BAB III Kondisi Umum

15
BAB III KONDISI UMUM 3.1. Pendahuluan Sektor energi dan sumber daya mineral memiliki peran penting dalam pembangunan daerah, terutama dalam mendukung perekonomian daerah baik melalui sisi fiskal maupun sektor riil, bahkan dalam kebijakan makro perencanaan jangka menengah mencanangkan Kabupaten Bojonegoro sebagai lumbung pangan dan energi negeri. Tahun 2012 mencatat kontribusi sektor pertambangan migas saja menyumbang hampir 12,4 Trilyun Rupiah atau 43,38% dari total PDRB sebesar 28,6 Trilyun Rupiah (ADHB) dan kontribusi 2,5 Trilyun Rupiah atau 28,93% dari total PDRB sebesar 8,8 Trilyun Rupiah (ADHK). Kondisi ini menunjukkan sektor energi dan sumber daya mineral mempunyai peran strategis dalam memperkuat struktur perekonomian daerah meski strategi kebijakan Kabupaten Bojonegoro tetap meletakkan sektor agrobis sebagai sektor andalan untuk jangka menengah dan panjang. Beberapa peran penting dari sektor energi dan sumber daya mineral diantaranya : Sebagai sumber penerimaan daerah Penggerak pembangunan daerah Penggerak investasi di daerah Memberikan implikasi timbulnya efek berantai (multyplier effect) industri turunan sektor hilir Membuka lapangan kerja yang cukup besar III- 1

description

JKIU

Transcript of BAB III Kondisi Umum

Page 1: BAB III Kondisi Umum

BAB III

KONDISI UMUM

3.1. Pendahuluan

Sektor energi dan sumber daya mineral memiliki peran penting dalam

pembangunan daerah, terutama dalam mendukung perekonomian daerah baik

melalui sisi fiskal maupun sektor riil, bahkan dalam kebijakan makro perencanaan

jangka menengah mencanangkan Kabupaten Bojonegoro sebagai lumbung

pangan dan energi negeri. Tahun 2012 mencatat kontribusi sektor pertambangan

migas saja menyumbang hampir 12,4 Trilyun Rupiah atau 43,38% dari total PDRB

sebesar 28,6 Trilyun Rupiah (ADHB) dan kontribusi 2,5 Trilyun Rupiah atau

28,93% dari total PDRB sebesar 8,8 Trilyun Rupiah (ADHK). Kondisi ini

menunjukkan sektor energi dan sumber daya mineral mempunyai peran strategis

dalam memperkuat struktur perekonomian daerah meski strategi kebijakan

Kabupaten Bojonegoro tetap meletakkan sektor agrobis sebagai sektor andalan

untuk jangka menengah dan panjang.

Beberapa peran penting dari sektor energi dan sumber daya mineral

diantaranya :

Sebagai sumber penerimaan daerah

Penggerak pembangunan daerah

Penggerak investasi di daerah

Memberikan implikasi timbulnya efek berantai (multyplier effect) industri

turunan sektor hilir

Membuka lapangan kerja yang cukup besar

Migas sebagai salah satu elemen energi dan sumber daya mineral juga

telah menapakkan perannya sedemikian strategis di Kabupaten Bojonegoro.

Dari struktur fiskal kapabilitas APBD Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012,

tercatat dari total target rencana penerimaan daerah sebesar Rp.

1.537.694.091.064,00 kontribusi target penerimaan dari sektor migas mencapai

Rp. 294.782.704.618,82 atau 19,17 %, sedangkan realisasi penerimaannya

mencapai Rp. 460.497.275.662,00.

