BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 2.1eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4840/3/BAB...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 2.1eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4840/3/BAB...
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sistem Pengendalian Intenal
2.1.1.1 Pengertian Pengendalian Intern
Hartadi (1992), mengatakan sistem pengendalian intern dapat dipandang
sebagai sistem sosial yang mempunya wawasan untuk makna khusus yang berada
dalam organisasi perusahaan. Sistem tersebut terdiri dari kebijakan, tekhnik,
prosedur, dan alat-alat fisik, dokumentasi orang-orang dengan berinteraksi satu
sama lain yang diarahkan untuk :
a. Melindungi harta
b. Menjamin terhadap “hutang yang tidak layak”
c. Menjamin ketelitian dan dapat dipercayai data akuntansi
d. Dapat diperolehnya operasi secara efisien
e. Menjamin ditaatinya kebijakan perusahaan
Menurut Mulyadi (2002), sistem pengendalian intern meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang
efektif dan efisien.
9
Pengendalian intern menurut COSO, suatu proses yang dipengaruhi oleh
dewan komisaris perusahaan, manajemen dan personel lainnya, diterapkan dalam
penetapan strategi yang meliputi keseluruhan perusahaan, yang dirancang untuk
mengidentifikasi kejadian potensial yang mungkin mempengaruhi organisasi dan
mengelola perusahaan sesuai dengan risk appetite perusahaan untuk menyediakan
keyakinan yang memadai terkait pencapaian tujuan perusahaan. Proses yang
dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan lainnya itu untuk
memberikan keyakinan yang wajar seusai dengan katagorinya yaitu efektifitas dan
efesiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan ketaatan dengan hukum dan
aturan yang berlaku (Romney dan Steinbart, 2006:196).
COSO didukung atau disponsori oleh lima badan yaitu American Institute
of Certified Public Accountants (AICPA), Institute of Internal Auditors (IIA),
American Accounting Association (AAA), Financial Executives Institutes (FEI),
Institute of Management Accountants (IMA).
10
Komponen Pengendalian Internal Versi COSO
Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian merupakan komponen ini meliputi sikap
manajemen disemua tingkatan terhadap operasi dan umum secara konsep kontrol
secara khusus. Hal ini mencakup: etika, kompetensi, serta integritas dan
kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi, juga mencakup unsur organisasi
serta kebijakan dan filosofi manajemen (Sawyer, 2005:62). Lingkungan
pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran
pengendalian orang-orangnya, lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk
semua komponen pengendalian internal lainnya (Fauziati dan Wulan, 2014 dalam
Yuwannita dan Erika Ariani, 2016). Menurut Wareen (2015:402) ada 3 faktor yang
mempengaruhi lingkungan pengendalian perusahaan yaitu:
1. Filosofi manajemen dan gaya operasi. Manajemen yang menekankan
pentingnya pengendalian dan mendorong kepatuhan pada kebijakan
pengendalian akan menciptakan lingkungan pengendalian yang efektif.
2. Struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi merupakan kerangka
kerja untuk perencanaan dan pengendalian operasi, juga mempengaruhi
lingkungan pengendalian.
3. Kebijakan personalia perusahaan. Meliputi pemberian kontrak kerja,
pelatihan, evaluasi, kompensasi, dan promosi karyawan.
11
2.1.1.2.Tujuan Pengendalian Intern
Pengendalian intern yang diciptakan dalam suatu perusahaan harus mempunyai
beberapa tujuan.
Menurut Mulyadi (2002), tujuan pengendalian intern adalah:
a. Menjaga kekayaan organisasi.
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
c. Mendorong efisiensi.
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
12
2.1.1.3.Unsur Unsur Pengendalian Intern
Menurut Comitte of Sponsoring Organization of the Tradeway atau COSO
(Amanina, 2011 dalam Cindy, 2015) yang meliputi unsur-unsur pokok
pengendalian adalah :
a. Lingkungan pengendalian (Control Environment), suasana organisasi yang
memperngaruhi kesadaran penguasaan dari seluruh pegawainya.
Lingkungan pengendalian ini merupakan dasar dari komponen lain karena
menyangkut kedisiplinan dan struktur.
b. Penaksiran resiko (Risk assestment), adalah proses mengidentifikasi dan
menilai resiko-resiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan. Setelah
teridentifikasi manajemen harus menentukan bagaimana mengelola atau
mengendalikannya.
c. Aktivitas pengendalian (Control ativities), adalah kebijakan dan prosedur
yang harus yang ditetapkan untuk meyakinkan manajemen bahwa semua
arahan telah dilaksankaan. Aktivitas pengendalian ini diterapkan pada
semua tingkat organisasi dan pengolahan data.
d. Informasi dan komunikasi (Informatioan and communication), dua elemen
yang dapat membantu manajemen melaksanakan tanggung jawabnya.
