BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id file7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Akuntansi...

27
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Akuntansi Suwardjono (2013:4), mengatakan kata akuntansi berasal dari kata bahasa Inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertangungjawabkan. Kata akuntansi sebenarnya diserap dari kata accountancy yang berarti hal-hal yang bersangkutan dengan accountant (akuntan) atau bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam menjalankan profesinya. Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang dan penginterpretasian hasil proses tersebut. Pengertian seni dalam definisi tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa akuntansi bukan merupakan ilmu pengetahuan eksata atau sains karena dalam proses penalaran dan perancangan akuntansi banyak terlibat unsur pertimbangan (judgment). Seni dalam definisi diatas lebih mempunyai konotasi sebagai kerajinan dan keterampilan atau pengetahuan terapan yang isi dan strukturnya disesuaikan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan. Ismail (2010:2), mengatakan akuntansi adalah seni dalam mencatat, menggolongkan dan mengikhtisarkan semua transaksi-transaksi yang terkait dengan keuangan yang telah terjadi dengan suatu cara yang bermakna dan dalam satuan uang. Menurut Kieso (2012:4), akuntansi dapat didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi: (1) pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangan tentang (2) entitas ekonomi kepada (3) pemakai yang berkepentingan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa: a. Akuntansi menyediakan jasa yang penting di dalam lingkungan bisnis untuk membantu pengambilan keputusan alokasi sumber daya yang terbatas. b. Informasi yang disediakan akuntansi bersifat kuantitatif yang dapat digunakan dengan evaluasi kualitatif dalam pengambilan keputusan ekonomi. c. Meskipun akuntansi melaporkan apa yang telah terjadi tetapi berguna untuk pengambilan keputusan di masa mendatang.

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id file7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Akuntansi...

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Akuntansi

Suwardjono (2013:4), mengatakan kata akuntansi berasal dari kata bahasa

Inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertangungjawabkan.

Kata akuntansi sebenarnya diserap dari kata accountancy yang berarti hal-hal yang

bersangkutan dengan accountant (akuntan) atau bersangkutan dengan hal-hal yang

dikerjakan oleh akuntan dalam menjalankan profesinya.

Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi

dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam

bentuk satuan uang dan penginterpretasian hasil proses tersebut. Pengertian seni

dalam definisi tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa akuntansi bukan

merupakan ilmu pengetahuan eksata atau sains karena dalam proses penalaran dan

perancangan akuntansi banyak terlibat unsur pertimbangan (judgment). Seni dalam

definisi diatas lebih mempunyai konotasi sebagai kerajinan dan keterampilan atau

pengetahuan terapan yang isi dan strukturnya disesuaikan dengan kebutuhan untuk

mencapai suatu tujuan. Ismail (2010:2), mengatakan akuntansi adalah seni dalam

mencatat, menggolongkan dan mengikhtisarkan semua transaksi-transaksi yang

terkait dengan keuangan yang telah terjadi dengan suatu cara yang bermakna dan

dalam satuan uang.

Menurut Kieso (2012:4), akuntansi dapat didefinisikan secara tepat dengan

menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi: (1) pengidentifikasian,

pengukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangan tentang (2) entitas ekonomi

kepada (3) pemakai yang berkepentingan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

a. Akuntansi menyediakan jasa yang penting di dalam lingkungan bisnis untuk

membantu pengambilan keputusan alokasi sumber daya yang terbatas.

b. Informasi yang disediakan akuntansi bersifat kuantitatif yang dapat digunakan

dengan evaluasi kualitatif dalam pengambilan keputusan ekonomi.

c. Meskipun akuntansi melaporkan apa yang telah terjadi tetapi berguna untuk

pengambilan keputusan di masa mendatang.

8

2.2. Laporan Keuangan

2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Kieso dan Weygandt dalam Intermediate Accounting (2014) mendefinisikan

laporan keuangan sebagai berikut:

“Financial statements are the principal means through which a company

communicates its financial information to those outside it. These statements

provide a company’s history quantified in money terms. The financial statements most frequently provided are (1) the statement of financial

position, (2) the income statement (or statement of comprehensive income),

(3) the statement of cash flows, and (4) the stetement of change in equity.”

Laporan Keuangan merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan

utama kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Laporan ini menampilkan sejarah

perusahaan yang dikualifikasikan dalam nilai moneter. Laporan keuangan yang

sering disajikan adalah laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas,

dan laporan perubahan ekuitas. Selain itu catatan atas laporan keuangan atau

pengungkapan juga merupakan bagian penting dari setiap laporan keuangan.

Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang:

1. Berguna bagi investor serta kreditor saat ini atau potensial dan para pemakai

lainnya untuk membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan serupa secara

rasional.

2. Membantu investor serta kreditor saat ini atau potensial dan para pemakai

lainnya dalam menilai jumlah, penetapan waktu dan ketidakpastian penerimaan

kas prospektif dari dividen atau bunga dan hasil dari penjualan, penebusan,atau

jatuh tempo sekuritas atau pinjaman.

3. Dengan jelas menggambarkan sumber daya ekonomi dari sebuah perusahaan,

klaim terhadap sumber daya tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer

sumber daya entitas lainnya dan ekuitas pemilik), dan pengaruh dari transaksi,

kejadian, serta situasi yang mengubah daya perusahaan dan klaim pihak lain

terhadap sumber daya tersebut.

2.2.2. Fungsi dan Tujuan Laporan Keuangan

Kieso (2014) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk

menyediakan informasi :

a. That is useful to present and potential investors and creditors and other

users in making rational investment, credit, and similar decision

9

b. That is useful to help present potential investors and uncertainty of

prospective cash receipt from dividends or interest and the proceed from

sale, redemption, or maturity of security or loans

c. Information about the economic resources of an enterprise, the claims of

those resources, and the effect of transactions, events, and circumstances

that change its resources and claims to those resources.

