anestesi muty
-
Upload
meutia-hanief -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of anestesi muty
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 1/19
a. Greater palatine nerve block
Nervus yang teranestesi : nervus anterior palatine. Area yang teranestesi : bagian
posterior dari palatum keras dari anterior ke premolar 1. Indikasi : terapi restoratif
untuk lebih dari 2 gigi. Untuk kontrol nyeri pada periodontal atau bedah mulut yangtermasuk palatum lunak dan keras. Kontraindikasi : inflamasi atau infeksi. Area yang
kecil. Keuntungan : meminimalisir penetrasi jarum dan volume larutan. Kerugian :
tidak ada hemostasis
Teknik :
1. Disarankan jarum ukuran pendek 27 gauge
2. Area insersi : jaringan lunak anterior ke foramen palatina besar
3. Area target : nervus anterior palatina
4. Jalan insersi : meninggikan suntikan dari bagian yang berlawanan di sudutyang tepat ke area target
5. Orientasi bevel : harus menuju arah palatal jaringan lunak
6. Prosedur :
a. Pasien pada posisi telentang pasien diminta membuka mulut lebar,menaikkan leher, arahkan kepala ke kiri atau kanan agarmempermudah penglihatan
b. Menentukan foramen palatina
c. Siapkan jaringan pada tempat injeksi : sterilkan, aplikasikan antiseptik
topikal dan anestetik topikald. Setelah 2 menit anestesi topikal bersihkan bagian posterior jadi secara
langsung itu adalah foramen palatina anterior
e. Suntik langsung kedalam mulut dari bagian berlawanan dengan jarummendekati daerah injeksi pada sudut yang benar
f. Tempatkan bevel terhadap tempat yang pucat sebelumnya padatempat injeksi jaringan lunak
g. Dengan bevel telusuri seluruh jaringan
h. Jarum luruskan dan biarkan bevel penetrasi ke mukosa
i. Buang cotton secepat mungkin ketika blanching terjadi
j. Dengan pelan naikkan jarum sampai tulang palatal berkontak
k. Aspirasi
l. Deposit larutan anestesi lokal tidak lebih dari 1/3 cartridge
m. pelan pelan tarik suntikan
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 2/19
n. tutup jarumnya
o. tunggu kira-kira 2-3 menit sebelum memulai prosedur
b. Nasopalatine nerve block
Nervus yang teranestesi : nervus kiri dan kanan nasopalatina. Area yang teranestesi :
bagian anterior dari palatum keras; jaringan keras dan lunak premolar 1 sampai
premolar 1 lainnya. Indikasi : terapi restrorativ yang lebih dari 2 gigi. Untuk kontrol
nyeri. Kontraindikasi : inflamasi atau infeksi. Area yang sempit. Keuntungan :
meminimalisasikan penetrasi jarum dan volume larutan. Kerugian : tidak ada
hemostasis dan berpotensial sebagai injeksi intraoral yang traumatik
Teknik :
1. Disarankan jarum ukuran pendek 27 gauge
2. Area insersi : mukosa palatal lateral
3. Area target : foramen incisivum
4. Jalan insersi : jarum mendekati tempat injeksi di sudut 45 derajat ke arahpapila incisivum
5. Orientasi bevel : harus menuju arah palatal jaringan lunak
6. Prosedur :
a. Pasien pada posisi telentang pasien diminta membuka mulut lebar,menaikkan leher, arahkan kepala ke kiri atau kanan agarmempermudah penglihatan
b. Siapkan jaringan pada tempat injeksi : sterilkan, aplikasikan antiseptiktopikal dan anestetik topikal
c. Setelah 2 menit anestesi topikal bersihkan bagian posterior jadi secaralangsung itu adalah papila incisivum
d. Tempatkan bevel terhadap tempat yang pucat sebelumnya padatempat injeksi jaringan lunak
e. Dengan bevel telusuri seluruh jaringan
f. Jarum luruskan dan biarkan bevel penetrasi ke mukosa
g. Buang cotton secepat mungkin ketika blanching terjadi
h. Dengan pelan naikkan jarum sampai tulang palatal berkontak
i. Aspirasi
j. Deposit larutan anestesi lokal tidak lebih dari 1/4 cartridge
k. pelan pelan tarik suntikan
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 3/19
l. tutup jarumnya
m. tunggu kira-kira 2-3 menit sebelum memulai prosedur
Macam-Macam Obat Anestesi Umum
Obat anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya terdiri dari 3 golongan :
1. Obat Anestetika gas
2. Obat Anestetika yang menguap
3. Obat Anestetika yang diberikan secara intravena
1. Anestetik gas
Pada umumnya anestetik gas berpotensi rendah, sehingga hanya digunakan untuk induksi dan
operasi ringan. Anestetik gas tidak mudah larut dalam darah sehingga tekanan parsial dalam
darah cepat meningkat. Batas keamanan antara efek anesthesia dan efek letal cukup lebar.
