BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II...

28
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi Laba Akuntansi Kinerja akuntansi dari suatu perusahaan dapat diukur dengan laba akuntansi dan total arus kas. Belkaoui (2000:32) menyatakan bahwa “Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis”. Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa komponen pokok seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak. Sehingga dalam menentukan besarnya laba akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisasi yang dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan (Muqodim 2005:111). Suwardjono (2005:455) mendefinisian laba sebagai pendapatan dikurangi biaya merupakan pendefinisian secara struktural atau sintaktik karena laba tak didefinisi secara terpisah dari pengertian pendapatan dan biaya. Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Definisi Laba Akuntansi

Kinerja akuntansi dari suatu perusahaan dapat diukur dengan

laba akuntansi dan total arus kas. Belkaoui (2000:32) menyatakan

bahwa “Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai

perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal dari

transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis”. Di

dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi

beberapa komponen pokok seperti laba kotor, laba usaha, laba

sebelum pajak dan laba sesudah pajak. Sehingga dalam menentukan

besarnya laba akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan laba

setelah pajak.

Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa

laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat

direalisasi yang dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode dengan

biaya yang layak dibebankan (Muqodim 2005:111). Suwardjono

(2005:455) mendefinisian laba sebagai pendapatan dikurangi biaya

merupakan pendefinisian secara struktural atau sintaktik karena laba

tak didefinisi secara terpisah dari pengertian pendapatan dan biaya.

Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

9

adalah laba yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya

secara akrual.

2.1.2 Komponen Laba Akuntansi

Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu

kombinasi beberapa komponen pokok seperti: laba kotor, laba usaha,

laba sebelum pajak, dan laba sesudah pajak (Muqodim 2005:131).

Sehingga dalam menentukan besar kecilnya laba akuntansi, investor

dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. SFAC No.1 dalam

Belkaoui (2000:332) mengasumsikan bahwa laba akuntansi

merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa

laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa

depan.

Pada laba akuntansi dikenal konsep Replacement Cost

Income dengan dua komponen laba yaitu:

- Current Oprating Profit: Perhitungan dari pengurangan biaya

pengganti (replacement cost) dari penghasilan

- Realized Holding Gain and Loss: Perhitungan perbedaan

antara biaya pengganti (replacement cost) barang yang dijual

dengan biaya historis barang yang sama.

2.1.3 Perbedaan Laba Akuntansi dengan Laba Ekonomi

Laba akuntansi berbeda dengan laba ekonomi karena perbedaan

konsep dasar yang dianut. Laba akuntansi dilandasi oleh konsep

kontinuitas usaha yang memandang aset sebagai sisa potensi jasa

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

10

sehingga kos historis menjadi basis pengukurannya. Sedangkan laba

ekonomi dilandasi oleh konsep likuidasi yang melihat aset sebagai

simpanan atau persediaan nilai setiap saat sehingga nilai sekarang

menjadi basis pengukurannya. Perbedaan dalam aspek lainnya antara

kedua konsep laba tersebut adalah:

No Aspek Pembeda Laba Akuntansi Laba Ekonomi

1.

Sudut pandang

pemaknaan

Perekayasaan

akuntansi,

penyusunan standar,

dan penyusunan

statemen keuangan

Pemegang saham

2. Dasar pengukuran Biaya historis

Biaya kesempatan

dan nilai pasar

3.

Pengertian

“Ekonomi”

Kelayakan jangka

panjang

Penilaian jangka

pendek

4. Makna depresiasi Alokasi biaya

Penurunan nilai

ekonomis

5. Unit pengukur Nominal rupiah Daya beli

6.

