Biofuel.docx

46
https://herirustamaji.wordpress.com/biofuels/ (29 Jan 2015 22:12) Skip to navigation Skip to main content Skip to primary sidebar Skip to secondary sidebar Skip to footer HERI RUSTAMAJI Teknik Kimia Universitas Lampung HOME BIOFUELS KOMPUTASI & SIMULASI PENELITIAN PENGABDIAN PENGAJARAN PROFIL BIOFUELS BERBAGAI MACAM BIOFUEL DARI LIGNOSELULOSA BIOMASSA Biofuel adalah bahan bakar cair untuk transportasi yang terbuat dari biomassa. Bahan baku yang cocok untuk dikonversi menjadi biofuel termasuk dari pati (seperti jagung), lemak hewan atau minyak sayur, bahan lignoselulosa (seperti pohon, rumput atau batang jagung , limbah kertas), dan lain-lain. Tidak seperti bahan bakar yang berasal dari sumber fosil (seperti minyak mentah), biofuel adalah bahan bakar terbarukan dan memiliki karbon yang lebih kecil. Berbagai macam biofuel mungkin termasuk dalam bahan bakar kimia tunggal

Transcript of Biofuel.docx

https://herirustamaji.wordpress.com/biofuels/ (29 Jan 2015 22:12)

Skip to navigation

Skip to main content

Skip to primary sidebar

Skip to secondary sidebar

Skip to footer

Heri Rustamaji

Teknik Kimia Universitas Lampung

HOME

BIOFUELS

KOMPUTASI & SIMULASI

PENELITIAN

PENGABDIAN

PENGAJARAN

PROFIL

BIOFUELS

BERBAGAI MACAM BIOFUEL DARI LIGNOSELULOSA BIOMASSA

Biofuel adalah bahan bakar cair untuk transportasi yang terbuat dari biomassa. Bahan baku yang cocok untuk dikonversi menjadi biofuel termasuk dari pati (seperti jagung), lemak hewan atau minyak sayur, bahan lignoselulosa (seperti pohon, rumput atau batang jagung , limbah kertas), dan lain-lain. Tidak seperti bahan bakar yang berasal dari sumber fosil (seperti minyak mentah), biofuel adalah bahan bakar terbarukan dan memiliki karbon yang lebih kecil.Berbagai macam biofuel mungkin termasuk dalam bahan bakar kimia tunggal atau aditif, atau termasuk bahan bakar tradisional yang berupa campuran bahan kimia kompleks.

Bahan Bakar Molekul Tunggal atau Aditif:ETHANOLatau etil alkohol (C2H5OH) dapat dibuat dari biomassa berselulosa melalui rute fermentasi. Polisakarida yang mengalami depolimerisasi untuk menghasilkan monomer gula, yang kemudian difermentasi secara enzimatis menjadi etanol. Selain itu, teknologi baru sedang muncul untuk sintesis etanol dan alkohol yang lebih tinggi lainnya dari biomassa yang berasal syngas melalui katalisis non-biologis.

BUTANOLatau butil alkohol adalah alkohol karbon empat. Biofuel ini dapat dibuat dari biomassa berselulosa melalui rute fermentasi atau disintesis dari syngas.

Hydroxymethylfurfural (HMF)atau Furfural berasal dari biomassa dan tidak harus diproses secara biokatalisis melalui fermentasi untuk membuat bahan bakar. Gula juga dapat didehidrasi melalui katalisis kimia untuk menghasilkan HMF (dari gula 6-karbon seperti glukosa) dan furfural (dari gula 5-karbon seperti xylose). Molekul-molekul ini membangun blok untuk ditransformasi ke bahan bakar transportasi potensial yang layak seperti etil levulinate (ELV), dimetilfuran (DMF), dan -valerolactone (GVL). Rute untuk mempersiapkan DIMETHYFURAN (DMF), 6-eter karbon siklik, dari gula pada hasil yang tinggi baru-baru ini telah dilaporkan. DMF adalah molekul yang memiliki banyak properti/sifat menarik untuk digunakan sebagai transportasi bahan bakar yang potensial [Romawi-Leshkov et al. 2007]

-VALEROLACTONE (GVL)mirip dengan DMF dan dapat disintesis dari produk dekomposisi gula. Proses yang ada untuk produksi asam levulinic pada hasil yang tinggi dari monomer gula, serta untuk transformasi katalitik asam levulinic ke GVL [Manzer 2005]. GVL baru-baru ini telah disarankan karena memiliki banyak sifat yang membuatnya cocok untuk digunakan sebagai bahan bakar transportasi [Horvath, 2008].

ETIL LEVULINATE (ELV) dibuat dengan reaksi etanol dan asam levulinic untuk membuat ester. EVL telah disarankan sebagai aditif bahan bakar oleh banyak pihak [Manzer 2005].

Bahan Bakar Klasik-Campuran Senyawa:GREEN GASOLINatauGREEN DIESELdapat disintesis dari lignoselulosa biomassa dengan proses deoksigenasi katalitik. Teknologi seperti reformasi biomassa dapat digunakan untuk menyediakan hidrogen untuk menurunkan komponen biomassa berselulosa, seperti gula, serta fraksi lignin dari biomassa, menjadi hidrokarbon pada kisaran bensin (gasolin) atau diesel. Di beberapa kasus, fragmen biomassa kecil perlu digabungkan untuk memperoleh berat molekul yang tepat [Huber, et al. 2005].Green dieseljuga dapat dipersiapkan melalui deoksigenasi katalitik dari asam lemak yang berasal dari minyak murni atau atau minyak bekas atau lemak hewan. Minyak-minyak tersebut dapat juga ditransformasikan menjadibiodieseldengan reaksi transesterifikasi dengan metanol.

(Sumber :Huber et al. 2007. Breaking the Chemical and Engineering Barriers to Lignocellulosic Biofuels)

BIOFUEL DARI PROSES KATALITIK BIOMASSABiomassa dapat dikonversi menjadi berbagai jenis bahan bakar hidrokarbon, seperti green gasoline (bensin), green diesel , dan bahan bakar jet. Melalui teknologi konversi yang dijelaskan pada tulisan ini, bahan bakar hidrokarbon yang berasal dari biomassa yang hampir tidak bisa dibedakan dengan hidrokarbon berbasis petroleum berkaitan dengan kandungan/densitas energinya. Keuntungan tambahan dari hidrokarbon yang berbasis dari biomassa adalah termasuk kemampuannya untuk memisahkan diri, yang menghilangkan biaya penyulingan yang besar, dan kompatibilitasnya dengan pemanfaatan infrastruktur bahan bakar saat ini tidak perlu untuk modifikasi mesin atau sistem distribusi yang baru. Pemrosesan katalitik adalah teknik dimana bahan bakar cair dan bahan kimia dibuat dari bahan baku berbasis minyak bumi. Pemrosesan katalitik juga dapat diterapkan pada produksi bahan bakar hidrokarbon cairan yang berasal dari lignoselulosa biomassa. Namun demikian, sama seperti halnya tidak mungkin untuk mengkonversi semua energi dalam minyak mentah menjadi bensin dan bahan bakar diesel, sama mustahilnya untuk mengkonversi semua energi biomassa menjadi bahan bakar. Metode teknologi konversi yang berbeda memiliki berbagai efisiensi. Selanjutnya kemajuan dalam teknologi konversi dan integrasi proses akhirnya akan meningkatkan energi secara keseluruhan dan efisiensi ekonomi biofuel. Biofuel cair dapat dihasilkan melalui berbagai proses (Gambar 1).

Gambar 1. Rute pembuatan biofuel (Huber et al., 2006)

Dua jenis utama katalis yang digunakan dalam proses-proses ini adalah biologis atau kimia (Tabel 1). Katalis biologis, seperti ragi yang digunakan untuk menghasilkan etanol, adalah katalis homogen, yang berarti mereka berada dalam fase cair yang sama dengan umpan biomassa. Katalis kimia dapat berupa katalis asam homogen dan heterogen padat. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, sebagian besar jalur untuk produksi biofuel menggunakan katalis kimia. Sementara umat manusia telah menggunakan katalis biologis dalam fermentasi (yaitu produksi etanol) selama ribuan tahun, katalis heterogen telah diterapkan pada jalur produksi biofuel yang banyak hanya baru-baru ini. Katalis kimia berbeda dengan katalis biologi dalam beberapa hal (Tabel 1).

Tabel 1. Perbandingan katalis biologi dan kimia untuk pembuatan biofuel dari lignoselulosa biomassa

Katalis kimia dapat beroperasi pada suhu lebih tinggi secara signifikan dan le

bih dari satu set kondisi yang lebih luas dibanding katalis biologis. Oleh karena itu, waktu tinggal untuk reaksi yang menggunakan katalis biologis diukur dalam satuan hari dibandingkan menggunakan katalis kimia yang diukur dalam satuan detik atau menit. Katalis biologis sangat selektif untuk kelas reaksi tertentuseperti hidrolisis dan fermentasi. Katalis kimia dapat juga selektif untuk kelas reaksi tertentu , dan kelas baru reaksi dari katalis kimia akan dikembangkan untuk digunakan pada bahan baku spesifik yang berasal biomass. Katalis biologis juga lebih mahal dibanding katalis kimia. Misalnya proyeksi Departemen Energi Amerika Serikat menunjukkan bahwa biaya enzim selulase untuk produksi etanol adalah antara $ 0,30-0,50 per galon etanol [EERE 2007]. Sebaliknya, biaya katalis kimia dalam rentang industri perminyakan sekitar $ 0,01 per galon bensin. Mayoritas proses berbasis katalis biologis ini membutuhkan bahan baku yang disterilkan sebelum konversi enzimatik. Sementara tidak ada langkah yang diperlukan untuk sterilisasi pada konversi kimia. Katalis kimia padat dapat didaur ulang, yang berlangsung selama berminggu-minggu dan bahkan bertahun-tahun. Sebaliknya, sulit untuk mendaur ulang katalis biologi karena mereka tidak dapat dengan mudah dipisahkan dari media berair setelah bahan bakar dihasilkan. Selain itu, katalis kimia menyajikan keuntungn untuk biorefineries yang terdistribusi pada skala kecil, yang barangkali tidak mungkin dilakukan untuk proses yang menggunakan katalis biologis secara eksklusif karena kebutuhan untuk scale-up proses untuk membuatnya ekonomis. Walaupun sebagian besar penelitian dalam biofuel sampai saat ini difokuskan pada pengembangan katalis biologis harus ditekankan bahwa biorefineries masa depan mungkin akan menggunakan kombinasi katalis biologi dan kimia untuk membuat biofuel.

