Bab 6 Tingkat Kesehatan Bank dan Manajemen Posisi...

12
Bab6 Tingkat Kesehatan BankdanManajemen Posisi Kas 1. PENGANTAR Sejarah perbankan, baik di Eropa maupun di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa darnpak negatif dari gejalapanik perbankan terhadap tingkatkesempata:nketja dan~ndapatan nasional padaumumnya adalahdemikian beratnya sehinggadipandang perlu untuk senantiasa mengusahakan terhindarnya perekonomian dari timbulnya gejala panik perbankarz. Apabila sebuah bank tidak marnpu memenuhi kewajiban membayar tepat pada waktunya, maka kecenderungan untuk timbulnya kepanikan di antara para nasabah adalah s~ngat besar. Para peniegang rekening giro dan tabungan cenderung untuk berlomba-Iomba menarik dananya dari bank. Juga karena rasa takut kafaubank tidak mampu melunasi kewajibannya, para pemegang deposito berjangkaP.lmcenderung untuk tidak mau mempetpanjang penanarnan dananya pada bank tersebut. Bank yang pada mulanya sudah menjumpai kesulitan dalarn memenuhi kewajibannya, akan lebih dipersulit lagi oleh timbulnya kepanikan di antara para nasabahnya tersebut. Lebih lanjut kepanikan tersebot dapat merembet ke bank lain, melalui tidak berhasil diuangkannya cek dan bilyet giro yang di keluarkan oleh bank pertarna yang menjump-ai masalah likuiditas tersebut. Kepanikan bisa terjadi pada b~nkkedua, karena cek, bilyet giro, wesel bank dan instrumen-instnimen kredit lainnya yang dikeluarkan oleh bank pertarna menjadi beku, dalarnartian tidak bisa diuangkim. Dengan demikian tingkat likuiditas di bank kedua dengan cepatnya menurun, hingga pada gilirannya bank kedua tidak lagi marnpu memenuhi permintaan nasabah penyimpan dana di bank tersebut tepat pada waktunya. Dengan demikian, melalui proses yang sarnakepanikan pada bankkedua terj~di.Jugadengan proses yang sarna, kepanikan yang dialami oleh bank kedua bisa disusul oleh bank ke tiga. Panik .di bank ketiga'dapat merembet ke bank keempat. Bank ke empat selanjutnya dapat menimbulkan kepanikan barn pada bank kelima. Demikian seterusnya. Mudahlah kiranya dimengerti bahwa gejala panik perbankan yang melanda sebuah perekonomian dapat pula mengakibatkan timbulnya resesi, atau bahkan depresi negara lain. Pengalaman pahit tersebut telah memaksa para pakar bidang moneter dan 'perbankan untuk menemukan cara-cara yang dapat digunakan untuk mencegah timbulnya panik 72

Transcript of Bab 6 Tingkat Kesehatan Bank dan Manajemen Posisi...

Bab6 TingkatKesehatanBankdanManajemenPosisiKas

1. PENGANTAR

Sejarah perbankan, baik di Eropa maupun di Amerika Serikat, menunjukkan bahwadarnpaknegatifdarigejalapanikperbankanterhadaptingkatkesempata:nketja dan~ndapatannasionalpadaumumnya adalahdemikianberatnya sehinggadipandangperlu untuksenantiasamengusahakan terhindarnya perekonomian dari timbulnya gejalapanik perbankarz.Apabilasebuah bank tidak marnpu memenuhi kewajiban membayar tepat pada waktunya, makakecenderungan untuk timbulnya kepanikan di antara para nasabah adalah s~ngatbesar. Parapeniegang rekening giro dan tabungan cenderung untuk berlomba-Iomba menarik dananyadari bank. Juga karena rasa takut kafaubank tidak mampu melunasi kewajibannya, parapemegang deposito berjangkaP.lmcenderung untuk tidak mau mempetpanjang penanarnandananya pada bank tersebut. Bank yang pada mulanya sudah menjumpai kesulitan dalarnmemenuhi kewajibannya, akan lebih dipersulit lagi oleh timbulnya kepanikan di antara paranasabahnya tersebut.

