Benigna Prostat Hiperplasia

35
LAPORAN KASUS STASE ILMU BEDAH BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA Pembimbing : dr. Lili K Djoewaeni, Sp.B Disusun oleh Andi Fahripa Nur Rahma 2009 730 125 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2013 1

description

benigna prostat hiperplasia

Transcript of Benigna Prostat Hiperplasia

LAPORAN KASUSSTASE ILMU BEDAH

BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA

Pembimbing : dr. Lili K Djoewaeni, Sp.B

Disusun oleh

Andi Fahripa Nur Rahma

2009 730 125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2013BAB I

STATUS PASIENI. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn. Udung Bin Sukri

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Usia

: 61 tahunAlamat

: Kemang, Desa Mentengan, Kec. Cikalong, Cianjur

Pekerjaan

: PedagangStatus

: MenikahSuku

: Sunda

Agama

: Islam

No. Rekam Medis: 590155

Tgl. Masuk RS: 27 Juli 2013

Jenis Anamnesis: Autoanamnesis

II. ANAMNESISKeluhan Utama :

Buang air kecil tidak lancar sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien sering mengedan saat pertama akan buang air kecil, tetapi air kencing yang keluar tidak lancar. Pasien merasakan ingin segera buang air kecil dan seperti tidak dapat ditahan tetapi pada saat awal buang air kecil pasien harus menunggu untuk memulai kencing. Setelah buang air kecil pasien sering merasa tidak terpuaskan dan pancaran air kencing saat akhir menetes. Setelah beberapa saat setelah kencing pasien sering merasakan untuk buang air kecil kembali. Dalam 3 bulan terakhir pasien menyatakan keluhan berulang. Riwayat demam, keluar kencing berpasir, kencing bercampur darah, nyeri di pinggang dan terbangun saat malam hari untuk buang air kecil disangkal.Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyatakan keluhan tidak bisa BAK sebelumnya disangkalRiwayat Penyakit KeluargaKeluhan yang sama dalam keluarga disangkalRiwayat Pengobatan

Pasien menyatakan tidak pernah berobat kemanapun

Riwayat Alergi

Pasien menyangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan tertentu

III. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum

Kesan sakit: Tampak sakit ringanKesadaran: Compos Mentis

GCS

: 15 (E4 M6 V5)

Tanda Vital

Suhu

: 36,4o CNadi

: 68 x/mnt Pernapasan

: 16 x/mntTekanan Darah: 120/80 mmHgStatus Gizi

Antropometri BB: 166 kg TB: 60 cm IMT: 21,77 (Normoweight)Status Generalis

Kepala

: Normocephal Wajah

: Simetris Mata

: Isokor (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung: Sekret (-), septum deviasi (-) Mulut

: Mukosa bibir pucat (-), kering (-) Telinga: Normotia, sekret (-/-)Leher

: Pembesaran KBG (-), pembesaran kel. Tiroid (-) ThoraxParu Inspeksi: Simetris, Retraksi (-), otot napas tambahan (-) Palpasi

: Focal Fremitus simetris Perkusi: Sonor Auskultasi: Vesikuler (+/+) Jantung Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak Palpasi: Ictus cordis teraba Perkusi: Redup Auskultasi: BJ I/II Normal, gallop (-), murmur (-) Abdomen Inspeksi : Datar, abdomen setinggi dada Auskultasi: Bising usus (+) normal Palpasi

: Supel, nyeri tekan abdomen (-), pembesaran hepar/lien (-) Perkusi: Timpani pada 4 kuadran abdomen (+), CVA (-)Inguinal : Pembesaran KGB (-)Anogenital : laki-laki, normal

Ekstremitas Atas: Akral hangat, RCT < 2detik, sianosis (-), edema(-) Bawah: Akral hangat, RCT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-), Turgor baikStatus Lokalis : Rectal Toucher

Tonus spincter ani baik

Mukosa rectum licin

Rectum tidak kolaps

Massa pada recti (-)

Pemeriksaan prostat :

Pole atas tidak teraba

Sulcus prostat tidak teraba

Permukaan rata

Konsistensi kenyal

Nyeri tekan (-)

