Teori Himpunan Samar: Prediksi Curah Hujan Yogyakarta

12
PREDIKSI CURAH HUJAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN FUZZY LOGIC 1 Gunawan Eko Wibowo, 2 Agus Maman Abadi Program Study Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta 1 [email protected], 2 [email protected] Abstrak: Salah satu sektor pendapatan andalan Yogyakarta adalah sektor pertanian yang sangat bergantung pada kondisi curah hujan. Sehingga model prediksi cerah hujan sangat diperlukan dalam mengoptimalkan hasil pertanian tiap tahunnya. Terlebih lagi, secara lebih luas, Indonesia merupakan negara yang cukup sering dilanda bencana banjir serta bencana kekeringan yang merupakan akibat dari intensitas curah hujan yang tidak normal karena berbagai sebab. Dalam penelitian ini diusulkan suatu model untuk memprediksi curah hujan dalam kurun waktu satu tahun. Metode yang digunakan adalah fuzzy logic dimana akan dilakukan proses matching dan pengkelasan data. Data diperoleh dari buku laporan tahunan BPS Daerah Istimewa Yogyakarta dengan fokus pengujian sistem untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Target data disesuaikan menjadi 4 kategori yaitu cerah, hujan ringan, hujan sedang, dan hujan lebat. Hasil prediksi menunjukkan akurasi sebesar 78.906%. Kata Kunci: Fuzzy Logic, prediksi hujan PENDAHULUAN Sebagai salah satu daerah yang terletak di Indonesia, yang terkenal dengan negara agraris, Yogyakarta juga merupakan salah satu daerah di Indonesia yang mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan sebagai salah satu sektor pendapatannya selain dari sektor pariwisata juga menjadi andalan pemasukan daerah. Dan sebagai salah satu daerah yang mengandalkan pertanian serta pariwisata, cuaca merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan agar hasil pertanian dapat optimal serta transportasi ke tempat-tempat wisata menjadi aman. Salah satu aspek cuaca yang cukup berpengaruh yaitu curah hujan. Curah hujan tahunan di Indonesia tinggi. Namun, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi intensitas curah hujan di Indonesia, seperti fenomena El Nino dan La Nina. Kedua fenomena tersebut pernah membuat intensitas hujan di Indonesia di bawah rata-rata sehingga mempengaruhi beberapa sektor kehidupan, seperti sektor pertanian. Selain itu, juga membuat curah hujan menjadi sangat tinggi, yang dapat membahayakan transportasi khususnya udara serta menimbulkan banjir. Oleh karena itu, faktor cuaca merupakan hal yang sulit diprediksi, sehingga peramalan cuaca akhir-akhir ini menjadi topik yang menarik dan cukup sering

description

Teori Himpunan Samar: Prediksi Curah Hujan Yogyakarta dengan pendekatan fuzzy inference system

Transcript of Teori Himpunan Samar: Prediksi Curah Hujan Yogyakarta

  • PREDIKSI CURAH HUJAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    DENGAN FUZZY LOGIC

    1Gunawan Eko Wibowo, 2Agus Maman Abadi

    Program Study Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika

    Universitas Negeri Yogyakarta [email protected], [email protected]

    Abstrak: Salah satu sektor pendapatan andalan Yogyakarta adalah sektor pertanian

    yang sangat bergantung pada kondisi curah hujan. Sehingga model prediksi cerah

    hujan sangat diperlukan dalam mengoptimalkan hasil pertanian tiap tahunnya.

    Terlebih lagi, secara lebih luas, Indonesia merupakan negara yang cukup sering

    dilanda bencana banjir serta bencana kekeringan yang merupakan akibat dari

    intensitas curah hujan yang tidak normal karena berbagai sebab.

