Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas
-
Upload
septriskalia -
Category
Documents
-
view
35 -
download
0
description
Transcript of Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas
BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SISWA SEKOLAH MENGENGAH
ATAS
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Dosen : Dr. Rahayu Ginintasasi, M.Si.
Disusun oleh:
DAMAI YANTI SIHOMBIN 1205874
R. SEPTRISKALIA K. 1202270
RIRIS D. APSARI 1200373
SITI NURHALIMAH 1200657
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
JULI, 2014
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kemampuan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Menengah Atas.
Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan
Konseling. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Rahayu
Ginintasasi, M.Si. selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini.
Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan yang disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan penulis,
dimana penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan bekal pengetahuan yang
penulis miliki untuk mencapai hasil yang terbaik. Maka demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini, kami terbuka untuk menerima kritik-kritik yang
konstruktif dari pembaca.
Semoga karya kecil ini dapat menjadi bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca
dan menjadikan rahmat yang tak putus bagi penulis. Amin.
Bandung, Juli 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………... 3
Latar Belakang ………………………………………………………………. 3
Rumusan Masalah …………………………………………………………… 4
Tujuan ……………………………………………………………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………. 5
Landasan dan Teori …………………………………………………………. 5
Prinsip dan Asas …………………………………………………………….10
Faktor Penghambat ………………………………………………………….14
Tugas Perkembangan Remaja Menengah …………………………………...16
Landasan Fisiologis, Sosial, Dan Psikologis ……………………………… 17
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………… .28
Kesimpulan …………………………………………………………………28
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….29
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan
dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Hal ini
dapat dipahami bahwa proses pendidikan di sekolah tidak akan berhasil secara baik
apabila tidak didukung oleh penyelenggaraan bimbingan secara baik pula.
Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil
dalam belajar. Untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk
mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Dalam kondisi
seperti ini, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah sangat penting untuk
dilaksanakan guna membantu siswa mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.
Bimbingan konseling yang sebenarnya ditempatkan dalam konteks tindakan-
tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum
adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan kata lain, BK
diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal. Seharusnya
Bimbingan Konseling dapat menjadi pendamping dan penyeimbang bagi para siswa,
lebih-lebih pada siswa yang sudah menempuh jenjang sekolah menengah.
Mendesak untuk diwujudkan, prinsip keseimbangan dalam pendampingan
orang-orang muda yang masih dalam tahap pencarian diri. Orang-orang muda di
sekolah menengah lazimnya dihadapkan pada celaan, cacian, cercaan, dan segala
sumpah-serapah kemarahan jika membuat kekeliruan. Namun, jika melakukan hal-hal
yang positif atau kebaikan, kering pujian, sanjungan atau peneguhan. Betapa
kesenjangan ini membentuk pribadi-pribadi yang selalu memiliki gambaran diri
negatif. Jika seluruh komponen kependidikan di sekolah bertindak sebagai yang
menghakimi dan memberikan vonis serta hukuman, maka semakin lengkaplah
pembentukan pribadi-pribadi yang tidak seimbang.
Siswa sekolah menengah berbeda dengan murid sekolah dasar. Mereka berada
pada tahap perkembangan remaja yang merupakan transisi dari masa anak-anak ke
masa dewasa. Konselor di sekolah menengah dituntut untuk memahami berbagai
gejolak yang secara potensial sering muncul beserta cara-cara penanganannya.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini kami akan menjelaskan secara ringkas
tentang hubungan bimbingan konseling pada sekolah menengah dengan tahap-tahap
perkembangan remaja menengah.
2. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas, maka beberapa permasalahan yang akan kami bahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa landasan teori dari Bimbingan dan Konseling?
2. Apa prinsip dan Asas dari Bimbingan dan Konseling?
3. Apa saja faktor penghambat dari Bimbingan dan konseling?
4. Apa tugas dari perkembangan remaja menengah?
5. Apa Landasan fisiologis, sosial dan psikologis dari Bimbingan dan Konseling?
3. Tujuan Pembahasan
Tujuan yang hendak dicapai dari pembuatan makalah ini adalah
1. Mengetahui landasan teori dari Bimbingan dan Konseling?
2. Mengetahui prinsip dan Asas dari Bimbingan dan Konseling?
3. Mengetahui saja faktor penghambat dari Bimbingan dan konseling?
4. Mengetahui tugas dari perkembangan remaja menengah?
5. Mengetahui Landasan fisiologis, sosial dan psikologis dari Bimbingan dan
Konseling?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Landasan Teori
A. Pengertian dan Landasan Teori
Model bimbingan komprehensif di sekolah lanjutan adalah suatu konsep dasar
dari bimbingan yang berasumsi:
1. Program bimbingan merupakan suatu keutuhan yang mencakup
berbagai dimensi yang terkait dan dalam pelaksanaannya dilakukan
secara terpadu, kerja sama antara personal bimbingan dengan personal
lainnya seperti keluarga dan juga masyarakat.