LEAVE A COMMENT

COMMENTS 0

Leave a Reply

Top of Form

Bottom of Form

CHEM ENG LINK

AIChE

Chache

Chemical Engineer

Chemical Engineering

Chemical Week

Cheresources

IChemE

ICIS

Knovel

GENERAL LINK

Dikti Kemendiknas

Teknik Kimia Unila

Unila

JOURNAL

AIChE Journal

Applied Catalysis A: General

Applied Catalysis B: Environmental

Bioresource Technology

Catalysis Communications

Catalysis Today

Chemical Engineering Science

Computers & Chemical Engineering

Industrial and Engineering Chemistry

Industril & Engineering Chemistry Research

Process Intensification

ARCHIVES

April 2013

August 2012

June 2012

May 2012

January 2012

December 2011

CATEGORIES

aplikasi komputer

berita

download

optimasi proses

simulasi dan komputasi

Termodinamika Teknik Kimia

RECENT POSTS

Mahasiswa Teknik Kimia Unila Juara I RFEC 2013 se-AsiaTenggara

Congratulations! Tim Tekim Unila masuk Finalis RFEC2013

The Regional Future Energy Challenge2013

Jadwal UAS Genap2011/2012

Pemodelan dan Simulasi Kinetika ReaksiAlkoholisis

Top of Form

Search for:

Bottom of Form

VIDEO

Kalender

M

T

W

T

F

S

S

Apr

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

January 2015

Blog Stats

54,339 hits

Bahasa

Create a free website or blog at WordPress.com.The Mystique Theme.

Follow

Follow Heri Rustamaji

Top of Form

Get every new post delivered to your Inbox.

Bottom of Form

Build a website with WordPress.com

http://www.biofuelstp.eu/fuelproduction.html (29 Januari 2015 22:14)

About EBTPEBTP-SABSNewsletterFact SheetsLinksContact Us

Top of Form

Bottom of Form

SEARCH DATABASES:EventsReportsStakeholdersR&D&D MappingDeployment

Biofuels Research, Demonstration & Deployment

Biofuels 'Value Chain' Topics & Overviews

EBTP Activities

EC Activities

National Activities

Biomass / Feedstocks

Fuels and Conversion

End Use

Policy & Sustainability

Biofuel Production

Advanced biofuels

View figures on Advanced Biofuels planned production capacityUS, EU and other countries 2009-2013 based onBiofuels Digestadvanced production tracking database. All figures in Mgy. See alsoSuperData Free Access Global Biofuels Plant list

The termadvanced biofuelsmay be used to describe:

a. Biofuels produced by advanced technology from non-food feedstocks (e.g. wastes, agricultural and forestry residues, energy crops). The end product (e.g. cellulosic ethanol or biodiesel) is the same as that produced by first generation technology. However, the 2G product is considered more sustainable as it generally offers greater levels of GHG reduction and/or does not use food crops as a feedstock.

b. The term "advanced biofuels" is also applied to biofuels with advanced properties, such as HVO, biopetroleum, bio jet fuel, biobutanol, etc.. These end-products may be more compatible with exisitng fuel infrastructures or offer other technical benefits. Biofuels with improved properties may be made from a range of feedstocks (including crops). Ultimately, the aim is to produce all such biofuels from sustainable feedstocks that are not considered to compete adversely with food production.

This is covered in detail in thesustainabilitysection of the EBTP website.

Mapping of biofuels production and associated information

TheBIOMAPis an initiative of DG ENER in an effort to facilitate the dissemination of results on biofuels of the European Commission's Framework Programmes (FP6 and FP7) as well as the Intelligent Energy Europe programme. A significant amount of data has been included covering industrial plants, biofuel quality standards, associations related to biofuels, EC policies, Member States policies, etc.

Introduction

The general information in this section is divided into two broad areasFirst Generation(biofuels from crops) andSecond Generation(advanced sustainable biofuels, which are thefocus of EBTPactivities). This page includes a short overview of biofuel production and links to more detailed information on each technology, as well asdiagramsand links to relevantresearch projects.

First Generationcovers:

Biodiesel(RME)

Bioethanol

ETBE

Biogas/Landfill Gas

Straight Vegetable Oils (SVO).

In general, first generation biofuels are produced from cereal crops (e.g. wheat, maize), oil crops (e.g. rape, palm oil) and sugar crops (e.g. sugar beet, sugar cane) using established technology. More detailed information is available on individual pages for each product.

The use of first generation technology has been the subject of considerable media attention, widespread public and political debate, and campaigns by civil societies to draw attention to the environmental and social impacts of biofuels from food crops. This is covered by the sustainability section of this website, which offers links and background information onFood v Fuel,Environmental Impact,Land Availability,CertificationandIndirect Effectsof bioenergy production.

The focus of the European Biofuels Technology Platform is on the demonstration of new technologies for industrial-scale production of Second Generation (2G) biofuels (advanced biofuels) from sustainable feedstocks. These includeenergy crops,algae,agricultural residues(e.g. straw, corn stover),waste streams(e.g. MSW, food waste), andforestry resources. The sustainability of advanced biofuels is also dependent on a net GHG reduction across each "value chain" (the specific combination of sustainable feedstock, conversion process and end products), with no "negative effect on biodiversity or land use".

Various "value chains" are being developed and demonstrated for the conversion of sustainable feedstocks into a range of biofuels, as well as other valuable by-products and/or heat and power.

Next Generation(advanced) biofuels include:

Biomass to Liquid (BtL)

Cellulosic ethanol

BioDME/Methanol

BioSynthetic Natural Gas (BioSNG)

Bio-oil/Bio-crude

Algal biofuels

Hydrocarbons from catalysis of plant sugars

Biofuels via synthetic biology and modified metabolism

Biohydrogen

Bioelectricity/CHP

Biobutanol

In general, second generation biofuels are produced from cellulosic materials (lignocellulosic feedstocks). These raw material options may result in the production of more fuel per unit of agricultural land used and require less chemical and energy input per production and harvesting resulting in a higher yield in terms of net GJ energy produced per hectare land used. Such raw materials may be considered moresustainableand do not compete directly with food. However, there can be competition for land use as well as competition between the potential use of cellulosic materials for liquid biofuels and current (rapidly expanding) use for heat and power generation through combustion as solid biofuels.

New technology is being developed to produce biofuels from cellulosic materials. More detailed information is available on individual pages for each product.

Diagrams

The production of biofuels from vegetable oils

Copyright CPL PressView at larger size>>

Biochemical routes to liquid biofuels

Copyright CPL PressView at larger size>>

Thermochemical routes to liquid biofuels

Copyright CPL PressView at larger size>>

Research

>> EU supported R&D on Second Generation Biofuels

>> EU supported R&D on First Generation

Second Generation

EU Supported Research, Development and Demonstration activities and Related Studies

A full list of EC projects on biomass feedstocks, advanced biofuels, sustainability and market development is now included on theresearch fundingpage

View presentations...

View presentations...

View presentations...

Latest Updates

UK Advanced Biofuels Demonstration Competition Call

Expressions of interest are invited for a 25m Advanced Biofuels Demonstration Competition in the UK (deadline 13 Feb 2015)View info and links

EBTP Newsletter November 2014

EBTP SMP6 summaries and pesentations, SRA update and call for new WG members, plus news, events and reportsRead now

EC Directive on deployment of alternative fuels infrastructure

New rules adopted to ensure the build-up of alternative refuelling points across EuropeView directive

Report suggests GHG reduction of biofuels may be greatly under-estimated

A new report from Ecofys suggests fairer ways to compare the relative GHG emissions of biofuels and fossil fuelsRead now

Abengoa Hugoton plant opening ceremony held

In October 2014, Abengoa held the official opening ceremony for the commercial-scale cellulosic ethanol plant at Hugoton, KansasRead more and view video

ABOUT EBTPAbout EBTPEBTP-SABSNewsletterLinksContact Us

SEARCH DATABASESEventsReportsStakeholdersR&D&D MappingDeployment

BIOFUELS R&D&DEBTP ActivitiesEC ActivitiesNational Actvities

ADVANCED BIOFUELS INFOFeedstocks / BiomassFuels and ConversionEnd UsePolicy and Sustainability

Copyright 2007-2014, EBTP-SABS This website is covered by an Important Disclaimer. Please refer to thePolicy Statementsfor details.

