B II KONDISI UMUM K

85
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR 2.1. KONDISI GEOGRAFIS Kota Bogor dengan luas 11.850 ha, terletak pada 106º 48’ Bujur Timur dan 6º 36’ Lintang Selatan, ± 56 Km Selatan dari Ibu Kota Jakarta dan ± 130 Km Barat Kota Bandung, Ibukota Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kota Bogor berbatasan dengan : a. Sebelah Utara : Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. b. Sebelah Timur : Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. c. Sebelah Barat: Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. d. Sebelah Selatan : Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Wilayah Administrasi Kota Bogor dibagi menjadi 6 kecamatan dan 68 kelurahan, 750 RW dan 3.349 RT, sebagaimana tersaji dalam gambar 2.1. Kota Bogor berada di ketinggian 190 – 330 mdpl, dengan kemiringan lereng berkisar 0 - 2% sampai dengan > 40%, dengan luas menurut kemiringan lereng yakni 0 - 2%

Transcript of B II KONDISI UMUM K

Page 1: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

2.1. KONDISI GEOGRAFIS

Kota Bogor dengan luas 11.850 ha, terletak pada 106º

48’ Bujur Timur dan 6º 36’ Lintang Selatan, ± 56 Km Selatan dari Ibu Kota Jakarta dan ± 130 Km Barat Kota Bandung,

Ibukota Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kota Bogor berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor.

b. Sebelah Timur : Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.

c. Sebelah Barat: Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.

d. Sebelah Selatan : Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.

Wilayah Administrasi Kota Bogor dibagi menjadi 6

kecamatan dan 68 kelurahan, 750 RW dan 3.349 RT, sebagaimana tersaji dalam gambar 2.1.

Kota Bogor berada di ketinggian 190 – 330 mdpl,

dengan kemiringan lereng berkisar 0 - 2% sampai dengan > 40%, dengan luas menurut kemiringan lereng yakni 0 - 2%

Page 2: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

(datar) seluas 1.763,94 ha, 2 - 15% (landai) seluas 8.091,27 ha, 15 - 25% (agak curam) seluas 1.109,89 ha, 25 - 40%

(curam) seluas 764,96 ha, dan > 40% (sangat curam) seluas 119,94 ha.

Suhu udara rata-rata setiap bulannya 26 0 C, dan

kelembaban udara kurang lebih 70%. Kota Bogor disebut Kota Hujan karena memiliki curah hujan rata-rata yang tinggi,

yaitu berkisar 4.000 sampai 4.500 mm/tahun.

Kota Bogor memiliki struktur geologi aliran andesit

seluas 2.719,61 ha, kipas aluvial seluas 3.249,98 ha, endapan seluas 1.372,68 ha, tufa seluas 3.395,17 ha, dan

lanau breksi tufaan dan capili seluas 1.112,56 ha. Secara umum, Kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang

berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tupaan/kpal).

Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan permukaan umumnya

berupa alluvial yang tersusun oleh tanah, pasir, dan kerikil hasil pelapukan endapan, yang tentunya baik untuk vegetasi.

Tanah yang ada di seluruh wilayah Kota Bogor

umumnya memiliki sifat agak peka terhadap erosi, yang sebagian besar mengandung tanah liat (clay), dengan tekstur

tanah yang umumnya halus hingga agak kasar, kecuali di Kecamatan Bogor Barat, Tanah Sareal dan Bogor Tengah

yang terdapat tanah yang bertekstur kasar.

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-2

Page 3: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Wilayah Kota Bogor dialiri oleh 2 sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane dan anak-anak sungai,

yang secara keseluruhan anak-anak sungai (Sungai Cipakancilan, Sungai Cidepit, Sungai Ciparigi, dan Sungai

Cibalok) itu membentuk pola aliran pararel-subpararel sehingga mempercepat waktu mencapai debit puncak (time

to peak) pada 2 sungai besar tersebut. Kota Bogor memanfaatkan kedua sungai ini sebagai sumber air baku

bagi Perusahaan Daerah Air Minum.

Sumber air bagi Kota Bogor diperoleh dari sungai, air

tanah, dan mata air. Kedalaman air tanah bervariasi sekitar 3

─12 m, kedalaman muka air tanah dalam keadaan normal

(musim hujan) berkisar 3 ─ 6 m, sedangkan pada musim

kemarau kedalaman muka air tanah mencapai 10 ─12 m. Kualitas air tanah di Kota Bogor terbilang cukup baik.

Sumberdaya alam lainnya berupa flora dan fauna juga

ditemukan di Kota Bogor. Sejumlah tanaman tropis yang langka dapat ditemui di Kebun Raya Bogor yang dikenal

memiliki koleksi tanaman tropis yang terlengkap di dunia. Selain itu, tanaman sayuran dan buah-buahan serta tanaman

hias dan tanaman obat-obatan masih banyak diusahakan oleh masyarakat terutama di Kecamatan Bogor Selatan dan

Bogor Barat.

Kawasan rawan bencana di Kota Bogor adalah kawasan yang sering mengalami bahaya longsor dan

kawasan yang rawan banjir. Daerah yang sering longsor umumnya di sekitar tebing sungai, sedangkan daerah yang

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-3

Page 4: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

rawan banjir hanya merupakan titik genangan yang tersebar pada beberapa kecamatan.

Gambar

2.1.

Peta Batas Administrasi Kota Bogor

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-4

Page 5: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Kota Bogor mempunyai Kawasan Terbangun pada tahun 2005 dengan luas total 4.411,86 Ha atau sekitar

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-5

Page 6: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

37,23% dari luas total Kota Bogor, yang berupa lahan perdagangan, permukiman, perumahan, komplek militer,

istana, industri, terminal, dan gardu. Kawasan terbangun tersebut didominasi oleh kawasan permukiman seluas

3.135,79 Ha (26,46%), yang didalamnya terdapat fasilitas kesehatan, pendidikan, peribadatan, serta perkantoran.

Sedangkan kawasan belum terbangun dengan luas total sebesar 7.438,14 Ha atau sekitar 62,77% dari luas total Kota

Bogor, berupa situ, sungai, kolam, ruang terbuka hijau (RTH), tanah kosong Non RTH, dan lain-lain yang tidak

teridentifikasi. Kawasan belum terbangun ini didominasi oleh RTH seluas 6.088,58 Ha atau 51,38%, yang didalamnya

terdapat hutan kota, jalur hijau jalan, jalur hijau SUTET, kawasan hijau, kebun raya, lahan pertanian kota, lapangan

olah raga, sempadan sungai, TPU, taman kota, taman lingkungan, taman perkotaan, dan taman rekreasi.

Dengan kondisi geografis yang relatif lebih baik

dibandingkan dengan wilayah lainnya di kawasan Jabodetabek, maka Kota Bogor mempunyai potensi yakni

menjadi tujuan utama bermukim para pekerja di DKI Jakarta, serta tujuan wisata penduduk DKI Jakarta dan sekitarnya.

Pertumbuhan yang cepat ini harus diiringi dengan upaya mempertahankan ruang terbuka hijau seluas 30% dari luas

kota, pembangunan sumur resapan dan kolam retensi untuk meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah dan mencegah

tingginya debit drainase yang ada yang dapat menimbulkan banjir. Perkuatan kepada sempadan sungai maupun tebing

yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan bencana longsor juga penting untuk dilakukan.

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-6

Page 7: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

2.2. KONDISI EKONOMI

2.2.1. Kondisi Makro Ekonomi

Keadaan PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 untuk kurun waktu

tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 disajikan pada Gambar 2.2 berikut.

Gambar

2.2.

Perkembagan PDRB Kota Bogor Tahun 2004 –

2008

Sumber : Buku Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2008

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-7

Page 8: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Dengan melihat bahwa PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar Rp. 5.245.746,82 juta di tahun 2004

meningkat menjadi Rp. 10.089.943,96 juta di tahun 2008 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan pun

mengalami peningkatandari Rp. 3.361.438,93 juta pada tahun 2004 menjadi Rp. 4.252.821,78 juta di tahun 2008,

maka hal ini menggambarkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan riil yang

walaupun tidak terlalu besar tetapi cukup menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi bukan hanya peningkatan

yang disebabkan oleh harga yang jauh meningkat atau tingkat inflasi yang terjadi.

Gambar

2.3.

Perkembagan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota

Bogor Tahun 2004 – 2008

Buk

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-8

Page 9: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Sumber : Buku Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2008

Dari Gambar 2.3. terlihat bahwa pada tahun 2004 Laju

Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menunjukkan angka positif sebesar 25,93 persen, sebaliknya Laju

Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan hanya mencapai 6,10 persen. Hal ini seperti keadaan yang terjadi

pada saat krisis ekonomi tahun 1998 yang mana kenaikan harga cukup tinggi tetapi produk riilnya justru mengalami

penurunan dibandingkan tahun- tahun sebelumnya.

Terlihat pula bahwa setelah melalui masa krisis dan harga relatif meningkat dan stabil maka perlahan keadaan

mulai membaik dan telah terjadi peningkatan produk riil di tahun 2008 jika dibandingkan keadaan pada tahun 2004.

Kota Bogor adalah kota perdagangan dan jasa yang

ditunjukkan oleh besarnya komposisi sektor tersier terhadap nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Struktur

perekonomian Kota Bogor merupakan struktur yang didominasi oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,

Sektor Industri Pengolahan (Sub Sektor Industri non-Migas) dan Sektor Angkutan dan Komunikasi atau dengan perkataan

lain Sektor Tersier merupakan Sektor yang paling besar kontribusinya disusul Sektor Sekunder dan Sektor Primer.

Pada tabel 2.1 tersaji data PDRB Kota Bogor atas dasar harga berlaku dan atas harga dasar konstan 2000 tahun 2007-

2008.

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-9

Page 10: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Tabel

2.1.

PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2007 – 2008 (Jutaan Rupiah)

Kode

Sektor

Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB Atas Dasar Harga Konstan

2007*) 2008**) 2007*) 2008**)

1 Pertanian 20.646,37

22.265,70

12.717,26

13.121,58

2 Pertambangan & Penggalian 178,07 192,14 118,31 120,53

3 Industri pengolahan2.112.81

6,762.532.96

5,671.126.54

1,951.197.76

8,02

4Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Pengolahan

187.527,43

214.413,76

128.090,57

136.829,56

5 Bangunan506.135,

84575.020,

92288.023,

99299.804,

17

6Perdagangan, Hotel dan Restoran

3.435.868,81

3.955,080,82

1.205.111,94

1.267.518,19

7 Angkutan dan Komunikasi1.044.48

6,101.338.78

8,63394.451,

07422.723,

25

8Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

863.501,47

1.023.935,21

560.780,48

602.517,87

9 Jasa-jasa386.874,

85427.281,

09296.907,

60312.418,

61PRODUK DOMESTIK REGIONAL

BRUTO8.558.0

35,7010.089.9

43,964.012.7

43,174.252.8

21,78*) Angka Perbaikan **) Angka

SementaraSumber : Buku Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2008

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-10

Page 11: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

2.2.2. Laju Inflasi

Inflasi di Kota Bogor diukur berdasarkan Indeks harga Implisit, Indeks Harga Implisit adalah suatu indeks harga

yang menggambarkan perbandingan antara nilai produk Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan. Jadi

Indeks Harga Implisit mencerminkan tingkat Inflasi yang terjadi dalam suatu periode. Perubahan Indeks Harga Implisit

dapat dianggap lebih menggambarkan tingkat inflasi yang menyeluruh dibandingkan dengan indikator inflasi lainnya

seperti Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Indeks Sembilan Bahan Pokok. Hal ini disebabkan Indeks Harga Implisit sudah

mewakili semua jenis harga yaitu Harga Konsumen, Harga Produsen, Harga Perdagangan Besar, Harga Eceran dan

harga lainnya yang sesuai dengan berbagai jenis harga yang dipergunakan dalam penghitungan nilai produksi setiap

Sektor, sebagaimana tertuang dalam tabel 2.2 berikut.

Tabel

2.2.

Indeks Harga Implisit PDRB Kota Bogor Tahun 2004-2008 (%)

S E K T O R Tahun2004 2005 2006 2007

*)2008 **)PRIMER

Pertanian Pertambangan & Penggalian

132,92132,98126,86

141,20141,27133,97

155,36150,58141,99

162,24162,35150,51

169,59168,40159,41

SEKUNDERIndustri Pengolahan Listrik, Gas dan Air BersihBangunan

125,72

123,35120,24136,73

144,73

145,78

127,9

162,14

155,44

136,8

181,93

187,55

146,4

203,28

211,43

156,4

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-11

Page 12: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

TERSIER Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan& Jasa PerusahaanJasa-jasa

175,45222,07156,48116,52

113,48

192,09

242,42186,00126,35

118,88

210,81261,49221,45139,51

124,25

233,22285,11264,79153,98

130,30

258,91315,03317,05166,63

137,26

PDRB 156,06 173,58

191,89 213,27 237,33

*) angka perbaikan, **) angka sementara

Sumber Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2008

Pada Tabel 2.2 terlihat pada tahun 2008 telah terjadi Inflasi (Perubahan Indeks Harga Implisit) berbagai

jenis produk sebesar 11,28 persen dan nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan inflasi tahun 2007 yaitu

11,14 persen. Sektor yang mengalami inflasi terbesar adalah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar

19,73 persen, sedangkan yang terendah adalah Sektor Pertanian yaitu sebesar 3,73 persen yang dipengaruhi oleh

Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 4,76 persen, Sub Sektor Tanaman Perkebunan sebesar -0,22 persen, Sub

sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 0,001

persen dan sub sektor perikanan sebesar 3,04 persen.

