BAB II LANDASAN TEORI A. Logika Fuzzy...Pada teori himpunan klasik (crisp), keberadaan elemen dari...

23
BAB II LANDASAN TEORI A. Logika Fuzzy Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya berada di luar model matematis dan bersifat inexact. Konsep ketidakpastian inilah yang menjadi konsep dasar munculnya konsep logika fuzzy. Pencetus gagasan logika fuzzy adalah L.A. Zadeh (1965) dari California University. Logika fuzzy adalah salah satu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output (Kusumadewi, 2004:1). Logika fuzzy berbeda dengan logika digital biasa, dimana logika digital biasa hanya mengenal dua keadaan yaitu: Ya dan Tidak atau ON dan OFF atau High dan Low atau "1" dan "0". Sedangkan Logika Fuzzy meniru cara berpikir manusia dengan menggunakan konsep sifat kesamaran suatu nilai. Dengan himpunan fuzzy, suatu objek dapat menjadi anggota dari banyak himpunan dengan derajat keanggotaan yang berbeda dalam masing-masing himpunan (Wulandari, 2010). 1. Menurut Kusumadewi ( 2004: 3 ), ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami logika fuzzy, yaitu: a. Variabel Fuzzy Variabel adalah lambang yang digunakan untuk mewakili anggota sembarang dari suatu semesta pembicaraan. Variabel tidak harus mewakili angka saja tetapi juga dapat mewakili benda atau tempat. 6

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Logika Fuzzy...Pada teori himpunan klasik (crisp), keberadaan elemen dari...

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Logika Fuzzy

    Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

    berada di luar model matematis dan bersifat inexact. Konsep ketidakpastian inilah yang

    menjadi konsep dasar munculnya konsep logika fuzzy. Pencetus gagasan logika fuzzy adalah

    L.A. Zadeh (1965) dari California University.

    Logika fuzzy adalah salah satu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke

    dalam suatu ruang output (Kusumadewi, 2004:1). Logika fuzzy berbeda dengan logika

    digital biasa, dimana logika digital biasa hanya mengenal dua keadaan yaitu: Ya dan Tidak

    atau ON dan OFF atau High dan Low atau "1" dan "0". Sedangkan Logika Fuzzy meniru

    cara berpikir manusia dengan menggunakan konsep sifat kesamaran suatu nilai. Dengan

    himpunan fuzzy, suatu objek dapat menjadi anggota dari banyak himpunan dengan derajat

    keanggotaan yang berbeda dalam masing-masing himpunan (Wulandari, 2010).

    1. Menurut Kusumadewi ( 2004: 3 ), ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam

    memahami logika fuzzy, yaitu:

    a. Variabel Fuzzy

    Variabel adalah lambang yang digunakan untuk mewakili anggota sembarang

    dari suatu semesta pembicaraan. Variabel tidak harus mewakili angka saja tetapi juga

    dapat mewakili benda atau tempat.

  • Variabel fuzzy merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem

    fuzzy. Contoh: umur, temperatur, permintaan, IPK.

    b. Himpunan Fuzzy

    Pada dasarnya teori himpunan fuzzy adalah perluasan dari teori himpunan

    klasik. Pada teori himpunan klasik (crisp), keberadaan elemen dari suatu himpunan

    A, hanya akan memiliki 2(dua) kemungkinan keanggotaan, yaitu menjadi anggota A

    atau tidak menjadi anggota A. Suatu nilai yang menunjukan seberapa besar tingkat

    keanggotaan suatu elemen (x) dalam suatu himpunan A, sering dikenal dengan nama

    nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan, dinotasikan dengan µA(x). Pada

    himpunan klasik hanya ada 2(dua) nilai keanggotaan, yaitu µA(x) =1 untuk x menjadi

    anggota A, dan µA(x) =0 untuk x bukan anggota dari A. (Kusumadewi, 2006:

    13).