Website managed by CPL Press on behalf of EBTP-SABS and EBTP Email:[email protected] Last Updated17 November, 2014

EBTP-SABSactivities in support of Advanced Biofuesl Stakeholders in Europe are funded by the EC under Concerted Support Action 609607

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia diFacebook,Twitter,InstagramdanIRC#wikipedia-idconnect

[tutup]

Biofuel

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Energi terbarukan

BiofuelBiomassaPanas bumiEnergi airEnergi suryaEnergi pasang surutEnergi ombakEnergi angin

l

b

s

Bahan bakar hayatiataubiofueladalah setiap bahan bakar baikpadatan,cairanataupungasyang dihasilkan dari bahan-bahanorganik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung daritanamanatau secara tidak langsung darilimbahindustri, komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian);fermentasilimbah basah (seperti kotoran hewan) tanpaoksigenuntuk menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persenmetana), atau fermentasitebuataujagunguntuk menghasilkanalkoholdanester; dan energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar).

Proses fermentasi menghasilkan dua tipe biofuel: alkohol dan ester. Bahan-bahan ini secara teori dapat digunakan untuk menggantikanbahan bakar fosiltetapi karena kadang-kadang diperlukan perubahan besar pada mesin, biofuel biasanya dicampur dengan bahan bakar fosil.Uni Eropamerencanakan 5,75 persen etanol yang dihasilkan darigandum, bit,kentangatau jagung ditambahkan pada bahan bakar fosil pada tahun 2010 dan 20 persen pada 2020. Sekitar seperempat bahan bakar transportasi diBraziltahun 2002 adalah etanol.

Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa meningkatkan kadar karbon di atmosfer karena berbagai tanaman yang digunakan untuk memproduksi biofuel mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer, tidak seperti bahan bakar fosil yang mengembalikan karbon yang tersimpan di bawah permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. Dengan begitu biofuel lebih bersifatcarbon neutraldan sedikit meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer (meski timbul keraguan apakah keuntungan ini bisa dicapai di dalam prakteknya). Penggunaan biofuel mengurangi pula ketergantungan pada minyak bumi serta meningkatkan keamanan energi.[1]

Ada dua strategi umum untuk memproduksi biofuel. Strategi pertama adalah menanam tanaman yang mengandung gula (tebu,bit gula, dan sorgum manis[2]) atau tanaman yang mengandung pati/polisakarida (jagung), lalu menggunakan fermentasiragiuntuk memproduksi etil alkohol. Strategi kedua adalah menanam berbagai tanaman yang kadar minyak sayur/nabatinya tinggi sepertikelapa sawit,kedelai,alga, ataujathropa. Saat dipanaskan, maka keviskositasanminyak nabati akan berkurang dan bisa langsung dibakar di dalammesin diesel, atau minyak nabati bisa diproses secara kimia untuk menghasilkan bahan bakar sepertibiodiesel. Kayu dan produk-produk sampingannya bisa dikonversi menjadi biofuel sepertigas kayu,metanolataubahan bakar etanol.

Daftar isi

[sembunyikan]

1Energi Bahan Bio dari Limbah

2Bahan bakar berbentuk cair bagi transportasi

3Biofuel generasi pertama

3.1Minyak sayur

3.2Biodiesel

3.3Bioalkohol

3.4BioGas

3.5Biofuel padat

3.6Syngas

4Biofuel generasi kedua

5Referensi

6Rujukan

Energi Bahan Bio dari Limbah[sunting|sunting sumber]

Penggunaan limbah biomassa untuk memproduksi energi mampu mengurangi berbagai permasalahan manajemen polusi dan pembuangan, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, serta mengurangi emisi gas rumah kaca. Uni Eropa telah mempublikasikan sebuah laporan yang menyoroti potensi energi bio yang berasal dari limbah untuk memberikan kontribusi bagi pengurangan pemanasan global. Laporan itu menyimpulkan bahwa pada tahun 2020 nanti 19 juta ton minyak tersedia dari biomassa, 46% dari limbah bio: limbah padat perkotaan, residu pertanian, limbah peternakan, dan aliran limbah terbiodegradasi yang lain.[3][4]

Tempat penampungan akhir sampah menghasilkan sejumlah gas karena limbah yang dipendam di dalamnya mengalamipencernaan anaerobik. Secara kolektif gas-gas ini dikenal sebagailandfill gas(LFG) atau gas tempat pembuangan akhir sampah. Landfill gas bisa dibakar baik secara langsung untuk menghasilkan panas atau menghasilkan listrik bagi konsumsi publik. Landfill gas mengandung sekitar 50% metana, gas yang juga terdapat di dalamgas alam.

Biomassa bisa berasal dari limbah materi tanaman. Gas dari tempat penampungan kotoran manusia dan hewan yang memasuki atmosfer merupakan hal yang tidak diinginkan karena metana adalah salah satu gas rumah kaca yang potensil pemanasan globalnya melebihi karbondioksida.[5][6]Frank Keppler dan Thomas Rockmann menemukan bahwa tanaman hidup juga memproduksi metanaCH4.

Bahan bakar berbentuk cair bagi transportasi[sunting|sunting sumber]

Sebagian besar bahan bakar transportasi berbentuk cairan, sebab berbagai kendaraan biasanya membutuhkankepadatan energiyang tinggi. Kendaraan biasanya membutuhkankepadatan kekuatanyang tinggi yang bisa disediakan olehmesin pembakaran dalam. Mesin ini membutuhkan bahan bakar pembakaran yang bersih untuk menjaga kebersihan mesin dan meminimalisirpolusi udara. Bahan bakar yang lebih mudah dibakar dengan bersih biasanya berbentuk cairan dangas. Dengan begitu cairan (serta gas-gas yang bisa disimpan dalam bentuk cair) memenuhi persyaratan pembakaran yang portabel dan bersih. Selain itu cairan dan gas bisa dipompa, yang berarti penanganannya mudah dimekanisasi, dan dengan begitu tidak membutuhkan banyak tenaga.

Biofuel generasi pertama[sunting|sunting sumber]

Biofuel generasi pertama menunjuk kepada biofuel yang terbuat darigula,starch,minyak sayur, ataulemak hewanmenggunakan teknologi konvensional.[7]

Biofuel generasi pertama yang umum didaftar sebagai berikut.

Minyak sayur[sunting|sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah:Minyak sayur sebagai bahan bakar

Minyak sayur dapat digunakan sebagai makanan atau bahan bakar; kualitas dari minyak dapat lebih rendah untuk kegunaan bahan bakar. Minyak sayur dapat digunakan dalam mesin diesel yang tua (yang dilengkapi dengansistem injeksi tidak langsung, tapi hanya dalam iklim yang hangat. Dalam banyak kasus, minyak sayur dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel, yang dapat digunakan kebanyakan mesin diesel bila dicampur dengan bahan bakar diesel konvensional.MAN B&W Diesel,WartsiladanDeutz AGmenawarkan mesin yang dapat digunakan langsung dengan minyak sayur. Minyak sayur bekas yang diproses menjadi biodiesel mengalami peningkatan, dan dalam skala kecil, dibersihkan dari air dan partikel dan digunakan sebagai bahan bakar.

Biodiesel[sunting|sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah:Biodiesel

Biodiesel merupakan biofuel yang paling umum di Eropa. Biodiesel diproduksi dari minyak atau lemak menggunakantransesterifikasidan merupakan cairan yang komposisinya mirip dengan diesel mineral. Nama kimianya adalah methyl asam lemak (atau ethyl) ester (FAME). Minyak dicampur dengan sodium hidroksida dan methanol (atau ethanol_ dan reaksi kimia menghasilkan biodiesel (FAME) danglycerol. 1 bagian glycerol dihasilkan untuk setiap 10 bagian biodiesel.

Biodiesel dapat digunakan di setiapmesin dieselkalau dicampur dengan diesel mineral. Di beberapa negara produsen memberikan garansi untuk penggunaan 100% biodiesel. Kebanyakan produsen kendaraan membatasi rekomendasi mereka untuk penggunaan biodiesel sebanyak 15% yang dicampur dengan diesel mineral. Di kebanyakan negara Eropa, campuran biodiesel 5% banyak digunakan luas dan tersedia di banyak stasiun bahan bakar.[8][9]

Di AS, lebih dari 80% truk komersial dan bis kota beroperasi menggunakan diesel. Oleh karena itu penggunaan biodiesel AS bertumbuh cepat dari sekitar 25 juta galon per tahun pada 2004 menjadi 78 juta galon pada awal 2005. Pada akhir 2006, produksi biodiesel diperkirakan meningkat empat kali lipat menjadi 1 miliar galon.[3]

Bioalkohol[sunting|sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah:Bahan bakar alkohol

Alkohol yang diproduksi secarai biologi, yang umum adalahethanol, dan yang kurang umum adalahpropanoldanbutanol, diproduksi dengan aksimikroorganismedanenzymmelalui fermentasi gula ataustarch, atau selulosa.Biobutanolseringkali dianggap sebagai pengganti langsungbensin, karena dapat digunakan langsung dalam mesin bensin.

Butanolterbentuk darifermentasi ABE(aseton, butanol, etanol) dan eksperimen modifikasi dari proses tersebut memperlihatkan potensi yang menghasilkan energi yang tinggi dengan butanol sebagai produk cair. Butanol dapat menghasilkan energi yang lebih banyak dan dapat terbakar "langsung" dalam mesin bensin yang sudah ada (tanpa modifikasi mesin).[10]Dan lebih tidak menyebabkan korosi dan kurang dapat tercampur dengan air dibanding ethanol, dan dapat didistribusi melalui infrastruktur yang telah ada.DupontdanBPbekerja sama untuk menghasilkan butanol.