III-1

Page 2: BAB III Kondisi Umum

Eksploitasi migas Blok Cepu yang belum mencapai peak production,

serta masih berjalannya proses pengembangan EPC-1, EPC-2 dan EPC-5 yang

memerlukan expense tinggi menjadikan penerimaan sektor migas sampai dengan

Tahun 2015 nanti hanya mengandalkan dari Dana Bagi Hasil (DBH) semata,

sedang perkiraan cash flow daerah baru positif pada saat stage “full production”,

yaitu antara 150 – 170 ribu barel per day, dengan estimasi pada saat itu cash in

telah mampu menutup semua biaya produksi yang diperlukan, meski demikian

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro tetap harus bersabar, karena sesuai komitmen

awal yang telah dicapai bahwa BUMD baru akan menerima revenue setelah

semua modal kerja yang dikeluarkan oleh partner sudah dikembalikan. Ini berarti

share 4,4847% dari penerimaan bersih (net cash flow) Participating Interest Blok

Cepu diperkirakan baru akan diterima pada Tahun 2016.

Oleh karenanya, dalam perencanaan jangka menengah Kabupaten

Bojonegoro memandang ketergantungan pada DBH semata bukanlah solusi yang

smart, meski diakui faktor tersebut juga cukup penting. Sejatinya DBH tetaplah

merupakan hitungan pembagian yang disertai resiko. “Kemapanan” DBH pada

strata tertentu diidentikkan sebagai indikator kemandirian fiskal yang berdampak

pada pengurangan proporsional dana alokasi umum dan khusus. Faktor resiko

menjadi amat merugikan manakala terjadi “deviasi prediksi” migas, semisal terkait

kendala produksi ataupun fluktuasi harga minyak yang amat sensitif terhadap

pengaruh global. Dengan kata lain, dalam konteks sebagai daerah penghasil,

DBH dapat kontraproduktif, “gagal bayar” berarti daerah harus melakukan re-

scheduling kegiatan tahunan, “sukses bayar” juga bukan solusi sepadan yang

dapat memberi harapan karena sebetulnya dampak sosial ekonomi dan

lingkungan akibat eksplorasi dan eksploitasi migas justru memerlukan cost yang

lebi tinggi.

3.2. Potensi ESDM dan Permasalahannya

3.2.1. Potensi Minyak dan Gas Bumi

Potensi cadangan minyak bumi di Kabupaten Bojonegoro

mencapai lebih dari 1.200 MMBOE. Sampai dengan Tahun 2012

pendayagunaannya ada yang baru tahap eksplorasi maupun telah masuk

III-2

Page 3: BAB III Kondisi Umum

tahap eksploitasi yang dilaksanakan oleh beberapa Kontraktor Kontrak

Kerjasama (K3S), baik kontraktor lokal maupun asing, yaitu :

Pertamina EP yang mengerjakan

Lapangan Kawengan (eksploitasi)

dan Blok Nona (eksplorasi)

Exxon Mobile yang mengerjakan

Lapangan Banyuurip (eksploitasi)

Petrochine East Java yang

mengerjakan Lapangan Sukowati

(eksploitasi) melalui Join of Body dengan Pertamina.

Adapun produksi minyak bumi yang berasal dari lapangan minyak

diwilayah Kabupaten Bojonegoro adalah sebagaimana daftar tabel berikut :

Tabel III.1.

Realisasi Produksi Minyak Bumi Tahun 2012

Produksi minyak bumi diperkirakan baru mencapai full production

sekitar + 165.000 BOPD pada Tahun 2016 mendatang setelah semua

pengerjaan Central Procesing Fasilty Lapangan Banyuurip selesai dikerjakan.

Sedangkan produksi minyak bumi Lapangan Sukowati yang dikelola JOB

Pertamina – Petrochina East Java telah mengalami stagnan bahkan

cenderung menurun.

