masa perawatan di rumah

    sakit (RS), kekambuhan serta pengobatan rutin pada penderita rawat jalan

    di Amerika Serikat (AS) menghabiskan 39 miliar dolar per tahunnya. 3Di

    Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dengan 968.997

    responden di 440 kabupatendari 33 provinsi menunjukkan bahwa

    prevalensi penyakit jantung pada populasi umur 15 tahun keatas sebesar

    9,2% dengan proporsi penderita gagal jantung berdasarkan gejala adalah

    sebesar 0,31%. Prevalensi penyakit gagal jantung diperkirakan akan

    menyamai proporsi di Negara maju disebabkan oleh meningkatnya factor

    utama penyebab dan resiko gagal jantung seperti penyakit jantung

    koroner, hipertensi, serta kencing manis atau diabetes mellitus (DM).4

    TUJUAN

    Tujuan dari laporan kasus ini untuk mengulas cara menegakkan diagnosis

    penyakit gagal jantung akibat penyakit jantung koroner dengan modalitas

    pemeriksaan dasar (anamnesis, pemeriksaan fisik, EKG, X-foto thorax,

    laboratorium darah)

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    4/25

    3

    ILUSTRASI KASUS

    A. Identitas Pasien:

    Nama : Tn. MJ

    Umur : 59 tahun

    Alamat : Peterongan, Kota Semarang

    Agama : Katolik

    Pendidikan : SMP

    Pekerjaan : Pensiunan

    MRS : 20 Agustus 2014

    Jaminan : BPJS Non PBI

    B. Anamnesis: (24 Agustus 2014)

    Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan aloanamnesis

    dengan istri pasien

    Keluhan utama: sesak nafas

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Sejak 2 hari SMRS pasien mengeluh sesak nafas saat

    beraktivitas ringan seperti mandi atau bicara agak lama. Sering

    terbangun saat tidur malam karena sesak, lebih nyaman tidur

    dengan 2 bantal, kaki tidak bengkak, batuk disertai dahak putih

    jernih. Demam disangkal. Nyeri dada, pingsan, berdebar-debar

    disangkal. Aktivitas berlebih disangkal, minum obat secara teratur,

    pasien mengaku banyak minum akhir-akhir ini.

    Tiga setengah tahun SMRS mengalami serangan jantung.

    Dibawa di RSDK dan dirawat inap. Sudah dilakukan kateterisasi

    dan menjalani pemasangan stent. Sejak itu rutin periksa di poli

    jantung RSDK. Tidak pernah nyeri dada sejak itu. Namun pasien

    sering merasa sesak saat beraktivitas agak berat seperti naik

    tangga 2 lantai, berkurang dengan istirahat dan mengeluh

    gampang capek. Tidak sering terbangun di malam hari karena

    sesak, kaki tidak bengkak.

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    5/25

    4

    Faktor Resiko PJK:

    Riwayat Hipertensi terkontrol dengan obat

    Diabetes melitus disangkal

    Family History (+)

    Riwayat dislipidemia terkontrol dengan obat

    Riwayat Merokok (+) sudah berhenti sejak Januari 2011

    Riwayat Penyakit Dahulu:

    Stroke disangkal

    Alergi disangkal

    Asma disangkal

    Riwayat sakit maag

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Ibu kandung dikatakan menderita sakit jantung sejak usia 60

    tahun, rutin berobat ke dokter, meninggal saat usia 70 tahun.

    Riwayat Sosial Ekonomi:

    Pasien adalah pensiunan PNS, memiliki 4 orang anak yang sudah

    mandiri. Biaya pengobatan ditanggung BPJS Non PBI.