Bahan bakar etanolmerupakan biofuel paling umum di dunia, terutamabahan bakar etanol di Brasil.Bahan bakar alkoholdiproduksi dengan cara fermentasi gula yang dihasilkan darigandum,jagung,bit gula,tebu,molassesdan gula atau amilum yang dapat dibuatminuman beralkohol(sepertikentangdan sisabuah, dll). Produksi etanol menggunakan digestienzimuntuk menghasilkan gula dari amilum,fermentasigula,distilasidan pengeringan. Proses ini membutuhkan banyak energi untuk pemanasan (seringkali menggunakangas alam).

Produksietanol selulosamenggunakantanaman non-panganatau produk sisa yang tak bisa dikonsumsi, yang tidak mengakibatkan dampak pada siklus makanan.

Memproduksietanoldariselulosamerupakan langkah-tambahan yang sulit dan mahal dan masih menunggu penyelesaian masalah teknis. Ternak yang memakan rumput dan menggunakan proses digestif yang lamban untuk memecahnya menjadiglukosa(gula). Dalam laboratoriumethanol selulosik, banyak proses eksperimental sedang dilakukan untuk melakukan hal yang sama, dan menggunakan cara tersebut untuk membuat bahan bakar ethanol.

Beberapa ilmuwan telah mengemukakan rasa prihatin terhadap percobaanteknik genetikaDNA rekombinanyang mencoba untuk mengembangkanenzymyang dapat memecah kayu lebih cepat dari alam, makhluk mikroskopik tersebut dapat tidak sengaja terlepas ke alam, tumbuh secara eksponensial, disebarkan oleh angin, dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan struktur seluruhtanaman, yang dapat mengakhiri produksioksigenyang dilepaskan oleh prosesfotosintesistumbuhan.

Ethanol dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai penggantibensin; ethanol dapat dicampur dengan bensin dengan persentase tertentu. Kebanyakan mesin bensin dapat beroperasi menggunakan campuran ethanol sampai 15% dengan bensin. Bensin dengan ethanol memiliki angkaoktanyang lebih tinggi, yang berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan lebih efisien.

Bahan bakar etanolmemilikiBTUyang lebih rendah, yang berarti memerlukan lebih banyak bahan bakar untuk melakukan perjalan dengan jarak yang sama. Dalam mesin kompresi-tinggi, dibutuhkan bahan bakar dengan sedikit ethanol dan pembakaran lambat untuk mencegahpra-ignisiyang merusak (knocking).

Ethanol sangatkorosifterhadap sistem pembakaran, selang dan gasket karet,aluminium, danruang pembakaran. Oleh karena itu penggunaan bahan bakar yang mengandung alkohol ilegal bila digunakan pesawat. Untuk campuran ethanol konsentrasi tinggi atau 100%, mesin perlu dimodifikasi.

Ethanol yang meyebabkan korosif tidak dapat disalurkan melalui pipa bensin, oleh karena itu diperlukan truk tangki stainless-steel yang lebih mahal, meningkatkan konsumsi biaya dan energi yang dibutuhkan untuk mengantar ethanol ke konsumen.

Banyak produsen kendaraan sekarang ini memproduksikendaraan bahan bakar fleksibel, yang dapat beroperasi dengan kombinasi bioethanol dan bensin, sampai dengan 100% bioethanol.

Alkohol dapat bercampur dengan bensin dan air, jadibahan bakar etanoldapat tercampur setelah proses pembersihan dengan menyerap kelembaban dari atmosfer. Air dalam bahan bakar ethanol dapat mengurangi efisiensi, menyebabkan mesin susah dihidupkan, menyebabkan gangguan operasi, dan mengoksidasi aluminum (karat padakarburatordan komponen dari besi).

]-->

BioGas[sunting|sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah:biogas

Biogas diproduksi dengna prosesdigesti anaerobikdaribahan organikolehanaerobe. Biogas dapat diproduksi melalui bahan sisa yang dapat terurai atau menggunakantanaman energiyang dimasukan ke dalampencerna anaerobikuntuk menambah gas yang dihasilkan. Hasil sampingan,digestate, dapat digunakan sebagai bahan bakar bio atau pupuk.

Biogas mengandungmethanedan dapat diperoleh dari digester anaerobik industri dan sistempengelolaan biologi mekanik. Gas sampah adalah sejenis biogas yang tidak bersih yang diproduksi dalamtumpukan sampahmelalui digesti anaerobik yang terjadi secara alami. Bila gas ini lepas ke atmosfer, gas ini merupakangas rumah kaca.

Oils and gases can be produced from various biological wastes:

Thermal depolymerizationof waste can extract methane and other oils similar to petroleum.

GreenFuel Technologies Corporationdeveloped a patented bioreactor system that uses nontoxic photosynthetic algae to take in smokestacks flue gases and produce biofuels such as biodiesel, biogas and a dry fuel comparable to coal.[11]

Biofuel padat[sunting|sunting sumber]

Contohnya termasuk kayu, arang, danmanurkering.

Syngas[sunting|sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah:Gasifikasi

Syngasdihasilkan oleh kombinasi prosespyrolysis, kombusi, dangasifikasi. Bahan bakar bio dikonversi menjadikarbon monoksidadan energi melalui pyrolysis. Masukan oksigen terbatas diberikan untuk mendukung kombusi. Gasifikasi mengubah materi organik menjadi hidrogen dan karbon monoksida.

Campuran gas yang dihasilkan, syngas, adalah bahan bakar.

Biofuel generasi kedua[sunting|sunting sumber]

Para pendukung biofuel mengklaim telah memiliki solusi yang lebih baik untuk meningkatkan dukungan politik serta industri untuk, dan percepatan, implementasi biofuel generasi kedua dari sejumlah tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan, di antaranyacellulosic biofuel.[12]Proses produksi biofuel generasi kedua bisa menggunakan berbagai tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan yang diantaranya adalah limbah biomassa, batang/tangkai gandum, jagung, kayu, dan berbagai tanaman biomassa atau energi yang spesial (contohnyaMiscanthus). Biofuel generasi kedua (2G) menggunakan teknologibiomassa ke cairan, diantaranya cellulosic biofuel dari tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan.[13]

Sebagian besar biofuel generasi kedua sedang dikembangkan sepertibiohidrogen,biometanol,DMF, Bio-DME,Fischer-Tropschdiesel, biohydrogen diesel, alkohol campuran dan diesel kayu. Produksicellulosic ethanolmempergunakan berbagai tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan atau produk buangan yang tidak bisa dimakan. Memproduksi etanol dari selulosa merupakan sebuah permasalahan teknis yang sulit untuk dipecahkan. Berbagai hewan ternak pemamah biak (seperti sapi) memakan rumput lalu menggunakan proses pencernaan yang berkaitan dengan enzim yang lamban untuk menguraikannya menjadi glukosa (gula). Di dalam labolatorium cellulosic ethanol, berbagai proses eksperimen sedang dikembangkan untuk melakukan hal yang sama, lalu gula yang dihasilkan bisa difermentasi untuk menjadi bahan bakar etanol. Para ilmuwan juga sedang bereksperimen dengan sejumlah organisme hasilrekayasa genetikpenyatuan kembali DNAyang mampu meningkatkan potensi biofuel seperti pemanfaatan tepungRumputGajah (Panicum virgatum).[14]

Jerami tanaman minyak biji Rapa sebagai salah satu sumber energi alternatif penting dimasa depan. Jerami minyak biji Rapa kebanyakan tidak lagi digunakan petani, hanya sebagai kompos dan tempat tidur hewan ternak. Tetapi dengan memanfaatkan jerami minyak biji Rapa akan menghasilkanenergi alternatif Biofuelterbarukan. Ilmuwan dari Institute of Food Research mencari cara, bagaimana mengubah jerami dariminyak biji Rapa menjadi energi alternatif biofuel. Penemuan awal menunjukkan bagaimana proses pembuatan biofuel bisa diproduksi lebih efisien, serta bagaimana meningkatkan produksi jerami minyak biji Rapa dapat ditingkatkan. Jerami dari tanaman seperti gandum, barley, dan minyak biji Rapa dipandang sebagaisumber potensial energi biomassauntukmeningkatkan produksi biofuelgenerasi kedua. Setidaknya produksi di Inggris mencapai sekitar 12 juta ton jerami minyak biji Rapa. Dalam kenyataannya, minyak biji Rapa banyak digunakan untuk tempat tidur hewan ternak dan kompos dan pembangkit energi. Jerami berisi campuran gula yang dapat digunakan sebagaisumber energi alternatif biofuel, dimana dalam penggunaannya tidak bersaing dengan produksi pangan melainkan merupakan solusi berkelanjutan dalam hal pemanfaatan limbah. Gula yang ada pada jerami tidak dapat diakses oleh enzim yang membebaskannya agar dapat dikonversi menjadi energi alternatif biofuel, sehingga perawatan sebelum pengelolaan jerami akan sangat diperlukan.

Referensi[sunting|sunting sumber]

1. SmartWay Grow & Go.

2. ICRISAT: Sweet sorghum balances food and fuel needs.

3. European Environment Agency (2006) How much bioenergy can Europe produce without harming the environment? EEA Report no. 7.

4. Marshall, A. T. (2007) Bioenergy from Waste: A Growing Source of Power,Waste Management World Magazine, April, hal. 34-37.

