Case Sudden Death
-
Upload
fahrizal-muhammad -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of Case Sudden Death
-
7/28/2019 Case Sudden Death
1/24
Case Report Session
SUDDEN DEATH(KEMATIAN MENDADAK)
Oleh:
Sasidarraan K 07120151
Novalina Kurnia Dewi 0810313217
Rizky Rahmaniyah 0810313219
Annisa Lenggogeni 0810313227
Lucyana 0810313233
Aprianda Saputra 0810313247
Vyora Ulvyana 0810313249
Latifah 0810313252
Pembimbing : dr. Rika Susanti, Sp.F
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
RUSP Dr. M. Djamil Padang
2012
BAB I
-
7/28/2019 Case Sudden Death
2/24
PENDAHULUAN
Kematian mendadak yang tidak diharapkan dan tidak dapat dijelaskan ditemukan pada
sebagian besar kasus pada praktek kedokteran forensik. Kematian mendadak yang tidak
dijelaskan sering tercatat sebagai kematian karena sebab yang alami. Para ahli percaya bahwa
kebanyakan dari kematian ini dikarenakan Sudden Death Syndrome (sindroma kematian
mendadak) atau Sudden Cardiac Death (kematian jantung mendadak). Penyebab kematian
mendadak akibat penyakit dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh, diantaranya sistem
susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler, dan sistem pernafasan.
Pada tahun-tahun terakhir ini, penyebab kematian tersering pada kasus kematian
mendadak adalah penyakit kardiovaskular. Penyebab penyakit jantung itu sendiri bermacam
macam, mulai dari penyakit jantung koroner, kardiomiopati, penyakit katup jantung hingga
akibat kelainan genetik seperti pada sindrom marfan. Sebuah studi post mortem pada salah satu
Rumah Sakit di Dublin, Connoly Hospital antara Januari 1987 hingga Desember 2001,
menyebutkan bahwa penyebab terbanyak kematian mendadak adalah penyakit Jantung (79%).
Di Indonesia sendiri sukar didapat insiden kematian mendadak yang sebenarnya.Angka
yang ada hanyalah jumlah kematian mendadak yang diperiksa di bagian kedokteran forensic
FKUI. Dalam tahun 1990, dari seluruh 2461 kasus, ditemukan 227 laki-laki (9,2%) dan 50
perempuan (2%) kasus kematian mendadak, sedangkan pada tahun 1991 dari 2557 kasus
diperiksa 228 laki-laki (8,9%) dan 54 perempuan (2,1%). Oleh karena penyebabnya yang wajar,
maka apabila kematian tersebut didahului oleh keluhan, gejala dan terdapat saksi (apalagi bila
saksinya adalah dokter, misalnya di klinik, puskesmas, atau rumah sakit) biasanya tidak akan
menjadi masalah kedokteran forensik. Namun apabila kematian tersebut terjadi tanpa riwayat
penyakit dan tanpa saksi, maka dapat menimbulkan kecurigaan bagi penyidik, apakah terkait
unsur pidana di dalamnya. Disinilah peran pemeriksaan forensik berupa autopsi dan pemeriksaan
histologi akan sangat penting guna menjawab permasalahan di atas.
-
7/28/2019 Case Sudden Death
3/24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI MATI MENDADAK
Pengertian kematian mendadak sebenarnya berasal dari kata sudden unexpected natural
death yang di dalamnya terkandung kriteria penyebab yaitu natural (alamiah, wajar). Mendadak
disini diartikan sebagai kematian yang datangnya tidak terduga dan tidak diharapkan, dengan
batasan waktu yang nisbi. Camps menyebutkan batasan kurang dari 48 jam sejak timbul gejala
pertama.
Definisi kematian mendadak menurut WHO yaitu kematian dalam waktu 24 jam sejak
gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan
menit atau bahkan detik sejak gejala timbul. Kematian mendadak tidak selalu tidak terduga, dan
kematian yang tak terduga tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering keduanya terjadi
bersamaan pada satu kasus.
Terminologi kematian mendadak disini dibatasi pada suatu kematian alamiah yang terjadi
tanpa diduga dan terjadi secara mendadak, menyamakan kematian mendadak dengan terminologi
sudden natural unexpected death. Kematian alamiah di sini berarti kematian hanya disebabkan
oleh penyakit dan trauma atau racun tidak memainkan dalam menyebabkan kematian. Deskripsi
sudden atau unexpected tidak selalu akurat, unexplained biasanya menjadi alasan
dilakukan investigasi medico-legal. Otopsi dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab
kematian, meskipun setelah otopsi dilakukan, penyebab kematian tetap tidak diketahui.