Selain itu, Standar Akuntansi Keuangan juga menjelaskan tujuan dari laporan

keuangan yaitu:

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta

perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik.

b. Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian,

laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin

dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik karena secara

umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak

diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.

c. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau

pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan

kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau

pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat

keputusan ekonomik; keputusan ini mungkin mencakup, sebagai contoh,

keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam entitas atau

keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

2.2.3. Komponen Laporan Keuangan

Menurut PSAK No. 1 tentang penyajian laporan keuangan paragraf 10,

laporan keuangan yang lengkap terdiri dari lima komponen, yaitu laporan posisi

keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain

selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, laporan arus kas selama

periode, dan catatan atas laporan keuangan. Namun, jika diperlukan perusahaan

dapat pula menyajikan laporan tambahan, seperti laporan mengenai lingkungan

hidup dan laporan nilai tambah (value added statement). Berikut ini dijelaskan secara

rinci mengenai tiap komponen laporan keuangan:

a. Laporan Posisi Keuangan (The Statement of Financial Position)

Menurut Kieso dan Weygandt dalam buku Intermediate Accounting (2014),

yang dimaksud dengan laporan posisi keuangan adalah sebagai berikut:

10

“The statement of financial position, also referred to as the balance sheet,

reports the assets, liabilities, and equity of a business enterprise at a spesific

date”.

Dari pengertian di atas, penulis dapat mendefinisikan laporan posisi keuangan

sebagai laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan, yaitu aset,

kewajiban, dan ekuitas. Laporan posisi keuangan mengungkapkan informasi

mengenai jumlah dan informasi lainnya tentang sumber daya perusahaan, kewajiban

pada kreditur, dan ekuitas pemilik yang dimiliki perusahaan sampai dengan tanggal

pelaporan laporan posisi keuangan tersebut.

b. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Menurut Kieso dan Weygandt dalam buku Intermediate Accounting (2014),

yang dimaksud dengan laporan laba rugi adalah sebagai berikut:

“The income statement is the report that measures the success of company

operations for a given period of time.”

Dari pengertian di atas, penulis dapat mendefinisikan laporan laba rugi sebagai

laporan kinerja yang mengungkapkan kesuksesan hasil operasi perusahaan pada

suatu periode tertentu.

c. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Equity)

Menurut Kieso dan Weygandt dalam buku Intermediate Accounting (2014),

yang dimaksud dengan laporan perubahan ekuitas adalah sebagai berikut:

“Statement of Changes in Equity is the reports which reconciles the balance of

retained earning account from the beginning to the end of period.”

Dari pengertian di atas, penulis dapat mendefinisikan laporan perubahan ekuitas

sebagai laporan yang menunjukkan rekonsiliasi saldo awal ekuitas hingga

menunjukkan saldo akhir ekuitas. Rekonsiliasi tersebut berasal dari tambahan

investasi, laba rugi usaha, dan pendistribusian hasil untuk pemilik (dividend atau

drawing).

d. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)

Menurut Kieso dan Weygandt dalam buku Intermediate Accounting (2014),

yang dimaksud dengan laporan arus kas adalah:

“The statement of cash flow therefore reports cash receipts, cash payments, and net change in cash resulting from operating, investing, and financing activities

of an enterprise during a period, in format that reconciles the beginning and

ending cash balance.”

11

Dari pengertian di atas, penulis dapat mendefinisikan laporan arus kas sebagai

laporan yang menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari aktivitas

operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan arus kas akan menunjukkan rekonsiliasi

antara saldo awal dan saldo akhir kas.

e. Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to the Financial Statement)

Menurut Kieso dan Weygandt dalam buku Intermediate Accounting (2014),

yang dimaksud dengan catatan atas laporan keuangan adalah:

“Notes to Financial Statement are the accontants’ means of amplifying or explaining the items presented in the main body of the statements (the statement

of financial position, income statement, statement of changes in equity, and

statement of cashflow).”

Dari pengertian di atas, penulis dapat mendefinisikan catatan atas laporan

keuangan sebagai penjelasan-penjelasan mengenai nilai, angka, maupun unsur-unsur

lain yang terdapat dalam laporan keuangan, termasuk kebijakan dan metode

akuntansi yang digunakan.

2.2.4. Pengguna dan Kebutuhan Informasi Laporan Keuangan

Pengguna Laporan Keuangan meliputi investor sekarang dan investor

potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya,

pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka

menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi

yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi :

a. Investor. Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan

risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka

lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah

harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga

tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan

perusahaan untuk membayar dividen.

b. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik

pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas entitas. Mereka juga

tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai

kemampuan entitas dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja, dan

kesempatan kerja.

12

c. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya

dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan

apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha

berkepentingan pada entitas dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada

pemberi pinjaman kecuali jika sebagai pelanggan utama mereka bergantung

pada kelangsungan hidup entitas.

e. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai

kelangsungan hidup entitas, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian

jangka panjang dengan, atau bergantung pada entitas.

f. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah

kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu

berkepentingan dengan aktivitas entitas. Mereka juga membutuhkan informasi

untuk mengukur aktivitas entitas, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai

dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

g. Masyarakat. Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.

Sebagai contoh, entitas dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian

nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada

penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat

dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan

terakhir kemakmuran entitas serta rangkaian aktivitasnya.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan

demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pengguna.

Berhubung para investor merupakan penanam modal berisiko ke entitas, maka

ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi

sebagian besar kebutuhan pengguna lain. Manajemen entitas memikul tanggung

jawab utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Manajemen

juga berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan

yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian,

dan pengambilan keputusan. Manajemen memiliki kemampuan untuk menentukan

13

bentuk dan isi informasi tambahan tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Namun demikian, pelaporan informasi semacam itu berada di luar ruang lingkup

kerangka dasar ini. Bagaimanapun juga, laporan keuangan yang diterbitkan

didasarkan pada informasi yang digunakan manajemen tentang posisi keuangan,

kinerja, serta perubahan posisi keuangan. (IAI, 2015:2)

2.3. Aset Tetap

2.3.1. Pengertian Aset Tetap

Dalam Standar Akuntansi Keuangan No.16, Aset tetap adalah aset berwujud

yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,

untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan

diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Suhayati (2009: 68),

mengatakan aset tetap adalah aset yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam

menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu

perputarannya lebih dari satu tahun. Firdaus (2010:177), mengatakan aset tetap

adalah aset yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk jangka

waktu yang lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam

kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau

material. Aset tetap merupakan barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya

relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk

diperjualbelikan (Rudianto,2012:256). Menurut Kieso dan Weygandt dalam buku

Intermediate Accounting (2014), yang dimaksud dengan aset tetap adalah:

“Property, plant, and equipment therefore includes land, building structures

(offices, factories, warehouses), and equipment (machinery, furniture, tools). The

major characteristics of propoerty, plant, and equipment are as follows: (1) They are

acquired for use in operations and not for resale (2) They are long-term in nature

and usually depreciated (3) They posses physical substance.”