2.2.3. Daya Beli Masyarakat

Indeks daya beli dihitung dari Indikator konsumsi

perkapita dan dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000. Walaupun sejak tahun 2000 – 2007 telah terjadi peningkatan,

indeks daya beli masih rendah dibandingkan indeks kesehatan dan pendidikan sebagaimana tertuang pada tabel

2.3 berikut:

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-12

Page 13: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Tabel

2.3.

Indeks Daya Beli per Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2008

KecamatanIndeks

Daya Beli

Bogor Selatan 58,94

Bogor Timur 66,94

Bogor Utara 67,33

Bogor Tengah 67,03

Bogor Barat 65,61

Tanah Sareal 67,03

Kota Bogor 65,55Sumber : Buku Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor Tahun

2008

Sedangkan Kemampuan Daya Beli

Masyarakat/Purchasing Power Parity (PPP) diukur melalui konsumsi perkapita riil, kemampuan daya beli merupakan

suatu alat ukur yang menggambarkan tingkat keberdayaan masyarakat didalam memenuhi kebutuhan hidup sesuai

dengan konsumsi riilnya, tanpa memperhatikan asal atau sumber penerimaannya apakah berupa pemberian atau hasil

pendapatannya.

Berdasarkan hasil Susenas diperoleh kemampuan daya beli masyarakat (PPP) tahun 2008 sebesar Rp. 643.650,

sehingga diperoleh indeks konsumsi per kapita Kota Bogor tahun 2008 yaitu 65,55 persen. Dilihat dari aspek

pengeluaran per kapitanya, persentase terbesar dari pengeluaran per kapita sebulan penduduk Kota Bogor berada

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-13

Page 14: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

pada kisaran golongan pengeluaran Rp. 300.000,- sampai Rp. 499.999,-. Dari jumlah penduduk kota Bogor sebesar 87,61 %

termasuk dalam golongan pengeluaran lebih besar dari Rp. 300.000,-.

2.2.4. Perkembangan Nilai Ekspor Kota Bogor

Perkembangan realisasi ekspor dari tahun 2008 dari Kota Bogor yakni menjadi sebesar US$ 128.348.623,3. Dari

komoditas ekspor untuk non migas yang relatif stabil adalah meubel akar, batu taman, relief table, tanaman hias, pakaian

jadi, minuman diet, ikan hias, furniture, tekstil, bordiran, ban dan boneka. Dari segi nilai ekspor, komoditas terbesar adalah

garmen sebesar US $ 69.972.739,29, komoditas ban dengan nilai sebesar US$ 38.262.210, komoditas furniture sebesar

US$ 63.254.20, serta komoditas tekstil senilai US$ 6.524.320, sebagaimana tertuang pada gambar 2.4. Komoditas ini

diusahakan oleh perusahaan-perusahaan besar yang mempunyai lisensi dari perusahaan asing.

Struktur ekspor tersebut menunjukkan bahwa peran

utama masih berada pada pengusaha besar. Oleh karena itu pengembangan industri-industri kreatif lain yang bernilai

ekspor dari usaha mikro kecil dan menengah, yang tetap menyerap tenaga kerja lokal Kota Bogor agar perputaran

uang dapat beredar sebanyak mungkin di Kota Bogor.

Tantangan aspek ekspor di Kota Bogor adalah :a. Peningkatan kualitas produk industri kecil sesuai dengan

standar permintaan pasar

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-14

Page 15: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

b. Peningkatan efisiensi dalam produksi industri kecil c. Peningkatan diversifikasi produk industri kecil

d. Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi e. Peningkatan pemasaran hasil-hasil UKM

f. Peningkatan pengawasan distribusi dan kualitas barang

Gambar

2.4.

Jumlah Realisasi Ekspor Non Migas Di Kota Bogor 2006 – 2008 (US $)

Sumber : Dinas Perindagkop Kota Bogor & Bogor Dalam Angka

2008

2.2.5. Kepariwisataan

Saat ini daya tarik utama kepariwisataan Kota Bogor

adalah Kebun Raya Bogor yang menjadi icon Kota Bogor. Kebun Raya merupakan salah satu world heritage, yang

menarik banyak kunjungan wisatawan baik lokal maupun

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-15

Page 16: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

mancanegara, baik untuk menikmati keindahan, kesejukan taman maupun menambah pengetahuan tentang koleksi

tanaman yang dimiliki Kebun Raya. Selama tahun 2008 tercatat 810.912 pengunjung, sebagaimana tertuang pada

tabel 2.4 dan diperoleh hasil penjualan karcis sebesar Rp. 7.469.610.000. Pola yang terjadi adalah setelah mengunjungi

Kebun Raya Bogor, wisatawan menikmati wisata kuliner yang tersebar di Kawasan Jalan Raya Pajajaran dan Jalan

Suryakencana serta wisata belanja khususnya kerajinan tas di Kawasan Jalan Tajur dan Katulampa serta pakaian (factory

outlet) di Kawasan Jalan Raya Pajajaran. Adanya atraksi baru yakni wisata air berupa waterboom yang dikembangkan oleh

beberapa pengembang perumahan, juga menarik banyak pengunjung ke Kota Bogor.

Pola wisata ini merupakan peluang bagi masyarakat

Kota Bogor untuk mengembangkan atraksi-atraksi lain yang dapat menarik wisatawan, sehingga Kota Bogor dapat

menjadi one stop tourism. Atraksi baru yang dikembangkan diharapkan dapat memperpanjang waktu lebih lama tinggal.

Atraksi tersebut seyogyanya melibatkan masyarakat lokal agar adanya penyerapan tenaga kerja yang mempunyai

dampak multiplier bagi perekonomian Kota Bogor.

Wisata konvensi sudah mulai tumbuh yakni Kota Bogor menjadi tempat untuk rapat-rapat berbagai

perusahaan atau instansi sehingga wisatawan tinggal lebih lama di Kota Bogor. Dukungan prasarana yang berkualitas

seperti kualitas infrastruktur serta dekorasi kota merupakan daya tarik Kota Bogor. Selain itu attraction yang berupa daya

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-16

Page 17: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

tarik alam, budaya dan buatan serta amenity berupa sarana pendukung seperti hotel, restoran, pelayanan rumah sakit,

keamanan, perbankan yang telah dimiliki Kota Bogor perlu ditingkatkan kualitasnya.

Tantangan aspek pariwisata adalah :

a. Peningkatan promosi pariwisata melalui berbagai mediab. Peningkatan kualitas pelaku pariwisata

c. Peningkatan sadar wisata masyarakat d. Peningkatan fasilitasi pengembangan atraksi pariwisata

Tabel

2.4.

Data Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Kota Bogor Tahun 2008

No

Obyek WisataJenis

Wisatawan

JUMLAH

1. Kebun Raya Bogor Nusantara 797,34

4

Mancaneg

ara 13,56

8

Jumlah 810,9

12

2. Istana Bogor Nusantara 129,5

63

Mancaneg

ara 5

8

Jumlah 129,6

21

3. Prasasti Batutulis Nusantara 2

98

Mancaneg

ara

13

Jumlah 3

11

4.Plaza Kapt Muslihat Nusantara

167,768

Mancaneg -

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-17

Page 18: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

No

Obyek WisataJenis

Wisatawan

JUMLAH

ara

Jumlah 167,7

68

5. Museum Zoologi Nusantara 133,9

77

Mancaneg

ara

31

6.Museum Etnobotani Nusantara

14,235

Jumlah 14,2

35

7. Museum PETA Nusantara 12,4

22

Jumlah 12,4

22

Mancaneg

ara -

Jumlah

-

8. Situ Gede Nusantara 3,5

00

Mancaneg

ara -

Jumlah 3,5

00

Nusantara1,267,8

50

JUMLAHMancaneg

ara 13,7

44

Jumlah1,281,5

94 Sumber : Bogor Dalam Angka 2008

2.2.6. Kondisi Investasi

Perkembangan investasi di Kota Bogor ditunjukkan dengan perkembangan jumlah penerbitan tanda daftar

perusahaan, pada tahun 2004 sampai dengan Mei 2008 telah terdaftar sebanyak 3.333 perusahaan. Dari jumlah tersebut,

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-18

Page 19: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

sebanyak 44,64% didominasi oleh perusahaan perorangan, sedangkan koperasi hanya 2,04% saja, sebagaimana

tertuang pada tabel 2.5 berikut:

Tabel

2.5.

Jumlah Penerbitan Tanda Daftar Perusahaan di Kota Bogor Tahun 2004 - 2008

No.

Uraian 2004

2005

2006 2007

2008

Jumlah

1 Perusahaan Terbatas (PT) 114 148 157 258 118 7952 Perusahaan Komanditer

(CV) 162 162 189 294 163 970

3 Perusahaan Perorangan (PO) 227 361 298 415 187 1.488

4 Koperasi 12 14 15 21 6 685 Badan Usaha Lain - - 1 2 9 12

Jumlah 515 685 66099

048

3 3.333

Sumber : Dinas Perindagkop Kota Bogor

Investasi perdagangan mengalami kenaikan dari 2004 sampai 2008 yakni rata-rata sebesar 19% seperti tertuang

dalam Tabel 2.6. Namun, laju kenaikan per tahun, menurun dari 33% menjadi 4 %. Jumlah perusahaan perdagangan pun

meningkat yang dilihat dari jumlah perusahaan yang mempunyai SIUP. Proporsi perusahaan perdagangan besar,

menengah dan kecil masing-masing sebesasr 3,01%, 13,74% dan 83,25% .

Tabel

2.6.

Jumlah Perusahaan Perdagangan Berdasarkan SIUP,Nilai Investasi dan Jumlah Tenaga Kerja di Kota Bogor Tahun 2004 – 2008

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-19

Page 20: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

TahunPerdagan

gan Besar

Perdagangan

Menengah

Perdagangan Kecil

Investasi (Rp)

Tenaga Kerja

2004 195 993 5.882112.665.18

5.000 30.200

2005 222 1.067 6.419149.890.28

5.000 33.900

2006 249 1.144 6.952191.009.83

5.000 36.400

2007 284 1.216 7.467210.400.00

0.000 39.132

2008 303 1.258 7.720218.479.23

5.000 40.270

Sumber : Dinas Perindagkop Kota Bogor

Tabel

2.7.

Jumlah Perusahaan Perdagangan Berdasarkan Penerbitan (SIUP) Di Kota Bogor Tahun 2002/2003 - 2008/2009

Jenis Perdaga

ngan

2002/

2003

2003/

2004

2004/

2005

2005/

2006

2006/

2007

2007/

2008

2008/

2009

Jumlah

Perdagangan Besar

178 188 222 233 249 284 311 1,665

Perdagangan Menengah

885 912 1,067 1,101 1,144 1,216 1,275 7,600

Perdagangan Kecil 4,766 5,114 6,419 6,683 6,952 7,467 7,874

45,275

Investasi di bidang perdagangan masih didominasi oleh perdagangan Besar bernilai Rp 46.480.000.000,

sebanyak 311 perusahaan pada tahun 2008. Nilai investasi perdagangan kecil, baru mencapai Rp 34.796.285.000,

sebanyak 7,874 perusahaan sebagaimana tertuang pada Tabel 2.7 diatas.

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-20

Page 21: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Pedagang kaki lima tersebar di sekitar tempat-tempat

ramai oleh pejalan kaki atau jalur angkutan kota seperti pada sejumlah jalan utama, sekitar pasar-pasar tradisional,

terminal, jalur hijau dan stasiun. Pada tahun 2007, sebanyak 7.782 Pedagang Kaki Lima beroperasi di 51 titik lokasi di

wilayah Kota Bogor sehingga menimbulkan masalah lalu lintas dan mengurangi keindahan kota. Pasar-pasar

tradisional yang di sekitarnya terdapat pedagang kaki lima adalah Pasar Anyar, Pasar Bogor, Pasar Kemang, Pasar

Gunung Batu, Pasar Pamoyanan, Pasar Mekarwangi, Pasar Bubulak.

2.3. KONDISI SOSIAL BUDAYA

2.3.1. Kependudukan

Jumlah penduduk Kota Bogor terus mengalami pertumbuhan sehingga menimbulkan tingkat kepadatan yang

makin tinggi pula. Pertumbuhan rata-rata selama kurun waktu 11 tahun terakhir adalah 2,83 %. Angka pertumbuhan

penduduk ini, dipengaruhi oleh faktor alamiah (kelahiran dan kematian) dan faktor migrasi masuk dan keluar (Tabel 2.8).

Pertumbuhan tinggi terjadi di daerah-daerah perkembangan baru seperti di Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Tanah

Sareal, dan Kecamatan Bogor Selatan. Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Bogor Timur cenderung menurun,

sedangkan di Kecamatan Bogor Tengah sangat rendah dan Kecamatan Bogor Barat stabil.

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-21

Page 22: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Tabel

2.8.

Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor 1995 ─

2007

No Kecamatan

Pertumbuhan Penduduk (%)

1995 2000─ 2000 2006─ 1995 200─ 7

1 Bogor Utara 2,34 5,93 4,30

2 Bogor Barat 2,74 2,98 2,88

3 Bogor Timur 3,11 2,45 2,75

4 Bogor Selatan 2,14 3,90 3,10

5 Bogor Tengah 0,18 0,56 0,39

6 Tanah Sareal 1,59 4,88 3,38

Kota Bogor 1,99 3,52 2,83

Sumber : Hasil Analisis RTRW Tahun 2010-2029

Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2008 adalah 942,204 jiwa, dengan luas wilayah 118,50 km2 kepadatan

penduduk Kota Bogor Tahun 2008 adalah 7.951 jiwa/km2, dengan kategori kepadatan Rendah. Kecamatan Bogor

Tengah merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 13.770 jiwa/km2. Sedangkan, kepadatan

penduduk Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Selatan, dan

Kecamatan Tanah Sareal memiliki kategori kepadatan Rendah sampai Sedang, sebagaimana tertuang pada tabel

2.9 berikut.

Tabel 2.9. Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kota

Bogor 2008No Kecamatan Jumlah

PendudukSebaran

(% )Kepadata

n Kategori Kepadata

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-22

Page 23: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Tabel 2.9. Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kota

Bogor 2008

(Jiwa)Penduduk (Jiwa/Km2

)n

1 Bogor Utara 166,245 17.64 9,382 sedang2 Bogor Barat 205,123 21.77 6,244 rendah3 Bogor Timur 94,329 10.01 9,293 sedang

4 Bogor Selatan

179,49419.05

5,826 rendah

5 Bogor Tengah

111,952.0011.88

13,770 tinggi

6 Tanah Sareal 185,061 19.64 9,823 sedangKota Bogor 942.204 100.00 54.338

Sumber : Bogor Dalam Angka 2007 dan Hasil Analisis 2008.

Keterangan : Tinggi : > 12,000 jiwa/km2

Sedang : 8,000 ─ 12,000 jiwa/km2

Rendah : < 8,000 jiwa/km2

2.3.2. Pendidikan

Angka melek huruf (AMH) penduduk Kota Bogor sudah

sangat baik dan terus mengalami peningkatan sebesar 98,92% pada tahun 2005 yang terus membaik pada tahun

2006, dan 2007 masing-masing menjadi 99,10 % serta 99,28 %.

Tabel

2.10.

Angka Melek Huruf (AMH) per Kecamatan di

Kota Bogor

Tahun 2000 – 2007

Kecamatan 2000

2001

2002

2003

2004

2005 2006 2007

1. Bogor Selatan

96,99

97 97,01

97,31

98,11

98,52

98,70

98,88

2. Bogor Timur

97,61

97,62

97,63

97,93

98,74

99,15

99,33

99,51

3. Bogor 97,1 97,1 97,1 97,4 98,2 98,6 98,8 99,02

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-23

Page 24: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Tabel

2.10.

Angka Melek Huruf (AMH) per Kecamatan di

Kota Bogor

Tahun 2000 – 2007Utara 2 3 4 4 5 6 44. Bogor Tengah

97,75

97,94

97,95

98,25

99,07

99,48

99,66 99,84

5. Bogor Barat

97,06

97,76

97,77

98,07

98,89

99,30

99,48 99,66

6. Tanah Sareal

97,38

97,07

97,08

97,38

98,19

98,60

98,78 98,96

Kota Bogor97,3

897,3

9 97,4 97,798,5

198,9

2 99,199,2

8Sumber : Rencana Induk Pembangunan Pendidikan Kota Bogor tahun 2009

Pada tahun 2007 AMH di seluruh Kecamatan di Kota

Bogor sudah lebih dari 99 persen. Penyebaran dalam kurun waktu tahun 2000 – 2007 adalah Kecamatan Bogor Tengah

yakni 99,84 %, dan AMH terendah adalah Kecamatan Bogor Selatan.

Indikator yang digunakan untuk melihat

pembangunan sektor pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Rata-rata Murni (APM), Rata-rata Lama

Sekolah (RLS), Rasio Murid terhadap Sekolah(RMS), rasio murid terhadap kelas, dan rasio murid terhadap guru. APK

untuk SD adalah 115,65, SMP adalah 104,92, dan SMA adalah 113,66. APM untuk SD adalah 86,54, SMP adalah 76,75, dan

SMA adalah 78,34.

RLS pada tahun 2007 adalah 9.74 tahun meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini setara dengan SMA

tahun pertama. Distribusi RLS antar kecamatan di kota

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-24

Page 25: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Bogor berbeda, sebagaimana tertuang pada tabel 2.11 berikut.

Tabel

2.11.

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) per Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2000 – 2007

Kecamatan 2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

1. Bogor Selatan 8,56 8,67 8,73 8,74 8,78 8,80 8,83 8,852. Bogor Timur 9,43 9,55 9,62 9,63 9,67 9,70 9,73 9,76

3. Bogor Utara 9,73 9,85 9,92 9,93 9,97 10,00

10,03

10,06

4. Bogor Tengah 9,90 10,03

10,10

10,11

10,15

10,18

10,21

10,24

5. Bogor Barat 9,84 9,97 10,04

10,05

10,09

10,12

10,15

10,18

6. Tanah Sareal 9,06 9,18 9,24 9,25 9,29 9,31 9,34 9,37

Kota Bogor 9,41

9,53 9,60 9,61 9,65 9,68 9,71 9,74

Sumber : Rencana Induk Pembangunan Pendidikan Kota Bogor tahun 2009

RMS diperoleh dengan membandingkan jumlah murid dengan jumlah sekolah pada suatu jenjang pendidikan

tertentu baik Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan

sebagaimana tertuang pada tabel 2.12. Hal ini menandakan bahwa tingkat kepadatan sekolah di Kota Bogor makin tinggi,

sehingga upaya penanganannya lebih dipusatkan pada peningkatan daya tampung setiap sekolah.

Tabel

2.12.

Perkembangan Rasio Murid Terhadap Sekolah (RMS) Di Kota Bogor Tahun 2000 - 2007

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-25

Page 26: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

.

Tingkat 2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

SD 257

299

365

319

325

328

329

330

SMP – UMUM

424

393

476

434

526

581

646

711

SMA-UMUM

692

658

789

755

588

507

570

585

Sumber : Rencana Induk Pembangunan Pendidikan tahun 2009

RMS di tiga jenjang menunjukkan perbedaan antar

kecamatan. Jumlah murid tertinggi untuk tingkat SD berada di Kecamatan Tanah Sareal yaitu 376.50 dan terendah

berada pada Kecamatan Bogor Barat yaitu 280.26. Untuk tingkat SMP tertinggi pada Kecamatan Tanah Sareal yaitu

1110.65 dan terendah Kecamatan Bogor Timur 311.64 dan untuk tingkat SMA tertinggi pada Kecamatan Bogor Utara

986.41 dan terendah di Kecamatan Bogor Selatan hanya 319.79 sebagaimana tertuang pada tabel 2.13 berikut.

Tabel

2.13.

Rasio Murid Terhadap Sekolah di Kota Bogor

Tahun 2007Kecamatan RMS SD RMS SMP RMS SMA

1. Bogor Selatan 348,54 515,85 319,79

2. Bogor Timur 306,12 311,64 669,72

3. Bogor Utara 293,65 629,34 986,41

4. Bogor Tengah 374,94 1060,04 557,61

5. Bogor Barat 280,26 638,49 524,29

6. Tanah Sareal 376,50 1110,65 452,18

Rata-Rata 330,00 711,00 585,00Sumber : Rencana Induk Pembangunan Pendidikan tahun 2009

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-26

Page 27: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Rasio murid terhadap guru digunakan untuk menggambarkan beban kerja guru dalam mengajar serta

untuk melihat tingkat mutu pengajaran di kelas, karena semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin kurang tingkat

pengawasan atau perhatian guru terhadap murid, sehingga mutu pengajaran cenderung semakin rendah. Rasio murid

dengan guru tahun 2007 untuk tingkat pendidikan SD ternyata paling besar berada di Kecamatan Tanah Sareal

yaitu 31,01 yang berarti untuk setiap guru harus mengawasi 31 murid, dan rasio yang terkecil berada di Kecamatan Bogor

Selatan yaitu 19,14 yang berarti setiap guru harus mengawasi 19 orang murid, sebagaimana tertuang pada

tabel 2.14 berikut:

Tabel 2.14. Rasio Murid Terhadap Guru di

Kota Bogor Tahun 2007Kecamatan RMG SD RMG SMP RMG SMA

1, Bogor Selatan 26,79 8,28 13,43

2, Bogor Timur 31,01 12,87 10,373, Bogor Utara 19,14 7,90 11,324, Bogor Tengah 29,12 16,06 14,38

5, Bogor Barat 29,23 18,01 19,426, Tanah Sareal 23,48 13,50 12,96

Sumber : Rencana Induk Pembangunan Pendidikan Kota Bogor

tahun 2009

Dari kualitas pengajar, latar belakang pendidikan guru untuk SD terbanyak adalah DII (51%), dan S1 Keguruan

sebesar 17%. Kualitas guru layak mengajar sebanyak 72%,

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-27

Page 28: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

semi layak mengajar sebesar 5% sedangkan tidak layak mengajar sebanyak 23%. Untuk jenjang SMP latar belakang

pendidikan terbanyak adalah S1 Keguruan sebesar 51 % dan S2 sebanyak 1%. Kualitas guru layak mengajar sebanyak

61%, semi layak mengajar sebesar 21% sedangkan tidak layak mengajar sebanyak 18%. Untuk jenjang SMA latar

belakang pendidikan terbanyak adalah S1 Keguruan sebesar 60 % dan S2 sebanyak 6%. Kualitas guru layak mengajar

sebanyak 63%, semi layak mengajar sebesar 20% sedangkan tidak layak mengajar sebanyak 17% sebagaimana tertuang

pada tabel 2.15 berikut:

Tabel 2.15.

Data Pokok Pendidikan Kota Bogor Tahun Ajaran 2007/2008

No

Variabel SD MISD +MI

SMPMTs

SLTP+MTs

SMA

SMK

MASM +

MA

1Guru Menurut Ijazah (GI) :

SMA Keguruan 529 62 591 75 26 101 17 31 11 59SMA Non Keguruan 217 94 311 69 31 100 17 28 2 47D-1 55 15 162 21 183 12 16 1 29 70

D-II 2.015

134 132 39 171 26 26 8 60 2.149

D-III Keguruan 89 13 102 257 22 279 95 191 3 289D-III Non Keguruan 53 7 60 142 12 154 61 93 10 164

S-I Keguruan 678 70 748 1.386

212 1.598

1.094

979 201 2.274

S-I Non. Keguruan 147 13 160 382 133 515 281 410 73 764S-2 7 0 26 7 33 44 48 4 96 7

2 Kelayakan Mengajar (GL) :

Guru Layak Mengajar

774 83 857 1.669

241 1.910

1.138

1.027

205 2.370

Semi Layak Mengajar

200 20 220 524 145 669 281 410 73 764

Tidak Layak Mengajar

2.816

305 3.121 438 117 555 228 385 35 648

3 Mengulang 1.858

130 1.988 54 143 197 91 28 208 327

Putus Sekolah 102 26 128 277 59 336 130 204 21 355Lulusan 14.4 921 15.36 12.2 1.1 13.4 7.1 7.3 785 15.2

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-28

Page 29: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

No

Variabel SD MISD +MI

SMPMTs

SLTP+MTs

SMA

SMK

MASM +

MA47 8 84 19 03 22 71 78

4 Rata-rata NEM Lulusan

6,31 5,62

6,02 6,12

4,89

5,10

5,06

5 Angka Mengulang 1,87 1,65

1,86 0,44 2,79

1,43 1,19

0,37

29,37

20,76

6 Angka Putus Sekolah

0,10 0,33

0,12 22,56

38,39

24,33

1,70

2,78

2,96

2,25

7 Angka Lulusan 95,90

94,94

95,84 100 72,80

97,05

93,51

99,29

100 97,02

Sumber : Rencana Induk Pembangunan Pendidikan Kota Bogor tahun

2009

Tantangan aspek pendidikan adalah :a. Peningkatan penyelenggaraan wajib belajar 12 tahun

(gratis)b. Peningkatan kualitas sarana prasarana pendidikan

termasuk daya tampung sekolah c. Peningkatan mutu kurikulum dan kualitas sekolah

d. Peningkatan kualitas peserta didik e. Peningkatan keterjangkauan pendidikan oleh masyarakat

miskin f. Peningkatan kualitas dan profesionalisme tenaga

pengajar g. Peningkatan sarana prasarana perpustakaan

h. Peningkatan link and match sekolah kejuruan dengan dunia usaha

2.3.3. Kesehatan

Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat dijadikan gambaran perkembangan derajat

kesehatan masyarakat. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-29

Page 30: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada

umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survai dan penelitian.

Gambaran perkembangan terakhir mengenai data

kematian bayi di Kota Bogor dapat dilihat dari Gambar 2.5 berikut :

Gambar 2.5.

Jumlah Kasus Kematian Bayi dari tahun 2000 - 2008

Gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi selama 9 tahun mengalami naik turun, pada tahun 2005

jumlah kematian bayi paling rendah sebanyak 16 kasus yang tercatat, tetapi pada tahun 2006 terjadi kenaikan yang

sangat tajam, kematian bayi menjadi 57 kasus dan pada tahun 2008 terjadi 95 kasus kematian bayi. Jumlah Kematian

bayi setiap tahun diperoleh dari laporan kematian yang didapatkan baik dari masyarakat maupun pelayanan

kesehatan. Pada tabel 2.16 dan tabel 2.17 berikut tertuang

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-30

Page 31: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

data distribusi kematian bayi menurut penyebab kematian tahun 2008 dan data kematian bayi menurut penyebab di

Kota Bogor Tahun 2004-2008

Tabel 2.16.