B. PREVALENSI
Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan pada
perempuan.Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam
penyebab kematian mendadak dan juga memiliki kecenderungan yang serupa yaitu lebih sering
menyerang laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 7:1 sebelum menopause dan
menjadi 1:1 setelah perempuan menopause.Tahun 1997 -2003 di Jepang dilakukan penelitian
pada 1446 kematian pada kecelakaan lalu lintas dan dari autopsi pada korban kecelakaan lalu
lintas di Dokkyo University dikonfirmasikan bahwa 130 kasus dari 1446 kasus tadi penyebab
kematiannya digolongkan dalam kematian mendadak, bukan karena trauma akibat kecelakaan
-
7/28/2019 Case Sudden Death
4/24
lalu lintas. Di Indonesia seperti yang dilaporkan badan Litbang Departemen Kesehatan RI,
persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0
(1986), dan 19,0% (1995).
Pada kematian mendadak, penyebab kematian hampir selalu ditemukan pada sistem
kardiovaskuler, meskipun lesi tidak terdapat di jantung atau pembuluh darah utama. Cerebral
hemmorraghe yang masif, perdarahan subarachnoid, rupture kehamilan ektopik, hemoptisis,
hematemesis dan emboli pulmonal, sebagai contoh, bersama dengan penyakit jantung dan
aneurisma aorta mempunyai kontribusi pada sebagian besar penyebab kematian mendadak dan
unexpected akibat system vascular. Tanpa otopsi, para dokter salah dalam menentukan sebab
kematian dari 25-50% kasus. Di banyak negara dengan banyak proporsi otopsi medico-legal dan
di Inggris dan Wales terdapat sekitar 80% otopsi koroner, sisanya karena bunuh diri, kecelakaan,
dan pembunuhan.
C. ETIOLOGI
Secara garis besar penyebab kematian mendadak dibagi atas: trauma, keracunan dan
penyakit.Insiden kematian mendadak akibat trauma dan keracunan lebih kurang sekitar 25-30%,
sementara penyakit merupakan penyebab tersering dari terjadinya kematian mendadak dengan
persentase mencapai 60-70%.Kematian mendadak akibat penyakit terbanyak adalah akibat
penyakit pada sistem jantung dan pembuluh darah.
1. TRAUMA
2. KERACUNAN
a. Definisi
Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam
dosis toksik akan menyebabkan gangguan berupa sakit atau kematian.
Intoksikasi merupakan suatu keadaaan dimana fungsi tubuh menjadi tidak normal
yang disebabakan oleh sesuatu jenis racun atau bahan toksik lain.
b. Jenis jenis racun
-
7/28/2019 Case Sudden Death
5/24
Berdasarkan sumber racun dapat digolongkan :
1. Racun yang berasal dari tumbuh tumbuhan yaitu opium, kokain, kurare,
aflatoksin
2. Racun yang berasal dari hewan seperti bisa atau toksin ular, laba laba dan
hewan laut
3. Racun yang berasal dari mineral seperti arsen, timah hitam dan lain lain
4. Racun yang berasal dari sintetik seperti heroin
Berdasarakan tempat dimana racun berada, dapat dibagi menjadi :
1. Racun yang terdapat di alam bebas, misalnya gas gas yang terdapat di alam
2. Racun yang terdapat dirumah tangga, misalanya detergen, insektisida, pembersih
(cleaners)
3. Racun yang digunakan dalam pertanian, misalnya insektisida, herbisida dan
pestisida
4. Racun yang digunakan dalam industry dan laboratorium, misalnya asap dan basa
kuat, logam berat
5. Racun yang terdapat dalam makanan, misalnya sianida dalam singkong,
botulinium (racun ikan), bahan pengawet, zat adiktif
6. Racun dalam bentuk obat, misalnya hipnotik, sedative
c. Cara kerja atau efek yang ditimbulkan
1. Lokal : pada tempat kontak akan timbul beberapa reaksi, misalnya perangsangan,
peradangan atau korosif. Contoh korosif : asam dan basa kuat
-
7/28/2019 Case Sudden Death
6/24
2. Sistemik : mempunyai afinitas terhadap salah satu system, misalnya barbiturate,
alcohol, morfin, mempunyai afinitas kuat terhadap SSP. Digitalis dan oksalat
terhadap jantung. CO terhadap darah.
3. Lokal dan sistemik : asam karbol menyebabkan erosi lambung, sedangkan
sebagian yang diabsorpsi akan menimbulkan depresi SSP
d. Faktor yang mempengaruhi keracunan :
1. Cara masuk : mulai dari yang paling cepat sampai paling lambat berturut-turut
adalah inhalasi, intravena, intramuskuler, intraperitoneal, subkutan, peroral, kulit.
