1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

37
Kelompok 10 1. Holys Donna Chris Shihita Tjipta 2. Vinsencia Devina Arceli 3. Noni Mega Dhini 4. Feronika W. Rumbin 5. Asih Kusumasari M.U. Lado 6. Chasperina Anggreni Nenobais 7. Fransiska Florensiana 8. Andari Purnamawati 9. Gabril Elman Bigson 10. Edwin Salulito SISTEM IMUNOLOGI DAN HEMATOLOGI ERITOBLASTOSIS FETALIS Prodi S1 Keperawatan 1

Transcript of 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

Page 1: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

Kelompok 10

1. Holys Donna Chris Shihita Tjipta2. Vinsencia Devina Arceli3. Noni Mega Dhini4. Feronika W. Rumbin5. Asih Kusumasari M.U. Lado6. Chasperina Anggreni Nenobais7. Fransiska Florensiana8. Andari Purnamawati9. Gabril Elman Bigson10. Edwin Salulito11. Engelbertus A.D. Kelabu

SISTEM IMUNOLOGI DAN HEMATOLOGI

ERITOBLASTOSIS FETALIS

Prodi S1 Keperawatan

STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta

1

Page 2: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN

Eritroblastosis fetalis atau dalam  adalah

suatu kelainan berupa hemolisis (pecahnya

sel darah merah) pada janin yang akan

nampak pada bayi yang baru lahir karena

perbedaan golongan darah dengan ibunya.

Perbedaan faktor golongan darah ini akan

mengakibatkan terbentuknya sistem imun

(antibodi) ibu sebagai respon terhadap sel

darah bayi yang mengadung suatu antigen.

Eritroblastosis fetalis biasanya terjadi apabila

bayi bergolongan darah rhesus positif sedangkan ibu bergolongan darah rhesus

negatif.

Eritroblastosis fetalis adalah suatu sindroma yang ditandai oleh anemia berat

pada janin dikarenakan ibu menghasilkan antibodi yang menyerang sel darah janin.

Sindroma ini merupakan hasil dari inkompabilitas kelompok darah ibu dan janin

terutama pada sistem rhesus. Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat

kompleks dan masih banyak perdebatan baik mengenai aspek genetik, nomenklatur

maupun interaksi antigeniknya. Pada tahun 1932, Diamond, Blackfan dan Baty

melaporkan bahwa fetal anemia yang ditunjukkan dengan jumlah eritroblas yang

ada dalam sirkulasi darah menggambarkan sindroma ini.

2. ANATOMI FISIOLOGI

Golongan Darah Rhesus

Sistem rhesus membedakan darah menjadi dua golongan, yaitu

golongan darah rhesus positif yang mengandung antigen rhesus dan golongan

darah rhesus negatif yang tidak mengandung antigen rhesus. Apabila antigen

rhesus pada darah rhesus positif masuk ke dalam sirkulasi darah rhesus negatif,

maka tubuh orang rhesus negatif akan membentuk antibodi untuk melawan

antigen dari darah rhesus positif tadi. Antibodi adalah suatu protein yang 2

Page 3: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

berfungsi menyerang dan menghancurkan sel-sel yang dianggap benda asing

atau membawa benda asing atau membawa benda asing (antigen). Contohnya

adalah, apabila ada donor darah dari darah rhesus positif yang diberikan kepada

resipien yang berdarah rhesus

negatif, maka pada tubuh

resipien akan mengalami

pembekuan darah. Hal ini

tidak membantu, tapi justru

merugikan resipien karena

ginjalnya akan bekerja lebih

keras membersihkan darah

yang membeku. Hal

sebaliknya tidak terjadi apabila darah rhesus negatif didonorkan pada resipien

berdarah rhesus positif; tidak terjadi pembekuan darah karena darah dari donor

tidak mengadung antigen

Pembentukan sel Darah Merah

Eritrosit (sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam kantong

kuning telah saat embrio pada minggu-minggu pertama. Proses pembentukan

eritrosit disebut eritropoisis. Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit

terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar sumsum tulang. Produksi eritrosit ini

dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di

sumsum tulang membranosa. Semakin bertambah usia seseorang, maka

produktivitas sumsum tulang semakin turun. 

Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid

yang terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis

leukosit, eritrosit, megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel

darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan

dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan

hati. Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan

sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari

hemoglobin dikeluarkan untuk dibuang dalam pembentukan sel darah merah

lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna kuning

3

Page 4: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat

pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.