Distribusi Kematian Bayi menurut Penyebab Kematian Tahun 2008

No

Penyebab Jumlah %

1 BBLR 26 27,37

2 Asfiksia 22 23,16

3 Tetanus 1 1,05

4 Ispa 4 4,21

5 Diare 2 2,11

6 Infeksi 6 6,32

7 Mslh Laktasi 1 1,05

8 Lain-lain 33 34,74

Total 95 Sumber : Kesga tahun 2008

Tabel 2.17.

Kematian Ibu menurut Penyebab Kematian 2004 - 2008

PENYEBABTahun

2004

2005

2006 2007 2008

Eklamsia Berat

1 2 5 2 2

Perdarahan 1 0 5 2 1

Ruptura Uteri 0 0 0 0 0

Sakit Jantung 0 0 2 0 0

Kelainan Darah

0 0 0 0 0

Atonia Uteri 0 0 0 0 0

Partus lama 0 2 0 0 0

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-31

Page 32: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Infeksi 0 2 1 1 2

Dehidrasi 0 0 0 0 0

Emboli air ketuban

0 0 1 0 0

Lain-Lain 0 4 0 2 3

JUMLAH 2 10 14 7 8

Sumber : Laporan Audit Maternal Puskesmas, tahun 2004 - 2008

Dari sepuluh penyakit utama yang ditemukan di

Puskesmas, ISPA merupakan penyakit dengan persentasi tertinggi yaitu sebesar 41,99% dibandingkan penyakit

lainnya. Jika dilihat menurut kelompok umur maka penyakit ini juga merupakan penyakit dengan persentase tertinggi di

kota Bogor pada tahun 2008, sebagaimana tertuang pada tabel 2.18 berikut:

Tabel 2.18.

Sepuluh Penyakit Utama Yang dirawat Jalan di Puskesmas Untuk Golongan Umur 5 – 64 Tahun Di Kota Bogor 2008

No Nama Penyakit %1 Hipertensi Primer (Esensial) 20,42 Penyakit infeksi saluran Pernafasan Atas Akut tidak spesifik 17,83 Myalgia 10,64 Tukak Lambung 9,15 Penyakit Gusi dan Periodontal 9,06 Sakit Kepala 1,07 Penyakit pulpa dan jaringan Periapikal 1,08 Gastroduodenitis tidak spesifik 6,49 Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) 6,210 Influenza 5,7

Jumlah100,0

Sumber: Laporan Lb1 Puskesmas, Tahun 2008

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-32

Page 33: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Berdasarkan tabel 2.18 diatas menunjukan bahwa penyakit utama pada kelompok umur 5 – 64 tahun adalah

Hipertensi (20,4%). Hal ini mungkin karena hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang sangat dipengaruhi

oleh faktor umur dan gaya hidup yang kurang sehat seperti makanan dan aktifitas olah raga.

Incident Rate DBD kota Bogor selama tahun 2008

yaitu sebesar 0,14. Artinya ada sebanyak 1.344 jiwa dari 955.788 penduduk Kota Bogor terjangkit DBD. Kasus tertinggi

terjadi di Kecamatan Bogor Utara dan Bogor Barat (22.2 %) sebagaimana tersaji pada gambar 2.6. Hal ini mungkin

berkaitan dengan tingginya tingkat kepadatan penduduk dan masih rendahnya kesadaran penduduk tentang kebersihan

lingkungan, sehingga pengendalian vektor belum dapat dilakukan dengan baik.

Pada tahun 2008 kasus DBD sebanyak 1344 jiwa yang

meninggal sebanyak 9 orang hal ini menurun dibandingkan pada tahun 2007 sebanyak 10 orang dari 1807 kasus. Hal ini

menunjukkan adanya upaya – upaya untuk mengurangi berjangkitnya demam berdarah di masyarakat seperti

melakukan PSN dan selalu menjaga kebersihan lingkungan.

Gambar 2.6.

Distribusi Penderita Demam Berdarah Dengue menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2008

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-33

Page 34: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Gambar 2.7.

Prevalensi Gizi Kurang dan Buruk pada Balita menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2004 - 2008

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-34

Page 35: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Sumber: Seksi Gizi ,Bid.Kesga, Dinas Kesehatan Kota Bogor

2008

Berdasarkan Gambar 2.7 di atas diketahui bahwa persentase balita gizi kurang selama empat tahun terakhir

terus mengalami penurunan. Sedangkan persentase gizi buruk relatif stabil. Balita dengan status gizi buruk seringkali

menderita penyakit lain yang dapat memperburuk status gizinya seperti penyakit TBC. Jika dibandingkan dengan

prevalensi gizi buruk di Jawa Barat maka di kota Bogor pada tahun 2008 prevalensinya lebih tinggi yaitu sebesar 0,43%.

(Profil kesehatan Jawa Barat Tahun 2006 prevalensi gizi buruk sebesar 1,08%).

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-35

Page 36: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Gambar 2.8.

Distribusi Status Gizi Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2008

Sumber : Seksi gizi ,tahun 2008

Pada gambar 2.8 di atas terlihat bahwa masih banyaknya kasus gizi buruk di Kota Bogor, tertinggi di

kecamatan Bogor Selatan sebanyak 0,54% diikuti kecamatan Bogor Tengah 0,50% dan yang paling sedikit di kecamatan

Tanah sareal 0,12%. Kasus gizi kurang pada balita sebanyak 6,02%, terbanyak ditemukan di kecamatan Bogor Timur

sebanyak 7,51% , kemudian di kecamatan Bogor Barat 6,77% dan yang paling sedikit ditemukan di kecamatan Tanah

Sareal 4,43% Sedangkan jumlah balita gizi baik terbanyak di kecamatan Bogor timur sebanyak 77,52%, kemudian di

kecamatan Bogor Barat 75,11% dan balita gizi baik paling sedikit di kecamatan Bogor Selatan sebanyak 54,79%.

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-36

Page 37: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Sarana dan prasarana sanitasi belum mampu menopang kesehatan masyarakat Kota Bogor secara

keseluruhan. Jamban memiliki peranan cukup signifikan dalam kesehatan masyarakat. Rumah yang memiliki jamban

keluarga hanya 74,13%. Ini berarti masih sangat banyak masyarakat yang menggunakan sungai sebagai pengganti

jamban. Rumah yang memiliki sarana air bersih adalah 91,43%. Upaya meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat

masih perlu mendapat perhatian pada dua hal tersebut.

Program promosi kesehatan lainnya yang dilaksanakan Pemerintah Kota Bogor adalah bekerjasama

dengan LSM yakni Plan Indonesia melalui kegiatan FRESH (Focussing Resources on Effective School Heatlh) bertujuan

untuk meningkatkan efektifitas PHBS di sekolah melalui suatu pendekatan “Anak untuk Anak” atau Sekolah Ramah Anak.

Sejak tahun 2004 Pemerintah Kota Bogor menaruh

perhatian khusus tentang bahaya merokok dalam upaya mewujudkan PHBS di masyarakat. Dalam implementasinya

Pemerintah Kota Bogor telah menetapkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa

Rokok (KTR) pada tanggal 21 Desember 2009.

Pemerintah Kota Bogor telah memberikan

penghargaan penerapan KTR terbaik terhadap Mall Ekalokasari, SMAN 4, RS Salak, dan Harian Radar Bogor. Atas

penerapan KTR di Kota Bogor, pada tahun 2006 Walikota Bogor mendapatkan penghargaan Manggala Karya Bhakti

Husada Arutala sebagai instansi pelopor pelaksana KTR di

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-37

Page 38: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Kota Bogor dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Kota Bogor kini menjadi salah satu model penerapan KTR tingkat

Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Tantangan aspek kesehatan adalah :

a. Peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin

b. Peningkatan pencegahan terhadap penyakit menular dan tidak menular

c. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana serta layanan kesehatan

d. Peningkatan kesehatan ibu dan anak e. Peningkatan peran serta masyarakan dalam kesehatan

f. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam ber-KBg. Peningkatan keterjangkauan masyarakat dalam

mendapatkan alat kontrasepsi

2.3.4. Keagamaan

Jumlah terbesar penganut agama di Kota Bogor

adalah Agama Islam sebanyak 92.76 % yang mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 jumlah

penduduk yang beragama Islam adalah 729,083 jiwa. Penganut Agama Katolik terbanyak berada pada Kecamatan

Bogor Timur (6,782 jiwa), Protestan terbanyak berada di Kecamatan Bogor Tengah (5,137 jiwa), Hindu terbanyak

berada di Kecamatan Bogor Utara (1,329 jiwa) sedangkan Budha terbanyak berada di Kecamatan Bogor Tengah (1,989

jiwa). Jumlah penduduk menurut agama di Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 2.9.

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-38

Page 39: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Gambar 2.9.

Jumlah Penduduk berdasarkan Agama di Kota Bogor 2008

Sumber: Bogor Dalam Angka 2008

2.3.5. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial dapat diindikasikan oleh banyaknya penyandang masalah kesejahteraan sosial

(PMKS). Pada tahun 2008, banyaknya PMKS berdasarkan pendataan adalah 26.957 orang tersebar di 6 kecamatan.

PMKS terbanyak terdapat di Kecamatan Tanah Sareal yaitu sebanyak 7.278 orang atau 27%, sedangkan jumlah PMKS

paling sedikit terdapat di Kecamatan Bogor Tengah yaitu

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-39

Page 40: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

sebanyak 2.523 orang atau 9,36%. Di tingkat Kelurahan PMKS terbanyak terdapat di Kelurahan Sukasari (Kecamatan

Bogor Timur) yaitu sebanyak 1.250 orang atau 4,64% dan Kelurahan Balumbang Jaya sebanyak 1.046 orang atau

3,88%, sedangkan jumlah PMKS terendah terdapat di Kelurahan Tegallega sebanyak 41 orang atau 0,15%

sebagaimana tercantum pada tabel 2.19 dan gambar 2.10. Jenis PMKS terbanyak adalah keluarga fakir miskin (52,02%).

Kemudian disusul oleh wanita rawan sosial ekonomi, dan lanjut usia terlantar. Ketiga jenis PMKS inilah yang akan

menjadi sasaran intervensi program kesejahteraan sosial di Kota Bogor.

Tabel 2.19.

Jenis PMKS Tahun 2008

Kode Jenis PMKS Persentase

F18 Keluarga fakir miskin 52.02F7 Wanita rawan social ekonomi 14.85F9 Lanjut usia terlantar 8.30

F19 Keluraga berumah tidak layak huni 4.75F2 Anak terlantar 4.62

F11 Penyandang cacat 4.27

F22 Masyarakat tinggal di daerah rawan bencana

3.12

F5 Anak jalanan 1.96F6 Anak cacat 1.81

F12 Penyandang cacat bekas penderita 1.22F1 Anak balita terlandar 0.70

F14 Pengemis 0.40F16 Bekas narapidana 0.37F20 Keluarga bermasalahan social psikologis 0.37F23 Korban bencana alam 0.36F17 Korban penyalahgunaan napza 0.35F13 Tuna susila 0.34F27 Keluarga rentan 0.31F4 Anak nakal 0.24

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-40

Page 41: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Kode Jenis PMKSPersenta

seF15 Gelandangan 0.11F3 Anak yang menjadi korban tindak kekerasan 0.09

F8Wanita korban tindak kekerasan diperlakukan salah 0.06

F21 Komunitas adapt terpencil 0.05F26 Penyandang HIV/AIDS 0.01F25 Pekerja migrant 0.00F24 Korban bencana social 0.00F10 Lanjut usia korban tindak kekeraasn 0.00

Sumber : Disnakersos Kota Bogor

Gambar 2.10.

Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial Kota Bogor Tahun 2008

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-41

Page 42: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

190

1,2

46

23 64

528

488

4,0

04

17

2,2

38

-

1,1

52

330

92 109

29 101

95

14,

02

3

1,2

81

99

13

842

97 - - 2 84

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

F1

F2

F3

F4

F5

F6

F7

F8

F9

F1

0

F1

1

F1

2

F1

3

F1

4

F1

5

F1

6

F1

7

F1

8

F1

9

F2

0

F21

F22

F2

3

F24

F25

F26

F27

Sumber : Disnakersos Kota Bogor

Tantangan aspek kesejahteraan sosial meliputi :a. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pekerja sosial

dalam penanganan PMKSb. Peningkatan ketersediaan sarana penanganan PMKS

c. Peningkatan pengawasan PMKSd. Peningkatan pembinaan organisasi/lembaga keagamaan

2.3.6. Ketenagakerjaan

TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) yang merupakan ukuran produktivitas penduduk pada Tahun 2008

mencapai 55,83 %. Angka ini memberi gambaran bahwa setiap orang menanggung lebih dari dua orang termasuk

dirinya. Peningkatan TPAK hanya dapat dilakukan bila angka

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-42

Page 43: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

pengangguran yang direpresentasikan sebagai pencari kerja dapat ditekan dengan menyediakan lapangan kerja baru.

Pada tabel 2.20 berikut tertuang data perkiraan indikator utama ketenaga kerjaan Kota Bogor.