    C. Pemeriksaan Fisik:(24 Agustus 2014)

    Keadaan Umum:

    Berat badan : 56 kg

    Tinggi badan : 165 cm Body mass index: 20,56 kg/m2

    Kesadaran:

    Compos mentis

    Tanda Vital: (di bangsal)

    Tekanan darah: 110/70

    Nadi:

    o Frekuensi: 98 kali/menit

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    6/25

    5

    o Irreguler

    Pernafasan: 20 kali/menit

    Saturasi O2: 100%

    Suhu: 36,2 oC

    Mata:

    Konjungtiva anemis - | -

    Sklera ikterik - | -

    Leher:

    JVP = R + 3 cmH2O

    Hepatojugular reflux(+)

    Dada:

    Jantung:

    o Inspeksi : ictus cordistidak tampak

    o Palpasi:

    - Ictus cordis teraba di spatium intercostal VI, 2 cm

    lateral garis midclaviculakiri

    - Apeks bergeser ke lateral

    o Perkusi : konfigurasi jantung kesan melebar

    o Auskultasi:

    - S1 normal

    - S2 normal

    - Pansystolic murmur,grade3/6,punctum maximum di

    apeks, menjalar ke lateral

    - Pansystolic murmur,grade3/6,punctum maximum di

    LLSB, meningkat dengan inspirasi.- Gallop (-)

    Paru:

    o Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis

    o Palpasi : stem fremituskanan = kiri

    o Perkusi : sonor seluruh lapangan paru

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    7/25

    6

    o Auskultasi:

    - Suara dasar vesikuler

    - Suara tambahan: ronki basah halus di basal kedua

    paru

    Abdomen:

    Inspeksi : datar

    Palpasi:

    o Supel

    o Hepar teraba 2 cm di bawah arcus costae

    Perkusi:

    o Pekak alih (-)

    o Pekak sisi (-)

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Ekstremitas:

    Akral hangat +/+

    Edema tungkai -/-

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    8/25

    7

    D. Pemeriksaan Tambahan:

    Elektrokardiografi (EKG): (24 Agustus 2014)

    Deskripsi EKG:

    Irama sinus

    Rate: 100 kali/menit

    Aksis: Left axis deviation

    Gelombang P: Negatif terminal force di V1

    Interval PR: 0,16 detik

    Durasi QRS:0,08 detik

    Morfologi QRS: Poor r wave progression

    Kesan EKG: irama sinus, LAD, LAE, Old Anterior MI

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    9/25

    8

    Foto toraks PA/Lateral : (24 Agustus 2014)

    Kesan foto toraks PA/Lateral:

    CTR 58,32 %

    Elongasi aorta (+)

    Segmen pulmonal tidak menonjol

    Pinggang jantung (+)

    Apeks ke lateral downward

    Retrocardiac space menyempit

    Kesan foto toraks : kardiomegali (LV), elongatio aorta

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    10/25

    9

    Hasil laboratorium: (20 Agustus 2014)

    PEMERIKSAAN HASIL SATUANNILAI

    NORMALKET.

    HEMATOLOGI

    Hemoglobin 15,9 gr% 13-16 -

    Hematokrit 46,3 % 40-54 -

    Eritrosit 5,1 juta/mmk 4,5-6,5 -

    MCH 31,5 Pg 27-32 -

    MCV 91,7 fL 76-96 -

    MCHC 34,3 g/dL 29-36 -

    Lekosit 10,27 ribu/mmk 4-11 -

    Trombosit 315,4 ribu/mmk 150-400 -RDW 18,3 % 11,6-14,8 H

    MPV 8,6 fL 4-11 -

    KIMIA KLINIK

    Glukosa sewaktu 111 mg/dl 80-160 -

    Ureum 45 mg/dl 15-39 H

    Creatinin 1,06 mg/dl 0,6-1,3 -

    Natrium 134,1 mmol/L 136-145 L

    Kalium 3,7 mmol/L 3,5-5,1 -

    Chlorida 100,7 mmol/L 98-107 -

    Calcium 2,29 mmol/L 2,12-2,52 -

    Magnesium 0,90 mmol/L 0,74-0,99 -

    HEMATOLOGI

    KIMIA KLINIK

    Gula Darah + Reduksi

    Glukosa Puasa 75 mg/dl

    Pengelolaan DM:

    80-109 : Baik

    110-125 : Sedang

    >=126 : Buruk

    Reduksi I

    Gula 2PP + Reduksi

    Glukosa PP 2 jam 90 mg/dl

    Pengelolaan DM:

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    11/25

    10

    80-140 : Baik

    145-179 : Sedang

    >=180 : Buruk

    Reduksi IIAsam urat 12,5 mg/dl 2,60-7,2 H

    Cholesterol 110 mg/dl 50-200 -

    Trigliserida 69 mg/dl 30-150 -

    HDL Cholesterol 30 mg/dl 35-60 L

    LDL Cholesterol 73 mg/dl 62-130 -

    HbA1C 5,7 % 6,0-8,0

    E. Diagnosis Kerja:

    Diagnosis fungsional : CHF functional class NYHA III

    Diagnosis anatomis : Cardiomegali (LV), LAE, Suspek MR dan TR

    Diagnosis etiologis : Old Anterior MI dd/ HHD

    Diagnosis tambahan : Hiperurisemia

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    12/25

    11

    F. Follow Up:

    Ekokardiografi: (25 Agustus 2014)

    DIMENSI NILAI NILAI NORMAL

    Ao 33 20-37 mm

    LA 61 19-40 mm

    RVDd 34 7-26 mm

    IVSd 6 7-11 mm

    LVIDd 68 38-56 mm

    LVPWd 9 7-11 mm

    IvSs 6 -

    LVIDs 62 22-40 mm

    LVPWs 11 -

    LVEF (Teich) 20 53-77 %

    FS 9 >25 %

    LVMI (g/M2) 150 M

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    13/25

    12

    o TV severe TR dengan TPG 42,5 mmHG, RAP 15 mmHg,

    RVSP 57,5 mmHg, TS (-)

    o PV mild PR, moderate PH

    Kesimpulan:

    Dilatasi ke empat ruang jantung dengan penurunan fungsi sistolik LV

    global dengan EF 22 % (biplane)

    Hipokinetik di inferior dan inferolateral basal s.d mid. Segmen lain

    akinetik

    Disfungsi diastolik LV grade III

    Moderate MR, moderate PH dengan mild PR dan severe TR

    G.Diagnosis Akhir:

    Diagnosis fungsional: CHF functional class NYHA III

    Diagnosis anatomis:

    o Dilatasi RA, RV, LA, LV

    o Moderate MR, severe TR

    Diagnosis etiologis: Old Anterior MI

    Diagnosis tambahan:

    o HHD

    o Hiperurisemia

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    14/25

    13

    DISKUSI DAN PEMBAHASAN

    Pendahuluan

    Gagal jantung merupakan sindroma klinis sebagai stadium akhir dari

    berbagai penyakit yang menyerang organ jantung. Manifestasi utamanya

    adalah sesak nafas dan fatique, yang membatasi aktifitas fisik, serta

    timbunan cairan, yang menimbulkan kongesti paru dan edema perifer.1,2

    Selama dekade terakhir, gagal jantung telah menjadi masalah kesehatan

    yang utama di Negara barat karena tingginya prevalensi, buruknya

    prognosis, dan beban biaya kesehatan yang sangat besar. Kurang lebih 1-2 % penduduk di Negara maju menderita gagal jantung, dengan prevalensi

    meningkat sampai 10% pada usia 70 tahun keatas. Prognosisnya sama

    buruknya dengan kanker dengan rata-rata survival adalah 2.3 tahun untuk

    pria dan 1.8 tahun untuk wanita setelah episode pertama dari gagal

    jantung. Tingginya angka masa perawatan di rumah sakit (RS),

    kekambuhan serta pengobatan rutin pada penderita rawat jalan di Amerika

    Serikat (AS) menghabiskan 39 miliar dolar per tahunnya.3 Di Indonesia,

    Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dengan 968.997 responden di

    440 kabupaten dari 33 provinsi menunjukkan bahwa prevalensi penyakit

    jantung pada populasi umur 15 tahun keatas sebesar 9,2% dengan

    proporsi penderita gagal jantung berdasarkan gejala adalah sebesar

    0,31%. Prevalensi penyakit gagal jantung diperkirakan akan menyamai

    proporsi di Negara maju disebabkan oleh meningkatnya factor utama

    penyebab dan resiko gagal jantung seperti penyakit jantung koroner,

    hipertensi, serta kencing manis atau diabetes mellitus (DM).4

    Gagal jantung mempunyai beberapa pengertian, tergantung dari

    klinis, onset, gejala eksaserbasi, maupun fraksi ejeksi sehingga banyak

    istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan gagal jantung.4Pada kasus