Sedangkan potensi cadangan gas bumi di Kabupaten Bojonegoro

mencapai lebih dari 6 TCF. Sampai dengan Tahun 2012 pendayagunaannya

III-3

PROGNOSA PROGNOSAAPBN 2012 APBN-P 2012 %

REAL1 2 10

DATA LIFTING MINYAK BUMI (BAREL)

Exxon 8.052.000,00 8.784.000,00 1.962.317,94 1.997.816,89 3.960.134,83 1.990.836,50 5.950.971,33 2.157.840,67 8.108.812,00 92,3121.803,53 * 22.197,97 * 22.000,75 * 22.120,41 22.040,63 * 23.976,01 * 22.524,48 *

Petrochina 3.158.810,00 3.068.090,00 689.058,00 605.000,00 1.294.058,00 812.375,00 2.106.433,00 700.000,00 2.806.433,00 91,477.656,20 * 6.722,22 * 7.189,21 * 9.026,39 7.801,60 * 7.777,78 * 7.795,65 *

Pertamina 330.620,00 285.230,00 123.000,11 50.324,78 173.324,89 41.317,12 214.642,01 90.627,69 305.269,70 107,031.366,67 * 559,16 * 962,92 * 459,08 794,97 * 1.006,97 * 847,97 *

UNITISASI 12.754.990,00 12.471.710,00 2.701.263,00 3.460.756,00 6.162.019,00 2.591.942,00 8.753.961,00 2.722.879,00 11.476.840,00 92,02Sukowati 30.014,03 * 38.452,84 * 34.233,44 * 28.799,36 32.422,08 * 30.254,21 * 31.880,11 *

TOTAL 24.296.420,00 24.609.030,00 5.475.639,05 6.113.897,67 11.589.536,72 5.436.470,62 17.026.007,34 5.671.347,36 22.697.354,70 92,2360.840,43 67.932,20 64.386,32 60.405,23 63.059,29 63.014,97 63.048,21

9

RATA2 / DAY

3 4 5 6 7 8

S/D TW IVDES'11-PEB'12 MAR'12-MEI'12 DES'11-MEI'12 JUN'12-AGS'12 DES'11-AGS'12 SEP'12-NOP'12 DES'11-NOP'12

KKKSREALISASI LIFTING TAHUN 2012

TW I TW II S/D TW II TW III S/D TW III TW IV

Page 4: BAB III Kondisi Umum

melalui eksploitasi masih sangat kecil, yaitu 10 MMBTU, sedangkan terhadap

potensi cadangan yang lain masih pada tahap eksplorasi. Beberapa

Kontraktor Kontrak Kerjasama (K3S), baik kontraktor lokal maupun asing

dalam pengelolaan gas bumi, yaitu :

Pertamina EP Cepu (PEP C) yang mengerjakan Lapangan Tiung Biru dan

Blok Nona (eksplorasi)

Exxon Mobile yang mengerjakan Lapangan Jambaran (eksplorasi),

Lapangan Kedung Keris (eksplorasi), Lapangan Alas Tua Barat dan Timur

(eksplorasi).

Petrochine East Java yang mengerjakan Lapangan Sukowati (eksploitasi)

melalui Join of Body dengan Pertamina.

Adapun produksi gas bumi yang berasal dari lapangan gas diwilayah

Kabupaten Bojonegoro adalah sebagaimana daftar tabel berikut :

Tabel III.2.

Realisasi Produksi Gas Bumi Tahun 2012

Dengan potensi cadangan minyak yang mencapai 1.200 MMBOE

dan potensi gas mencapai 6 TCF di Blok Banyu Urip sebagaimana dijelaskan

diatas, maka diperkirakan Kabupaten Bojonegoro turut memberikan kontribusi

pada negara lebih dari 1.000 Trilyun Rupiah dengan asumsi ICP lifting minyak

nasional 90 US$/barel dan price gas nasional 3 US$/MMBTU. Sangat wajar

jika Bojonegoro berharap minimal 1% dari investasi proyek Banyu Urip (EPC-

1, EPC-2 dan EPC-5) dapat dilakukan oleh konten lokal sebagai wujud

pemberdayaan masyarakat sesuai amanah Peraturan Daerah Nomor 23

Tahun 2011 tentang Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah dalam

Pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi serta Pengolahan Minyak dan Gas

III-4

PROGNOSA PROGNOSAAPBN 2012 APBN-P 2012 %

REAL

DATA LIFTING GAS (MMBTU)

9.581.150,00 622.711,16 894.255,54 1.516.966,70 504.263,30 2.021.230,00 836.592,06 2.857.822,06 29,83

