Post on 07-Aug-2015
description
TREMATODATaksonomi Darah:• Filum : platyhelminthes• Class : trematoda • Subclass : Digenea• Ordo : prosostomata• Sub ordo : strigeata• Super family : Schistosomatoidea ; Ophisthorchioidea• Genus : Schistosoma ; Ophisthorchis• Spesies : schistosoma mansoni, schistosoma
mekongi ; ophistorcis viverrini
S. haematobium S. mansoni S. japonicum
Cacing jantan
Ukuran 10-15 x 1 mm 10 x 1 mm 12-20 x 0.5 mm
Kutikula Tuberkula halus Tuberkula kasar Tidak bertuberkel
Testis 4-5, berkelompok 8-9, deret zig-zag 6-7, berderet
Cacing betinaUkuran 20 X 0.25 mm 14 x 0.25 mm 26 x 0.3 mm.
Ovarium Posterior pertengahan badan Anterior pertengahan badan Pertengahan badan
Telur dalam uterus 20-30 butir 1-3 butir 50 butir atau lebih
Sekum yang menyatu Panjang (menyatu di
pertengahan badan)
Terpanjang(menyatu di anterior
perte-ngahan badan)
Pendek(menyatu di posterior
perte-ngahan badan)
Hospes perantara Bulinus (Physopsis dan
Planorbarius)
Biomphalaria dan Australorbis Oncomelania hupensis
Hospes Definitif Manusia
Babon
Manusia
Babon
Manusia & hewan domestik
Penyebaran Geografis Afrika, Timur Tengahd & Timur
Dekat
Afrika dan Amerika Selatan Timur Jauh (Oriental)
Habitat Pleksus vena vesikalis dan
prostatika
Plexus mesenterikus daerah
sigmoidorektal
(v. mesenterika inferior dan
cabang-cabangnya
Plexus mesenterikus daerah
ileocaecalis (v. mesenterika
superior dan cabang-
cabangnya)
• Morfologi dan Siklus Hidup (Schistosoma)
Cacing jantan bentuk memanjang seperti daun, dapat menggulungkan sisi badan membentuk suatu tabung dan dalam gulungan ini terletak yang betina.Cacing dewasa (tergantung pd spesies, 10-20mm) hidup di dalam saluran darah mesenterium dari usus dan juga vena hati (S. mansoni dan S. Japonicum) dalam saluran kandung kencing (S. haematobium = lintah darat)Telur msk kapiler dan menembus dinding usus atau kandung kencing sampai ke rongga usus atau kandung kencing.
• Telur 120x60 mikron tdk punya operkulum, diletakkan dlm kapiler darah yg vena2 kecil dekat permukaan selaput lendir, misalnya usus dan kandung kemih. Telur yg terdapat dalam tinja atau urine menetas dalam air.
• Mirasidium masuk dalam hospes perantara = keong air dan terjadi perkembangan: MS1S2C.
• Cara infeksi cerkaria menembus kulitmsk kapiler darahaliran darahjantung kanancabang2 vena portadewasa dlm hatikembali ke vena porta
• Patologi dan gejala klinik1. Masa tunas biologikCercaria menembus kulit sampai jd dewasa.pd kulit sedikit tjd perubahan, di paru2 tjd infiltrasi sel eosinofil, dan dlm hati tjd peradangan akut.2. Stadium akutCacing dewasa bertelur dalam mukosa usus / kantung kemih. Telur menyebbkn pseudo absespseudo tuberkel3. Stadium menahunPenyembuhan jaringan dg fibrosis. Hati mula2 membesar karena peradangan, kemudian mengalami cirmacis periportalascites. Terjadi pula splenomegali
Daur hidup Schistosoma
TREMATODA DARAH• Shistosoma mansoni
KlasifikasiKingdom: AnimaliaPhylum : PlatyhelminthesClass : TrematodaOrder : StrigeatoideaFamily : SchistosomatoidaeGenus : SchistosomaSpecies : Schistosoma
mansoni
1. Penyakit: Skistosomiasis usus2. Hospes:Manusia, kera, babon3. Hospes perantara: Keong air tawar (Biomphalaria, Tropicorbis)4. Morfologi:
• Cacing jantan panjang: + 1cm, gemuk, testis 6-9 bh, kanalis ginekoforus, integumen bertonjolan.