2. Umur : orang tua dan anak-anak lebih rentan
3. Kondisi tubuh : lebih rentan pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah
seperi pada orang dengan gizi kurang atau buruk, orang dengan penyakit ginjal
4. Kebiasaan : penting pada kasus keracunan alcohol dan morfin sebab terjadi
toleransi
5. Alergi : misal vitamin E, penicillin, streptomisin, dan prokain
6. Faktor racun sendiri : yaitu takaran, konsentrasi, bentuk dan kondisi fisik
lambung, struktur kimia, sinergisme dan adisi
7. Waktu pemberian : sebelum atau sesudah makan. Pada racun peroral jika
diberikan sebelum makan absorpsi akan lebih baik dan efek lebih cepat.
e. Kriteria Diagnosis
1. Adanya tanda dan gejala yang sesuai dengan racun penyebab
2. Dengan analisis kimiawi dapat dibuktikan adanya racun pada barang bukti jika
sisanya masih ada
-
7/28/2019 Case Sudden Death
7/24
3. Dapat ditemukan racun atau sisa dalam tubuh/ cairan tubuh korban, jika racun
menjalar secara sistemik
4. Kelainan pada tubuh korban, makroskopik maupun mikroskopik sesuai dengan
racun penyebab
5. Riwayan penyakit, bahwa korban tersebut benar-benar kontak dengan racun
Butir 3 dan 4 mutlak perlu
Yang perlu diperhatikan untuk korban keracunan :
1. Keterangan tentang racun apa kira-kira yang menjadi penyebabnya
2. Harus sedikit sekali menggunakan air
3. Jangan menggunakan desinfektan
f. Pemeriksaan toksikologik
Pemeriksaan toksikologik harus dilakukan pada :
1. Bila pada pemeriksaan setempat terdapat kecurigaan terhadap keracunan.
2. Bila pada otopsi ditemukan kelainan yang lazim ditemukan pada keracunan
dengan zat tertentu, misalnya lebam mayat yang tidak biasa (cherry red pada CO,
merah terah pada sianida, kecoklatan pada nitrit, nitrat, anilin, fenasitin dan kina);
loka bekas suntikan sepanjang vena, keluarnya buih dari mulut dan hidung
(keracunan morfin), bau amandel (keracunan sianida), bau kutu busuk (keracunan
malation).
3. Bila pada otopsi tidak ditemukan penyebab kematian.
Dalam menangani kasus kematian akibat keracunan perlu dilakukan pemeriksaan
penting yaitu :
-
7/28/2019 Case Sudden Death
8/24
1. Pemeriksaan ditempat kejadian (TKP)
2. Otopsi lengkap
3. Analisis toksikologik
3. PENYAKIT
a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Beberapa penyakit jantung dan pembuluh darah yang dapat mengakibatkanmati
mendadak antara lain:
1. Penyakit Jantung iskemik
2. Infark Miokard
3. Penyakit Katup Jantung
4. Miokarditis
5. Kardiomiopati
1. Penyakit Jantung Iskemik
Dengan perhitungan kasar, sekitar 62% dari semua kematian mendadak karena penyakit
jantung, disebabkan oleh arteriosklerosis pada arteri koroner. Terbentuknya sumbatan pada
lumen cabang pembuluh darah yang partial atau total yang luas ataupun hanya setempat dapat
menyebabkan arteri tidak dapat mengirim darah yang adekuat ke miokardium. Sebagai akibatnya
akan terjadi coronary artery insufficiency dan jantung secara tiba-tiba berhenti. Obstruksi yang
signifikan pada lumen arteri koronaria adalah jika membatasi 75% lumen atau setidaknya 80%
dari lumen yang normal harus hilang sebelum timbul infark myocard . Stenosis dari koroner oleh
ateroma sangat sering terjadi, konsekuensinya terjadi pengurangan aliran darah ke otot jantung
yang dapat menyebabkan kematian dengan berbagai cara, yaitu :
1. Insufisiensi koroner akibat penyempitan lumen utama akan mengakibatkan iskemia
kronik dan hipoksia dari otot-otot jantung di bawah stenosis. Otot jantung yang
mengalami hipoksia mudah menyebabkan aritmia dan fibrilasi ventrikel, terutama pada
adanya beban stress seperti olahraga atau emosi.
-
7/28/2019 Case Sudden Death
9/24
2. Komplikasi dari ateroma dapat memperburuk stenosis koroner dan kematian otot jantung
yang mengikutinya. Plak ateroma ulseratif dapat pecah atau hancur, mengisi sebagian
atau seluruh pembuluh darah dengan kolesterol, lemak dan debris fibrosa. Pecahan ini
akan terbawa ke arah distal pembuluh darah dan pada percabangan pembuluh darah
menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan multipel mini-infark. Bagian endotel dari
plak yang hancur dapat bertindak seperti katup dan menutup total pembuluh darah.
Komplikasi lain adalah perdarahan sub-intima yang terjadi pada plak, membesarkannya
secara tiba-tiba dan menutup lumen pembuluh darah.
3. Trombosis koroner
4. Miokard infark, terjadi ketika stenosis berat terjadi atau terjadi oklusi total dari pembuluh
darah, bila pembuluh darah kolateral di tempat bersangkutan tidak cukup memberi darah
pada daerah yang bersangkutan. Infark umumnya baru terjadi bila lumen tertutup lebih
dari atau sama dengan 70%.
5. Lesi pada sistem konduksi jantung. Efek dari infark yang besar adalah mengurangi fungsi
jantung karena kegagalan pompa dan otot yang mati tidak dapat berkontraksi atau
menyebabkan aritmia dan fibrilasi ventrikel. Infark yang dapat dilihat dengan mata secara
makroskopik tidak terjadi saat kematian mendadak, karena perlu beberapa jam agar
oklusi jantung menjadi jelas. Tapi efek fatal dari infark dapat terjadi pada setiap saat
setelah otot menjadi iskemik.