Tabel 2.20

Perkiraan Indikator Utama Ketenagakerjaan Kota Bogor Tahun 2006 - 2008

Indikator UtamaTahun

2006 2007 2008

1. Penduduk Usia Kerja (PUK)619,4

43635,1

69651,2

93

2. Angkatan Kerja (AK)345,7

50354,6

00363,6

22

a. Bekerja333,1

87341,6

95350,3

79

b. Mencari Pekerjaan12,56

312,90

513,24

3

3. Bukan Angkatan Kerja (BAK)273,6

93280,5

69287,6

714. Tingkat Pengangguran (%) 3.63 3.64 3.645. Tingkat Partisaipasi Angkatan Kerja (TPAK) (%) 55.82 55.83 55.83Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor

Sebagian besar (sekitar 80,00 %) pencari kerja di antaranya berpendidikan SMA ke bawah seperti yang

tertuang pada tabel 2.21. Hal ini berarti bahwa lapangan kerja yang perlu disediakan haruslah yang sesuai dengan

tingkat pendidikan mereka dan tidak menuntut keterampilan tinggi.

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-43

Page 44: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Tabel 2.21

Perkiraan Angkatan Kerja menurut Tingkat Pendidikan Kota Bogor Tahun 2006 – 2008

Tingkat PendidikanTahun

2006 2007 2008

1. Tdk/Blm Tamat Sekolah27,66

027,48

227,27

2

2. Sekolah Dasar (SD)104,0

71106,3

80108,1

78

3. SLTP57,74

059,57

361,45

2

4. SLTA109,9

49113,1

17116,3

59

5. Diploma/Akademi19,70

820,56

721,81

7

6. Universitas26,62

327,48

228,54

4

Jumlah345,7

51354,6

01363,6

22Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor

Berdasarkan data Tahun 2007, lapangan usaha yang terbanyak menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa,

perdagangan. Kedua sektor lapangan usaha ini menyerap sekitar 56,97 % tenaga kerja. Industri pengolahan merupakan

lapangan usaha yang menempati urutan ke-3 dalam penyerapan tenaga kerja dalam jumlah banyak. Namun,

dengan visi menjadikan Kota Bogor sebagai kota jasa dan arah kebijakan yang menyertainya, daya serap tenaga kerja

bagi sektor ini dapat dan perlu dikembangkan dalam mendukung jasa dan pariwisata.

Tabel Perkiraan Angkatan Kerja yang Bekerja menurut

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-44

Page 45: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

2.22 Lapangan Kerja Kota Bogor Tahun 2006 - 2008

Tingkat PendidikanTahun

2006 2007 2008Pertanian 11,095 11,344 11,598Industri Pengolahan 43,914 46,163 47,792Perdagangan, Hotel dan restoran 60,207 63,145 66,572Jasa - jasa 124,545 128,477 133,074Lain - lain 93,426 92,565 91,344

Jumlah 333,187 341,694 350,380Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor

Tantangan aspek ketenagakerjaan adalah :a. Peningkatan pelayanan ketenagakerjaan terpadu

b. Peningkatan sistem informasi ketenagakerjaan c. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pelaksana

ketenagakerjaan dan pelatihan d. Peningkatan link and match dengan penyedia pasar kerja

dan perusahaan e. Peningkatan pengawasan penerapan K3 di lingkungan

industri f. Peningkatan hubungan industrial

2.3.7. Kemiskinan

Kemiskinan masih menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Bogor. Kriteria penetapan keluarga miskin yang

ditetapkan adalah sebagai berikut:a. Aspek Fisik :

1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2/ orang.

2) Lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah /bambu /kayu murahan.

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-45

Page 46: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

3) Dinding bangunan tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa

diplester.4) Tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar atau

bersama-sama dengan rumah tangga lain.5) Sumber penerangan rumah tangga tidak berasal dari

listrik.6) Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak

terlindungi /sungai/ air hujan.

b. Aspek Pendidikan :Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga hanya sampai

Sekolah Dasar (SD) /tidak tamat SD /tidak sekolah.

c. Aspek Ekonomi : 1) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu

bakar/arang/minyak tanah.2) Tidak pernah atau hanya sekali dalam seminggu

mengkonsumsi daging/susu/ayam.3) Tidak pernah atau hanya sekali dalam setahun

membeli pakaian baru untuk setiap anggota rumah tangga

4) Sekali atau dua kali dalam sehari makan untuk setiap anggota rumah tangga.

5) Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 Ha per buruh/

tani /nelayan/ buruh bangunan /buruh perkebunan

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-46

Page 47: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

/pekerjaan lain dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000/bulan.

6) Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal sebesar Rp. 500.000

(seperti sepeda motor, emas, ternak, atau pun barang modal lainnya).

7) Tidak mampu membayar untuk berobat ke puskesmas/poliklinik.

Apabila memenuhi 9 dari 14 kriteria tersebut maka dikategorikan sebagai keluarga miskin. Berikut jumlah KK

Miskin. Adapun jumlah KK miskin dalam kurun waktu tahun 2006 - 2007 terjadi peningkatan sebanyak 3.854 KK atau

setara 11% sebagaimana tercantum pada tabel 2.23.

Tabel 2.23

Jumlah KK Miskin di Kota Bogor

Tahun

Jumlah KK Miskin

% KK Miskin

1999

32.101 20,33

2000

31.657 19,50

2001

28.703 17,57

2002

20.956 12,37

2003

17.947 10,27

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-47

Page 48: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Tahun

Jumlah KK Miskin

% KK Miskin

2004 21.914 11,77

2005 39.162 21,03

2006 41.398 21,30

2007 43.749 20.30

2008 42.328 21,35

Sumber : Bogor Dalam Angka Tahun 2008

Adapun penyebab terjadinya kemiskinan di Kota

Bogor antara lain :a. Tidak memiliki atau kurang modal untuk berusaha

dan/atau mengembangkan usaha. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap modal karena kurangnya

informasi dan tidak memenuhi ketentuan untuk meminjam modal. Keterbatasan akibat akses informasi

disebabkan kurangnya sosialisasi yang ditunjukkan langsung kepada masyarakat miskin. Kebijakan yang

tidak berpihak kepada masyarakat miskin membatasi akses modal. Penyaluran dana kepada masyarakat miskin

masih dianggap memiliki resiko tinggi dalam pengembalian.

b. Tidak adanya dan kurangnya kesempatan kerja dan berusaha. Hal ini disebabkan oleh adanya persaingan dan

keterbatasan lapangan usaha serta pertumbuhan investasi yang relatif stagnan. Berbagai kebijakan yang

mengarah pada upaya Kota Bogor sebagai kota

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-48

Page 49: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

perdagangan dan jasa ditandai dengan dibangunnya berbagai Pusat Perbelanjaan yang diharapkan

memberikan efek berganda kepada perkembangan usaha mikro dan sektor informal. Namun hal tersebut belum

optimal karena mutu sumberdaya masyarakat miskin yang ada relatif rendah dan tidak sesuai dengan

kebutuhan pasar. c. Banyaknya tanggungan keluarga. Hal ini berdampak pada

besarnya pengeluaran sehingga tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Pendapatan yang diperoleh

hanya cukup bahkan kurang dalam memenuhi kebutuhan pokok. Banyaknya tanggungan tersebut disebabkan oleh

(1) ketidaksepahaman tentang pola keluarga kecil, (2) pemahaman “banyak anak banyak rejeki”, (3)

ketidakmampuan pengadaan alat kontrasepsi, (4) anak dianggap sebagai faktor produksi sehingga orang tua

cenderung memanfaatkan anak untuk bekerja dengan pendapatan rendah, sedangkan orang tuanya tidak

bekerja dan tinggal di rumah.d. Rendahnya kreativitas, inovasi, dan etos kerja. Hal ini

disebabkan oleh rendahnya sumberdaya karena rendahnya pendidikan dan motivasi untuk memperbaiki

dan mengubah kondisi kehidupan, sehingga terkesan pasrah atas kondisi yang ada.

e. Kurang memiliki keterampilan dan atau kemampuan untuk berusaha. Hal ini juga disebabkan oleh tidak

diperolehnya informasi dan akses untuk memperoleh keterampilan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah

daerah maupun organisasi non pemerintah sebagai akibat kurangnya sosialisasi yang transparan.

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-49

Page 50: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

f. Kerentanan dan ketidakmampuan menghadapi goncangan baik karena krisis ekonomi, kehilangan

pekerjaan, (PHK), bencana alam, dan musibah. Kerentanan tersebut sebagai dampak dari kondisi yang

dihadapi, yaitu pendapatan rendah sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mempersiapkan diri dalam

menghadapi goncangan yang terjadi.g. Kecilnya alokasi anggaran terhadap program/kegiatan

untuk masyarakat miskin karena terbatasnya anggaran belanja daerah dan kurang fleksibelnya alokasi anggaran

terhadap pagu anggaran SKPD.h. Tingkat pendidikan rendah sehingga SDM yang

dibutuhkan oleh dunia usaha tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat miskin untuk memperoleh kesempatan kerja.

i. Budaya malas, ingin hidup enak tanpa jerih payah (etos kerja rendah), hal ini terkait dengan asumsi kemiskinan

sebagai suatu nasib dan juga gengsi. Ada fenomena yang kurang bagus di Kota Bogor yakni adanya semboyan biar

tekor asal ke sohor. j. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap pemanfaatan

sumberdaya alam. k. Adanya kegiatan yang berbau kemalasan namun insentif

tinggi di masyarakat Kota Bogor seperti Pengemis, Ngamen, Calo (pemalak sopir angkot) dan sebagainya.

Sektor ini menjadi pesaing untuk pekerjaan bagi kaum miskin yang ingin bekerja secara benar.

l. Kota Bogor sebagai kota perdagangan dan jasa yang terus berkembang mengakibatkan banyaknya pendatang

dari luar kota yang memanfaatkan kesempatan usaha yang ada.

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-50

Page 51: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

m. Kebijakan pemerintah dalam bidang pengelolaan lingkungan belum memadai.

n. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, disebabkan kekurang pahaman masyarakat terhadap

manfaat lingkungan dan kualitas kehidupan yang dapat menunjang ekonomi dan kesehatan masyarakat. Selain

itu, budaya hidup tidak sehat seperti buang hajat di kali/kebun, buang sampah sembarangan, kurangnya

pemeliharaan prasarana dan sarana yang ada dan lain-lain merupakan faktor penyebab lingkungan yang kurang

sehat.

2.4. KONDISI SARANA, PRASARANA DAN PENATAAN

RUANG

2.4.1. Prasarana Kota

a. Transportasi

Pergerakan transportasi lokal di Kota Bogor ditopang oleh jaringan jalan kota sepanjang 783,412 km,

dengan kondisi baik sekali 255,046 km, kondisi baik 428,222 km, kondisi sedang 79,976 km dan kondisi

buruk 20.168 km, sebagaimana tertuang dalam gambar 2.11. Jaringan jalan ini ditunjang oleh jalan

lingkungan sepanjang 749,213 km dan jalan nasional sepanjang 34,199 km. Jaringan ini dilengkapi dengan

3 terminal angkutan umum, yaitu : terminal Baranangsiang (Tipe A), terminal Bubulak dan

terminal Merdeka (Tipe C).

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-51

Page 52: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Moda angkutan yang melayani pergerakan penduduk

terdiri atas kendaraan pribadi, angkutan perkotaan, angkutan kota dan angkutan kereta api. Untuk non

kendaraan pribadi, pada tahun 2008 angkutan perkotaan (AKDP) terdiri atas 10 trayek dengan 4.827

kendaraan, angkutan Kota (Angkot) terdiri atas 23 trayek, dengan 3.414 kendaraan (Sumber : Dinas

Perhubungan Komunikasi dan Informatika Tahun 2008).

Lalu-lintas penumpang kereta api Stasiun Bogor

jumlah tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan jumlah penumpang sekitar 11,874.281 orang dengan

rata-rata jarak/penumpang sebanyak 47,9 orang. Kapasitas stasiun yang ada (Stasiun Bogor) yang saat

ini menjadi satu-satunya stasiun yang menjadi titik awal dan akhir penumpang dari seluruh penjuru Kota

Bogor sudah tidak memadai.

Kinerja jalan sudah semakin tidak memadai. Pada

tahun 2006, kecepatan rata-rata kendaraan hanya 20,70 km per jam, yang ditunjang dengan tingkat

pelayanan jalan (V/C Ratio) rata-ratanya cukup tinggi, yaitu 0,75, bahkan di beberapa ruas jalan mempunyai

VC Ratio di atas 0,9 yaitu 0,92 sampai 0,95. B, sebagaimana tersaji dalam tabel 2.24 dan tabel 2.25.

Tabel 2.24. Kinerja Jaringan Jalan di Kota Bogor Tahun 2006

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-52

Page 53: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

No Indikator Nilai Keterangan1 Total Panjang Perjalanan (km) 6.571.5842 Total Waktu Perjalanan (jam) 317.5383 Kecepatan Rata-Rata (Km/Jam) 20,704 V/C Ratio Rata-Rata 0,75 LOS = D

Sumber : RUJTJK Kota Bogor, Tahun 2006.

Tabel 2.25. Ruas Jalan Kota Bogor yang Perlu Mendapatkan Penanganan Tahun 2006

A Node B Node Nama Ruas JalanVC Ratio DN

2006166 172 Pajajaran 0,94

175 196 Surya Kencana 0,95

179 201 Lawang Saketeng 0,92

218 234 Kapten Muslihat 0,94

259 260 RE Abdullah 0,95

287 289 P. Ashogiri 0,93

Sumber : RUJTJK Kota Bogor, Tahun 2006.