    Dalam penelitian ini diusulkan suatu model untuk memprediksi curah hujan dalam

    kurun waktu satu tahun. Metode yang digunakan adalah fuzzy logic dimana akan

    dilakukan proses matching dan pengkelasan data. Data diperoleh dari buku laporan

    tahunan BPS Daerah Istimewa Yogyakarta dengan fokus pengujian sistem untuk

    wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Target data disesuaikan menjadi 4 kategori

    yaitu cerah, hujan ringan, hujan sedang, dan hujan lebat. Hasil prediksi

    menunjukkan akurasi sebesar 78.906%.

    Kata Kunci: Fuzzy Logic, prediksi hujan

    PENDAHULUAN

    Sebagai salah satu daerah yang terletak di Indonesia, yang terkenal dengan negara

    agraris, Yogyakarta juga merupakan salah satu daerah di Indonesia yang

    mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan sebagai salah satu sektor

    pendapatannya selain dari sektor pariwisata juga menjadi andalan pemasukan

    daerah. Dan sebagai salah satu daerah yang mengandalkan pertanian serta

    pariwisata, cuaca merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan agar hasil

    pertanian dapat optimal serta transportasi ke tempat-tempat wisata menjadi aman.

    Salah satu aspek cuaca yang cukup berpengaruh yaitu curah hujan. Curah hujan

    tahunan di Indonesia tinggi. Namun, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi

    intensitas curah hujan di Indonesia, seperti fenomena El Nino dan La Nina. Kedua

    fenomena tersebut pernah membuat intensitas hujan di Indonesia di bawah rata-rata

    sehingga mempengaruhi beberapa sektor kehidupan, seperti sektor pertanian.

    Selain itu, juga membuat curah hujan menjadi sangat tinggi, yang dapat

    membahayakan transportasi khususnya udara serta menimbulkan banjir.

    Oleh karena itu, faktor cuaca merupakan hal yang sulit diprediksi, sehingga

    peramalan cuaca akhir-akhir ini menjadi topik yang menarik dan cukup sering

  • dibahas. Peramalan cuaca terutama hujan sudah menjadi kebutuhan nasional.

    Betapa tidak, bencana banjir yang turun dengan intensitas di atas normal atau

    bencana kekeringan karena intensitas hujan yang di bawah normal sering melanda

    Indonesia, dan tak jarang pula menimbulkan kerugian materi maupun jiwa.

    Konsep Hujan

    Hujan adalah salah satu bentuk kelanjutan dari uap air yang berasal dari awan pada

    lapisan atmosfer. Bentuk lainnya adalah salju dan es. Proses jatuhnya uap air

    sebagai titik-titik hujan memerlukan titik kondensasi, amoniak, debu dan asam

    belerang. Titik-titik kondensasi ini sifatnya mengambil uap air dari udara. Satuan

    hujan internasional adalah milimeter atau inchi.

    Curah hujan adalah pendekatan untuk mengetahui banyaknya hujan yang turun di

    permukaan bumi dalam satuan waktu. Curah hujan dihitung berdasarkan ketinggian

    air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak teresap,

    dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter artinya dalam luasan satu meter

    persegi tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung sebanyak satu liter.

    Banyak variabel cuaca yang mempengaruhi curah hujan, namun tidak semua

    variabel tersebut mempunyai korelasi yang kuat terhadap terjadinya hujan.

    Beberapa variabel cuaca yang cukup mempengaruhi curah hujan antara lain:

    1. Suhu Udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara di suatu tempat

    pada waktu tertentu, yang di penggaruhi oleh banyaknyaatau sedikitnya

    panas matahariyang di terima bumi.

    2. Kelembapan udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara

    atau atmosfer. Besarnya tergantung dari masuknya uap air ke dalam

    atmosfer karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan

    sungai, maupun dari air tanah. Di samping itu terjadi pula dari proses

    transpirasi, yaitu penguapan dari tumbuh-tumbuhan. Sedangkan banyaknya

    air di dalam udara bergantung kepada banyak faktor, antara lain adalah

    ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin.