JOB PEJ 1.489.830,00 155.677,79 223.563,88 379.241,67 126.060,42 505.302,09 209.148,01 714.450,10 47,96

11.070.980,00 778.388,95 1.117.819,42 1.896.208,37 630.323,72 2.526.532,09 1.045.740,07 3.572.272,16 32,27

MAR'12-MEI'12 DES'11-MEI'12 JUN'12-AGS'12 DES'11-AGS'12 SEP'12-NOP'12 DES'11-NOP'12KKKS

REALISASI LIFTING TAHUN 2012TW I TW II S/D TW II TW III S/D TW III TW IV S/D TW IV

DES'11-PEB'12

UNITISASI Sukowati

TOTAL

Page 5: BAB III Kondisi Umum

Bumi di Kabupaten Bojonegoro. Ratio nilai tersebut tidak lebih dari 0,016%

dari kontribusi migas di daerah Bojonegoro untuk nasional.

Permasalahan yang dihadapi dalam tata kelola potensi minyak dan

gas bumi adalah :

a) Bahwa eksplorasi dan eksploitasi migas onshore diwilayah Kabupaten

Bojonegoro berada di lingkungan permukiman penduduk yang rata-rata

terkategori penduduk miskin. Sehingga sangat rentan terhadap munculnya

gejolak sosial masyarakat.

b) Belum optimalnya implementasi Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2011

yang disebabkan beberapa faktor :

belum siapnya tingkat pemahaman masyarakat terhadap esensi

Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2011 sehingga indikator

pemberdayaan yang seharusnya diarahkan guna peningkatan

kesejahteraan masyarakat secara merata justru dimanfaatkan orang

orang tertentu dengan berlindung dibalik baju konten lokal

masih rendahnya kepedulian K3S dan kontraktor pelaksananya

terhadap upaya pemberdayaan masyarakat sekitar proyek

dalam beberapa sisi masih muncul ambigu implementasi Peraturan

Daerah Nomor 23 Tahun 2011 dengan peraturan perundangan yang

lebih tinggi, khususnya dalam menterjemahkan domain negara atas

tata kelola migas.

c) konsepsi tata kelola migas seringkali secara kritis diletakkan pada

paradigma yang berbasis negara. Implikasi paradigma ini adalah

memberikan wewenang penuh pada negara untuk menguasai, memiliki

dan mengatur pengelolaan migas. Konsepsi tersebut selama ini

terimplementasi dalam berbagai pengambilan kebijakan pengelolaan

migas yang (hampir) sepenuhnya berada pada Pemerintah Pusat. Pada

sisi lain, daerah sebagai lokasi sasaran kegiatan proyek seringkali

terbebani dengan berbagai faktor resiko, baik terkait dampak kerusakan

alam yang ditimbulkan, munculnya permasalahan sosial akibat kurangnya

perhatian sisi pemberdayaan potensi lokal, atau bahkan kerusakan

III-5

Page 6: BAB III Kondisi Umum

infrastruktur yang penanganannya memerlukan cost yang nilainya tidak

sepadan dengan alokasi penganggaran yang diterima daerah

3.2.2. Potensi Mineral Lainnya

Diwilayah Kabupaten Bojonegoro memiliki sebaran mineral dari

berbagai jenis antara lain : onyx, andesit, phosphat, bentonit, dan lain lain.

Tabel III.3.

Potensi Mineral Logam / Non Logam

No Jenis Mineral

Potensi (Luas Wilayah/Volume) Lokasi

(Dsn/Desa/Kecamatan)Jumlah Cadangan (m³)

Luas(Ha)

1.

2.

3.

4.

Batu Onyx

Batu Phospat

Gipsum

Bentonit

808.750

950350.000

850

105.00071.250

585.00040.000

112.500

335

4152

21095

390175

Ds. Jari Kec. Gondang

Ds. Kunci Kec. DanderDs. Jono Kec. TemayangDs. Sambungrejo, Ds. Pragelan Kec. Bubulan

Ds. Gapluk Kec. PurwosariDs. Mojodelik Kec. Ngasem

Ds. Geneng Kec. MargomulyoDs. Ketileng Kec. MaloDs. Sugihwaras, Ds. Nganti Kec. Ngraho

5.