Handscoon : Tidak ada darah,lendir,feses yang menempel pada jariIV. RESUMEAnamnesis

Pasien laki-laki berumur 61 tahun datang dengan keluhan :

Tidak bisa buang air kecil

Keluhan dirasakan sudah 2 minggu yang lalu

Pasien harus mengedan agar air kencingnya keluar

Pasien merasakan buang air kecil tidak tuntas atau tidak puas

Pasien merasa BAK menjadi lebih sering dan air kencing yang keluar menetes dan terasa sakit

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan prostat :

Pole atas tidak teraba

V. DIFFERENT DIAGNOSIS Benign Prostate Hyperplasia Prostatitis

Striktur Urethra

Ca. Prostat

Vesicolitiasis

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal : 24/07/2013

HEMATOLOGI

Jenis PemeriksaanHasilNilai RujukanSatuan

Hematologi Rutin

Hemoglobin *12.413.5 17.5g/dL

Leukosit 6.14.8 10.810^3/uL

Hematokrit *35,542 52 %

Trombosit 259150 450 10^3/uL

Eritrosit*3,954.7 6.110^6/uL

MCV92,280 94 Fl

MCH*31,427 31 Pg

MCHC34.133 37 %

RDW-SD*45,310 15 Fl

PDW10,39 14 Fl

MPV*8,88 12Fl

Differential

LYM %27,326 36%

MXO %*19,00 11 %

NEU % 53,740 70 %

Absolut

LYM %*1.71.00 1.4310^3/uL

MXO %1,20.- 1.210^3/uL

NEU % 3,21.8 7.610^3/uL

Laju Endap Darah *64L : 0 15 mm/jam

KIMIA KLINIK

Jenis PemeriksaanHasilNilai RujukanSatuan

Glukosa Darah

Glukosa Darah Sewaktu*11570 110 Mg%

Fungsi Hati

AST (SGOT)ASLT (SGPT)1715< 40

< 42U/L

U/L

Fungsi Ginjal

Ureum

Kreatinin22,20,910 50

0 1.0Mg%

Mg%

Elektrolit

Natrium (Na)

Kalium (K)

Calcium Ion137,44,32*1,13135 148

3.50 5.30

1.15 1.29mEq/L

mEq/L

mmol/L

IMUNOSEROLOGI

Hepatitis Marker

HBsAgNon-ReaktifNon-reaktifIndex

Pemeriksaan Radiologi

Tanggal : 11/07/2013Dilakukan USG Prostat, HASIL : Ukuran 46,6 gram, dengan permukaan licin tak berbenjol tak tampak kalsifikasi / central necrotic

KESAN :Pembesaran prostat

VII. WORKING DIAGNOSISBenign Prostate HyperplasiaVIII. RENCANA PENATALAKSANAAN Rencana pemasangan DC Infus Ringer Lactate Cefotaxime 1 x 500 mg Ketorolac 2 x 30 mg Cek darah rutin, EKG Puasa Tindakan operasi : Open ProstectomyIX. PROGNOSISQuo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad Functionam : Dubia ad bonamX. ANALISA KASUSDasar diagnosis Benign Prostat Hyperplasi dari kasus ini adalah: Laki-laki

Usia 61 tahun

Tidak bisa buang air kecil

Saat BAK harus mengedan agar air kencingnya keluar

Setiap BAK tidak tuntas atau tidak puas

Perasaan ingin BAK menjadi lebih sering dan air kencing yang keluar menetes dan terasa sakit Rectal toucher : Pole atas tidak teraba