    3. Kecepatan angin adalah jarak yang ditempuh oleh angin per satuan waktu

    secara horizontal pada ketingian dua meter dari permukaan tanah yang

  • ditanami dengan rumput. Kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh

    perbedaan tekanan udara antara tempat asal dan tujuan angin (sebagai faktor

    pendorong ) dan resistensi medan yang dilaluinya.

    Meskipun berada dekat pada garis khatulistiwa, Indonesia tidak memiliki curah

    hujan yang sama pada setiap wilayah. Berdasarkan data BMKG, distribusi rata-rata

    curah hujan bulanan terbagi ke dalam tiga pola hujan, yaitu:

    1. Pola Hujan Monsoon

    Wilayah di bawah pola hujan ini memiliki perbedaan yang jelas antara

    periode musim hujan dan periode musim kemarau dengan ciri memiliki satu

    puncak musim hujan.

    2. Pola Hujan Equatorial

    Ciri pola hujan ini adalah dua puncak musim hujan maksimum dan hampir

    sepanjang tahun masuk dalam kriteria musim hujan. Dua puncak hujan biasa

    terjadi pada bulan Maret atau Oktober.

    3. Pola Hujan Lokal

    Pola hujan lokal memiliki distribusi hujan bulanan berkebalikan dengan

    pola monsoon. Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodial (satu

    puncak hujan), tetapi bentuknya berlawanan dengan tipe hujan monsoon.

    Model Dasar Fuzzy logic

    Konsep fuzzy logic diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh dari Universitas

    California di Berkeley pada 1965. Secara umum, fuzzy logic adalah sebuah

    metodologi berhitung dengan variabel kata-kata (linguistis variable), sebagai

    pengganti berhitung dengan bilangan (N. Agus, 2009). Kata-kata yang digunakan

    dalam fuzzy logic memang tidak sepresesi bilangan, namun kata-kata jauh lebih

    dekat dengan intuisi manusia. Manusia bisa langsung merasakan nilai dari

    variabel kata-kata yang sudah dipakainya sehari-hari.

    Demikianlah, fuzzy logic memberi ruang dan bahkan mengeksploitasi toleransi

    terhadap ketidakpresisian. Dengan fuzzy logic , sistem kepakaran manusia bisa

    diimplementasikan ke dalam bahasa mesin yang mudah dan efisien. Dari sekian

    banyak alternatif yang tersedia, sistem fuzzy seringkali menjadi pilihan yang

  • terbaik. Namun fuzzy logic bukan merupakan konsep yang sempurna yang bisa

    dipakai untuk memecahkan semua masalah. Fuzzifikasi merupakan suatu proses

    pengubahan himpunan nun-fuzzy (crisp) kedalam himpunan fuzzy, masukan bukan

    fuzzy (crisp) dipetakan ke bentuk himpunan fuzzy sesuai dengan variasi semesta

    pembicaraan masukan. Fungsi keangotaan (Membership Function) adalah

    komponen penting.

    Fungsi keanggotaan adalah suatu kurva yang mendefinisikan bagaimana setiap

    titik-titik data dalam ruang input yang dipetakkan antara 0 dan 1.Keanggotaan

    dalam himpunan fuzzy mempunyai bentuk yang berbeda-beda terdiri dari bentuk

    linier, bell, gaussian, trapesoidal dan triangular (Lautri, 2010).

    Inference Sistem

    Sistem inferensi fuzzy (FIS) disebut juga fuzzy inference engine adalah sistem yang

    dapat melakukan penalaran dengan prinsip serupa seperti manusia melakukan

    penalaran dengan nalurinya. Terdapat beberapa jenis FIS yang dikenal namun

    terdapat dua jenis yang cukup sering digunakan yaitu Mamdani dan Sugeno.

    Fuzzy Inference Sistem (FIS) merupakan bagian terpenting dalam fuzzy logic .