Konsep dasar yang

melandasi

Kontinuitas usaha

(asas akrual)

Likuidasi atau nilai

tunai

Permasalahan yang sering dihadapi mengenai laba akuntansi

adalah menentukan nilai ekonomi, harga, modal, skala, dan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

11

pengukuran pertukaran. Nilai ekonomi adalah preferensi seseorang

terhadap suatu produk berdasarkan kegunaan di masa yang akan

datang dibanding dengan produk lainnya. Apabila terjadi pertukaran,

maka akan terjadi pertukaran harga (exchange price) yang ditetapkan

berdasarkan nilai uang. Jenis harga dalam menentukan laba akuntansi

yaitu:

- Harga Historis (Historical Cost)

- Harga Sekarang (Current Price)/Harga Ganti (Replacement

Cost)/Exit Price

- Harga nanti, harga ganti nanti, atau harga exit price nanti.

- Harga Diskonto/Computed Amount

Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi

yang sesungguhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan

mengenai cara untuk menghitung laba. Karakteristik dari pengertian

laba akuntansi semacam itu mengandung beberapa keunggulan.

Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh

(Belkaoui:1993) adalah:

- Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi

bermanfaat bagi para pemakainya dalam pengambilan keputusan

ekonomi.

- Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dan

dapat diuji kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata

yang didukung oleh bukti.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

12

- Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba

akuntansi memenuhi dasar konservatisme.

- Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama

berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen.

Namun demikian, laba akuntansi ini masih memiliki kelemahan,

sehingga masih mendapat kritikan. Di bawah ini merupakan beberapa

kelemahan dari laba akuntansi tersebut:

- Konsep laba dianggap belum dirumuskan dengan jelas, belum ada

landasan teoritis jangka panjang dalam pelaporan laba akuntansi

tersebut.

- Generally Accepted Accounting Principle (GAAP), masih

memungkinkan dan membolehkan perhitungan laba atas

penerapan metode dan teknik akuntansi yang tidak konsisten.

- Laba akuntansi yang didasarkan pada konsep historical cost

menjadi kurang bermakna apabila pengaruh perubahan harga

diperhitungkan dalam penentuan angka laba tersebut.

- Laba akuntansi hanya laba di atas kertas saja karena angka laba

yang tinggi belum tentu menggambarkan kemampuan likuiditas

perusahaan atau menggambarkan kemampuan dalam memberikan

cash deviden.

Dari kelemahan-kelemahan yang melekat dalam angka laba

akuntansi tersebut, maka dilakukan upaya untuk mengatasi kelemahan

dari konsepsi laba tersebut, antara lain:

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

13

- Berusaha memperbaiki laporan laba akuntansi dengan

memberikan tekanan pada data transaksi dan aktualisasi secara

lebih mendalam.

- Sebaiknya ada konsep laba yang tunggal dan operasional yang

dapat digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan untuk

membayar deviden.

- Membuat konsep tunggal mengenai laba yang lebih sesuai dengan

apa yang disebut konsep laba secara ekonomi.

- Seharusnya ada berbagai konsep laba untuk berbagai kepentingan

(different income for different purposes).

Kualitas laba akuntansi yang dilaporkan oleh manajemen

menjadi pusat perhatian oleh pihak eksternal perusahaan. Laba

perusahaan yang berkualitas adalah laba akuntansi yang memiliki

sedikit atau tidak mengadung gangguan persepsian (perceived notice),

dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang

sesungguhnya (Chandrarin, 2003 dalam Hilal, 2009).

2.1.4 Pengertian Arus Kas

Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang

berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi

investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan

atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu

periode.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

14

Laporan arus kas (statement of cash flows) melaporkan arus kas

masuk dan arus kas keluar utama dari sebuah perusahaan selama

periode tertentu. Laporan arus kas menyediakan informasi yang

berguna mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas

dari kegiatan operasi, mempertahankan dan meningkatkan kapasitas

operasi, memenuhi kewajiban keuangan, dan membayar dividen.

Akibatnya, laporan arus kas sering kali digunakan oleh para manajer

dalam mengevaluasi kegiatan operasi yang telah lalu dan dalam

membuat perencanaan investasi dan kegiatan pendanaan dimasa

depan. Laporan ini juga digunakan oleh investor, kreditor, dan pihak

lainnya dalam menilai kemungkinan laba yang diperoleh perusahaan.

Selain itu, laporan arus kas merupakan dasar untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam membayar utang yang jatuh tempo.