3. ETIOLOGI

a. Inkompatibilitas Rhesus (Rh)

dapat disebabkan oleh

isoimmunisasi maternal ke

antigen Rh oleh transfusi darah

Rh positif atau isoimmunisasi

maternal dari paparan ke

antigen Rh janin pada

kehamilan pertama atau

kehamilan yang sekarang. Pada

inkompatibilitas Rh, anak

pertama lahir sehat karena ibu

belum banyak memiliki benda-banda penangkis terhadap antigen Rh, asalkan

4

Page 5: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

sebelumnya ibu tidak menderita abortus atau mendapat transfusi darah dari Rh

positif. Pasangan suami istri hanya mempunyai 1 atau 2 anak, sedang anak-anak

berikutnya semua meninggal. Pada wanita Rhesus negatif yang melahirkan bayi

pertama Rhesus positif, risiko terbentuknya antibodi sebesar 8%, sedangkan

insidens timbulnya antibodi pada kehamilan berikutnya sebagai akibat

sensitisitas pada kehamilan pertama sebesar 16%. Tertundanya pembentukan

antibodi pada kehamilan berikutnya disebabkan oleh proses sensitisasi,

diperkirakan berhubungan dengan respons imun sekunder yang timbul akibat

produksi antibodi pada kadar yang memadai. Kurang lebih 1% dari wanita akan

tersensitasi selama kehamilan terutama trimester ketiga. Kemungkinan

terjadinya imunisasi Rh diperkirakan 1-2% dari semua kehamilan namun di Asia

frekuensi ini lebih rendah. Untuk inkompabilitas Rh, predominan seks adalah

perempuan. Mayoritas inkompatibilitas Rh terjadi pada janin dengan Rh-positif

dari ibu yang mempunyai Rh- negatif. Faktor Rh adalah protein, suatu antigen

dalam sel darah merah. Hadirnya faktor Rh membuat sel darah tidak cocok

terhadap sel-sel darah yang tidak mempunyai antigen. Jika seseorang dengan

Rh-positif, berarti dia mempunyai faktor Rh di dalam darahnya. Jika seseorang

dengan Rh-negatif, berarti dia tidak mempunyai faktor Rh di dalam darahnya.

Sekitar 85% orang-orang mempunyai Rh-positif dan sekitar 15% dengan Rh-

negatif. Faktor Rh bermasalah ketika darah dengan Rh-negatif  mengalami

kontak dengan darah Rh-positif. Sistem immun dari orang dengan Rh-negatif

mengidentifikasi darah Rh-positif sebagai penyerang yang berbahaya, suatu

antigen, dan dapat memproduksi antibodi untuk melawan darah tersebut.

Antibodi adalah substansi protein yang dihasilkan oleh tubuh dalam merespon

suatu antigen. Antibodi ini yang mennyebabkan masalah kehamilan.

b. Inkompabilitas ABO

Dua puluh sampai 25% kehamilan terjadi inkompabilitas ABO, yang

berarti bahwa serum ibu mengandung anti-A atau anti-B sedangkan eritrosit

janin mengandung antigen respective.Inkompabilitas ABO nantinya akan

menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi yang baru lahir dimana terdapat

lebih dari 60% dari seluruh kasus. Penyakit ini sering tidak parah jika

dibandingkan dengan akibat Rh, ditandai anemia neonatus sedang dan

5

Page 6: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

hiperbilirubinemia neonatus ringan sampai sedang serta kurang dari 1% kasus

yang membutuhkan transfusi tukar. Inkompabilitas ABO tidak pernah benar-

benar menunjukkan suatu penyebab hemolisis dan secara umum dapat menjadi

panduan bagi ilmu pediatrik dibanding masalah kebidanan. Mayoritas

inkompatibilitas ABO diderita oleh anak pertama (40% menurut Mollison),

dan anak-anak berikutnya makin lama makin baik keadaannya. Gambaran

klinis penyakit hemolitik pada bayi baru lahir berasal dari inkompabilitas

ABO sering ditemukan pada keadaan dimana ibu mempunyai tipe darah O,

karena tipe darah grup masing-masing menghasilkan anti A dan anti B yang

termasuk kelas IgG yang dapat melewati plasenta untuk berikatan dengan

eritrosit janin. Pada beberapa kasus, penyakit hemolitik ABO tampak

hiperbilirubinemia ringan sampai sedang selama 24-48 jam pertama

kehidupannya. Hal ini jarang muncul dengan anemia yang signifikan.