    Logika pengambil keputusan merupakan suatu kerangka komputasi yang

    didasarkan pada teori himpunan fuzzy, aturan fuzzy berbentuk IF - THEN, dan

    penalaran fuzzy. Fuzzy Inference sistem (FIS) menerima input crisp. Input ini

    kemudian dikirim ke basis pengetahuan yang berisi n aturan fuzzy berbentuk IF -

    THEN. Dalam FIS terdapat dua proses yaitu:

    1. Implikasi yaitu proses mendapatkan consequent keluaran sebuah IF-THEN

    rule berdasarkan derajat kebenaran antecedent. Namun sebuah rule dapat

    diboboti dengan bilangan antara 0 sampai 1 umumnya rule diberi bobot 1.

    Setelah setiap rule diberi bobot proses implikasi baru bisa dilakukan.

    Implikasi dilakukan pada tiap rule, Masukan dari proses implikasi adalah

    derajat kebenaran bagian antecedent dan fuzzy set pada bagian consequent.

    Dua fungsi yang digunakan dalam proses implikasi adalah min dan prod

    (product, menskalakan fuzzy set keluaran).

  • 2. Agregasi yaitu proses mengkombinasikan keluaran semua IF THEN rule

    menjadi sebuah fuzzy set tunggal. Jika bagian consequent terdiri lebih dari

    satu pernyataan maka proses agregrasi dilakukan secara terpisah untuk tiap

    variabel IF-THEN rule.

    Selanjutnya, pada hasil agregasi akan dilakukan defuzzifikasi untuk mendapatkan

    nilai crisp sebagai output sistem.

    METODOLOGI PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yang pertama Pengambilan data

    cuaca yang terdiri dari 3 variabel utama, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan

    kecepatan angin. Data yang telah dipilih dikelompokkan dengan metode cluster

    means agar dapat didapatkan parameter premis awal pada sistem fuzzy logic.

    Selanjutnya dilakukan perancangan sistem fuzzy dengan software Matlab. Hasilnya

    kemudian divalidasi dengan data aktual dari BMKG.

    Pengambilan Data

    Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengambilan data, Diana data diperoleh dari

    buku Daerah Istimewa dalam Angka yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik

    Daerah Istimewa Yogyakarta pada setiap tahunnya sebagai dokumentasi tahun yang

    telah dilewati. Data yang diperoleh berupa empat unsur cuaca yaitu curah hujan,

    suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Data tersebut adalah data

    bulanan keempat unsur cuaca tersebut dalam kurun waktu 2010 hingga 2014. Untuk

    bisa memperoleh hasil yang diinginkan, sebelumnya harus dilakukan proses

    percobaan dengan data yang sudah dimiliki, yaitu dengan data tahun 2010 sampai

    2012 dikelompokkan, data tahun 2013 sebagai target percobaan serta data tahun

    2014 sebagai data validasi.

    Perancangan Sistem Fuzzy Logic

    Langkah pertama pada penelitian ini adalah dengan membuat rancangan sistem

    fuzzy logic. Setelah mendapatkan sistem yang mendapatkan hasil validasi yang

    melebihi 50 % maka sistem tersebut yang akan dipakai untuk memprediksi curah

    hujan tahun 2011. Untuk dapat memprediksi curah hujan tahun 2011 diperlukan

    teknik neural network untuk memprediksi variabel input temperatur, kelembaban,

  • dan kecepatan angin, hal ini disebabkan sistem fuzzy logic tidak dapat digunakan

    untuk memprediksi curah hujan tahun berikutnya.

    Pengolahan Data Inputan

    Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan eksperimen dengan berbagai sistem

    fuzzy logic. Salah satu hal yang mempengaruhi sistem fuzzy logic ini adalah data

    masukan. Unsur cuaca yang digunakan sebagai masukan adalah temperatur,

    kelembaban udara, dan kecepatan angin. Ketiga variabel ini digunakan sebagai

    masukan karena variabel-variabel ini penyebab utama terjadinya hujan, dan data

    keluaran adalah curah hujan.