Contoh :
1.1 Nitrogen monoksida (N2O)
Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan lebih
berat daripada udara. N2O biasanya tersimpan dalam bentuk cairan bertekanan tinggi dalam baja,
tekanan penguapan pada suhu kamar ± 50 atmosfir. N2O mempunyai efek analgesik yang baik,
dengan inhalasi 20% N2O dalam oksigen efeknya seperti efek 15 mg morfin. Kadar optimum
untuk mendapatkan efek analgesik maksimum ± 35% . Gas ini sering digunakan pada partus
yaitu diberikan 100% N2O pada waktu kontraksi uterus sehingga rasa sakit hilang tanpa
mengurangi kekuatan kontraksi dan 100% O2 pada waktu relaksasi untuk mencegah terjadinya
hipoksia. Anestetik tunggal N2O digunakan secara intermiten untuk mendapatkan analgesik pada
saat proses persalinan dan pencabutan gigi. H2O digunakan secara umum untuk anestetik umum,
dalam kombinasi dengan zat lain.
1.2 Siklopropan
Siklopropan merupakan anestetik gas yang kuat, berbau spesifik, tidak berwarna, lebih berat
daripada udara dan disimpan dalam bentuk cairan bertekanan tinggi. Gas ini mudah terbakar dan
meledak karena itu hanya digunakan dengan close method. Siklopropan relatif tidak larut dalam
darah sehingga menginduksi dengan cepat (2-3 menit). Stadium III tingkat 1 dapat dicapai
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 4/19
dengan kadar 7-10% volume, tingkat 2 dicapai dengan kadar 10-20% volume, tingkat 3 dapat
dicapai dengan kadar 20-35%, tingkat 4 dapat dicapai dengan kadar 35-50% volume. Sedangkan
pemberian dengan 1% volume dapat menimbulkan analgesia tanpa hilangnya kesadaran. Untuk
mencegah delirium yang kadang-kadang timbul, diberikan pentotal IV sebelum inhalasi
siklopropan. Siklopropan menyebabkan relaksasi otot cukup baik dan sedikit sekali mengiritasi
saluran nafas. Namun depresi pernafasan ringan dapat terjadi pada anesthesia dengan
siklopropan.
Siklopropan tidak menghambat kontraktilitas otot jantung, curah jantung dan tekanan arteri tetap
atau sedikit meningkat sehingga siklopropan merupakan anestetik terpilih pada penderita syok.
Siklopropan dapat menimbulkan aritmia jantung yaitu fibrilasi atrium, bradikardi sinus,
ekstrasistole atrium, ritme atrioventrikular, ekstrasistole ventrikel dan ritme bigemini. Aliran
darah kulit ditinggikan oleh siklopropan sehingga mudah terjadi perdarahan waktu operasi.
Siklopropan tidak menimbulkan hambatan terhadap sambungan saraf otot. Setelah waktu
pemulihan sering timbul mual, muntah dan delirium. Absorpsi dan ekskresi siklopropan melalui
paru. Hanya 0,5% dimetabolisme dalam badan dan diekskresi dalam bentuk CO2 dan air.
Siklopapan dapat digunakan pada setiap macam operasi. Untuk mendapatkan efek analgesik
digunakan 1,2% siklopropan dengan oksigen. Untuk mencapi induksi siklopropan digunakan 25-
50% dengan oksigen, sedangkan untuk dosis penunjang digunakan 10-20% oksigen.
2. Anestetik yang menguap
Anestetik yang menguap (volatile anesthetic) mempunyai 3 sifat dasar yang sama yaitu
berbentuk cairan pada suhu kamar, mempunyai sfat anestetik kuat pada kadar rendah dan relatif
mudah larut dalam lemak, darah dan jaringan. Kelarutan yang baik dalam darah dan jaringan
dapat memperlambat terjadinya keseimbangan dan terlawatinya induksi, untuk mengatasi hal ini
diberikan kadar lebih tinggi dari kadar yang dibutuhkan. Bila stadium yang diinginkan sudah
tercapai kadar disesuaikan untuk mempertahankan stadium tersebut. Untuk mempercepat induksi
dapat diberikan zat anestetik lain yang kerjanya cepat kemudian baru diberikan anestetik yang
menguap.
