8/2/2019 Riba Dan Riba
1/13
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahManusia adalah makhluk sosial, dimana sejarah perkembangannya manusia
tidak dapat seorangpun hidup menyendiri atau terpisah dari kelompok lainnya,
kecuali dalam keadaan terpaksa dan itupun untuk sementara waktu. Hidup
menyendiri terlepas dari pergaulan manusia dan masyarakat, hanya mungkin
terjadi dalam dongeng belaka (seperti Tarzan, Robinson, Crosoe dan sebagainya.
Namun dalam kenyataannya, hal tersebut takkan pernah terjadi. Sejak dahulu kala
manusia terdapat hasrat untuk berhubungan dengan sesamanya dalam satu
kelompok atau hasrat masyarakat.1
Tiap manusia memiliki sifat, watak, dan kehendaknya sendiri-sendiri.
Namun, di dalam masyarakat manusia mempunyai dan mengadakan hubungan
kerja sama, tolong-menolong, dengan manusia lainnya. Sebagaimana filosof
Yunani, Aristoteles mengatakan bahwa manusia mempunyai sifat zoon politicon
yaitu sifat manusia yang tidak bisa hidup dengan sendirinya dan mau tidak mau
harus berhubungan dengan orang lain. Hens Keltsen, mengartikan manusia
sebagai man in social and political being, yakni manusia adalah makhluk sosial
yang dijumpai berorganisasi.2
Karena berorganisasi, maka manusia harus
melakukan aktifitasnya di semua lini. Baik itu politik, ekonomi, sosial, ataupun
budaya dan sebaginya.
Manusia selain sebagai makhluk sosial, manusia tercipta sebagai makhluk
ekonomi, artinya manusia harus berhubungan dengan orang lain atau kelompok
1C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997),
hlm. 29.
2Soedjono Dirdjosiswono,Asas-asas Sosiologi, (Jakarta: Armico, 1997), hlm 57.
8/2/2019 Riba Dan Riba
2/13
lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar eksis di tengah-tengah masyarakat,
baik itu kebutuhan primer, sekunder, bahkan tersier. Dari sini, manusia pasti
membutuhkan orang lain sebagai mitra kerjannya (relasi) dalam rangka aktifitas
ekonominya. Kebutuhan hidup untuk memenuhi, menghasilkan dan membagi-
bagikan ini dinamakan ekonomi.3
Melakukan kegiatan ekonomi merupakan tabiat manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan kegiatan itu ia memperoleh rizki, dan dengan rizki ia
mampu melangsungkan hidupnya. Rizki adalah konsep yang mengandung etika
kerja. Dalam Al-Quran , kerja yang baik adalah ibadah. Manusia diperintahkan
oleh Allah SWT untuk mencari rizki yang baik dan halal (thayyibah).4
Karena
rizki Allah SWT itu melimpah tiada terbatas, Selain manusia itu harus optimis
terhadap rizki Allah SWT yang memang diperuntukkan manusia, manusia juga
harus bekerja.
Terdapat banyak ayat-ayat Al-Quran5
dan hadist nabi yang mendorong
manusia untuk bekerja termasuk kegiatan ekonomi di dalamnya- dan mencela
orang menjadi pemalas. Tapi tidak setiap kegiatan ekonomi dibenarkan apabila
kegiatan itu memiliki watak yang merugikan banyak orang dan menguntungkan
sebagian kecil orang seperti monopoli dagang, calo, perjudian dan riba pasti akan
ditolak.6
3Abdullah Zaky al-Kaaf,Ekonomi dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Pustaka Setia, 2002). hlm. 12.
4Dawam Raharjo, Ensklopedia al-Quran (Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci),
Cetakan II, (Jakarta: Paramadina, 2002), hlm. 593.
5Di antaranya dinyatakan dalam QS Al-Jumuah (62) : 9-10, di mana manusia diperintahkan untuk
bertebaran di muka bumi untuk senantiasa mencari rizki yang telah dianugrahkan Allah SWT olehAl-Quran.