6. Infark miokard yang ruptur dapat menyebabkan kematian mendadak karena
hemoperkardium dan tamponade jantung. Keadaan ini umumnya terjadi pada wanita tua,
yang mempunyai miokardium yang rapuh, namun tidak menutup kemungkinan terjadi
pada semua orang. Keadaan ini cenderung terjadi dua atau tiga hari setelah onset infark
dan bagian otot yang infark menjadi lunak. Ruptur terkadang terjadi pada septum
interventrikuler, menyebabkan leftright shunt pada jantung.
7. Fibrosis miokard, terjadi ketika infark miokard menyembuh karena miokardium tidak
dapat berprofilerasi. Sebuah daerah fibrosis yang besar di ventrikel kiri dapat kemudian
membengkak karena tekanan yang tinggi selama sistole membentuk aneurisma jantung
yang mengurangi fungsi jantung.
8. Ruptur otot papilaris, dapat terjadi karena infark dan nekrosis. Keadaan ini
memungkinkan katup mitral mengalami prolaps dengan gejala insufisiensi mitral dan
-
7/28/2019 Case Sudden Death
10/24
-
7/28/2019 Case Sudden Death
11/24
Gambaran infark miokard yang berbeda pada tiap fase dapat terlihat
secaramikroskopis.Gambaran infark tersebut antara lain:
Perubahan awal gambaran mikroskopis infark miokard tidak spesifik. Perubahan tersebut
diantaranya oedema intersisial, kongesti, dan perdarahan kecil.
Periode 18-24 jam, terjadi degenerasi yang progresif pada serabut otot dan jumlah
eosinofilia bertambah. Oedema seluler mereda dan digantikan oleh oedema interfibre,
memisahkan serabut otot.
Hari kedua sampai keempat, nukleus menjadi cekung dan membayang. Terjadi infiltasi
netrofil pada sebagian infark, kemudian digantikan oleh mononuklear makrofag akan
membersihkan debris dan fibroblas akan menjadi kolagen selama perbaikan.
Pada akhir minggu pertama, terjadi disitegrasi serabut otot, dan kapiler baru dan fibroblas
mulai terlihat.
Pada minggu keempat, terjadi fibrosis awal yang lambat dan tidak merata.
2. Infark Miokard
Infark miokard adalah nekrosis jaringan otot jantung akibat insufisiensi aliran
darah.Insufisiensi terjadi karena spasme dan/atau sumbatan karena sklerosis dan
thrombosis.Infark miokard adalah patologik (gejala klinisnya bervariasi, kadang tanpa gejala
apapun), sedangkan infark miokard akut adalah pengertian klinis (dengan gejala diagnosis
tertentu). Kematian dapat terjadi dalam beberapa jam awal atau hari setelah infark dan penyebab
segeranya adalah fibrilasi ventrikel.
Beberapa komplikasi infark miokard yang mungkin timbul antara lain:
1. Ruptur jantung, merupakan penyebab umum timbulnya haemoperikardium dan
cardiac tamponade. Ruptur selalu terjadi selama infark. Ruptur paling sering
terjadi pada bagian distal dinding ventrikel kiri.
2. Trombosis mural, tidak dapat disepelekan jika infark terjadi pada endokardiumventrikel kiri.
3. Perikarditis, terjadi bersama dengan infark transmural. Perikardium viseral
menjadi berwarna merah keunguan dengan vaskular blush pada permukaannya.
4. Fibrosis miokard, pada orang tua dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel pada
hipertensi dan meyebabkan iskemik relatif.
-
7/28/2019 Case Sudden Death
12/24
5. Aneurisma jantung, terjadi dimana daerah fibrosis yang luas menggantikan infark
transmural sebelumnya.
3. Penyakit Katup Jantung
Penyakit katup jantung biasanya mempunyai riwayat yang panjang. Kematian mendadak
dapat terjadi akibat rupture valvula. Kematian mendadak juga dapat terjadi pada stenosis aorta
kalsifikasi (calcific aorta stenosis) kasus ini disebabkan oleh penyakit degenerasi dan bukan
karditis reumatik. Penyakit ini lebih banyak pada pria daripada wanita dan timbul pada usia
sekitar 60 tahun atau lebih.
Stenosis aorta menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, bahkan lebih nyata dibanding pada
hipertensi.Jantung dapat mencapai berat 800 1000 gram.Penyebabnya biasanya adalah
kalsifikasi pada katup jantung menyebabkan katup menjadi tebal dan kaku. Pada tingkat lanjut,
seluruh katup mungkin hampir tidak dapat dikenali, massa seperti kapur, dengan lumen hampir
tidak cukuplebar untuk memuat sebuah pensil. Katup aorta yang sempit, menghalangi aliran
darah dari ventrikel kiri dan menyebabkan hipertrofi otot dalam rangka memompa stroke volume
yang sama melewati lubang yang lebih sempit. Efek yang lain adalah penurunan tekanan perfusi
koroner, dan akan lebih buruk jika terjadi regurgitasi. Kematian mendadak umumnya terjadi
pada usia di atas 60 tahun, namun terjadi pula pada orang yang lebih muda dengan kelainan
kongenital berupa katup aorta yang bikuspid.