Dari pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan karakter utama dari Aset

Tetap Berwujud adalah: (1) Aset tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi

dan bukan untuk dijual kembali (2) Aktivitas tersebut bersifat jangka panjang dan

merupakan subjek penyusutan (3) Aset tersebut memiliki substansi fisik.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa yang dimaksud dengan aset tetap adalah aset yang mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut,

14

a. Aset ini diperoleh bukan untuk dijual kembali seperti barang dagang atau

persediaan melainkan digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.

b. Aset ini memiliki masa manfaat jangka panjang atau lebih dari satu tahun

sehingga perlu dilakukan penyusutan, kecuali aset berupa tanah.

c. Aset ini memiliki wujud yang dapat diidentifikasi.

2.3.2. Penggolongan Aset Tetap Berwujud

Secara umum, menurut Kieso (2014:445) Pengelompokan berdasarkan

penyusutan mengenal 2 (dua) macam jenis aset tetap yaitu :

1. Depreciated Plant Asets, yaitu : aset tetap yang mengalami penurunan manfaat

melalui penyusutan yang dilakukan perusahaan, seperti: Building (bangunan),

Equipment (peralatan), Machinery (mesin), Inventaris, Jalan dll.

2. Undedepreciated Plant Asets, yaitu : aset tetap yang mempunyai manfaat relatif

tetap selama masa penggunaannya, karena itu tidak perlu di susutkan nilainya,

seperti: Land (tanah).

Jadi secara umum penggolongan aset tetap untuk tujuan akuntansi dan pelaporan

keuangan yang di bagi dua yaitu: aset yang disusutkan dan aset yang tidak

disusutkan.

Aset tetap berdasarkan jenisnya, dapat di bedakan menjadi sebagai berikut:

a. Tanah (land)

b. Bangunan (building)

c. Mesin (machinery)

d. Kendaraan

e. Perlengkapan kantor (Office Furniture)

f. Peralatan kantor

Sedangkan dalam PSAK (IAI, 2015: 16.7) untuk mengklasifikasi aset tetap adalah:

“suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokan aset-aset yang memiliki sifat dan

kegunaan yang serupa dalam operasi entitas. Berikut adalah contoh dari kelas

tersendiri :

a. Tanah

b. Tanah dan Bangunan.

15

c. Mesin

d. Kapal.

e. Pesawat udara.

f. Kendaraan bermotor.

g. Perabot.

h. Peralatan kantor.

2.4. Pengakuan Aset Tetap

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai

wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat

perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada

aset pada ketika pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK

lain, contohnya PSAK 53: Pembayaran Berbasis Saham (IAI, 2015: 16.2). Biaya

perolehan aset tetap diakui sebagai aset jika dan hanya jika:

a. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari

aset tersebut; dan

b. Biaya perolehannya dapat diukur secara andal. (IAI, 2015: 16.2).

Suku cadang, peralatan siap pakai dan peralatan pemeliharaan diakui sesuai

dengan Pernyataan ini ketika memenuhi definisi dari aset tetap. Namun, jika tidak

maka suku cadang peralatan siap pakai dan peralatan pemeliharaan diklasifikasikan

sebagai persediaan.

Pernyataan ini tidak mengatur unit ukuran dalam pengakuan aset tetap, yaitu

apa yang membentuk aset tetap. Oleh karena itu, diisyaratkan pertimbangan untuk

menerapkan kriteria pengakuan yang sesuai dengan keadaan spesifik entitas. Hal

yang mungkin sesuai untuk menggabungkan unit-unit yang secara individual tidak

signifikan, seperti cetakan dan perkakas, kemudian menerapkan kriteria pengakuan

terhadap nilai gabungan tersebut. Entitas mengevaluasi berdasarkan prinsip

pengakuan ini terhadap seluruh biaya perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya

tersebut termasuk biaya awal untuk memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap dan

biaya selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti bagian, atau

memperbaikinya. (IAI, 2015: 16.3)

16

Dalam Standar Akuntansi Keuangan penilaian aset tetap harus dicatat pada

nilai wajar yang diberikan pada saat akuisisi atau nilai wajar aset yang diterima,

bergantung pada mana yang memiliki bukti yang lebih jelas. Menurut PSAK No.16

tentang Aset Tetap, nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu

aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi

teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.

Aset Tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara

perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Menurut Satriawan

(2012: 152-158), untuk memperoleh suatu aset tetap dapat diperoleh dengan cara:

1. Pembelian Tunai

Aset tetap berwujud diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku

dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang

dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap termasuk harga faktur dan semua

biaya yang dikeluarkan agar aset tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya

angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan

dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya diatas dikapitalisasi sebagai harga

perolehan aset tetap. Apabila dalam pembelian aset tetap ada potongan tunai,

maka potongan tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur,

tidak memandang apakah potongan itu didapat atau tidak.

2. Pembelian secara Lumpsum / Gabungan

Apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aset tetap maka

harga perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aset tetap. Menurut

PSAK No.16, harga perolehan dari setiap aset yang diperoleh secara gabungan

ditentukan dengan mengaloksikan harga gabungan tersebut berdasarkan

perbandingan nilai wajar setiap aset yang bersangkutan.

3. Pembelian Angsuran

Apabila aset tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga

perolehan tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik

jelas-jelas dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan tersendiri, harus

dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga.