• Cacing betina panjang: + 1,4cm, langsing, ovarium terletak pd pertengahan bagian anterior, terletak dlm kanalis ginekoforus cacing jantan.
• Telur berukuran + 155x65 mikron, duri besar dilateral, berisi mirasidium5. Patologi klinis
Gejala mirip S. japonicum (gatal2, hipereosinofilia, sindrom disentri, sirosis hepatis dan splenomegali)
6. Diagnosis:telur dalam tinja atau dalam jaringan biopsireaksi serologis: COPT, IHT, ELISA, FAT
7. Terapi:Niridazol, prazikuantel
Gambar Shistosoma mansoni
cercaria
Serkaria adalah bentuk infektif cacing Schistosoma. Cara infeksi pada manusia adalah serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung serkaria. Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-10 menit. Setelah serkaria menembus kulit, larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran darah besar, ke cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati. Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi.
Schistosoma japonicum
• Kingdom: Animalia • Phylum: Platyhelminthes • Class: Trematoda • Subclass: Digenea • Order: Strigeidida • Genus: Schistosoma • Species: S. japonicum
MORFOLOGI• Schistosoma japonicum jantan panjangnya ± 1,5
cm, tubuhnya lebih besar atau gemuk,, memiliki 6-8 buah testis, memiliki batil isap kepala dan batil isap perut, intergumen halus , kanalis ginekoforus.
• Schistosoma japonicum betina panjangnya ± 1,9 cm, tubuh lebih langsing dari jantan, ovarium di tengah, uterus berisi telur, kelnjar vitelaria di pasterios , terletak dalam kanalis ginekoforus cacing jantan.
• Telurnya berukuran ± 90 x 70 mikron, memiliki duri kecil , berisi mirasidium.
SIKLUS HIDUP• Untuk cacing S.japonicum, hospes perantaranya adalah keong
air jenis Oncomelania hupensis lindoensis.• Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia
kemudian menuju ke poros usus (rektum) dan ke kantong air seni (vesica urinaria), lalu telur keluar bersama tinja dan urine.
• Telur akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput. Kemudian dalam tubuh siput akan berkembang menjadi serkaria yang berekor bercabang. Serkaria dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman atau menembus kulit dan dapat menimbulkan penyakit Schistomiasis (banyak terdapat di Afrika dan Asia). Penyakit ini menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung, limpa, kantong urine dan ginjal.
Daur hidup Schistosoma japonicum
• Schistosoma japonicum
Schistosoma mekongi• Serupa dengan S. japonicum• Ditemukan di daerah sekitar Sungai Mekong
Patologi dan Gejala Klinis
• Satdioum I : – Gatal-gatal (urtikaria)– Gejala intoksikasi : demam hepatomegali dan eosinofilia
tinggi
• Stadium II :– Sindroma disentri
• Stadium III :– Sirosis hepatis dan splenomegali serta emasiasis
Diagnosis
• Menemukan telur dalam tinja atau jaringan biopsi
• Reaksi serologi :– COPT (circumoral precipitin test)– IHT (Indirect haemagglutinination test)– CFT (complement fixation test)– FAT (Fluorescense antibody test)– ELISA(Enzyme linked immunosorbent assay)
TREMATODA HATIClonorchis sinensis1. Penyakit: Clonorchiasis2. Hospes: manusia, kucing, anjing, dan babi3. Hp 1: keong air tawar (Bulimus, Hua)
Hp 2: ikan air tawa4. Morfologi:
- Cacing dewasa panjangnya + 1,6 cm, memiliki batil isap kepala dan batil isap perut serta dua sekum, uterus berisi telur, ovarium dan reseptakulum seminalis besar, 2 testis bercabang2 dan letaknya atas bawah, kelenjar vitelaria 1/3 tengah kiri dan kanan badan.