Manajemen harus membangun sistem informasi yang efektif dan tepat
waktu. Hal tersebut antara lain menyangkut sistem akuntansi yang terdiri
dari cara-cara dan perekaman guna mengidentifikasi, menggabungkan,
menganalisa, mengkelompokkan, mencatat dan melaporkan transasksi yang
13
timbul serta dalam rangka membuat pertanggungjawaban asset dan utang-
utang perusahaan.
e. Pemantauan (Monitoring), suatu proses penilaian sepanjang waktu atas
kualitas pelaksanaan pengendalian internal dan dilakukan perbaikan jika
dianggap perlu.
Menurut IAI (2001) pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang
berkaitan, yaitu:
a. Lingkungan pengendalian.
Berbagai faktor yag membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu
entitas yaitu:
1. Nilai integritas dan etika
2. Komitmen terhadap kompetensi
3. Dewan komisi dan komite audit
4. Kesadaran pengendalian
5. Filosofi dan gaya operasi manajemen
6. Struktur organisasi
7. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab
8. Kebijakan dan praktir sumber daya manusia
b. Penaksiran Resiko
Penaksiran resiko merupakan identifikasi dan analisa terhadap resiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk
menentukan bagaimana resiko harus dikelola.
14
c. Aktivitas pengendalian.
Merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa
arahan manajemen dilaksanakan untuk menanggulangi resiko dalam
pencapaian tuijuan entitas.
d. Informasi dan komunikasi.
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang
meliputi sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang dibangun
untuk mencatat, mengelolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas.
Komunikasi meliputi luasnya pemahaman personil tentang bagaimana
aktivitas mereka dalam sistem informasi pelaporan keuangan berkaitan
dengan pekerjaan orang lain.
e. Pemantauan.
Pemantauan merupakan proses penetapan kualitas kinerja pengendalian
inten sepanjang waktu. Pemantauan mencangkup penentuan desain dan
operasi pengendalian tepat waktu dan tindakan perbaikan yang dilakukan.
Proses ini dilaksanakan melalui aktivitas pemantauan terus-menerus,
evaluasi secara terpisah dan kombinasi diantara keduanya.
Lingkungan pengendalian merupakan alat untuk menciptakan suasana
pengendalian dalam suatu organisasi dimana salah satu unsurnya meliputi struktur
organisasi dan pemisahan fungsi dan wewenang serta tanggung jawab yang ada.
Pengendalian yang dilakukan dengan baik akan menciptakan hasil yang
memuaskan dan meminimalkan kerugian-kerugian akiba kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh karyawan (Cindy, 2015).
15
2.1.2. Efektivitas
2.1.2.1.Pengertian Efektivitas
Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin
besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka
semakin efektif organisasi, program atau kegiatan (Mahmudi, 2005:92). Efektivitas
berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang
dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang
diharapkan atau dikatakan spending wisely.
Efektivitas menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang
mengacu pada hasil guna dari pada suatu organisasi, program atau kegiatan yang
menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta
ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-
targetnya. Hal ini berarti, bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah
semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki.
Menurut Moenir (2006), mendefinisikan efektivitas sebagai berikut
efektivitas, pada sisi lain, menjadi kemampuan untuk memilih sasaran hasil sesuai.
Seorang manajer efektif adalah satu yang memilih kebenaran untuk melaksanakan.
Konsep efektivitas merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional,
artinya dalam mendefinisikan efektivitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu
yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari efektivitas adalah pencapaian tujuan. Kata
efektif sering dicampuradukkan dengan kata efisien walaupun artinya tidak sama,
sesuatu yang dilakukan secara efisien belum tentu efektif.
16
2.1.3. Kredit
2.1.3.1.Pengertian Kredit
Dalam bahasa latin disebut credere yaitu percaya. Maksudnya sipemberi
kredit percaya kepada sipenerima kredit, bahwa kredit yg disalurkan pasti akan
dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi sipenerima kredit mempunyai
kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka
waktunya (Kasmir, 2011).
Pengertian kredit menurut Undang –Undang Perbankan nomor 10 Tahun
1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi uangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2011).