Umumnya anestetik yang menguap dibagi menjadi dua golongan yaitu
1. Golongan eter misalnya eter (dietileter) dan golongan hidrokarbon halogen misalnya
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 5/19
halotan, metoksifluran, etil klorida, trikloretilen dan fluroksen. Eter merupakan cairan tidak
berwarna, mudah menguap, berbau mudah terbakar, mengiritasi saluran nafas dan mudah
meledak. Eter merupakan anestetik yang sangat kuat sehingga penderita dapat memasuki setiap
tingkat anesthesia. Sifat analgesik kuat sekali, dengan kadar dalam darah arteri 10-15 mg %
sudah terjadi analgesia tetapi penderita masih sadar.
Eter pada kadar tinggi dan sedang menimbulkan relaksasi otot karena efek sentral dan hambatan
neuromuscular. Zat ini meningkatkan hambatan neuromuscular oleh antibiotic seperti neomisin,
streptomisin, polimiksin dan kanamisin. Eter dapt merangsang sekresi kelenjar bronkus. Pada
induksi dan waktu pemulihan eter menimbulkan salvias, tetapi pada stadium yang lebih dalam,
salvias akan dihambat dan terjadi depresi nafas.
Eter diabsorpsi dan disekresi melalui paru dan sebagian kecil diekskresi juga melalui urin, air
susu, keringat dan difusi melalui kulit utuh.
Efluran merupakan anestetik eter berhalogen yang tidak mudah terbakar dan cepat melewati
stadium induksi tanpa atau sedikit menyebabkan eksitasi. Kecepatan induksi terhambat bila
penderita menahan nafas atau batuk. Sekresi kelenjar saliva dan bronkus hanya sedikit
meningkat sehingga tidak perlu menggunakan medikasi preanestetik yaitu atropin. Kadar yang
tinggi menyebabkan depresi kardiovaskuler dan perangsangan SSP, untuk menghindari hal ini
enfluran diberikan dengan kadar kadar rendah bersama N2O. Efluran kadar rendah tidak banyak
mempengaruhi system kardiovaskuler, meskipun dapat menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan frekuensi nadi. Efluran menyebabkan sensitisasi jantung terhadap ketekolamin
yang lebih lemah dibandingkan dengan halotan tetapi efluran membahayakan penderita penyakit
ginjal. Pada anestesi yang dalam dan hipokapnia, efluran dapat menyebabkan kejang tonik-
klonik pada otot muka dan ekstremitas. Hal ini dapat dihentikan tanpa gejala sisa dengan
mengganti obat anestesi, melakukan anestesi yang tidak terlalu dalam dan menurunkan ventilasi
semenit untuk mengurangi hipokapnia. Efluran jangan digunakan pada anak dengan demam
berumur kurang dari 3 tahun.
Isofluran merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi mirip dengan
efluran, tetapi secara farmakologi berbeda. Isofluran berbau tajam sehingga membatasi kadar
obat dalam udara yang dihisap oleh penderita karena penderita menahan nafas dan batuk. Setelah
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 6/19
pemberian medikasi preanestetik stadium induksi dapat dilalui dengan lancer dan sedikit eksitasi
bila diberikan bersama N2O dan O2. isofluran merelaksasi otot sehingga baik untuk intubasi.
Tendensi timbul aritmia amat kecil sebab isofluran tidak menyebabkan sensiitisasi jantung
terhadap ketokolamin. Peningkatan frekuensi nadi dan takikardi adihilangkan dengan pemberian
propanolol 0,2-2 mg atau dosis kecil narkotik (8-10 mg morfin atau 0,1 mg fentanil), sesudah
hipoksia atau hipertemia diatasi terlebih dulu. Penurunan volume semenit dapat diatasi dengan
mengatur dosis. Pada anestesi yang dalam dengan isofluran tidak terjadi perangsangan SSP
seperti pada pemberian enfluran. Isofluran meningkatkan aliran darah otak pada kadar labih dari
1,1 MAC (minimal Alveolar Concentration) dan meningkatkan tekanan intracranial.
2. Golongan Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan
tidak mudah meledak meskipun dicampur dengan oksigen. Halotan bereaksi dengan perak,
tembaga, baja, magnesium, aluminium, brom, karet dan plastic. Karet larut dalam halotan,
sedangkan nikel, titanium dan polietilen tidak sehingga pemberian obat ini harus dengan alat
khusus yang disebut fluotec. Efek analgesic halotanlemah tetapi relaksasi otot yang
ditimbulkannya baik. Dengan kadar yang aman waktu 10 menit untuk induksi sehingga
mempercepat digunakan kadar tinggi (3-4 volume %). Kadar minimal untuk anestesi adalah
0,76% volume.