5. IPCC Third Assessment Report, diakses 31 Agustus 2007.

6. Non-CO2 Gases Economic Analysis and Inventory: Global Warming Potentials and Atmospheric Lifetimes, U.S. Environmental Protection Agency, diakses 31 Agustus 2007.

7. Frank Keppler, John T. G. Hamilton, Marc Bra, and Thomas Rckmann (2006). "Methane emissions from terrestrial plants under aerobic conditions". Nature 439: 187191.

8. [4].

9. Chris Somerville.""Development of Cellulosic Biofuels"" (PDF). U.S. Dept. of Agriculture. Diambil pada 2008-01-15.

10. Sumber Energi Alternatif Biofuel Dari Jerami Minyak Biji Rapa,iSains, 26 May 2014

Rujukan[sunting|sunting sumber]

1. ^"SmartWay Grow & Go".

2. ^ICRISAT: Sweet sorghum balances food and fuel needs

3. ^European Environment Agency (2006) How much bioenergy can Europe produce without harming the environment? EEA Report no. 7

4. ^Marshall, A. T. (2007) Bioenergy from Waste: A Growing Source of Power,Waste Management World Magazine, April, p34-37

5. ^IPCC Third Assessment Report, accessed August 31, 2007.

6. ^Non-CO2 Gases Economic Analysis and Inventory: Global Warming Potentials and Atmospheric Lifetimes, U.S. Environmental Protection Agency, accessed August 31, 2007

7. ^UN biofuels report

8. ^http://www.biodiesel.de/

9. ^Welcome to Biodiesel Filling Stations

10. ^ButylFuel,LLC Main Page

11. ^greenfuelonline.com

12. ^[1]

13. ^[2]

14. ^(Indonesia)Jurnal KeSimpulan.com - Transfer Gen Mutan Jagung ke Rumput Gajah Untuk Biofuel

Kategori:

Bahan bakar

Energi terbarukan

Menu navigasi

Buat akun baru

Masuk log

Halaman

Pembicaraan

Baca

Sunting

Sunting sumber

Versi terdahulu

Top of Form

Bottom of Form

Halaman Utama

Perubahan terbaru

Peristiwa terkini

Halaman baru

Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi

Portal komunitas

Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia

Pancapilar

Kebijakan

Menyumbang

Hubungi kami

Bak pasir

Bagikan

Facebook

Google+

Twitter

Cetak/ekspor

Buat buku

Unduh versi PDF

Versi cetak

Peralatan

Pranala balik

Perubahan terkait

Halaman istimewa

Pranala permanen

Informasi halaman

Item di Wikidata

Kutip halaman ini

Bahasa lain

Azrbaycanca

emaitka

()

Catal

etina

Dansk

Deutsch

English

Esperanto

Espaol

Eesti

Euskara

Suomi

Franais

Galego

Hrvatski

Kreyl ayisyen

Magyar

Interlingua

slenska

Italiano

Lietuvi

Nederlands

Norsk bokml

Occitan

Polski

Portugus

Runa Simi

Romn

Srpskohrvatski /

Simple English

Slovenina

/ srpski

Svenska

Kiswahili

Trke

Ting Vit

Walon

Bn-lm-g

Sunting interwiki

Halaman ini terakhir diubah pada 05.14, 26 Mei 2014.

Teks tersedia di bawahLisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. LihatKetentuan Penggunaanuntuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi

Tentang Wikipedia

Penyangkalan

Developers

Tampilan seluler

http://id.wikipedia.org/wiki/Biofuel

Kebutuhan Biofuel Indonesia 2014 Diperkirakan Mencapai 45 juta kiloliter. Gimana memenuhinya.?

Posted onDecember 19, 2013|1 Comment

Dampak dari diterbitkannyaPeraturan Menteri ESDM No. 25 tahun 2013beberapa waktu yang lalu yang mewajibkan sektor industri, transportasi, dan pembangkit listrik menggunakan 10% biofuel atau bahan bakar nabati (BBN) menyebabkan peningkatan kebutuhan biofuel di tahun 2014. Kementrian ESDM memperkirakan kebutuhan biofuel di tahun 2014 akan mencapai 45 juta kiloliter dengan rincian 20 juta kiloliter untuk transportasi, 17 juta kiloliter untuk industri, dan 8 juta kiloliter untuk pembangkit listrik.

Sayangnya data tersebut tidak dirinci berapa untuk masing-masing biofuel, seperti: biodiesel, bioetanol, dan biogas. Kalau dilihat dari data tahun-tahun sebelumnya, hanya biodiesel yang benar-benar terealisasi digunakan untuk sebagai pencampur solar. Sedangkan bioetanol sama sekali tidak ada penyerapannya di Indonesia. Biogas juga belum digunakan untuk sektor transportasi atau untuk bahan bakar lainnya. Kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas masih menggunakan gas alam, bukan bioetanol.Produksi biodiesel memang lebih mudah dilakukan di Indonesia, mengingat Indonesia adalah produsen terbesar CPO di dunia saat ini. CPO menjadi bahan baku utama produksi biodiesel. Memang di surat-surat kabar ada berita pembuatan biodiesel dari minyak jlantah. Namun, saya yakin jumlahnya tidak signifikan. Tantangan utama produksi biodiesel adalah fluktuasi harga CPO di tingkat dunia dan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Jika dolar naik, otomatis harga cpo dalam rupiah juga akan naik. Biaya produksi biodiesel juga akan naik.

Karena berbasis CPO, industri biodiesel pun mengikuti sentra-sentra perkebunan sawit. Saat ini tercatat ada 14 pabrik biodiesel yang masih beroperasi. Sebagian besar berada di pulau sumatera (6 pabrik) dan pulau jawa (6 pabrik), dan 2 pabrik di kalimantan. Kapasitas produksi pabrik-pabrik tersebut sebesar 3,8 juta MT/th. Meskipun kapasitas pertahunnya besar, berdasarkan data dari Kementrian ESDM realisasi produksi biodiesel tahun 2013 hingga bulan oktober sebesar 723.047 kiloliter. Artinya pabrik-pabrik biodiesel tersebut belum maksimal berproduksi.

Produksi biodiesel dari minyak-minyak lain hanya sebatas kabar berita. Realisasinya tau ah gelap. Heboh penanaman jarak bebeapa tahun lalu, sekarang seperti tidak tersisa. Namun, ada selentingan kalau jarak akan dibangkitkan lagi dari kubur-nya. Kita tunggu saja.

Tercatat masih ada empat pabrik bioetanol yang berproduksi di Indonesia. Pabrik-pabrik kecil yang dulu pernah booming mungkin tidak tercatat. Hampir semua pabrik bioetanol ini ada di Pulau Jawa dan hanya satu yang di Lampung. Total kapasitas produksinya sebesar 166.923 kiloliter/tahun. Sayang saya tidak mendapatkan berapa realisasi produksi bioetanol untuk bahan bakar. Mungkin memang tidak ada realisasinya, karena di situs kementrian ESDM memang nol. (hik..hikpadahal dulu pernah heboh sekali, lebih heboh dari biodiesel)

Setahu saya sebagian besar bahan baku untuk pembuatan bioetanol masih mengandalkan molases. Memang ada desas-desus produksi bioetanol dari singkong. Kenyataanya saya tidak mendapatkan informasi pabrik mana yang sudah memproduksi bioetanol dari singkong saat ini. Pabrik bioetanol yang di lampung apakah masih berproduksi atau tidak juga tidak tahu. Ada kabar angin lagi kalau salah satu produsen bioetanol yang dulu mau pakai singkong malah tidak terdengar lagi eksistensinya.

Setahu saya penanaman singkong masih gencar dilakukan. Bahkan ada kabar akan diperluas untuk wilayah luar jawa dan luar sumatera, seperti di Kalimantan dan Sulawesi. Singkong-singkong ini lebih banyak digunakan untuk produksi tepung daripada untuk produksi bioetanol. Seandainya potensi singkong ini dimanfaatkan dengan baik, Indonesia bisa jadi produsen bioetanol terbesar di dunia (kabar dari salah satu situs bioenergi nasional).

Singkong dan pati merupakan salah satu bahan pangan dan pakan. Jadi, sebenarnya kurang tepat jika digunakan sebagai bahan baku bioetanol untuk bahan bakar. Memenuhi perut manusia lebih didahulukan daripada memenuhi perut tangki mobil/motor. Molases juga sama yang kandungan utamanya pati. Molases dimanfaatkan terutama untuk memproduksi bahan pangan atau pakan.

Meskipun sempat heboh beberapa waktu yang lalu, baik di tingkat nasional maupun internasional, bioetanol bisa dibuat dari bahan yang berkayu. Cuma masalahnya adalah teknologinya belum benar-benar siap dan ekonomis. Masih perlu penelitian yang mendalam agar bisa matang teknologinya. Namun, lagi-lagi, pemerintah dan industri masih setengah hati membantu penelitian bioetanol dari bahan-bahan berkayu atau lignoselulsoa. Sebenarnya jika dihitung-hitung, potensi bioetanol selulosa sangat-sangat besar. Tantangan utamanya: bagaimana mewujudkan potensi ini agar bisa memenuhi kebutuhan bioetanol nasional. (lihat di sini: Potensi Bioetanol Selulosa)

Potensi biogas sebenarnya juga sangat-sangat besar. Cuma sepertinya belum digarap atau bahkan belum dilirik oleh kementrian ESDM. Sebagai contoh saja, di Indonesia saat ini ada lebih dari 500 pabrik sawit. Kolam limbahnya luar biasa luas dan potensial untuk produksi biogas. Andaikan pemerintah mau membantu atau memberi insentif bagi pabrik-pabrik kelapa sawit (PKS) untuk mengolah limbah cairnya, paling tidak ada dua keuntungan. Pertama, mengatasi masalah limbah dan kedua memproduksi biogas. Biogas bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik atau langsung dipakai oleh masyarakat.