    diatas, awal pasien didiagnosis sebagai gagal jantung kronik eksaserbasi

    akut (acute on chronic HF) karena pasien mempunyai riwayat gagal

    jantung sebelumnya dan timbul lagi secara mendadak atau mengalami

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    15/25

    14

    perburukan akibat adanya faktor pencetus. di bangsal keadaan pasien

    tenang karena bed rest.

    Definisi

    Berdasarkan guideline gagal jantung akut dan kronik ESC 2012 gagal

    jantung didefinisikan sebagai suatu abnormalitas dari struktural atau

    fungsional jantung yang menyebabkan kegagalan jantung untuk

    menghantarkan oksigen pada kadar yang mencukupi kebutuhan

    metabolisme jaringan, mesikpun tekanan pengisian ventrikel normal atau

    hanya meningkat sedikit.4

    Secara klinis, gagal jantung juga dapat didefinisikan sebagai suatu

    sindroma klinis dimana pasien mempunyai gejala-gejala khas seperti:

    sesak nafas, pembengkakan kaki, mudah lelah, dan tanda-tanda fisik

    seperti : takikardia, takipneu, peningkatan tekanan vena jugular, ronkhi di

    kedua lapangan paru, hepatomegali, dan edema perifer.3,4

    Gagal Jantung: Patofisiologi

    Mekanisme patofisiologi gagal jantung dideskripsikan berbagai

    macam, diantaranya: (1) kelainan edema yang disebabkan abnormalitas

    ginjal sehingga terjadi retensi garam dan air; (2) kelainan hemodinamik

    dengan gambaran vasokonstriksi pembuluh darah perifer serta curah

    jantung yang berkurang; (3) kelainan neurohormonal yang didominasi

    dengan aktifitas system renin-angiotensin-aldosteron dan syaraf

    adrenergik; (4) inflamasi kronis dengan adanya sitokin proinflamasi local

    dan sistemik; serta (5) kelainan pada jantung seperti infark miokard,

    hipertensi, kardiomiopati dan kelainan katup yang menyebabkan terjadinya

    proses remodeling jantung yang patologis; dengan gambaran khasnya

    berupa hipertrofi otot jantung, lenyapnya sel miosit serta interstitial fibrosis.

    Pada kenyataannya, kelainan-kelainan diatas tidak berjalan sendiri,

    melainkan saling berkaitan dan berkontribusi pada onset dan progresifitas

    gagal jantung.5-7

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    16/25

    15

    Gambar 1.Patofisiologi Gagal Jantung (diadaptasidari Krum dan

    Abraham, 2009)

    Pada kasus diagnostik ini, gagal jantung disebabkan karena proses

    remodeling jantung paska infark miokard yang mempengaruhi bentuk,

    ukuran dan fungsi dari miokardium. Secara khusus, proses tersebut dapat

    dideskripsikan pada gambar dibawah ini (Gambar 2)

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    17/25

    16

    Gambar 2. Patofisiologi dari remodeling jantung paska infark miokard8

    Klasifikasi

    Ada beberapa klasifikasi gagal jantung yang digunakan. Diantara

    klasifikasi tersebut adalah menurut The American College of Cardiology

    and American Heart Association (ACC/AHA) dan The New York Heart

    Association (NYHA) seperti dalam tabel 1 berikut :5

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    18/25

    17

    Klasifikasi gagal jantung menurut The American College of Cardiology

    and American Heart Association (ACC/AHA) didasarkan pada kelainan

    struktural dan ancaman terhadap kerusakan otot jantung, serta lebih

    menggambarkan progresifitas perjalanan gagal jantung dan bersifat linier.