2. Layanan bimbingan ini ditunjukkan untuk seluruh siswa dengan
menggunakan berbagai strategi yang meliputi beragam dimensi seperti
masalah, setting, metode, dan lamanya waktu layanan.
3. Bimbingan ini bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi siswa
secara optimal utnuk mencegah timbulnya masalah baru dan
membantu siswa untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi
oleh siswa.
Model bimbingan ini berpandangan bahwa manusia itu merupakan satu
kesatuan. Karena manusia merupakan satu kesatuan maka pengaruh terhadap
bagian dari seorang manusia akan dapat mempengaruhi keseluruhannya. Pada
diri setiap individu terdapat tenaga yang mendorongnya untuk dapat tumbuh
dan berkembang secara positif kea rah yang sebaik-bainya sesuai dengan
kemampuan dasar setiap individu tersebut.
Setiap individu mempunyai kebebasan untuk dapat memilih yang diikuti
oleh tanggung jawab, tanggung jawab disini adalah merupakan pertanggung
jawaban atas akibat yang timbul dari pilihannya itu. Tanggung jawab ini juga
tidak hanya bertumpu pada dirinya seorang tapi juga pada orang lain secara
seimbang.
Manusia tidak terpaku akan pengalaman-pengalaman masa lampaunya, ia
dapat menjadikan masa lampaunya tersebut menjadi titik tolak dalam
menjalani masa depannya, untuk memperbaiki pilihan-pilihannya, dan secara
umum untuk memperbaiki arah, kecepatan dan kematangan dalam
perkembangannya. Perilaku manusia adalah hasil dari interaksinya dengan
individu dan lingkungan yang ada disekitarnya.
B. Visi dan Misi Bimbingan
Bimbingan dan konseling adalah upaya pengembangan diseluruh aspek
kepribadian pada siswa, pencegahan dari timbulnya masalah-masalah yang
dapat menghambat perkembangan siswa, dan menyelesaikan masalah-masalah
yang terlanjur ada dan sedang dihadapi siswa. Layanan bimbingan dan
konseling tidak terbatas hanya untuk individu yang memiliki masalah, tapi
juga untuk seluruh siswa. Program bimbingan yang diberikan harus
berdiferensiasi, baik dari segi pendekatan, teknik, kegiatan, sumber dan juga
pihak-pihak yang terlibat dalam program bimbingan ini.
Misi dari bimbingan dan konseling haruslah dapat membantu dan
memudahkan siswa dalam mengembangkan seluruh aspek dalam
kepribadiannya yang seoptimal mungkin sehingga dapat terwujud siswa yang
tangguh dalam menghadapi masa kini dan masa yang akan datang.
C. Kebutuhan Siswa
Berdasakan analisis akan tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan dan
lingkungan perkembangan siswa, mereka membutuhkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Keimanan dan ktaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kemampuan untuk dapat bekerja sama dengan teman sebayanya
dengan baik.
3. Pemahaman dan penerimaan diri.
4. Kemampuan untuk dapat melepaskan diri dari kebergantungan
emosional terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya.
5. Kemampuan untuk mengembangkan jiwa wiraswasta.
6. Kemampuan untuk mengarahkan potensinya.
7. Pemahaman tentang hidup berkeluarga.
8. Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan intelektualnya.
9. Kemampuan untuk dapat bertingkah laku sosial sesuai dengan
kodratnya.
10. Kemampuan untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri dan
lingkungannya.
11. Kemampuan untuk memahami nilai-nilai dan etika hidup yang baik.
D. Tujuan Bimbingan
1. Memahami, menerima, mengarahkan dan mengembangkan minat,
bakat, serta kemampuan siswa secara optimal.
2. Menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, keluarga, sekolah dan
masyarakat.
3. Merencanakan kvhidupan masa depan siswa yang sesuai dengan
tuntutan dunia pada saat ini ataupun masa yang akan datang.
Secara khusus, layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk
membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya, yaitu:
1. Mengambangkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Mengembangkan hubungan sosial yang mantap dengan teman
sebayanya.
3. Mengembangkan pvran sosialnya sesuai dengan norma
masyarakatnya.