Metoksifluran merupakan cairan jernih, tidak berwarna, bau manis seperti buah, tidak mudah
meledak, tidak mudah terbakar di udara atau dalam oksigen. Pada kadar anestetik, metoksifluran
mudah larut dalam darah. Anestetik yang kuat dengan kadar minimal 0,16 volume % sudah dapat
menyebabkan anestesi dalam tanpa hipoksia. Metoksifluran tidak menyebabkan iritasi dan
stimulasi kelenjar bronkus, tidak menyebabkan spasme laring dan bronkus sehingga dapat
digunakan pada penderita asma. Metoksifluran menyebabkan sensitisasi jantung terhadap
ketokolamin tetapi tidak sekuat kloroform, siklopropan, halotan atau trikloretilan. Metoksifluran
bersifat hepatoksik sehingga sebaiknya tidak diberikan pada penderita kelainan hati.
Etilklorida merupakan cairan tak berwarna, sangat mudah menguap, mudah terbakar dan
mempunyai titik didih 12-13°C. Bila disemprotkan pada kulit akan segera menguap dan
menimbulkan pembekuan sehingga rasa sakit hilang. Anesthesia dengan etilklorida cepat terjadi
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 7/19
tetapi cepat pula hilangnya. Induksi dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3
menit sesudah pemberian anesthesia dihentikan. Karena itu etilkloretilen sudah tidak dianjurkan
lagi untuk anestetik umum, tetapi hanya digunakan untuk induksi dengan memberikan 20-30
tetes pada masker selama 30 detik. Etilkloroda digunakan juga sebagai anestetik local dengan
cara menyemprotkannya pada kulit sampai beku. Kerugiannya, kulit yang beku sukar dipotong
dan mudah kena infeksi Karena penurunan resistensi sel dan melambatnya penyembuhan.
Trikloretilen merupakan cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas seperti
kloroform, tidak mudah terbakardan tidak mudah meledak. Induksi dan waktu pemulihan terjadi
lambat karena trikloretilen sangat larut dalam darah. Efek analgesic trikloretilen cukup kuat
tetapi relaksasi otot rangka yang ditimbulkannya kurang baik , maka sering digunakan pada
operasi ringan dalam kombinasi dengan N2O. untuk anestesi umum, kadar trikloretilen tidak
boleh lebih dari 1% dalam campuran 2:1 dengan N2O dan oksigen. Trikloretilen menimbulkan
sensitisasi jantung terhadap katekolamin dan sensitisasi pernafasan pada stretch receptor. Sifat
lain trikloretilen tidak mengiritasi saluran nafas.
Agen anestesi inhalasi yang ideal:
• Memiliki odor yang sewajarnya, tidak mengiritasi saluran
pernapasan
• Dapat menginduksi secara cepat dan cepat pula pulih
• Stabil secara kimiawi pada kemasan penyimpanan dan tidak
berinteraksi dengan material anaesthetic circuit atau dengan soda
• Tidak mudah terbakar dan eksplosif
• Dapat menyebabkan kehilangan kesadaran dengan analgesik
dan relaksasi otot
• Cukup poten untuk adanya penggunaan inspirasi oksigen
dengan konsentrasi tinggi ketika dibutuhkan
• Tidak dimetabolisme oleh tubuh, tidak beracun, dan tidak
merangsang reaksi alergik
• Menghasilkan depresi yang minimal pada sistem
kardiovaskuler dan pernapasan dan harus tidak berinteraksi dengan obat-
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 8/19
obat lain yang juga dipakai selama anestesi
• Inert, berkurang secara cepat dan menyeluruh dalam bentuk
yang tidak berubah melalui paru-paru
Minimal alveolar concentration (MAC) adalah konsentrasi anestesi terendah pada
alveolus pulmonalis yang dibutuhkan untuk menghasilkan imobilitas terhadap
respon hingga stimulus sakit (incisi bedah) pada 50% individu. Hal ini diterima
sebagai perhitungan yang valid terhadap potensi anestesi umum inhalasi karena
tetap konstan pada tiap jenis bahkan pada beragam kondisi. MAC merefleksikan
kapasitas anestesi untuk masuk ke dalam sistem saraf pusat dan untuk
mencapai konsentrasi yang cukup pada membran neuronal.