6.

7.

8.

9.

Batu Gamping

Batu Andesit

Tanah Urug

Pasir Sungai

Lempung

240.0002.400.000

1.890.000109.375.000

210.520.000200.000

225.000

Dinamis

234.000

24.0008000

1230

27596

1008

6

Sepanjang Sungai

Bengawan Solo

11

21

Ds. Kunci Kec. DanderDs. Gunungsari, Ds. Gajah Kec. Baureno

Ds. Dandangilo Kec. KasimanDs. Jari Kec. Gondang

Ds. Krondonan Kec. GondangDs. Banjarsari, Ds. PagerwesiKec. Trucuk

Kec. Malo, Kec. Baureno, Kec. KedungademKec. Margomulyo sampai Kec. Baureno

Ds. Luwihaji, Ds. Sumberagung, Ds. MojorejoDs. Padangan Kec. PadanganLereng Dimoro Kec. Kanor

III-6

Page 7: BAB III Kondisi Umum

Permasalahan yang dihadapi dalam tata kelola potensi mineral

diatas adalah :

a) Dari potensi mineral logam dan non logam sebagaimana tabel III.3 diatas,

hanya beberapa potensi yang telah tereksplorasi dan tereksploitasi meski

belum optimal, yaitu onyx, andesit, phosphat, tanah urug dan pasir sungai.

Namun demikian dari pengusahaan potensi mineral tersebut baru

beberapa yang dilakukan secara legal berdasar Ijin Usaha Produksi yang

telah dikeluarkan, yaitu :

Tabel III.4.

Produksi Mineral Logam / Non Logam yang berijin

d)

b) Sebagian besar potensi mineral tersebut berada dalam kawasan hutan

negara yang dikelola Perhutani, sehingga disamping pengurusan IUP

pihak investor juga harus membangun komitmen dengan Perhutani sesuai

regulasi yang mengaturnya.

c) Beberapa jenis mineral, seperti phosphat, andesit, dan lain lain dipandang

mempunyai neraca keekonomisan yang rendah, yaitu perbandingan

antara cost produksi dan cadangan potensi serta kualitas mineral yang

dinilai belum memberikan nilai lebih.

d) Belum terbangunnya sarana infrastruktur baik jalan maupun sarana lain

menuju kearea lokasi pertambangan

III-7

I II III IV

1. UD. SUBUR Batu Desa Jari Kec Gondang

1,96 95 110 125 105 17

2. Koperasi Pondok Pesantren Sunan Derajat Desa Paciran Lamongan

Batu Phospat

Desa Jono Kec Temayang

3,96 15 Tidak operasikarena bahanbakunya tidaksesuai dengankebutuhan pasar

3 CV. BAROKAH Desa Krondonan Kec. Gondang

Batu Andesit

Desa Krondonan Kec. Gondang

10,76 - - 2500 2200 24

4 PT. ARTHA PUSAKA Desa Krondonan Kec. Gondang

Batu Andesit

Desa Krondonan Kec. Gondang

33,63 - - - - 7 Belum Produksi

Jumlah NakerNo

Nama/ Alamat/IUP Perusahaan

KetJenis Tambang

Lokasi Tambang

Luas (Ha)

Produksi (Ton) Triwulan

Page 8: BAB III Kondisi Umum

e) Pada potensi bahan galian golongan C yang letaknya lintas propinsi

mengikuti DAS Bengawan Solo, manajemen pengurusan perijinannya

dipandang masih rumit dan memakan waktu lama.