    Sedangkan klasifikasi The New York Heart Association (NYHA) bersifat

    fungsional dan menggambarkan tingkat keparahan gejala.5

    Bila menggunakan klasifikasi ACC/AHA maka pasien masuk dalam

    stage C, dimana ada gejala dan tanda gagal jantung disertai kelainan

    struktural yang mendasarinya. Dan bila menggunakan klasifikasi fungsional

    NYHA masuk dalam kelas III, dimana pasien sesak saat aktifitas ringan dan

    berkurang saat kondisi istirahat.

    Manifestasi Klinis

    Manifestasi utama dari gagal jantung adalah sesak, mudah lelah atau

    penurunan toleransi aktifitas dan adanya retensi cairan berupa edema paru

    ataupun edema perifer.

    Keseluruhan gangguan tersebut menurunkan kapasitas fungsional

    dan kualitas hidup penderita. Tetapi tidak seluruh gejala muncul pada semua

    pasien gagal jantung pada saat yang bersamaan. Sebagian pasien

    mengalami penurunan tolerans aktifitas tetapi tidak mengalami retensi

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    19/25

    18

    cairan, dan sebaliknya sebagian pasien mengeluh adanya tanda retensi

    cairan yang nyata, tetapi dengan keluhan sesak dan mudah lelah yang

    minimal. Hal ini karena tidak semua pasien mengalami kelebihan cairan

    pada onset gagal jantung, sehingga istilah gagal jantung lebih tepat

    dibanding istilah lama gagal jantung kongestif.1,3,4

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    20/25

    19

    Diagnosis

    Untuk mendiagnosis gagal jantung ada beberapa kriteria yang

    digunakan, guideline ESC membagi diagnosis gagal jantung menjadi 2

    golongan berdasarkan klinis dan kelainan struktural serta fraksi ejeksi

    ventrikel kiri (LVEF), yaitu : gagal jantung dengan fungsi sistolik menurun

    (HF-REF) dan gagal jantung dengan fungsi sistolik normal (HF-PEF).4

    Diagnosis HF-REF ditegakkan bila memenuhi 3 kriteria berikut :

    1. Gejala klinis tipikal gagal jantung

    2. Tanda klinis tipikal gagal jantung

    3. Penurunan LVEF

    Diagnosis HF-PEF ditegakkan bila memenuhi 4 kriteria berikut :

    1. Gejala klinis tipikal gagal jantung

    2. Tanda klinis tipikal gagal jantung

    3. LVEF normal atau sedikit menurun dan tidak ada dilatasi LV

    4. Terdapat kelainan struktural jantung (hipertrofi ventrikel

    kiri/dilatasi atrium kiri) dan / disfungsi diastolik

    Sedangkan berdasarkan kriteria Framingham kriteria gagal jantung

    adalah sesuai tabel berikut :6

    Kriteria Mayor

    Paroxysmal nocturnal dyspneaatau orthopnea

    Distensi vena leher

    Ronkhi basah halus

    Kardiomegali

    Edema paru akut

    Gallop S3

    Peningkatan tekanan vena > 16 cmH2O

    Penurunan berat badan 4,5kg dalam waktu 5 hari sebagai respon

    terapi

    Refluks hepatojuguler

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    21/25

    20

    Kriteria Minor

    Edema tungkai

    Batuk malam

    Dyspnea on exertionHepatomegali

    Efusi pleura

    Kapasitas vital berkurang 1/3 dari nilai maksimal

    Takikardia ( 120 kali/menit)

    Diagnosis definitif gagal jantung : 2 kriteria mayor atau 1 mayor dan 2

    minor.

    Pada pasien ini tanda mayor yang muncul adalah Paroxysmal

    nocturnal dyspneaatau orthopnea, distensi vena leher, ronkhi basah halus,

    kardiomegali, dan refluk hepatojuguler dengan kriteria minor berupa

    dyspnea on exertion, hepatomegali, dan batuk. Sehingga pasien ini

    memenuhi kriteria untuk disebut sebagai gagal jantung.

    Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

    Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium pada gagal jantung bermanfaat untuk

    membantu menegakkan atau menyingkirkan diagnosis maupun penyakit

    penyerta yang mengikuti gagal jantung. Pemeriksaan rutin yang sering

    dikerjakan yaitu pemeriksaan hematologi rutin, maupun biokimia seperti :

    LFT, elektrolit, gula darah.4

    Rontgen Thorax

    Peran utama dari foto rontgen adalah untuk menyingkirkan

    penyebab lain sesak nafas seperti efusi pleura, pneumothorak, karsinoma

    paru, atau pneumonia. Gambaran edema paru pada rontgen thorak

    mendukung untuk diagnosis gagal jantung. Rasio cardio-thorax (CTR) juga

    mempunyai peran yang moderat dalam mengidentifikasi gagal jantung

    sebagai penyebab sesak nafas.3Perlu juga diperhatikan bahwa disfungsi

    sistolik ventrikel kiri dapat terjadi tanpa adanya kardiomegali pada rontgen

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    22/25

    21

    thorak.4Rontgen thorax pada kasus ini, didapatkan adanya kardiomegali

    dan elongatio aorta. Pada kasus ini, riwayat hipertensi sebelum nyeri dada

    tidak diketahui. Tapi dari hasil foto, dapat disimpulkan bahwa pasien

    mungkin mempunyai riwayat hipertensi yang lama. Sejak kontrol rutin,

    hipertensi dikatakan terkontrol.

    Elektrokardiografi

    Dalam praktek klinis, EKG digunakan untuk mendeteksi adanya

    aritmia dan dapat dipakai sebagai bukti terjadinya infark miokard atau

    hipertrofi ventrikel pada waktu yang lalu. Banyak penelitian yang

    mendukung bahwa gambaran EKG yang normal jarang didapatkan pada

    pasien gagal jantung, tetapi nilai prediksi positif ini rendah pada pasien

    lanjut usia dimana gambaran EKG nya biasanya abnormal.3,4Gambaran

    EKG pada kasus ini didapatkan adanya hipertrofi ventrikel kiri dan OMI

    anterior ekstensif.

    Ekokardiografi

    Ekokardiografi transtorakal adalah suatu metode pemeriksaan yang

    sederhana, aman, dan efektif dalam menilai struktur dan fungsi jantung.3

    Ekokardiografi dapat memberikan informasi mengenai keadaan ruang

    jantung seperti : volume, penebalan dinding, fungsi katup maupun fungsi

    sistolik dan diastolik.4 Pemeriksaan ekokardiografi pasien ini didapatkan

    adanya dilatasi ke empat ruang jantung dengan penurunan fungsi sistolik

    LV global dengan EF 22 % (biplane), hipokinetik di inferior dan inferolateral

    basal s.d mid. Segmen lain akinetik. Disfungsi diastolik LV grade III.

    Moderate MR, moderate PH dengan mild PR dan severe TR

    .

    Kateterisasi Jantung

    Kateterisasi jantung memungkinkan untuk mengetahui tekanan

    intrakardiak, mengukur kardiak output, mendeteksi kelainan katup,

    mengukur LVEF, dan mendeteksi adanya kelainan atau penyakit dalam

    pembuluh koroner.3Angiografi koroner diindikasikan pada pasien dengan

    angina pektoris atau iskemik miokard khususnya bila terdapat bukti adanya

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    23/25

    22

    penyakit jantung koroner maupun penurunan EF pada pemeriksaan non

    invasif.

    Cardiovascular Disease Continuum

    Cardiovascular Disease Continuum (CVDC) pertama kali dicetuskan oleh

    Dzau et al pada tahun 1991; CDVC adalah rantai peristiwa yang dipicu oleh

    beberapa faktor risiko kardiovaskular, yang jika tidak diobati, akan berujung pada

    kegagalan jantung stadium akhir (HF) dan kematian.