Contoh obat untuk anestesi inhalasi: halothane, isoflurane, desflurane,
sevoflurane, nitrous oxide
Halothane
• Agen anestesi poten, dengan nilai MAC 0,76
• Non-iritan
• Depresan kardiak yang poten
• Konsentrasi inspirasi sekitar 30%, jika berlebihan akan segera
menyebabkan depresi miokardia dan pernapasan yang fatal
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 9/19
• Dapat menurunkan tonus otot bronkial, sehingga menguntungkan untuk
pasien yang berisiko mengalami bronkokonstriksi
• Pengulangan pemakaian halothane harus berselang 12 minggu
• Halothane dimetabolisme di hepar
• Dapat menyebabkan disfungsi hepar
Isoflurane
• Memiliki aksi yang serupa dengan halothane
• Tetapi potensinya kurang sebagai depresan kardiak
• Tidak menyebabkan hepatotoksik
Desflurane
• Serupa denga isoflurane, tetapi kurang poten
Sevoflurane
• Lebih poten daripada desflurane dan pemulihannya lebih cepat
Nitrous oxide
• Anestesi lemah, dengan nilai MAC lebih dari 100
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 10/19
• Kurang poten untuk induksi, sehingga dipakai untuk penjagaan anestesi
• Untuk anestesi, digunakan campuran 70% nitrous oxide dan 30% oksigen
• Untuk analgesik, digunakan campuran 50% nitrous oxide dan 50%
oksigen
• Paparan yang berulang akan menyebabkan depresi sumsum tulang
• Tidak dimetabolisme tubuh
3. Anestetik yang diberikan secara intravena (anestetik perenteral)
Pemakaian obat anestetik intravena, dilakukan untuk : induksi anesthesia, induksi dan
pemeliharaan anesthesia bedah singkat, suplementasi hypnosis pada anesthesia atau analgesialocal, dan sedasi pada beberapa tindakan medic. Anestesi intravena ideal membutuhkan criteria
yang sulit dicapai oleh hanya satu macam obat yaitu cepat menghasilkan efek hypnosis,
mempunyai efek analgesia, disertai oleh amnesia pascaanestesia, dampak yang tidak baik mudah
dihilangkan oleh obat antagonisnya, cepat dieliminasi dari tubuh, tidak atau sedikit mendepresi
fungsi restirasi dan kardiovasculer, pengaruh farmakokinetik tidak tergantung pada disfungsi
organ. Untuk mencapai tujuan di atas, kita dapat menggunakan kombinasi beberapa obat atau
cara anestesi lain. Kebanyakan obat anestetik intravena dipergunakan untuk induksi. Kombinasi
beberapa obat mungkin akan saling berpotensi atau efek salah satu obat dapat menutupi
pengaruh obat yang lain.
Barbiturate menghilangkan kesadaran dengan blockade system sirkulasi (perangsangan) di
formasio retikularis. Pada pemberian barbiturate dosis kecil terjadi penghambatan system
penghambat ekstra lemnikus, tetapi bila dosis ditingkatkan system perangsang juga dihambat
sehingga respons korteksmenurun. Pada penyuntikan thiopental. Barbiturate menghambat pusat
pernafasan di medulla oblongata. Tidal volume menurun dan kecepatan nafas meninggi dihambat
oleh barbiturattetapi tonus vascular meninggi dan kebutuhan oksigen badan berkurang, curah
jantung sedikit menurun. Barbiturate tidak menimbulkan sensitisasi jantung terhadap
katekolamin.
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 11/19
Barbiturate yang digunakan untuk anestesi adalah :
Natrium thiopental dosis yang dibutuhkan untuk induksi dan mempertahankan anestesi
tergantung dari berat badan, keadaan fisik dan penyakit yang diderita. Untuk induksi pada orang
dewasa diberikan 2-4 ml larutan 2,5% secara intermitten setiap 30-60 detik sampai tercapai efek
yang diinginkan. Untuk anak digunakan larutan pentotal 2% dengan interval 30 detik dengan
dosis 1,5 ml untuk berat badan 15 kg,3 ml untuk berat badan 30 kg, 4 ml untuk berat badan 40 kg
dan 5 ml untuk berat badan 50 kg. Untuk mempertahankan anesthesia pada orang dewasa
diberikan pentotal 0,5-2 ml larutan 2,5%, sedangkan pada anak 2 ml larutan 2%. Untuk
anesthesia basal pada anak, biasa digunakan pentotal per rectal sebagai suspensi 40% dengan
dosis 30 mg/kgBB.
Natrium tiamilal dosis untuk induksi pada orang dewasa adalah 2-4 ml larutan 2,5%, diberikan
intravena secara intermiten setiap 30-60 detik sampai efek yang diinginkan tercapai, dosis
penunjang 0,5-2 ml larutan 2,5% a tau digunakan larutan 0,3% yang diberikan secara terus
menerus (drip).