    Jika X adalah koleksi dari obyek-obyek yang dinotasikan secara generik oleh x,

    maka suatu himpunan fuzzy Ã, dalam X adalah suatu himpunan pasangan berurutan:

    Dengan µA(x) adalah derajat keanggotaan x di à yang memetakan X keruang

    keanggotaan yang terletak pada rentang [0, 1]. (Kusumadewi, 2006: 13).

    Himpunan fuzzy memiliki 2 atribut:

    1) Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau kondisi

    tertentu dengan menggunakan bahasa alami, sebagai contoh dalam variabel x

    untuk IPK yaitu himpunan Kurang.

    Ã = {(x, µA(x))| x

  • 2) Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suatu variabel

    seperti: 40, 25, 50, dsb.

    Ada beberapa cara untuk menotasikan himpunan fuzzy, antara lain:

    a) Himpunan fuzzy dituliskan sebagai pasangan berurutan, dengan elemen pertama

    menunjukan nama elemen dan elemen kedua menunjukkan nilai keanggotaan.

    Contoh 1. Himpunan fuzzy untuk variabel IPK yang dapat di gambarkan sebagai

    berikut:

    Misalkan himpunan fuzzy untuk à = Kurang, Cukup, Baik dapat dituliskan

    sebagai:

    Keterangan:

    Interval diperoleh dari buku panduan akademik Universitas Muhammadiyah

    Purwokerto.

    dengan

    Ã={(x, µA(x))| x X}

    4 X

    Gambar 1.1. Himpunan untuk IPK.

    0

    Kurang Cukup Baik

    3.52.5  3

    µ[x] 

    xa b x xc d

  • Fungsi keanggotaan untuk himpunan Kurang sebagai berikut:

    Bentuk umum:

    Bentuk khusus:

    Misalkan dimasukan IPK = 2.6 dan 3.4

    Himpunan fuzzy à = Kurang yaitu:

    Fungsi keanggotaan untuk himpunan Cukup sebagai berikut:

    Bentuk umum:

    Bentuk khusus:

    Ã= {(2.6, 0.8), (3.4, 0)}

    0

     

    ; x ≤ a

    ; a ≤ x ≤ b

    ; x ≥ b

    µ IPK Kurang [x]= 

    1

    1

    0

     

    ; x ≤ 2.5

    ; 2.5 ≤ x ≤ 3

    ; x ≥ 3

    µ IPK Kurang [x]= 

    0

     

    ; x ≤ a atau x ≥ c

    ; a ≤ x ≤ b µ IPK Cukup [x]= 

     ; b ≤ x ≤ c

    0

     

    ; x ≤ 2.5 atau x ≥ 3.5

    ; 2.5 ≤ x ≤ 3.5 µ IPK Cukup [x]= 

     ; 3 ≤ x ≤ 3.5

  • Misalkan dimasukan IPK = 2.6 dan 3.4

    Himpunan fuzzy à = Cukup yaitu:

    Fungsi keanggotaan untuk himpunan Baik sebagai berikut:

    Bentuk umum:

    Bentuk khusus:

     

    Misalkan dimasukan IPK = 2.6 dan 3.4

    Himpunan fuzzy à = Baik yaitu:

    Dari sini dapat dilihat bahwa IPK dapat masuk dalam 2 himpunan yang berbeda

    yaitu Kurang dan Cukup. Tergantung seberapa besar eksistensi dalam himpunan

    tersebut dapat dilihat pada nilai keanggotaannya. Mahasiswa yang mempunyai

    IPK =2.6 termasuk dalam himpunan Kurang dengan µKurang (2.6) = 0.8, namun

    dia juga termasuk dalam himpunan Cukup dengan µCukup (2.6) = 0.2.

    b) Himpunan fuzzy dinotasikan sebagai :

    Ã= {(2.6, 0.2), (3.4, 0.2)}

    Ã = {(2.6, 0), (3.4, 0.8)}

     

    0

    1

     

    ; x ≤ 3

    ; 3 ≤ x ≤ 3.5

    ; x ≥ 3.5

    µ IPK Baik [x]= 

    0

    1

     

