Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

43
BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SISWA SEKOLAH MENGENGAH ATAS Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen : Dr. Rahayu Ginintasasi, M.Si. Disusun oleh: DAMAI YANTI SIHOMBIN 1205874 R. SEPTRISKALIA K. 1202270 RIRIS D. APSARI 1200373 SITI NURHALIMAH 1200657

description

pedoman bk pada siswa sma

Transcript of Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

Page 1: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SISWA SEKOLAH MENGENGAH

ATAS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen : Dr. Rahayu Ginintasasi, M.Si.

Disusun oleh:

DAMAI YANTI SIHOMBIN 1205874

R. SEPTRISKALIA K. 1202270

RIRIS D. APSARI 1200373

SITI NURHALIMAH 1200657

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

JULI, 2014

Page 2: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kemampuan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul

Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Menengah Atas.

Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan

Konseling. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Rahayu

Ginintasasi, M.Si. selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang telah

membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini.

Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam penulisan makalah ini masih

banyak terdapat kekurangan yang disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan penulis,

dimana penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan bekal pengetahuan yang

penulis miliki untuk mencapai hasil yang terbaik. Maka demi perbaikan dan

penyempurnaan makalah ini, kami terbuka untuk menerima kritik-kritik yang

konstruktif dari pembaca.

Semoga karya kecil ini dapat menjadi bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca

dan menjadikan rahmat yang tak putus bagi penulis. Amin.

Bandung, Juli 2014

Penyusun

Page 3: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… 1

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. 2

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………... 3

Latar Belakang ………………………………………………………………. 3

Rumusan Masalah …………………………………………………………… 4

Tujuan ……………………………………………………………………….. 4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………. 5

Landasan dan Teori …………………………………………………………. 5

Prinsip dan Asas …………………………………………………………….10

Faktor Penghambat ………………………………………………………….14

Tugas Perkembangan Remaja Menengah …………………………………...16

Landasan Fisiologis, Sosial, Dan Psikologis ……………………………… 17

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………… .28

Kesimpulan …………………………………………………………………28

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….29

Page 4: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan

dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Hal ini

dapat dipahami bahwa proses pendidikan di sekolah tidak akan berhasil secara baik

apabila tidak didukung oleh penyelenggaraan bimbingan secara baik pula.

Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil

dalam belajar. Untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk

mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Dalam kondisi

seperti ini, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah sangat penting untuk

dilaksanakan guna membantu siswa mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.

Bimbingan konseling yang sebenarnya ditempatkan dalam konteks tindakan-

tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum

adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan kata lain, BK

diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal. Seharusnya

Bimbingan Konseling dapat menjadi pendamping dan penyeimbang bagi para siswa,

lebih-lebih pada siswa yang sudah menempuh jenjang sekolah menengah.

Mendesak untuk diwujudkan, prinsip keseimbangan dalam pendampingan

orang-orang muda yang masih dalam tahap pencarian diri. Orang-orang muda di

sekolah menengah lazimnya dihadapkan pada celaan, cacian, cercaan, dan segala

sumpah-serapah kemarahan jika membuat kekeliruan. Namun, jika melakukan hal-hal

yang positif atau kebaikan, kering pujian, sanjungan atau peneguhan. Betapa

kesenjangan ini membentuk pribadi-pribadi yang selalu memiliki gambaran diri

negatif. Jika seluruh komponen kependidikan di sekolah bertindak sebagai yang

menghakimi dan memberikan vonis serta hukuman, maka semakin lengkaplah

pembentukan pribadi-pribadi yang tidak seimbang.

Page 5: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

Siswa sekolah menengah berbeda dengan murid sekolah dasar. Mereka berada

pada tahap perkembangan remaja yang merupakan transisi dari masa anak-anak ke

masa dewasa. Konselor di sekolah menengah dituntut untuk memahami berbagai

gejolak yang secara potensial sering muncul beserta cara-cara penanganannya.

Oleh karena itu, di dalam makalah ini kami akan menjelaskan secara ringkas

tentang hubungan bimbingan konseling pada sekolah menengah dengan tahap-tahap

perkembangan remaja menengah.

2. Rumusan Masalah

Dari penjelasan di atas, maka beberapa permasalahan yang akan kami bahas

dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa landasan teori dari Bimbingan dan Konseling?

2. Apa prinsip dan Asas dari Bimbingan dan Konseling?

3. Apa saja faktor penghambat dari Bimbingan dan konseling?

4. Apa tugas dari perkembangan remaja menengah?

5. Apa Landasan fisiologis, sosial dan psikologis dari Bimbingan dan Konseling?

3. Tujuan Pembahasan

Tujuan yang hendak dicapai dari pembuatan makalah ini adalah

1. Mengetahui landasan teori dari Bimbingan dan Konseling?

2. Mengetahui prinsip dan Asas dari Bimbingan dan Konseling?

3. Mengetahui saja faktor penghambat dari Bimbingan dan konseling?

4. Mengetahui tugas dari perkembangan remaja menengah?

5. Mengetahui Landasan fisiologis, sosial dan psikologis dari Bimbingan dan

Konseling?