Natrium metoheksital dosis induksi pada orang dewasa adalah 5-12 ml larutan 1% diberikan
secara intravena dengan kecepatan 1 ml/5 detik, dosis penunjang 2-4 ml larutan 1% atau bila
akan diberikan secara terus menerus dapat digunakan larutan larutan 0,2%.
Ketamin merupakan larutan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif
aman. Ketamin mempunyai sifat analgesic, anestetik dan kataleptik dengan kerja singkat. Sifat
analgesiknya sangat kuat untuk system somatik, tetapi lemah untuk sistem visceral. Tidak
menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Ketamin
akan meningkatkan tekanan darah, frekuensi nadi dan curah jantung sampai ± 20%. Ketamin
menyebabkan reflek faring dan laring tetap normal. Ketamin sering menimbulkan halusinasi
terutama pada orang dewasa.
Sebagian besar ketamin mengalami dealkilasi dan dihidrolisis dalam hati, kemudian diekskresi
terutama dalam bentuk utuh. Untuk induksi ketamin secara intravena dengan dosis 2 mm/kgBB
dalam waktu 60 detik, stadium operasi dicapai dalam 5-10 menit. Untuk mempertahankan
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 12/19
anestesi dapat diberikan dosis ulangan setengah dari semula. Ketamin intramuscular untuk
induksi diberikan 10 mg/kgBB, stadium operasi terjadi dalam 12-25 menit.
Droperidol dan fentanil tersedia dalam kombinasi tetap, dan tidak diperguna-kan untuk
menimbulkan analgesia neuroleptik. Induksi dengan dosis 1 mm/9-15 kg BB diberikan perlahan-
lahan secara intravena (1 ml setiap 1-2 menit) diikuti pemberian N2O atau O2 bila sudah timbul
kantuk. Sebagai dosis penunjang digunakan N2O atau fentanil saja (0,05-0,1 mg tiap 30-60
menit) bila anesthesia kurang dalam. Droperidol dan fentanil dapat diberikan dengan aman pada
penderita yang dengan anestesi umum lainnya mengalami hiperpireksia maligna.
Diazepam menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang disertai nistagmus dan bicara
lambat, tetapi tidak berefek analgesic. Juga tidak menimbulkan potensiasi terhadap efek
penghambat neuromuscular dan efekanalgesik obat narkotik. Diazepam digunakan untuk
menimbulkan sedasi basal pada anesthesia regional, endoskopi dan prosedur dental, juga untuk
induksi anestesia terutama pada penderita dengan penyakit kardiovascular. Dibandingkan dengan
ultra short acting barbiturate, efek anestesi diaz-epam kurang memuaskan karena mula kerjanya
lambat dan masa pemulihannya lama. Diazepam juga digunakan untuk medikasi preanestetik dan
untuk mengatasi konvulsi yang disebabkan obat anestesi local.
Etomidat merupakan anestetik non barbiturat yang digunakan untuk induksi anestesi. Obat ini
tidak berefek analgesic tetapi dapat digunakan untuk anestesi dengan teknik infuse terus menerus
bersama fentanil atau secara intermiten. Dosis induksi eto-midat menurunkan curah jantung , isi
sekuncup dan tekanan arteri serta meningkat-kan frekuensi denyut jantung akibat kompensasi.
Etomidat menurunkn aliran darah otak (35-50%), kecepatan metabolism otak, dan tekanan
intracranial, sehingga anestetik ini mungkin berguna pada bedah saraf.Etomidat menyebabkan
rasa nyeri ditempat nyeri di tempat suntik yang dapat diatasi dengan menyuntikkan cepat pada
vena besar, atau diberikan bersama medikasi preanestetik seperti meperidin.
Propofol secara kimia tak ada hubungannya dengan anestetik intravena lain. Zat ini berupa
minyak pada suhu kamar dan disediakan sebagai emulsi 1%. Efek pemberian anestesi umum
intravena propofol (2 mg/kg) menginduksi secara cepat seperti tiopental. Rasa nyeri kadang
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 13/19
terjadi ditempat suntikan, tetapi jarang disertai dengan thrombosis. Propofol menurunkan
tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini lebih disebabkan karena vasodilatasi perifer
daripada penurunan curah jantung. Tekanan sistemik kembali normal dengan intubasi trakea.
Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke otak, metabolism otak, dan
tekanan intracranial akan menurun. Biasanya terdapat kejang.