    ; x ≤ b

    ; b ≤ x ≤ c

    ; x ≥ c

    µ IPK Baik [x]= 

  • Dari contoh 1, himpunan fuzzy untuk à = Kurang, dapat ditulis sebagai berikut:

    (Kusumadewi, 2006: 16)  

    c. Semesta Pembicaraan

    Semesta pembicaraan adalah himpunan yang memuat seluruh objek yang akan

    menjadi pembicaraan. Semesta pembicaraan merupakan himpunan bilangan real

    yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan. Adakalanya

    nilai semesta pembicaraan ini tidak dibatasi batas atasnya (Kusumadewi, 2004: 7).

    Contoh 2. Semesta pembicaraan untuk variabel IPK: [0 ,4]:

    d. Domain

    Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang diijinkan dalam semesta

    pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan fuzzy. Seperti halnya

    dengan semesta pembicaraan, domain merupakan himpunan bilangan real yang

    senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan (Kusumadewi, 2004:

    8).

     

    4 X

    Gambar 1.2. Semesta Pembicaraan untuk IPK.

    0

    Kurang  Cukup Baik

    3.52.5  3

    µ[x]

    xa  b x xc d

  • Contoh 3. Domain himpunan fuzzy:

    2. Fungsi Keanggotaan

    Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan

    pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (sering juga disebut dengan

    derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Salah satu cara yang

    dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui

    pendekatan fungsi. Ada beberapa fungsi yang dapat digunakan

    a. Representasi linear

    Pada representasi linear, pemetaan input ke derajat keanggotaannya digambarkan

    sebagai suatu garis lurus. Bentuk ini paling sederhana dan menjadi pilihan yang baik

    untuk mendekati suatu konsep yang kurang jelas karena jika dimasukan nilai atau

    input data maka akan menghasilkan derajat keanggotaan yang simetri dan monoton.

    Ada 2 keadaan himpunan fuzzy linear, yaitu:

    (Kusumadewi, 2004: 6):

    4 X

    Gambar 1.3. Domain untuk IPK.

    Kurang  Cukup  Baik 

    3.5 2.5   3

    µ[x] 

    x a  b  x  x c  d 

    = [0 , 3] = [2.5 , 3.5] = [3 , 4]

    Kurang Cukup Baik

  • 1) Representasi linear naik

    Kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang memiliki derajat

    keanggotaan nol (0) bergerak ke kanan menuju ke nilai domain yang memiliki

    derajat keanggotaan lebih tinggi. Contoh 4. Representasi Linear Naik.

    Fungsi keanggotaan:

    2) Representasi linear turun

    Representasi linear turun merupaka kebalikan dari linear naik. Garis lurus

    dimulai dari nilai domain dengan derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri,

    kemudian bergerak menurun ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan

    lebih rendah.

    µ[x] 0; 

    (x-a) / (b-a);

    x ≤ a

    a ≤ x ≤ b =

    Gambar 1.4. Representasi Linear Naik

    derajat keanggotaan

    µ[x]

    domaina b0

    1

  • Contoh 5. Representasi Linear Turun.

    Fungsi keanggotaan:

    b. Representasi kurva segitiga

    Kurva segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis (linear). Fungsi

    keanggotaan segitiga ditandai oleh adanya 3 (tiga) parameter (a, b, c), yang akan

    menentukan koordinat x dari tiga sudut.

    Contoh 6. Representasi kurva segitiga

    µ[x] 0; 

    (b-x) / (b-a); a ≤ x ≤ b

    x ≥ b =

    Gambar 1.5. Representasi Linear Turun

    derajat keanggotaan

    µ[x]

    domain0 a b

    1

    Gambar 1.6. Representasi kurva segitiga

    derajat keanggotaan

    µ[x]

    domain0 a b

    1

    c

  • Fungsi keanggotaan:

    c. Representasi kurva trapesium

    Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada beberapa

    titik yang memiliki nilai keanggotaan 1 .