Saya masih menunggu nih, apa langkah-langkah kongret pemerintah melalui kementrian ESDM untuk melaksanakan PerMen ESDM No. 25 tahun 2013 tersebut. Kalau pemerintah serius, permen ini akan membangkitkan kembali gairah memproduksi biofuel di Indonesia.

About these ads

Share this:

2Click to share on Twitter

Click to email this to a friend

Click to print

Click to share on Pocket

25Share on Facebook

Click to share on Reddit

Click to share on StumbleUpon

2Click to share on LinkedIn

Click to share on Google+

Click to share on Tumblr

Click to share on Pinterest

Like this:Related

Mengapa bioetanol masih diperlukan untuk Indonesia

Bioetanol sebagai bahan bakar nabati (BNN) atau biofuel masih dianak-tirikan di Indonesia. Entah apa sebabnya. Padahal, peranan bioetanol tidak bisa digantikan oleh biofuel yang lain, seperti: biodiesel atau biogas. Bioetanol masih diperlukan untuk Indonesia.

In "Bioethanol"

Permen ESDM No. 25 Th. 2013 tentang Bahan Bakar Nabati (BBN) atau biofuel: biodiesel, bioetanol, dan biogas

Perment terbaru dari Menteri ESDM No. 25 th 2013 tentang BBN atau Biofuel, seperti: biodiesel, bioetanol, biogas, dan lain-lain. Yang menarik dari peraturan ini adalah kewajiban untuk memakai 10% BBN. Implikasi permen ini sangat besar bagi perkembangan biofuel di Indonesia. Semoga saja Permen ini bisa dilaksanakan seperti yang diharapkan.

In "Bioethanol"

Biofuel

Biofuel adalah bahan bakar terbarukan yang berasal dari mahluk hidup atau bagian mahluk hidup, material biologi (biomassa). Biofuel dapat berbentuk padat (solid), cair (liquid), atau gas dan dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai bahan bakar utama untuk pembangkit listrik dan panas, atau sebagai bahan baku untuk menghasilkan bahan bakar atau bahan

In "Biofuel"

http://isroi.com/2013/12/19/kebutuhan-biofuel-indonesia-2014-diperkirakan-mencapai-45-juta-kiloliter-gimana-memenuhinya/

PERKEMBANGAN INDUSTRI BIOFUEL DI INDONESIA

Januari 2008

http://www.datacon.co.id/Biofuel2008Ind.html

Keterbatasan bahan baku masih menjadi kendala

Saat ini pengembangan bahan bakar nabati untuk menggantikan bahan bakar fosil terus dilakukan. Biofuel akan menggantikan premium, solar, maupun kerosin atau minyak tanah. Pemerintah mentargetkan antara tahun 2009-2010 komposisi biofuel dan bahan bakar fosil mencapai 15 persen berbanding 85 persen.

Kebutuhan nasional untuk bahan bakar nabati sedikitnya 18 miliar liter per tahun. Akan tetapi keterbatasan bahan baku menjadi kendala utama karena harus berbagi dengan berbagai industri lain.

Kepala Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati Alhilal Hamdi juga menyatakan, keterbatasan salah satu bahan bakar utama biofuel, yaitu etanol untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar menjadi kendala utama. Etanol yang tersedia, jadi rebutan dengan dengan industri lain. Etanol di Indonesia masih digunakan untuk industri alkohol atau industri lain seperti rokok dan plastik.

Demikian pula dengan bahan baku biofuel lain yaitu Crude Palm Oil (CPO), produksinya saat ini masih lebih dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku minyak goreng di dalam negeri, dibanding untuk pembuatan biodisel.

Jarak Pagar (Jatropha) salah satu bahan baku biodisel yang saat ini digalakan pemerintah untuk dikembangkan secara besar-besaran bagi pemenuhan kebutuhan bahan baku biodisel, juga masih terkendala dengan ketersediaan bibit dan keterbatasan lahan penanaman.

Pengembangan dalam skala kecil di masyarakat secara ekonomis belum menunjukan tingkat keuntungan yang signifikan jika dibandingkan dengan kegiatan agrobisnis umumnya seperti sayuran dan buah-buahan. Sehingga berpengaruh terhadap animo masyarakat dalam mengembangkan penanaman Jarak pagar.

Harga jual belum bersaing

Selain itu salah satu kendala pengembangan biofuel di Indonesia adalah persoalan harganya yang masih terlalu tinggi dibandingkan harga bahan bakar fosil. Padahal, pada awalnya pemanfaatan biofuel tersebut diharapkan bisa menjadi sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan untuk menggantikan keberadaan fosilfuel yang harganya semakin lama semakin melonjak.

Harga jual biofuel yang mahal itu juga berpengaruh pada tingkat konsumsi di dalam negeri. Sementara untuk masuk ke pasar ekspor, produk biofuel terganjal tingginya biaya masuk impor yang ditetapkan sejumlah negara tujuan yang besarnya mencapai 30 persen.

PT Bakrie Rekin Bio Energy, perusahaan patungan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk dan PT Rekayasa Industri, terpaksa mengundurkan rencana produksi 100.000 ton biodiesel yang semula ditargetkan bisa terealisasi akhir 2008 menjadi akhir 2009 mendatang.

Beberapa produsen biofuel berharap pemerintah mau membantu para pelaku industri biofuel di dalam negeri dengan memberikan insentif berupa subsidi atas penjualan biodisel di pasar domestik. Sebab jika subsidi itu diberikan, harga jual biodisel di pasar domestik otomatis bisa menjadi lebih murah dibandingkan fosilfuel.

Dengan demikian, tingkat konsumsi biodisel di dalam negeri pun pasti akan meningkat, seiring banyaknya konsumen yang beralih dari penggunaan fosilfuel ke biofuel.

Struktur Produksi

Diskripsi produk

Bio Fuel adalah bahan bakar yang dapat diperbaharui (renewable) yang diproduksi dari berbagai bahan baku material tumbuhan (Biomassa), atau produk samping dari agroindustri, atau juga merupakan produk hasil proses ulang dari berbagai limbah seperti minyak goreng bekas, sampah kayu, limbah pertanian dan lain-lain.

Bio Fuel tidak mengandung minyak bumi, tetapi dapat dicampur dengan berbagai jenis produk minyak bumi untuk menghasilkan campuran bahan bakar. Biofuel dapat digunakan pada berbagai jenis mesin tanpa melakukan perubahan besar, selain itu Biofuel ramah lingkungan karena dapat terurai di alam (Biodegradable), serta tidak beracun dan tidak mengandung sulfur dan aromatic.

Biodiesel

Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-asam lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati melalui proses trans atau esterifikasi.

Biodiesel dapat di produksi dari 100% biodisel (B100) atau campuran dengan bahan bakar disel yang berasal dari minyak bumi. Biodiesel dapat bercampur dengan solar dan berdaya lumas lebih baik. Selain itu mempunyai kadar belerang hampir nihil. Jenis biodisel ditentukan oleh kandungan biodisel dalam bahan bakar tersebut.

Bioethanol

Bioethanol adalah jenis biofuel yang mengandung ethanol dalam tingkatan tertentu dan dapat dicampur dengan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi.

Ethanol atau ethyl alcohol (C2H5OH) adalah cairan yang tidak berwarna, dapat terurai di alam, kandungan racunnya rendah serta sedikit menimbulkan polusi lingkungan. Selain itu ethanol adalah bahan bakar beroktan tinggi serta dapat digunakan untuk menaikan angka oktan pada bahan bakar minyak bumi.

Ethanol dapat dibuat dari bahan baku biji-bijian seperti Jagung, gandum, beras dan lain-lain. Juga dapat dibuat dari bahan baku non biji seperti dari tepung singkong/ ubi kayu , gula dan gandum serta berbagai material organik lainnya yang mengandung karbon.

Proses produksi Biodiesel

Produksi biodiesel dari tumbuhan yang umum dilaksanakan yaitu melalui proses yang disebut dengan transesterifikasi. Transesterifikasi yaitu proses kimiawi yang mempertukarkan grup alkoksi pada senyawa ester dengan alkohol. Untuk mempercepat reaksi ini diperlukan bantuan katalisator berupa asam atau basa.

Pada tanaman penghasil minyak, cukup banyak terkandung asam lemak. Secara kimiawi, asam lemak ini merupakan senyawa gliserida. Pada proses transesterifikasi senyawa gliserida ini dipecah menjadi monomer senyawa ester dan gliserol, dengan penambahan alkohol dalam jumlah yang banyak dan bantuan katalisator.

Senyawa ester, pada tingkat (grade) tertentu inilah yang menjadi biodiesel. Dalam proses transesterifikasi untuk produksi biodiesel dari tumbuhan, biasanya digunakan asam sulfat (H2SO4) sebagai katalisator reaksi kimianya.

Selain proses transesterifikasi, dalam produksi biodiesel juga melalui tahapan: pengempaan jaringan tanaman (misalnya biji) menghasilkan minyak mentah; pemisahan (separator) fase ester dan gliserin; serta pemurnian/pencucian senyawa ester untuk menghasilkan grade bahan bakar (biodiesel).