Agen anestesi intravena yang ideal:
• Onset cepat
• Pemulihan cepat
• Analgesik pada konsentasi subanestesi
• Depresi minimal pada sistem kardiovaskuler dan pernapasan
• Tidak ada efek emetik
• Tidak menyebabkan fenomena exicitatory (batuk, cegukan,
gerakan involunter) pada induksi
• Tidak menyebabkan fenomena emergensi (mimpi buruk)
• Tidak ada interaksi dengan obat-obat neuromuscular blocking
• Tidak nyeri ketika diinjeksi
• Tidak venous sequelae
• Aman pada injeksi yang kurang hati-hati pada arteri
• Tidak menyebabkan efek toksik pada organ lain
• Tidak menghasilkan histamin
• Formulasi water soluble
• Long shelf-life
• Tidak menstimulasi porphyria
Contoh obat untuk anestesi intravena: thiopentone, propofol, ketamine
Thiopentone
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 14/19
• Barbiturate yang sering digunakan
• Aksi cepat, biasanya dengan onset tidur perlahan, pasien hilang
kesadaran dalam waktu 30 – 45 detik, kemudian pulih kembali setelah 4-7
menit
• Tidak memiliki efek analgesik
• Alkalin kuat, dapat menyebabkan nekrosis parah pada kecelakaan
administrasi ekstravaskuler. Sebaiknya diinjeksikan melalui cateter untuk
mencegah hal ini
• Tidak digunakan sebagai anestesi utama pada prosedur pembedahan,
karena menyebabkan zero-order elimination kinetic
• Dimetabolisme di hepar
• Efek samping: hipotensi, apnea, obstruksi jalan napas, aritmia, batuk,
bersin, reaksi hipersensitif
• Dosis: anak dan dewasa 3-5 mg/kg diberikan perlahan selama 10-15 detik
Propofol
• Induksi cepat (30 detik) dan pemulihan cepat pula (4 menit)
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 15/19
• Digunakan untuk induksi dan maintenance
• Terkadang terasa sakit ketika diinjeksikan intravena, dapat dikurangi rasa
sakitnya dengan lidocaine
Ketamine
• Sekarang sudah jarang digunakan
• Memiliki efek analgesik yang baik
• Anestesi bertahan hingga 15 menit
• Tidak menyebabkan hipotensi
• Jarang menyebabkan bronkospasme
• Tidak menghasilkan relaksasi otot
• Meningkatkan detak jantung juga meningkatkan tekanan intrakranial dan
intraokular
• Insidensi tinggi pada halusinasi
• Dosis untuk induksi intravena 1-2 mg/kg, intramuskular 6-8 mg/kg
• Dosis untuk maintenance, yaitu dengan dosis serial 50% dosis IV dan 25%
dosis IM
• Dosis sebagai analgesik 0,5 mg/kg
Macam – macam Teknik Anestesi Umum
Teknik anestesi umum di dunia kedokteran dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
I. Parenteral
Obat anestesi masuk ke dalam darah dengan cara suntikan IV atau IM. Untuk selanjutnya dibawa
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 16/19
darah ke otak dan menimbulkan keadaan narkose.
Obat anestesi yang sering digunakan adalah:
1. Pentothal
Dipergunakan dalam larutan 2,5% atau 5% dengan dosis permulaan 4-6 mg/kg BB dan
selanjutnya dapat ditambah sampai 1 gram.
Penggunaan:
1. untuk induksi, selanjutnya diteruskan dengan inhalasi.
2. operasi-operasi yang singkat seperti: curettage, reposisi, insisi abses.
Cara Pemberian:
Larutan 2,5% dimasukkan IV pelan-pelan 4-8 CC sampai penderita tidur, pernapasan lambat dan
dalam. Apabila penderita dicubit tidak bereaksi, operasi dapat dimulai. Selanjutnya suntikan
dapat ditambah secukupnya apabila perlu sampai 1 gram.
Komplikasi:
Lokal: Di tempat suntikan, apabila ke luar dari pembuluh darah sakit sekali merah dan bengkak.
Tindakan:
- infiltrasi dengan anestesi lokal
- kompres
1. Menekan pusat pernafasan:
Kecepatan menyuntik harus hati-hati jangan sampai pernafasan berhenti.
2. Menekan jantung:
Tekanan darah turun sampai nadi tak teraba.
3. Larynx Spasme:
- diberi O2 murni
- kalau diberi succinyl choline IV 25-50 mg untuk melemaskan spasme sambil
dibuat pernafasan buatan.