    Contoh 7. Representasi kurva trapesium.

    Fungsi keanggotaan:

    d. Representasi kurva bentuk bahu

    Daerah yang terletak di tengah-tengah suatu variabel yang direpresentasikan

    dalam bentuk segitiga, pada sisi kanan dan kirinya akan naik dan turun (misalkan:

    DINGIN bergerak ke SEJUK bergerak ke HANGAT dan bergerak ke PANAS). Tetapi

    terkadang salah satu sisi dari variabel tersebut tidak mengalami perubahan. Sebagai

    contoh, apabila telah mencapai kondisi PANAS, kenaikan temperatur akan tetap

    µ[x]

    0; 

    (x-a) / (b-a);

    x ≤ a

    a ≤ x ≤ b =

    (c-x) / (c-b);

    x ≥c atau

    b ≤ x ≤ c

    µ[x]

    0; 

    (x-a) / (b-a);

    x ≤ a

    a ≤ x ≤ b =

    (d-x) / (d-c);

    x ≥d atau

    b ≤ x ≤ c 1; 

    c ≤ x ≤ d

    Gambar 1.7. Representasi kurva trapesium

    derajat keanggotaan

    µ[x]

    domain0 a b

    1

    c d

  • berada pada kondisi PANAS. Himpunan fuzzy ’bahu’, bukan segitiga, digunakan untuk

    mengakhiri variabel suatu daerah fuzzy. Bahu kiri bergerak dari benar ke salah,

    sebaliknya bahu kanan bergerak dari salah ke benar. Contoh 8. Representasi kurva

    bahu.

    e. Representasi kurva-S

    Kurva-S memiliki nilai kenaikan atau penurunan yang tak linear. Ada dua

    representasi kurva-S, yaitu kurva PERTUMBUHAN dan PENYUSUTAN. Kurva-S

    didefinisikan dengan menggunakan 3 parameter, yaitu: nilai keanggotaan nol (α), nilai

    keanggotaan lengkap (γ), dan titik infleksi atau crossover (β) yaitu titik yang memiliki

    domain 50% benar.

    1) Representasi Kurva-S PERTUMBUHAN

    Bahu Kiri 

    derajat keanggotaan 

    µ[x] 

    DINGIN  SEJUK NORMAL HANGAT PANAS

    0 15 20 25 30 35 40

    TEMPERATUR

    Temperatur (C°)

    1

    Bahu Kanan

    Gambar 1.8. Daerah ‘bahu’ pada variabel Temperatur

  • Kurva-S PERTUMBUHAN akan bergerak dari sisi paling kiri dengan nilai

    keanggotaan nol (0) ke sisi paling kanan dengan nilai keanggotaan satu (1).

    Fungsi keanggotaannya akan bertumpu pada 50% nilai keanggotaannya yang

    sering disebut titik infleksi . Contoh 9. Representasi kurva –S PERTUMBUHAN.

    Fungsi keanggotaan kurva-S PERTUMBUHAN:

    2) Representasi Kurva-S PENYUSUTAN

    Kurva-S PENYUSUTAN merupakan kebalikan dari Kurva-S

    PERTUMBUHAN. Nilai keanggotaannya akan bergerak dari sisi kiri dengan nilai

    keanggotaan satu (1) ke sisi kanan dengan nilai keanggotaan nol (0). Contoh 10.

    Representasi kurva –S PENYUSUTAN. 