2.1.3.2.Unsur-unsur Kredit
Menurut Kasmir (2011), Dalam kata kredit mengandung beragai maksud,
dengan kata lain mengandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. Adapun
unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai
berikut:
a. Kepercayaan.
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa
kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar
diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit.
Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi
17
mengapa suatu kredit berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum kredit
dikucurkan harus dilakukan penelitian dan penyelidikan terlebih dahulu
secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun
ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon kredit
sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etikat baik
nasabaha terhadap bank.
b. Kesepakatan.
Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan anatara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing
pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing. Kesepakatan ini
kemudian dituangkan pada akad kredit dan ditandatangani kedua pihak
sebelum kredit dikucurkan.
c. Jangka waktu.
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu. Jangka wkatu
ini mencangkup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka
waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (dibawah satu tahun), jangka
waktu menengah (1 sampai 3 tahun), atau jangka waktu panjang (diatas 3
tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit
yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka
waktu ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.
18
d. Resiko.
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan
memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu
kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar
resikonya, demikian pula sebainya. Resiko ini menjadi resiko bank, baik
resiko yag disengaja oleh nasabah, maupun oleh resiko yang tidak sengaja,
misal karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur
kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit
yang diperolehnya.
e. Balas Jasa.
Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas peberian
suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa yang kita kenal
dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga
membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga
meruakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah
balas jasa ditentukan dengan bagi hasil.
19
2.1.3.3.Tujuan Kredit
Pemberian kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tidak
terlepas dari misi bank. Adapun tujuan utama pemberian kredit menurut Kasmir
(2011) yaitu:
a. Mencari keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan.
Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank
sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada
nasabah.
b. Membantu usaha nasabah
Tujuan selanjutnya adalah membantu usaha nasabah yang membutuhkan
dana , baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan
dana itu maka pihak debitur dapat mengembangkan dan memperluas
usahanya.
c. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang diberikan oleh pihak bank,
maka semakin meningkatnya jumlah kegiatan ekonomi yang akan terjadi.
Mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan
pembangunan berbagai sektor.
20
2.1.3.4. Prinsip Penilaian Kredit
Menurut Kasmir (2011) ada beberapa prinsip - prinsip penilaian kredit yang
sering dilakukan yaitu dengan analisis 5 C, analisis 7 P, dan Studi Kelayakan.
Analisis 5 C adalah sebagai berikut:
a. Character, adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini adalah calon
debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada Bank,
bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-
benar dapat dipercaya.
b. Capacity (capability), untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam
membayar kredit dihubungkan dengan kemampuan mengelola bisnis serta
kemampuan mencari laba.
c. Capital, dimana untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang
dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh Bank.
d. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit
yang diberikan.
e. Condition, dalam menilai kredit hendaknya dinilai kondisi ekonomi
sekarang dan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing.
21
Analisis 7 P adalah sebagai berikut:
a. Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup
sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu
masalah.
b. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta
karakternya sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan
akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.
c. Purpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
d. Prospect, yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai
prospek atau sebaliknya.
e. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit yang diperolehnya.
f. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba.
22
g. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan
oleh bank, tetapi melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa
jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. Penilaian kredit.
2.1.4. Koperasi
2.1.4.1. Pengertian Koperasi
Menurut Undang Undang No 25 Tahun 1992, yang diperbarui dalam Undang
Undang No 17 Tahun 2012 :
“Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan
hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal
menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi”.
Secara ringkas definisi koperasi disimpulkan sebagai sebuah badan usaha,
yang berisi sekumpulan orang atau badan hukum yang bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan bersama.
Menurut Abdurahman dan Abdurrahman (2014) koperasi simpan pinjam adalah :
“Koperasi yang meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan kegiatan kredit
berbunga rendah. Koperasi simpan pinjam tidak saja harus memberi pinjaman
dengan tingkat bunga yang rendah, tetapi ia harus memberikan pinjaman kepada
anggota dengan prosedur yang cepat dan mudah”.
Adapun pengertian koperasi simpan pinjam berdasarkan PSAK (2007) adalah
sebagai berikut:
23
“Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya
menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya”.
Memperhatikan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa koperasi simpan
pinjam adalah koperasi yang menghimpun dana dari anggota, kemudian
menyalurkan dana tersebut kepada anggota dalam bentuk pinjaman, dan mendapat
keuntungan berupa bunga yang pada akhirnya akan diakumulasikan dan
dikembalikan kepada anggotanya dalam bentuk SHU.