4. Miokarditis
Miokarditis biasanya tidak menunjukkan gejala dan sering terjadi pada dewasa
muda.Diagnosis miokarditis pada kematian mendadak hanya dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan histopatologik.Otot jantung harus diambil sebanyak 20 potongan dari 20 lokasi
yang berbeda dari pemeriksaan ini.Pada pemeriksaan histopatologik tampak peradangan
interstisial dan atau parenkim, edema, perlemakan, nekrosis, degenerasi otot hingga
miolisis.Infiltrasi leukosit berinti tunggal, plasmosit dan histiosit tampak jelas.
5. Kardiomiopati
-
7/28/2019 Case Sudden Death
13/24
Kardiomiopati adalah suatu kelainan pada miocardium yang dihubungkan dengan
disfungsi jantung dimana belum diketahui penyebab yang pasti.Kardiomiopati bukan merupakan
hasil dari arteriosklerosis, hipertensi, kongenital, atau penyakit katup jantung. Kardiomiopati
dapat digolongakan menjadi 3, yaitu: dilated/kongesti, hipertrofi, dan restriktif-obliteratif. Pada
dilated/kongesti, jantung dengan nyata membesar, dengan miokardium yang lembek dan
perbesaran pada semua ruang. Secara mikroskopis, terdapat degenerasi dan atau hipertrofi serat
otot, fibrosis miokardium yang fokal atau difus, infiltasi sel mononuklear, dan kadang infiltrasi
lemak.
b. Penyakit Sistem Respirasi
Kematian biasanya melalui mekanisme perdarahan, asfiksia, dan atau
pneumothoraks.Perdarahan dapat terjadi pada tuberculosis paru, kanker paru, bronkiektasis,
abses, dan sebagainya.Sedangkan asfiksia terjadi pada pneumonia, spasme saluran nafas,
asma, penyakit paru obstruktif kronis, aspirasi darah atau tersedak.
c. Penyakit Sistem Pencernaan
Kematian dapat cepat terjadi pada kasus perdarahan akibat gastritis kronis atau ulkus
duodeni.Perdarahan fatal akibat tumor jarang terjadi dan jika terjadi maka sering akibat dari
karsinoma atau leiomyoma.Kematian mendadak dapat juga disebabkan oleh varises
esophagus yang sering merupakan komplikasi dari sirosis hepatis dimana mekanisme
terjadinya adalah akibat dari hipertensi portal.
d. Penyakit Sistem Hematopoietik
a. Limpa
Ruptur dari limpa dapat menyebabkan kolaps dan mati mendadak dengan cepat.Limpa
dapat ruptur secara spontan atau karena trauma.Hal ini terjadi jika limpa terlibat dalam
penyakit yang cukup berat yaitu infeksi mononukleosa, hemofilia, malaria dan tifoid.
b. Darah
Kematian mendadak tak terduga dilaporkan oleh kasus megaloblastik anemia. Infeksi
ringan juga dapat muncul sebagai pemicu terjadinya kematian pada beberapa keadaan
anemia.Hal tersebut juga dapat terjadi pada pasien leukemia.
e. Penyakit Sistem Urogenital
-
7/28/2019 Case Sudden Death
14/24
Penyakit pada ginjal dan sistem urinaria jarang menyebabkan mati mendadak.Ada beberapa
kondisi yaitu pada pasien dengan uremia fase terminal atau dengan koma/kejang dapat
terjadi mati mendadak.
f. Penyakit Sistem Saraf Pusat
Kejadian mati mendadak yang berhubungan dengan penyakit sistem saraf pusat biasanya
akibat perdarahan yang dapat terjadi pada subarachnoid atau intraserebral.
Perdarahan Sub Arakhnoid Spontan (Non Trauma)
Perdarahan sub arakhnoid spontan merupakan keadaan yang sangat berpotensi
mengancam jiwa. Penyebab dari perdarahan sub arakhnoid spontan ini sangat perlu diketahui
karena akan menentukan penatalaksanaan selanjutnya.Perdarahan subarakhnoid dapat
menyebabkan kematian yang sangat cepat walaupun mekanismenya masih belum jelas.Pada
otopsi, diagnosis perdarahan subarakhnoid terbukti sendiri (selfevident). Biasanya perdarahan
berasal dari sirkulus Willis, perdarahan yang paling tebal akan melewati dasar otak, terutama
sisterna basalis. Darah biasanya akan menyebar secara lateral dan dapat menutupi seluruh
permukaan hemisfer serebral,otak bagian belakang, dan ke bawah menuju canalis spinalis.