6
Muh. Zuhri, Riba dalam Al-Quran dan masalah Perbankan (Sebuah Tinjauan Antisipatif).Cetakan I, (Jakarta: Rajawali Press, 1996) hlm. 1
8/2/2019 Riba Dan Riba
3/13
Aktifitas ekonomi menjadi sorotan yang utama dewasa ini, sebab merupakan
sendi utama kehidupan, Aktifitas ekonomi merupakan upaya manusia untuk
mempertahankan hidupnya. Dengan melalui sebuah sistem, ekonomi mampu
berjalan memenuhi keinginan pasar. Hingga muncul banyak transaksi-transaksi
ekonomi yang melibatkan beberapa pihak yang terkemas dalam sebuah sistem
dengan nama sistem ekonomi. Sistem ekonomi tidak dapat dipisahkan dari
lembaga intermediasi (financial intermediacy intitution) yang memang sangat
dibutuhkan masyarakat.7
Masyarakat umum pada paruh waktu ini sedang dilanda demam
menabung. Ini merupakan gejala positif, karena dengan aktifitas tersebut, mereka
mampu memperbaiki taraf hidupnya dan menjalankan roda perekonomian negara.
Namun sungguh sangat di sayangkan, di tengah arus positif tersebut, tumbuh dan
berkembang pula dengan cepat bunga-bunga tak di undang. Pertumbuhan begitu
pesat, memikat dan menawan, sehingga banyak kaum muslimin yang terjerat.
Mereka menabung bukan hanya sekedar menyimpan uang tapi lebih jauh dari itu,
mengharap uangnya berbunga dan berbunga.
Bahkan tidak sedikit kaum muslimin yang hidup dari hari ke hari dengan
memanfaatkan bunga-bunga yang dipetiknya tanpa susah-payah harus bekerja.
Praktik pembangunan uang saat ini di duga kuat telah memenuhi kriteria riba yang
terjadi seperti pada zaman Rasulullah SAW, baik riba nasiah maupun riba fadhl.
Dengan demikian praktik membangunan uang ini termasuk salah satu bentuk riba,
dan riba haram hukumnya.8
Allah SWT melalui ayat-ayat-Nya mengharamkan
7Yusuf Al-Qardhawi,Bunga Bank Haram, Cetakan II, ( Jakarta; Akbar Media Eka Sarana, 2002),
hlm 48Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia tentang Fatwa Bunga bank, Terorisme, dan
penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah ditetapkan di Jakarta 22 syawal 1424 H/ 16Desember 2003.
8/2/2019 Riba Dan Riba
4/13
perbuatan riba, dan salah satu ayat yang mengahramkan riba asalah ayat ke-275
surat Al-Baqarah yang merupakan dasar dari diharamkannya perbuatan riba.
9
(((((((((((((((((((((((((((()))))))))))))
Artinya:
Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
Bunga bank dalam perjalanannya, sudah sejak lama menimbulkan polemik
yang tak berkesudahan, dan tetap menjadi permasalahan pelik hingga saat ini bagi
kaum cendekiawan muslim serta beberapa ulama besar di negeri ini, bahkan
dunia.
Bunga bank adalah masalah yang masih menimbulkan perbedaan pendapat
dikalangan para ulama, pendapat-pendapat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengaharamkan bunga bank karena menganggapnya sama denganriba.
2. Memperbolehkan bunga bank, karena menanggapnya tidak samadengan riba, yang diharamkan oleh syariat Islam.
3. Bunga bank adalah haram, tetapi karena belum ada jalan keluar untukmenghindarkannya, maka dibolehkan (karena dianggap darurat).
10
Dari perbedaan pendapat yang dikemukakan oleh para ulama, tersebut,
dapatlah dikatakan bahwa persoalan bunga bank merupakan permasalahan
mendasar yang menyangkut tentang konsep dasar, definisi, serta pengambilan
hukumnya.
Definisi bunga bank menurut para ulama dan cendekiawan muslimpun
masih menimbulkan perbedaan, bunga bank adalah riba khafi, yang diperbolehkan
9QS Al-Baqarah (2). 275.