Tingginya jumlah bilirubin dapat menyebabkan kernikterus terutama pada

neonatus preterm. Fototerapi pada pengobatan awal dilakukan meskipun

transfusi tukar yang mungkin diindikasikan untuk hiperbilirubinemia. Seks

predominan Seks predominan eritroblastosis fetalis akibat inkompatibilitas

ABO adalah sama antara laki-laki dan perempuan.

6

Page 7: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

4. EPIDEMIOLOGI

Secara garis besar, terdapat dua tipe penyakit inkompabilitas yaitu:

inkompabilitas Rhesus dan inkompabilitas ABO. Keduanya mempunyai gejala yang

sama, tetapi penyakit Rh lebih berat karena antibodi anti Rh yang melewati plasenta

lebih menetap bila dibandingkan dengan antibodi anti-A atau anti-B. Insidens pasien

yang mengalami inkompatibilitas Rhesus (yaitu rhesus negatif) adalah 15% pada ras

berkulit putih dan 5% berkulit hitam dan jarang pada bangsa asia. Rhesus negatif

pada orang indonesia jarang terjadi, kecuali adanya perkawinan dengan orang asing

yang bergolongan rhesus negatif. Selama 20 tahun, dari tahun 1972-1993, Hudono

(1993) menemukan di Jakarta hal-hal sebagai berikut: 8 kasus antagonismus Rhesus

dengan istri Rh negatif, semuanya bukan orang Asia; hanya pada 2 orang ibu (25%)

terjadi imunisasi. Selanjutnya dalam waktu yang sama dijumpai 2 kasus

eritroblastosis fetalis karena inkompabilitas ABO dan 2 kasus lainnya yang tidak

diketahui dengan pasti sebabnya, satu diantaranya mungkin karena inkompabilitas

ABO.

5. PATOFISIOLOGI

antibodi yang melawan sel darah merah janin

eritrosit janin dalam beberapa insiden dapat masuk ke dalam sirkulasi darah

ibu yang dinamakan fetomaternal microtransfusion

Bila ibu tidak memiliki antigen seperti yang terdapat padaeritrosit janin, maka

ibu akan distimulasi untuk membentuk imun antibodi.

Imun anti bodi tipe IgG tersebut dapat melewati plasenta dan kemudia nmasuk

ke dalam peredaran darah janin

7

Page 8: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

Sel-sel eritrosit janin akan diselimuti (coated) dengan antibodi

akhirnya terjadi aglutinasi dan hemolysis kepekatan darah kardiomegali

menyebabkan anemia (reaksi hipersensitivitas tipe II).

dikompensasi oleh tubuh bayi dengan cara memproduksi dan melepaskan sel-

sel darah merah yang imatur yang berinti banyak (eritroblas)

eritroblas yang berlebihan dapat menyebabkan pembesaran hati

Lebih dari 400 antigen terdapat pada permukaan eritrosit

Kurangnya antigen eritrosit dalam tubuh berpotensi menghasilkan antibodi

jika terpapar dengan antigen tersebut

Penghancuran sel-sel darah merah menyebabkan terbentuknya bilirubin

6. MANIFESTASI KLINIS

1. Hidrops Fetalis

8

Page 9: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

a. Hidrops fetalis adalah suatu sindroma ditandai edema menyeluruh pada bayi,

asites dan pleural efusi pada saat lahir.

b. Pada kasus parah, terjadi edema subkutan dan efusi kedalam kavum serosa.

c. Hemolisis yang berlebih dan berlangsung lama akan menyebabkan

hiperplasia eritoid pada sumsum tulang, hematopoesis ekstrameduler di

dalam lien dan hepar, pembesaran jantung dan peredaran pulmoner.

d. Asites dan hepatosplenomegali yang terjadi dapat menimbulkan distosia

akibat abdomen janin sangat membesar

e. Hidrothoraks dapat menganggu

respirasi janin

f. Anemia berat

g. Kegagalan sirkulasi

h. Bayi hidrops yang bertahan

hidup tampak pucat, edema dan

lemas saat dilahirkan

i. Lien membesar , ekimosis dan

petekie menyebar

j. Sesak napas

k. Kolaps sirkulasi

2. Hiperbilirubinemia

a. Gangguan sistem saraf pusat = ganglia basal

b. Kernikterus

c. Letargia

d. Kekakuan ekstremitas

e. Retraksi kepala

f. Strablismus

g. Tangisan melengking

h. Tidak mau menyusu

i. Kejang-kejang

j. Inkoordinasi motorik

k. Tuli konduktif

l. Anemia

9

Page 10: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Diagnosis isoimunisasi berdasarkan deteksi antibodi pada serum ibi. Metode ini

yang paling sering digunakan adalah tes coombs tak langsung = penapisan

antibodi/ Ig secara tidak langsung.