2.1.4.2. Prinsip-Prinsip Koperasi di Indonesia
Untuk menjelaskan aktivitas usaha, koperasi memiliki prinsip-prinsip yang
menjad pedoman perilaku anggota dalam menjalankan aktivitas usahanya. Prinsip-
prinsip koperasi ini sebagaimana dinyatakan dalam pasal 5 ayat 1 Undang-Undang
No.25/1992, yaitu :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
Prinsip ini menegaskan bahwa tidak boleh ada pemaksaan oleh pihak
manapun untuk menjadi anggota koperasi.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
Prinsip ini menegaskan bahwa dalam pengambilan keputusan senantiasa
melibatkan anggota koperasi. Pengaturannya diatur dalam anggaran dasar
atau rumah tangga koperasi.
24
3. Pembagian sisa hasil usaha sebanding dengan partisipasi anggota
Dalam membentuk kontribusi sisa hasil usaha selama periode akuntansi.
Dengan demikian pendapatan anggota koperasi dari pembagian sisa hasil
usaha sangat tergantung dari partisipasi anggota dalam memberikan
kontribusi pembentukan sisa hasil usaha bagi koperasi.
4. Pemberian balas jasa atas modal
Merupakan cermin atas kewajaranpemberian imbalan bagi partisipasi
anggota koperasi serta mendorong makin kuatnya rasa kesetiakawanan
antar sesama anggota koperasi.
5. Kemandirian
Prinsip kemandirian menunjukkan bahwa pengelolaan usaha dijalankan dan
diawali oleh anggota harus dapat memberikan peningkatan kesejahteraan
bagi anggotanya dan masyarakat.
2.1.4.3. Asas Koperasi Dan Tujuan Koperasi
Menurut Adenk Sudarwanto (2013) Koperasi mempunyai asas-asas yang
berasal dari Negara Indonesia karena badan usaha ini bersumber dari masyarakat
Indonesia itu sendiri. Asas-asas tersebut antara lain:
1. Asas kekeluargaan
Asas ini mengandung makna adanya kesadaran dari hati nurani setiap anggota
koperasi untuk mengerjakan segala sesuatu dalam koperasi yang berguna untuk
semua anggota dan dari semua anggota koperasi itu.
25
Jadi, bukan untuk diri sendiri maupun beberapa anggota saja dan juga bukan
dari satu anggota melainkan mencakup semuanya. Dengan asas yang bersifat
seperti ini maka semua anggota akan mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
2. Asas kegotongroyongan
Asas ini mengandung arti bahwa dalam berkoperasi harus memiliki toleransi,
sifat mau bekerja sama, dan sifat-sifat lainnya yang mengandung unsur kerja sama,
bukan orang perorangan.
Bedasarkan bunyi pasal 3 UU No. 25/1992, tujuan koperasi Indonesia dalam garis
besarnya meliputi tiga hal sebagai berikut :
a. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya.
b. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.
c. Turut Serta membangun tatanan perekonomian nasional.
2.1.4.4. Siklus Simpan Pinjam
Sistem Informasi Akuntansi memiliki beberpa sub sistem yang berupa
siklus-siklus akuntansi. Koperasi simpan pinjam memiliki Sistem Informasi
Akuntansi yang sama dengan perusahaan lain pada umumnya. Dalam sebuah
usaha simpan pinjam terdapat dua siklus utama yaitu, funding adalah kegiatan
mengumpulkan dana dari anggota yang kelebihan dana (dalam bentuk
simpanan) dan lending yaitu menyalurkan dana bagi anggota yang
membutuhkan dana (dalam bentuk pinjaman/kredit).
26
Dalam siklus lending koperasi memungut bunga dari anggota sebagai
keuntungan, yang pada akhirnya akumulasi bunga akan dikembalikan sebagai
insentif kepada anggota yang telah melakukan funding dan lending.
Gambar 2.1.2.4. Siklus Koperasi Simpan Pinjam
*Sumber : Sistem Akuntansi,Mulyadi, 2010.
Mulyadi (2010) menjelaskan bahwa dalam setiap rancangan siklus akuntansi
ada tiga hal penting yang didefinisikan dengan jelas yaitu fungsi yang terkait,
dokumen yang digunakan, dan catatan yang dibuat. Gambaran siklus simpan
pinjam dapat dilihat pada Gambar 2.1.2.4., dimana terdapat minimal fungsi yang
dibuat yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang terpisah sehingga
memungkinkan adanya pengawasan melekat atau disebut juga Segregation of Duty.