4. Perolehan melalui pertukaran

Menurut Kieso (2014) pertukaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Ditukar dengan surat-surat berharga

17

Aset tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi

perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi

yang digunakan penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak

diketahui, harga perolehan aset tetap ditentukan sebesar harga pasar aset

tersebut. Kadang-kadang harga pasar surat berharga dan aset tetap yang

ditukar kedua-duanya tidak diketahui, dalam keadaan seperti ini nilai

pertukaran ditentukan oleh keputusan pemimpin perusahaan. Nilai

pertukaran ini dipakai sebagai dasar pencatatan harga perolehan aset tetap

dan nilai-nilai surat-surat berharga yang dikeluarkan.

b. Pertukaran Aset Non-moneter

Akuntansi untuk pertukaran ini harus didasarkan atas nilai wajar aset yang

diberikan atau nilai wajar aset yang diterima, dengan mengakui suatu

keuntungan atau kerugian. Alasan untuk mengakui keuntungan atau

kerugian itu karena kebanyakan transaksi memiliki substansi komersial.

Entitas mempertimbangkan suatu transaksi pertukaran memiliki substansi

komersial atau tidak dengan mempertimbangkan sejauh mana arus kas masa

depan (setelah pajak) diharapkan dapat berubah dan jika dalam transaksi itu

menimbulkan perubahan posisi ekonomi entitas maka transaksi itu memiliki

substansi komersial.

Ketentuan pertukaran aset memiliki Substansi komersial menurut Kieso (2014)

adalah,

a. Konfigurasi arus kas / aset yang diterima berbeda dengan yang diserahkan

atau

b. Nilai khusus entitas dari kegiatan operasional berubah akibat pertukaran; dan

c. Selisih a atau b relatif signifikan terhadap nilai wajar dari aset yang

dipertukarkan.

Pertukaran aset non-moneter dengan non-moneter lainnya tetap diukur pada

nilai wajar kecuali :

a. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial atau

b. Nilai wajar aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara

andal.

Biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan.

Ada dua macam jenis pertukaran aset non-moneter menurut Kieso (2014) yaitu,

18

1. Pertukaran memiliki substansi komersial

2. Pertukaran tidak memiliki substansi komersial

Untuk mengilustrasikan akuntansi untuk perbedaan jenis pertukaran di atas

menurut Kieso (2014) dilihat dari situasi pertukaran dalam keadaan rugi dan

untung.

a. Pertukaran – Keadaan Rugi

Dalam situasi pertukaran ini baik pertukaran yang memiliki substansi

komersial atau tidak harus mengakui kerugian dengan segera.

b. Pertukaran – Keadaan Untung

1. Memiliki Substansi Komersial

Jika entitas dapat menentukan nilai yang wajar dari aset yang diterima

dan diserahkan maka nilai wajar dari aset yang diserahkan digunakan

untuk mengukur nilai perolehan dari aset yang diterima kecuali nilai

wajar aset yang diterima lebih jelas. Dan segera mengakui keuntungan.

2. Tidak Memiliki Substansi Komersial

Keuntungan dari pertukaran ditangguhkan, namun jika entitas ingin

mengakui keuntungan maka entitas harus menjual aset tersebut bukan

pada saat pertukaran.

5. Diperoleh dari hadiah / donasi

Aset tetap yang diperoleh dari hadiah / donasi, pencatatannya bisa dilakukan

menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin

dikeluarkan biaya-biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aset tetap yang

diterima. Apabila aset dicatat sebesar biaya yang sudah dikeluarkan, maka hal

ini akan menyebabkan jumlah aset dan modal terlalu kecil, juga beban depresiasi

menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi keadaan ini maka aset yang diterima

sebagi hadiah dicatat sebesar harga pasarnya.

6. Aset yang dibuat sendiri

Dalam pembuatan aset, semua biaya yang dapat dibebankan langsung seperti

bahan, upah langsung dan biaya overhead langsung tidak menimbulkan masalah

dalam menentukan harga pokok aset yang dibuat.

19

2.5. Pengukuran Awal Aset Tetap

Menurut Satriawan (2012: 158) aset tetap yang memenuhi kualifikasi

pengakuan sebagai aset diukur pada biaya perolehan

2.5.1. Elemen Biaya Perolehan

Biaya perolehan aset tetap meliputi:

a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat

dikreditkan setelah dikurangi diskon dan potongan lain.

b. Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke

lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap digunakan sesuai

dengan intensi manajemen.

c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi

lokasi aset tetap, kewajiban tersebut timbul ketika aset tetap diperoleh atau

sebagai konsekuensi penggunaan aset tetap selama periode tertentu untuk tujuan

selain untuk memproduksi persediaan selama periode tersebut.

Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:

a. Biaya imbalan kerja (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 24:Imbalan Kerja)

yang timbul secara langsung dari konstruksi atau perolehan aset tetap;

b. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik;

c. Biaya penanganan dan penyerahan awal;

d. Biaya perakitan dan instalasi;

e. Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil

neto penjualan setiap produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian

tersebut (seperti, contoh hasil dari peralatan yang sedang diuji); dan

f. Fee profesional.

Contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap adalah:

a. Biaya pembukaan fasilitas baru;

b. Biaya pengenalan produk atau jasa baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas

promosi);

c. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelas pelanggan baru (termasuk

biaya pelatihan staf); dan

20

d. Biaya administrasi dan biaya overhead umum lain.

Pengakuan biaya dalam jumlah tercatat aset tetap dihentikan ketika aset tetap

tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diperlukan supaya aset siap digunakan

sesuai dengan intensi manajemen. Oleh karena itu, biaya pemakaian dan

pengembangan aset tidak dimasukkan dalam jumlah tercatat aset tersebut. Sebagai

contoh, biaya berikut ini tidak termasuk dalam jumlah tercatat aset tetap:

a. Biaya yang terjadi ketika aset telah mampu beroperasi sesuai dengan intensi

manajemen namun belum digunakan atau masih beroperasi dibawah kapasitas

penuh;

b. Kerugian awal operasi, seperti ketika permintaan terhadap output masih rendah;

dan

c. Biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas.

2.5.2. Pengukuran Biaya Perolehan

Biaya perolehan aset tetap adalah setara harga tunai pada tanggal pengakuan.

Jika pembayaran ditangguhkan melampaui jangka waktu kredit normal, maka

perbedaan antara harga tunai dan total pembayaran diakui sebagai beban bunga

selama periode kredit kecuali beban bunga tersebut dikapitalisasi sesuai dengan

PSAK 26: Biaya Pinjaman.

Satu atau lebih aset tetap mungkin diperoleh dalam pertukaran dengan aset

moneter atau aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan nonmoneter.