b. Tes coombs, bergantung pada kemampuan anti IgG (coombs) serum untuk

mengaglutinasi eritrosit yang dilapisi IgG.

c. Tes coombs, serum darah pasien dicampurdengan eritrosit yang mengandung

antigen eritrosit menurun tertentu, diinkubasi, lalu eritrosit dicuci suatu

substansi lalu ditambahkan untuk menurunkan potensi listrik dari membran

eritrosit. Serum coombs ditambahkan dan jika Ig ibu ada dalam eritrosit =

aglutinasi (+).

d. Ikterus 24 jam pasca persalinan

e. Kadar Hb < 15 mg % di tali pusat

f. Kadar bilirubin > 5 mg % di tali pusat

g. Splenohepatomegali

8. PENATALAKSANAAN

Bentuk ringan tidak memerlukan pengobatan spesifik, kecuali bila terjadi

kenaikan bilirubin yang tidak wajar. Bentuk sedang memerlukan tranfusi tukar,

umumnya dilakukan dengan darah yang sesuai dengan darah ibu (Rhesus dan

ABO). Jika tak ada donor Rhesus negatif, transfusi tukar dapat dilakukan dengan

darah Rhesus positif sesering mungkin sampai semua eritrosit yang diliputi antibodi

dikeluarkan dari tubuh bayi. Bentuk berat tampak sebagai hidrops atau lahir mati

yang disebabkan oleh anemia berat yang diikuti oleh gagal jantung. Pengobatan

ditujukan terhadap pencegahan terjadinya anemia berat dan kematian janin.

1. Transfusi tukar

Tujuan transfusi tukar yang dapat dicapai :

a. Memperbaiki keadaan anemia, tetapi tidak menambah volume darah

b. Menggantikan eritrosit yang telah diselimuti oleh antibodi (coated cells)

dengan eritrosit normal (menghentikan proses hemolisis)

c. Mengurangi kadar serum bilirubin

d. Menghilangkan imun antibodi yang berasal dari ibu

10

Page 11: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

Yang perlu diperhatikan dalam transfusi tukar :

a. Berikan darah donor yang masa simpannya ≤ 3 hari untuk menghindari

kelebihan kalium.

b. Pilih darah yang sama golongan ABO nya dengan darah bayi dan Rhesus

negatif (D-)

c. Dapat diberikan darah golongan O Rh negatif dalam bentuk Packed red

cells.

d. Bila keadaan sangat mendesak, sedangkan persediaan darah Rh.negatif tidak

tersedia maka untuk sementara dapat diberikan darah yang inkompatibel (Rh

positif) untuk transfusi tukar pertama, kemudian transfusi tukar diulangi

kembali dengan memberikan darah donor Rh negatif yang kompatibel.

e. Pada anemia berat sebaiknya diberikan packed red cells.

f. Darah yang dibutuhkan untuk transfusi tukar adalah 170 ml/kgBBbayi

dengan lama pemberian transfusi ≥ 90 menit.

g. Lakukan pemeriksaan reaksi silang antara darah donor dengan darah bayi,

bila tidak memungkinkan untuk transfusi tukar pertama kali dapat digunakan

darah ibunya, namun untuk transfusi tukar berikutnya harus menggunakan

darah bayi.

h. Sebelum ditransfusikan, hangatkan darah tersebut pada suhu 37°C.

i. Pertama-tama ambil darah bayi 50 ml, sebagai gantinya masukan darah

donor sebanyak 50 ml. Lakukan sengan cara diatas hingga semua darah

donor ditransfusikan.

.

11

GOLONGAN DARAH IBU

O A B AB

GOLONGAN

DARAH

BAYI

O O O O -

A O A O A

B O O B B

AB - A B AB

Page 12: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

Tabel 1. Calon donor transfusi tukar pada Rh inkompatibilitas

2. Transfusi intra uterin :

Pada tahun 1963, Liley memperkenalkan transfusi intrauterin. Sel eritrosit

donor ditransfusikan ke peritoneal cavity janin, yang nantinya akan diabsorbsi dan

masuk kedalam sirkulasi darah janin (intraperitoneal transfusion). Bila paru janin

masih belum matur, transfusi intrauterin adalah pilihan yang terbaik. Darah bayi

Rhesus (D) negatif tak akan mengganggu antigen D dan karena itu tak akan

merangsang sistem imun ibu memproduksi antibodi. Tiap antibodi yang sudah ada

pada darah ibu tak dapat mengganggu darah bayi. Namun harus menjadi perhatian

bahwa risiko transfusi intrauterin sangat besar sehingga mortalitas sangat tinggi.