    Pada penelitian ini pengelompokkan data menggunakan metode fuzzy cluster means

    dari tahun 2010-2012. Variabel-variabel yang dikelompokkan dengan fuzzy cluster

    means yaitu temperatur, kelembaban, dan kecepatan angin. Curah hujan tidak

    dikelompokkan dengan fuzzy cluster means karena sudah dikelompokkan menurut

    ketentuan BMKG. Teknik fuzzy cluster means dilakukan dengan matlab, yaitu

    dengan menuliskan syntax pada editor matlab. Adapun beberapa syntax yang

    digunakan untuk metode fuzzy cluster means seperti penjelasan dibawah ini

    [center,U,obj_fcn] = fcm(data,cluster_n)

    Penjelasan dari syntax diatas adalah menerapkan metode fuzzy cluster means untuk

    himpunan data. Penjelasan input fungsi ini adalah:

    a. data : kumpulan data akan dikelompokkan setiap baris adalah data sampel

    titik.

    b. cluster_n : jumlah dari cluster (lebih dari satu) penjelasan output fungsi

    ini.

    c. center : matriks pusat cluster akhir di mana setiap baris menyediakan pusat

    koordinat.

    d. U : matriks partisi fuzzy akhir (atau fungsi keanggotaan matriks) .

    e. obj_fcn : nilai-nilai fungsi objektif selama iterasi fuzzy cluster means

    (data,cluster_n,options) menggunakan variabel argumen tambahan, opsi,

    untuk mengontrol parameter clustering, memperkenalkan kriteria

    berhenti, mengatur tampilan informasi iterasi, atau keduanya.

  • Proses clustering berhenti ketika jumlah maksimum dari iterasi tercapai atau ketika

    perbaikan fungsi tujuan antara dua iterasi berturut-turut kurang dari jumlah

    minimum perbaikan ditentukan.

    Fuzzifikasi

    Fuzzifikasi adalah tahap pemetaan nilai masukan dan keluaran ke dalam bentuk

    himpunan fuzzy. Data masukan berupa himpunan crisp yang akan diubah menjadi

    himpunan fuzzy berdasarkan range untuk setiap variabel masukannya. Pada proses

    fuzzifikasi ini terdapat dua hal yang harus diperhatikan yaitu nilai masukan dan

    keluaran serta fungsi keanggotaan (membership function) yang akan digunakan

    untuk menentukan nilai fuzzy dari data nilai crisp masukan dan keluaran. Pada

    proses fuzzifikasi ini digunakan bentuk fungsi keanggotaan gaussian sebagai

    variabel masukan karena gaussian sesuai apabila digunakan untuk data-data alami

    seperti data cuaca. Disamping itu juga dipilih fungsi gaussian karena mempunyai

    tingkat keakurasian tinggi dalam membaca data dibandingkan fungsi lainnya.

    Proses iterasi dilakukan pada tahap fuzzifikasi, yaitu dengan merubah nilai range

    dan parameter yang digunakan untuk membangun fungsi keanggotaan, serta dapat

    juga dengan merubah jenis fungsi keanggotaan yang digunakan. Pada penelitan kali

    proses merubah nilai range dan parameter yang ada dari fungsikeanggotaan

    dilakukan hingga mendapatkan sistem dengan tingkat presisi yang tinggi. Berikut

    adalah fungsi keanggotaan (Membership function) yang digunakan pada sistem

    fuzzy logic.

    Tabel 1. Fungsi Keanggotaan Variabel Masukan

    Variabel Himpunan fuzzy Komponen

    Standar Deviasi Nilai

    Suhu (0C)

    Rendah 0.7572 24.89

    Sedang 0.7572 26.33

    Tinggi 0.7572 28

    Kelembaban (%)

    Rendah 3.58 77

    Sedang 3.58 81.8

    Tinggi 3.58 84

    Kecepatan Angin

    (m/s)

    Ringan 2.082 11

    Sedang 2.082 13.33

    Kencang 2.082 15

  • Tabel 2. Fungsi Keanggotaan Variabel Keluaran

    Variabel Himpunan fuzzy Komponen

    Curah Hujan/Cuaca

    (mm)

    Cerah 0 5

    Hujan ringan 5 25

    Hujan Sedang 25 65

    Hujan lebat >65

    Berdasarkan fungsi keanggotaan variabel masukan di atas, maka akan terbentuk

    grafik yang merupakan grafik fungsi keanggotaan variabel masukan.