Laporan arus kas (cash flow) mengandung dua macam

aliran/arus kas yaitu:

1. Cash inflow

Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari

kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas

(penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri

dari:

- Hasil penjualan produk/jasa perusahaan.

- Penagihan piutang dari penjualan kredit.

- Penjualan aktiva tetap yang ada.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

15

- Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila

perseroan terbatas.

- Pinjaman/hutang dari pihak lain.

- Penerimaan sewa dan pendapatan lain.

2. Cash out-flow

Cash out-flow adalah arus kas yang terjadi dari

kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran

kas. Arus kas keluar (cash out-flow) terdiri dari:

- Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung

dan biaya pabrik lain-lain.

- Pengeluaran biaya administrasi umum dan

administrasi penjualan.

- Pembelian aktiva tetap.

- Pembayaran hutang-hutang perusahaan.

- Pembayaran kembali investasi dari pemilik

perusahaan.

- Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan

pengeluaran lain-lain.

Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan

tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari perusahaan dari suatu

periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan

pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

16

Menurut PSAK No.2 Laporan arus kas harus melaporkan arus

kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan menurut aktivitas

operasi, investasi, dan pendanaan.

2.1.5 Pengertian Arus Kas Operasi

Menurut PSAK no.2 Laporan arus kas operasi adalah “Jumlah

arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indicator yang

menunjukkan apakah perusahaan dari kegiatan operasinya perusahaan

dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi

kewajibannya, memelihara kemampuan operasi perusahaan,

membayar dividen, serta melakukan investasi yang baru tanpa

mengandalkan sumber pendanaan dari luar”.

Aktivitas dari arus kas operasi itu sendiri antara lain adalah:

penerimaan kas dari aktivitas penjualan barang, pemberian jasa,

royalty, fees, komisi dan pendapatan lain. Pembayaran kas kepada

pemasok barang dan jasa.

Menurut PSAK no. 2 Arus kas tujuannya untuk memberikan

informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar

untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan

setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus

kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para

pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya.

Sedangkan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

17

indikator yang menunjukkan apakah perusahaan dan kegiatan

operasinya dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi

kewajibannya, memelihara kemampuan operasi perusahaan,

membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan

sumber pendanaan dari luar.

Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas

penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas

operasi biasanya berasal dari transaksi dari peristiwa lain yang

mempengaruhi penetapan laba atau rugi perusahaan. Laporan laba rugi

merupakan suatu bentuk laporan yang mengukur kesuksesan kegiatan

operasi dari sebuah perusahaan pada suatu periode waktu tertentu.

Biasanya pihak bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk

mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas),

ataupun untuk mengukur nilai investasi suatu perusahaan.

Arus kas dari aktivitas operasi biasanya disajikan paling awal,

diikuti oleh arus kas dari kegiatan investasi dan kegiatan pendanaan.

Total arus kas bersih dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah kenaikan

atau penurunan bersih dalam kas untuk periode tertentu. Saldo kas

pada awal periode ditambahkan ke kenaikan atau penurunan dalam

kas bersih, sehingga menghasilkan saldo kas pada akhir periode. Saldo

kas akhir di laporan arus kas sama dengan kas yang dilaporkan dalam

neraca.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

18

2.1.6 Pengertian Arus Kas Investasi

Arus kas dari aktivitas investasi adalah arus kas yang berasal

dari transaksi yang mempengaruhi investasi dalam asset non-lancar.

Aktivitas dari arus kas investasi itu sendiri antara lain adalah:

penerimaan kas dari aktivitas penjualan asset tetap, asset tidak

berwujud, dan asset jangka panjang. Pembayaran kas untuk membeli

asset tetap, asset tidak berwujud, asset jangka panjang, dan instrument

utang.

2.1.7 Pengertian Arus Kas Pendanaan

Arus kas dari aktivitas pendanaan adalah arus kas yang berasal

dari transaksi yang mempengaruhi utang dan ekuitas perusahaan.