XI. LAPORAN OPERASI (29 Juli 2013)Diagnosis pre-operasi: BPH

Diagnosis post-operasi: BPH

Tehnik operasi: Open prostectomyBAB II

TINJAUAN PUSTAKABENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

A. Definisi

Benign prostate hyperplasia merupakan suatu kondisi terjadinya hiperplasia kelenjar periureteral yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer sehingga menutup calnalis urethral secara partial maupun complete.B. EpidemiologiBPH merupakan tumor jinak yang paling sering pada laki-laki dan insidennya berdasarkan dari umur. Prevalensi dari hasil studi otopsi BPH menunjukkan peningkatan kira-kira sebanyak 20% pada pria dengan umur 41-50 tahun, menjadi 50 % pada pria dengan umur 51-60 tahun dan menjadi > dari 90% pada pria > dari 80 tahun. Walaupun bukti klinis dari penyakit lebih jarang muncul, gejala dari obstruksi prostat juga berhubungan dengan umur. Pada umur 55 tahun, kira-kira sebanyak 25% pria mengeluhkan gejala voiding symptoms (gejala saat berkemih). Pada umur 75 tahun, 50% dari pria mengeluhkan penurunan dari pancaran dan jumlah dari pembuangan urin. Faktor resiko dari BPH masih belum terlalu dimengerti. Beberapa hasil studi menyebutkan predisposisi genetik dan beberapa studi lainny memberi perhatian pada perbedaan ras. Kira-kira 50% dari pria dibawah umur 60 tahun yang telah menjalani operasi pembedahan BPH mungkin memiliki suatu bentuk genetika dari penyakit. Bentuk ini paling banyak merupakan bentuk autosomal dominan trait.C. Anatomi, Fisiologi dan Histologi Prostate

1. Lokasi

Prostat merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi urethra pars prostatica. Prostat mempunyai panjang kurang lebih 3 cm dan terletak di antara collum vesicae (batas superior) dan diaphragm urogenitale (batas inferior).Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa. Di luar capsula terdapat selubung fibrosa yang merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk kerucut mempunyai basis prostatae yang terletak di superior dan berhadapan dengan collum vesicae dan apex prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan diaphragm urogenitale. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior prostatae untuk bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral utriculus prostaticus.

Hubungan: Ke superior : Basis prostatae berhubungan dengan collum vesicae. Otot polos prostate terus melanjut tanpa terputus dengan otot polos collum vesicae. Urethra masuk pada bagian tengah basis prostatae

Ke inferior : Apex prostatae terletak pada fascies superior diaphragm urogenitale. Urethra meninggalkan prostate tepat di atas apex pada fascies anterior

Ke anterior : Facies anterior prostatae berbatasan dengan symphysis pubica, dipisahkan oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat di dalam spatium retropubicum (cavum retzius). Selubung fibrosa prostate dihubungkan dengan aspek posterior os pubis oleh ligament puboprostatica. Ligamenta ini terletak di samping kanan dan kiri linea mediana dan merupakan penebalam fascia pelvis

Ke posterior: Facies posterior prostatae berhubungan erat dengan facies anterior ampulla recti dan dipisahkan dari rectum oleh septum retrovesicale (fascia Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung bawah excavation retrovesicalis peritonealis, yang semula meluas ke bawah sampai ke corpus perineale.

Ke lateral : fascies lateralis prostatae difiksasi oleh serabut anterior musculus levator ani pada saat serabut ini berjalan ke posterior dari pubis.2. Struktur ProstatKelenjar prostat yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot polos dan jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke urethra pars prostatica.Prostat secara tidak sempuran terbagi menjadi lima lobus. Lobus anterior terletak di depan urethra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius atau lobus medianus adalah kelenjar berbentuk baji yang terletak di antara urethra dan ductus ejaculatorius. Permukaan atas lobus medius berhubungan dengan trigonum vesicae, bagian ini mengandung banyak kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang urethra dan di bawah ductus ejaculatorius, juga mengandung kelenjar. Lobi prostatae dexter dan sinister terletak di samping urethra dan dipisahkan satu dengan yang lain oleh alur vertical dangkal yang terdapat pada fascies posterior prostatae. Lobi laterals mengandung banyak kelenjar.3