4. Menerima keadaan dirinya dan menerapkan secara efektif.
5. Memiliki sikap dan perilaku emosional yang mantap.
6. Mempersiapkan kea rah kemandirian ekonomi.
7. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan.
8. Memiliki sikap positif terhadap perkawinan dan hidup berkeluarga.
9. Memiliki keterampilan intelektual dan memahami konsep-konsep
yang diperlukan untuk menjadi warga nvgara yang baik.
10. Memiliki sikap dan perilaku sosial yang bertanggung jawab.
11. Memahami nilai-nilai dan etika hidup bermasyarakat.
E. Bidang Isi Bimbingan
Berdasarkan visi dan misi bimbingan, kebutuhan siswa, dan tujuan bimbingan
maka bidang bimbingan dirumuskan ke dalam tiga komponen utama, yaitu:
1. Layanan dasar bimbingan, yaitu layanan bimbingan yang bertujuan
untuk membantu siswa dalam mengembangkan perilaku efektifnya
dan meningkatkan keterampilan-keterampilan hidupnya. Layanan
dasar bimbingan ini disajikan secara sistematis untuk seluruh siswa.
2. Layanan responsive, yaitu layanan bimbingan yang memiliki tujuan
untuk membantu memenuhi kebutuhan siswa yang dirasakan sangat
penting olehnya pada saat sekarang. Layanan ini lebih bersifat
preventif, atau mungkin kuratif.
3. Layanan perencanaan individual, yaitu upaya bimbingan yang
bertujuan membatu seluruh siswa untuk membuat dan
mengimplementasikan rencana-rencana pendidikannya, karir dan juga
kehidupan sosial pribadinya.
F. Orang yang Terlibat dalam Program Bimbingan
Konselor, guru, administrator/kepala sekolah, orang tua siswa, siswa, anggota
masyarakat, pengusaha dan karyawan perusahaan adalah semua pihak yang
berperan sebagai nara sumber dalam program bimbingan. Konselor memiliki
tugas dalam memberikan berbagai layanan dan mengkoordinasikan program
bimbingan, bekerja sama, serta mendukung para guru dan administrator
sekolah agar program bimbingan tersebut berhasil.
Sedangkan orang tua siswa, anggota masyarakat, pengusaha dan karyawan
perusahaan dilibatkan dalam program bimbingan ini masuk ke dalam
komite/dewan penasihat masyarakat sekolah yang memilikit tugas dalam
memberikan rekomendasi dan layanan dukungan kepada konselor dan orang-
orang yang terlibat dalam program bimbingan tersebut.
Hal yang sangat penting adalah keterlibatan staf pengajar/guru, maka dari
itu guru haruslah diberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam
perenacanaa dan implementasi program bimbingan. Dalam merencakana
‘pelaksaan program bimbingan’ ini guru dan konselor haruslah bekerja sama
dengan baik. Kemudian kegiatan-kegiatan bimbingan ini haruslah disajikan
dalam bidang materi yang tepat sehingga posisi guru tidak digantikan oleh
konselor dalam kelas.
G. Implementasi Program Bimbingan
Tujuan langkah dalam mengimplementasikan model program bimbingan
komprehensif, yaitu:
1. Mendiskusikan program dengan para konselor, kepala sekolah dan staf
sekolah lainnya sehingga mereka mvrasa memiliki dan terlibat dalam
program bimbingan ini.
2. Mengembangkan suatu lokakarya bagi para guru untuk memahami,
mendukung serta mempersiapkan kemampuan-kemampuan yang
diperlukan untuk melaksanakan program.
3. Mempublikasikan perubahan-perubahan yang diusulkan dalam
program bimbingan kepada orang-orang yang terlibat didalamnya.
4. Melakukan analisis dan pengkajian secara teliti terhadap program
bimbingan yang sekarang dilaksanakan di sekolah.
5. Melakukan analisis dan pengkajian terhadap berbagai kebutuhan
dalam program bimbingan ini.
6. Mengembangkan program bimbingan dengan cara mengidetifikasi
kemampuan-kemampuan khusus secara teratur.
7. Membuat prosedur evaluasi yang tepat yang dapat menilai
kemampuan siswa, penampilan personal bimbingan dan
prestasi/keberhasilan dari tujuan program bimbingan yang
dilaksanakan.
2. Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling
Prinsip-prinsip Bimbingan
a. Bimbingan diperuntukan bagi semua individu
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau
peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria
maupun wanita, baik anak-anak, remaja, ataupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan
yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifatpreventif dan pengembangan dari
pada penyembuhan (kuratif), dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada
perseorangan (individual).
b. Bimbingan bersifat individualisasi
Setiap individu bersifat unik, dan melalui bimbingan individu dibantu untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa
yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan
bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif
Bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan
dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan
yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk
berkembang.
d. Bimbingan merupakan usaha bersama
Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas
guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses
bimbingan.
e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan
Bimbingan diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan
dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan
informasi dan nasihat kepada individu, yang itu semua sangat penting baginya dalam
mengambil keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan
memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan menyesuaikan diri, dan
menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat.
f. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan
Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga
di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta,
dan masyarakat pada umumnya.
Asas Bimbingan dan Konseling
a. Rahasia
Yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta
didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak
boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.
b. Sukarela
Yaitu menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien)
mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
c. Terbuka
Yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) menjadi sasaran
layanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan
materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien).
d. Kegiatan
Yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan
berpartisifasi secara aktif didalam penyelenggaraan layanan bimbingan. Dalam hal ini
guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan
bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
e. Mandiri
Yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni peserta
didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi
individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri
dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan
diri sendiri.
f. Kini
Yaitu menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah
permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang.
g. Dinamis
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan
terhadap sasaran layanan yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak
monoton, dan terus berkembang dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Terpadu
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
i. Harmonis
Yaitu menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan
dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan,
adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
j. Ahli
Yaitu menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana
bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang
bimbingan dan konseling.
k. Alih tangan kasus
Yaitu menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan
peserta didik (klien) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih
ahli.
l. Tut wuri handayani
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan
rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik
(klien) untuk maju.
3. Faktor – faktor Penghambat
Ada beberapa hal yang menjadi penghambat dalam dalam mewujudkan
hubungan dalam Konseling diantaranya:
1. Transference
Mengacu kepada perasaan apapun yang dinyatakan atau dirasakan
klien (cinta, benci, marah, ketergantungan) terhada konselor, baik berupa
reaksi rasional terhadap kepribadian konselor ataupun proyeksi terhadap
tingkah laku awal dan sikap-sikap selanjutnya konselor. Penyebab terjadinya
transference adalah konselor mampu memahami klien lebih dari klien
memahami diri mereka sendiri dan dikarenakan konselor mampu bersifat
ramah dan secara emosional bersifat hangat. Jenis transference: positif
(proyeksi perasaan bersifat kasih sayang, cinta, ketergantungan) dan negative
(proyeksi rasa permusuhan dan penyerangan). Sumber perpindahan perasaan:
1) pengalaman-pengalaman masa lalu klien yang mengalami kegagalan dalam
perkembangan yang diistilahkan Gestal dengan situasi yang tak terselesaikan,
klien membawa berbagai alat manipulasi lingkungan, tetapi cenderung kurang
memiliki dukungan dari diri sendiri yang merupakan suatu kualitas penting
untuk bertahan. 2) Klien merasa takut akan penolakan dan ketidakpercayaan,
hal ini merupakan bentuk perlawanan, sehingga klien memanipulasi
konselornya dengan memakai topeng seolah-olah dia orang yang baik. Fungsi
transference: membantu hubungan denganmemberikan kesempatan pada klien
untuk mengekspresikan perasaan yang menyimpang, mempromosikan atau
meningkatkan rasa percaya diri klien, mebuat klien menjadi sadar tentang
pentingnya dan asal dari perasaan ini pada kehidupan mereka di masa
sekarang melalui intepretasi perasaan tersebut.
2. Countertranference
Reaksi emosional dan proyeksi dari konselor kepada klien yang sudah
menjadi makna standar dalam konseling dan psikoterapi. Sumber
pemindahbalikan perasaan: a) konselor tidak mampu menyelesaikan masalah
pribadi, b) tekanan situasi, proses konseling dari awal, proses dan pertemuan-
pertemuan selanjutnya banyak hal yang ditemui konselor dari klien, c)
komunikasi perasaan klien kepada konselor. Tanda-tanda perasaan pemindah
balik: tidak memperhatikan pernyataan klien dengan jelas, menolak kehadiran
kecemasan, menjadi simpatik dan empatik berlebihan, mengabaikan perasaan
klien, tidak mampu mengidentifikasi perasaan klien, membuka kecenderungan
beragumentasi dengan klien, kepedulian yang berlebihan, bekerja terlalu keras
dan melelahkan, erasaan terpaksa dan kewajiban terhadap klien, perasaan
menilai klien baik/ tidak baik. Pengontolan/ tindakan yang dapat dilakukan
konselor dalam countertranference: supervisor, diskusi dengan klien,
perkembangan konselor, kelompok konseling/ terapi, analisis model dan video
type.