    Faktor risiko kardiovaskular utama yang menyebabkan CVDC yang

    tercantum di gambar di bawah. Terdiri dari dislipidemia, hipertensi, diabetes,

    obesitas dan merokok. Semua faktor risiko ini (kecuali merokok) merupakan

    sindrom metabolik. Sindrom metabolik didefinisikan oleh keberadaan tiga dari

    faktor-faktor risiko berikut: (1) peningkatan lingkar pinggang ( 102 cm pada laki -

    laki, 88 cm pada wanita); (2) kadar trigliserida tinggi ( 150 mg / dL, 1,68 mmol

    / L); (3) high-density lipoprotein cholesterol (HDL-C;

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    24/25

    23

    Sejak diperkenalkan, CVDC telah divalidasi oleh beberapa uji klinis dan studi

    epidemiologi, yang telah memberikan wawasan baru ke dalam patofisiologi yang

    mendasarinya dan kemungkinan untuk intervensi lebih awal. Telah terbukti bahwa

    intervensi dini dalam mengelola faktor-faktor risiko kardiovaskular lebih penting

    daripada mengobati CVD sendiri. Komplikasi CVD memerlukan waktu bertahun-

    tahun berkembang. Oleh karena itu, ada cukup waktu untuk intervensi lebih dini

    terhadap berbagai faktor risiko kardiovaskular.11 Seperti pada pasien ini

    didapatkan faktor resiko berupa hipertensi dan merokok yang akhirnya

    menyebabkan LVH dan atherosclerosis dan pada akhirnya mengalami suatu

    myocardial infraction. Akibatnya, pasien mengalami suatu gagal jantung.

  • 5/19/2018 CHF Ec Old Anterior MI

    25/25

    24

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Hess O.M, Carroll J. Clinical Assesment of heart failure. Braunwald's heart

    disease : a textbook of cardiovascular medicine 9th ed. Philadelphia 2011 :

    Saunders Elsevier.

    2. Joseph SM et al. Acute Decompensated Heart Failure : Contemporary

    Medical Management. Tex Heart Inst J 2009;36(6):510-20).

    3. Fuster V, Walsh RA et al. Heart Failure in Hursts The Heart. 13th ed. 2011.

    Mc Graw-Hill.

    4. Mc Murray J et al. ESC Guidelines for the diagnosis and treatmentof acute

    and chronic heart failure. European Heart Journal 2012 33, 17871847

    5. Hunt SA et al. ACC/AHA 2005 guideline update for diagnosis and

    management of cronic heart failure in adult. Circulation 2005, 112 :1825-

    1852.

    6. Yturralde FR, Gaasch WH. Progress in Cardiovascular Disease 2005;

    47(5): 314-319

    7. Gad Cotter, et al. Acute Heart Failure : a novel approach to its

    pathogenesis and treatment. The European Journal Heart Failure 2002;4:

    227-234.

    8. Neuenschwander JF, Baliga R. Acute Decompensated Heart Failure. Crit

    Care Clin 23 (2007) 737758.

    9. Gheorghiade M, Pang PS. Acute Heart Failure Syndrome.

    J.Am.Coll.Cardiol.2009;53;557-573.

    10. Metra M, Felker GM et al. Acute heart failure: Multiple clinical profiles and

    mechanisms require tailored therapy. Int.Journal of Cardiology.2010-12570

    11.Nieminen MS. Pharmacological options for acute heart failure syndromes :

    current treatments and unmet needs. Eur Heart J 2005; 7 (Supplement B)

    12. Nieminen MS et al. Executive summary of the guidelines on the diagnosis

    and treatment of acute heart failure. European Heart Journal 2005; 26, 384-

    416

    13. Victor J. Dzau et al. The Cardiovascular Disease Continuum Validated:

    Clinical Evidence of Improved Patient Outcomes.

    Circulation.2006; 114: 2850-2870

    http://circ.ahajournals.org/search?author1=Victor+J.+Dzau&sortspec=date&submit=Submithttp://circ.ahajournals.org/search?author1=Victor+J.+Dzau&sortspec=date&submit=Submit