Untuk itu para ahli lebih memilih intravasal transfusi, yaitu dengan melakukan

cordocentesis (pungsi tali pusat perkutan). Transfusi dilakukan beberapa kali pada

kehamilan minggu ke 26–34 dengan menggunakan Packed Red Cells golongan

darah O Rh negatif sebanyak 50–100 ml. Induksi partus dilakukan pada minggu

ke 32 dan kemudian bayi dibantu dengan transfusi tukar 1x setelah partus. Induksi

pada kehamilan 32 minggu dapat menurunkan angka mortalitas sebanyak 60%.

12

Page 13: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

3. Transfusi albumin

Pemberian albumin sebanyak 1 mg/kg BB bayi, maka albumin akan mengikat

sebagian bilirubin indirek. Karena harga albumin cukup mahal dan resiko

terjadinya overloading sangat besar maka pemberian albumin banyak

ditinggalkan.

4. Fototerapi

Foto terapi dengan bantuan lampu blue

violet dapat menurunkan kadar bilirubin.

Fototerapi sifatnya hanya membantu dan tidak

dapat digunakan sebagai terapi tunggal.

9. KOMPLIKASI

a. Anemia ringan

Ketika jumlah sel darah merah bayi mengalami kekurangan, darhnya tidak

dapat membawa cukup oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh,

menyebabkan organ-organ dan jaringan  untuk berjuang.

b. Hiperbilirubinemia dan ikterus

Pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin, zat warna kuning

kecoklatan yang sulit bagi bayi untuk melepaskan dan bertambah dalam

darahnya (hiperbilirubinemia) dan membuat kulit bayi tampak kuning.

c. Anemia berat dengan pemebesaran hati dan limpa

Tubuh bayi mencoba untuk mengkompensasi kerusakan sel darah merah

dengan membuat lebih banyak mereka di dalam hati dan limpa secara cepat,

yang menyebabkan organ mengalami pembesaran. Sel-sel darah merah yang

baru, lebih banyak mengalami immatur dan tidak berfungsi sepenuhnya, serta

menyebabkan anemia berat.

d. Hidrops fetalis

Ketika tubuh bayi tidak dapat mengatasi anemia, hatinya mulai gagal dan

terjadi penumpukan cairan di jaringan dan organ.

Komplikasi penyakit hemolitik pada bayi setelah kelahiran, yaitu:

13

Page 14: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

a. Hiperbilirubinemia berat dan penyakit kuning

b. Penumpukan berlebihan dari bilirubin dalam darah bayi menyebabkan hatinya

menjadi membesar.

c. Kernikterus

d. Penumpukan bilirubin dalam darah sangat tinggi sehingga tumpah ke otak,

yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen.

e. Inkompatibilitas Rh adalah suatu ketidaksesuaian rh di dalam darah ibu hamil

dan darah bayinya. sebagai akibat dari inkompatibilitas rh, tubuh ibu akan

membentuk antibodi terhadap sel-sel darah merah bayi. antibodi menyebabkan

beberapa sel darah merah pecah dan kadang menyebabkan penyakit hemolitik

(sejenis anemia) pada bayi. golongan darah ditentukan berdasarkan kepada

adanya molekul-molekul pada permukaan sel darah merah. golongan darah rh

terdiri dari beberapa molekul tersebut.

10. PROGNOSIS

Pengukuran titer antibodi dengan tes Coombs indirek < 1:16 berarti bahwa

janin mati dalam rahim akibat kelainan hemolitik tak akan terjadi dan kehidupan

janin dapat dipertahankan dengan perawatan yang tepat setelah lahir. Titer yang

lebih tinggi menunjukan kemungkinan adanya kelainan hemolitik berat. Titer pada

ibu yang sudah mengalami sensitisasi dalam kehamilan berikutnya dapat naik

meskipun janinnya Rhesus negatif.

Jika titer antibodi naik sampai secara klinis bermakna, pemeriksaan titer

antibodi diperlukan. Titer kritis tercapai jika didapatkan nilai 1:16 atau lebih. Jika

titer di dibawah 1:32, maka prognosis janin diperkirakan baik.

Mortalitas

Angka mortalitas dapat diturunkan jika :

1. Ibu hamil dengan Rhesus negatif dan mengalami imunisasi dapat dideteksi

secara dini.