Pembahasan berikut mengacu pada pertukaran satu aset nonmoneter dengan aset

nonmoneter lain, tetapi hal ini juga berlaku untuk seluruh pertukaran yang

dideskripsikan dalam kalimat sebelumnya. Biaya perolehan aset tetap tersebut diukur

pada nilai wajar kecuali:

a. transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau

b. nilai wajar dari aset yang diterima dan aset yang diserahkan tidak dapat diukur

secara andal.

Aset yang diperoleh diukur dengan cara tersebut bahkan jika entitas tidak

dapat segera menghentikan pengakuan aset yang diserahkan. Jika aset yang diperoleh

21

tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur pada jumlah

tercatat aset yang diserahkan.

Entitas menentukan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi

komersial dengan mempertimbangkan sejauh mana arus kas masa depan diharapkan

dapat berubah sebagai akibat dari transaksi tersebut. Suatu transaksi pertukaran

memiliki substansi komersial jika:

a. konfigurasi (risiko, waktu, dan jumlah) arus kas dari aset yang diterima berbeda

dengan konfigurasi dari aset yang diserahkan; atau

b. nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang terpengaruh oleh transaksi

berubah sebagai akibat dari pertukaran; dan

c. selisih di (a) atau (b) adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari aset yang

dipertukarkan.

Untuk tujuan penentuan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi

komersial, nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang terpengaruh oleh

transaksi tersebut mencerminkan arus kas sesudah pajak. Hasil analisis ini dapat

menjadi jelas tanpa entitas menyajikan perhitungan yang rinci. Nilai wajar suatu aset

dapat diukur secara andal jika:

a. variabilitas dalam rentang pengukuran nilai wajar yang rasional untuk aset

tersebut adalah tidak signifikan; atau

b. probabilitas dari beragam estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara

rasional dan digunakan dalam mengukur nilai wajar.

Jika entitas dapat mengukur nilai wajar secara andal, baik dari aset yang

diterima atau diserahkan, maka nilai wajar dari aset yang diserahkan digunakan

untuk mengukur biaya perolehan dari aset yang diterima, kecuali jika nilai wajar aset

yang diterima lebih jelas.

2.6. Pengukuran Setelah pengakuan Awal

Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan

akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam

kelas yang sama. (IAI, 2015: 16.6).

22

a. Model Biaya (Cost Model)

Setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi

akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.

b. Model Revaluasi (Revaluation Model)

Setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur

secara andal dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal

revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai

setelah tanggal revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup

reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material

dengan jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir

periode pelaporan.

2.7. Pengeluaran Biaya selama Penggunaan Aset Tetap

Pengeluaran reparasi besar adalah pengeluaran reparasi yang membutuhkan

pengeluaran dalam jumlah yang relatif besar dan pengeluaran ini tidak bersifat rutin.

Reparasi rutin adalah pengeluaran untuk mempertahankan agar aset tetap beroperasi

dengan efisien dan dapat mencapai masa pemakaian yang diharapkan. Biaya reparasi

rutin umumnya tidak besar jumlahnya, tetapi terjadi berulang-ulang selama masa

pemakaian aset (Efraim, 2012: 233).

Sedangkan menurut Kieso (2014) menyatakan bahwa secara umum, biaya

yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan yang lebih besar harus

dikapitalisasi, sementara pengeluaran yang hanya ditujukan untuk mempertahankan

tingkat pelayanan tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya-biaya dapat

dikapitalisasi, tiga kondisi berikut harus terpenuhi:

1. Umur manfaat aset harus meningkat.

2. Kuantitas unit yang diproduksi oleh aset harus meningkat.

3. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan.

Perbedaan antara pengerluaran modal (capital expenditure) dan pengeluaran

pendapatan (revenue expenditure) tidak selalu jelas. Secara umum, terdapat empat

jenis pengeluaran utama berkaitan dengan aset yang ada, yaitu:

a. Penambahan

23

Penambahan umumnya tidak menimbulkan masalah akuntansi yang besar.

Menurut definisinya setiap penambahan pada aset tetap akan dikapitalisasi karena

aset baru telah diciptakan.

b. Perbaikan dan Penggantian

1. Nilai tercatat diketahui : hilangkan biaya dan akumulasi penyusutan aset

lama, dengan mengakui setiap keuntungan atau kerugian. Kapitalisasi biaya

perbaikan / penggantian.

2. Nilai tercatat tidak diketahui :

a. Jika umur manfaat aset diperpanjang, maka debet akumulasi penyusutan

untuk biaya perbaikan / penggantian.

b. Jika kuantitas atau kualitas dari produktivitas aset ditingkatkan, maka

kapitalisasi biaya perbaikan / penggantian ke akun aset.

c. Penyusunan Kembali dan Pemasangan Kembali

1. Jika biaya pemasangan awal diketahui, perlakuan biaya penyusunan kembali/

pemasangan kembali sebagai penggantian (nilai tercatat diketahui)

2. Jika biaya pemasangan awal tidak diketahui dan biaya penyusunan kembali /

pemasangan kembali berjumlah material dan bermanfaat pada periode masa

depan, maka kapitalisasi sebagai aset.

3. Jika biaya pemasangan awal tidak diketahui dan biaya penyusunan kembali /

pemasangan kembali tidak meterial jumlahnya atau manfaat periode masa

depan diragukan, maka bebankan biaya ketika terjadi.

d. Reparasi

1. Biasa: Bebankan biaya reparasi ketika terjadi.

2. Besar: Jika layak, perlakukan sebagai penambahan, perbaikan, atau

penggantian.

2.8. Depresiasi

2.8.1 Pengertian Depresiasi

Menurut Kieso (2014) definisi dari penyusutan (depreciation) adalah proses

akuntansi dalam mengalokasikan biaya aset berwujud ke beban dengan cara yang

sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari

penggunaan aset tersebut. Sedangkan berdasarkan PSAK No.16 penyusutan adalah

alokasi sistematis jumlah jumlah tersusutkan dari aset selama umur manfaatnya.