- Telur berukuran + 29x16mik, spt kendi, operkulum besar, berisi mirasidia5. Patologi klinisStadium ringan: tdk ditemukan gejalaStadium progresif tjd diare,iketerus, hepatomegaliStadium lanjut: sindrom hipertensi portal berupa pembesaran hati, iketerus, asites,
edema, sirosis hepatis6. Diagnosis:
telur dalam tinja atau cairan dudenum7. terapi:Klorokuin, Prazikuantel
Siklus hidup Clonorchis sinensis
Nama Latin : Opisthorchis sinensis (Clonorchis sinensis)Phylum : PlatyhelminthesSub Phylum : -Kelas : TrematodaOrdo : DigeneaFamily : OpisthorchidaeGenus : ClonorchisSpecies : Opisthorchis sinensis (Clonorchis sinensis)Nama Daerah : Cacing pipih
Clonorchis sinensis
Opistorchis viverrini1. Penyakit: Opistorkiasis2. Hospes: Manusia, anjing dan kucing3. Hp 1: Keong
hp2 :Ikan4. Morfologi:
Cacing dewasa panjangnya + 0,5 cm, memiliki batil isap kepala dan batil isap perut, dua sekum,uterus berisi telur,ovarium dan reseptakulum seminalis, 2 testis berlobus dalam letaknya miring, kelenjar vitelaria 1/3 tengah kiri dan kanan badan
5. Patologi klinisDispepsis, anaroksia, perasaan tdk enak di epihasterium, pembesaran hati, ikterus, diare, dan anemia
6. Diagnosis:telur dalam tinja atau cairan duodenum
7. terapi: Prazikuantel
Opistorchis viverrini
Kingdom: Animalia Phylum: Platyhelminthes Class: Trematoda Order: Opisthorchiida Family: Opisthorchiidae Genus: Opisthorchis Species: O. viverrini
Opistorchis viverrini
• Key• AC=acetabulum (ventral sucker)• CE=cecum• OS=oral sucker• OV=ovary• SR=seminal receptacle• TE=testes• UT=uterus• VT=vitellaria
Fasciola hepatica (Cacing Hati)
• Kingdom : Animalia• Phylum : Platyhelminthes• Kelas : Trematoda• Ordo : Echinostomida• Genus: Fasciola • Spesies : Fasciola Hepatica
Siklus Hidup Fasciola hepatica (Cacing Hati)• Hospes Definitif : Manusia, kambing dan sapi• Hospes Perantara : I. Keong air (Lymnea) II. Tanaman air• Nama penyakit : fasioliasis• Telur –> Larva Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea –>
Sporokista –> berkembang menjadi Larva (II) : Redia –> Larva (III) : Serkaria yang berekor, kemudian keluar dari tubuh keong –> Kista yang menempel pada tetumbuhan air (terutama selada air –> Nasturqium officinale) kemudian termakan hewan ternak (dapat tertular ke orang, apabila memakan selada air) –> masuk ke tubuh dan menjadi Cacing dewasa menyebabkan Fascioliasis.
• Patologi dan Gejala klinis Terjadi sejak larva masuk kesaluran empedu sampai menjadi dewasa. Parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan penebalan dinding saluran. Selain itu, dapat terjadi perubahan jaringan hati berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul sirosis hati disertai asites dan edema
Siklus Hidup Fasciola hepatica
Ciri-ciri morfologi Fasciola hepatica • Bersifat hermaprodit.• Sistem reproduksinya ovivar. Bentuknya menyerupai daun berukuran 20 – 30
mm x 8 – 13 mm.• Mempunyai tonjolan konus (cephalis cone)
pada bagian anteriornya.• Memiliki batil isap mulut dan
batil isap perut.• Uterus pendek berkelok-kelok.• Testis bercabang banyak, letaknya
di pertengahan badan berjumlah 2 buah
• DIAGNOSIS:Telur dlm tinja, cairan dudenum, cairan empedu, Reaksi serologi
• KlasifikasiKingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematoda
Subclass : Digenea
Order : Echinostomida
Family : Fasciolidae
Genus : Fasciola
Species : F. gigantica
Fasciola gigantica
Fasciola giganticaMorfologi:
Tubuhnya pada umumnya lebih besar dibandingkan F. hepatika dengan panjang 25 – 75 mm dengan lebar 12 mm. Bentuk yang lebih spesifik lebih langsing dan bahu yang lebih sempit. Ventral sucker lebih besar dibanding oral sucker. F. gigantica terlihat lebih transparan jika dibandingkan dengan F. hepatica
Siklus hidup fasciolaTelur –> Larva Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea –> Sporokista –> berkembang menjadi Larva (II) : Redia –> Larva (III) : Serkaria yang berekor, kemudian keluar dari tubuh keong –> Kista yang menempel pada tetumbuhan air (terutama selada air –> Nasturqium officinale) kemudian termakan hewan ternak (dapat tertular ke orang, apabila memakan selada air) –> masuk ke tubuh dan menjadi Cacing dewasa menyebabkan Fascioliasis.