10Majelis Ulama Indonesia Sumatra Utara dan Yayasan Baitul Makmur Sumatra Utara, Riba dan
Bunga Bank, kesimpulan mudzakaroh dan pengkajian ilmiah tanggal 2 dan 16 Juni 1985, Medan,1986, hlm. 7.
8/2/2019 Riba Dan Riba
5/13
bila ada maslahat.11
Bunga bank merupakan istilah baru dalam dunia perbankan
yang merupakan terjemahan dari kata interest yang memiliki makna riba.12
Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para cendekiawan muslim
tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya bunga bank sama dengan
riba, sementara telah jelas dalam Al-Quran banyak ditemukan beberapa ayat
yang menyatakan larangan terhadap berbuatan riba, dan riba haram hukumnya.
Persoalan kemudian, bunga bank tidak dapat dipisahkan dengan yang
namanya riba, pengertian riba yang di barat disebut dengan usury atau woeker,
mengalami evolusi, sehingga akhirnya pada akhir abad pertengahan, mulai
dirumuskan konsep bunga yang membedakan diri dengan riba. Dalam hal ini, riba
adalah tambahan atas hutang yang dipungut dalam taraf yang terlalu tinggi dan
mengandung unsur pemaksaan atau pemerasan terhadap yang membutuhkan
tetapai lemah kedudukannya. Sedangkan bunga adalah tambahan yang
tingkatannya wajar, dengan mempertimbangkan berbagai ongkos dan resiko yang
harus dipikul oleh pemilik modal.13
Evolusi konsep bunga ke riba tidak lepas dari perkembangan lembaga
keuangan, khususnya bank. Lembaga ini timbul, karena kebutuhan modal untuk
membiayai industri dan perdagangan. Modalnya terutama dari pedagang. Oleh
karena para bankir umumnya berasal dari pedagang. Pelopor pendiri bank adalah
kaum Yahudi yang diikuti oleh pribumi Italia.14
11Chuzaimah T. Yango dan A. Hafiz Ambary AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer,
Cetakan I, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1995) hlm 54.
12Ash-Shadiq Abdurrahman Al-Gharyani, Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer, Cetakan I,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 2004) hlm 112.
13Ibid, hlm 615-616.
14Muhammad, Riba dan Bunga Bank, Jurnal Mukadimah, No. 4 Tahun III, 1997, hlm 65.
8/2/2019 Riba Dan Riba
6/13
Sebagaimana telah kita kenal, bank merupakan alat ekonomi yang bertujuan
untuk memajukan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat secara umum
dalam Islam dikenal sebagai Maslahah alAmmah- dan khususnya yang terlibat
dalam perbankan.
Berdasarkan fungsi dan tujuan adanya bank, MUI menemukan terdapat
praktik riba dalam bank tersebut, yaitu pada adanya pembungaan uang secara
terus menerus bagi orang yang melakukan transaksi dengan bank. Baik itu
pinjaman maupun penyetoran. Bunga dari pinjaman/simpanan yang berlaku di
bank lebih buruk dari pada riba yang diharamkan oleh Allah SWT dalam Al-
Quran , karena riba hanya dikenakan tambah pada saat pinjaman tidak mampu
mengembalikan pinjaman pada saat jatuh tempo. Sedangkan bunga bank sudah
langsung dikenakan tambahan sejak terjadinya transaksi.15
Bank, sebenarnya adalah modus untuk melaksanakan but, tijatah secara
suka rela dan pencegahan sifat riba yang adafan mudhaafat-an, baik dalam
pengertian bunga berganda yang tidak ada batasnya, atau terlalu tinggi tingkat
bungannya, hal ini menurut pengertian A. Hasan. Namun, pengertian ini tetap
praktik riba kalau penambahan yang dilakukan dalam bank tersebut tetap diartikan
sebagai tambahan.