3.2.3. Potensi Energi Kelistrikan

Listrik merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang memegang

peran sentral dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan kualitas sumber

daya manusia. Melalui listrik masyarakat bukan hanya terfasilitasi masalah

penerangan semata, lebih dari itu listrik merupakan sarana bagi masyarakat

untuk meningkatkan keberdayaan ekonomi mereka. Terlebih pada masyarakat

pedesaan terpencil, yang dikarenakan faktor isolasi daerah seringkali belum

merasakan fasilitas listrik sebagaimana dirasakan masyarakat lainnya. Oleh

karenanya, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro memasukkan program

pengembangan fasilitas jaringan listrik pedesaan sebagai salah satu program

prioritas guna memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, khususnya

pelayanan kebutuhan dasar kelistrikan.

Sampai dengan akhir Tahun 2012, di Kabupaten Bojonegoro masih

terdapat 99 kawasan dusun gelap, yaitu dusun yang belum terfasilitasi

jaringan listrik. Jumlah ini mencapai 7,96% dari total jumlah dusun di

Kabupaten Bojonegoro yang mencapai 1.243 dusun. Selama kurun waktu 5

(lima) tahun terakhir jumlah kawasan dusun gelap telah menurun 30%, yaitu

dari jumlah dusun gelap sebanyak 140 dusun pada Tahun 2008 menjadi 99

dusun pada Tahun 2012. Dan ditargetkan penanganan sampai dengan Tahun

2018 jumlah kawasan dusun gelap menurun 60%. Adapun ratio elektrifikasi

ditargetkan menurun dari 1,75% (yaitu ratio KK belum terlayani fasilitas

jaringan listrik sebanyak 7.000 KK berbanding jumlah KK di Kabupaten

Bojonegoro sebanyak + 400.000 KK) menjadi 0,93%.

Permasalahan yang dihadapi dalam penuntasan kawasan dusun

gelap adalah :

a) Dari jumlah dusun gelap sebanyak 99 dusun, 82,5% adalah dusun dalam

kawasan hutan yang pelaksanaan pembangunannya mempersyaratkan

III-8

Page 9: BAB III Kondisi Umum

ketentuan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) kepada Menteri

Kehutanan

b) Proses pengurusan IPPKH yang memakan waktu panjang serta

persyaratan lampiran yang memerlukan biaya cukup besar, seperti

UKL/UPL, Foto Citra Satelit, Peta Kawasan Hutan, serta pernyataan

pernyataan dari Bupati, termasuk didalamnya pernyataan kesediaan

penggantian tebangan kayu jika proses pembangunan jaringan terpaksa

harus melakukan penebangan pohon.

c) Lebih dari 60% lokasi dusun gelap dalam kawasan hutan masuk kategori

terisolir berat, sehingga pihak penyedia tegangan (PLN) berkeberatan

dikarenakan tidak adanya aksesibilitas untuk pemeliharaan jaringan

3.2.4. Potensi Energi Baru Terbarukan

Sebagaimana uraian diatas, bahwa lebih dari 60% lokasi dusun

gelap dalam kawasan hutan masuk kategori terisolir berat sehingga tidak

memungkinkan dibangun melalui jaringan listrik yang nantinya dikelola oleh

PLN. Dalam kondisi dimaksud, maka alternatif penanganan yang dilakukan

untuk memberikan fasilitas dasar penerangan pada masyarakat adalah

melalui pemanfaatan energi baru terbarukan.

Penanganan energi melalaui sektor energi baru terbarukan ini

sejatinya dapat dilakukan melalui pemanfaatan beberapa potensi alam, yaitu

matahari, air, angin dan energi alternatif lainnya. Mempertimbangkan potensi

yang ada di Kabupaten Bojonegoro, maka strategi yang dipilih adalah melalui

pemanfaatan energi tenaga surya (PLTS).

PLTS yang dimanfaatkan guna memberikan fasilitas penerangan

pada masyarakat adalah :

a) PLTS Solar Home System (SHS), yaitu PLTS terdesentralisasi pada

masing masing rumah penduduk dengan kekuatan 50 – 100 Watt Peak

atau setara dengan 150 – 300 Watt Jam. Sistem ini mempunyai

keunggulan tidak memerlukan jaringan terkoneksi sehingga sangat cocok

untuk perdusunan yang jarak antar rumah terpisah cukup jauh.