3. Vaskularisasi dan Persarafan

a. Arteriae : Cabang arteria vesicalis inferior dan arteria rectalis media.b. Vena : Vena membentuk plexus venosus prostaticus, yang terletak di antara capsula prostatica dan selubung fibrosa. Plexus venosus prostaticus menampung darah dari vena dorsalis profunda penis dan sejumlah venae vesicales, selanjutnya bermuara ke vena iliaca interna.c. Aliran Limfe : Pembuluh limf dari prostate mengalirkan cairan limf ke nodi iliaci interni.d. Persarafan : Persarafan prostat berasal dari plexus hypogastricus inferior. Saraf simpatis merangsang otot polos prostat saat ejakulasi.4. Fungsi ProstatFungsi prostat adalah menghasilkan cairan tipis seperti susu yang mengandung asam sitrat dan fosfatase asam. Cairan ini ditambahkan pada semen pada waktu ejakulasi. Bila otot polos pada capsula dan stroma berkontraksi , secret yang berasal dari banyak kelenjar diperas masuk ke urethra pars prostatica. Sekret prostat bersifat alkalis dan membantu menetralkan suasana asam di dalam vagina.35. HistologiMenurut konsep terbaru, kelenjar prostat merupakan suatu organ campuran yang terdiri atas berbagai unsure glandular dan non glandular. Setiap zona glandular memiliki fitur arsitektur dan stroma yang spesifik. Telah ditemukan lima daerah/zona tertentu yang berbeda secara histology maupun biologi, yaitu :

a. Zona Anterior

Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma fibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.

b. Zona Perifer

Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat. Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma prostat terbanyak.

c. Zona Sentralis

Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulotarius, sesuai dengan lobus tengah meliputi 25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi. Zona pusat relative tahan terhadap kanker dan penyakit lainnya.

d. Zona transisional

Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi dapat melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostat hyperplasia (BPH)

e. Kelenjar-kelenjar Periuretra

Bagian ini terdiri dari duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif tersebar sepanjang segmen uretra proksimal

Dalam semua zona, baik saluran dan asinus , dipisahkan oleh epitel sekresi. Dalam setiap zona, terdapat lapisan sel basal di bawah lapisan sekretori, serta diselingi sel-sel endokrin-parakrin.

D. Etiologi

Hingga sekarang etiologi dari BPH masih belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa penelitian secara laboratorium maupun klinik menyebutkan bahwa terdapat 2 faktor yang erat kaitannya dengan BPH yaitu; peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prsostat adalah ; 1) teori dihidrotestoteron, 2) adanya ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron, 3) interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat, 4) berkurangnya kematian sel (apoptosis) dan 5) teori stem sel.41) Teori Dihidrostestosteron

Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron didalan sel prostat oleh enzim 5-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) yang membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5-reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal.2) Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron

Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan kadar estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosteron relatif meningkat. Telah diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat(apoptosis). Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar.

3) Interaksi sel stroma dan sel epitel

Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui mediator (grwoth factor) tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun sel stroma.

4) Berkurangnya kematian sel prostat

Program kematian sel prostat (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel disekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim lisosom. Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan pertambahan massa prostat.

5) Teori Sel Stem

Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru. Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu suatu sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada keberadaan hormon androgen, sehingga jika hormon ini kadarnya menurun seperti yang terjadi pada kastrasi, menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.

E. PatogenesisPembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomic buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) .Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter.

Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap epitel. Pada prostat normal rasio stroma dibanding dengan epitel adalah 2:1, sedangkan pada BPH, rasionya meningkat menjadi 4:1, hal ini menyebabkan pada BPH terjadi peningkatan tonus otot polos prostat dibandingkan dengan prostat normal. Dalam hal ini massa prostat yang menyebabkan obstruksi komponen statik sedangkan tonus otot polos yang merupakan komponen dinamik sebagai penyebab obstruksi prostat.Gejala iritasi disebabkan karena hipersensitivitas otot destrusor berarti bertambahnya frekuensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan dan disuria. Gejala obstruksi terjadi karenadestrusor gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. Apabila vesika menjadi dekompesasi maka akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin dalam kandung kemih dan rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacetan total sehingga penderita tidak lagi mampu miksi. Karena produksi urin terus terjadi, pada suatu saat vesika tidak lagi mampu menampung urin sehingga tekanan intravesika terus meningkat. Apabila tekanan vesika lebih tinggi dari tekanan sfincterdan kronik menyebabkan refluks vesikoureter, hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi penderita harus selalu mengedan sehingga lama-kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan cyctisis dan bila terjadi refluks dapat menyebabkan pyelonefritis.