     

     

     

    Gambar 1.9. Karakteristik fungsi kurva-S: PERTUMBUHAN

    derajat keanggotaan

    µ[x]

    domain

    0 α β

    1

    γ

    Gambar 1.10. Karakteristik fungsi kurva-S: PENYUSUTAN 

    derajat keanggotaan

    µ[x]  

    domain

    0 α β

    1

    γ

    S(x;α,β,γ) 0 ;

    2((x-α) / (γ-α))²; 

    1-2((γ-x) / (γ-α))²; 

    =

    x ≤α 

    α ≤ x ≤ β β ≤ x ≤ γ 

    1 ; X ≥

  •  

      Fungsi keanggotaan kurva-S PENYUSUTAN:

    f. Representasi kurva bentuk lonceng

    Untuk merepresentasikan himpunan fuzzy, biasanya digunakan kurva bentuk

    lonceng. Kurva bentuk lonceng ini terbagi atas 3 kelas, yaitu: Kurva π, BETA, dan

    GAUSS. Perbedaan ketiga kurva ini terletak pada gradiennya.

    1). Kurva π

    Kurva π berbentuk lonceng dengan derajat keangotaan 1

    terletak pada pusat dengan domain (γ), dan lebar kurva (β).

    Contoh 11. Kurva π.

     

     

     

     

     

      Fungsi keanggotaan:

    S(x;α,β,γ)

    1;

    1-2((x-α) / (γ-α))²; 

    2((γ-x) / (γ-α))²; 0; 

    x ≤α 

    α ≤ x ≤ β β ≤ x ≤ γ x ≥ γ 

    Gambar 1.11 Karakteristik fungsi kurva π

    Pusat / 

    TitikInfeksi 

    Lebar / β

    Domain

    µ [x] 0,5 

     

     

  • Fungsi keanggotaan yang digunakan adalah fungsi representasi kurva Segitiga yang

    di kombinasikan dengan fungsi representasi kurva bahu karena kurva bahu dan kurva

    segitiga pada dasarnya merupakan kurva linear yang akan menghasilkan nilai

    keanggotaan yang simetri dengan nilai yang dimasukan pada setiap himpunan dan

    bergerak secara monoton sehingga dapat digunakan untuk mempresentasikan suatu

    konsep yang kurang jelas. Misalnya dimasukan nilai kedalam fungsi keanggotaan kurva

    bahu kiri maka akan menghasilkan derajat keanggotaan, jika dimasukan nilai sekali lagi

    maka akan bergerak secara monoton dan menghasilkan derajat keanggotaan yang sesuai

    atau simetri. Jika menggunakan kurva non-linear maka nilai yang dimasukan tidak akan

    mengasilkan derajat keanggotaan yang simetri dan tidak bergerak secara monoton

    sehingga kurang baik jika digunakan untuk konsep yang kurang jelas.

    Contoh 12. Fungsi keanggotaan kurva bahu dan kurva segitiga untuk Variabel IPK:

    Untuk kurva segitiga digunakan dalam variabel IPK pada himpunan Cukup karena

    antara himpunan kurang dan himpunan baik masih diperhitungkan derajat

    keanggotaannya dengan menggunakan grafik fungsi operator “=” maka fungsi

    keanggotaannya:

    4 X

    Gambar 1.12. Grafik Fungsi untuk Variabel IPK.

    Kurang  Cukup  Baik 

    3.5 2.5   3

    µ[x] 

    x a  b  x  x c  d 

  • Sedangkan untuk kurva bahu, sebagai contoh kurva bahu digunakan dalam variabel

    IPK pada himpunan Kurang dan Baik.

    Himpunan Kurang menggunakan grafik fungsi operator “≤” karena derajat

    keanggotaannya bergerak menurun, maka fungsi keanggotaannya:

    Untuk himpunan Baik menggunakan grafik fungsi operator “≥” karena derajat

    keanggotaannya bergerak naik, maka fungsi keanggotaannya:

    3. Operator-operator fuzzy

    0

     

    ; x ≤ a atau x ≥ c

    ; a ≤ x ≤ bµ IPK Cukup [x]= 

     ; b ≤ x ≤ c

    0

     

    ; x ≤ a

    ; a ≤ x ≤ b

    ; x ≥ b

    µ IPK Kurang [x]= 

    1

     

    ; x ≤ b

    ; b ≤ x ≤ c

    ; x ≥ c

    µ IPK Baik [x]= 

  • (Kusumadewi, 2006: 32) Pada dasarnya ada 2 (dua) model operator fuzzy, yaitu

    operator-operator dasar yang dikemukakan oleh Zadeh dan operator-operator alternatif

    yang dikembangkan dengan menggunakan konsep transformasi tertentu.