III-9

Page 10: BAB III Kondisi Umum

b) PLTS Komunal, yaitu PLTS tersentralisasi yang penggunaannya

terkoneksi melalui jaringan dengan penempatan panel surya khusus pada

lokasi tertentu. Sistem ini mempunyai keunggulan daya yang

didistribusikan pada masing masing rumah lebih besar dan dapat

dimanfaatkan bukan hanya sebatas fasilitas penerangan semata. Namun

kelemahan dari sistem ini adalah cost-nya yang amat tinggi sehingga

kurang efektif dan efisien jika pendanaannya dilakukan melalui

pembebanan APBD kabupaten.

Tabel III.5.

Realisasi Penanganan Kawasan Dusun Gelap Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012

Permasalahan dalam pengembangan sektor energi baru terbarukan

ini diantaranya :

a) Keterbatasan usia pakai, yang hanya dapat dimanfaatkan maksimal

selama 20 tahun

b) Keengganan dari masyarakat untuk menerima bantuan PLTS karena

dirasa kurang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas

listrik, sehingga masyarakat tetap berharap melalui pembangunan

jaringan listrik PLN

c) Karena hanya dimaksudkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar

masyarakat terhadap penerangan, maka PLTS kurang dapat memberikan

efek berantai khususnya dalam upaya mengangkat perekonomian desa.

III-10

KECAMATAN DESA DUSUN JUML KK1 Program Jarlisdes (APBD Kabupaten) Tambakrejo Jatimulyo - Kalongan 400

Napis - Doplang 100Kedungadem Kesongo - Krisek 50Gondang Sambongrejo - Kadung 70Ngraho Luwihaji - Weru 46

- Karangnongko 118Bojonegoro Sukorejo - Pondok Pinang 26

Temayang Papringan - Pencol 43Jumlah 6 Kecamatan 7 Desa 8 Dusun 853

2 Program PLTS SHS (APBD Kabupaten) Ngambon Karangmangu - Kalongan 128Tambakrejo Turi - Sukosewu 32

- Boti 88

Temayang Soko - Sekidang 35Jumlah 3 Kecamatan 3 Desa 4 Dusun 283

3 Program Jarlisdes (PLN) Kedungadem Pejok Cerme 103Gondang Sambongrejo Kenongorejo 180Margomulyo Margomulyo Batang 234Margomulyo Meduri Besali 219

Jumlah 4 Kecamatan 4 Desa 4 Dusun 7364 Program PLTS Komunal (APBN) Bubulan Clebung Maor 70

Jumlah 1 Kecamatan 1 Desa 1 Dusun 70TOTAL 9 Kecamatan 14 Desa 17 Dusun 1.942

NO URAIANLOKASI SASARAN

KETERANGAN

Page 11: BAB III Kondisi Umum

3.2.5. Potensi Geologi

Secara geologi Kabupaten Bojonegoro terbagi menjadi tiga zona

geologi yaitu :

a. Zona Kendeng berada di sebelah Selatan pada umumnya terisi oleh

endapan arus turbidit yang selalu mengandung batuan piroklastik dengan

selingan napal dan batuan karbonat serta merupakan endapan laut dalam.

Potensi geologi yang ada pada Zona Kendeng adalah andesit, onyx, batu

gamping, phosphat dan panas bumi di gunung pandan dengan potensi

sekitar 50 MWe.

b. Zona Randublatung berada di tengah menerobos antara Zona Kendeng

dan Zona Rembang. Potensi geologi yang ada adalah batu gamping,

phospat, lempung, gypsum, bentonit, reservoir minyak serta potensi

aquifer air tanah.

c. Zona Rembang berada di sebelah Utara memperlihatkan batuan dengan

kadar pasir yang tinggi disamping meningkatnya kadar karbonat serta

menghilangnya endapan piroklastik. Potensi geologi yang ada adalah

batugamping, batupasir, lempung dan reservoir minyak.

III-11