F. Manifestasi KlinisObstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar saluran kemih. Lower Urinary Track Symptom terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif seperti terlihat pada tabel di bawah.ObstruksiIritasi

Hesitansi (sulit kencing)

Pancaran Miksi Lemah

Intermitensi (Kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali)

Miksi Tidak Puas

Menetes setelah miksi

Frekuensi (Anyanganyangan)

Nokturia (Sering kencing malam hari)

Urgensi (Merasa ingin kencing yang tidak bisa ditahan)

Disuria ( Rasa tidak enak saat kencing)

G. Diagnosis

The third International consultation on BPH menganjurkan untuk menganamesa keluhan miksi terhadap setiap pria berumur 50 tahun atau lebih jika ditemukan prostatismus lakukan pemeriksaan dasar standar kemudian jika perlu dilengkapi dengan pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan standar meliputi :1. Hitung skor gejala, dapat ditentukan dengan menggunakan skor IPSS (International Prostate Symptom Score, IPSS) :Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, beberapa ahli/organisasi urologi membuat sistem skoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah International Prostatic Symptom Score (I-PSS). Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7. Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu : Ringan, Sedang dan berat.

Ringan : 0 -7 (Watchfull waiting)

Sedang : 8 - 19 (Medikamentosa)

Berat : 20 35 (Operasi).

2. Riwayat penyakit lain atau pemakai obat yang memungkinkan gangguan miksi.3. Pemeriksaan fisik khususnya colok dubur.Colok duburSisa volume urinPenatalaksanaan

I

Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba< 50ml

Konservatif

II

Penonjolan prostat jelas batas atas dapat dicapai50-100ml

Pembedahan

(transuretra resection)

III

Batas atas prostat tidak dapat diraba

>100 ml

Reseksi endoskopik, bila prostat cukup besar ( pembedahan terbuka

IV

Retensi urin total

Membebaskan penderita dari retensi urin (kateter atau sistotomi), terapi definitif (TUR atau pembedahan terbuka)

4. Pemeriksaan Tambahan :

Pemeriksaan uroflowmetri (pengukuran pancaran urin pada saat miksi)Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh daya kontraksi otot dekstrusor, tekanan intravesika dan resistensi urethra. Angka normal laju pancaran urine ialah 10-12 ml/dtk dengan puncak laju pancaran mendekati 20 mL/dtk. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6-8mL/dtk dengan puncaknya sekitar 11-15 mL/dtk. Semakin berat derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.

Pemeriksaan TRUS-P (Transrectal Ultrasonography of the prostate) Pemeriksaan serum PSA (Prostatic spesific antigen) Pemeriksaan USG transabdominal Pemeriksaan patologi anatomi (diagnosa pasti).

H. Diagnosis Banding

Kondisi obstruksi dari saluran kemih bagian bawah seperti :

striktur uretra dan contracture leher buli-buli : Riwayat melakukan tindakan pada saluran kemih, radang atau trauma harus ditanyakan untuk menyingkirkan kemungkinan striktur uretra atau contracture leher buli-buli batu buli-buli : Hematuria dan nyeri biasanya berhubungan dengan batu buli-buli. karsinoma prostat (CaP) : CaP mungkin dideteksi saat melakukan pemeriksaan DRE atau elevasi dari kadar penanda tumor PSA. Infeksi saluran kemih bisa mirip gejalanya seperti pada iritatif BPH, bisa diidentifikasi dengan pemeriksaan urinalisa dan kultur urin; bagaimanapun juga infeksi saluran kemih bisa juga sebagai komplikasi dari BPH.I. Pemeriksaan Penunjang1. LaboratoriumSedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.Faal ginjal diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan untuk ,mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes melitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli neurogenik).2. PencitraanFoto polos abdomen berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya: (1) kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis, (2) memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya indentasi prostat/filling defect (pendesakan buli-bli oleh kelenjar prostat) atau ureter disebelah distal yang berbentuk seperti mata kail atau hooked fish dan (3) penyulit yng terjadi pada buli-buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atau sakulasi buli-buli. Pemeriksaan ini sekarang tidak direkomendasikan pada BPH.J. PenatalaksanaanAda beberapa pilihan terapi BPH, dimana terapi spesifik dapat diberikan untuk pasien kelompok tertentu. Untuk pasien dengan gejala ringan (symptom score 0-7), dapat dengan hanya dilakukan watchful waiting. Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi. Indikasi absolute dilakukan operasi adalah : Retensi urin berulang (berat), yaitu retensi urin yang gagal dengan pemasangan kateter urin sedikitnya satu kali

