BAB 1 manajemen.docx

37
BAB II TINJAUAN TEORI A. Manajemen Keperawatan Manajemen adalah merupakan proses kerjasama melalui orang lain untuk mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga masyarakat (Gillies, 1982 dalam Nursalam 2002). Proses manejemen keperawatan secara pararel memfasilitasi terlaksananya asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan. Fungsi manajemen dalam pelayanan dan asuhan keperawatan mencakup: pengumpulan data, perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengawasan. Sebagai indikator bahwa menejemen terlaksana dengan baik adalah: kualitas pelayanan meningkat, adanya pengembangan staff, dan riset terapan, untuk menghasilkan teknologi keperawatan. Dalam manajemen asuhan keperawatan metode pemberian pelayanan keperawatan yang digunakan merupakan faktor penting dalam menentukan mutu asuhan keperawatan. Model pemberian asuhan memberikan gambaran tentang tugas, tanggung jawab, dan kewenangan perawat dalam melaksanakan asuhan, menetapkan siapa yang

Transcript of BAB 1 manajemen.docx

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Manajemen KeperawatanManajemen adalah merupakan proses kerjasama melalui orang lain untuk mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga masyarakat (Gillies, 1982 dalam Nursalam 2002).Proses manejemen keperawatan secara pararel memfasilitasi terlaksananya asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan. Fungsi manajemen dalam pelayanan dan asuhan keperawatan mencakup: pengumpulan data, perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengawasan. Sebagai indikator bahwa menejemen terlaksana dengan baik adalah: kualitas pelayanan meningkat, adanya pengembangan staff, dan riset terapan, untuk menghasilkan teknologi keperawatan. Dalam manajemen asuhan keperawatan metode pemberian pelayanan keperawatan yang digunakan merupakan faktor penting dalam menentukan mutu asuhan keperawatan. Model pemberian asuhan memberikan gambaran tentang tugas, tanggung jawab, dan kewenangan perawat dalam melaksanakan asuhan, menetapkan siapa yang menjalanjan tugas dan tanggung jawab, penyesuaian jumlah pasien dengan jenis tenaga perawat dalam memenuhi kebutuhan perawatan.Asuhan keperawatan diberikan dalam beberapa metode seperti: metode fungsional, metode tim, metode keperawatan primer, metode kasus, metode Partnership model, dan pasien fokus dari pelayanan.1. Metoda Kasus/ Keperawatan Total PasienMetoda kasus merupakan sistem pemberian dimana seorang perawat profesional memberikan asuhan keperawatan langsung kepada sejumlah pasien sewaktu dia bertugas. Dasar pemikiran metoda ini adalah seorang perawat profesional paling siap untuk melaksanakan semua asuhan keperawatan yang diperlukan pasien. Metoda kasus ini biasa digunakan pada unit perawatan yang memerlukan keahlian keperawatan pada tingkat ahli seperti pada unit keperawatan klinis atau ruang pemulihan setelah di anastesi. Keuntungan : a. Pasien mendapat asuhan keperawatan secara holistik dan terus menerus oleh ahlinya.b. Komunikasi antara perawat-pasien dan dokter dengan anggota staf lainnya berlangsung terus menerus.c. Perawat mendapat kepuasan karena dapat melakukan semua yang menjadi wewenangnya.Keruguian :a. Perawat profesional banyak menghabiskan waktu untuk melaksanakan tugas yang dapat dilakukan orang yang tidak terampil.b. Perencanaan yang dibuat kemungkinan tidak dapat terlaksana karena kurangnya waktu.c. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat tidak akurat karena kurangnya komunikasi.d. Asuhan keperawatan tidak terkoordinasi dari shift ke shit atau hari kehari karena perubahan dalam penugasan.e. Tidak ada seorangpun perawat yang bertanggung jawab mengkoordinasikan asuhan selama 24 jam.

Tugas Perawat Klinik :a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung jawabnya pada shit tertentu.b. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam memberi asuhan keperawatan pada pasien.Dalam metoda kasus banyak menggunakan tenaga perawat register untuk dapat memberikan semua asuhan yang dibutuhkan pasien dan lebih sedikit tenaga praktikal yang dibutuhkan.