Aktivitas dari arus kas pendanaan itu sendiri antara lain adalah:

penerimaan kas dari aktivitas penerbitan saham, instrument modal

lain, pelunasan pinjaman, penerbitan obligasi, pinjaman, wesel,

hipotek, dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang.

2.1.8 Pengertian Dividen

Ada 2 jenis dividen, yaitu:

1. Dividen Tunai

Pembagian pendapatan secara tunai oleh perseroan kepada

para pemegang saham disebut dividen tunai atau dividen kas.

Meskipun dividen dapat dibagikan dalam bentuk asset lainnya,

dividen tunai merupakan bentuk yang paling umum digunakan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

19

Biasanya terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi sebuah

perusahaan untuk membayar dividen tunai, yaitu:

- Jumlah laba ditahan yang memadai.

- Jumlah kas yang memadai.

- Tindakan formal yang dilakukan oleh dewan direksi.

Laba besar dalam jumlah besar tidak selalu berarti bahwa

perseroan dapat membayar dividen. Den direksi perseroan tidak

diharuskan oleh hukum untuk mengumumkan dividen. Hal ini

dibenarkan bahkan jika jumlah laba ditahan dan kas cukup besar

untuk pembagian dividen. Akan tetapi, banyak perseroan

berusaha untuk mempertahankan catatan pembagian dividen

yang stabil agar saham mereka dapat menarik minat investor.

Meskipun dividen dapat dibayarkan sekali atau dua kali dalam

setahun, kebanyakan perseroan membayar dividen pada setiap

kuartal. Pada tahun-tahun dimana terdapat laba bersih yang

tinggi, perseroan dapat mengumumkan dividen khusus atau

tambahan.

2. Dividen Saham

Pembagian lembar saham kepada para pemegang saham

disebut dividen saham. Biasanya, saham yang dibagikan adalah

saham biasa, dan diterbitkan untuk para pemegang saham biasa.

Dividen saham berbeda dari dividen tunai karena tidak ada

pembagian kas atau asset lainnya kepada pemegang saham.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

20

Pengaruh dividen saham terhadap ekuitas pemegang

saham dari perseroan yang menerbitkan saham adalah

memindahkan laba ditahan ke modal disetor. Untuk perseroan

terbuka, jumlah yang dipindahkan dari laba ditahan ke modal

disetor biasanya merupakan nilai wajar (nilai pasar) dari saham

yang diterbitkan dalam dividen saham. Penggunaan nilai wajar

(nilai pasar) dibenarkan selama jumlah lembar saham yang

diterbitkan untuk dividen saham adalah kecil (kurang dari 25%

dari jumlah saham beredar). Dividen saham tidak mengubah

asset, kewajiban, atau total ekuitas pemegang saham perseroan.

Dan juga tidak mengubah jumlah bagian kepemilikan (ekuitas)

pemegang saham dalam perseroan.

2.1.9 Definisi Kebijakan Dividen

Menurut Aharony, et al. (1980) dalam Nurhidayati (2006)

mengemukakan bahwa informasi yang diberikan pada saat

pengumuman dividen lebih berarti daripada pengumuman earning.

Bagi para investor, dividen merupakan hasil yang diperoleh dari

saham yang dimiliki, selain capital gain yang didapat apabila harga

jual saham lebih tinggi dibanding harga belinya. Dividen tersebut

didapat dari perusahaan sebagai distribusi yang dihasilkan dari operasi

perusahaan.

Kebijakan dividen menurut Martono, et al. (2000:253)

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

21

keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (dividend policy)

merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada

akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk

dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan

investasi di masa yang akan datang.

Kebijakan dividen menurut Gitman (2000) dalam Lani

(2005:72) adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat

keputusan dividen.