Berdasarkan argumen di atas, maka lembaga bank malah dianggap sebagai
jalan keluar dari riba, maksudnya unsur yang mengharamkan riba telah dihapus
melalui peraturan perbankan. Pernyataan ini berlaku bagi mereka yang
menganggap bunga dan bank bukan riba. Tetapi bagaimana dengan mereka yang
bunga dan bank sebagai kesatuan integral dalam penyelenggaraan riba. Dengan
mengingat bahwa bank merupaan sebuah lembaga yang memiliki tujuan untuk
15
Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia tentang Fatwa Bunga bank, Terorisme, danpenetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah ditetapkan di Jakarta 22 syawal 1424 H/ 16
Desember 2003.
8/2/2019 Riba Dan Riba
7/13
memajukkan ekonomi masyarakat serta mensejahterakannya, MUI sebagai wadah
musyawarah para alim ulama dan endekiawan muslim mengeluarkan fatwa bahwa
bunga bank dinyatakan haram. Penetapan tersebut didasarkan dari banyaknya
pengertian yang mengarah pada penafsiran bahwa bunga bank termasuk dalam
kriteria riba yang diharamkan, atau bahkan bunga bank diartikan sama dengan
riba.
Dari uraian di atas, menarik untuk diadakan pembahasan lanjut tentang
bunga bank, diantarannya membahas tentang persoalan bunga bank, yang mana
hingga kini masih menjadi bahan perdebatan di sebagian besar ulama dan para
cendekiawan muslim, antara yang mengharamkan dan menghalalkannya. Sampai
pada akhirnya MUI yang merupakan lembaga keagamaan Islam tertinggi yang ada
di indosenia mengeluarkan fatwa bahwa bunga bank adalah haram, melalui surat
keputusan yang di keluarkan di Jakarta pada tangga 22 Syawal 1424 H / Desember
tahun 2003.
B. Rumusan MasalahMengacu dari latar belakang yang telah kami paparkan pada latar belakang
di atas, maka kami merumuskan beberapa masalah diantaranya:
1. Bagaimana pandangan para ahli hukum Islam terhadap hukum bunga bankkonvensional?
2. Apa alasan para ahli hukum tersebut dalam menentukan hukum bunga bankkonvensional?
C. Tujuan PenelitianSedangkan tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah mendeskripsikan
pandangan para ahli hukum Islam terhadap bunga bank serta hukumnya, dan juga
8/2/2019 Riba Dan Riba
8/13
menjelaskan secara komprehensif alasan serta landasan yang digunakan para ahli
hukum Islam tersebut dalam menentukan hukum bunga bank konvensional.
D. Tinjauan PustakaJika kita berbicara tentang bunga bank, memang sangatlah menarik dan
tidak ada habis-habisnya. Dalam wacana hasanah hukum Islam pembahasan
tentang bunga bank banyak dijumpai. Dari wacana-wacana tersebut kita dapatlah
mengetahui sangatlah bervariatif para ahli hukum Islam dalam menetapkan hukum
tentang bunga bank. Walaupun Al-Quran telah secara tegas melarang terhadap
riba, akan tetapi di kalangan ulama ataupun hukum Islam masih terjadi difference
opinion mengenai apakah bunga bank termasuk kategori riba ataupun tidak. Hal
ini terjadi karena para ahli hukum Islam berbeda pendapat dalam menafsirkan
terhadap ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan masalah riba.
Seperti A.Wahid Zaini, pengarang buku dan kolomnis produktif, dalam
bukunya Dunia Pemikiran Kaum Santrisecara gamblang dan detail menjelaskanhukum tentang bunga bank yang telah diputuskan oleh Munas Alim Ulama di
Bandar Lampung, dan Majlis Tarjih Muhamdiyah di Sidorajo. Dengan harapan
agar forum kajian atau musyawarah yang diikuti oleh ulama dan ahli-ahli
perbankan agar kajiannya lebih komprehensip dan hasilnya diharapkan lebih
mendekati bahkan sesuai dengan realita yang ada.16
Begitu juga dengan Majlis Tarjih Muhammadiyah yang bertugas merespon
dan memutuskan persoalanpersoalan hukum Islam termasuk masalahmasalah
kontemporer dengan metode ijtihadnya., di antaranya adalah masalah yang telah
menjadi tema pokok pembahasan penyusun yaitu mengenai bunga bank. Di mana
hasil keputusankeputusan Majlis Tarjih tersebut selanjutnya hasil keputusan-
16A. Wahid Zaini,Dunia Pemikiran Kaum Santri (Yogayakarta: LKPSM: 1994).