Page 6: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

BAB II

PEMBAHASAN

1. Landasan Teori

A. Pengertian dan Landasan Teori

Model bimbingan komprehensif di sekolah lanjutan adalah suatu konsep dasar

dari bimbingan yang berasumsi:

1. Program bimbingan merupakan suatu keutuhan yang mencakup

berbagai dimensi yang terkait dan dalam pelaksanaannya dilakukan

secara terpadu, kerja sama antara personal bimbingan dengan personal

lainnya seperti keluarga dan juga masyarakat.

2. Layanan bimbingan ini ditunjukkan untuk seluruh siswa dengan

menggunakan berbagai strategi yang meliputi beragam dimensi seperti

masalah, setting, metode, dan lamanya waktu layanan.

3. Bimbingan ini bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi siswa

secara optimal utnuk mencegah timbulnya masalah baru dan

membantu siswa untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi

oleh siswa.

Model bimbingan ini berpandangan bahwa manusia itu merupakan satu

kesatuan. Karena manusia merupakan satu kesatuan maka pengaruh terhadap

bagian dari seorang manusia akan dapat mempengaruhi keseluruhannya. Pada

diri setiap individu terdapat tenaga yang mendorongnya untuk dapat tumbuh

dan berkembang secara positif kea rah yang sebaik-bainya sesuai dengan

kemampuan dasar setiap individu tersebut.

Setiap individu mempunyai kebebasan untuk dapat memilih yang diikuti

oleh tanggung jawab, tanggung jawab disini adalah merupakan pertanggung

jawaban atas akibat yang timbul dari pilihannya itu. Tanggung jawab ini juga

Page 7: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

tidak hanya bertumpu pada dirinya seorang tapi juga pada orang lain secara

seimbang.

Manusia tidak terpaku akan pengalaman-pengalaman masa lampaunya, ia

dapat menjadikan masa lampaunya tersebut menjadi titik tolak dalam

menjalani masa depannya, untuk memperbaiki pilihan-pilihannya, dan secara

umum untuk memperbaiki arah, kecepatan dan kematangan dalam

perkembangannya. Perilaku manusia adalah hasil dari interaksinya dengan

individu dan lingkungan yang ada disekitarnya.

B. Visi dan Misi Bimbingan

Bimbingan dan konseling adalah upaya pengembangan diseluruh aspek

kepribadian pada siswa, pencegahan dari timbulnya masalah-masalah yang

dapat menghambat perkembangan siswa, dan menyelesaikan masalah-masalah

yang terlanjur ada dan sedang dihadapi siswa. Layanan bimbingan dan

konseling tidak terbatas hanya untuk individu yang memiliki masalah, tapi

juga untuk seluruh siswa. Program bimbingan yang diberikan harus

berdiferensiasi, baik dari segi pendekatan, teknik, kegiatan, sumber dan juga

pihak-pihak yang terlibat dalam program bimbingan ini.

Misi dari bimbingan dan konseling haruslah dapat membantu dan

memudahkan siswa dalam mengembangkan seluruh aspek dalam

kepribadiannya yang seoptimal mungkin sehingga dapat terwujud siswa yang

tangguh dalam menghadapi masa kini dan masa yang akan datang.

C. Kebutuhan Siswa

Berdasakan analisis akan tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan dan

lingkungan perkembangan siswa, mereka membutuhkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Keimanan dan ktaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Page 8: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

2. Kemampuan untuk dapat bekerja sama dengan teman sebayanya

dengan baik.

3. Pemahaman dan penerimaan diri.

4. Kemampuan untuk dapat melepaskan diri dari kebergantungan

emosional terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya.

5. Kemampuan untuk mengembangkan jiwa wiraswasta.

6. Kemampuan untuk mengarahkan potensinya.

7. Pemahaman tentang hidup berkeluarga.

8. Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan intelektualnya.

9. Kemampuan untuk dapat bertingkah laku sosial sesuai dengan

kodratnya.

10. Kemampuan untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri dan

lingkungannya.

11. Kemampuan untuk memahami nilai-nilai dan etika hidup yang baik.

D. Tujuan Bimbingan

1. Memahami, menerima, mengarahkan dan mengembangkan minat,

bakat, serta kemampuan siswa secara optimal.

2. Menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, keluarga, sekolah dan

masyarakat.

3. Merencanakan kvhidupan masa depan siswa yang sesuai dengan

tuntutan dunia pada saat ini ataupun masa yang akan datang.