Perdarahan akan berwarna merah terang pada perdarahan segar; apabila bertahan beberapa
mingguakan berwarna kecoklatan karena hemoglobin mengalami perubahan.Hemosiderin dapat
dideteksi dengan pengecatan Perl setelah sekitar tiga hari.Penentuan sumber perdarahan
terkadang sulit.Aneurisma tampak pada 85% kasus perdarahan sub arakhnoid spontan namun
sisanya tidak menunjukkan adanya aneurisma. Hal ini mungkin karena destruksi aneurisma kecil
ketika ruptur. Pencarian akan adanya aneurisma kecilpada otopsi mungkin sulit karena adanya
lapisan tebal dari bekuan darah yangterjebak antara selaput otak dan pembuluh darah.
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral non traumatik umumnya disebabkan olehkerusakan pembuluh
darah akibat hipertensi (hipertensi, eklamsia), juga dikarenakan disfungsi autoregulasi dengan
aliran darah otak yang berlebihan(cedera reperfusi, transformasi hemoragik, paparan dingin),
pecahnya aneurismaatau malformasi arteri-vena, arteriopati, perubahan hemostasis
(trombolisis,antikoagulasi, diatesis hemoragik), nekrosis hemoragik (tumor, infeksi),
-
7/28/2019 Case Sudden Death
15/24
atauobstruksi aliran vena (trombosis vena serebral). Perdarahan intraserebral secara klinis
ditandai dengan onset yang mendadak dan berkembang dengan cepat.
Perdarahan serebral lebih seringditemui pada laki-laki dibanding perempuan dan tidak
umum terjadi pada umurmuda.Perdarahan biasanya terjadi pada orang ketika aktif dibanding
ketikaberistirahat.Hipertensi sebenarnya sering menyertai keadaan ini dan biasanyahanya ada
satu episode perdarahan yaitu ketika serangan.Perdarahan berulangtidak umum
ditemukan.Penderita biasanya menunjukkan gejala dalam duahingga beberap jam.Pada
perdarahan intraserebral otak akan membengkak secara asimetris,dengan hemisfer yang
membengkak mengandung darah. Perdarahansubarakhnoid dapat atau tidak muncul pada dasar
otak. Pada irisan, jaringan otakyang berdekatan dengan perdarahan akan membengkak dan
edematous. Tidak adajaringan otak pada daerah hematom.Irisan mikroskopik menunjukkan
sklerotikyang terhialinisasi pada arteri dan arteriol.Terkadang dapat ditemukan aneurismaarteriol
dan arteri yang dilatasi.Kematian umumnya disebabkan kompresi dandistorsi otak tengah atau
perdarahan ke dalam sistem ventrikel.
Walaupun kematian pada pecahnya aneurisma atau perdarahan intraserebraldianggap wajar,
namun pada beberapa keadaan tertentu dapat termasuk dalampembunuhan misalnya apabila
orang tersebut mengalami ruptur aneurisma ketika terjadi kekerasan secara fisik, namun yang
menentukan apakah ada aksi criminal di dalamnya adalah pengadilan, bukan tenaga medis yang
memeriksa.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berhadapan dengan kasus kematian mendadak, autopsi harus dilakukandengan amat
teliti, pemeriksaan histopatologik merupakan suatu keharusan.Sampel diambil dari semua organ
yang dianggap terlibat dengan perjalananpenyakit hingga menyebabkan kematian, juga kelainan
pada organ yang tampaksecara makroskopik, walau mungkin kelainan tersebut tidak
berhubunganlangsung dengan penyebab kematian.
Sebaiknya setiap jenis organ dimasukkan pada wadahnya sendiri, menghindari bias
pembacaan mikroskopik. Eksisi sampel organ haruslah mencakup daerah yang normal dan
daerah yang kita curigai secara mikroskopikterjadi proses patologik. Informasi mengenai
-
7/28/2019 Case Sudden Death
16/24
temuan-temuan pada autopsi perludisertakan dalam permintaan pemeriksaan histopatologi,
sehingga dokter ahlipatologi dapat melakukan tugasnya dengan maksimal.
Pada autopsi kasus yang diduga kematian mendadak, hampir selalupemeriksaan
toksikologi harus dilakukan.Tanpa pemeriksaan toksikologi,penegakan sebab mati menjadi
kurang tajam. Pengambilan sampel untukpemeriksaan toksikologi beragam sesuai dengan
kecurigaan jenis racun padakasus secara individual, namun secara umum sampel untuk analisa
toksikologiyang dianggap rutin antara lain.
Darah
Tempat terbaik untuk memperoleh sampel darah adalah dari venafemoral atau iliaca, atau dari
vena axilaris. Untuk analisa secara umum,sekitar 15 ml darah dimasukkan ke dalam tabung
kosong agar pembekuandarah dapat terjadi, bersama itu diambil pula 5-10 ml darah dimasukkan
kedalam tabung berisi antikoagulan seperti EDTA atau potassium oxalat atauheparin. Untuk
pemeriksaan alkohol dari darah diperlukan 5 ml darah yangdimasukkan dalam tabung berisi
sodium fluorida untuk mengambat destruksialkohol oleh mikro organisme.