    1) Operator-operator dasar Zadeh

    Seperti halnya himpunan konvensional, ada beberapa operasi yang didefinisikan

    secara khusus untuk mengkombinasi dan memodifikasi himpunan fuzzy. Nilai

    keanggotaan sebagai hasil dari operasi 2 (dua) himpunan sering dikenal dengan nama

    fire strength atau α-predikat. Ada 3 (tiga) operator dasar yang diciptakan oleh Zadeh,

    yaitu: AND, OR, dan NOT.

    a) Operator AND

    Operator ini berhubungan dengan operasi interseksi pada himpunan. α-

    predikat sebagai hasil operasi dengan operator AND diperoleh dengan

    mengambil nilai keanggotaan terkecil antar elemen pada himpunan-himpunan

    yang bersangkutan.

    Contoh 13. Operator AND:

    Misalkan nilai keanggotaan 2.85 pada himpunan Cukup untuk IPK adalah 0,7

    (µCUKUP(2.85)=0,7); dan nilai keanggotaan Rp 2.800.000,- pada himpunan

    RENDAH untuk Beban adalah 1 ( µRENDAH(2.8X105)= 1); maka α-predikat

    untuk IPK Cukup dan Beban RENDAH adalah:

    μA∩B = min (μA[x], μB[x])

    µCukup∩RENDAH = min (µCUKUP (2.85), µRENDAH (2.8x105))

    = min (0.7; 1)

    = 0.7

  • b) Operator OR

    Operator ini berhubungan dengan operasi union pada himpunan. α-

    predikat sebagai hasil operasi dengan operator OR diperoleh dengan mengambil

    nilai keanggotaan terbesar antar elemen pada himpunan-himpunan yang

    bersangkutan.

    Contoh 14. Operator OR:

    Dari contoh 13, dapat dihitung nilai α-predikat untuk IPK Cukup atau Beban

    RENDAH adalah:

    c) Operator NOT

    Operator ini berhubungan dengan operasi komplemen pada himpunan. α-

    predikat sebagai hasil operasi dengan operator NOT diperoleh dengan

    mengurangkan nilai keanggotaan elemen pada himpunan yang bersangkutan dari

    1.

    Contoh 15. Operator NOT:

    Dari contoh 13, dapat dihitung nilai α-predikat untuk IPK Cukup adalah:

    μA’ = 1-μA[x]

    μAUB = max(μA[x], μB[x])

    µCUKUP RENDAH = max(µCUKU(2.85),µRENDAH(2.8x105))

    = max (0.7; 1)

    = 1

    µCUKUP(2.85) = 1 - µCUKUP(2.85)

    = 1 – 0.7

    = 0.3

  • 2) Operator-operator alternatif

    Operator alternatif yang didasarkan pada transformasi aritmatika, seperti: product,

    dan bounded sum.

    4. Fungsi implikasi

    Tiap-tiap aturan (proposisi) pada basis pengetahuan fuzzy akan berhubungan

    dengan suatu relasi fuzzy. Relasi fuzzy adalah suatu himpunan fuzzy yang didefinisikan

    pada produk Cartesian dari himpunan crisp {X1 x X2 x …. x Xn }. Agar lebih spesifik,

    relasi crisp dan fuzzy didefinisikan dengan himpunan bagian. Sebuah relasi crisp dalam

    himpunan crisp X1, X2, …. ,Xn adalah sebuah himpunan bagian crisp pada produk

    Cartesian X1 x X2 x …. x Xn . Hubungan tersebut dinotasikan dengan R (X1, X2 … Xn ).