Lebih lanjut kepanikan tersebot dapat merembet ke bank lain, melalui tidak berhasildiuangkannya cek dan bilyet giro yang di keluarkan oleh bank pertarna yang menjump-aimasalah likuiditas tersebut. Kepanikan bisa terjadi pada b~nkkedua, karena cek, bilyet giro,wesel bank dan instrumen-instnimen kredit lainnya yang dikeluarkan oleh bank pertarnamenjadi beku, dalarnartian tidak bisa diuangkim.Dengan demikian tingkat likuiditas di bankkedua dengan cepatnya menurun, hingga pada gilirannya bank kedua tidak lagi marnpumemenuhi permintaan nasabah penyimpan dana di bank tersebut tepat pada waktunya.Dengan demikian, melalui prosesyang sarnakepanikan padabankkedua terj~di.Jugadenganproses yang sarna, kepanikan yang dialami oleh bank kedua bisa disusul oleh bank ke tiga.Panik .dibank ketiga'dapat merembet ke bank keempat. Bank ke empat selanjutnya dapatmenimbulkan kepanikan barn pada bank kelima. Demikian seterusnya. Mudahlah kiranyadimengerti bahwa gejala panik perbankan yang melanda sebuah perekonomian dapat pulamengakibatkan timbulnya resesi, atau bahkan depresi negara lain.

Pengalaman pahit tersebut telah memaksa para pakar bidang moneter dan 'perbankanuntuk menemukan cara-cara yang dapat digunakan untuk mencegah timbulnya panik

72

perbankan. Cara penanggulangan masalah tersebut yang selanjutnya dianut oleh bank-bank sentral di kebanyakan negara-negara di dunia, yang paling mendasar ialah tindakanpengawasan oleh bank sentral atas tingkat kesehatan bank. Melalui pengawasan ketat atastingkat kesehatan semuabank yang ada dalam perekonomian, bank sentral dapat mengambillangkah-Iangkah pengamanan sebelum sebuah bank keadaan kesehatannya mencapaikeadaan yang membahayakan. Apabila dalam perekonomian tidak dijumpai adanya bankyang tidak mampu melaksanakan pembayaran atas bilyet giro, cek, tabungan, deposito daninstrumen-instrumen kredit macam lainnya yang dikeluarkan oleh bank telah jatuh tempo,maka tidak perlu dikhawatirkan timbulnya gejala panik perbankan yang dampaknya dapatcukup berat tersebut.

2. BANK INDONESIA DAN KEBIJAKAN KESEHATAN BANK

Dari uraian di atas jelaslah bahwa bank sentral dalam perekonomian manapun denganmenggunakankewajiban,tanggungjawabdan kewenangannya,hams mampumengendalikanlembaga-Iembaga keuangan yang ada dalam perekonomian, baik yang berbentuk bankmaupun juga yang berbentuk lembaga-Iembaga keuanganselain bank, sedemikian rupasehingga panik perbankan tidak teIjadi. Untuk tercapainya tujuan tersebut bank sentral hamsmengusahakan agar supaya keadaan kesehatan setiap bank yang ada dalam perekonomiansenantiasa dalam keadaan cukup baik.

Bank Indonesia selaku Bank Sentral untuk perekonomian Indonesiajuga tidak lepasdari kewajiban dan tanggungjawab tersebut. Kiranya mudah dipahami betapa relevannyabagi setiap bank untuk senantiasa memelihara keadaan kesehatannya pada tingkatanyang cukup baik. Sewajarnyalah bagi bank-bank yang laporan-Iaporannya secara berkaladikirimkan ke Bank Indonesia menunjukkan tingkat kesehatan bank yang baik, diberikankesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan sayapnya daripada bank-bank yangkurang mampu memelihara kesehatannya. Konsekuensi dari tidak terpenuhinyapersyaratan ,untuk bisa disebut sebagai bank yang "sehat" tidak hanya mengakibatkanmenyempitnya keleluasan-keleluasaan yang dimiliki oleh bank. Lebih dari itu, pencabutanijin usaha bank, atau yang lebih ringan berupa pengambilalihan untuk sementarakepengurusan bank umum oleh Bank Indonesia, baik menurut peraturan maupun menurutkenyataan, dapat dilakukan. '

Tujuan diadakannya penilaian atas tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesia sepertidiuraikan di atas, bisa dilihat antara lain dari ketentuan-ketentuan yang mengatur tentangpemberian ijin pembukaan kantor-kantorcabang bam, dan ketentuan-ketentuan yang mengaturpembubaran dan penutupan sebuah bank.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 10621 KMK.OO/1988 TentangPembukaan Kantor Bank Pemerintah, Bank Pembangunan Daerah, Bank Swasta Nasionaldan Bank Koperasi, Pasal 2 Ayat 3-nya misalnya, menyebutkan bahwa ijin pembukaankantor wilayah, kantor koordinator, kantor cabang khusus, kantor cabang 'utama, kantorcabang di kantor-kantor lainnya yang langsung bertanggung' jawab kepada kantor pusat,dapat diberikan apabila : '

73

a. Bank yang bersangkutan selama 24 bulan terakhir minimal dalam waktu 20 bulantergolong sehat dan selebihnya sekurang~kurangnyacukup sehat.

b. Jumlah modal bank menurut perhitungan kebutuhan modal yang cukup ('capitaladequacy') selama 24 bulan terakhir minimal dala m waktu 20 bulan tergolong sehat danselebihnya sekurang-kurangnya cukup sehat.

Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai pembubaran dan penutupan kantor bankdan LKBB (lembaga keuangan bukan bank) antara lain menyebutkan bahwa ijin usaha bankdapat dicabut oleh Menteri Keuangan dengan mendengar pertimbangan Bank Indonesiaapabila tingkat kesehatannya menurun menjadi kurang sehat atau tidak sehat dan dalamwaktu sembilan bulan tidak dapat ditingkatkan kembali menjadi cukup sehat selamasekurang-kurangnya tiga bulan terakhir berturut-turut.

3. CARA MENENTUKAN TINGKAT KESEHATAN BANK 1

Dalam melakukan penilaian untuk menentukan tingkat kesehatan bank, Bank Indonesiamenetapkan digunakannya tiga kelompok faktor, yaitu :

A. Keadaan keuangan yang terdiri atas:1. Likuiditas2. Rentabilitas3. Solvabilitas

B. Kualitas aktiva yang produktif, yaitu semua aktiva baik dalam rupiah ~aupun valuta.asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk dapat memperoleh penghasilansesuai dengan fungsinya, antara lain ialah :

1. Pinjaman yang diberikan2. WeseI dan promes yang ctibelidan didiskonto3. Efek-efek atau surat-surat berharga lain yang diperjual belikan di bursa4. Deposito dan sertifikat deposito bank-bank lain5. Penyertaan pada perusahaan lain.

C. Tata kerja dan kepatuhan terhadap peraturan perbankan. Ini terdiri dari:

1. Tata cara perkreditan2. Aktivitas di bidang devisa3. Penyampaian laporan berkala4. Internal control5. Fasilitas 'cross-clearing'6. Girolsaldo wajib di Bank Indonesia7. Jaminan Bank

3Sebagai acuan pokok sisa bab ini, yaitu uraian mengenai tingkat kesehatan bank ialah IKPI [1989, khususnyaBab XVII dan Bab XIX].

74

8. Ceiling ekspansi aktiva netto/penerimaan dana luar negeri9. Penutupan rekening nasabah yang menarik check, bilyet giro kosong

10. Denda 'over draft'

11. Pelanggaran atau penyimpangan lain-lain

Selanjutnya, untuk menentukan tinggi-rendahnya tingkat likuiditas sebuah bank, BankIndonesia telah mengembangkan konsep likuiditas wajib minimum, yang dalam literaturekonomi moneter sering disebut 'legal reserve ratio'.

Yang dimaksud dengan likuiditas minimum tersebut adalah perbandingan antara jumlahalat likuid pada satu masa laporan dengan jumlah dana pihak ke tiga dalam satu masa laporanpada dua masa laporan sebelumnya. Menurut ketentuanlperaturan yang berlaku sekarangtingginya likuiditas wajib minimum dalam rupiah ditetapkan sekurang-kurangnya 2% (duaper seratus).

Sebagai contoh dapat diketengahkan bahwa alat likuid yang wajib dipelihara dalammasa laporan ketiga (tanggal 16 sampai dengan 23) adalah minimal sebesar 2% dari danapihak ke tiga masa laporan pertama (tang gal I sampai dengan 7).

Rumus perhitungannya adalah sebagai beriJ<.ut:AL

WM= - X 100%=2 %03

= Likuiditas Wajib Minimum= jumlah Alat Likuid dalam satu mas a laporan= jumlah Dana Pihak Ketiga dalam satu masa laporan pada dua masa laporan

sebelumnya

Adapun komponen alat likuid yang dimat<:suddalam peraturan tersebut terdiri dari:(a). uang tunai,(b). saldo giro pada Bank Indonesia.

LWMALD3

Sedangkankomponen-komponendana pihak ke tiga terdiri atas kewajiban bank kepadapihak ketiga bukan bank dan bukan LKBB berupa:(a). giro,(b) deposito berjangka,(c) sertiftkat deposito,(d) tabungan,(e) kewajiban jangka pendek lainnya.

Untuk pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan mengenai pemeliharaan likuiditasw~jibminimum tersebut, disediakan sanksi-sanks i sebagai berikut:

(1). Bank dan LKBB yang melanggar ketentuan mengenai kewajiban likuiditas minimum,

75

- ---

dikenakanbunga sebesar3%sebulan,yangdihitungatasdasarkekuranganjumlahalatlikuid yang seharusnya dipelihara dalam satu masa laporan'.