Urin
20-30 ml urine dimasukkan ke dalam kontainer kosong, kecuali bila adapenundaan pemeriksaan,
dapat dimasukkan sodium azide.
Muntahan atau isi lambung
Muntahan dapat dimasukkan ke dalam kantung plastik yang dapat ditutup rapat, pada autopsi isi
lambung dapat dimasukkan ke dalam wadahyang sama dengan membuka kurvatura minor
dengan gunting.Laboratorium tertentu juga akan meminta sampel dinding lambungkarena bubuk
atau debris tablet dapat melekat pada lipatan lambung dengankonsentrasi yang tinggi.
Feces
-
7/28/2019 Case Sudden Death
17/24
Isi rektum umumnya tidak diperlukan untuk analisa kecuali ada kecurigaan keracunan logam
berat, sampel sebanyak 20-30 gram dapatdimasukkan ke dalam wadah yang dapat tertutup rapat.
Liver dan organ lain
Hati dapat diperiksa secara utuh untuk analisa toksikologi, bila hanya sebagian hati yang diambil
sebagai sampel (100 gr) maka berat total hati harusdicantumkan dalam lembar permintaan
pemeriksaan.Pada penyalahgunaan bahan pelarut seperti pada penghirup lem, bahankimia
peracun umumnya dapat ditemukan dalam darah.Laboratorium dapat membantu bila kita dapat
memberikan sampel parusecara utuh agar gas yang terperangkap dalam paru dapat
dianalisa.Padakeadaan ini paru dimasukkan ke wadah kedap udara seperti kantung nilon
ataukantung polyvinyl klorida.
Potongan rambut dan kuku
Pada keracunan logam berat sebagian rambut dapat dipotong ataudicabut beserta
akarnya.Potongan kuku dapan tapat digunakan padapemeriksaan penunjang karena logam berat
mengendap pada kuku dan dapatdianalisa dengan analisa aktivasi neutron untuk melihat
hubunganpertumbuhan rambut dan paparan racun. Paparan racun yang paling baru akanterlihat
paling dengan dengan akar atau pangkal kuku.
BAB III
LAPORAN KASUS
Padang, 21 Agustus 2012
-
7/28/2019 Case Sudden Death
18/24
Nomor : VER/8/VIII/2012/Sektor
Perihal : Permintaan Visum Et Repertum Mayat
Lamp : -
PROJUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Yang bertanda tangan dibawah ini, Rika Susanti, dokter Spesialis Forensik pada Rumah Sakit
Umum Pusat Dr M Djamil Padang, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepala
Kepolisian Resor kota Padang, tertanggal dua puluh satu agustus tahun dua ribu duabelas dengan
Nomor VER/8/VIII/2012/Sektor, maka pada tanggal dua puluh satu agustus tahun dua ribu
duabelas jam satu nol nol Waktu Indonesia Barat, bertempat di bagian forensik Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang, telah dilakukan pemeriksaan luar atas jenazah dengan
keterangan sebagai berikut:------------------------------------------------------------------------------------
N a m a : Alvon Novendra.----------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Laki-laki.-------------------------------------------------------------------
Umur : 21 Tahun.------------------------------------------------------------------
Alamat : Jl. St Syahril No.224 A Padang.----------------------------------------
HASIL PEMERIKSAAN--------------------------------------------------------------------------------------
PEMERIKSAAN LUAR:-------------------------------------------------------------------------------------
1. Label mayat: tidak ada.------------------------------------------------------------------------------
2. Tutup/bungkus mayat:--------------------------------------------------------------------------------
1. Satu helai kain panjang berbahan dasar katun berwarna coklat bermotif batik kotak-
kotak merek tidak ada, ukuran dua meter kali satu meter.------------------------------------
3. Perhiasan mayat : Tidak ada.---------------------------------------------------------------------
4. Pakaian mayat :-------------------------------------------------------------------------------------
-
7/28/2019 Case Sudden Death
19/24
a. Satu buah baju kaos lengan pendek warna coklat merek Juice Ematic
bertuliskan Juice sebanyak tiga buah bermotif abstrak, ukuran L. Terdapat
noda berwarna kecoklatan di bagian belakang baju.----------------------------------
b. Satu buah celana panjang dasar jeans warna hitam, dengan noda kecoklatan
pada bagian tungkai bawah kanan dan kiri, merek Gabriel, ukuran 38,
dengan dua buah kantong di sisi depan tidak ada isi, dan dua buah kantong di
sisi belakang tidak ada isi.----------------------------------------------------------------
c. Satu buah celana pendek dasar nilon warna hitam dan merah dengan tanda
bintang dan bola di bagian kanan bawah merek tidak ada ukuran tidak ada.-----
d. Satu buah tali yang melingkar di pinggang celana berbahan katun warna abu-