8/2/2019 Riba Dan Riba
9/13
keputusannya dibukukan dalam Himpunan Putusan Tarjih,17
di samping ada
arsiparsip tersendiri dari setiap Mutamar Tarjih.
Selanjutnya kajian yang lebih lengkap membahas tentang metode ijtihad
Majlis Tarjih adalah buku karya Fathur Rahman Djamil,18
buku ini secara detail
telah menyoroti ijtihad yang dilakukan oleh Majlis Tarjih Muhammadiyah
(khususnya tentang bunga bank) dengan berusaha untuk mengungkapkan
kegiatan-kegiatan Majlis Tarjih Muhammadiyah yang merupakan motor
penggerak pembaharuanMuhammadiyah.
kitab yang secara khusus membahas tentang bunga bank adalah kitab
Fawaidd al-Bumuk Hiya ar-Riba al-Haram karya Dr. Yusuf Qurdhawi yang telah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berjudul Bunga Bank Haram.
buku berjudul Bunga bank dalam Islam karya A. Khotib di mana dalam
buku tersebut dibahas panjang lebar tentang riba dan pergeserannya menjadi
bunga. Buku Bunga bank haram? Karya Prof. Dr. Abdullah Al-Mushlih dan Prof.
Dr. Shalah Ash-Shawi yang di dalamnya membahas sikap mereka terhadap fatwa
yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia, serta Surat Keputusan Komisi
Fatwa MUI tentang bunga bank.19
Ensiklopedi Al-Quran , karya Dr. Dewam Raharjo tak lepas menjadi
referensi sekunder penulis. Juga buku karya Dr. Ash-Shidiq Abdurrahman Al-
Quran al-Karim sebagai pedoman dasar penyusunan skripsi kami.
Sedangkan beberapa skripsi yang membahas tentang masalah bunga bank
diantarannya:
17Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah,,
(Yogyakarta: Persatuan, t.t.).
18Faturrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, cet. I ( Jakarta : Logos
Publishing House, 1995 ).
19Yusuf Qardhawi,Bunga Bank Haram, Cetakan II, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2001).
8/2/2019 Riba Dan Riba
10/13
1. Karsum, mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga dengan judulskripsi pandangan tentang riba dan bunga bank dalam fiqih kontemporer
(Studi pemikir Prof. Dr. Dawam Raharjo) tahun 2002.
2. Affan Safwan, mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga denganskripsi berjudul Riba dalam Islam (studi pemikiran M. Abduh dan Sayyid
Abdul Ala Al-Maududi tentang bunga bank).
Setelah peneliti melakukan penelaahan terhadap pustaka-pustaka, kami tidak
menemukan penelitian, kajian ataupun buku yang di dalamnya berusaha
menganalisa pandangan para ahli hukum Islam secara umum tentang hukum
bunga bank. Maka dari itu menurut peneliti perlu adanya kajian ataupun
pembahasan yang berusaha menelaah sekaligus menganalisis pandangan para
ulama/ahli hukum Islam tentang hukum bunga bank.
Oleh sebab itu pada penelitian ini, kami beri judul HUKUM BUNGA
BANK (Analisis Terhadap Pandangan Fatwa Para Ulama Tentang Hukum
Bunga Bank) dalam penelitian ini kami mendeskripsikan pandangan para ahli
hukum Islam/ulama serta menganalisanya bagaimana para ulama tersebut dalam
menggali hukum tentang bunga bank dan apa dalil juga argumennya.
E. Definisi Operasionala. Fatwa adalah ajaran, atau nasehat, keputusan/ ketetapan, penjelasan dari para
ulama (fuqaha) tentang hal yang berhubungan dengan ajaran/ pelaksanaan
hukum-hukum Islam.20
b. MUI adalah tempat atau wadah musyawarah para alim ulama dancendekiawan muslim di Indonesia
20
Pius Apartanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Penerbit Arkaloka,1994) hlm 173.