3. Resistensi
perlawanan terhadap usaha mengubah hal yang tidak disadari menjadi
hal yang disadari serta mobilisasi fungsi-fungsi penindasan (represif) dan
perlindungan (protektif) ego. Sumber resistensi: internal (kekhawatiran
pertumbuhan dan ketidakmauan untuk mendiri), eksternal (akibat dari teknik
yang digunakan kurang tepat, kurangnya persiapan yang semestinya),
campuran (kelelahan, penyakit, kelelahan mental, hambatan bahas asing,
psikosis. Fungsi Positif resistensi: memberikan indikasi kemajuan wawancara
secara umum dan menjadi landasan bagi perumusan diagnose dan prognosa
dan petunjuk mengenai struktur defensive klien yang menimbulkan, atau
sebagai informasi bagi konselor bahwa klien mau meneliti perasaan saat itu.
[9]
Masalah Sosial Anak Remaja
Masalah-masalah sosial ialah persoalan-persoalan yang dialami oleh individu
sehubungan dengan bagaimana caranya berhubungan dengan manusia lain, dan
bagaimana agar ia merasa bahagia bila berada dalam kelompoknya. Sehubungan
dengan ini masalah yang sering timbul antara lain:[10]
a) Tidak dapat mengadakan interaksi dengan teman-teman sebaya.
b) Tidak dapata menyesuaikan diri dengan anggota kelompok.
c) Selalu merasa rendah diri bila berhadapan dengan orang lain.
4. Tugas – tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan usia remaja (13 - 19 tahun) diantaranya
1. Menerima fisiknya sendiri
2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang
memiliki otoritas
3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal
4. Mampu bergaul dengan teman sebaya dan orang lain
5. Menemukan orang yang dijadikan pusat identifikasinya
6. Menerima dirinya dan memiliki kepercayaan terhadap dirinya
7. Memperoleh self-control atas dasar skala nilai, prinsip atau falsafah hidup
8. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri yang kekanak-kanakan
9. Bertingkah laku tang bertanggung jawab secara rasional
10. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan warga Negara
11. Memilih dan mempersiapkan karir
12. Memiliki sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga
13. Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
5. Landasan Fisiologis, Sosial-budaya, Psikologis
Landasan Filosofis
1. Makna, Fungsi dan Prinsip-prinsip Filosofis Bimbingan dan Konseling
Prayitno dan Erman Amti (2003, 203-204) mengemukakan pendapat Belkin
(1957) yaitu bahwa “pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan atau
tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu
diperlukan pemikiran filsafat tentang berbagai hal yang tersangkut-paut dalam
pelayanan bimbingan dan konseling. Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi
alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan
bagi konselor pada khususnya, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi
konseling dan dalam mengambil keputusan yang tepat. Di samping itu pemikiran dan
pemahaman filosofis juga memungkinkan konselor menjadikan hidupnya sendiri
lebih mantap, lebih fasilitatif, serta lebih efektif dalam penerapan upaya memberikan
bantuannya.
John J. Pietrofesa et.al.(1980) mengemukakan pendapat James Cribbin
tentang prinsip-prinsip filosofis dalam membimbing :
a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan
harga diri individu (klien) dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.
b. Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan. Artinya
bimbingan merupakan bagian integrasi dalam pendidikan
c. Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang meminta bantuan
atau pelayanan
d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental.
Bimbingan dilaksanakan melalui kerjasama yang masing-masing bekerja
berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri.
e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi
dirinya
f. Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisasi,
personalisasi, dan sosialisasi
2. Hakikat Manusia
Viktor E.Frankl (Prayitno dan Erman Amti, tt:207-208) mengemukakan
bahwa kakikat menusia itu adalah manusia selain memiliki dimensi fisik dan
psikologis, juga memiliki dimensi spiritual. Ketiga dimensi itu harus dikaji secara
mendalam apabila manusia itu hendak dipahami dengan sebaik-baiknya. Melalui
dimensi spiritualnya itulah manusia mampu mencapai hal-hal yang berada diluar
dirinya dan mewujudkan ide-idenya.
3. Tujuan dan Tugas Kehidupan
Secara naluriah manusia memiliki kebutuhan untuk hidup bahagia, sejahtera,
nyaman, dan menyenangkan. Menurut Prayitno dan Erman Amti (2002, 10-13) ciri-
ciri hidup sehat sepanjang hayat itu ditandai dengan lima kategori tugas kehidupan,
yaitu:
1. Spiritualitas
Dalam kategori ini terdapat agama sebagai sumber inti bagi hidup sehat.