Secara khusus, layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk

membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya, yaitu:

1. Mengambangkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

Page 9: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

2. Mengembangkan hubungan sosial yang mantap dengan teman

sebayanya.

3. Mengembangkan pvran sosialnya sesuai dengan norma

masyarakatnya.

4. Menerima keadaan dirinya dan menerapkan secara efektif.

5. Memiliki sikap dan perilaku emosional yang mantap.

6. Mempersiapkan kea rah kemandirian ekonomi.

7. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan.

8. Memiliki sikap positif terhadap perkawinan dan hidup berkeluarga.

9. Memiliki keterampilan intelektual dan memahami konsep-konsep

yang diperlukan untuk menjadi warga nvgara yang baik.

10. Memiliki sikap dan perilaku sosial yang bertanggung jawab.

11. Memahami nilai-nilai dan etika hidup bermasyarakat.

E. Bidang Isi Bimbingan

Berdasarkan visi dan misi bimbingan, kebutuhan siswa, dan tujuan bimbingan

maka bidang bimbingan dirumuskan ke dalam tiga komponen utama, yaitu:

1. Layanan dasar bimbingan, yaitu layanan bimbingan yang bertujuan

untuk membantu siswa dalam mengembangkan perilaku efektifnya

dan meningkatkan keterampilan-keterampilan hidupnya. Layanan

dasar bimbingan ini disajikan secara sistematis untuk seluruh siswa.

2. Layanan responsive, yaitu layanan bimbingan yang memiliki tujuan

untuk membantu memenuhi kebutuhan siswa yang dirasakan sangat

penting olehnya pada saat sekarang. Layanan ini lebih bersifat

preventif, atau mungkin kuratif.

3. Layanan perencanaan individual, yaitu upaya bimbingan yang

bertujuan membatu seluruh siswa untuk membuat dan

Page 10: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

mengimplementasikan rencana-rencana pendidikannya, karir dan juga

kehidupan sosial pribadinya.

F. Orang yang Terlibat dalam Program Bimbingan

Konselor, guru, administrator/kepala sekolah, orang tua siswa, siswa, anggota

masyarakat, pengusaha dan karyawan perusahaan adalah semua pihak yang

berperan sebagai nara sumber dalam program bimbingan. Konselor memiliki

tugas dalam memberikan berbagai layanan dan mengkoordinasikan program

bimbingan, bekerja sama, serta mendukung para guru dan administrator

sekolah agar program bimbingan tersebut berhasil.

Sedangkan orang tua siswa, anggota masyarakat, pengusaha dan karyawan

perusahaan dilibatkan dalam program bimbingan ini masuk ke dalam

komite/dewan penasihat masyarakat sekolah yang memilikit tugas dalam

memberikan rekomendasi dan layanan dukungan kepada konselor dan orang-

orang yang terlibat dalam program bimbingan tersebut.

Hal yang sangat penting adalah keterlibatan staf pengajar/guru, maka dari

itu guru haruslah diberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam

perenacanaa dan implementasi program bimbingan. Dalam merencakana

‘pelaksaan program bimbingan’ ini guru dan konselor haruslah bekerja sama

dengan baik. Kemudian kegiatan-kegiatan bimbingan ini haruslah disajikan

dalam bidang materi yang tepat sehingga posisi guru tidak digantikan oleh

konselor dalam kelas.

G. Implementasi Program Bimbingan

Tujuan langkah dalam mengimplementasikan model program bimbingan

komprehensif, yaitu:

Page 11: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

1. Mendiskusikan program dengan para konselor, kepala sekolah dan staf

sekolah lainnya sehingga mereka mvrasa memiliki dan terlibat dalam

program bimbingan ini.

2. Mengembangkan suatu lokakarya bagi para guru untuk memahami,

mendukung serta mempersiapkan kemampuan-kemampuan yang

diperlukan untuk melaksanakan program.

3. Mempublikasikan perubahan-perubahan yang diusulkan dalam

program bimbingan kepada orang-orang yang terlibat didalamnya.

4. Melakukan analisis dan pengkajian secara teliti terhadap program

bimbingan yang sekarang dilaksanakan di sekolah.

5. Melakukan analisis dan pengkajian terhadap berbagai kebutuhan

dalam program bimbingan ini.

6. Mengembangkan program bimbingan dengan cara mengidetifikasi

kemampuan-kemampuan khusus secara teratur.

7. Membuat prosedur evaluasi yang tepat yang dapat menilai

kemampuan siswa, penampilan personal bimbingan dan

prestasi/keberhasilan dari tujuan program bimbingan yang

dilaksanakan.

2. Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling

Prinsip-prinsip Bimbingan

a. Bimbingan diperuntukan bagi semua individu

Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau

peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria

maupun wanita, baik anak-anak, remaja, ataupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan

yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifatpreventif dan pengembangan dari

pada penyembuhan (kuratif), dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada

perseorangan (individual).

b. Bimbingan bersifat individualisasi

Page 12: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

Setiap individu bersifat unik, dan melalui bimbingan individu dibantu untuk

memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa

yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan

bimbingannya menggunakan teknik kelompok.

c. Bimbingan menekankan hal yang positif

Bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan

dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan

yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk

berkembang.

d. Bimbingan merupakan usaha bersama

Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas

guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses

bimbingan.

e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan

Bimbingan diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan

dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan

informasi dan nasihat kepada individu, yang itu semua sangat penting baginya dalam

mengambil keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan

memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan menyesuaikan diri, dan

menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat.

f. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan

Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga

di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta,

dan masyarakat pada umumnya.

Page 13: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

Asas Bimbingan dan Konseling

a. Rahasia

Yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta

didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak

boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.

b. Sukarela

Yaitu menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien)

mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru

pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.

c. Terbuka

Yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) menjadi sasaran

layanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan

keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan

materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru

pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien).

d. Kegiatan

Yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan

berpartisifasi secara aktif didalam penyelenggaraan layanan bimbingan. Dalam hal ini

guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan

bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.

e. Mandiri

Yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni peserta

didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi

individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri

dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan

diri sendiri.

Page 14: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

f. Kini

Yaitu menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah

permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang.

g. Dinamis

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan

terhadap sasaran layanan yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak

monoton, dan terus berkembang dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan

tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

h. Terpadu

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan

dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing

maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.

i. Harmonis

Yaitu menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan

konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan

dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan,

adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.

j. Ahli

Yaitu menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling

diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana

bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang

bimbingan dan konseling.

k. Alih tangan kasus

Yaitu menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan

layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan

peserta didik (klien) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih

ahli.

l. Tut wuri handayani

Page 15: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan

bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang

mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan

rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik

(klien) untuk maju.

3. Faktor – faktor Penghambat

Ada beberapa hal yang menjadi penghambat dalam dalam mewujudkan

hubungan dalam Konseling diantaranya:

1. Transference

Mengacu kepada perasaan apapun yang dinyatakan atau dirasakan

klien (cinta, benci, marah, ketergantungan) terhada konselor, baik berupa

reaksi rasional terhadap kepribadian konselor ataupun proyeksi terhadap

tingkah laku awal dan sikap-sikap selanjutnya konselor. Penyebab terjadinya

transference adalah konselor mampu memahami klien lebih dari klien

memahami diri mereka sendiri dan dikarenakan konselor mampu bersifat

ramah dan secara emosional bersifat hangat. Jenis transference: positif

(proyeksi perasaan bersifat kasih sayang, cinta, ketergantungan) dan negative

(proyeksi rasa permusuhan dan penyerangan). Sumber perpindahan perasaan:

1) pengalaman-pengalaman masa lalu klien yang mengalami kegagalan dalam

perkembangan yang diistilahkan Gestal dengan situasi yang tak terselesaikan,

klien membawa berbagai alat manipulasi lingkungan, tetapi cenderung kurang

memiliki dukungan dari diri sendiri yang merupakan suatu kualitas penting

untuk bertahan. 2) Klien merasa takut akan penolakan dan ketidakpercayaan,

hal ini merupakan bentuk perlawanan, sehingga klien memanipulasi

konselornya dengan memakai topeng seolah-olah dia orang yang baik. Fungsi

transference: membantu hubungan denganmemberikan kesempatan pada klien

untuk mengekspresikan perasaan yang menyimpang, mempromosikan atau

meningkatkan rasa percaya diri klien, mebuat klien menjadi sadar tentang

Page 16: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

pentingnya dan asal dari perasaan ini pada kehidupan mereka di masa

sekarang melalui intepretasi perasaan tersebut.

2. Countertranference

Reaksi emosional dan proyeksi dari konselor kepada klien yang sudah

menjadi makna standar dalam konseling dan psikoterapi. Sumber

pemindahbalikan perasaan: a) konselor tidak mampu menyelesaikan masalah

pribadi, b) tekanan situasi, proses konseling dari awal, proses dan pertemuan-

pertemuan selanjutnya banyak hal yang ditemui konselor dari klien, c)

komunikasi perasaan klien kepada konselor. Tanda-tanda perasaan pemindah

balik: tidak memperhatikan pernyataan klien dengan jelas, menolak kehadiran

kecemasan, menjadi simpatik dan empatik berlebihan, mengabaikan perasaan

klien, tidak mampu mengidentifikasi perasaan klien, membuka kecenderungan

beragumentasi dengan klien, kepedulian yang berlebihan, bekerja terlalu keras

dan melelahkan, erasaan terpaksa dan kewajiban terhadap klien, perasaan

menilai klien baik/ tidak baik. Pengontolan/ tindakan yang dapat dilakukan

konselor dalam countertranference: supervisor, diskusi dengan klien,

perkembangan konselor, kelompok konseling/ terapi, analisis model dan video

type.