Kontra Indikasi:
1. Anak-anak di bawah 4 tahun
2. Shoch , anemia, uremia dan penderita-penderita yang lemah
3. Gangguan pernafasan: asthma, sesak nafas, infeksi mulut dan saluran nafas
4. Penyakit jantung
5. Penyakit hati
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 17/19
6. Penderita yang terlalu gemuk sehingga sukar untuk menemukan vena yang baik.
2. Ketalar (Ketamine)
Diberikan IV atau IM berbentuk larutan 10 mg/cc dan 50 mg/cc.
Dosis: IV 1-3 mg/kgBB,
IM 8-13 mg/kgBB 1-3 menit setelah penyuntikan operasi dapat dimulai.
Komplikasi:
1. menekan pusat pernafasan , tetapi lebih kurang daripada pentothal.
2. merangsang jantung: tekanan darah naik
3. sekresi kelenjar ludah dan saluran pernafasan bertambah
Penggunaan:
1. operasi-operasi yang singkat
2. untuk indikasi penderita tekanan darah rendah
Kontra Indikasi:
Penyakit jantung, kelainan pembuluh darah otak dan hypertensi.
Catatan
Oleh karena komplikasi utama dari anestesi secara parenteral adalah menekan pusat pernafasan,
maka kita harus siap dengan peralatan dan tindakan pernafasan buatan terutama bila ada sianosis.
II. Perrectal
Obat anestesi diserap lewat mukosa rectum kedalam darah dan selanjutnya sampai ke otak.
Dipergunakan untuk tindakan diagnostic (katerisasi jantung, roentgen foto, pemeriksaan mata,
telinga, oesophagoscopi, penyinaran dsb) terutama pada bayi-bayi dan anak kecil. Juga dipakai
sebagai induksi narkose dengan inhalasi pada bayi dan anak-anak. Syaratnya adalah:
1. rectum betul-betul kosong
2. tak ada infeksi di dalam rectum
Lama narkose 20-30 menit. Obat-obat yang digunakan:
- Pentothal 10% dosis 40 mg/kgBB
- Tribromentothal (avertin) 80 mg/kgBB
III. Inhalasi
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 18/19
Obat anesthesia dihirup bersama udara pernafasan ke dalam paru-paru, masuk ke darah dan
sampai di jaringan otak mengakibatkan narkose.
Obat-obat yang dipakai:
1. Induksi halotan.
Induksi halotan memerlukan gas pendorong O2 atau campuran N2O dan O2. Induksi dimulai
dengan aliran O2 > 4 ltr/mnt atau campuran N2O:O2 = 3:1. Aliran > 4 ltr/mnt. Kalau pasien batuk
konsentrasi halotan diturunkan, untuk kemudian kalau sudah tenang dinaikan lagi sampai
konsentrasi yang diperlukan.
2. Induksi sevofluran
Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk walaupun langsung
diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol %. Seperti dengan halotan konsentrasi
dipertahankan sesuai kebutuhan.
3.Induksi dengan enfluran (ethran), isofluran ( foran, aeran ) atau desfiuran jarang dilakukan
karena pasien sering batuk dan waktu induksi menjadi lama.
j. Status Fisik Pasien Berdasarkan ASA (American Society of Anesthesiologist)
Pada tahun 1963 American Society of Anesthesiologists (ASA) mengadopsi sistem klasifikasi
status lima kategori fisik; sebuah kategori keenam kemudian ditambahkan Kriteria status fisik
pasien sebelum operasi menurut ASA (American Society of Anesthesiologist) :
1. ASA I : Seorang pasien yang normal dan sehat.
2. ASA II : Seorang pasien dengan penyakit sistemik ringan.
3. ASA III : Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat.
4. ASA IV : Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang merupakan ancaman bagi
kehidupan.
5. ASA V : Seorang pasien yang hampir mati tidak diharapkan untuk bertahan hidup tanpa
operasi.
6. ASA VI : Seorang pasien mati otak yang menyatakan organ sedang dikeluarkan untuk tujuan
donor.
8/3/2019 anestesi muty
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-muty 19/19
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah Fadillah. Teknik-teknik anestesi local. 2007.
2. Rughaidah. Teknik anestesi local gow gates dan citoject. 1994
3. Purwanto, drg. Petunjuk praktis anestesi local. 1993. Penerbit buku kedokteran. Jakarta: EGC
4. Howe, Geoffrey L. Anestesi local. 1994. Jakarta : Hipokrates
5. http://en.wikipedia.org/wiki/ASA_physical_status_classification_system
6.http://secure.aahanet.org/eWeb/DynamicPage.aspx?
Site=aahastore&Webcode=category&category=Medical%20Records