Proses produksi Bioethanol

Produksi bio ethanol dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa)larut air. Proses produksi bio ethanol terbagi dalam beberapa tahap, yaitu gelatinasi, sakharifikasi, fermentasi dan destilasi.

Bahan baku tanaman yang akan dibuat bio ethanol dihancurkan dan dicampur dengan air sehingga menjadi bubur. Bubur pati tersebut dipanaskan sampai suhu 1300C selama 30 menit, kemudian setelah didinginkan hingga 550 C dilakukan proses sakharifikasi, yaitu proses pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana atau glukosa (gula larut air).

Dan dilanjutkan dengan fermentasi menggunakan ragi Saccharomyzes ceraviseze untuk mengubah glukosa tersebut menjadi ethanol/bio ethanol

Untuk memurnikan bioethanol menjadi berkadar lebih dari 95% agar dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, alkohol(ethanol/bioethanol) yang mempunyai kemurnian 40% tadi harus melalui proses destilasi untuk memisahkan alkohol dengan air.

Spesifikasi produk

Spesifikasi biodisel umumnya mengacu pada standar beberapa negara di dunia, terutama Amerika serikat melalui American Society of Testing and Materials(ASTM) dan Eropa melalui European Commitee for Standarization (CEN).

Spesifikasi ASTM di Amerika tertuang dalam ketentuan ASTM D 6751 mengenai spesifikasi kualitas biodiesel. Sementara di Eropa biodisel mengacu pada spesifikasi sesuai EN 14214.

Standar ASTM menetapkan bahwa biodisel adalah bahan bakar yang terdiri dari mono alkyl ester dari rantai panjang fatty acid, yang merupakan turunan dari minyak tumbuhan atau lemak hewan (vegetable oil / animal fat). Sehingga bahan baku minyak tumbuhan atau lemak hewan yang belum diproses tidak dapat diklasifikasikan sebagai biofuel.

Pemerintah indonesia juga menetapkan standar nasional untuk spesifikasi biodisel, seperti yang tertuang dalam SNI 04-7182-2006.

Untuk spesifikasi bioethanol, pemerintah menetapkan standar berdasarkan SNI DT 27-000102006, yang ditentukan oleh beberapa paremeter antara lain Density, liquidation point, Carbon residue, kandungan air dan lain-lain.

Kemampuan biodiesel bersaing dengan petroleum diesel

Sebagai substitusi dari bahan bakar minyak bumi, biodisel memiliki beberapa keunggulan, terutama Cetane number yang lebih tinggi, tingkat emisinya lebih rendah, Flash point nya tinggi serta kemampuan pelumasannya sangat baik.

Cetane number

Cetane number menunjukan ukuran keterlambatan/delay waktu pembakaran bahan bakar(fuel ignition), dimana angka cetane number yang lebih tinggi menunjukan waktu yang lebih singkat antara masuknya bahan bakar (fuel injection) dan terjadinya pembakaran (fuel ignition). Cetane number yang lebih tinggi identik dengan mudahnya menghidupkan mesin dalam kondisi dingin serta putaran mesin yang lebih lancar.

Tingkat emisi

Untuk biodisel murni (B100) emisi CO2 nya dapat ditekan hingga 73%, emisi methane dapat dikurangi hingga 51%, hydocarbon yang tidak terbakar dapat berkurang sebesar 67%, emisi carbon monoksida turun 48% dan sulphur oxide dapat ditekan hingga 100% serta penurunan limbah dan potensi polusi lingkungan lainnya dibanding petroleum diesel.

Flash point

Flash point adalah titik terbakarnya bahan bakar disel setelah mencapai tekanan tertentu dalam mesin sehingga terbakar, biodisel mempunyai titik bakar yang lebih tinggi dibanding petroleum diesel sehingga relatif lebih aman, karena tidak mudah terbakar akibat tekanan yang lebih rendah.

Pelumasan/Lubricity

Kemampuan pelumasan dari bahan bakar disel sangat penting, karena sangat berpengaruh terhadap kemampuan mesin tersebut untuk jangka panjang, terutama dalam menjaga fungsi peralatan injeksi bahan bajar/fuel injection component.

Biodisel mempunyai kemampuan pelumasan yang lebih baik karena berdasarkan spesifikasi EPA 2006 kandungan sulfur yang lebih tinggi akan menurunkan kemampuan pelumasan dari bahan bakar disel.

Dibalik kelebihan itu biodisel mempunyai kekurangan yaitu kandungan energinya masih dibawah petroleum diesel, karena sifat dasar ester yang dikandungnya yang berbeda dengan petroleum diesel.

Perkembangan Industri Bio Fuel saat ini

Brazil dan Amerika Serikat produsen dan konsumen terbesar bioethanol

Industri biofuel dunia saat ini masih didominasi oleh produksi bioethanol, yang mencapai sekitar 700.000 barel per hari, sementara itu biodisel produksinya hanya sekitar 75.000 barel per hari pada tahun 2006.

Amerika serikat dan Brazil adalah negara utama produsen dan konsumen bioethanol di dunia. Produksi bioethanol kedua negara tersebut mencapai 80% dari total produksi dunia. Dan konsumsi bioethanol oleh Amerika Serikat dan Brazil mencapai 75% dari total konsumsi dunia.

Brazil saat ini telah melampaui produksi bioethanol Amerika Serikat, dan menempatkan negara tersebut sebagai produsen terbesar bioethanol dunia, dengan produksi mencapai 320.000 barel per hari.

Selain di Amerika Serikat dan Brazil, bioethanol juga berkembang pesat di negara-negara Uni Eropa seperti Jerman, Spanyol dan Swedia. Sementara itu Honggaria, Lithuania dan republik Czech adalah negara baru produsen bioethanol.

Di Asia bioethanol mulai berkembang di beberapa negara antara lain India, Thailand, China, Malaysia dan Indonesia.

Jerman produsen dan konsumen terbesar biodisel

Biodisel berkembang pesat di Eropa, dengan produksi mencapai 88% dari total produksi dunia yang mencapai 75.000 barel per hari pada tahun 2006.

Jerman adalah negara produsen dan konsumen biodisel terbesar di dunia, dengan produksi hampir 50% dari total produksi biodisel dunia. Negara utama lainnya penghasil biodisel di Eropa adalah Prancis, Itali, Austria, Republik Czech dan Polandia.

Riau dan Sumatera Utara wilayah potensial industri Bio Fuel di Indonesia

Industri biofuel di Indonesia baru memasuki tahap awal perkembangan, karena pentingnya menjaga potensi minyak bumi serta mempersiapkan sumber energi renewable baru dilakukan terutama dua tahun terakhir ini.

Proyek pengembangan biofuel dalam skala besar saat ini sedang di persiapkan oleh beberapa perusahaan swasta nasional dan multinasional di Indonesia.

Sebagian besar pabrik biofuel saat ini masih dalam skala yang relatif kecil, karena kebanyakan adalah milik beberapa lembaga penelitian sebagai pilot project.

Pasa tahun 2006 hanya ada 2 pabrik biodisel berskala besar di Indonesia, yaitu PPKS di Medan dan Eterindo di Gresik, untuk produksi ethanol saat ini telah ada 9 pabrik ethanol dengan total kapasitas produksi mencapai 133.632 kilo liter, dan beberapa diantaranya telah mulai produksi pada tahun 2007.

Beberapa produsen besar biofuel yang mulai beroperasi pada tahun 2007 terintegrasi dengan perkebunan Kelapa sawit, diantaranya adalah PT Musimas dengan kapasitas 100.000 ton per tahun di Sumatera Utara dan PT Prajona Nelayan dengan kapasitas 60.000 ton per tahun di Riau.

Pemerintah Indonesia saat ini telah menetapkan wilayah Dumai, Riau sebagai pusat pengembangan biodisel terbesar di Indonesia, dengan pertimbangan melimpahnya pasokan bahan baku antara lain kelapa sawit di wilayah tersebut, serta didukung oleh tersedianya fasilitas pelabuhan dan keberadaan salah satu pabrik pengolahan biofuel terbesar, yaitu PT Wilmar Bioenergi yang mempunyai kapasitas produksi sebesar 350.000 ton per hari.

Kebutuhan biofuel memicu peningkatan produksi ethanol

Perkembangan kebutuhan terhadap biofuel, juga ikut mendorong berkembangnya industri ethanol di Indonesia, saat ini terdapat 9 perusahaan dengan total kapasitas produksi sebesar 133.632 kilo liter.

Dari 9 perusahaan tersebut hanya 2 perusahaan yang memproduksi ethanol dengan spesifikasi untuk bahan bakar/ bioethanol, yaitu PT Bukitmanikam Subur Persada di Lampung dan PT Indo Acidama Chemical di Surabaya. Total kapasitas produksi kedua perusahaan ini mencapai 93.282 kilo liter per tahun.

Aspek Ekonomi Bio Fuel

Pemerintah melalui Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati memperkirakan biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk pengembangan Biofuel di Indonesia sampai tahun 2010, dengan target tercapainya penggunaan 10% biodiesel dan 5% bioethanol adalah sebesar Rp 200 triliun.

Biaya investasi tersebut termasuk pembangunan infrastruktur seperti jalan dan pelabuhan laut, pabrik biofuel, pengembangan perkebunan kelapa sawit, jarak, tebu, jagung, singkong dan lain-lain yang menjadi bahan baku biofuel serta pengembangan teknologi dan sumber daya manusia.