Menurut Dermawan (2002:305), perusahaan akan tumbuh dan

berkembang, kemudian pada waktunya akan memperoleh keuntungan

atau laba. Laba ini terdiri dari laba yang ditahan dan laba yang

dibagikan. Pada tahap selanjutnya, laba yang ditahan merupakan salah

satu sumber dana yang paling penting untuk pembiayaan pertumbuhan

perusahaan. Makin besar pembiayaan perusahaan yang berasal dari

laba yang ditahan di tambah penyusutan aktiva tetap, maka makin

kuat posisi finansial perusahaan tersebut. Dari seluruh laba yang

diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepada pemegang saham

berupa dividen. Mengenai penentuan besarnya dividen yang akan

dibandingkan itulah yang merupakan kebijakan dividen dari pimpinan

perusahaan.

Menurut James (2002), evaluasi pengaruh rasio pembayaran

dividen terhadap kekayaan pemegang saham dapat dilakukan dengan

melihat kebijakan dividen perusahaan sebagai keputusan pendanaan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

22

yang melibatkan laba ditahan. Setiap periode, perusahaan harus

memutuskan apakah laba yang diperoleh akan ditahan atau

didistribusikan sebagian atau seluruhnya pada pemegang saham

sebagai dividen. Sepanjang perusahaan memiliki proyek

investasi dengan pengembalian melebihi yang diminta, perusahaan

akan menggunakan laba untuk mendanai proyek tersebut. Jika

terdapat kelebihan laba setelah digunakan untuk mendanai seluruh

kesempatan investasi yang diterima, kelebihan itu akan didistribusikan

kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas. Jika tidak ada

kelebihan, maka dividen tidak akan di bagikan.

Kebijakan dividen dalam Werner (2008:4) merupakan suatu

kebijakan yang dilakukan dengan pengeluaran biaya yang cukup

mahal, karena perusahaan harus menyediakan dana dalam jumlah

besar untuk keperluan pembayaran dividen. Perusahaan umumnya

melakukan pembayaran dividen yang stabil dan menolak untuk

mengurangi pembayaran dividen. Hanya perusahaan dengan tingkat

kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke depan yang cerah, yang

mampu untuk membagikan dividen. Banyak perusahaan yang selalu

mengkomunikasikan bahwa perusahaannya memiliki prospektif dan

menghadapi masalah keuangan sudah tentu akan kesulitan untuk

membayar dividen. Hal ini berdampak pada perusahaan yang

membagikan dividen, memberikan tanda pada pasar bahwa

perusahaan tersebut memiliki prospek kedepan yang cerah dan mampu

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

23

untuk mempertahankan tingkat kebijakan dividen yang telah

ditetapkan pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke

depan yang cerah, akan memiliki harga saham yang semakin tinggi.

Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang

akan direspon oleh pasar. Menurut Arifin (1993) dalam Nurhidayati

(2006:24), pengumuman dividen dan pengumuman laba pada periode

sebelumnya adalah dua jenis pengumuman yang paling sering

digunakan oleh para manajer untuk meng-informasikan prestasi dan

prospek perusahaan.

Dividen diumumkan secara priodik oleh dewan direktur.

Biasanya tiap setengah tahun atau tiap satu tahun. Pembayaran dividen

menjadi sulit karena komposisi pemegang saham berubah-ubah.

Pengukuran jual-beli saham sangat cepat berubah-ubah. Karena

cepatnya perpindahan pemegang saham maka sulit untuk dipantau

daftar pemegang saham. Dividen mengkin dapat diberikan kepada

pemegang saham baru lima hari kerja setelah pembelian saham

(Sunariyah, 2004).

Menurut Martono, et al. (2000:255-256) sejauh ini pembahasan

dividen hanya menyangkut aspek-aspek teoritis dari kebijakan

dividen. Namun, ketika perusahaan menetapkan suatu kebijakan dan

memperhatikan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan ini harus

dikaitkan kembali ke teori pembayaran dividen dan penilaian

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

24

perusahaan. Beberapa pertimbangan manajer dalam pembayaran

dividen antara lain:

a. Kebutuhan dana bagi perusahaan

Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin

kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan

perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi

dananya baru sisanya untuk pembayaran dividen.

b. Likuiditas perusahaan

Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan

utama dalam kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus

kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan

likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan

untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara

likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar

mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan

tidak akan membayar dividen dalam jumlah yang besar.

c. Kemampuan untuk meminjam

Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk

menunjukkan fleksibilitas dan perlindungan terhadap

ketidakpastian. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang

tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan

fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk

membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

25

pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu

mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas

perusahaan.

d. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang

Ketentuan perlindungan dalam suatu perjanjian hutang

sering mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen.

Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga

kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya,

pembatasan ini dinyatakan dalam persentase maksimum dari laba

kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka manajemn

perusahaan dapat menyambut baik pembatasan dividen yang

dikenakan para kreditur, karena dengan demikian manajemen

tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada

para pemegang saham. Manajemen hanya perlu mentaati

pembatasan tersebut.

e. Pengendalian perusahaan

Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat

besar, maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu

yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai

kesempatan investasi yang menguntungkan.

Dividen diumumkan secara priodik oleh dewan direktur.

Biasanya tiap setengah tahun atau tiap satu tahun. Pembayaran dividen

menjadi sulit karena komposisi pemegang saham berubah-ubah.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

26

Pengukuran jual beli saham sangat cepat berubah-ubah. Karena

cepatnya perpindahan pemegang saham maka sulit untuk dipantau

daftar pemegang saham. Dividen mungkin dapat diberikan kepada

pemegang saham baru lima hari kerja setelah pembelian saham

(Sunariyah, 2004).

2.1.10 Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Kebijakan Dividen

Sedangkan beberapa faktor yang menentukan dan

mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan dividen menurut

Dermawan (2002) antara lain:

- Posisi Likuiditas Perusahaan

Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar

dividen yang dibayarkan.

- Kebutuhan Dana untuk Membayar Hutang

Apabila sebagian besar laba digunakan untuk

membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk membayar

dividen makin kecil.

- Rencana Perluasan Usaha

Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang

dana yang dapat dibayarkan untuk dividen.

- Pengawasan Terhadap Perusahaan

Kebijakan pembiayaan untuk ekspansi dibiayai dengan dana

dari sumber intern antara lain laba. Dengan pertimbangan apabila

dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

27

kontrol dari kelompok pemegang saham dominan. Karena suara

pemegang saham mayoritas berkurang.

Menurut Weston, et al. (1998), faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam kebijakan dividen adalah:

1. Undang-Undang (UU)

Undang-Undang menentukan bahwa dividen harus

dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun

lalu yang ada dalam pos “laba ditahan” dalam neraca.

2. Posisi likuiditas

Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam aktiva

yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari

yahun-tahun lalu sudah diinvestasikan pada pabrik, peralatan,

persediaan, dan aktiva lainnya; laba tersebut tidak di simpan

dalam bentuk kas.

3. Kebutuhan untuk melunasi hutang

Apabila perusahaan mengambil hutang untuk

membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan

yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan.

Perusahaan dapat membayar hutang itu pada soal jatuh tempo

dan menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain.

4. Tingkat laba

Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang

diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

28

laba tersebut dalam bentuk dividen pada pemegang saham

atau menggunakannya di perusahaan tersebut.

2.1.11 Bentuk Kebijakan Dividen

Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash

dividend yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham.

Berikut ini beberapa bentuk kebijakan dividen menurut Sutrisno

(2003) adalah:

a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil

Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen

akan diberikan secara tetap perlembarnya untuk jangka waktu

tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi.

Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan

kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan

peningkatannya baik dan stabil, maka deviden juga akan

ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa

tahun.

Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak

dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan yakni (1) bisa

meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dapat

diprediksi dan dianggap mempunyai resiko yang kecil, (2) bisa

memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan

mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan datang, (3) akan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

29

menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan

konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.

b. Kebijakan Dividen yang Meningkat

Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan

dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu

meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.

c. Kebijakan Dividen dengan Rasio yang Konstan

Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya

mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin

besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan,

demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan

juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout

ratio (DPR).

d. Kebijakan Pemberian Dividen Regular yang Rendah Ditambah

Ekstra

Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan

menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang

dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan extra

dividend bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

2.1.12 Alasan-Alasan dilaksanakannya Kebijakan Pembayaran Dividen

Kebijakan dividen stabil menurut Dermawan (2002:317) adalah

jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

30

lengkap selama jangka waktu tertentu meskipun laba per lembar

saham per tahunnya berfluktuatif.