TREMATODA USUS• Echinostoma revolotum• Echinostoma malayanum• Echinostoma iloconum
Daur hidup Cacing trematoda yang termasuk famili Echinostomatidae ini
terciri dengan adanya duri leher yang melingkar dalam sebaris atau dua baris yang melingkari batil isap kepala. Cacing dewasa hidup dalam usus halus, telur keluar melalui feses dan kemudian menetas dalam waktu 3 minggu dan kemudian keluar meracidium yang berenang dalam air mencari hospes intermedier ke 1 berupa siput genus Physa, Lymnea, Heliosoma, Paludina dan segmentia. Dalam hospes intermedier tersebut meracidium membentuk sporocyst dan kemudian terbentuk redia induk, redia anak yang kemudian membentuk cercaria. Cercaria keluar dari siput berenang mencari hospes intermedier ke 2 yaitu jenis moluska (siput besar), planaria, ikan atau katak. Bila hospes intermedier dimakan orang maka orang akan terinfeksi.
Daur Hidup Echinostoma
Echinostoma sp1. Penyakit: Ekinostomiasis2. Hospes: manusia, tikus, burung3. HP1 : keong air(Lymnaea, Anisus)
HP2 : keong air tawar (Viviparus, Pila) dan remis (Corbicula)4. Morfologi:- Telur berukuran + 115 x 60 mik, operculum kecil, bbntuk ovoid,
berisi morula.- Cacing dewasa (malayanum) panjang + 1 cm, memiliki
circumoral spines, 2 sekum, uterus berisi telur, ovarium bulat, testis berlobus dalam spt kupu2.
5. Patologi klinisRadang kataral pd dinding usus, diare, sakit perut, anemia, edema
6. Diagnosis: telur dalam tinja7. Terapi: tetrakloroetilen, prazikuantel
Echinostoma malayanum
EchinostomaKingdom : AnimaliaSubkingdom : Eumetazoa(unranked) : BilateriaSuperphylum : PlatyzoaPhylum : PlatyhelminthesClass : TrematodaSubclass : DigeneaOrder : EchinostomidaSuborder : EchinostomataFamily : EchinostomatidaeGenus : Echinostoma(Rudolphi, 1809)
Echinostoma revolotum
Echinostoma ilocanum
Kingdom: Animalia
Phylum: Platyhelminthes
Class: Trematoda
Order: Echinostomida
Suborder: Echinostomata
Family: Echinostomatidae
Genus: Echinostoma
Echinostoma iloconumMorfologi E. ilocanum• Cici-ciri khas berupa duri-duri leher dengan jumlah antara 37
buah sampai kira-kira 51 buah. • Letaknya dalam dua baris berupa tapal kuda, melingkari bagian
belakang serta samping batil isap kepala.• Cacing tersebut berbentuk lonjong, berukuran panjang dari 2,5
mm hingga 13-15 mm Dan lebar 0,4-0,7 mm hingga 2,5-3,5 mm.• Testis berbentuk agak bulat, berlekuk-lekuk, letaknya bersusun
tandem pada bagian posterior cacing.• Vitelaria letaknya sebelah lateral, meliputi 2/3 badan cacing dan
melanjut hingga bagian posterior. • Cacing dewasa hidup dalam usus halus, mempunyai warna agak
merah ke abu-abuan.• Telur mempunyai operkulum, besarnya berkisar antara 103-137
x 59-75 mikron.
Daur Hidup E. ilocanumCacing trematoda yang termasuk famili Echinostomatidae ini terciri dengan adanya duri leher yang melingkar dalam sebaris atau dua baris yang melingkari batl isap kepala. Cacing dewasa hidup dalam usus halus, telur keluar melalui feses dan kemudian menetas dalam waktu 3 minggu dan kemudian keluar meracidium yang berenang dalam air mencari hospes intermedier ke 1 berupa siput genus Physa, Lymnea, Heliosoma, Paludina dan segmentia. Dalam hospes intermedier tersebut meracidium membentuk sporocyst dan kemudian terbentuk redia induk, redia anak yang kemudian membentuk cercaria. Cercaria keluar dari siput berenang mencari hospes intermedier ke 2 yaitu jenis moluska (siput besar), planaria, ikan atau katak. Bila hospes intermedier dimakan orang maka orang akan terinfeksi.