3. Resistensi

perlawanan terhadap usaha mengubah hal yang tidak disadari menjadi

hal yang disadari serta mobilisasi fungsi-fungsi penindasan (represif) dan

perlindungan (protektif) ego. Sumber resistensi: internal (kekhawatiran

pertumbuhan dan ketidakmauan untuk mendiri), eksternal (akibat dari teknik

yang digunakan kurang tepat, kurangnya persiapan yang semestinya),

campuran (kelelahan, penyakit, kelelahan mental, hambatan bahas asing,

psikosis. Fungsi Positif resistensi: memberikan indikasi kemajuan wawancara

Page 17: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

secara umum dan menjadi landasan bagi perumusan diagnose dan prognosa

dan petunjuk mengenai struktur defensive klien yang menimbulkan, atau

sebagai informasi bagi konselor bahwa klien mau meneliti perasaan saat itu.

[9]

Masalah Sosial Anak Remaja

Masalah-masalah sosial ialah persoalan-persoalan yang dialami oleh individu

sehubungan dengan bagaimana caranya berhubungan dengan manusia lain, dan

bagaimana agar ia merasa bahagia bila berada dalam kelompoknya. Sehubungan

dengan ini masalah yang sering timbul antara lain:[10]

a) Tidak dapat mengadakan interaksi dengan teman-teman sebaya.

b) Tidak dapata menyesuaikan diri dengan anggota kelompok.

c) Selalu merasa rendah diri bila berhadapan dengan orang lain.

4. Tugas – tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan usia remaja (13 - 19 tahun) diantaranya

1. Menerima fisiknya sendiri

2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang

memiliki otoritas

3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal

4. Mampu bergaul dengan teman sebaya dan orang lain

5. Menemukan orang yang dijadikan pusat identifikasinya

6. Menerima dirinya dan memiliki kepercayaan terhadap dirinya

7. Memperoleh self-control atas dasar skala nilai, prinsip atau falsafah hidup

8. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri yang kekanak-kanakan

9. Bertingkah laku tang bertanggung jawab secara rasional

Page 18: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

10. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan warga Negara

11. Memilih dan mempersiapkan karir

12. Memiliki sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga

13. Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

5. Landasan Fisiologis, Sosial-budaya, Psikologis

Landasan Filosofis

1. Makna, Fungsi dan Prinsip-prinsip Filosofis Bimbingan dan Konseling

Prayitno dan Erman Amti (2003, 203-204) mengemukakan pendapat Belkin

(1957) yaitu bahwa “pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan atau

tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu

diperlukan pemikiran filsafat tentang berbagai hal yang tersangkut-paut dalam

pelayanan bimbingan dan konseling. Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi

alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan

bagi konselor pada khususnya, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi

konseling dan dalam mengambil keputusan yang tepat. Di samping itu pemikiran dan

pemahaman filosofis juga memungkinkan konselor menjadikan hidupnya sendiri

lebih mantap, lebih fasilitatif, serta lebih efektif dalam penerapan upaya memberikan

bantuannya.

John J. Pietrofesa et.al.(1980) mengemukakan pendapat James Cribbin

tentang prinsip-prinsip filosofis dalam membimbing :

a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan

harga diri individu (klien) dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.

b. Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan. Artinya

bimbingan merupakan bagian integrasi dalam pendidikan

c. Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang meminta bantuan

atau pelayanan

Page 19: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental.

Bimbingan dilaksanakan melalui kerjasama yang masing-masing bekerja

berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri.

e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi

dirinya

f. Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisasi,

personalisasi, dan sosialisasi

2. Hakikat Manusia

Viktor E.Frankl (Prayitno dan Erman Amti, tt:207-208) mengemukakan

bahwa kakikat menusia itu adalah manusia selain memiliki dimensi fisik dan

psikologis, juga memiliki dimensi spiritual. Ketiga dimensi itu harus dikaji secara

mendalam apabila manusia itu hendak dipahami dengan sebaik-baiknya. Melalui

dimensi spiritualnya itulah manusia mampu mencapai hal-hal yang berada diluar

dirinya dan mewujudkan ide-idenya.

3. Tujuan dan Tugas Kehidupan

Secara naluriah manusia memiliki kebutuhan untuk hidup bahagia, sejahtera,

nyaman, dan menyenangkan. Menurut Prayitno dan Erman Amti (2002, 10-13) ciri-

ciri hidup sehat sepanjang hayat itu ditandai dengan lima kategori tugas kehidupan,

yaitu:

1. Spiritualitas

Dalam kategori ini terdapat agama sebagai sumber inti bagi hidup sehat.