    Disini dapat ditulis

    R (X1, X2 … Xn ) X1 x X2 x …. x Xn

    dengan

    X1 x X2 x …. x Xn = {( x1, x2 …. ,xn) | xi Xi} ; i {1,2,…,n}}

    Hal ini menunjukan bahwa relasi R berada dalam {(X1 x X2 x …. x Xn)}, atau relasi R

    tidak berada dalam {(X1 x X2 x …. x Xn)}. Pada kasus yang sederhana, pertimbangan dua

    himpunan crisp X1 dan X2. Dengan demikian

    R(X1, X2) = {((x1, x2), µR(x1, x2)) | (x1, x2) X1 x X2} adalah relasi fuzzy pada X1 x X2.

    (Robandi, 2006: 107).

    Bentuk umum dari aturan yang digunakan dalam fungsi implikasi adalah:

    IF x is Ai THEN y is Bi

  • Dengan x dan y adalah skalar, dan A dan B adalah himpunan fuzzy. Proposisi yang

    mengikuti IF disebut sebagai anteseden, sedangkan proposisi yang mengikuti THEN

    disebut sebagai konsekuen.

    Contoh:

    “Jika”X=A DAN Y=B”MAKA”Z=C

    Contoh dari aturan Jika-Maka ini pada pengendalian suhu ruangan dengan pengaturan

    kecepatan kipas angin melalui frekuensi variabel adalah sebagai berikut . Contoh 17.

    Aturan Jika-Maka:

    1. “JIKA” suhu panas

    2. “DAN” kecepatan kipas sangat lambat

    3. “MAKA” sumber frekuensi dinaikan sangat tinggi agar kecepatan kipas tinggi.

    5. Sistem inferensi fuzzy

    Sistem Inferensi Fuzzy ( Fuzzy Inference System atau FIS ) merupakan suatu

    kerangka komputasi yang didasarkan pada teori himpunan fuzzy, aturan fuzzy berbentuk

    IF – THEN, dan penalaran Fuzzy. Secara garis besar, diagram blok proses inferensi fuzzy

    seperti berikut:

    Contoh 16. Proses inferensi fuzzy.

    INPUT

    IF-THEN

    IF-THEN

    AGREGASI

    DEFUZZY

    OUTPUT

    Crisp

    Aturan -1

    Fuzzy

    Fuzzy Fuzzy

    Crisp

    Aturan -n

    Gambar 1.13. Diagram blok system inferensi fuzzy.

  • Sistem inferensi fuzzy menerima input crisp. Input ini kemudian dikirim ke basis

    pengetahuan yang berisi n aturan fuzzy dalam bentuk IF-THEN. Fire strength akan dicari

    pada setiap aturan. Apabila jumlah aturan lebih dari satu, maka akan dilakukan agregasi

    dari semua aturan. Selanjutnya, pada hasil agregasi akan dilakukan defuzzy untuk

    mendapatkan nilai crisp sebagai output sistem (Kusumadewi, 2006: 34).

    6. Metode Tsukamoto

    Pada Metode Tsukamoto, setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk IF-Then 

    harus direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan yang

    monoton. Sebagai hasilnya, output hasil  inferensi dari tiap-tiap aturan diberikan secara

    tegas (crisp) berdasarkan α-  predikat (fire strength). Hasil akhirnya diperoleh dengan

    menggunakan rata-rata terbobot.

    Misalkan ada 2 variabel input, x dan y, serta variabel output yaitu z. Variabel x

    terbagi atas 2 himpunan yaitu A1 dan A2. variabel y terbagi atas 2 himpunan B1 dan B2,

    sedangkan variabel output z terbagi atas 2 himpunan yaitu C1 dan C2. Tentu saja

    himpunan yang bersifat monoton. Ada 2(dua) aturan yang digunakan sebagai berikut:

    [R1] IF x is A1 and y is B2 THEN z is C1

    [R2] IF x is A2 and y is B1 THEN z is C2

    α-predikat untuk aturan pertama dan kedua, masing-masing adalah α1 dan α2 ,

    dengan menggunakan penalaran monoton, diperoleh nilai z1 pada aturan pertama dan z2

    pada aturan kedua. Terakhir dengan menggunakan formula sebagai berikut

    (Kusumadewi, 2004: 33):