Infeksi saluran kencing berulang

Gross hematuria berulang

Batu buli-buli

Insufisiensi ginjal

Divertikula buli-buli

1. Watchful waitingPilihan terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor I-PSS < 7, yaitu keluhan ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak diberikan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan ,mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya :a. Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam

b. Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi atau cokelat)

c. Batasi penggunaan obat-obatan yang mengandung fenilpropanolamin

d. Kurangi makanan pedas dan asin, dan

e. Jangan menahan kencing terlalu lama

Secara periodik pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya keluhannya apakah menjadi lebih baik, disamping itu dilakukan pemeriksaan laboratorium, residu urine, atau uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah jelek, perlu dipikirkan memilih terapi lain.2. Medikamentosaa. Penghambat Alpha (Alpha Blocker)

Prostat dan dasar buli-buli manusia mengandung adrenoreseptor-1 , dan prostat memperlihatkan respon mengecil terhadap agonis. Komponen yang berperan dalam mengecilnya prostat dan leher buli-buli secara primer diperantarai oleh reseptor 1a. Penghambatan terhadap alfa telah memperlihatkan hasil berupa perbaikan subjektif dan objektif terhadap tanda dan gejala BPH pada beberapa pasien. Penghambat alfa dapat diklasifikasikan berdasarkan selektifitas reseptor dan waktu paruhnya.b. Penghambat 5- Reduktase (5-Reductase inhibitors)

Finasteride adalah penghambat 5- Reduktase yang bekerja menghambat testosterone menjadi dyhydratestosteron. Obat ini mempengaruhi komponan epitel prostat, yang menghasilkan pengurangan kelenjar dan memperbaiki gejala. Dianjurkan pemberian terapi ini selama 6 bulan, guna melihat efek maksimal terhadap ukuran prostat (reduksi 20%) dan perbaikan gejala-gejala.4c. Terapi kombinasi

Terapi kombinasi antara penghambat alfa dan penghambat 5- Reduktase memperlihatkan bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran urin hanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya Terazosin. Penelitian terapi kombinasi sedang diteliti lebih lanjut.

d. Fitoterapi

Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk tujuan medis. Fitoterapi paling umum untuk BPH adalah palmetto (Serenoa repens), African plumb (pygeum africanum), dan South African Star Grass (Hypoxis rooperi). Saw Palmetto adalah Phytotherapy paling sering digunakan untuk LUT. Permixon, sebuah liposterolic ekstrak repens S. (diekstraksi dari kelapa muda di bagian tenggara Amerika Serikat dan Hindia Barat) adalah persiapan yang paling banyak dipelajari. Secara tepatnya mekanisme kerja repens S. masih belum jelas. Namun, penelitian baru menunjukkan kontraksi epitel, terutama di zona transisi, menunjukkan kemungkinan

mekanisme aksi, namun perubahan volume prostat atau PSA belum diamati. Tersedia informasi tentang saw palmetto ekstrak terdiri sebagian besar dari dalam percobaan in vitro dan penelitian di Eropa, yang banyak telah membatasi nilai seperti dicatat oleh peneliti. Keterbatasan serupa telah diamati dalam beberapa studi menilai bentuk lain terapi alternatif. Tidak ada data dari yang dirancang dengan baik, jangka panjang, acak, penelitian plasebo-terkontrol untuk menunjukkan bahwa terapi alternatif memiliki efek pada jangka panjang hasil atau perkembangan penyakit. 3. Operasi Konvensional

a. Transurethral resection of the prostate (TURP)Sembilan puluh lima persen simple prostatectomy dapat dilakukan melalui endoscopy. Umumnya dilakukan dengan anestesi spinal dan dirawat di rumah sakit selama 1-2 hari. Perbaikan symptom score dan aliran urin dengan TURP lebih tinggi dan bersifat invasive minimal. Resiko TURP adalah antara lain ejakulasi retrograde (75%), impoten (5-10%) dan inkontinensia urin (