Dimensi lain dari aspek spiritualitas adalah (1) kemampuan memberikan makan

kepada kehidupan (2) optimis terhadap kejadian-kejadian yang akan datang,

(3)diterapkannya nilai-nilai dalam hubungan antar orang serta dalam pengambilan

keputusan

2. Pengaturan Diri

Page 20: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat ciri-ciri (1)

rasa diri berguna, (2) pengendalian diri, (3) pandangan realistik, (4) spontanitas dan

kepekaan emosional, (5) kemampuan rekayasa intelektual, (6) pemecahan masalah,

(7) kreatif, (8) kemampaun berhumor, dan (9) kebugaran jasmani dan kebiasaan

hidup sehat

3. Bekerja

Dengan bekerja seseorang akan memperoleh keuntunangan ekonomis,

(terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, dan papan), psikologis (rasa oercaya diri

dan perwujudan diri ), dan sosial (status dan persahabatan)

4. Persahabatan

Persahabatan ini memberikan tiga keutamaan kepada hidup yang sehat, yaitu

(1) dukungan emosional, (2) dukungan material, (3) dukungan informasi

5. Cinta

Dengan cinta hubungan seseorang dengan orang lain cenderung menjadi amat

intim, saling mempercayai, saling terbuka, saling kerjasama, dan saling memberikan

komitmen yang kuat.

Bagi bangsa Indonesia yang menjadi landasan filosofis bimbingan dan

konseling adalah Pancasila, yang nilai-nilainya sesuai dengan fitrah manusia itu

sendiri sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat. Sehubungan dengan itu, program

bimbingan dan konseling harus merujuk kepada nilai-nilai yang terkandung dalam

kelima sila Pancasila tersebut. Pancasila sebagai landasan bimbingan dan konseling

mempunyai implikasi sebagai berikut:

a. Tujuan bimbingan dan konseling harus selaras dengan nilai-nilai yang

terkandung dalam setiap sila Pancasila.

b. Konselor seyogianya menampilkan kualitas pribadi yang sesuai dengan nilai-

nilai Pancasila, yaitu beriman dan bertakwa, bersikap respek terhadap orang

Page 21: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

lain, mau bekerjasama dengan orang lain, bersikap demokratis, dan bersikap

adail terhadap para siswa.

c. Perlu melakukan penataan lingkungan (fisik dan sosial budaya) yang

mendukung terwujudnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan perorangan

maupun masyarakat pada umumnya.

Landasan Sosial Budaya

Faktor-faktor Sosial Budaya yang Menimbulkan Kebutuhan akan Bimbingan

Kebutuahn akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang

dihadapi oleh individu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat. semakin rumit

struktur masyarakat dan keadaannya, semakin banyak dan rumit pulalah masalah

yang dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyarakat itu. Jadi kebutuhan akan

bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan

masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor itu diantaranya sebagai berikut

(John J. Pietrofesa dkk, 1980; M. Surya & Rochman N., 1986; dan Rochman N.,

1987) :

a. Perubahan Konstelasi Keluarga

Bagi keluarga yang mengalami disfungsional (tidak normal), seringkali

dihadapkan kepada kebutuntuan atau kesulitan mencari jalan keluar atau pemecahan

masalah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak segera mendapat bantuan dari luar,

maka masalah yang dihadapinya akan semakin parah. Salah satu bantuan yang dapat

memfasilitasi keluarga memecahkan masalah yang dihadapinya adalah layanan

konseling yang diberikan oleh seorang konselor yang profesional.

b. Perkembangan Pendidikan

Berkembangnnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan

tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi murid

untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun. Perkembangan kearah ini

Page 22: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap

bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid memerlukan

perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali

kebutuhan akan bimbingan di sekolah.

c. Dunia Kerja

Dewasa ini masalah karir telah menjadi komponen layanan bimbingan yang lebih

penting dibandingkan pada masa sebelumnya. Fenomena ini disebabkan oleh adanya

berbagai perubahan dalam dunia kerja. Berbagai perubahan ini diantaranya :

1. Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap para pekerja yang tidak memiliki

keterampilan

2. Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional dan memiliki

keterampilan teknik

3. Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah

4. Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia muda dalam

dunia kerja

d. Perkembangan Kota Metropolitan

Kecenderungan bertumbuhnya kota-kota di abad 21 (dan seterusnya) akan semakin

diperparah dengan meledaknya arus urbanisasi

e. Perkembangan Komunikasi

Program-program yang ditayangkan televisi tidak sedikit yang merusak nilai-

nilai pendidikan, karena banyak adegan kekerasan, mistik, dan a moral. Sehubungan

dengan hal tersebut, sangatlah penting bagi orang tua untuk membimbing anak, dalam

rangka mengembangkan kemampuannya untuk menilai setiap tayangan yang

ditontonnya secara kritis. Dalam hal ini layanan bimbingan yang memfasilitasi

berkembangnya kemampuan anak dalam mengambil keputusan merupakan

pendekatan yang sangat tepat.