2. Metode Tim Metode tim merupakan sistem pemberian asuhan keperawatan yang umum digunakan. Dalam metoda ini seorang perawat profesional yang berijazah, berpengalaman serta memiliki pengetahuan dibidangnya memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalammemberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Dalam memberikan asuhan kepada sekelompok klien dilakukan melalui upaya kooporatif dan kolaboratif (Douglas, 1992 dalam Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Kementrian Kesehatan RI 2010).Metoda ini dilaksanakan bedasarkan pada konsep berikut:a. Ketua tim diberikan pada perawat profesional dan harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan, manajemen dan komunikasi efektif.b. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan.c. Komunikasi yang efektif penting untuk menjamin kontinuitas rencana perawatan. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara terutama melalui rencana perawatan tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan auhan, supervisi, dan evaluasi.d. Anggota tim harus menerima dan menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua tim membantu anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas seuai dengan kemampuan mereka.e. Peran kepala perawat diruang perawatan penting dalam metoda tim.

Tugas dan tanggung jawab kepada perawat diruang perawatan a. Menetapkan standar kinerja yangg diharapkan dari stafb. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit atau ruangan.c. Memberikan kesempatan dan bantuan kepada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan/ manajemen.d. Menjadi narasumber atau konsultan bagi tim.e. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.f. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.

Tugas dan tanggung jawab ketua tim :a. Mengkaji setiap klien dan mempertimbangkan intervensi rencana suhan keperawatan yang tepat.b. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medis.c. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi.d. Mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai serta mendokumentasikannya.

Tugas dan tanggung jawab anggota tim:a. Merawat setiap pasien di unit perawatan.b. Melaksanakan instruksi keperawatan yang tertera dalam rencana keperawatan serta teliti termasuk program pengobatan.c. Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan yang dilakukan serta respon pasien.Keuntungan :a. Memanfaatkan semua kekuatan anggota tim.b. Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.c. Pengambilan keputusan organisasi mendekati groos root .d. Komunikasi diantara anggota tim baik karena sering diskusi mengenai asuhan keperawatan pasien.e. Perasaan turut berkontribusi dalam tim terpelihara baik.f. Meningkatnya kepuasan pasien.g. Biaya efektif.Kerugian :a. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.b. Diperlukan staf yang adekuat.c. Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.d. Dapat mengarah pada fragmentasi pelayanan bila konsep tim tidak diimplementasikan secara total.e. Sering mendapat kesulitan dalam menetapkan waktu untuk konferensi dan membuat rencana keperawatan.

Dalam keperawatan tim, perawat profesional dapat mempraktekan kempuan kepemimpinannya secara maksimal. Kepemimpinan perawat menjadi kunci keberhasilan praktek keperawatan dan menjamin asuhan keperawatan bermutu bagi pasien.

Keperawatan Tim

Kepala Perawat - Ners

Pimpinan Tim - NersPimpinan Tim - Ners

Anggota Tim : Ners, Pr Dipl, Per. PembantuAnggota Tim : Ners, Pr Dipl, Per. Pembantu

PasienPasien

3. Metoda PrimerMetode keperawatan primer merupaka suatu metoda pemberian asuhan keperawatan, dimana seorang perawat register bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam 24 jam.Dalam metoda keperawatan primer ini terdapat hubungan yang dekat dan berkesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu yang bertanggung jawab dalam perencanaan, implementasi, evaluasi dan koordinasi asuhan keperawatan klien sejak masuk unit perawatan sampai keluar unit perawatan.Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu, akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5 K yaitu, kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan komitmen. Pada metode keperawatan primer terdapat kontinuitas keperawatan dan bersifat konfrehensif serta dapat dipertangungjawabkan. Setiap PP biasanya merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat di rumah sakit atau disuatu unit.

Tugas dan tanggung jawab kepala perawat a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab perawat primer bila perawat primer tidak ada.Keuntungan:a. Memungkinkan Perawat Primer untuk pengembangan diri melalui implementasi ilmu pengetahuan.b. Model praktek didasarkan pada pengetahuan.c. Fokus pada kebutuhan pasien.d. Meningkatkan otonomi perawat.e. Memungkinkan asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.f. Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.g. Meningkatkan kesempatan untuk pengembangan hubungan antara perawat-pasien/ keluarga.h. Peningkatan mutu asuhan, karena1) Hanya ada 1 (satu) perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan2) Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien.3) Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif4) PP bertanggung selama 24 jam 5) Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal6) Rencana asuhan keperawatan dan rencana medic dapat berjalan parallel.i. Perbaiki retensi perawat.j. Meningkatkan kepuasan perawata, dokter dan pasien / keluarga.Kerugian :a. Diperlukan perawat berpendidikan dan berpengalaman.b. Diperlukan kemampuan komunikasi yang baik anatara perawat primer dengan rekan perawat (perawat asosiat).c. Perawat primer dap[at mengambil tanggung jawab rekan perawat untuk mengimplementasikan asuhan keperawatan yang diberikan.d. Karena pindah keunikan yang berbeda pasien dalam kondisi kritis kemungkinan mempunyai beberapa perawat primer.e. Biaya tinggi.f. LOS menjadi singkat. Keuntungan yang diperoleh rumah sakit adalah rumah sakit tidak harus memperkerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi harus merupakan perawat yang bermutu.