Dimensi lain dari aspek spiritualitas adalah (1) kemampuan memberikan makan
kepada kehidupan (2) optimis terhadap kejadian-kejadian yang akan datang,
(3)diterapkannya nilai-nilai dalam hubungan antar orang serta dalam pengambilan
keputusan
2. Pengaturan Diri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat ciri-ciri (1)
rasa diri berguna, (2) pengendalian diri, (3) pandangan realistik, (4) spontanitas dan
kepekaan emosional, (5) kemampuan rekayasa intelektual, (6) pemecahan masalah,
(7) kreatif, (8) kemampaun berhumor, dan (9) kebugaran jasmani dan kebiasaan
hidup sehat
3. Bekerja
Dengan bekerja seseorang akan memperoleh keuntunangan ekonomis,
(terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, dan papan), psikologis (rasa oercaya diri
dan perwujudan diri ), dan sosial (status dan persahabatan)
4. Persahabatan
Persahabatan ini memberikan tiga keutamaan kepada hidup yang sehat, yaitu
(1) dukungan emosional, (2) dukungan material, (3) dukungan informasi
5. Cinta
Dengan cinta hubungan seseorang dengan orang lain cenderung menjadi amat
intim, saling mempercayai, saling terbuka, saling kerjasama, dan saling memberikan
komitmen yang kuat.
Bagi bangsa Indonesia yang menjadi landasan filosofis bimbingan dan
konseling adalah Pancasila, yang nilai-nilainya sesuai dengan fitrah manusia itu
sendiri sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat. Sehubungan dengan itu, program
bimbingan dan konseling harus merujuk kepada nilai-nilai yang terkandung dalam
kelima sila Pancasila tersebut. Pancasila sebagai landasan bimbingan dan konseling
mempunyai implikasi sebagai berikut:
a. Tujuan bimbingan dan konseling harus selaras dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam setiap sila Pancasila.
b. Konselor seyogianya menampilkan kualitas pribadi yang sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila, yaitu beriman dan bertakwa, bersikap respek terhadap orang
lain, mau bekerjasama dengan orang lain, bersikap demokratis, dan bersikap
adail terhadap para siswa.
c. Perlu melakukan penataan lingkungan (fisik dan sosial budaya) yang
mendukung terwujudnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan perorangan
maupun masyarakat pada umumnya.
Landasan Sosial Budaya
Faktor-faktor Sosial Budaya yang Menimbulkan Kebutuhan akan Bimbingan
Kebutuahn akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang
dihadapi oleh individu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat. semakin rumit
struktur masyarakat dan keadaannya, semakin banyak dan rumit pulalah masalah
yang dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyarakat itu. Jadi kebutuhan akan
bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan
masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor itu diantaranya sebagai berikut
(John J. Pietrofesa dkk, 1980; M. Surya & Rochman N., 1986; dan Rochman N.,
1987) :
a. Perubahan Konstelasi Keluarga
Bagi keluarga yang mengalami disfungsional (tidak normal), seringkali
dihadapkan kepada kebutuntuan atau kesulitan mencari jalan keluar atau pemecahan
masalah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak segera mendapat bantuan dari luar,
maka masalah yang dihadapinya akan semakin parah. Salah satu bantuan yang dapat
memfasilitasi keluarga memecahkan masalah yang dihadapinya adalah layanan
konseling yang diberikan oleh seorang konselor yang profesional.
b. Perkembangan Pendidikan
Berkembangnnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan
tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi murid
untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun. Perkembangan kearah ini
bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap
bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid memerlukan
perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali
kebutuhan akan bimbingan di sekolah.
c. Dunia Kerja
Dewasa ini masalah karir telah menjadi komponen layanan bimbingan yang lebih
penting dibandingkan pada masa sebelumnya. Fenomena ini disebabkan oleh adanya
berbagai perubahan dalam dunia kerja. Berbagai perubahan ini diantaranya :
1. Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap para pekerja yang tidak memiliki
keterampilan
2. Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional dan memiliki
keterampilan teknik
3. Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah
4. Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia muda dalam
dunia kerja
d. Perkembangan Kota Metropolitan
Kecenderungan bertumbuhnya kota-kota di abad 21 (dan seterusnya) akan semakin
diperparah dengan meledaknya arus urbanisasi
e. Perkembangan Komunikasi
Program-program yang ditayangkan televisi tidak sedikit yang merusak nilai-
nilai pendidikan, karena banyak adegan kekerasan, mistik, dan a moral. Sehubungan
dengan hal tersebut, sangatlah penting bagi orang tua untuk membimbing anak, dalam
rangka mengembangkan kemampuannya untuk menilai setiap tayangan yang
ditontonnya secara kritis. Dalam hal ini layanan bimbingan yang memfasilitasi
berkembangnya kemampuan anak dalam mengambil keputusan merupakan
pendekatan yang sangat tepat.