f. Seksisme dan Rasisme

Page 23: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

Fenomena ini seperti nampak dari sekap orang tua yang masih memegang

budaya tradisional dalam pemilihan karir bagi anak wanita, yaitu membatasi atau

tidak memberikan kebebasan kepada anak wanita untuk memilih sendiri karir yang

diminatinya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka program bimbingan mempunyai

peranan penting dalam upaya membantu orangtua agar memiliki pemahaman bahwa

ank wanita pun memiliki peluang yang sama dengan anak laki-laki dalam

memilihkarir yang disenanginya.

g. Kesehatan Mental

Terkait dengan masalah ini, maka sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga

perusahaan dituntut untuk menyelenggarakan program layanan bimbingan dan

konseling dalam upaya mengembangkan mental yang sehat, dan mencegah serta

menyembuhkan mental yang tidak sehat.

h. Perkembangan Teknologi

Dengan perkembangan teknologi yang pesat, timbul dua masalah yang

penting, yang menyebabkan kerumitan struktur dan keadaan masyarakat, yaitu (1)

penggantian sebagain besar tenaga kerja dengan alat-alat mekanis-elektronik, dan hal

ini mau tidak mau menyebabkan pengangguran (2) bertambahnya jenis-jenis

pekerjaan dan jabatan baru yang menghendaki keahlian khusus dan memerlukan

pendidikan khusus pula bagi orang-orang yang hendak menjabatnya. Hal ini

menimbulkan kebutuhan mereka untuk meminta bantuan kepada orang lain atau

badan yang berwenang untuk memecahkannya,. Dan disinilah kebutuhan akan

bimbingan terasa sangat dibutuhkan.

i. Kondisi Moral dan Keagamaan

Para kaum muda, penilaian terhadap keyakinan agama sering didasarkan atas

kesenangan pribadi yang nyata yang akan membawa kepada perasaan tertekan oleh

norma-norma agama ataupun nilai moral yang dianut oleh orangtuanya atau

masyarakat terdekat. Dengan demikian mereka akan dihadapkan kepada pilihan-

pilihan yang tidak mudah untuk ditentukan, karena menyangkut hal yang sangat

Page 24: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

mendasar dan peka. Makin banyak ragam ukuran penilaian, makin besar pula konflik

yang diderita oleh individu yan bersangkutan dan makin terasalah kebutuhan akan

bimbingan yang baik untuk menanggulanginya.

j. Kondisi Sosial Ekonomi

Dikalangan anak-anak yang berasal dari sosial ekonomi lemah, tidak mustahil timbul

kecemburuan sosial, perasaan rendah diri, atau perasaan tidak nyaman untuk bergaul

dengan anak-anak dari kelompok orang0orang kaya. Untuk menanggulangi masalah

ini dengan sendirinya memerlukan adanya bimbingan, baik terhadap mereka yang

datang dari golongan yang kurang mampu ataupun mereka dari golongan sebaliknya.

Landasan Psikologis

Dilingkungan pendidikan yang menjadi layanan bimbingan dan konseling adalah

peserta didik. Peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang sedang berada dalam

proses berkembangan ke arah kematangan. Masing-masings peserta didik memiliki

karakteristik pribadi yang unik. Dalam arti terdapat perbedaan individual di antara

mereka, seperti menyangkut aspek kecerdasan, emosi, sosiabilitas, sikap, kebiasaan

dan kemampuan penyesuaian diri.

Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan,

memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. di

samping itu, peserta didik, senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam sikap

dan tingkah lakunya.

Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier ( sesuai dengan arah yang

diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan

terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan. Dalam proses pendidikan, peserta

didik pun tidak jarang mengalami masalah stagnasi perkembangan, sehingga

menimbulkan masalah-masalah psikologis, seperti terwujud dalam perilaku

menyimpang ( delinquency) atau bersifat infantilitas ( kekanak-kanakan)

Page 25: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

Agar perkembangan pribadi peserta didik itu dapat berlangsung dengan baik , dan

terhindar dari munculnya masalah-masalah psikologis, maka mereka perlu diberikan

bantuan yang sifatnya pribadi. Bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan

peserta didik melalui pendekatan psikologis adalah layanan bimbingan dan konseling.