Kepala perawat di ruang perawatanKeperawatan Primer

Perawat primer

Perawat asosiet bila PP tidak ada (Sore)Perawat asosiat bila PP tidak ada (malam)Perawat asosiet bila PP tidak ada (siang)

4. Metode ModulerMetode keperawatan modul merupakan metoda modifikasi keperawatan tim- primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui penugasan modular. System ini dipimpin oleh perawat register (Ners).Dan anggota memberikan asuhan keperawatan dibawah pengarahan dari pimpinan modulnya. Idealnya 2-3 perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien. Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan mempunyai pandangan yang holistic terhadap setiap kebutuhan pasien., asuhan diberikan semenjak pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang. Keuntungan pada metode modular mutu pelayanan keperawatan meningkat karena pasien mendapatkan pelayanana keperawatan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan perawat pasien. Tidak banyak tenaga perawat register (ners) yang dimanfaatkan sehingga biaya menjadi lebih efektif. Tugas dan tanggung jawab kepala perawata. Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien.b. Memberikan motivasi pada staf perawat.c. Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan

Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler.a. Memimpin, mendukung dan mengintruksikan perawat non professional untuk melaksanakan tindakan keperawatan.b. Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi : mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan. c. Memberikan bimbingan dan instruksi kepada perawat partner kerjanya.

Tugas dan tanggung jawab anggota tim.a. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan oleh ketua tim.Keuntungan a. Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.b. Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.c. Membaiknya kontinyuitas dan koordinasi asuhan.d. Meningkatkan kepuasan pasiene. Biasa efektifKerugian a. Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang tidak diharapkan.b. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.c. Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.

5. Metode Manajemen KasusMetoda menejemen kasus adalah suatau system pemberian asuhan keperawatan yang berfokus pada pencapaian hasil dalam kerangka waktu dan sumber yang tepat dan efektif. Metoda ini sering digunakan dalam perangkat pelayanan kesehatan di masyarakat, psikitari dan diasopsi dalam suhan pasien rawat inap, berfokus pada populasi semua pasien. Manajemen kasus adalah model yang digunakan untuk mengidentifikasikan, koordinasi, dan monitoring implementasi kebutuhan pelayanan untuk mencapai asuhan yang diinginkan dalam periode waktu tertentu. Elemen penting dalanm manajemen kasus meliputi :a. Kerjasama dan dukungan dari semua anggota pelayaann dan anggota kunci dalam organisasi (administrstor, dokter dan perawat). b. Kualifikasi perawat manajer kasus.c. Praktek kerjasama tim.d. Kualitas system manajemen yang diterapkan.e. Menggunakan prinsip perbaikan mutu yang terus menerusf. Menggunakan critical pathway (hasil) atau asuhan MAPS (Multidisciplinary Action Plans) yaitu kombinasi Clinical Path dengan Care Plans). g. Promosi praktek keperawatan professional.Dalam 1 unit diperlukan 2 manajer kasus yang bekerja mengordinasikan, mengkomunikasikan, bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dan memfasilitasi asuhan sekelompok pasien idelanya 1 orang manajer kasus mempunyai 10-15 kasus pasien dimana perkembangan pasien akan diikuti terus oleh manajer kasus mulai dari pasien masuk sampai pulang. Bila diperlukan mengikuti perkembangan pasien di rawat jalan.Tugas dan tanggung jawab Manajera. Mengelola dan memimpin proses perbaikan mutu.b. Memberikan pengarahan kepada para manajer kasus untuk memastikan bahwa jumlah kasus yang ditangani tepat dan ditangani dengan baik.c. Melaksanakan survey kepuasan pasien sebagai ukuran mutu pelayanan.d. Membuat batasan area tanggung jawabe. Mengklarifikasikan suatu kejadian kepada manajer lain bila diperlukanf. Merencanakan & memberikan pendidikan dan pengembangan staf berdasarkan tujuan unit dan kebutuhan staf.g. Melakukan monitoring terhadap asuhan yang dilaksanakan oleh tenaga perawat dan non keperawatan.h. Melakukan koordinasi, komunikasi dan bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan pasien.i. Memfasilitasi asuhan keperawatn pasien.Keuntungan dari manajemen kasus.a. Meningkatkan mutu asuhan karena :1) Perkembangan kesehatan pasien dimonitoring terus menerus sehingga selalu ada perbaikan bila asuhan yang diberikan tidak memberikan perbaikan.2) Adanya kerjasama yang harmonis antara manajer kasus dengan tim kesehatan lain.b. Menurunnya komplikasic. Menurunnya biaya