Secara teoritis Fungsi tersebut adalah adalah :
1. Fungsi layanan (customer service), bertanggung jawab untuk
berkomunikasi dan melayani pelanggan dalam mengajukan pinjaman,
simpanan, pelunasan dan penarikan dana.
27
2. Fungsi Kas bertugas memcairkan pinjaman dan penarikan maupun
menerima pembayaran pelunasan dan simpanan sesuai aplikasi yang telah
diverifikasi dan disetujui.
3. Fungsi akuntansi bertanggung jawab mencatat transaksi pengeluaran dan
pembayaran pinjaman serta membuat laporan keuangan.
Dokumen terkait kegiatan simpan pinjam adalah :
1. Aplikasi pengajuan pinjaman atau pelunasan, dibuat oleh fungsi layanan
sebagai bukti mengenai seluruh transaksi simpan pinjam yang diperlukan
manajemen.
2. Bukti bank, dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti adanya pengeluaran dan
pemasukan kas dari kegiatan simpan pinjam.
3. Rekap saldo pinjaman/simpanan (jika ada), dibuat oleh fungsi akuntansi
sebagai bahan fungsi layanan dalam memberikan informasi pinjaman
maupun pelunasan.
Adapun catatan yang digunakan dalam system akuntansi simpan pinjam adalah :
1. Jurnal piutang, catatan akuntansi harian untuk mendokumentasikan
transaksi simpan pinjam.
2. Jurnal Umum, digunakan untuk mencatat saldo piutang selama periode
tertentu.
3. Kartu Piutang, digunakan untuk mencatat detail piutang dan pelunasan per
pelanggan.
28
4. Kartu Simpanan, digunakan untuk mencatat detail simpanan dan penarikan
per pelanggan.
Dengan demikian alur simpan pinjam dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Fungsi Layanan menerima aplikasi pengajuan pinjaman, simpanan,
pelunasan dan penarikan dana dari pelanggan. Kemudian melakukan
evaluasi kecukupan persyaratan berdasarkan data rekap saldo pinjaman.
Aplikasi yang memenuhi syarat dan disetujui dikirimkan kepada Fungsi
Kas.
2. Fungsi Kas melakukan pencairaan maupun setoran pada bank berdasarkan
aplikasi yang dikirim dari Fungsi Layanan, kemudian membuat bukti bank
sebagai bukti bahwa transfer dana telah dieksekusi. Bukti aplikasi dan
bukti bank diteruskan ke fungsi akuntansi.
3. Fungsi Akuntansi mencatat jurnal harian berdasarkan bukti aplikasi dan
bukti bank yang diterima dan memperbarui catatan dalam kartu piutang
dan kartu simpanan. Catatan tersebut diolah ke dalam jurnal umum yang
akan menjadi bahan dalam membuat laporan keuangan.
29
2.1.4.5. Landasan Hukum Koperasi
Menurut UUD 1945 dalam UU no 12 tahun 1967, tentang pokok perkoperasian,
Pasal 2 menyebutkan tentang landasan koperasi sebagai berikut :
1. Landasan Idiil
Landasan idiil koperasi adalah Pancasila yang merupakan dasar negara
Indonesia. Dengan demikian semua kegiatan koperasi wajib menerapkan
sila-sila dalam Pancasila.
2. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional koperasi Indonesia adalah UUD 1945. Dalam pasal
33 ayat (1) ditegaskan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Memang dalam pasal itu secara
eksplisit tidak menyebutkan koperasi sebagai salah satu pilar dalam
struktural perekonomian Indonesia, namun kata-kata “asas kekeluargaan”
jelas menjamin keberadaan koperasi Indonesia sebab asas kekeluargaan
adalah asas koperasi.
3. Landasan Mental
Landasan mental koperasi Indonesia adalah kesetiakawanan dan kesadaran
pribadi. Sifat inilah yang wajib senantiasa ada dalam aktivitas koperasi.
Setiap anggota koperasi wajib memiliki rasa kesetiakawanan dengan
anggota koperasi yang lain. Namun rasa kesetiakawanan wajib diikuti oleh
kesadaran diri untuk maju dan berkembang, guna meningkatkan
kesejahteraan anggota koperasi.