f. Seksisme dan Rasisme
Fenomena ini seperti nampak dari sekap orang tua yang masih memegang
budaya tradisional dalam pemilihan karir bagi anak wanita, yaitu membatasi atau
tidak memberikan kebebasan kepada anak wanita untuk memilih sendiri karir yang
diminatinya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka program bimbingan mempunyai
peranan penting dalam upaya membantu orangtua agar memiliki pemahaman bahwa
ank wanita pun memiliki peluang yang sama dengan anak laki-laki dalam
memilihkarir yang disenanginya.
g. Kesehatan Mental
Terkait dengan masalah ini, maka sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga
perusahaan dituntut untuk menyelenggarakan program layanan bimbingan dan
konseling dalam upaya mengembangkan mental yang sehat, dan mencegah serta
menyembuhkan mental yang tidak sehat.
h. Perkembangan Teknologi
Dengan perkembangan teknologi yang pesat, timbul dua masalah yang
penting, yang menyebabkan kerumitan struktur dan keadaan masyarakat, yaitu (1)
penggantian sebagain besar tenaga kerja dengan alat-alat mekanis-elektronik, dan hal
ini mau tidak mau menyebabkan pengangguran (2) bertambahnya jenis-jenis
pekerjaan dan jabatan baru yang menghendaki keahlian khusus dan memerlukan
pendidikan khusus pula bagi orang-orang yang hendak menjabatnya. Hal ini
menimbulkan kebutuhan mereka untuk meminta bantuan kepada orang lain atau
badan yang berwenang untuk memecahkannya,. Dan disinilah kebutuhan akan
bimbingan terasa sangat dibutuhkan.
i. Kondisi Moral dan Keagamaan
Para kaum muda, penilaian terhadap keyakinan agama sering didasarkan atas
kesenangan pribadi yang nyata yang akan membawa kepada perasaan tertekan oleh
norma-norma agama ataupun nilai moral yang dianut oleh orangtuanya atau
masyarakat terdekat. Dengan demikian mereka akan dihadapkan kepada pilihan-
pilihan yang tidak mudah untuk ditentukan, karena menyangkut hal yang sangat
mendasar dan peka. Makin banyak ragam ukuran penilaian, makin besar pula konflik
yang diderita oleh individu yan bersangkutan dan makin terasalah kebutuhan akan
bimbingan yang baik untuk menanggulanginya.
j. Kondisi Sosial Ekonomi
Dikalangan anak-anak yang berasal dari sosial ekonomi lemah, tidak mustahil timbul
kecemburuan sosial, perasaan rendah diri, atau perasaan tidak nyaman untuk bergaul
dengan anak-anak dari kelompok orang0orang kaya. Untuk menanggulangi masalah
ini dengan sendirinya memerlukan adanya bimbingan, baik terhadap mereka yang
datang dari golongan yang kurang mampu ataupun mereka dari golongan sebaliknya.
Landasan Psikologis
Dilingkungan pendidikan yang menjadi layanan bimbingan dan konseling adalah
peserta didik. Peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang sedang berada dalam
proses berkembangan ke arah kematangan. Masing-masings peserta didik memiliki
karakteristik pribadi yang unik. Dalam arti terdapat perbedaan individual di antara
mereka, seperti menyangkut aspek kecerdasan, emosi, sosiabilitas, sikap, kebiasaan
dan kemampuan penyesuaian diri.
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan,
memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. di
samping itu, peserta didik, senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam sikap
dan tingkah lakunya.
Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier ( sesuai dengan arah yang
diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan
terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan. Dalam proses pendidikan, peserta
didik pun tidak jarang mengalami masalah stagnasi perkembangan, sehingga
menimbulkan masalah-masalah psikologis, seperti terwujud dalam perilaku
menyimpang ( delinquency) atau bersifat infantilitas ( kekanak-kanakan)
Agar perkembangan pribadi peserta didik itu dapat berlangsung dengan baik , dan
terhindar dari munculnya masalah-masalah psikologis, maka mereka perlu diberikan
bantuan yang sifatnya pribadi. Bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan
peserta didik melalui pendekatan psikologis adalah layanan bimbingan dan konseling.