Manajemen Kasus I

Administrator Keperawatan

Manajer kasus OBManajer kasus pediatrikManajer kasus peny. Dalam

Manajemen Kasus II

Administrator Keperawatan

Manajer kasus resiko tinggi Ps. OBManajer kasus resiko tinggi Ps. pediatrikManajer kasus resiko tinggi Ps. Cardiac Arrest

6. Partership modelModel ini kombinasi antara perawat primer dengan perawat vokasi (LPN/VLN) atau perawat pembantu (asisten nurse) untuk bekerja sama secara konsisten.Keuntungan a. Biaya lebih efektif dari keperawatan primer.b. Perawat primer dapat mendorong peningkatan dan melatih partnernya.Kerugian a. Kemungkinan perawat primer mengalami kesulitan dalam mendelegasikan pada partnernyab. Partnership yang konsisten sulit dipertehankan karena jadwal yang bervariasi

7. Pasien fokus dari pelayananMerupakan perkembangan model terbaru dari pelayanan. Model ini lebih berfokus pada pasien dan penerapan tergantung pada fasilitas. Tim yang cross-functional dari perawat professional dan asisten bekerja sebagai unit based team. Keuntungan a. Pasien hanya kontak dengan petugas.b. Perawat hanya bekerja di unit sehingga bisa menggunakan lebih banyak waktu utnuk memberikan pelayanan keperawatan langsung.c. Tim di supervise oleh perawat professional.d. Perawat professional bertanggung jawab dan gugat untuk pelayanan secara luas dan berfungsi lebih tinggi. Kerugian a. Perubahan struktur organisasi yang besar.b. Unit/ departemen lain harus mengakui kepemimpinan keperawatan. c. Kepala ruangan harus mensupervisi berbagai macam pegawai.

Penanggung Jawab Ruangan

Kegiatan pelayaan : respiratory service, ECG admission / discharge phlebotomy, supply management dll

Pasien

Walaupun telah banyak hal yang positif yang dicapai bidang pendidikan keperawatan, tetapi gambaran pengelolaan layanan keperawatan belum memuaskan terutama tentang sikap dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien / keluarga.. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan restructuring . engineering, dan redesigning sistem pemberian asuhan keperawatan melalui pengembangan model praktek keperwatan profesional ( MPKP).Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur, proses, dan nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat proesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996). MPKP terdiri dari lima komponen yaitu : hubungan antar profesional, metode asuhan keperawatan, pendekatan menejemen terutama dalam pengambilan keputusan serta siitem kompensasi dan penghargaan.Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada persiapan implementasi antara lain adalah ;

a. Tahap persiapan1) Pembentukan timJika MPKP akan diimplementasikan di RS sebaiknya kelompok ini melibatkan staff dari institusi pendidikan sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi antara institusi pelayanan dan institusi pendidikan. Tim ini terdiri dari : koordinator departemen, penyelia, kepala ruang, serta tenaga dari institusi pendidikan. Yang berperan sebagai motor terlaksanany MPKP. Setelah itu ditunjuk ketua yang yang mengkoordinir semua pesiapan, pelaksaan dan evaluasi MPKP.2) Rancangan penilaian mutuPenilaian asuhan keperawatan meliputi kepuasan pasien/ keluarga, kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai dari ashan keperawatan, lama hari rawat, dan angka infeksi nosokomial3) Presentasi MPKPPresentasi bertujuan untuk mendesiminasikan MPKP dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan presentasi ini diharapkan diharapkan akan mendapat dukungan dari orang yang terlibat.4) Penetapan tempat implementasi MPKPDalam menetapkan ruang rawat sebaiknya memerhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Mayoritas tenaga perawat merupaka staff baru , diperlukan sehingga dari awal tenaga tersebut akan mendapatkan pembinaan tentang kerangka kerja MPKPb) Bila terdapat dua ruang rawat maka sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1 swasta dan 1 ruang yang nantinya akan dikembangkan ayng mempelajari tentang praktik keperawatan profesional.