Menurut Dermawan (2002) alasan-alasan dilaksanakan-nya

kebijakan pembayaran dividen stabil adalah:

a. Memberikan penjelasan kepada para investor bahwa perusahaan

mempunyai prospek yang baik di masa-masa mendatang.

b. Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang

diterima dari dividen.

c. Pada banyak Negara dalam ketentuan pasar modalnya, hanya

diijinkan menanamkan dananya dalam saham-saham yang

dikeluarkan oleh perusahaan yang menjalankan kebijakan

pembayaran dividen yang stabil.

Dari uraian tersebut, ternyata kebijakan dividen tersebut

menimbulkan dua akibat yang bertentangan, oleh karena itu penentuan

besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham menjadi

sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan yang harus

mampu menentukan kebijakan yang akan menyeimbangkan dividen

saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen di masa yang akan datang

agar memaksimumkan harga saham.

Dividen dipengaruhi oleh banyak variabel. Contoh, arus kas dan

kebutuhan investasi suatu perusahaan mungkin berubah-ubah dengan

cepat sehingga sulit untuk menentukan jumlah dividen tetap yang

tinggi. Di pihak lain, perusahaan mungkin menginginkan pembayaran

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

31

dividen yang tinggi untuk menyalurkan dana yang tidak di butuhkan

untuk investasi. (Weston, et al. (1998)).

2.2 Penelitian Terdahulu

Pariwati, et al. (1998) dalam Meythi (2006) menguji hubungan laba

dan arus kas dalam memprediksi laba dan arus kas masa mendatang. Populasi

yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan go publik selama enam

periode mulai tahun 1989-1994. Pengujian menggunakan model regresi

dimana menguji variabel tanpa faktor deflator dan menguji variabel setelah

dilakukan penyesuaian dengan faktor deflator. Berdasarkan penelitiannya

disimpulkan bahwa laba merupakan predictor yang lebih baik dari pada arus

kas dalam memprediksi laba dan arus kas.

Elizabeth (2000) dalam penelitiannya yang menganalisis hubungan

laba akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas, dengan menggunakan

koefisien korelasi Spearman Rank, ia menganalisa 25 perusahaan yang go

publik di BEJ pada tahun 1992, 1993 dan 1994. Berdasarkan penelitiannya itu

disimpulkan bahwa ada konsistensi hubungan yang signifikan dan positif

antara laba akuntansi dengan dividen kas.

Barth, et al. (2001) dan Kim, et al. (2002) dalam Yolanda (2006)

menyatakan bahwa laba memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas

mendatang perusahaan, dan memiliki kemampuan yang lebih dibanding arus

kas jika laba dipecah ke dalam beberapa komponen akrual. Bahkan Kim, et

al. (2002) menegaskan kemampuan laba dalam memprediksi arus kas

meningkat sepanjang tahun. Kim, et al. (2002) juga membedakan antara

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

32

perusahaan yang melaporkan laba positif dan laba negative, hasilnya

menyatakan bahwa hubungan antara arus kas tahun berjalan dengan arus kas

masa depan tidak meningkat maupun menurun.

Nahibaho (2000) menyimpulkan bahwa laba perusahaan saat ini

merupakan predictor bagi dividen yang akan datang. Dengan demikian laba

saat ini mempengaruhi kebijakan dividen yang akan datang. Baik laba saat ini

ataupun arus kas saat ini bukan merupakan predictor bagi dividen saat ini dan

tidak mempengaruhi kebijakan dividen saat ini.