Gastrodiscoides hominis
Gastrodiscoides hominis
• Hospes >>>> manusia & babi• Penyakit >>> gastrodiscoidiasis
Phylum Platyhelminths
Class Trematoda
Family Amphistomidae
Genus Gastrodiscoides Hominis
Morfologi Gastrodiscoides hominis
• Telur berukuran 150-152 µ x 60 – 72 µ.• Telur berbentuk lonjong, berbentuk kumparan
dan mempunyai operculum• Cacing dewasa mempunyai oral sucker, ventral
sucker yang berukuran besar, dua testis berlobus dan ovari berbentuk lobus.
• Vitelaria dibagian posterior sekitar ventral sucker.
Daur hidup Gastrodiscoides hominis• Manusia terinfeksi karena menelan metasercaria
pada kulit tumbuhan air (water caltrop)• Daur hidup belum diketahui secara lengkap,
mungkin hampir sama dengan F. buski• Babi merupakan hp. Reservoar di daerah
endemik• Cacing dewasa berhabitat di usus besar
Patologi dan klinik Gastrodiscoides hominis• Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala • Infeksi berat terjadi peradangan dalam mukosa
usus besar >>>>> diare
• Diagnosis >>> menemukan telur dalam tinja
• Pengobatan : Heksilresorsinol, tetrakloroetilen, parazikuantel (sama dgn F. buski)
TREMATODA PARUParagonimus westermani
Kingdom: Animalia
Phylum: Platyhelminthes
Class: Trematoda
Order: Plagiorchiida
Family: Troglotrematidae
Genus: Paragonimus
Species: P. westermani
Daur Hidup Paragonimus westermani
Daur Hidup Paragonimus westermani
Telur-telur yang belum berembrio dikeluarkan dalam dahak, atau keluar dengan kotoran → di lingkungan eksternal, telur menjadi embrio → miracidium menetas → mencari hopes I siput air dan siput amfibius (Thiara, Semisulcospira, Bithynella dan Oncomelania) → sporokista → redia → sersaria → berenang dan mencari hopes II kepiting dan udang → P. westermani menginfeksi manusia dengan makan kepiting atau lobster yang tidak cukup masak → menembus dinding usus ke dalam rongga peritoneal, kemudian melalui dinding perut dan diafragma ke paru-paru, di mana mereka berkembang menjadi dewasa.
Paragonimus westermaniHOSPES
Hospes definitif : Manusia, kucing, anjingHospes perantara I : Keong air / siput (Melania/Semisulcospira spp)Hospes perantara II : Ketam / kepiting (Eriocheir, potamon)
PENYAKIT:ParagonimiasisMORFOLOGI-Telur:
Ukuran : 80 –120 x 50 – 60 mikronBentuk oval cenderung asimetris.Terdapat operkulum pada kutub yang mengecil.Ukuran operkulum relatif besar, sehingga kadang tampak telurnya seperti terpotong.Berisi embrio
-Cacing dewasa:Bersifat hermaprodit.Sistem reproduksinya ovivar.Bentuknya menyerupai daun berukuran 7 – 12 x 4 – 6 mm dengan ketebalan tubuhnya antara 3 – 5 mm.Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut.Uterus pendek berkelok-kelok.Testis bercabang, berjumlah 2 buah.Ovarium berlobus terletak di atas testis.Kelenjar vitelaria terletak di 1/3 tengah badan
DIAGNOSIS: TELUR DALAM SPUTUM ATAU TINJA
Paragonimus westermani
Hypoderaeum conoideum
• Kingdom: Animalia • Phylum: Platyhelminthes • Class: Trematoda • Order: Echinostomida • Suborder: Echinostomata • Family: Echinostomatidae • Genus: Hypoderaeum • Species: H. conoideum
Hypoderaeum conoideum
• Hospes cacing keluarga Echinostomatidae sagat beraneka ragam, yaitu manusia, tikus, anjing, burung, ikan, dan lain-lain (poliksen). Penyakitnya disebut ekinostomiasis.