Ketenagaan merupakan fungsi bagaimana sumber tenaga dikelola, untuk mencapai tujuan . Fungsi ini mencakup sistem sistem klasifikasi pasien, sebagai dasar penghitungan kebutuhan tenaga , menetapkan kebutuhan tenaga, rekrutmen, seleksi, orientasi, penjadualan, penugasan, pembinaan untuk mengurangi absen, dan menurunkan kel;uar masukkerja dan pengembangan staff. Pengarahan merupakan fungsi kekuatan untuk terlaksananya pengelolaan pelayanan asuhan keperawatan, funsi ini terdiri dari penggunaan kekuatan,pemecahan masalah, membuat keputusan, perubahan efektif penanganan konflik dan kominikasi serta analisis transaksional.Metode penugasan suatu gambaran /kerangka kerja yang mengartur pelakasanaan kegiatan pelayanan kesehatan pada klien dengan menggunakansumber-sumberinformasi dan pendekatan pemecahan masalah serta memungkinkan perawat untuk berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain ( mayyer at all ,1990).Salah satu usaha utnuk memberikan palayanan keperawatan berkualitas dan profesional adalah pengembangan model praktek perawatan profesional, M

B. Patien safetyKeselamatan (safety) merupakan hal utama dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang bermutu tidak cukup dinilai dari kelengkapan teknologi, sarana dan prasarana yang canggih, dan petugas kesehatan yang profesiona, melainkan perlu dilihat proses pelayanan dan hasil pelayanan yang diberikan. Proses dan hasil pelayanan tersebut harus mampu memberikan jaminan bagi pelanggan sehinggga terbebas dari resiko (Cahyono, 2008). Keselamatan pasien menjadi prioritas pertama dalam pemberian layanan kesehatan dan layanan keperawatan di rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan komponen penting dan vital dalam asuhan keperawatan yang berkualitas (Ballard, 2003). Keselamatan pasien juga merupakan langkah kritis pertama untuk memperbaiki kualitas pelayanan ( Cahyono, 2008), serta berkaitan dengan mutu dan citra rumah sakit.Keselamatan pasien merupakan komponen dari mutu pelayanan kesehatan. Institute of Medicine (IOM) menetapkan enam dimensi dalam mutu pelayanan kesehatan, yaitu : keselamatan pasien, efisiensi, efektif, tepat waktu, berorientasi pada pasien, dan keadilan (Cahyono, 2008).Layanan kesehatan yang diterima oleh pasien di rumah sakit merupakan layanan yang kompleks. Tenaga kesehatan dari berbagai disiplin ilmu, berbagai tes dan prosedur pengobatan, alat dan teknologi terlibat dalam pemberian layanan kesehatan bagi pasien. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kejadian tidak diharapkan (KTD) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati (Depkes, 2008).Kesehatan dalam pemberian layanan kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai hal. Kesalahan dalam proses pelayanan sebagian besar 85% disebabkan oleh petugas dan 15% karena masalah peralatan (Cahyono, 2008). Kesalahan pengobatan, kesenjangan komunikasi dan pengaruh faktor manusia juga menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pemberian pelayanan kesehatan pada pasien (Foley, 2004).Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang berkaitan dengan pemberian layanan kesehatan. Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan yang memberikan jaminan terhadap upayakeselamatan pasien. Perawata memiliki peran yyang besar dalam upaya menjamin keselamatan pasien (IOM, 2001). Komoditas utama dalam pelayanan kesehatan dirumah sakit adalah pelayan keperawatan. Hal ini bukan berarti mengesampingkan pelayanan medis, namun mayoritas perawatan yang diperlukan oleh pasien adalah asuhan keperawatan (Ballard, 2002 dalm Ballard, 2003). Sehingga upaya keselamatan pasien tidak dapat lepas dari peran perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas.Keselamatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam sistem kesehatan meliputi faktor karakteristik individu petugas kesehatan, sifat dasar pekerjaa, lingkungan fisik, faktor penyatuan sistem dengan manusia, faktor organisasi atau lingkungan sosial, dan faktor manajemen. Ffaktor karakteristik individu petugas kesehatan meliputi ketenagaan, struktur organisasi, penjadwalan, ketersediaan sumber daya, dan komitmen terhadap kualitas (Hughes, 2008).Keselamatan sebagai bagian dari mutu pelayanan kesehatan juga dapat dilihat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari struktur, proses dan hasil. Struktur meliputi infrastruktur fisik, organisasi (struktur dan budaya), manajemen, sumber daya manusia, penjadwan dan ketersediaan peralatan. Komponen proses meliputi kepatuhan pada protokol, proses pelayanan, prosedur tindakan, pengendalian serta pedoman. Keselamatan pasien dan perawat merupakan hasil dari komponen struktur dan proses.Organisasi yang meliputi struktur dan budaya akan menentukan keberhasilan upaya keselamatan baik bagi pasien maupun perawat. Kebijakan terhadap upaya keselamatan dirumah sakit perlu didukung dengan pembentukan struktur organisasi yang jelas sehingga dapat dilaksanakan secara optimal (Depkes, 2008).Budaya keselamatan dalam organisasi merupakan faktor yang penting. Budaya keselamatan merupakan faktor yang dominan