(2). Kelambatanpenyampaian laporan likuiditasberkala (kepada Bank Indonesia yang wajibbagi semua bank dan LKBB dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,-.

(3). Terhadap bank dan LKBB yang melaporkan angka-angka yang tidak benar dikenakansangsi kewajiban membayar sebesar 3% sebulan dari jumlah alat likuid yang wajibdipelihara dalam periode laporan.

~elanjutnya, menurut ketentuan yang berlaku, tingkatan-tingkatan kesehatan likuiditasbank dibeda-bedakan lagi sebagai tersebut di bawah ini:

A. Ditinjau dari segi intensitas p~langgaran ketentuan pemeliharaan likuiditas minimum('cash ratio') bank dinilai:

a. Sehat, apabila: dal<imdua belas bulan terakhir bank tidak pernah melanggar ketentuan 'cash ratio'. - dalam tiga bulan terakhirtidak terjadi pelanggaran 'cash ratio' lebihdari 3 kali berturut-turut.

b. Cukup sehat, apabila:dalam 12bulan terakhir melanggar ketentuan 'ca~hratio' lebih daripada 6 kalisampai dengan 12 kali dan/ataudalam 3 bulan terakhir melanggar ketentuan 'cash ratio' lebih daripada 3 kalisampai dengan 5 kali berurut-turut.

c. kurang sehat, apabila: - dalam 12 bulan terakhir melanggar ketentuan 'cash ratio'lebih daripada 12 sampai dengan 24 kali danlatau

dalam 3 bulan terakhir melanggar ketentuan 'cash ratio' lebih daripada 5 kalisampai dengan 9 kali berturut-turut.

d. tidak sehat, apabila :dalam 12bulan terakhir melanggarketentuan 'cash ratio' lebih daripada 24 kalidanlataudalam 3 bulan terakhir melanggar ketentuan 'cash ratio' lebih daripada 9 kaliberturut-turut.

Untuk pelanggaran 'cash ratio' valuta asing dalam menetapkanjumlah kali pelanggarantersebut di atas dihitung sebagai setengah kali pelanggaran.

B. Ditinjau dari segi intensitas terjadinya saldo negatif likuiditas, bank dinilai :

a. Sehat, apabila :dalam 12 bulan terakhir tidak pernah mengalami saldo negatif dalam kliringatau mengalami saldo negatif dalam kliring, tetapi tidak lebih daripada 12kalidanlatau

dalam bulan penilaian tidatcmengalami saldo negatif lebih daripada 1 (satu)kali.

b. Cukup'sehat, apabila :dalam 12 bulan terakhir mengalami saldo negatif dalam kliring 13 sampaidengan 24 kali danlatau

76

dalarn bulan penilaian tidak mengalami saldo negatif dalarn kliring 2 sarnpaidengan 3 kali.

c. Kurang sehat, apabila :dalarn 12 bulan terakhir mengalami saldo negatif dalarn kliring 25 sarnpaidengan 36 kali danJataudalarn bulan penilaian tidak mengalami saldo negatif dalarn kliring 4 sarnpaidengan 5 kali.

d. Tidak sehat, apabila :dalarn 12bulan terakhir mengalami saldo negatif dalam kliring lebih daripada36 kali danJatau- dalam bulan penilaian tidak mengalarni saldo negatif dalarnkliring 6 kali dalam seminggu.

4. PEN/LA/AN KESEHATAN RENTAB/LITAS

Penilaian kesehatan rentabilitas didasarkan pada posisi laba/rugi menu rut pembukuan,perkembangan laba/ rugi tiga ta hun terakhir dan laba/rugi yang diperkirakan. Untuk masing-masingfaktortersebutditetapkanukuransebagaiberikut: .

1. Ditinjau dari posisi laba/rugi menurut pembukuan, rentabilitas bank dinilai:

a. Sehat, apabila laba atau break even.b. Cukup sehat, apabila rugi yang besarnya tidak melebihi5% daripadajumlah modal

disetor.

c. Kurang sehat apabila rugi melebihi 5% daripada modal disetor tetapi tidak'melebihi dari 25%. .

d. Tidak sehat apabila, rugi yang besainya melebihi 25% dari modal yang disetor.