Gambar 2.11.

Peta Jaringan Jalan Kota Bogor

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-53

Page 54: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-54

Page 55: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Kota Bogor mempunyai kaitan pergerakan dengan kabupaten dan daerah sekitarnya, sehingga

dihadapkan pada masalah transportasi di wilayah perbatasan antara lain :

1) Masih banyaknya trayek angkutan kota AKDP yang memasuki pusat kota, yang menyebabkan

kemacetan lalu lintas.2) Pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan

yang terletak/sejajar dengan garis batas dan/atau sebagai penghubung kota dan kabupaten (khusus

jembatan).3) ROW/lebar jalan yang tidak sama diperbatasan

menyebabkan/berpotensi menyebabkan kemacetan.

4) Terminal - terminal perbatasan seperti terminal Ciawi dan terminal Laladon dan kebutuhan

terminal lainnya, sebagai titik akhir dan awal angkutan kota. Terminal Bubulak merupakan salah

satu realisasi program Kota Bogor untuk menempatkan simpul-simpul pergantian

antarmoda di wilayah perbatasan agar mengurangi beban lalu lintas di dalam. Namun

pada perkembangannya, Kabupaten Bogor membangun Terminal Laladon yang berdekatan

(kurang lebih 1,5 km) dengan Terminal Bubulak yang mengakibatkan tumpang - tindihnya fungsi

terminal. Akibatnya pengaturan lintasan trayek - trayek baik Kota maupun Kabupaten tidak

harmonis, sebagai contoh dalam satu trayek

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-55

Page 56: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

terdapat pembagian antara yang memasuki terminal Bubulak dan terminal Laladon.

5) Sinkronisasi pembangunan, pemeliharaan, drainase, lebar jalan/ROW, street furniture, sarana

prasarana, dan garis sempadan.6) Kurangnya jalur alternatif antar wilayah yang

melintasi Kota Bogor menyebabkan kemacetan dan menurunnya kualitas jaringan jalan. Saat ini

jumlah kendaraan yang melintas semakin tinggi, dengan demikian dibutuhkan jalur alternatif atau

jalur lingkar Bogor Selatan-Barat (inner ring road) agar seminimal mungkin jalur regional melintas

wilayah Kota Bogor. Selain itu inner ring road itu untuk mengurangi beban lalu lintas.

Tantangan aspek transportasi adalah :

1) Peningkatan perencanaan sistem transportasi Kota Bogor

2) Peningkatan kualitas rekayasa lalulintas 3) Peningkatan kualitas dan kuantitas rambu

lalulintas 4) Peningkatan pelayanan terminal Baranangsiang

5) Perintisan terminal perbatasan 6) Pengendalian angkutan kota dan pengembangan

angkutan massal 7) Peningkatan kualitas pengelolaan parkir

8) Peningkatan pengujian kendaraan

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-56

Page 57: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

b. Air Bersih

Kota Bogor merupakan wilayah dengan kandungan air yang cukup karena memiliki curah hujan tinggi yang

didukung oleh jenis tanah dan kondisi morfologi kawasan yang dapat menyimpan cadangan air yang

banyak. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sebagian besar masyarakat memanfaatkan air tanah

dan air permukaan. Cara pengambilan air tanah dilakukan melalui sumur gali, pompa tangan dan

pompa artesis. Pengambilan air permukaan dilakukan dengan memanfaatkan mata air, sungai dan situ.

Pelayanan air bersih di Kota Bogor baru mencapai 47,99 % dari seluruh penduduk kota, sisanya

memanfaatkan air dari sumur gali 21,22 %, sumur pompa 17,93 %, PAH (751 KK), air perpipaan (2.638

KK), air sungai 0,33 %, dan lain-lain (9.831 KK), sebagaimana tersaji pada tabel 2.26 berikut:

Tabel 2.26.

Persentse Rumah Tangga menurut Kecamatan dan Sumber Air Minum Tahun 2008

Kecam

ata

n

Air

kem

asan

berm

erk

Air

isi u

lan

g

Led

ing

mete

ran

Led

ing

ecera

n

Su

mu

r b

or

/pom

pa

Su

mu

r te

rlin

du

ng

Su

mu

r ta

k t

erl

ind

un

g

Mata

air

terl

ind

un

g

Mata

air

tak

terl

ind

un

g

Air

su

ng

ai

Jum

lah

Bogor Selatan

6,25 1,79

41,96

2,68

16,07

12,50

1,79

12,50

4,46

0,00

100,00

Bogor Timur

3,13 3,13

23,44

0,00

34,38

28,13

0,00

3,13

4,69

0,00

100,00

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-57

Page 58: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Bogor Utara

10,71

7,14

35,71

0,00

28,57

14,29

1,79

0,89

0,00

0,89

100,00

Bogor Tengah

1,56 6,25

68,75

0,00

10,94

6,25

0,00

6,25

0,00

0,00

100,00

Bogor Barat

0,00 0,69

27,08

0,69

4,17 34,72

0,00

29,17

2,78

0,69

100,00

Tanah Sareal

9,82 8,04

31,25

2,68

21,43

24,11

2,68

0,00

0,00

0,00

100,00

Kota Bogor

5,43

4,28

36,18

1,15

17,93

21,22

1,15

10,36

1,97

0,33

100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Daerah Kota Bogor Tahun 2009

Data teknis kapasitas air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dapat dilihat

dalam Tabel 2.27 berikut ini.

Tabel 2.27.

Sumber Air Baku untuk Sistem Perpipaan Kota Bogor

No Sumber

Kapasitas terpasang produksi (L/dt)

Debit Minimum (L/dt)

Tahun 2009 Estimasi s/d 2029

1 Mata air Tangkil 142 120

2Mata air Bantar kambing 163 143

3 Mata Air kota batu 65 53

4 Cisadane (IPA Cipaku)

300 600

5 Cisadane (IPA Dekeng)

1,000 2,400

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-58

Page 59: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

6 Palasari 50 90

7 Ciliwung (IPA Katulampa)

- 600

8 Cisadane (IPA Bubulak)

- 600

Total 1,720 4,606Sumber : Data PDAM Tirta Pakuan Tahun 2009

Dari segi jangkauan pelayanan, tingkat pelayanan Air

minum oleh PDAM Tirta Pakuan melalui sambungan langsung (SR) pada tahun 2008 sebesar 98,72%

mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar 98,66 % sebagaimana

tertuang pada tabel 2.28 berikut.

Tantangan aspek air bersih adalah :1) Peningkatan kualitas dan jangkauan air minum

non PDAM2) Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber air

baku PDAM3) Peningkatan jangkauan layanan air minum PDAM

4) Peningkatan sumber pendanaan non APBD Kota Bogor

5) Peningkatan kerjasama dengan Kabupaten Bogor tentang konservasi sumberdaya air yang berlokasi

di Kabupaten Bogor yang menjadi sumber air baku PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor

Tabel 2.28. Rekapitulasi Kebutuhan Air Minum Kota Bogor

NO DESKRIPSI

SATUAN

EKSISTING2007 2008

A Jumlah Penduduk Kota Bogor Jiwa 905,1 931,01

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-59

Page 60: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Tabel 2.28. Rekapitulasi Kebutuhan Air Minum Kota Bogor

NO

DESKRIPSI SATUAN

EKSISTING32 6

1. Jumlah Penduduk Daerah Pelayanan % 100 100

Jiwa905,1

32931,01

6

KK181,0

26186,20

3B Target Pelayanan Air Minum

1. Jumlah Penduduk yang Menjadi Target Pelayanan PDAM %

46.91%

47.99%

Jiwa424,6

34446,77

4

Jumlah Pelanggan SR74,98

8 79,585 Raihan Pelanggan SR 2,065 4,597 2. Tingkat Pelayanan Air Minum Oleh

a. Melalui Sambungan Langsung (SR) %98.66

%98.72

%

(Standar konsumsi air 25 m3/bulan=166 Loh) jiwa

418,934

441,074

L/dt804.8

95847.43

4 b. Melalui Sambungan Hidran Umum (HU) % 1.34% 1.28% (Standar Konsumsi 30/l/o/h) Jiwa 5,700 5,700 L/dt 2 2C KEBUTUHAN AIR MINUM 1. Kebutuhan Air Domestik L/dt 807 849

2. Kebutuhan Air Non Domestik (Asumsi 25%QD) L/dt 202 212

3. Kebutuhan Air Total L/dt 1009 1062 4. Tingkat Kebocoran % L/dt 5. Kebutuhan Air Rata-Rata L/dt L/hari

D PELAYANAN AIR MINUM NON PDAM % 12.95

%Sumber : PDAM Kota Bogor Tahun 2009

Tabel 2.29. Data Target Layanan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor Periode 2010 sd 2014

Target PDAM (data 2009) 2010 2011 2012 2013 2014

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-60

Page 61: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Total Jumlah Penduduk985,3

521,013,

8661,043,

3181,073,

7421,105,

172

Pertumbuhan Penduduk2.80

% 2.81% 2.82% 2.83% 2.84%Jumlah Orang/SR 5 5 5 5 5Tambahan SR/tahun 9,000 9,000 12,000 12,500 12,500

Total SR/tahun95,58

7104,58

7116,58

7129,08

7141,58

7Jumlah Penduduk Terlayani/tahun

522,711

565,690

622,995

682,688

742,381

Cakupan Pelayanan53.05

%55.80

%59.71

%63.58

%67.17

% Sumber : PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor Tahun 2009

c. Air Limbah

Kondisi penanganan air limbah pada saat ini di Kota

Bogor adalah sebagai berikut:1) Air dari dapur, mandi, dan cuci:

a) On-site Disposal System, seperti dibuang langsung ke pekarangan rumah, tanpa

menggunakan saluran.b) Imperfect Sewerage System, yaitu dengan

menggunakan saluran (sewerage system).2) Sistem Terpusat (on-site).

a) Kotoran manusia:b) On-site Disposal System, yang meliputi

penggunaan cubluk dan septic tank.3) Sistem Terpusat (off-site).

Dengan jumlah 37,741 septic tank yang dimiliki rumah di Kota Bogor pada Tahun 2008, jumlah

terbanyak berada di Kecamatan Bogor Barat dengan hanya 15,580 unit septic tank dari 37,037 unit rumah

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-61

Page 62: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

yang berarti hanya 36,52 % saja. Namun, Kecamatan Bogor Tengah lebih menghawatirkan karena hanya

3,92 % saja yang memiliki septic tank di rumahnya dengan jumlah 561 unit septic tank dari sekitar

17,546 unit rumah.(sumber : Profil Kesehatan tahun 2008)

Kota Bogor hanya memiliki satu buah Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL), yang terletak di Kelurahan Tegalgundil, melayani sistem terpusat

untuk kelurahan Bantarjati Kecamatan Bogor Utara.

Pada saat ini, di sebagian besar wilayah Kota Bogor, saluran air kotor masih bercampur dengan

saluran drainase (sistem campuran) dalam bentuk saluran terbuka. Saluran tertutup untuk limbah

domestik maupun non-domestik masih sangat terbatas. Sistem pembuangan, baik setempat maupun

terpusat, masih menghadapi permasalahan teknis dan nonteknis dalam operasi pengelolaannya, karena

kurangnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sarana yang ada.

Tabel 2.30. Persentase Rumah Tangga menurut Kecamatan dan Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun 2008

Kecamatan

Fasilitas Tempat Buang Air Besar Juml

ahSendiri

Bersama

Umum

Tidak ada

Bogor Selatan 79,4 8,04 5,36 7,14 100

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-62

Page 63: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

6

Bogor Timur 85,9

4 4,69 0,00 9,38 100

Bogor Utara91,9

6 5,36 0,00 2,68 100

Bogor Tengah 73,4

4 18,75 4,69 3,13 100

Bogor Barat 75,6

9 11,81 12,5

0 0,00 100

Tanah Sareal89,2

9 3,57 0,89 6,25 100

Kota Bogor82,7

3 8,39 4,61 4,28100,0

0 Sumber : Bogor dalam Angka tahun 2008

Tabel 2.31. Persentase Rumah Tangga menurut Kecamatan dan Jenis Kloset Tahun 2008

Kecamatan

Jenis KlosetJumlah

Leher angsa

Plengsengan

Cemplung/cubluk

Tidak pakai

Bogor Selatan 84,62 8,65 0,00 6,73 100Bogor Timur 96,55 3,45 0,00 0,00 100Bogor Utara 100,00 0,00 0,00 0,00 100Bogor Tengah 95,16 4,84 0,00 0,00 100Bogor Barat 87,50 0,00 5,56 6,94 100Tanah Sareal 94,29 1,90 3,81 0,00 100

Kota Bogor 92,27 2,75 2,06 2,92100,0

0 Sumber : Bogor dalam Angka tahun 2008

Tantangan aspek air limbah adalah :1) Pengembangan pengelolaan air limbah yang

terintegrasi dengan sistem off site2) Peningkatan perencanaan pengelolaan air limbah

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-63

Page 64: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

d. Jaringan Listrik

Pelayanan dan pengelolaan energi listrik ditangani oleh PT. PLN (Persero) Cabang Bogor dengan

jangkauan pelayanan hampir seluruhnya telah terlayani. Jumlah pelanggan listrik tercatat paling

banyak mencapai jumlah 170.480 pelanggan pada Tahun 2008, dengan jumlah pelanggan terbanyak

berasal dari Kecamatan Bogor Barat yaitu sebanyak 35.833 pelanggan.