Mofologi Hypoderaeum conoideum• Cacing Trematoda dari keluarga Echinostomatidae, dapat
dibedakan dari cacing trematoda lain, degan adanya cici-ciri khas berupa duri-duri leher dengan jumlah antara 37 buah sampai kira-kira 51 buah. Letaknya dalam dua baris berupa tapal kuda, melingkari bagian belakang serta samping batil isap kepala. Cacing tersebut berbentuk lonjong, berukuran panjang dari 2,5 mm hingga 13-15 mm Dan lebar 0,4-0,7 mm hingga 2,5-3,5 mm.Testis berbentuk agak bulat, berlekuk-lekuk, letaknya bersusun tandem pada bagian posterior cacing. Vitelaria letaknya sebelah lateral, meliputi 2/3 bdan cacing dan melanjut hingga bagian posterior. Cacing dewasa hidup dalam usus halus, mempunyai warna agak merah ke abu-abuan. Telur mempunyai operkulum, besarnya berkisar antara 103-137 x 59-75 mikron.
Daur hidup Hypoderaeum conoideum
• Telur setelah 3 minggu dalam air, berisi tempayak yang disebut mirasidium. Bila telur menetas, mirasidium keluar dan berenang bebas untuk hinggap pada hospes perantara I ynag berupa keong jenis kecil seperti genus Anisus, Gyraulus, Lymnaea, dan sebagainya.Dalam hospes perantara I, mirasidium tumbuh menjadi sporokist, kemudian melanjut menjadi redia induk, redia anak yang kemudian membentuk serkaria. Serkaria yang pada suatu saat berjumlah banyak, dilepaskan ke dalam air oleh redia yang berada dalam keong. Serkaria ini kemudian hinggap pada hospes perantara II untuk menjadi metaserkaria yang efektif. Hospes perantara II adalah jenis keong yang besar, seperti genus Vivipar, Bellamya, Pila atau Corbicula.
Siklus Hidup Hypoderaeum conoideum
Hypoderaeum conoideum
Cacing daun berbentuk agak memanjang dengan ventral sucker yang besar dan kuat terletak tidak jauh dari oral sucker. Oral sucker dipersenjatai oleh spinae disebelah dorsal dan lateral.
Metagonimus yokogawai
Klasifikasi Metagonimus yokogawai
• Kingdom: Animalia• Filum: Platyhelminthes• Class: Trematoda• Ordo: Opisthorchiida• Family: Heterophyidae• Genus: Metagonimus • Spesies : Metagonimus yokogawai
Daur Hidup Metagonimus yokogawai
• Metagonimus yokogawai adalah trematoda usus menit (kebetulan). Ini adalah cacing pipih trematoda terkecil menginfeksi manusia. Hal ini ditemukan terutama di Timur Jauh, serta Siberia, Manchuria, negara-negara Balkan, Israel, dan Spanyol.
Dewasa melepaskan telur berembrio penuh, masing-masing dengan penuh mirasidium berkembang, dan telur yang lulus dalam kotoran inang. Setelah konsumsi oleh siput yang cocok (hospes perantara pertama), telur menetas dan rilis Miracidia, yang menembus usus siput. Siput dari genus Semisulcospira adalah hospes perantara yang paling sering untuk M. yokogawai. The Miracidia melewati tahapan perkembangan beberapa siput: sporocyst, redia, dan cercaria. Serkaria Banyak dihasilkan dari setiap redia. Serkaria tersebut dilepaskan dari siput dan encyst sebagai metaserkaria dalam jaringan dari ikan segar / air payau yang cocok (hospes perantara kedua). Tuan rumah definitif menjadi terinfeksi dengan memakan ikan mentah atau asin mengandung metaserkaria. Setelah konsumsi, yang excyst metaserkaria, menempel pada mukosa dari usus kecil, dan dewasa menjadi dewasa (yang mengukur hanya 1,0 mm sampai 2,5 mm 0,4 mm sampai 0,75 mm). Selain manusia, ikan-makan mamalia (misal, kucing dan anjing) dan burung juga bisa terinfeksi oleh M. yokogawai.
Metagonimus yokogawai
Cercaria Echinostoma
Cercaria Echinostoma
Telur umummnya berisi sel telur, ada beberapa yang sudah mengandung mirasidium (telur matang). Telur keluar bersama tinja masuk hospes Perantara I, berkembang menjadi Serkaria, serkaria keluar mencari hispes perantara II, berkembang menjadi metaserkaria (bentuk infektif).Cara infeksinya diawali dari Serkaria menembus kulit (untuk cacing Schistosoma sp), atau tertelan metaserkaria dalam HP II (keong, ikan, ketam, tanaman air).