24

Sugiri (2009:158), mengatakan penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah

yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Hery (2011:170),

mengatakan pembebanan penyusutan merupakan pengakuan terjadinya penurunan

nilai atas potensi manfaat (jasa) suatu aset. Pengalokasian beban penyusutan

mencakup beberapa periode pendapatan sehingga banyak faktor yang harus

dipertimbangkan oleh manajemen untuk menghitung besarnya beban penyusutan

periodik secara tepat.

1. Sebab-sebab Depresiasi

a. Faktor – faktor fisik

Faktor-faktor fisik yang mengurangi fungsi aset tetap adalah aus kerena

dipakai (wear and tear), aus karena umur (deterioration and decay) dan

kerusakan-kerusakan.

b. Faktor – faktor fungsional

Faktor-faktor fungsional yang membatasi umur aset tetap antara lain, ketidak-

mampuan aset untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti

dan karena adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa yang

dihasilkan, atau karena adanya kemajuan teknologi sehingga aset tersebut

tidak ekonomis lagi jika dipakai.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi depresiasi

Terdapat tiga faktor yang berpengaruh terhadap perhitungan depresiasi, antara

lain,

a. Harga perolehan (cost)

Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain

yang terjadi dalam memperoleh suatu aset dan menempatkannya agar dapat

digunakan.

b. Nilai sisa (residu)

Nilai sisa suatu aset yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aset

itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aset tersebut sudah tidak dapat

digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual /

menukarnya.

c. Taksiran umur kegunaan (masa manfaat)

Taksiran umur kegunaan (masa manfaat) suatu aset dipengaruhi oleh cara-

cara pemeliharaan dan kebijakan-kebijakan yang dianut dalam reparasi.

25

Taksiran umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil

produksi atau satuan jam kerjanya. Dalam menaksir umur (masa manfaat)

aset, harus dipertimbangkan sebab-sebab keausan fisik dan fungsional.

2.8.2 Metode Perhitungan Depresiasi

Untuk menghitung penyusutan dapat dilakukan beberapa metode

perhitungan. Untuk dapat memilih salahsatu metode hendaknya dipertimbangkan

keadaan-keadaan yang mempengaruhi aset tersebut. Metode-metode itu adalah,

1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak

digunakan. Dalam cara ini beban depresiasi tiap periode jumlahnya sama (kecuali

kalau ada penyesuaian – penyesuaian).

Depresiasi = Harga Perolehan − Nilai SisaTaksiran Umur Kegunaan

2. Metode Jam Jasa (Service Hour Method)

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aset (terutama mesin-mesin) akan

lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) dibanding dengan

penggunaan yang tidak sepenuhnya (part time). Dalam cara ini beban depresiasi

dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban depresiasi periodic besarnya akan

sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai (digunakan).

Depresiasi = Harga Perolehan − Nilai SisaTaksiran jam pemakaian total

3. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)

Dalam metode ini umur kegunaan aset ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil

produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi. Beban

depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap

periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam hasil produksi.

Depresiasi/unit = Harga Perolehan − Nilai SisaTaksiran Hasil Produksi Unit

26

4. Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Methods)

Metode ini didasarkan pada teori bahwa aset yang baru akan dapat digunakan

dengan lebih efisien dibandingkan aset yang lebih tua. Begitu juga biaya reparasi

dan pemeliharaannya, biasanya aset tetap yang baru akan memerlukan reparasi

dan pemeliharaan yang lebih sedikit dibanding dengan aset yang lama. Jika

dipakai metode ini maka diharapkan jumlah beban depresiasi dan biaya reparasi

dan pemeliharaan dari tahun ke tahun akan relatif lebih stabil, karena jika

depresiasinya besar maka biaya reparasi dan pemeliharaannya kecil (dalam tahun

pertama), dan sebaliknya dalam tahun terakhir, beban depresiasi kecil sedangkan

biaya reparasi dan pemeliharaannya besar. Ada 4 cara untuk menghitung beban

depresiasi yang menurun dari tahun ke tahun yaitu,

1. Metode jumlah angka tahun (Sum of year’s digits method)

Didalam metode ini depresiasi dihitung dengan cara mengalikan bagian

pengurang (reducing fractions) yang setiap tahunnya selalu menurun dengan

harga perolehan dikurangi nilai residu. Bagian pengurang ini dihitung sebagai

berikut,

Pembilang: bobot (weight) untuk tahun yang bersangkutan

Penyebut : jumlah angka tahun selama umur ekonomis aset atau jumlah

angka bobot (weight).

Jumlah Angka Tahun = 𝑛 𝑛 +

Keterangan:

n = nilai ekonomis

2. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)

Dalam cara ini beban depresiasi periodik dihitung dengan cara mengalikan

tarif yang tetap dengan nilai buku aset tetap. Karena nilai buku aset ini setiap

tahun selalu menurun maka beban depresiasi tiap tahunnya juga selalu

menurun.

27

3. Double Declining Balance Method

Dalam metode ini, beban depresiasi tiap tahunnya menurun. Untuk dapat

menghitung beban depresiasi yang selalu menurun, dasar yang digunakan

adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan

dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aset tetap. Karena nilai

buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu menurun.

4. Metode Tarif Menurun (Declining Rate on Cost Method)

Tarif (%) ini setiap periode dikalikan dengan harga perolehan. Penurunan

tarif (%) setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang pasti, tetapi

ditentukan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Karena tarif (%)

nya setiap periode selalu menurun maka beban depresiasinya juga selalu

menurun.

2.9 Penurunan Nilai

2.9.1 Definisi Penurunan Nilai

Dalam menentukan apakah aset tetap mengalami penurunan nilai, entitas

menerapkan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset. PSAK 48 menjelaskan bagaimana

entitas menelaah jumlah tercatat asetnya, bagaimana menentukan jumlah terpulihkan

dari aset, dan kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai. Definisi dari

penurunan nilai adalah jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat aset atas

jumlah terpulihkannya.

2.9.2 Pengakuan Penurunan Nilai

Menurut buku Intermediate Accounting (Kieso, 2014) pengakuan penurunan nilai

terjadi apabila jumlah tercatat aset tidak dapat dipulihkan dan oleh karena itu, perlu

dihapuskan. Berbagai contoh kejadian dan perubahan situasi mungkin akan

mengarah pada suatu penurunan nilai. Contohnya adalah :

a. Suatu penurunan signifikan dalam nilai pasar aset.

b. Suatu perubahan yang signifikan dalam jangka waktu atau cara aset itu

digunakan.