  • C

    Ji

    Ji

    7. P

    (R

    fu

    hi

    ha

    Contoh 17. M

    ika µ[x] untu

    ika µ[x] untu

    enegasan (D

    Proses

    Robandi, 20

    uzzy, sedang

    impunan fuz

    arus dapat

    Gamba

    µ[x] 1

    0

    µ[x] 1

    0

    Metode Tsuka

    uk A1 ≤ µ[y]

    uk A2 ≥ µ[y]

    Defuzzyfikasi

    defuzzyfikas

    006: 119). S

    gkan output

    zzy, sehingg

    diambil su

    ar 1.14. Infe

    A

    Var-

    A1

    Var-1

    amoto yang

    ] untuk B2, m

    ] untuk B1, m

    i)

    si adalah ko

    Suatu himpu

    t yang dih

    ga jika dibe

    uatu nilai

    erensi denga

    A2 B

    -1

    µ[y] 1

    0

    1µ[y] 

    0

    dapat di gam

    maka dapat d

    maka dapat d

    onversi dari

    unan fuzzy

    hasilkan me

    erikan himpu

    crips terten

    n mengguna

    B1

    Var-2

    B2

    Var-2

    mbarkan seb

    ditarik kesim

    ditarik kesim

    harga-harga

    diperoleh d

    erupakan su

    unan fuzzy

    ntu sebagai

    akan metode

    µ[z]1

    0

    α2

    2 1

    µ[z]

    0α1

    agai berikut

    mpulan yaitu

    mpulan yaitu

    a fuzzy men

    dari kompos

    uatu bilanga

    dalam rang

    i output. O

    tsukamoto 

    V

    ]

    0 z2

    C1

    0z1

    :

    µ[z] untuk C

    µ[z] untuk C

    njadi harga

    sisi aturan-a

    an pada do

    e tertentu, m

    Oleh karena

    C2

    Var-3

    Var-3

    C1 

    C2. 

    crisp

    aturan

    omain

    maka

    a itu

  • defuzzyfikasi dilakukan dengan menggunakan defuzzyfikasi weight average karena

    metode ini digunakan untuk fungsi keanggotaan keluaran yang simetris.

    8. Pengambilan keputusan

    Tahap ini adalah tahap akhir untuk menyatakan bahwa seorang mahasiswa berhak

    mendapatkan beasiswa. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai Z terkecil sampai nilai

    Z terbesar karena karena nilai Z dipengaruhi aturan dasar fuzzy yang digunakan untuk

    melaksanakan aturan-aturan (IF – THEN) dengan cara yang masuk akal dan efisien.

    B. Pengertian Beasiswa

    Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Hak setiap warga negara

    tersebut telah dicantumkan dalam Pasal 31 (1) Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan

    pasal tersebut, maka Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan

    kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga

    negara tanpa diskriminasi, dan masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber

    daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Untuk menyelenggarakan pendidikan yang

    bermutu diperlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu bagi setiap peserta didik pada

    setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi siswa atau mahasiswa

    yang orang tuanya kurang mampu membiayai pendidikannya, dan berhak mendapatkan

    beasiswa bagi mereka yang berprestasi.

    Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan

    Nasional pada tahun 2010 meluncurkan program Beasiswa Bidik Misi untuk memberikan

    beasiswa dan biaya pendidikan kepada 20.000 mahasiswa dan atau calon mahasiswa dari

    keluarga yang secara ekonomi kurang mampu dan berprestasi, baik di bidang

    akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstrakurikuler.( Kelembagaan dikti, 2004).

  • Beasiswa adalah tunjangan uang yang dibeikan kepada siswa sebagai biaya belajar

    (Poerwadarminta, 1984:102). Beasiswa BBM adalah beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa

    yang diberikan oleh Universitas kepada mahasiswa kurang mampu.