Investasi dan biaya produksi Biodiesel Plant

Untuk mencapai target pemerintah sebesar 10% penggunaan biodiesel dalam total konsumsi bahan bakar di Indonesia pada tahun 2010, maka harus terdapat produksi biodiesel sebanyak 2,41 juta kilo liter (sekitar 2,12 juta ton).

Sehingga jika rata-rata kapasitas produksi pabrik pembuatan biodiesel adalah sebesar 60.000 ton, maka akan dibutuhkan sekitar 35 pabrik pengolahan biodiesel pada tahun 2010 untuk melayani kebutuhan domestik. Mengacu kepada penelitian Palm Oil Institute, untuk membangun pabrik pengolahan biodisel dengan bahan baku kelapa sawit dibutuhkan investasi sebesar Rp 2 juta per ton, investasi ini diluar biaya untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit.

Untuk pembangunan 35 pabrik pengolahan biodisel tersebut, dibutuhkan biaya investasi sekitar Rp 4,2 triliun serta areal penanaman kelapa sawit seluas 630.000 hektar.

Pemain utama industri biofuel di Indonesia

Eterindo Group

PT. Eterindo Wahanatama Tbk merupakan holding company yang bergerak dalam bidang industri kimia. Perusahaan yang go public pada 1992 ini terus mengembakan sayap bisnisnya hingga memiliki beberapa anak perusahaan yang juga bergerak dalam bidang industri kimia.

Eterindo menguasai saham di beberapa anak perusahaan yang juga bergerak dalam industri kimia dan memproduksi biodiesel. Beberapa group perusahaannya yang memproduksi biodiesel antar lain PT Eternal Buana Chemical Industries, PT Eterindo Nusa Graha dan PT Anugerahinti Gemanusa. Eterindo Group merupakan industri kimia yang terintegrasi. Berbagai produk-produk kimia yang diproduksi Eterindo Group seperti Phthalic Anhydride, Plasticizers, Unsaturated Polyester Resins, Alkyd/Amino Resins dan Synthetic Latex Resins. Seperti diketahui Phthalic Anhydride merupakan bahan baku untuk memproduksi Dioctyl Phthalate (DOP).

Sejak 2005 Eterindo membangun industri biofuel berbahan baku CPO di pabriknya di Gresik, Jawa Timur. Pada awal produksinya kapasitas biofuel baru sebesar 120.000 ton per tahun. Menurut rencana, Eterindo akan meningkatkan kapasitas biofuelnya hingga mencapai 350.000 ton per tahun pada tahun 2007.

Saat ini produk biodiesel Eterindo terutama untuk konsumsi industri. Sedangkan untuk sektor otomotif sedang disiapkan, karena perlu dilakukan uji coba secara khusus. Di samping itu harus menunggu tata niaga biodiesel dari pemerintah dan standarisasi kualitas biodiesel.

Molindo Raya

PT Molindo Raya yang bergerak dalam industri fermentasi adalah produsen utama Ethanol di Indonesia. Dengan kapasitas terpasang sebesar 40.000 Kl/hari (330 hari kerja pertahun), operating capacity nya saat ini adalah 35.000 Kl/tahun.

Bahan baku utama yang digunakan adalah Molases (tetes tebu), yang didapatkan dari Pabrik-pabrik Gula di daerah Jawa Timur. Untuk menjamin kontinuitas operasi industri Ethanol karena pengadaan tetes tebu hanya ada saat musim giling tebu, PT. Molindo Raya telah menyediakan tangki penimbunan tetes tebu dengan kapasitas 50.000 ton sebagai Buffer Stock pada saat pabrik gula tidak berproduksi.

Molindo sudah mengembang-kan biofuel dari tetes tebu sejak tiga tahun yang lalu. Saat ini, Molindo memproduksi etanol untuk bahan bakar kendaraan bermotor sebanyak 10.000 kiloliter per tahun

PT Molindo akan meningkatkan produksi etanol murni dari 40.000 kiloliter menjadi sekitar 60.000 hingga 70.000 kiloliter per tahun. Etanol murni adalah etanol yang berkadar 96,5%. Etanol jenis ini digunakan untuk industri. Sementara itu produksi Ethanol Absolute berkadar 99,9%, yang digunakan untuk biofuel belum ditingkatkan karena belum adanya peningkatan permintaan dari Pertamina.

Wilmar Group

Wilmar Group Plantation adalah perusahaan PMA yang merupakan kelompok usaha yang bergerak di bidang agribisnis sektor perkebunan kelapa sawit yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Pabrik biodiesel wilmar group berlokasi di Dumai, Riau dengan kapasitas produksi 350 ribu MT per tahun.

Pabrik ini dioperasikan oleh PT Wilmar BioEnergi Indonesia (WBI). WBI adalah anak perusahaan yang 100% sahamnya dimiliki oleh Wilmar International Ltd. dan didirikan pada 20 Juli 2006 dengan modal disetor dan modal ditempatkan (issued and paid up capital) sebesar US$ 5 juta. Aktivitas utama WBI adalah memproduksi dan memasarkan biodiesel dari minyak sawit. Investasi untuk mendirikan pabrik itu sebesar US$ 20 juta dan mulai beroperasi pada Januari 2007.

Wilmar akan meningkatkan kapasitas produksinya dengan membangun dua pabrik lagi, masing-masing akan berkapasitas 350 ribu MT per tahun. Dengan total investasi sekitar US$ 35 juta. Dengan dua pabrik baru itu, total kapasitas produksinya akan meningkat menjadi 1,05 juta MT per tahun.

Selain itu Wimar Group juga akan mengakuisisi 5 perusahaan perkebunan kelapa sawit di wilayah Kalimantan, yaitu PT Daya Landak Plantations, PT Indoresins Putra Mandiri, PT Pratama Prosentindo, PT Putra Indotropical dan PT Tri Tunggal Sentra usaha Buana. Dari akuisisi kelima perusahaan tersebut akan menambah landbank nya sebesar 85 ribu hektar, dengan nilai akuisisi mencapai US$ 5.842.386.

Sumi Asih

PT Sumi Asih berdiri pada tahun 1982 dan mulai berproduksi pada tahun 1984, dengan memproduksi Oleochemical berbahan baku Palm Oil, dengan kapasitas produksi mencapai 84.000 Metric Ton (MT) per tahun.

Bio diesel mulai dikembangkan PT Sumi Asih sejak Maret 2006 dengan kapasitas produksi sebesar 3.000 ton biodiesel per bulan, kemudian kapasitas produksinya ditingkatkan menjadi 5.200 ton per bulan sehingga total kapasitas biodiesel mencapai 8.200 ton per bulan atau sekitar 100.000 ton per tahun.

Mulai April 2007, PT Sumi Asih Oleo Chemical Industry melakukan penjualan ekspor biodiesel ke Amerika Serikat. Presiden Direktur PT Sumi Asih, Alexius Darmadi menyatakan bahwa perusahaannya sudah mendapatkan kontrak penjualan biodiesel ke Houston , AS, mulai bulan Mei 2006.

Untuk merealisasikan target ekspor biodiesel tersebut, Sumi Asih menanamkan modal sekitar 15 juta dollar AS. Perusahaan ini juga sedang menyiapkan pengembangan pabrik biodiesel di Lampung. Investasi untuk pabrik yang berkapasitas produksi 200.000 ton biodiesel per tahun itu diperhitungkan mencapai 27 juta dollar AS. ...................Lihat Daftar Isi>>

TEMPO.CO,Jakarta- PT Pertamina (Persero) menggandeng PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) untuk mengembangkan bisnis biofuel terintegrasi. Kerja sama tersebut diawali dengan pelaksanaan studi bersama untuk pengembangan bisnis biofuel."Studi ini dilakukan untuk mengkaji nilai keekonomian bisnis biofuel kedua perusahaan," kata Direktur Pengendalian Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina, Afdal Bahaudin, dalam keterangan resmi, Selasa, 4 Februari 2014. (Baca juga:Target Produksi Sawit Indonesia 28 Juta Ton)Afdal mengatakan kerja sama ini menunjukkan bukti komitmen perusahaan atas upaya pemanfaatan sumber daya energi terbarukan di dalam negeri sehingga impor BBM bisa dikurangi. Rencananya pada tahap awal kapasitas produksi biofuel akan dimulai pada level 10 ribu barel per hari.Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis PTPN IV, Memed Wiramihardja, mengatakan studi bersama ini nantinya akan diarahkan pada pembentukan anak perusahaan baru. Pertimbangannya, anak perusahaan ini akan menjadi alat manajemen bisnis biofuel ini. (Lihat juga:Pesawat Akan Gunakan Bahan Bakar Nabati)"Ini untuk meminimalisir risiko bisnis karena fluktuasi harga dan manajemen dari hulu (kebun) sampai ke hilir (produk akhir). Produknya bukan lagi minyak sawit mentah (CPO), tetapigreen dieselatau biofuel," ujarnya.Memed memperkirakan studi akan rampung pada April 2014. Kemudian apabila kedua belah pihak sudah sepakat, pada Juni 2014 anak perusahaan yang memproduksi biodiesel sudah bisa dieksekusi. (Berita lain:BiofuelIndonesia Resmi Kena Bea Masuk Tambahan)Produksi CPO PTPN IV saat ini mencapai 2.500 ton per hari. Memed memperkirakan dalam 10 tahun mendatang produksi CPO perusahaan bisa mencapai 3.500 ton per hari.

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/04/090550918/Bisnis-Biofuel-Pertamina-Gandeng-PTPN-IV Ayu prima sandi

Tuju ke

Go

S

ign me up

search...