Tabel 2.32. Jumlah Pelanggan Listrik dan Daya Tersambung menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2008

No Kecamatan

Jumlah Langganan

Daya Tersambung

1 Bogor Selatan 34,580 32,387,5512 Bogor Timur 16,932 23,743,2713 Bogor Utara 29,403 25,612,6464 Bogor Tengah 23,004 50,527,4665 Bogor Barat 35,833 28,448,9086 Tanah Sareal 30,728 22,811,799 170,480 183,531,641

Sumber : Kota Bogor Dalam Angka, Tahun 2008

Jumlah gardu listrik terbanyak tersebar di Kecamatan Bogor Barat sebanyak 111 unit gardu pada Tahun

2008 diikuti dengan 92 gardu di Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Bogor Selatan, serta 92 unit

gardu di Kecamatan Bogor Tengah dan 88 unit gardu di Kecamatan Tanah Sareal. Jumlah terkecil berada di

kawasan Kecamatan Bogor Timur hanya dengan 64 unit gardu listrik .

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-64

Page 65: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

e. Telekomunikasi

Media telekomunikasi yang umumnya digunakan di

Kota Bogor adalah telepon, telex, dan faksimili, dimana segala pemenuhan kebutuhan sarana dan

prasarana telekomunikasi tersebut baik dari segi kualitas maupun jumlah sambungannya, harus

disediakan oleh PT Telkom yang merupakan salah satu badan usaha milik negara yang bergerak dalam

pelayanan jasa telekomunikasi. Pada tabel 2.33 tersaji data persentase jumlah rumah tangga yang memiliki

telepon rumah menurut kecamatan tahun 2008.

Tabel 2.33.

Persentse Jumlah Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Rumah menurut Kecamatan Tahun 2008

KecamatanApakah RT ini ada telepon rumah

Ya (%) Tidak (%)

010 Bogor Selatan 23,21 76,79

020 Bogor Timur 17,19 82,81

030 Bogor Utara 41,07 58,93

040 Bogor Tengah 31,25 68,75

050 Bogor Barat 29,17 70,83

060 Tanah Sareal 41,07 58,93

Kota Bogor 31,41 68,59 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Daerah Kota Bogor Tahun 2009

Kota Bogor saat ini memiliki infrastruktur

telekomunikasi yang menggunakan kabel maupun

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-65

Page 66: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

nirkabel. Salah satu telekomunikasi yang berkembang sangat pesat adalah layanan telekomunikasi seluler,

baik yang berbasis GSM maupun CDMA. Infrastruktur pendukung telekomunikasi seluler ini adalah menara.

Dari hasil survai menara eksisting yang ada di Kota Bogor, teridentifikasi ada sembilan (9) operator dan

masing – masing memiliki infrastruktur telekomunikasi berupa BTS (Base Transceiver Station), baik dalam

bentuk site green field (GF) maupun roof top (RT) sebagaimana tertuang pada tabel 2.34 dan tabel 2.35

berikut.

Tabel 2.34. Jumlah Sebaram Tower berdasarkan Tipe Site Tahun 2008

No Tipe Site Total

1 Tower Green Field 144

2 Tower/Pole Roof Top 108

Total 252Sumber : Master Plan Tower Telekomunikasi Tahun 2009

Tabel 2.35. Jumlah Sebaran Tower Green Field Tahun 2008 berdasarkan Tower Owner

No Tower Owner Total

1 INDONESIAN TOWER 5

2 INDOSAT 38

3 KOMET 1

4 LINTAS SARANA KOMUNIKASI 1

5 NTS 1

6 PROTELINDO 14

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-66

Page 67: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Tabel 2.35. Jumlah Sebaran Tower Green Field Tahun 2008 berdasarkan Tower Owner

7 PTTB 2

8 TELKOM 5

9 TELKOMSEL 32

10 UNKNOWN 3

11 VITCOMM 6

12 XL 36

Grand Total 144 Sumber: Master Plan Tower Telekomunikasi Tahun 2009

Dalam analisis rencana pengembangan jaringan ditujukan untuk melayani wilayah-wilayah yang belum

terjangkau jaringan telepon guna pemerataan dan diprioritaskan bagi wilayah yang potensial serta

pengembangan jaringan kabel bawah tanah yang terintegrasi dengan jaringan utilitas kota lainnya.

f. Jaringan Drainase

Sistem drainase di Kota Bogor belum terencana

dengan baik. Sebagian besar masih mengikuti pola alamiah, sebagian lagi berupa sistem drainase jalan.

Secara umum, sistem drainase di Kota Bogor terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu drainase makro dan

drainase mikro. Saluran pembuangan makro adalah saluran pembuangan yang secara alami sudah ada di

Kota Bogor yang terdiri dari dua sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane yang mengalir dari arah

Selatan ke Utara serta beberapa sungai kecil seperti Sungai Cipakancilan, Sungai Cipinanggading, Sungai

Ciluar, Sungai Cikalibaru, Sungai Ciheuleut, Sungai

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-67

Page 68: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Ciapus, Sungai Cisindangbarang, Sungai Cigede Wetan, Sungai Cigede Kulon, Sungai Cileungsir,

Sungai Cipalayangan, Sungai Cibeureum, Sungai Cikaret, Sungai Cigenteng, Sungai Cinyangkokot,

Sungai Cileuwibangke, Sungai Cipaku dan Sungai Cijeruk. Saluran pembuangan mikro adalah saluran

yang sengaja dibuat mengikuti pola jaringan jalan. Pada akhirnya saluran ini bermuara pada saluran

makro yang dekat dengan saluran mikro tersebut.

Tantangan aspek drainase adalah :1) Peningkatan penanganan kualitas situ, saluran

dan sungai 2) Peningkatan penyediaan situ/kolam retensi

3) Peningkatan penanganan pasca bencana 4) Peningkatan manajemen pengairan

g. Persampahan

Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2008 sekitar 942,204 jiwa dengan pertumbuhan penduduk 2,83 %

menghasilkan volume sampah sebesar 2294 m3/hari, yakni terdiri atas sampah domestik 1.455 m3/hari

(perumahan), sampah pasar 305 m3/hari, sampah dari pusat perdagangan 178 m3/hari, sampah dari

penyapuan jalan 155 m3/hari, sampah industri 111 m3/hari dan sampah lain-lain (non perumahan) 90

m3/hari. Apabila tidak ada upaya-upaya pengelolaan sampah berupa pengurangan timbulan sampah atau

reduksi sampah, maka untuk mencapai cakupan

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-68

Page 69: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

pelayanan pengelolaan sampah akan semakin berat dan kebutuhan anggaran menjadi lebih besar.

Tantangan aspek persampahan adalah:

1) Peningkatan cakupan pelayanan persampahan 2) Peningkatan kualitas pengelolaan persampahan

(sarana prasarana, manajerial dan sumberdaya manusia)

3) Peningkatan pengelolaan TPA Galuga dan perintisan TPPAS yang ramah lingkungan dan

berdampak ekonomis bagi masyarakat4) Peningkatan peran serta masyarakat dalam

pengelolaan sampah secara konsep 3 R (re-use, reduce dan recycle)

5) Peningkatan pengawasan terhadap pencemaran udara, air, tanah, limbah B3 (bahan berbahaya

beracun)

h. Jaringan Gas

Pelayanan jaringan gas di Kota Bogor ditangani oleh

PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) Cabang Bogor yang melayani dua jenis kegiatan yaitu kegiatan

rumah tangga dan komersial. Jaringan gas di Kota Bogor berasal dari sumber gas alam yang

disalurkan/dialirkan melalui sistem perpipaan yang berasal dari Indramayu melalui Jakarta dan Cibinong.

Jalur perpipaan yang masuk ke Kota Bogor dibagi menjadi dua jalur yaitu jalur pertama masuk ke pusat

distribusi kota Jalan M.A. Salmun, dan jalur kedua

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-69

Page 70: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

melalui jalan Raya Pajajaran menuju arah Jalan Raya Tajur-Ciawi.

Konsumsi gas di Kota Bogor yang melalui pipa

penggunaan terbesarnya dikuasai oleh Industri dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2008, selanjutnya

penggunaan terbanyak oleh rumah tangga, perkantoran, dan terkecil digunakan oleh hotel dan

penginapan.

Pada Tahun 2008, jumlah penjualan gas mengalami

kenaikan sepanjang tahun 2008 dengan jumlah 6,553,961 m³ yang digunakan oleh sekitar 15,821

jumlah pelanggan dari kalangan rumah tangga. Oleh karena itu, pengembangan gas kota direncanakan

untuk peningkatan pengembangan jaringan gas alam guna pemerataan pelayanan di setiap bagian wilayah

kota. Sosialisasi pemanfaatan gas alam bagi masyarakat sebagai langkah awal diversifikasi

pemanfaatan energi di wilayah perkotaan dan perluasan jaringan distribusi baru pada kawasan

komersial dan kawasan permukiman eksisting

maupun baru di wilayah kota.2.4.2. Sarana Kota

a. Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang ada di Kota Bogor pada

Tahun 2008 terdiri atas SD/Ibtidaiyah 289 unit, SMP/Tsanawiyah 115 unit, dan SMA/Aliyah sebanyak

55 unit. Pemenuhan kapasitas bagi setiap fasilitas

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-70

Page 71: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

diukur dari banyaknya anak usia sekolah yang harus ditampung. Rasio antara jumlah anak usia sekolah

dengan fasilitas seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.36 memberi gambaran bahwa untuk kondisi

saat ini, hanya sekolah TK yang sudah agak tinggi rasionya, sedangkan yang lain rasionya masih sesuai

dengan kapasitas standar.

Tabel 2.372.

Kondisi Eksiting dan Proyeksi Kebutuhan Fasilitasi Pendidikan

Jenis Fasilitas Pendidik

an

Eksisting Proyeksi KebutuhanTahun 2008 2014

SD SMP SMA SMK SD SMP SMA SMK

Bogor Selatan

52 24 11 8 35 21 7 7

Bogor Timur

31 12 7 9 19 11 4 4

Bogor Utara

44 10 7 12 37 22 7 7

Bogor Tengah

54 20 15 10 19 11 4 4

Bogor Barat

67 31 10 11 40 24 8 8

Tanah Sareal

41 18 11 13 35 21 7 7

Total Kebutuh

an Fasilitas Pendidik

an

289 115 61 63 185 110 37 37

Sumber : Bogor dalam Angka Tahun 2008

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-71

Page 72: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

b. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Kesehatan merupakan penunjang utama dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Di

Kota Bogor jumlah fasilitas kesehatan diproyeksikan dibutuhkan sebanyak 1.562 unit dari berbagai jenis

fasilitas, yang disesuaikan dengan proyeksi penduduk seperti tertuang pada Tabel 2.37.

Tabel 2.37.

Kondisi Eksiting dan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan

Jenis Fasilitas Kesehatan Eksisting 2008 Proyeksi 2014

Posyandu 925 1105

Bogor Utara 133 220

Bogor Barat 204 237

Bogor Timur 91 112

Bogor Selatan 213 213

Bogor Tengah 128 237

Tanah Sareal - 210

Prakter Dokter 306 221

Bogor Utara 56 44

Bogor Barat 58 47

Bogor Timur 36 22

Bogor Selatan 35 43

Bogor Tengah 57 23

Tanah Sareal 64 42

Apotik 105 111

Bogor Utara 26 22

Bogor Barat 13 24

Bogor Timur 14 11

Bogor Selatan 9 21

Bogor Tengah 31 11

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-72

Page 73: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Tabel 2.37.

Kondisi Eksiting dan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan

Tanah Sareal 12 21

BKIA dan RS Bersalin 20.919 111

Bogor Utara 3.717 22

Bogor Barat 4.490 24

Bogor Timur 2.140 11

Bogor Selatan 4.216 21

Bogor Tengah 2.147 11

Tanah Sareal 4.209 21

Puskesmas 24 10

Bogor Utara 3 2

Bogor Barat 5 2

Bogor Timur 2 1

Bogor Selatan 4 2

Bogor Tengah 5 1

Tanah Sareal 5 2

RS 9 4

Bogor Utara 1 1

Bogor Barat 3 1

Bogor Timur 1 0

Bogor Selatan 0 1

Bogor Tengah 3 0

Tanah Sareal 1 1Total Kebutuhan

Fasilitas Kesehatan

831 1562

Sumber : Bogor dalam Angka 2008, Profil kesehatan tahun 2008.

Kondisi yang kurang lebih sama juga terjadi pada fasilitas kesehatan berskala kota, yaitu rumah sakit.

Rasio jumlah penduduk dengan tempat tidur yang tersedia adalah 7475 (Tabel 2.38). Rasio pelayanan

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-73

Page 74: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

terendah ditunjukkan oleh Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah, yaitu masing-masing

217 dan 374. Dengan rasio ini juga tidak berarti bahwa layanan telah mencukupi. Kondisi ini

menggambarkan perlunya penambahan dan pengaturan sebaran fasilitas agar jangkauan

pelayanan lebih merata ke seluruh kota.