2. Ditinjau dari rata-rata perkembangannya selama tiga tahun terakhir,rentabilitasbank dinilai :

a. Sehat;apabila selalu laba atau rata-rata labadengan trend membaik, dengan catatanbahwa pada tahun kedua danJatauketiga laba . _

b. Cukup sehat, apabila rata-rata laba memburuk, dengan catatan bahwa tahun bukukedua danJatauketiga rugi.

c. kurang sehat, apabila rata-rata rugi dengan trend membaik, dengan catatan setiaptahun rugi berkurang atau dalam tahun buku kedua danlatau ketiga menunjukkanlaba.

d. Tidak sehat, apabila menunjukkan angka rata-rata rugi dengan trend konstan ataumemburuk.

3. Ditinjau dari laba/rugi, rentabilitas bank dinilai:

a. Sehat, apabila laba/rugi yang tetjadi pada bulan penilaian menunjukkan laba.b. Cukup sehat, apabilalaba/rugiyangdiperkirakanpadabulanpenilaianmenunjukkan

'break even' atau rugi dalarnjumlah sarnaatau lebih kecildaripada laba yang telahdiperoleh dari bulan sebelumnya dalam tahun buku yang bersangkutan sehinggadalarn tahun buku yang bersangkutan diperkirakan tidak akan rugi.

77

c. Kurang sehat, apabila laba/rugi yang diperkirakan pada bulan penilaianmenunjukkan rugi yang lebih besar daripada rata-rata laba yang diperoleh daribulan-bulan sebelumnya dalam tahun buku yang bersangkutan, sehingga dalamtabun buku tersebut menderita rugi tetapi diperkirakan tidak akan menghapuskanlaba yang diperoleh tabun-thun yang lalu yang belum dibagikan .

d. Tidak sehat, apabilalabaJrugiyangdiperkirakanpadabulan penilaianmenuIijukkanrugi .yang lebih besar daripada rata -rata laba yang telah diperoleh pada bulansebelumnya pada tahun buku yang bersangkutan, sehingga dalam tabun bukutersebut diperkirakan rugi yang dapat menghapuskan laba tahun lalu yang belumdibagikan. Penetapan tingkat kesehatan rentabilitas bank dilaJcukan denganmengambil nilai rata-rata dari masing-masing faktor tersebut di atas.

5. PEN/LA/AN KESEHATAN SOLVA'B/LITASPenilaian kesehatan solvabilitas didasarkan pacta perbandingan antara modal sendiri

dengankebutuhanmodalberdasarkanperhitungan 'capitaladequacy' danJatauperbandinganantara kerugian (setelah dikompensasikan dengan cadangan) modal disetor. Yang dimaksuddengan kebutuhan modal berdasarkan 'capital adequacy' adalahjumlah modal sendiri yangdiperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul daripenanaman aktiva-aktiva yang mengandung risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan inventaris bank;Ditinjau dari solvabilitas, bank dinilai:

l. Sehat, apabila modal sendiri berjumlah sekurang-kurang-kurangnya 8.0%dari jumlabkebutuhan modal berdasarkan perhitungan 'capital adequacy' dan/atau perbandingankerugian (setelah dikompensasikan dengan cadangan) dengan modal disetor.

2. Cukup sehat, <J.pabilamodal sendiri berjumlah kurang dari 80% kebutuhan modalberdasarkan perhitungan 'capital adequacy' tetapi tidak kurang dari 65% dahl atauperbandingan kerugian (setelab dikompensasikan dengan cadangan) dengan modaldisetor, lebih dari 0% sampai gengan 5%.

3.. Kurang sehat, apabila modal sendiri berjumlab kurang dari 65% kebutuhan modalberdasarkan perhitungan 'capital adequacy' tetapi tidak kurang dari 50% dan/atauperbandingan kerugian (setelah dikompensasikan dengan cadangan) dengan modaldisetor, lebih dari 5% sampai dengan 25%.

4. Tidak sehat, apabila modal sendiri berjumlah kurang dari 50% kebutuhan modalberdasarkan perhitungan 'capital adequacy' dan/atau perbandingan kerugian (setelabdikompensasikandengancadangan)cienganmodaldisetor,lebihdari25%.

6. SKALA PR/OR/TAS DAN KESE/MBANGAN

Dari uraian di atas, jelaslah kiranya bahwa menutut ketentuaI1-ketentuanyang berlaku,dalam mengukur tingkat kesehatan sebuab bank, digunakan tiga unsur tolok ukur: tingkatlikuiditas, tingkat solvabilitas dan tingkat rentabilitas. Keadaan yang ideal bagisetiap bankialah kalau bank bisa mengusabakandan berhasil mempertabankan tingkat yang tinggi untukketiga unsur tolok ukur tersebut.