dalam keberhasilan upaya keselamatan. Budaya keselamatan merupakan kunci bagi terwujudnya pelayanan yang bermutu dan aman.Manajemen diperlukan dalam setiap organisasi utnuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajer baik tingkat atas (top manager) hingga tingkat bawah (lower manager) dituntut untuk memiliki kemampuan kepemimpinan (leadership) dan kemampuan menjalankan fungsi manajerial. Kepemimpinan suatu organisasi akan mempengaruhi setiap individu yang berada diorganisanasi tersebut dalam mencapai tujuan. Pemimpin mempunyai tugas untuk membangun visi dan misi, mengkomunikasikan ide perubahan, menyusun strategi sehingga setiap komponen dalam organisai akan bekerja dengan memperhatikan keselamatan (cahyono, 2008). Kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil akan membangun kesadaran akan nilai keselamatan (Depkes, 2008).Kepala ruang merupakan manajer keperawatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan pelayanan kesehatan pada pasien. Kepala ruang sebagai lower manager dalam keperawatan harus mampu menjalankan fungsi manajemen sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Manajemen keperawatan merupakan rangkaian fungsi dan aktivitas yang secara simultan saling berhubungan dalam menyelesaikan pekerjaan melalui anggota staf keperawatan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan yang berkualitas (Gillies,1996; Marquis dan Huston, 2003). Kualitas pelayanan keperawatan dapat dilihat melalui pemberian asuhan keperawatan yang aman baik pasien maupun perawat. Tujuan pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat tercapai apabila manajer keperawatan mampu melaksanakan fungsi manajemen dengan baik.Fungsi manajemen merupakan suatu siklus untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisai. Fungsi manajemen meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengatur staf, pengarahan, dan pengendalian (Gillies,1996; Marquis dan Huston, 2003). Manajer keperawatan diharapkan menjalankan seluruh fungsi manajemen sehingga lingkungan dan kondisi kerja akan mendukung pelayanan keperawatan dalam mencapai keselamatan pasien dan perawat.Lingkungan kerja yang kondusif akan mendukung pelaksanaan program keselamatan baik bagi pasien maupun perawat. Kesalahan dan pelanggaran tidak akan terjadi apabila kondisi lingkungan kerja mendukung kenyamanan dan keamanan bagi pasien dan petugas (cahyono, 2008). Lingkungan kerja yang menyediakan teknologi pendukung, standarisasi setiap proses, peralatan, sarana dan prasarana akan memungkinkan terciptanya jaminan keselamatan.Fungsi manajemen yang peratama adalah fungsi perencanaan. Perencanaan merupakan tahap yang sangat penting dan menjadi prioritas diantara fungsi manajemen yang lain. Perencanaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan proses manajemen mengalami kegagalan (Marquis & Huston, 2003). Perencanaan yang dijalankan oleh kepala ruang antara lain merencanakan tujuan, standar, prosedur, kebijakan maupun aturan yang berkaitan dengan keselamatan pasien dan perawat. Perencanaan ini sangat diperlukan karena menjadi acuan bagi perawat dalam bekerja.Pengorganisasian dan pengaturan staf diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas keperawatan sehingga meminimalkan stessor karena pekerjaan. Lingkungan kerja perawat yang penuh stessor dapat menyebabkan penyakit maupun sidera pada perawat (Trinkoff et al, 2007). Jam kerja perawat yang panjang dapat menimbulkan kelelahan, menurunkan produktivitas dan meningkatkan risiko terjadinya kesalahan yang dapat membahayakan pasien. Penelitian Trinkoff didapatkan hasil jam kerja perawat yang panjang berhubungan dengan kejadian cidera musculoskeletal dan cidera karena tertusuk jarum (needlestick injury). Jumlah perawat yang tidak adekuat dibandingkan dengan jumlah pasien dapat meningkatkan kejadian infeksi, perdaran, kesalahn dalam pemberian obat. Penelitian Prawitasari (2009) didapatkan hasil terdapat hubungan antara beban kerja perawat pelaksana dengan keselamatan pasien. Fungsi pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang antara lain memberikan motivasi, membina komunikasi, menangani komunikasi, menangani konflik, memfasilitasi kerjasama dan negosiasi. Pengarahan yang baik dapat menciptakan kerjasama yang efektif dan efisiensi antara staf. Pengarahan juga berfungsi utnuk mengembangkan kemampuan dan keterampila staf, menimbulkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan, mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja sehingga menjamin keselamatan pasien dan perawat. Evaluasi terhadap tindakan penerapan keselamatan pasien dan perawat dalam pemberian asuhan kepada pasien, diperlukan untuk menjamin hasil yang diharapkan yaitu keselamatan telah tercapai. Pengendalian diperlukan utnuk mengatur kegiatan agar berjalan sesuai rencana jalan keluar atau pemecahan apabila terjadi hambatan pelaksanaan kegiatan. Pengendalian yang dikerjakan dengan baik dapat menjamin semua tujuan dari individu atau kelompok konsisten dnegan tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dari organisasi (Notoatmodjo,2003).