2. Hemolisis pada janin dari ibu Rhesus negatif dapat diketahui melalui kadar

bilirubin yang tinggi didalam cairan amnion atau melalui sampling pembuluh

darah umbilikus yang diarahkan secara USG.

3. Pada kasus yang berat, janin dapat dilahirkan secara prematur sebelum

meninggal di dalam rahim atau/dan dapat diatasi dengan transfusi

14

Page 15: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

intraperitoneal atau intravaskuler langsung sel darah merah Rhesus negatif.

Pemberian Ig-D kepada ibu Rhesus negatif selama atau segera setelah

persalinan dapat menghilangkan sebagian besar proses isoimunisasi D.

Perkembangan anak selanjutnya.

Menurut Bowman (1978), kebanyakan anak yang berhasil hidup setelah

mengalami tranfusi janin akan berkembang secara normal. Dari 89 anak yang

diperiksa ketika berusia 18 bulan atau lebih, 74 anak berkembangan secara

normal, 4 anak abnormal dan 11 anak mengalami gangguan tumbuh kembang. 

11. PENCEGAHAN

Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen pada

eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak

mempunyai rh-antigen pada eritrositnya. Antigen pada manusia tersebut

dinamakan antigen-D dan merupakan antigen yang berperan penting dalam

transfusi. Tidak seperti pada sistem ABO dimana seseorang yang tidak

mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi yang berlawanan dalam

plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu oleh

suatu paparan apakah itu dari transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah

Rhesus merupakan antigen yang terkuat bila dibandingkan dengan sistem

golongan darah lainnya. Pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali saja

sebanyak ± 0,1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai golongan

darah Rhesus negatif (D-) sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D)

walaupun golongan darah ABOnya sama.

Anti D merupakan antibodi imun tipe IgG dengan berat molekul 160.000,

daya endap (sedimentation coefficient) 7 detik, thermo stabil dan dapat ditemukan

selain dalam serum juga cairan tubuh, seperti air ketuban, air susu dan air liur.

Imun antibodi IgG anti-D dapat melewati plasenta dan masuk kedalam sirkulasi

janin, sehingga janin dapat menderita penyakit hemolisis.

Penyakit hemolisis pada janin dan bayi baru lahir adalah anemia hemolitik

akut yang diakibatkan oleh alloimun antibodi (anti-D atau inkomplit IgG antibodi

golongan darah ABO) dan merupakan salah satu komplikasi kehamilan. Antibodi

maternal isoimun bersifat spesifik terhadap eritrosit janin dan timbul sebagai

15

Page 16: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

reaksi terhadap antigen eritrosit janin. Penyebab hemolisis tersering pada neonatus

adalah pasase transplasental antibodi maternal yang merusak eritrosit janin.

Pada tahun 1892, Ballantyne membuat kriteria patologi klinik untuk

mengakkan diagnosis hidrops fetalis. Diamond dkk. (1932) melaporkan tentang

anemia janin yang ditandai oleh sejumlah eritroblas dalam darah berkaitan dengan

hidrops fetalis. Pada tahun 1940, Lansstainer menemukan faktor Rhesus yang

berperan dalam patogenesis kelainan hemolisis pada janin dan bayi. Levin dkk

(1941) menegaskan bahwa eritroblas disebabkan oleh isoimunisasi maternal

dengan faktor janin yang diwariskan secara paternal. Find (1961) dan freda (1963)

meneliti tentang tindakan profilaksis maternal yang efektif.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Aktivitas /istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum. Toleransi terhadap latihan

rendah.Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak

Tanda : Takikardi/ takipnea: dispnea pada saat kerja atau istirahat. Letargi,

menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.

Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

b. Sirkulasi

16

Page 17: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misal: perdarahan GI kronis,

menstruasi barat, agina. Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi

(takikardi kompensasi).

Tanda : TD: Peningkatan siastole dengan diastole stabil dan tekanan nadi,

Disritmia.Bunyi jantung: mur-mur, Ekstremitas (warna): Pucat pada

kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir, dan dasar

kuku). Skelera: biru atau putih seperti mutiara.

c. Integritas Ego

Gejala : Keyakinan agama, budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misal:

penolakan trasfusi darah.

Tanda : Depresi.

d. Eliminasi

Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsopsi

Hematemesis, feses dengan darah segar, melana. Diare atau konstipasi

Penurunan haluaran urine.

Tanda : Distensi abdomen.

e. Makanan/Cairan

Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani redah/masukan

produk sereal tinggi. Nyeri mulut dan lidah, kesulitan menalan (ulkus

pada faring). Mual/muntah, dispepsia, anoreksia. Penurunan berat

badan.