78

Akan tetapi sayang, bahwa di antara ketiga tolok ukur tersebut bisa terjadi salingberlawanan satu dengan lainnya. Untuk tercapainya tingkat rentabilitas misalnya, dana yangberhasil dikumpulkan oleh bank harns dimanfaatkan dalam bentuk kredit kepada. nasabahsebanyak-banyaknya. Usaha ini mempunyai kecenderungan mengakibatkan rendahnyatingkat likuiditas bank. Sekalipun tingkat rentabilitas yang tinggi, 'ceteris paribus' berartitingkat kesehatan bank dalam keadaan baik, akan tetapi sebaliknya, rendahnya tingkatlikuiditas berarti rendahnya tingkat kesehatan bank juga.

Hubungan antara batu-uji tingkat rentabilitas dengan batu-uji tingkat solvabilitas di lainpihak bisa dikatakan paralel dalam arti bahwa sebagai akibat berhasilnya bank dalammencapai dan mempertahankan tingkat rentabilitas yang tinggi, asalkan bank tidakberkelebihan dalam menentukan besarnya dividen, maka tingkat solvabilitas bank akan ikuttinggi juga.

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan, bahwa semakin besar jumlah kredit yangberhasil dikeluarkan, semakin tinggi pula tingkat rentabilitas yang bisa dicapai oleh bank.Tetapi untuk memperbesar om set pemberian kredit, dibutuhkan tersedianya dana yang jugabesar. Pada dasarnya penambahan besarnya dana tersebut bisa dipenuhi melalui peningkatanjumlah nilai pos-pos pasiva bank beriku t: deposito, pos tabungan, pos giro, pos modal sahamdan atau pos laba yang tidak dibagikan. Mengingat bahwa untuk meningkatkan nilai pos-pospasiva tersebut mengandung unsur biaya, yang bagi bank merupakan beban juga, makakeserasian terutama di antara pos-pos pasiva dana pihak ketiga, pemberian kredit kepadanasabah dan juga terhadap cadangan (terutama cadangan primemya) harns dijaga agarsenantiasa selaras, serasi dan seimbang.

7. MANAJEMENPOSISI KASDari uraian-uraian sebelumnya beberapa kesimpulan pokok bisa diturunkan:

A. Bank Indonesia menghendakibahwa semuabank senantiasamemiliki tingkat kesehatanyang memadai. Diantara berbagai macam kriteria, ukuran kuantitatif dalam bentuktingkat likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas mendapatkan perhatian khusus.

B. Sekalipunjangka panjangnya, rentabilitas yang rendah merupakan ancaman terhadaplikuiditasdan solvabilitasuntukmasadepannya, namununtukjangka pendekpemberianprioritas tertinggi pada likuiditas, khususnya dalam bentuk terpenuhinya likuiditaswajib minimum (LWM), tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dengan ungkapan yang lebihkompak:

AUD3 >_0,2 = MCR = minimum cash ratioAP - (ACPK + ACS + AK + AI)di mana AL = alat atau aktiva likuid D3 = danalsimpanan fihak ketigaDG + DD + DT AP = aktiva putar =ACP + ACS + AK + AIaktiva cadangan primer kerjaaktiva cadangan sekunderaktiva kredit/pinjaman nasabah

79

LWM =AL =

D3 =ACPK =ACS =

AK 011

AI = aktiva investasi

DG = pasiva d~a giroDD = pasiva dana depositoDT = pasivadana tabungan .

harus selalu dipenuhi oleh masing-masing bank.C. Untuk dapat memelihara imbangan yang optimal antara struktur aktiva putar (AP)

dengan s~ktur dana pihak ketiga (D3), yaitu yang kita sebut sebagai posisi kas optimal,kita perlu mengetahui karekteristik masing-masiQgpos pembentuk AP dan D3 tersebut.

K3fakteristik-karakteristik terseb~t diikhtisarkan sebagai berikut di bawah ini:Ur¥tan peringkat berbagai jenis aktiva putarsegi tingkat likuiditas: segi rentabilitas:(1) ACP (tertinggi) (1) AK (tertinggi)I

(2) ACS (2) AI(3)' AI (3) ACS(4) AK (terendah) (4) ACP (terendah)

Urutan peringkat berbagai macam danapihak ketiga:'segi biaya:(1) DG (terendah)(2) D1:'(3) DD (tertinggi)

segi ke1eluasaan pemakaian:(1) DD (terendah)(2) DT(3) DG (tertinggi)

Dari tabel yang letaknya di atas nampak bahwa antara tingkat likuidit!}sdengan tingkatrentabilitas terdapat hubungan yang berlawanan dalam arti bahwa semakin tit;lggiletakperingkat likuiditasnya, semakinrendah letakperingkat rentabilitasnya. Sebaliknya semakintinggi peringkat rentabilitasnya semakin renqah peringkat likuiditasnya.