Bagi konselor memahami aspek-aspek psikologis pribadi klien (konsele) merupakan

tuntutan yang mutlak, karena pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling

merupakan upaya untuk memfasilitasi perkembangan aspek-aspek psikologis, pribadi

atau perilaku klien, sehingga mereka memiliki pencerahan diri dan memperoleh

kehidupan yang bermakna (kehidupan yang muslahat dan sejahtera), baik bagi dirinya

sendiri maupun bagu orang lain

MOTIF

Salah satu aspek psikis yang paling penting diketahui adalah motif, karena

keberadaanya sangat berpera dalam tingkah laku indiviu. Pada dasarnya tidak ada

tingkah laku yang tanpa motif. Artinya setiap tingkah laku individu itu bermotif.

Konselor perlu memahami motif klien dalam bertingkha laku, agar dapat

a. Mengukur motif peserta didik

b. Mengembangkan motif peserta didik (klien) yang tepat dalam

berbagai aspek kegiatan yang positif, seperti belajar, bergaul

dengan orang lain, dan mendalami nilai-nilai agama dan

c. Mendeteksi alasan atau latar belakang tingkah laku klien,

sehingga memudahkan untuk membantu klien memecahkan

masalahnya.

KONFLIK DAN FRUSTASI

Konflik

Dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang individu menghadapi

beberapa macam yang saling bertentangan. Dengan demikian individu

Page 26: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

berada dalam keadaan konflik psikis, yaitu suatu pertentangan batin, suatu

kebimbangan, suatu keragu-raguan, yang akan diambil. Motif-motif yang

dihadapi individu itu, mungkin semuanya positif atau mungkin negatif, dan

mungkin juga campuran antara motif positif dengan negatif. Sehubungan

dengan hal tersebut maka konflik itu dapat dibedakan ke dalam tiga jenis

yaitu sebagai berikut:

a. Konflik mendekat-dekat, yaitu kondisi psikis yang dialami

individu, karena menghadapi dua motif positif yang sama kuat.

Motif positif ini maksudnya adalah motif yang disenangi atau

yang disenangi atau yang diinginkan individu.

b. Konflik menjauh-menjauh, yaitu kondisi psikis yang dialami

individu, karena menghadapi dua motif negative yang sama

kuat-kuat. Motif negative ini adalah motif yang tidak disenangi

individu.

c. Konflik mendekat menjauh adalah kondisi psikis yang dialami

individu, karena menghadapi satu situasi mengandung motif

positif dan negatif sama kuat.

Disamping ketiga jenis konflik di atas, juga terdapat konflik ganda

(double approach-avoidance conflik). Yaitu konflik psikis yang dialami

individu dalam menghadapi dua situasi atau lebih yang masing-masing

mengandung motif positif dan negatif sekaligus dan sama kuat

Frustasi

Frustasi dapat diartikan sebagai kekecewaan dalam diri individu yang

disebabkan oleh tidak tercapainya keinginan. Adapun sumber yang

menyebabkan frustasi, mungkin berwujud manusia, benda, peristiwa,

keadaan alam dan sebagainya

Page 27: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

a. Frustasi lingkungan yaitu frustasi yang disebabkan oleh

rintangan yang terdapat dalam lingkungan

b. Frustasi pribadi yaitu frustasi yang timbul dari

ketidakmampuan orang itu mencapai tujuan

c. Frustasi konflik yaitu frustasi yang disebabkan oleh konflik

dari berbagai motif dalam diri seseorang

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu

1. hereditas (keturunan)

Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu.

Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai ‘totalitas karakteristik individu yang

diwariskan orangtua kepada anal, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis

yang dimiliki individu sejak nasa konsepsi (masa pembuahan ovum oleh sperma)

sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen

2. lingkungan

Lingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu, sehingga individu itu

terlibat/terpengaruh karenanya. Semenjak masa konsepsi dan masa-masa

selanjutnya, perkembangan individu dipengaruhi oleh mutu makanan yang

diterimanya, temperature udara disekitar, suasana dalam keluarga, sikap-sikap

orang sekitar, hubungan dengan sekitarnya. Dengan kata lain, individu akan

menerima pengaruh dari lingkungan, memberikan respon kepada lingkungan,

mencontoh atau belajar tentang berbagai hal dari lingkungan

Page 28: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Diperlukan paradigm yang sama dari berbagai pihak tentang konsep belajar

bimbingan dan konseling yang memiliki peran sentral yang mampu berfungsi sebagai

agen perubahan (agen of change), yang dapat mengintegrasikan berbagai profile guru,

peserta didik disamping profile dirinya sendiri.

Peluang bagi bimbingan dan konseling merupakan sarana penegmbangan

kreativitas dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna sangat terbuka luas.

Page 29: Bimbingan Dan Konseling Pada Siswa Sekolah Mengengah Atas

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M. (2006). Bimbingan & Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.

Nurihsan, D. S. (2005). LAndasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.