    Gambar 1. Fungsi Keanggotaan Suhu

    Gambar 2. Fungsi Keanggotaan Kelembaban

  • Gambar 3. Fungsi Keanggotaan Kecepatan Angin

    Rule-based

    Setelah pendefinisian membership function, maka langkah berikutnya yaitu

    membuat aturan (rule base). Rule base ini terdiri dari kumpulan aturan peramalan

    cuaca yang berbasis fuzzy logic untuk menyatakan kondisi cuaca yang terjadi.

    Penyusunan rule base ini berdasarkan pada sistem pakar yang ada, seperti terlihat

    pada tabel 3.

    Tabel 3. Rule-based untuk prediksi hujan

    Suhu (T) Kelembaban (R) Kecepetan Angin (V)

    Rg Sd Kc

    Rd

    Rd Cr Cr Cr

    Sd Cr Cr Cr

    Tg HR HS HL

    Sd

    Rd Cr Cr Cr

    Sd Cr Cr Cr

    Tg Cr Cr Cr

    Tg

    Rd Cr Cr Cr

    Sd Cr Cr Cr

    Tg Cr Cr Cr

    Tabel 4. Lanjutan Rule-based

    No If Then

    1 T Rd R Rd V Rg C Cr

    2 T Rd R Rd V Sd C Cr

    3 T Rd R Rd V Kc C Cr

    4 T Rd R Sd V Rg C Cr

    5 T Rd R Sd V Sd C Cr

    6 T Rd R Sd V Kc C Cr

    7 T Rd R Tg V Rg C HR

    8 T Rd R Tg V Sd C HS

    9 T Rd R Tg V Kc C HL

  • 10 T Sd R Rd V Rg C Cr

    11 T Sd R Rd V Sd C Cr

    12 T Sd R Rd V Kc C Cr

    13 T Sd R Sd V Rg C Cr

    14 T Sd R Sd V Sd C Cr

    15 T Sd R Sd V Kc C Cr

    16 T Sd R Tg V Rg C Cr

    17 T Sd R Tg V Sd C Cr

    18 T Sd R Tg V Kc C Cr

    19 T Tg R Rd V Rg C Cr

    20 T Tg R Rd V Sd C Cr

    21 T Tg R Rd V Kc C Cr

    22 T Tg R Sd V Rg C Cr

    23 T Tg R Sd V Sd C Cr

    24 T Tg R Sd V Kc C Cr

    25 T Tg R Tg V Rg C Cr

    26 T Tg R Tg V Sd C Cr

    27 T Tg R Tg V Kc C Cr

    Keterangan

    C = Curah

    Hujan/

    Cuaca

    Rd = Rendah

    Sd = Sedang

    Tg = Tinggi

    Rg = Ringan

    Kc = Kencang

    Cr = Cerah

    HR = Hujan ringan

    HS = Hujan

    sedang

    HL = Hujan lebat

    cara membaca rule pada Tabel 4, pada baris No 1 IF Suhu adalah Rendah DAN

    Kelembaban adalah Rendah DAN Kecepatan Angin adalah Ringan MAKA Cuaca

    akan Cerah.

    PEMBAHASAN

    Proses pembuatan prediksi curah hujan ini menggunakan metode Takagi Sugeno

    karena bersifat konstan dan fleksibel sehingga lebih cocok untuk peramalan. Proses

    selanjutnya yaitu fuzzifikasi untuk data masukan, data yang berupa himpunan crisp

    akan diubah menjadi himpunan fuzzy berdasarkan pada range untuk setiap variabel.