Dari tabel yang bawah, kolom pertama menunjukkan segi biaya, sedangkan kolomkedua segi derajat keleluasaan penggunannya oleh bank. Dana deposito bisa dimanfaatkanoleh bank dengan harga murah. Ada yang untuk Rp.500.000,- pertama, ada yang untukRp.I.OOO.O00,- pertama, bank tidak membayar Jasa giro, bahkan mungkin memperolehpenerimaa.nimbalan biaya adminstrasi. Selebihnya darj jumlah tersebut baru bank harusmembayarjasa giro. Jasa giro ini lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga untuk danatabungan, apalagi dibandingkan dengan suku bunga deposito.

Akan tetapi sekalipun biaya modal penggunaan DG lebih murah, pem¥aiannya lebihterbatas. Karena bisasaja terjadi misalnya, jam 9.00 nasabah A mengadakan setoran untukrekening gironya, padahal satujam sebelumnya iabaru saja mengeluarkan bilyet giro denganjumlah yang kurang-Iebihnya sama dengan besarnya nilai setoran tersebut. Kalau untukdeposito 2 bulan, di 1ain.pihak, hampir bisa dipastikan bahwa"baru setelah 2 bulan danatersebut akan diambil oleh pemiliknya. Dengan demikian pehrang bank untuk menanarnkandana dalam bentuk kredit akan lebih besar kalau danay&ngditerimanya berupa dana depositodan bukan dana giro. Selain perbedaan karakteristik dalam bentuk tinggi- rendahnya biaya,

80

laba yang dihasilkan, likuiditas serta luas-sempitnya macam penggunaan dana, dalammengelola posisi kas, pimpinan bank harns waspada akanadanya unsur dinamika perubahannilai dan komposisi aktiva putar dan pasiva dana simpanan pihak ketiga. Pola perubahantersebut bisa cukup teratur bisa juga tidak, sangat tergantung pada pola kegiatan bisnissebagian besar nasabah bank. Pola perubahan-perubahan tersebut bisa dibedakan ke dalamlima macampola fluktuasi, yaitu fluktuasimingguan,musiman, siklis,trend dan acak. Semuamacam bentuk fluktuasi tersebut dalam melaksanakan pengelolaan posisi kas sangat relevanuntuk dipertimbangkan.

Masalah sekarang ialah bagaimana cara memperoleh data dan cara mengolah datatersebut. Mengingat bahwa misi yang diemban oleh buku ini terbatas pada penyajianpengetahuan dasar bidang manajemen lembaga perbankan, maka kiranya mudah dipahamibahwa uraian mengenai berbagai teknik dan strategi manajemen posisi bank yang lebihmemadai tidak disajikan dalam buku ini.

8. RANGKUMAN

Lembaga perantara keuangan bank, manfaatnya bagi kemakmuran bangsa tidak diragukanlagi. Namun kita tidak boleh melupakan kenyataan bahwa manfaat tersebut dapat terwujudselama sistem perbankan berfungsi dengan baik. Sistem perbankan akan bisa berjalansebagaimana yang diharapkan, kalau semua bank yang membentuk sistem perbankan dalamperekonomian berada dalam keadaan sehat. Akan tetap ikalau terjadi sebaliknya, misalnya sajasebuah atau beberapa bank yang memiliki pangsa yang cukup besar mengalami likuiditas,maim dapat terjadi perekonomian dilanda oleh panik perbankan: Panik perbankan tersebut padagilirannya dapat mengakibatkan lumpuhnya perekonomian. Untuk menghindarkan terjadinyapanik perbankan, maka sewajarnyalah, seperti halnya dengan bank-bank sentral di negaralain manapunjuga di dunia, Bank Indonesia merasa wajib untuk mengupayakan agar supayasemua bank dalam perekonomian tingkat kesehatan-nya selalu terjaga. Untuk maksud dantujuan tersebut; maka bank sentral di samping mengadakan pembinaan-pembinaan bagi bank-bank primer pada umumnya, juga melaksanakan pengawasan secara ketat.

Dalam melakukan penilaian untuk menentukan tingkat kesehatan bank, Bank Indonesiamenetapkan digunakannya tiga kelompok faktor, yaitu: (1) keadaan keuangan, terdiri darilikuiditas, solvabilitas dan rentabilitas, (2) kualitas aktiva produktif, dan (3) tata kerja dankepatuhan terhadap peraturan perbankan.