28

2.9.3 Pengukuran Penurunan Nilai

Menurut Kieso (2014) kerugian penurunan nilai adalah jumlah di mana jumlah

tercatat aset melebihi nilai wajarnya. Nilai wajar aset diukur menurut nilai pasarnya

jika ada pasar aktif untuk aset itu. Jika tidak ada pasar aktif, maka nilai sekarang dari

arus kas bersih masa depan yang diharapkan harus digunakan. Proses penentuan

kerugian penurunan nilai adalah sebagai berikut:

1. Menelaah kejadian atau perubahan situasi atas kemungkinan terjadinya

penurunan nilai.

2. Jika hasil penelaahan menunjukkan penurunan nilai, maka pengujian tentang

kemampuan pemulihan akan diterapkan. Jika jumlah arus kas bersih masa depan

yang diharapkan dari aset jangka panjang lebih kecil dari jumlah tercatat aset,

maka suatu penurunan nilai telah terjadi.

3. Dengan mengasumsikan terjadi penurunan nilai, kerugian penurunan nilai adalah

jumlah di mana nilai tercatat aset lebih besar daripada nilai wajar aset. Nilai

wajar adalah nilai pasar atau nilai sekarang.

2.10 Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap

Efraim (2012:234), mengatakan ada beberapa transaksi yang menghentikan

pemakaian aset tetap, yaitu:

a. Penjualan Aset Tetap

Jika penggunaan aset tetap tertentu dihentikan, rekening-rekening yang

bersangkutan dengan aset tetap tersebut harus dihapuskan. Jika penghentian

disebabkan transaksi penjualan, selisih antara harga jual dengan nilai buku aset

tetap yang tersisa harus diakui sebagai laba atau rugi. Jika nilai buku aset lebih

kecil dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul keuntungan.

Sebaliknya jika nilai buku aset lebih besar dibandingkan dengan kas/aset lain

yang diterima, timbul kerugian.

b. Berakhirnya Masa Manfaat Aset Tetap

Apabila aset tetap dihentikan karena berakhirnya masa manfaatnya, semua akun

yang berkaitan dengan aset tetap tersebut harus dihapus. Dalam transaksi ini,

29

saat aset tetap dihentikan masa pemakaiannya masih memiliki nilai residu, harus

diakui sebagai rugi penghentian aset tetap.

c. Pertukaran Dengan Aset Lain

Harga pertukaran aset tetap yang didapat melalui pertukaran dengan surat

berharga diukur dengan jumlah uang yang dapat direalisasikan apabila surat

berharga tersebut dijual. Jika harga pasar surat-surat berharga tidak dapat

ditentukan, harga pasar aset tetap yang diperoleh menjadi dasar pencatatan aset

yang bersangkutan. Jika harga pasar kedua aset tersebut tidak ada maka aset

tetap tersebut harus ditaksir oleh pihak yang independen, misalnya oleh penilai

(appraiser).

Berdasarkan PSAK Nomor 16 tentang penghentian dan pelepasan disebutkan

bahwa suatu aset tetap dieliminasi dari laporan posisi keuangan ketika dilepaskan

atau bila aset secara permanen ditarik dari penggunaannya dan tidak ada manfaat

keekonomian masa yang akan datang diharapkan dari pelepasannya. Keuntungan

atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aset tetap diakui

sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi.

2.11 Pengungkapan Aset Tetap dalam Laporan Keuangan

Berdasarkan PSAK Nomor 16 laporan keuangan harus mengungkapkan untuk setiap

kelas aset tetap:

1. Dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto;

2. Metode penyusutan yang digunakan;

3. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (digabungkan dengan akumulasi

rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;

5. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan :

a. Penambahan;

b. Aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam

kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai

dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi

yang Dihentikan dan pelepasan lain;

c. Perolehan melalui kombinasi bisnis;

30

d. Peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi serta dari rugi penurunan

nilai yang diakui atau dibalik dalam penghasilan komprehensif lain sesuai

dengan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset;

e. Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai dengan PSAK 48;

f. Pembalikan rugi penurunan nilai dalam laba rugi sesuai dengan PSAK 48;

g. Penyusutan;

h. Selisih kurs neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata

uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk

penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari

entitas pelapor.

i. Perubahan lain

Pada paragraf selanjutnya dikatakan bahwa laporan keuangan juga harus

mengungkapkan:

1. Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik dan aset tetap yang

dijaminkan untuk liabilitas;

2. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang

dalam konstruksi;

3. Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan

4. Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan

nilai, hilang, atau dihentikan yang termasuk dalam laba rugi, jika tidak

diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi dan penghasilan

komprehensif lain.

Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan sebagai

tambahan pengungkapan yang disyaratkan oleh PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar:

a. Tanggal efektif revaluasi;

b. Apakah melibatkan penilai independen;

c. Untuk setiap kelas aset tetap yang direvaluasi, jumlah tercatat aset seandainya

aset tersebut dicatat dengan model biaya; dan

d. Surplus revaluasi, yang mengindikasikan perubahan selama periode dan setiap

pembatasan distribusi kepada pemegang saham.

2.12 Penelitian Terdahulu

1. Erwin, Sifrid, Steven (2014) dengan judul: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset

Tetap pada PT. Hasjrat Multifinance Manado. Tujuan Penulis melakukan

31

penelitian ini adalah untuk menganalisis perlakuan akuntasi aset tetap yang

dilakukan pada PT. Hasjrat Multifinance Manado 2012 apakah telah sesuai

dengan Standar Akuntansi yang berlaku umum. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode deskriptif. Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu

perlakuan akuntansi terhadap aset tetap terdapat beberapa hal yang belum sesuai

dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang berhubungan dengan

pengakuan harga perolehan, penurunan nilai aset serta penghentian aset tetap.

2. Agnes (2013) dengan judul: Evaluasi Penerapan Akuntansi Aset Tetap pada PT.

PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo Area Manado. Tujuan Penulis melakukan

penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan akuntansi aset tetap PT. PLN

(Persero) Wilayah Suluttenggo Area Manado apakah telah diterapkan dengan baik

dan benar sesuai dengan PSAK No. 16. Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu

perlakuan akuntansi atas aset tetap yang diterapkan oleh PT. PLN (Persero)

Wilayah Suluttenggo Area Manado sudah sesuai dengan PSAK No. 16.