abu ukuran seratus lima puluh sentimeter.---------------------------------------------
5. Benda disamping mayat: Tidak ada.-----------------------------------------------------------
6. Kaku mayat : Tidak ada.------------------------------------------------------------------------
7. Lebam mayat : Lebam mayat terdapat pada leher belakang, dada bagian atas,
punggung atas dan pinggang, warna keunguan hilang dengan penekanan.-------------
8. Mayat adalah mayat seorang laki-laki, ras Mongoloid, berumur kurang lebih dua
puluh sampai dua puluh lima tahun tahun, kulit sawo matang , gizi baik, panjang
tubuh seratus enam puluh delapan sentimeter, zakar disunat.------------------------------
8. Identifikasi khusus : tidak ada.-------------------------------------------------------------------
9. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh ikal, panjang kurang lebih dua puluh empat
sentimeter. Alis mata berwarna hitam, tumbuhnya biasa, panjangnya kurang lebih
nol koma delapan sentimeter. Bulu mata berwarna hitam, tumbuhnya biasa,
panjangnya nol koma tujuh sentimeter. Kumis berwarna hitam, tumbuh biasa,
panjang nol koma lima sentimeter. Jenggot berwarna hitam, tumbuhnya biasa,
dicukur, panjangnya kurang lebih satu sentimeter.------------------------------------------
10.Mata kanan tertutup, mata kiri tertutup, selaput bening mata kanan dan kiri jernih,
teleng mata kanan dan kiri bulat dengan diameter masing-masin lima milimeter,
warna tirai mata kanan dan kiri coklat, selaput bola mata kanan dan kiri putih,
selaput kelopak mata kanan dan kiri pucat.---------------------------------------------------
11. Hidung berbentuk sedang, kedua daun telinga berbentuk oval, mulut tertutup.---------
12.Gigi geligi : jumlah gigi tiga puluh, tidak lengkap.----------------------------------
-
7/28/2019 Case Sudden Death
20/24
-
7/28/2019 Case Sudden Death
21/24
Padang, 21 Agustus 2012.
An DIRUT RSUP dr M Djamil Padang.,
Dokter yang memeriksa
Dr. Rika Susanti,Sp.F.
NIP 197607312002122002
BAB IV
DISKUSI
-
7/28/2019 Case Sudden Death
22/24
Definisi kematian mendadak menurut WHO yaitu kematian dalam waktu 24 jam
sejak gejala timbul. Korban ini masuk rumah sakit jam 23.30 WIB pada tanggal 20
Agustus 2012 dan dinyatakan meninggal jam 23.45 WIB tanggal 20 Agustus 2012. Dari
keterangan kerabat korban, korban mengalami kejang-kejang pada pukul 23.15 WIB.
Rentang waktu dari timbulnya gejala sampai korban dinyatakan meninggal adalah kurang
lebih 30 menit. Oleh karena itu kematian pada korban ini dikategorikan sebagai kematian
mendadak.
Penyebab kematian mendadak secara garis besar adalah : trauma, keracunan dan
penyakit. Pada korban ini tidak ditemukan luka-luka atau tanda-tanda penganiayaan pada
korban atau tanda-tanda kekerasan yang dapat menimbulkan kematian.
Pada korban tidak terdapat tanda-tanda keracunan seperti adanya lebam mayat
yang warnanya tidak normal dimana lebam mayat berwarna keunguan, adanya bau zat
racun tertentu, dan bekas suntikan yang mencurigakan.
Oleh karena itu, kemungkinan terbesar korban meninggal akibat penyakit. Sebab,
diketahui orang tua laki-laki korban meninggal mendadak dengan riwayat penyakit
jantung.
BAB V
KESIMPULAN
-
7/28/2019 Case Sudden Death
23/24
Dari pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan:
1. Kematian mendadak dalam aspek forensik selalu dianggap tidak wajar sampai dibuktikan
merupakan kematian wajar
2. Sebab kematian tidak bisa ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam.
.
DAFTAR PUSTAKA
-
7/28/2019 Case Sudden Death
24/24
Anonim.Sudden Death.http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/08/04 sudden-death/.
Diakses tanggal 17 Juni 2011
Gani, M. Husni. 2005. Ilmu Kedokteran Forensik. Padang : Penerbit FK UNAND
Kristanto, Erwin, Tjahjanegara Winardi.Kematian Mendadak (Sudden Natural Unexpected
Death). http://www.freewebs.com/erwin_k/kematianmendadak.htm.Diakses tanggal 17
Juni 2011
Fahmi Arif Hakim, dr, Sp.F ; Bagian Forensik FK Unjani ; Aspek Medikolegal Kematian
Mendadak Akibat Penyakit ( Natural Sudden Death); November 2010
Teknik Autopsi Forensik, Bagian Kedokteran Forensik FKUI, Jakarta : Bagian Kedokteran
Forensik FKUI, 2000
http://www.freewebs.com/erwin_k/kematianmendadak.htm.Diakses%20tanggal%2017%20Juni%202011http://www.freewebs.com/erwin_k/kematianmendadak.htm.Diakses%20tanggal%2017%20Juni%202011http://www.freewebs.com/erwin_k/kematianmendadak.htm.Diakses%20tanggal%2017%20Juni%202011http://www.freewebs.com/erwin_k/kematianmendadak.htm.Diakses%20tanggal%2017%20Juni%202011