Tabel 2.38. Kapasitas Pelayanan Rumah Sakit di Kota Bogor 2008

NoKecamat

anRumah Sakit

Tempat Tidur

Jml. Penduduk

2008 (Jiwa)

Rasio Penduduk-

Tempat Tidur

1Bogor Selatan

-

- 179.494

2Bogor Timur 1 54 94.329 1.696,463

3Bogor Utara 1 89 166.245 1.815,303

4Bogor Tengah 3 451 111.952 374,7045

5Bogor Barat 3 345 205.123 217,6685

6Tanah Sareal 1 50 185.061 3.370,64

Kota Bogor 9 989 942.204 7.474,779

Sumber : Bogor Dalam Angka Tahun 2008

c. Fasilitas tempat peribadatan

Fasilitas tempat peribadatan di Kota Bogor Tahun 1996-2008 didominasi oleh sarana peribadatan agama

Islam, baik berupa masjid maupun musholla. Selain sarana peribadatan bagi agama Islam, Kota Bogor

juga dilengkapi dengan sarana peribadatan lainnya,

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-74

Page 75: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

seperti gereja, pura, dan vihara. Namun, unit sarana peribadatan tersebut belum tersebar merata di

seluruh Kecamatan di Kota Bogor, karena jumlah penggunanya pun tidak terlalu banyak dan tidak

tersebar di seluruh Kecamatan. Data jumlah sarana peribadatan di Kota Bogor menurut Kecamatan Tahun

2008 tersaji pada tabel 2.39 berikut ini:

Tabel 2.39.

Jumlah Sarana Peribadatan di Kota Bogor (Unit) menurut Kecamatan Tahun 2008

No

Jenis Sarana/ Kecamatan

Tahun 2008

Mesjid Mushola Gereja Vihara1 Bogor Utara 110 137 10 32 Bogor Barat 137 120 12 -3 Bogor Timur 67 77 11 24 Bogor Selatan 124 120 9 -5 Bogor Tengah 77 80 15 46 Tanah Sareal 180 120 15 -

Jumlah 695 654 72 9

Sumber : Kota Bogor Dalam Angka, Tahun 2008

d. Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Fasilitas perdagangan yang ada di Kota Bogor di

antaranya adalah warung, toko, pasar lokal, pasar regional, pasar induk, dan bank. Fasilitas perdagangan

di Kota Bogor Tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.40. Fasilitas Jasa berupa Koperasi, asuransi dan

Bank. Fasilitas jasa tahun 2004-2005 disajikan pada Tabel 2.41.

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-75

Page 76: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Tabel 2.40.

Fasilitas Perdagangan di Kota Bogor menurut Kecamatan Tahun 2008 (unit)

Pasar Tradisional

Pasar Modern

Pasar Induk

Grosir Beras & Sembako

7 12 1 11

Sumber : Bogor Dalam Angka, Tahun 2008

Tabel 2.41.

Jasa Jumlah Koperasi menurut Jenis Tahun 2008

No Jasa Unit

1 Koperasi kosumsi 501

2 Koperasi Produksi 2

3 Koperasi simpan pinjam 21

4 Koperasi Pemasaran 11

5 Koperasi Unit desa 2

6 Koperasi serba usaha 190

7 Koperasi koppontren 18

Sumber : Bogor Dalam Angka, Tahun 2008

Tabel 2.42.

Jumlah Bank di Kota Bogor Tahun 2008 (unit)

No Jenis Bank

Unit

1 Pemerintah 4

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-76

Page 77: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

2 Swasta Nasional 29

3 Pembangunan Daerah 1

4 BPR 9

Sumber : Bogor Dalam Angka, Tahun 2008

e. Faslitas Olah Raga

Fasilitas yang terdapat di Kota Bogor Berupa

Lapangan Sepak Bola, Lapangan Bulu Tangkis, Lapangan Bola Voly, Lapangan Bola Basket, Lapangan

Tenis, Kolam Renang, Stadion, dan Gelanggang Olah Raga sebagaimana tertuang pada tabel 2.43 berikut.

Tabel 2.43.

Jenis Fasilitas Olah Raga di Kota Bogor Tahun 2008 (unit)

Lapangan Olah Raga

Kolam Renang

Lapangan Golf Lapangan Tenis

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-77

Page 78: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

GOR Padjajaran

1 Graha Bogor indah

1 Bogor Golf Club 1 Bukit Cimanggu

1

Sempur 1Rancamaya Golf & Country

1 Rancamaya Golf & Country club

1 Duta Tenis 1

Indraprasta 1 Griya Indah 1

Gelanggang Remaja 1

Empang Pulo

1Bukit Cimanggu Villa

1 Mantarena Club

1

Heulang 1PT. Sigi Prima Reka Hasil 1

Villa Duta Tennis 1

Golf Bogor

1Taman Yasmin Sport Club

1

Puri Mas 1

Villa Duta Sport Club 1

Taman Sari Persada 1

Villa Bogor Indah 1

Sumber : Bogor Dalam Angka, Tahun 2008

f. Penanggulangan Bencana

Alat-alat yang digunakan dalam upaya penanggulangan dan penanganan bencana yakni

berupa alat standar Search And Rescue (SAR) Darat dan Mobil Pemadam kebakaran dari UPTD Damkar.

Gambaran umum ketersediaan SDM dan sarana penanggulangan kebakaran dan bencana alam tersaji

pada tabel 2.44.Tantangan pemadam kebakaran adalah :

1) Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasarana pemadam kebakaran

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-78

Page 79: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

2) Peningkatan kualitas dan kuantitas petugas pemadam kebakaran

3) Peningkatan cepat tanggap terhadap bencana kebakaran

Tabel 2.44. Gambaran Umum UPTD Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Alam

Sumber daya

Manusia Prasarana dan Sarana

Juml

ah Keterangan

71 Orang a. Status kebakaran 2 posSukasari dan Yasmin

b. Bangunan diklat kebakaran 1 pos

Yasmin lantai dasar

c. sarana pemadam kebakaran&PBA

- mobil pompa 3500 liter 5 - mobil pompa 400 liter 7 - mobil ambulan 1 - mobil komando 1 - mobil tangga 1 - pompa portable 3 - perahu karet 1 d. Peralatan perorangan - SCBA 1 - Fire Jacket 25 - Safety Shoes 25 - Helmet 25 - HT 8 Sumber : Laporan Akhir percontohan penyusunan RISPK Kota Bogor Tahun

2009

g. Fasilitas Pemakaman Umum

Makam di Kota Bogor hanya terdapat di Kecamatan Bogor Selatan dan Kecamatan Tanah Sareal, dengan

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-79

Page 80: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

luas total 543.330 m². TPU terbanyak terdapat di Kecamatan Bogor Selatan (Tabel 2.45).

Tantangan pemakaman umum adalah :1) Peningkatan kualitas areal pemakaman di TPU

Kayumanis dan Mulyaharja 2) Peningkatan kualitas pendataan dalam

pengelolaan pemakaman

Tabel 2.45.

Luas dan Banyaknya Makam menurut Lokasi di Kota Bogor Tahun 2008

Sumber : Bogor Dalam Angka 2008

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-80

No

Kecamatan

Kelurahan Nama TPU

Peruntukkan

Luas (m²)

Jumlah

Makam

1 Bogor Selatan

1. Cipaku TPU CipakuTPU Kristen/Katolik

21.8 1.416

2. GentengTPU Gn. Gadung Lama

TPU Hindu/Budha

360 2.893

3. Empang TPU Dreded

TPU Muslim

64.815

5.277

2Tanah Sareal

1. Kebon Pedes

TPU Blender

TPU Muslim

66.715

5.557

2. Kayu Manis

* * 30 *

3 Bogor Barat

1. Situgede * * 20 *

Page 81: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

*Belum Ada Data

h. Fasilitas Penunjang BBM

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota

Bogor terdapat di semua kecamatan yang berjumlah 24 unit. SPBU terbanyak terdapat di kecamatan Bogor

Utara sebanyak 6 unit menyusul kecamatan Tanah Sareal 5 unit SPBU dan kecamatan Bogor Barat

sebanyak 6 unit. Sedangkan kecamatan yang memiliki SPBU paling sedikit adalah kecamatan Bogor Tengah

sebanyak 1 unit dan kecamatan Bogor Selatan yang masing-masing memiliki sebanyak 2 unit dan

kecamatan Bogor Timur 4 unit.

i. Fasilitas Parkir

Fasilitas parkir Kota Bogor yang berada di tepi jalan

berjumlah 105 lokasi yang berada di 56 ruas jalan. Sedangkan lokasi parkir yang berada di jalan yang

rawan macet berjumlah 9 titik di 6 ruas jalan. Lokasi Parkir khusus di Kota Bogor berada di 6 ruas jalan

dengan 7 titik lokasi parkir. Waktu pelayanan Parkir Kota Bogor rata-rata hari Senin – Minggu dan mulai

jam 7 pagi sampai jam 16.00 sore.

j. Kawasan Kumuh

Di Kota Bogor, berdasarkan pendataan tahun 2008,

terdapat 33 lokasi permukiman kumuh atau seluas 78,45 Ha. Kumuh terbanyak berada di Kecamatan

Bogor Utara seluas 39,74 Ha, sedangkan yang sedikit

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-81

Page 82: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

memiliki kawasan kumuh adalah Kecamatan Bogor Selatan seluas 13,84 Ha.

Tantangan perumahan dan permukiman adalah :1) Peningkatan penyediaan rumah yang layak huni

bagi masyarakat berpenghasilan rendah 2) Peningkatan kualitas lingkungan permukiman

padat dan kumuh 3) Peningkatan kemampuan teknis dan administrasi

pelaksanaan pembangunan 4) Mengembalikan fungsi bantaran sungai

5) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana permukiman

6) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana permukiman

2.5. KONDISI PEMERINTAHAN UMUM

2.5.1. Organisasi Perangkat Daerah

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13

Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, struktur organisasi perangkat daerah di Kota Bogor terdiri dari :

a. Sekretariat Daerahb. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

c. Inspektoratd. Dinas-dinas, terdiri dari :

1) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga2) Dinas Kesehatan

3) Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi4) Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

5) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-82

Page 83: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

6) Dinas Bina Marga dan Pengairan7) Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang

8) Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi9) Dinas Pertanian

10)Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil11)Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerahe. Badan – badan, terdiri dari :

1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah2) Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

3) Badan Pelayanan Perizinan Terpadu4) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga

Berencanaf. Kantor-kantor, terdiri dari :

1) Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah2) Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

3) Kantor Lingkungan Hidup4) Kantor Ketahanan Pangan

g. Satuan Polisi Pamong Prajah. Kecamatan :

1) Kecamatan Bogor Utara2) Kecamatan Bogor Selatan

3) Kecamatan Bogor Timur4) Kecamatan Bogor Barat

5) Kecamatan Bogor Tengah6) Kecamatan Tanah Sareal.

i. Kelurahan (68 kelurahan)

2.5.2. Organisasi Kemasyarakatan

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-83

Page 84: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Potensi organisasi kemasyarakatan sebagai mitra kerja Pemkot Bogor dalam melaksanakan berbagai

programnya yaitu berbentuk Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Rukun Warga (RW), dan Rukun Tetangga

(RT). Selain itu, khusus dalam upaya mensejahterakan masyarakat dilakukan dalam bentuk Badan Kesejahteraan

Masyarakat (BKM).

Adapun lembaga kemasyarakatan tersebut: LPM berjumlah 68 (setiap kelurahan), RW berjumlah 750 buah, RT

berjumlah 3349 buah, dan BKM berjumlah 68 buah. Untuk ormas di Kota Bogor berjumlah 153 organisasi, LSM

berjumlah 42 organisasi, yayasan berjumlah 44 organisasi dan organisasi keagamaan berjumlah 25 organisasi.

Sedangkan organisasi profesi di Kota Bogor di bidang pendidikan sebanyak 23 organisasi, bidang kesehatan

sebanyak 7 organisasi, bidang komunikasi sebanyak 4 organisasi dan bidang usaha sebanyak 15 organisasi.

2.5.3. Kerjasama

Dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan kemudahan menjalankan roda pemerintahan,

Pemerintah kota Bogor melakukan kerja sama dengan berbagai pihak baik lokal, antar daerah, maupun pihak luar

negeri. Bentuk kerja sama itu dilakukan dengan pihak perseorangan, lembaga swasta, lembaga perguruan tinggi.

Kerja sama yang telah dilakukan sampai dengan tahun 2007 berjumlah 52 buah.

Kerjasama luar negeri yang telah dilakukan

Pemerintah Kota Bogor tersebut meliputi Kerjasama Sister

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-84

Page 85: B II KONDISI UMUM K

BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR

City antara Kota Bogor dengan Saint Louis County, Missouri, Amerika Serikat dilakukan berdasarkan MoU between The

Government of the City of Bogor, The Province of West Java, The Republic of Indonesia and St. Louis County, Missouri,

United State of America Concerning Sister City pada tanggal 12 September 2005 di Saint Louis. Bidang yang

dikerjasamakan, yaitu:a. Bidang pendidikan, telah terjalin kerjasama sister school

antara University of Missouri-Saint Louis (UMSL) dengan SMA Regina Pacis dan SMA Negeri 1 Bogor. UMSL

memberikan keringanan biaya bagi pelajar SMA Regina Pacis dan SMA Negeri 1 yang kuliah di UMSL sebesar

70%. b. Bidang riset, telah terjadi komunikasi yang intens antara

Kebun Raya Bogor dengan Missouri Botanical Garden dalam pertukaran benih, pertukaran buletin, dan

pengiriman peneliti ke Missouri.

Yang diharapkan dari kerjasama sister city ini adalah adanya bentuk kemitraan komunitas, baik di bidang

pendidikan, ekonomi/bisnis, sosial, pariwisata seni budaya, dan bidang lainnya.

RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 II-85