Tanda : Membran mukosa kering, pucat. Turgor kulit: buruk, Stomatitis.

f. Hygiene

Gejala : penampilan tidak rapi, kurang bertenaga.

g. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo.

Tanda : Peka terhadap rangsang, gelisah, depresi, apatis. Gangguan koordinasi,

paralisis.

h. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Nyeri abdomen samar, sakit kepala.

i. Pernafasan

17

Page 18: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

Gejala : Riwayat TB, abses paru, napas pendek pada waktu istirahat dan

beraktivitas.

Tanda : Takipnea, ortopnea, dispnea.

j. Keamanan

Gejala : Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.

Riwayat kanker, terapi kanker. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan

penglihatan. Penyembuhan yang buruk.

Tanda : demam, berkeringat malam. Ptechie dan ekimosis (apastik).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Tes darah : Hb = 5 gr/dL

Palpasi : bila kulitnya ditekan beberapa menit akan terlihat kekuningan

Inspeksi : ikterus pada kulit dan bola mata, sianosis

Perkusi : hepatomegali, splenomegali, kardiomegali

Auskultasi : denyut jantung

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan/lambatnya mencerna makanan/absopsi nutrient

Tujuan & Kriteria hasil : Berat badan meningkat sampai atas normal: diet dan

cairan seimbang dapat dipertahankan.

Pantau dan timbang berat badan setiap hari

Berikan makanan kesukaan klien dan sesuai dengan kondisi mukosa mulut;

pastikan bahwa klien menerima semua zat gizi yang diperlukan

18

Page 19: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

Sajikan makanan secara menarik; singkirkan dengan segera makanan yang

tidak dimakan dan tidak diinginkan.

Mintalah keluarga berkunjung saat akan untuk menemani dan membantu bila

diperlukan.

Kolaborasikan dengan ahli gizi

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen dengan kebutuhan.

Tujuan & Kriteria hasil : Tingkat aktivitas klien mengalami kemajuan sampai

keadaan sebelum sakit.

Pantau tanda vital selama dan sesudah aktivitas.

Kaji respons terhadap aktivitas.

Rencanakan dengan klien sehingga aktivitas yang diinginkan dapat dilakukan

tanpa kelelahan.

Bantu AKS, jika diperlukan, untuk menghemat tenaga.

Sediakan waktu istirahat tanpa gangguan untuk memelihara tenaga yang ada.

Tingkatkan aktivitas klien secara bertahap sampai tingkat toleransi tercapai.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PEMBERIAN TRANSFUSI INTRAUTERIN PADA BAYI ERITROBLASTOSIS FETALIS

Tema : Eritroblastosis Fetalis

Sub Tema : Pemberian Transfusi Intrauterin Pada Bayi Eritroblastosis

Sasaran : Ny. K dan Keluarga

19

Page 20: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

Tempat : Ruang G

Hari/Tanggal : Jumat, 22 Maret 2013

Waktu : 30 Menit

I. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit,di harapka pasien dan keluarga dapat

mengerti tentang Pemberian Transfusi Intrauterin Pada Bayi Eritrolastosis.

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan selam 30 menit,diharapkan pasien dan kelurga dapat :

1. Memahami definisi transfusi intrauteri

2. Mengetahui manfaat transfusi intrauteri

3. Mengetahui komplikasi transfusi intrauteri

4. Mengetahui proses transfusi intrauteri

III. Metode

Ceramah

Diskusi

IV. Materi

1. Definisi Transfusi Intrauteri

2. Manfaat Transfusi Intrauteri

3. Komplikasi Transfusi Intrauteri

4. Proses Transfusi Intrauteri

V. Kegiatan Penyuluhan

N

o

Kegiatan Penyuluh Audience Waktu

1. Pembukaan Salam pembuka

Menjelaskan tujuan

penyuluhan

Menjawab salam

Mendengarkan dan

menyimak

5 Menit

2. Isi Penyampaian Mendengarkan 15

20

Page 21: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

definisi,manfaat,komplika

si, dan proses Pemberian

Transfusi Intrauteri Pada

Bayi Eritroblastosis.