C. Peran Perawat Dalam KeselamatanPerawat perlu memperhatikan upaya untuk mencegah resiko bahaya maupun cedera dalam pemberian asuhan keperawatan. Lingkungan pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan lingkungan yang kompleks. Pasien dengan berbagai jenis penyakit, petugas kesehatan, prosedur, tindakan, bahan kimia, peralatan, dan teknologi saling berinteraksi dalam pemberian layanan kesehatan pada pasien. Hal ini dapat menimbulkan resiko bagi keselamatan pasien maupuun petugas (Cahyono, 2008).Perawat melaksanakan asuhan keperawatan harus memperhatikan keselamatan pasien dan dirinya sendiri. Keselamatan memungkinkan setiap orang untuk merasa aman melakukan aktivitasnya. Keselamatan akan menurunkan stress dan meningkatkan kesehatan sehingga memunggkinkan seseorang untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya seperti kebutuhan kasih sayang, penghargaan diri dan aktualisasi diri. Pemenuhan kebutuhan keselamatan memberikan efek positif bagi kesehatan jiwa dan meningkatkan efektivitas dalam bekerja (Craven & Hirnle, 2003).Pemenuhan keselamatan antara lain ditunjukkan untuk menciptakan lingkungan yang aman. Perawat memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung keselamatan. D. Faktor Yang Mempengaruhi KeselamatanFaktor yang mempengaruhi keselamatan (Potter & Perry, 2005) meliputi:1. Umur dan tingkat perkembangan Seseorang akan belajar untuk menjaga diri terhadap kemungkinan bahaya melalui proses belajar dan pengalaman yang didapat dalam lingkungan.2. Status kesehatan dan kemampuan mobilitasStatus kesehatan dan kemampuan mobilitas mempenggaruhi seseorang dalam mencegah resiko bahaya. 3. Faktor fisiologis Sistem fisiologis tubuh manusia secara normal akan bekerja untuk mencegah atau meminimalkan terjadinya cedera.4. Kesadaran positifKesadaran merupakan kemampuan untuk mengenali stimulus lingkungan dan reaksi tubuh serta memberikan reaksi dan tindakan yang tepat. Kesadaran kognitif dapat mengalami gangguan pada pasien dengan ketidakadekuatan tidur, penurunan status kesadaran, kebingungan, disorientasi, dan lainnya.5. Status emosiDapat mempengaruhi kemampuan mengenali bahaya lingkungan. Kondisi lingkungan yang penuh stressor dapat menurunkan konsentrasi, menyebabkan kesalahan dalam penilaian, dan menurunkan kewaspadaan terhadap stimulus dari luar.6. Kemampuan KomunikasiSeseorang dengan gangguan kemampuan menerima dan memberi informasi dapat beresiko mengalami cedera, misalnya orang dengan gangguan bicara, tidak mampu membaca.7. Toleransi dan adaptasi stressFaktor kecemasan dan depresi menurunkan kemampuan seseorangg dalam mengenali adanya bahaya dan mengikuti petunjuk keselamatan. Faktor kepribadian mungkin berperan dalam kemampuan berinteraksi terhadap bahaya.8. Faktor linkungan Lingkungan mencapai faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi kehidupan. Lingkungan yang aman akan berpengaruh terhadap keselamatan pasien yaitu mengurangi insiden terjadinya penyakit atau cedera, memperpendek lama tindakan atau hospitalisasi, meningkatkan atau mempertahankan status fungsi kesehatan, dan meningkatkan kesejahteraan. Lingkungan rumah sakit merupakan lingkungan dengan berbagai macam resiko bahayaa. Resiko jatuh, terbakar, dan keracunan terjadi karena adanya masalah peralatan, kesalahan prosedur, dan kelemahan kondisi pasien. Perawat harus menyadari pentingnya keselamatan bagi dirinya sendiri dalam bekerja. Perawat perlu melakukan tindakan pencegahan terhadap resiko terjadinya cedera misalnya menggunakan jarum suntik secara aman, alat bantu untuk mengangkat pasien, perlengkapan perlindungan diri, dan melaksanakan prosedur tindakan dengan benar.