Perusahaan menerapkan harga perolehan (historical cost) sebagai dasar dalam

mengukur aset tetapnya. Perlakuan ini sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

Pengeluaran setelah perolehan aset tetap, meliputi pengeluaran-pengeluaran rutin

selama penggunaan aset tetap pada perusahaan seperti rehabilitasi, renovasi,

restorasi dan reparasi menurut standar akuntansi keuangan harus diperlakukan

sebagai pengeluaran modal. Penyusutan aset tetap berwujud, semua aset tetap

pada perusahaan telah memenuhi syarat untuk disusutkan.

3. “FACTORS AFFECTING THE CHOICE OF TANGIBLE FIXED ASSET

ACCOUNTING METHODS: THEORETICAL APPROACH” oleh Danute

Zinkeviciene, Dr. dan Giedre Vaisnoraite, MSt. tahun 2014 dengan kesimpulan

klasifikasi faktor yang mempengaruhi pilihan metode akuntansi TFA

mempertimbangkan lingkungan organisasi bisnis. Berikut faktor-faktor

diklasifikasikan ke dalam faktor lingkungan internal dan eksternal. Faktor

keuangan dan manusia yang disebabkan faktor lingkungan internal, sedangkan

faktor ekonomi dan teknologi dianggap sebagai faktor lingkungan eksternal. Pada

kelompok faktor keuangan, yang paling penting adalah leverage keuangan, yang

didasarkan pada hipotesis leverage, dan nilai perusahaan maksimalisasi terkait

dengan pasar dan insentif manajemen yang efisien hipotesis. Faktor-faktor situasi

ekonomi nasional dan proses politik dapat dikaitkan faktor ekonomi. Faktor

proses politik dapat dihubungkan dengan ukuran dan profitabilitas dari suatu

32

organisasi dan industri itu milik. Selanjutnya, faktor teknologi dan manusia

memainkan peran penting dalam pengembangan kebijakan akuntansi TFA.

Mereka terkait dengan kebutuhan pengguna informasi akuntansi dan harapan

manajemen. Diagram alir yang dihasilkan dari keterkaitan antara metode

akuntansi dan faktor yang mempengaruhi pilihan mereka mengarah ke

kesimpulan bahwa faktor keuangan mempengaruhi keputusan manajemen untuk

memilih keuntungan meningkatkan metode akuntansi TFA. Faktor teknologi

mempengaruhi pilihan keuntungan mengurangi kebijakan akuntansi TFA,

sedangkan pengaruh faktor manusia dan ekonomi memungkinkan untuk

mendukung kedua metode akuntansi TFA keuntungan meningkat dan laba

menurun dan akibatnya kebijakan akuntansi TFA campuran dapat dimasukkan ke

dalam praktek. Hasil penelitian akan berkontribusi pada pilihan yang paling benar

dari metode yang tetap berwujud akuntansi aset oleh manajemen perusahaan,

keputusan manajemen yang tepat, dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

4. "TANGIBLE FIXED ASSETS ACCOUNTING SYSTEM FOR ENTERPRISE IN

VIETNAM” oleh Pham Duc Binh tahun 2014 dengan kesimpulan membandingkan

perbedaan antara kedua standar, beberapa isi dasar teoritis dari standar akuntansi

Vietnam Nomor 03 - Aset Tetap Berwujud (VAS03), akuntansi internasional

standar No. 16 - Properti, Mesin dan Peralatan (IAS16). Pada saat yang sama,

penulis juga menafsirkan kekurangan, keterbatasan standar akuntansi No. 03-

Aset Tetap Berwujud (VAS03) dan dokumen dengan petunjuk tentang perlakuan

akuntansi aset tetap berwujud. Dari menafsirkan keterbatasan standar akuntansi

No. 03- Aset Tetap Berwujud (VAS03), ditetapkann di bawah Keputusan Nomor

149/2001 / QĐ-BTC tanggal 31/12/2001, dan Surat Edaran No. 45/2013 / TT-

BTC tanggal 25/4/2013 tentang manajemen aset tetap, pemanfaatan dan

depresiasi, penulis telah mengusulkan beberapa solusi untuk perbaikan. Penulisan

ini dimaksudkan untuk memberikan kontribusi untuk meningkatkan standar

akuntansi No. 03- Aset Tetap Berwujud (VAS03) dan Surat Edaran No. 45/2013 /

TT-BTC, sehingga dapat memenuhi akhir sesuai dengan ekonomi, lingkungan

hukum dari Vietnam, dengan sistem akuntansi dari Vietnam dan praktek

internasional.

5. “SOLUTIONS FOR COMMON ERRORS IN FIXED ASSETS ACCOUNTING

PRACTICE” oleh Trần Văn Thuậntahun 2014 dengan kesimpulan penulisan ini

disajikan dan dianalisis kesalahan umum dalam aset tetap akuntansi dalam

33

akuntansi entitas dan mengusulkan solusi korelatif.Kesalahan umum dalam

akuntansi aset tetap berhubungan tujuh hal: Makalah untuk mengidentifikasi

biayaaset tetap; Pencacahan, dikurangi PPN masukan aset tetap; Mematuhi saat

keuangan peraturan tentang penyusutan aset tetap; Menghitung akumulasi

penyusutan ke waktu tetap pembuangan aset dan penjualan; Metode perubahan

perhitungan aset tetap depresiasi; Mendefinisikan dan merekam nilai merek

dagang dan Balancing perbaikan aset tetap biaya pengeluaran. Untuk setiap

kesalahan, penulis dianalisis dampak kesalahan pada akuntansi entitas Informasi

serta mengajukan solusi untuk itu kesalahan. Dalam rangka meminimalkan

akuntansi kesalahan pada umumnya dan kesalahan dalam aset tetapakuntansi

khususnya, entitas akuntansi akuntan harus memiliki pengetahuan yang mendalam

tentang sistem hukum, standar akuntansi, sistem akuntansi, peraturan keuangan

saat ini negara serta entitas akuntansi pegang manajemen dan operasi

karakteristik.