Memberikan kesempatan

untuk bertanya

Menjawab pertanyaan

dengan penuh

perhatian

Menanyakan yang

belum jelas

Menyimak dan

mendengarkan

jawaban

Menit

3. Penutup Evaluasi

Menyimpulkan

Pemberian pesan

Salam Penutup

Tanya jawab

Mendengarkan

Menerima pesan

Menjawab salam

5 Menit

VI. Media

Leaflet

Brosur

VII. Sumber

VIII. Evaluasi :

1. Sumatif

2. Formatif

Yogyakarta, 8 April 2013

Penyuluh

21

Page 22: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

( )

FUNGSI ETIK DAN LEGAL

Sebagai sorang perawat kita harus hati-hati dalam melakukan suatu tindakan,

dalam kasus ini perawat harus membuat suatu perjanjian dengan keluarga agar

mempunyai bukti cukup, dan yang lebih penting lagi adalah men dokumentasikan

tentang penyakit pasien dengan benar dan spesifik dari masuk hingga pasien

meninggal sehingga kita punya bukti yang cukup tentang riwayat penyakit pasien

yang nanti akan dipertanggungjawabkan kepada keluarga atau kerabat pasien

Berbuat baik

22

Page 23: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

Sorang pereawat yang professional harus beruhasaha untuk berbuat baik

kepada siapapun.dalam kasus ini perawat harus berbuat semaksimal mungkin

untuk menyelematkan nyawa pasien meskipun pasien pasien tidak bias tertolongi

lagi akan tetapi kita melakukan perawatan yang baik kepada pasien.

Kejujuran

Seorang perawat harus jujur agar pasien ataupun keluarga tidak menaruh

curuga pada kita. Di kasus ini perawat harus mengatakan yang sebenarnya

tentang penyakit pasien kepada keluarga agar kelurga atau kerabat pasien tidak

menaruh curiga.

JURNAL

Manajemen Neonatus dengan Hiperbilirubinemia:

Meningkatkan Ketepatan Waktu Perawatan Menggunakan Jalur

Klinis.

Wolff M, Schinasi DA, Lavelle J, Boorstein N, Zorc JJ.

sumber

23

Page 24: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

Departemen Darurat Kedokteran, Universitas Michigan, Ann Arbor, MI 48109, USA.

[email protected]

abstrak

LATAR BELAKANG:

Hiperbilirubinemia neonatal adalah alasan umum untuk neonatus untuk menyajikan

ke gawat darurat (ED). Meskipun pedoman praktek klinis memberikan rekomendasi

untuk evaluasi dan terapi, beberapa studi telah mengevaluasi cara untuk

menerapkannya secara efektif dalam pengaturan ED. Tujuan utama dari penelitian ini

adalah untuk membandingkan waktu untuk fototerapi pada neonatus yang datang ke

ED dengan penyakit kuning sebelum dan sesudah pelaksanaan jalur keperawatan-

diprakarsai klinis. Hasil sekunder termasuk waktu untuk hasil bilirubin dan panjang

ED tinggal pada neonatus.

METODE:

Kami melakukan studi kontrol retrospektif sejarah membandingkan neonatus yang

datang ke ED dengan penyakit kuning selama 9 bulan periode sebelum dan setelah

inisiasi dari jalur. Charts yang disarikan untuk kali penilaian dan pengobatan dan

disposisi akhir.

HASIL:

Tiga ratus neonatus dilibatkan dalam penelitian ini: 149 sebelum dan sesudah

penerapan jalur 151. Median waktu untuk fototerapi (kontrol sejarah: 128 menit vs

kelompok postintervention: 52 menit, P <.001), waktu median untuk hasil bilirubin

(157 vs 99, P <.001), dan panjang ED median tinggal (268 menit vs 195 menit, P

<.001) yang lebih pendek untuk neonatus dirawat setelah pelaksanaan jalur klinis.

Tidak ada komplikasi yang dilaporkan selama masa studi.

KESIMPULAN:

Setelah pelaksanaan jalur klinis untuk pengelolaan neonatus dengan ikterus di UGD,

kami mengamati penurunan pada waktunya untuk fototerapi, waktu untuk bilirubin

pengukuran, dan panjang keseluruhan tinggal.

24

Page 25: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

DAFTAR PUSTAKA

1. Suzanne, C. Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :

EGC.

2. Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Ed. 3. Jakarta : EGC.

3. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I. Jakarta : EGC.

4. Syarifuddin, Amir. 2009. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC.

5. Munazir, Zakludin. 2005. Lecture Note on Pediatrics. Jakarta : Erlangga.

25

Page 26: 1 MAKALAH ERITROBLASTOSIS FETALIS

6. http://digilib.unsri.ac.id/download/RHESUS.pdf

7. http://www.scribd.com/doc/28428473/eritroblastosis-fetalis

8. http://forum.kompas.com/teras/54780-resiko-laki-laki-indonesia-menikah-dengan-

wanita-bule.html

26