Keadaan yang diinginkan oleh setiap bank ialah bisa dipertahankannya ketiga ukurankeadaan keuangan, yaitu likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas setinggi mungkin. Akantetapi hal tersebut tidak mungkin terwujud, sebab dari ketiga tolok ukur tersebut satu denganlainnya berada dalam keadaan konflik. Untuk meningkatkan rentabilitas misalnya, likuiditasdan solvabilitas harns direlakan untuk menurun.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa apa yang dapat dilakukan oleh bank hanyaIah berupausaha untuk bekerja denganketiga tolok ukur berada dalam imbangan yang optimal. UntukI11emecahkan masalah tersebut manajer bank hams mahir menggunakan teknik manajemenposisi leas.

81

----

SOAL LA TIHAN

Lingkarilah huruf A, B, C atau D, yang menurut pendapat Anda kalimat yangmengikutinya merupakan ungkapan yang paling benar dan tepat.

1) Ketiga faktor penentu tingkat kesehatan bank ialah:

A. Keadaan keuangan, keadaan solvabilitas dan tatakerja kepatuhan terhadap peraturanbank.

B. Keadaan keuangan. keadaan solvabilitas dan rentabilitasC. Keadaan keuangan, kualitas aktiva yang produktif, tingkat likuiditasD. Keadaan keuangan, kualitas aktiva yang produktif dan tatakerja dan kepatuhan

terhadap peraturan bank.

2) Tiga unsur ukuran untuk mengkaji tingkat kesehatan keadaan keuangan ialah:

A. likuiditas, bonafiditas dan rentabilitasB. solvabilitas, 3C dan substitutabilitasC. rentabilitas, kredibilitas dan dan sekuritasD. likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.

3) Yang paling besar kemungkinannya mengakibatkan timbulnya panik perbankan ialah:

A. ketidak mampuan bank melunasi kewajiban pembayaran tepat (pada waktunya.B. ketidak mampuan bank membagikan dividen.C. pencabutan ijin usaha bank oleh PemerintahlVabk Sentral.D. kebijakan uang ketat atau kebijakan uang longgar.

4) Bank yang memenuhi syarat: (a) dalam dua belas bulan terakhir bank tidak pernahmelanggar ketentuan cash ratio, (b) dalam tiga bulan terakhir tidak terjadi pelanggaran'cash ratio' lebih dari 3 kali berturut-turut, bisa masuk penggolongan:

A. sehat dari segi likuiditas,B. cukup sehat dari segi likuiditas.C. kurang sehat dari segi likuiditasD. tidak sehat dari segi solvabilitas

5) Bank yang memenuhi syarat: (a) dalam 12 bulan terakhir mengalami saldo negatifdalam kliring lebih dari 36 kali dan/atau (b) dalam bulan penilaian tidak mengalamisaldo negatif dalam kliring 6 kali dalam seminggu, menurut kriteria penilaian kesehatan

likuiditas dapat dis ebut sebagai: .

A. sehat B. cukup sehatC. agak sehat D. kurang sehat

6) Bank yang ditinjau dari posisi labalrugi menurut pembukuan. rentabilitas bankdijumpai rugi yang besarnya tidak melebihi 5% dari jumlah modal disetor memenuhisyarat untuk disebut:A. sehat

C. agak sehatB. cukup sehatD. kurang sehat

82

7) Bankyangditinjau darisegi solvabilitasditemukanbahwa modal sendiribankberjumlahkurang dari 65% dari jumlah kebutuhan modal berdasarkan perhitungan '~apitaladequacy' tetapi tidak kurang dari 50%, memenuhi syarat untuk disebut:

A. sehat B. cukup sehatC. agak sehat D. kurang sehat

8) Dalamrumus/formulalikuiditaswaiib minimum,yangdimaksud dengankomponenalatlikuid terdiri dari:

A. uang tunai dan piutang niaga,B. uang tunai dan saldo giro pada Bank Indonesia,C. uang tunai dan surat-surat berharga yang mudah diuangkan,D. uang tunai dan saldo giral nasabah.

9) Menurut ketentuan yang sekarang berlaku, tingginya likuiditas wajib minimum sarnadengan:A. 20% B. 120%

C. 2% D. Jawab A, B, dan C tidak ada yang betul.

10) Data keuangan yang tidak tergabung da.am salah satu pos perhitungan rugi-Iaba:

A. pembagian dividen kepada para pemilik saham bank,B. perolehan dividen oleh bank atas surat berharga-surat berharga pasar uang yang

dimiliki bank,C. pembayaran jasa giro oleh bank kepada para pemilik deposito.D. biaya penyusutan aktiva-aktiva tetap milik bank.

83