30
4. Landasan Operasional
Landasan operasional adalah tata ketentuan kerja yang wajib diikuti dan
ditaati oleh anggota, pengurus, badan pemeriksa, manajer, dan karyawan
koperasi dalam melaksanakan tugas masing-masing di koperasi. Landasan
operasional berupa undang-undang dan peraturan-peraturan yang disepakati
secara bersama. Berikut ini landasan operasional koperasi Indonesia :
a. UU No. 25 Tahun 1992 mengenai Pokok-Pokok Perkoperasian.
b. Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)
Koperasi.
31
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan sistem pengendalian intern
atas pemberian kredit disajikan pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Peneltian Terdahulu
No Nama Peneliti (Tahun) Judul Hasil
1.
Dyna Lusi Susanti
(2016)
Evaluasi Sistem
Pengendalian Internal
Menggunakan
Pendekatan COSO Studi
Kasus Koperasi Warga
Patra V
Koperasi Gatra V telah
membuat banyak kemajuan
pasca dilaksanakannya
rekomendasi Audit tahun
2014. Namun demikian
beberapa prinsip
pengendalian COSO yang
belum terpenuhi dalam sistem
pengendalian internal
Koperasi Gatra V yang
teridentifikas. Komponen
pengendalian internal yang
telah sesuai dengan COSO
adalah informasi dan
komunikasi, namun demikian
komponen lain pengendalian
masih mengandung
kelemahan, antara lain
lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, aktivitas
pengendalian dan monitoring.
32
2. Elisa Silva Mardiana
Zahroh Za Devi Farah
Azizah (2017)
Efektivitas Sistem
Pemberian Kredit Usaha
Kecil dan Menengah
Untuk Mendukung
Efektivitas Pengendalian
Internal (Studi Pada
Koperasi Kredit Kosayu
Malang)
Fungsi Internal Audit pada
Koperasi Kredit KOSAYU
Malang sudah tersedia namun
dalam proses audit belum
maksimal, sehingga
pemeriksaan secara
independen belum dapat
dimaksimalkan. Proses audit
diterapkan pada semua
bidang tidak hanya dibagian
kredit. Pada proses penarikan
atau penyetoran memiliki
sistem yang lemah dan sangat
mudah terjadi kecurangan.
3.
Auliana Yuwannita
dan Nita Erika Ariani
(2016)
Analisis Hubungan
Pengendalian Internal
Versi Coso Terhadap
Indikasi Kecurangan
Laporan Keuangan Pada
Baitul Qiradh Anggota
Pusat Koperasi Syariah
Nanggroe Aceh
Darussalam
Dari hasil pengujian hipotesis
dan pembahasan yang telah
diuraikan sebelumnya, dapat
diambil kesimpulan bahwa
terdapat hubungan antara
pengendalian internal versi
COSO terhadap indikasi
kecurangan laporan keuangan
(fraud) pada Baitul Qiradh
anggota. Dalam hal ini
pengendalian internal di
setiap Baitul Qiradh telah
diterapkan dengan baik.
Sehingga jauh dari adanya
indikasi kecurangan pada
laporan keuangan (fraud).
4.
33
Muahammat
Syafriansyah (2015)
Analisis Sistem Dan
Prosedur Pemberian
Kredit Pada Koperasi
Simpan Pinjam Sentosa
Di Samarinda
Standar Operating Procedure
(SOP) pemberian kredit pada
Koperasi Simpan Pinjam
(KSP), masih terdapat
kekurangan dari prosedur
pemberian kredit yang ada di
KSP Sentosa, yaitu: KSP
Sentosa Samarinda memiliki
struktur organisasi yang
sederhana dalam fungsinya
untuk menjalankan prosedur
pemberian kredit sehingga
mengalami kesulitan dalam
menjalankan prosedur
pemberian kredit.
5.
Cindy Aditya (2015)
Analisis Efektivitas
Pengendalian Intern
Atas Prosedur Kredit
Pada Pt. Bpr Shinta Daya
Sleman, Yogyakarta
Hasil jawaban kuesioner
yang terdiri dari lima
komponen COSO Statement,
yaitu lingkungan
pengendalian (control
environment), penafsiran
resiko (risk assesment),
aktivitas pengendalian
(control activities), informasi
dan komunikasi (information
and communication) dan
pemantauan (monitoring).
Adanya prosedur pemberian
kredit yang jelas serta
pengendalian intern dalam
pemberian kredit yang sangat
efektif yang dibuktikan pada
34
jawaban kuesioner analisis
efektivitas pengendalian
intern atas prosedur kredit
pada PT. BPR Shinta Daya
Sleman Yogyakarta
*Sumber : Hasil kajian penulis, 2018