Bagi konselor memahami aspek-aspek psikologis pribadi klien (konsele) merupakan
tuntutan yang mutlak, karena pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling
merupakan upaya untuk memfasilitasi perkembangan aspek-aspek psikologis, pribadi
atau perilaku klien, sehingga mereka memiliki pencerahan diri dan memperoleh
kehidupan yang bermakna (kehidupan yang muslahat dan sejahtera), baik bagi dirinya
sendiri maupun bagu orang lain
MOTIF
Salah satu aspek psikis yang paling penting diketahui adalah motif, karena
keberadaanya sangat berpera dalam tingkah laku indiviu. Pada dasarnya tidak ada
tingkah laku yang tanpa motif. Artinya setiap tingkah laku individu itu bermotif.
Konselor perlu memahami motif klien dalam bertingkha laku, agar dapat
a. Mengukur motif peserta didik
b. Mengembangkan motif peserta didik (klien) yang tepat dalam
berbagai aspek kegiatan yang positif, seperti belajar, bergaul
dengan orang lain, dan mendalami nilai-nilai agama dan
c. Mendeteksi alasan atau latar belakang tingkah laku klien,
sehingga memudahkan untuk membantu klien memecahkan
masalahnya.
KONFLIK DAN FRUSTASI
Konflik
Dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang individu menghadapi
beberapa macam yang saling bertentangan. Dengan demikian individu
berada dalam keadaan konflik psikis, yaitu suatu pertentangan batin, suatu
kebimbangan, suatu keragu-raguan, yang akan diambil. Motif-motif yang
dihadapi individu itu, mungkin semuanya positif atau mungkin negatif, dan
mungkin juga campuran antara motif positif dengan negatif. Sehubungan
dengan hal tersebut maka konflik itu dapat dibedakan ke dalam tiga jenis
yaitu sebagai berikut:
a. Konflik mendekat-dekat, yaitu kondisi psikis yang dialami
individu, karena menghadapi dua motif positif yang sama kuat.
Motif positif ini maksudnya adalah motif yang disenangi atau
yang disenangi atau yang diinginkan individu.
b. Konflik menjauh-menjauh, yaitu kondisi psikis yang dialami
individu, karena menghadapi dua motif negative yang sama
kuat-kuat. Motif negative ini adalah motif yang tidak disenangi
individu.
c. Konflik mendekat menjauh adalah kondisi psikis yang dialami
individu, karena menghadapi satu situasi mengandung motif
positif dan negatif sama kuat.
Disamping ketiga jenis konflik di atas, juga terdapat konflik ganda
(double approach-avoidance conflik). Yaitu konflik psikis yang dialami
individu dalam menghadapi dua situasi atau lebih yang masing-masing
mengandung motif positif dan negatif sekaligus dan sama kuat
Frustasi
Frustasi dapat diartikan sebagai kekecewaan dalam diri individu yang
disebabkan oleh tidak tercapainya keinginan. Adapun sumber yang
menyebabkan frustasi, mungkin berwujud manusia, benda, peristiwa,
keadaan alam dan sebagainya
a. Frustasi lingkungan yaitu frustasi yang disebabkan oleh
rintangan yang terdapat dalam lingkungan
b. Frustasi pribadi yaitu frustasi yang timbul dari
ketidakmampuan orang itu mencapai tujuan
c. Frustasi konflik yaitu frustasi yang disebabkan oleh konflik
dari berbagai motif dalam diri seseorang
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu
1. hereditas (keturunan)
Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu.
Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai ‘totalitas karakteristik individu yang
diwariskan orangtua kepada anal, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis
yang dimiliki individu sejak nasa konsepsi (masa pembuahan ovum oleh sperma)
sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen
2. lingkungan
Lingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu, sehingga individu itu
terlibat/terpengaruh karenanya. Semenjak masa konsepsi dan masa-masa
selanjutnya, perkembangan individu dipengaruhi oleh mutu makanan yang
diterimanya, temperature udara disekitar, suasana dalam keluarga, sikap-sikap
orang sekitar, hubungan dengan sekitarnya. Dengan kata lain, individu akan
menerima pengaruh dari lingkungan, memberikan respon kepada lingkungan,
mencontoh atau belajar tentang berbagai hal dari lingkungan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Diperlukan paradigm yang sama dari berbagai pihak tentang konsep belajar
bimbingan dan konseling yang memiliki peran sentral yang mampu berfungsi sebagai
agen perubahan (agen of change), yang dapat mengintegrasikan berbagai profile guru,
peserta didik disamping profile dirinya sendiri.
Peluang bagi bimbingan dan konseling merupakan sarana penegmbangan
kreativitas dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna sangat terbuka luas.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M. (2006). Bimbingan & Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.
Nurihsan, D. S. (2005). LAndasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.