    Pada proses fuzzifikasi, digunakan fungsi keanggotaan gaussian sebagai variabel

    masukan karena fungsi ini cocok untuk mengolah data-data alami seperti data

    cuaca.

    Setelah proses fuzzifikasi, langkah selanjutnya adalah membuat rule-base, yang

    terdiri dari kumpulan aturan peramalan cuaca yang berbasis fuzzy logic untuk

    menyatakan kondisi cuaca yang terjadi. Pada peramalan curah hujan dengan tiga

  • variabel masukan yang masing-masing memiliki tiga fungsi keanggotaan dan satu

    variabel keluaran seperti di atas, memiliki 27 buah rule.

    Proses selanjutnya yaitu fuzzy inference, yaitu proses pengambilan keputusan

    berdasarkan rule. Setiap hasil fuzzy inference akan dikonversikan ke suatu bilangan

    riil melalui tahap defuzzifikasi menggunakan metode weights of average.

    Dalam peramalan ini, akan akan dilakukan pengujian dengan data tahun 2012 dan

    akan divalidasi dengan data pada tahun 2013.

    Proses Pengujian

    Dalam penelitian ini digunakan 36 data bulanan dari tahun 2009 sampai 2011 untuk

    setiap variabel masukan yang akan digunakan untuk pembangunan logika. Data

    yang telah terkumpul dan terbagi dalam klasifikasi, dipakai sebagai membership

    function dalam penyusunan program. Setelah itu dilakukan pengujian dengan data

    masukan dari tahun 2012, yaitu sebanyak 12 data. Melalui program yang telah

    dibuat dapat diamati hubungan antara variabel-variabel meteorologi hari ini dengan

    kondisi bulan selanjutnya.

    Berdasarkan 27 rule yang telah ditetapkan maka hasil keputusan dari fuzzy

    direpresentasikan pada grafik status dimana fuzzy logic memiliki input dan output

    berupa linguistik dan numerik. Hujan memiliki empat jenis nilai status secara

    linguistik yaitu cerah, hujan ringan, hujan sedang, dan hujan lebat.

    Dari proses tersebut, diperoleh hasil prediksi curah hujan Daerah Istimewa

    Yogyakarta pada tahun 2013 yaitu sebesar 1988,6 dengan nilai aktual dari BMKG

    Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 2432. Tingkat keakuratan dari sistem ini

    dapat dihitung dengan menggunakan rumus

    (%) = 100% |

    | 100%

    diperoleh nilai keakuratan sebesar 78.096%.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Validasi curah hujan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2013 dengan metode

    fuzzy logic mencapai 78.096%. Perbaikan hasil ke depannya dapat dilakukan

    dengan menggabungkan beberapa metode untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

    Seperti dengan jaringan saraf tiruan atau analisis runtun waktu.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Hasan, Mahbub, dkk. 2013. Rainfall Prediction Model Improvement by Fuzzy Set Theory. Journal of Water Resource and Protection.

    Indrabayu, dkk. 2012. Prediksi Curah Hujan Dengan Fuzzy Logic. Vol. 6,

    Desember 2012.

    Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta. 2010. Daerah Istimewa

    Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2009. Yogyakarta: BPS DIY.

    Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta. 2011. Daerah Istimewa

    Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2010. Yogyakarta: BPS DIY.

    Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta. 2012. Daerah Istimewa

    Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2011. Yogyakarta: BPS DIY.

    Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta. 2013. Daerah Istimewa

    Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2012. Yogyakarta: BPS DIY.

    Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta. 2014. Daerah Istimewa

    Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2013. Yogyakarta: BPS DIY.

    Okta, Dewi. 2012. Curah Hujan Di Indonesia. Diakses dari

    http://blogs.unpad.ac.id/octa/2012/10/31/curah-hujan-di-indonesia/, pada

    tanggal 10 Juni 2015.