Hermi (2004) dalam penelitiannya yang menganalisis hubungan laba

bersih dan arus kas terhadap dividen kas pada perusahaan perdagangan besar

barang produksi di BEJ pada periode 1999-2002. Hermi (2004) menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara laba bersih dengan dividen

kas pada perusahaan perdagangan besar barang produksi tahun 1999-2002.

Watson, et al. (2005) dalam Yolanda, et al. (2006) menyatakan bahwa

untuk perusahaan yang berlaba, ukuran berbasis laba lebih baik dalam

menangkap kinerja perusahaan dibandingkan arus kas, sedangkan untuk

perusahaan yang merugi baik laba maupun arus kas tidak dapat menangkap

kinerja perusahaan dengan baik.

Murtanto, et al. (2004) dalam penelitiannya yang menganalisis

hubungan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas dengan

menggunakan koefisien korelasi Spearman Rank, mereka menganalisis 19

perusahaan industri barang konsumsi pada tahun 1999, 15 perusahaan industri

barang konsumsi pada tahun 2000 dan 16 perusahaan industri barang

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

33

konsumsi pada tahun 2001. Berdasarkan penelitiannya itu disimpulkan bahwa

adanya hubungan yang positif dan kuat antara laba akuntansi terhadap

dividen kas.

2.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ada tidaknya

hubungan antara variabel dependen berupa kebijakan dividen dengan variabel

independen berupa laba akuntansi dan arus kas. Penjelasan mengenai

kerangka pemikiran tersebut jika digambarkan menjadi sebagai berikut:

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari

tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan

merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta

merumuskan hipotesis (Jurusan Akuntansi, 2004: 13). Penelitian ini

menggunakan dua variabel independen yaitu laba akuntansi dan arus kas

operasi, serta satu variabel dependen kebijakan deviden. Berdasarkan

penelitian sebelumnya diketahui bahwa laba akuntansi dan arus kas

berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Semakin tinggi laba

Laba Akuntansi

(X1)

Arus Kas

(X2)

Kebijakan Dividen

(Y)

H1

H2

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

34

akuntansi dan arus kas, maka semakin tinggi kesempatan buat para emiten

untuk memberikan kebijakan dividen kepada investor/ pemegang saham.

2.4 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis menurut Erlina (2007:41) adalah, “hubungan yang diduga

secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang

dapat diuji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara

terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang

relevan dan kebenaranya akan diketahui setelah dilakukan penelitian.

Belkaoui (2000:332) menyatakan bahwa laba akuntansi secara

operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang

direalisasikan yang berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan

dengan biaya histories. Tujuan laba secara umum didasari sebagai dasar

perpajakan, petunjuk bagi kebijaksanaan perusahaan dan pengambilan

keputusan, kebijaksanaan dividen serta sebagai ukuran efesiensi. Laba diakui

sebagai suatu indikator dari jumlah maksimum yang harus dibagikan sebagai

dividen dan ditahan untuk perluasan atau di investasikan kembali di dalam

perusahaan. Selain laba akuntansi menurut Elizabeth (2000) kebanyakan

perusahaan juga sering menggunakan laba tunai yang pada dasarnya

merupakan laba akuntansi setelah diperhitungkan dengan beban-beban non

kas dalam hal ini adalah penyusutan dan amortisasi, dalam menentukan

besarnya dividen yang akan dibagikan.

Efendri (1993) dalam Febby, et al. (2004) meneliti persepsi

manajemen tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan faktor-faktor yang

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan ...eprints.umm.ac.id/41138/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi

35

dapat dikembalikan) dalam kebijakan pembagian dividen kas. Penelitian

dilakukan terhadap 84 perusahaan yang mengembalikan questionnaires,

seluruhnya merupakan perusahaan go public sampai akhir tahun 1991.

Hasilnya menyatakan bahwa faktor peningkatan dan penurunan laba termasuk

faktor yang sangat penting dipertimbangkan manajemen dalam kebijakan

pembagian dividen kas.

Berdasarkan kerangka koseptual yang telah diuraikan sebelumnya,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Laba Akuntansi dan Arus Kas berpengaruh terhadap kebijakan

dividen