E. Standar Keselatan PasienTerdiri dari tujuh standar meliputi (Depkes, 2008) :1. Hak pasien yaitu menjamin hak pasien dan keluarga untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak diharapkan.2. Mendidik pasien dan keluarga tentang kewwajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.3. Keselamatan pasien dan kesenambungan pelayanan dengan menjamin koordinasi antara tenaggga dan unit pelayanan.4. Menggunakan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi program peningkatan keselamatan pasien melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.6. Rumah sakit mendidik staf tentang keselamatan pasien.7. Meningkatkan komunikasi bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien dengan merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien di rumah sakit.

F. Langkah Menuju Keselamatan PasienLangkah yang dapat ditempuh dalam menerapkan program keselamatan pasien (Cahyono, 2008; Depkes 2008a; NPSA, 2005) adalah :1. Membangun budaya keselamatan pasienLangkah pertama dalam menerapkan program keselamatan pasien adalah membangun budaya keselamatan pasien dalam organisasi rumah sakit. Hal ini mengingat budaya organisasi merupakan nilai-nilai, keyakinanm dan kebiasaan bersama dalam organisasi yang berinteraksi dengan struktur formal untuk menghasilkan norma perilaku. Budaya yang harus dibangun untuk mendukung keselamatan pasien adalah budaya terbuka dan adil. Nilai dan keyakinan yang harus dibangun meliputi :a. Melaporkan dan membahas kesalahan (KTD) tanpa bersikap menyalahkan.b. Bekerja secara timc. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan d. Memandang suatu kesalahan dalam kerangka sisteme. Berani mengungkapkan kesalahan yang terjadi.2. Pimpinan dan dukungan terhadap stafPimpinan adalah pemegang kunci perubahan. Pemimpin memiliki tanggung jawab dalam memimpin dan menggerakkan seluruh komponen organisasi menuju perubahan. Program keselamatan pasien dapat berjalan dengan baik apabila pemimpin memiliki visi, misi, dan kebijakan yang jelas mengenai keselamatan pasien. 3. Integrasi aktivitas manajemen resikoMengembangkan sistem dan proses untuk mengelola resiko, mengidentifikasi dan menilai hal-hal yang berpotensi menyebabkan terjadinya kesalahan. Manajemen resiko klinis (MRK) merupakan upaya manajerial untuk melakukan identifikasi kesalahan yang terjadi selama asuhan pasien, mencari penyebab, dan mempelajari serta menjamin tindakan yang bertujuan untuk mencegah kejadian terulang kembali. Tujuan MRK adalah mengurangi terjadinya KTD dan KNC pada pasien serta mengurangi kemumungkinan klaim dan mengendalikan biaya klaim yang harus menjadi beban rumah sakit.4. Membangun sistem pelaporan Sistem pelaporan merupakan bagian yang penting dalam upaya membangun keselamatan pasien. Sistem ini memungkinkan staf atau petugas kesehatan dapat dengan mudah melaporkan insiden yang terjadi. Sistem pelaporan yang ideal adalah tidak menghukum, menjaga kerahasiaan, tepat waktu, dianalisis oleh ahli dan berorientasi pada sistem. Hasil laporan ini dapat dimanfaatkan sebagai pembelajaran, menentukan skala prioritas pemecahan masalah, serta monitoring, dan evaluasi kegagalan atau keberhasilan penerapan program.5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasienPetugas kesehatan harus selalu berkomunikasi dan melibatkan pasien dalam setiap proses perawatan kesehatan. Komunikasi dan keterlibatan pasien dengan petugas kesehatan akan mendukung upaya perawatan pasien. Pasien memiliki peran penting dalam membantu petugas kesehatan uuntuk menentukan diagnosis yang tepat dengan memberikan iinformasi yang jelas dan nyata. Selain itu pasien juga memutuskan perawatan yang tepat, memastikan perawatan dan pengobatan telah dikelola dan dilaksanakan dengan baik oleh petugas kesehatan, mengidentifikasi kejadian tidak diharapkan dan mengambil tindakan yang sesuai.