8/2/2019 Riba Dan Riba
11/13
c. Bunga bank adalah tambahan yang dikenakan untuk transaksi pinjaman yangdiperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaataan
hasil pokok tersebut, berdasarkan tempo waktu, diperhitungkan secara pasti
dimuka berdasarkan prosentase.21
d. Haram adalah sesuatu atau perkara-perkara yang dilarang oleh syara, berdosajika mengerjakannya dan mendapatkan pahala bila meninggalkannya.
22
F. Metode penelitianDalam sebuah penelitian tentunya memerlukan metode yang jelas.
Sedangkan penelitian ini adalah:
1. Jenis penelitianPenelitian ini merupakan studi kepustakaan (library research) yaitu data
yang diperoleh dalam penelitian ini dengan merujuk pada literatur-literatur atau
informasi, baik yang didapat dari internet ataupun media massa serta buku-buku
yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam hal ini tentang fatwa-
fatwa para ahli hukum terhadap hukum bunga bank.
2. Sifat penelitian.Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitik, yaitu penelitian dalam
rangka pemecahan masalah dengan cara menuturkan, menganalisa dan
mengklasifikasi. Jadi penelitian ini adalah meliputi analisa dan interpretasi data
tentang arti data itu.23
Artinya, penelitian ini mendeskripsikan pemikiran-
pemikiran para pakar ahli hukum Islam tentang pendapatnya pada masalah bunga
21Keputusan ijtima ulama komisi fatwa se-Indonesia tenatang fatwa bunga bank, terorisme, dan
penetapan awal ramadhan, syawal dan Djulhijjah ditetapkan di Jakarta 22 Syawal 1424H / 16
desember 2003.
22M Abdul Mujib, Mabrur Tholhah dan Syafiah A. M, Kamus Istilah Fiqh. Cetakan I, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 99.23Winarto surakhmat, pengantar penelitian ilmiah dasar metode dan teknik, (bandung: tarsito,
1989), hlm. 39.
8/2/2019 Riba Dan Riba
12/13
bank, termasuk juga dengan alasan apa mereka dalam berpendapat. Setelah itu
menganalisa dari beberapa pendapat yang diperoleh menjadi sebuah kesimpulan
tentang pandangan para ahli hukum Islam terhadap masalah hukum bunga bank
serta alasannya.
3. Sumber dataSedangkan sumber data pada penelitian ini adalah buku-buku, informasi media
cetak serta informasi yang didapat dari internet dan lain sebagainya yang
berkaitan dengan masalah yang kami teliti yaitu tentang bunga bank serta
hukumnya.
4. Pendekatan masalahAdapun pendekatan yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
normatif, dengan pendekatan ini peneliti berusaha melihat ataupun
memperhatikan permasalahan tentang bunga bank serta hukumnya dipandang
dari sudut hukum Islam khususnya dari ilmu fiqh dan ushul fiqh.
5. Analisis dataSedangkan data yang diperoleh dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti,
kemudian diolah secara deskriptif-analisis dengan menggunakan teknik content
analisis yaitu menganalisis data menurut isisnya. Data yang sudah dijaring ,
kemudian dianalisa dengan menggunakan logika induktif, yaitu melakukan
pembahasan serta menganalisa dengan memulainya dari berbagai kasus yang
terkait menjadi suatu kesimpulan.
G. Sistematika PembahasanUntuk menghasilkan sebuah karya yang sistematis, peneliti memaparkan
skripsi ini dengan bagian-bagian bab-bab secara rinci dan mendetail. Secara
umum sistematika pembahasan tersebut, sebagai berikut :
8/2/2019 Riba Dan Riba
13/13
Bab Pertama, bagian ini berisi tentang pendahuluan, memaparkan latar
belakang masalah yang memuat argumen ketertarikan peneliti terhadap kajian ini,
pokok masalah penelitian sebagai cakupan fokus kajian, dilanjutkan dengan tujuan
dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
Bab kedua, pada bagian ini berisi gambaran umum tentang bunga bank
serta fatwa secara komprehensif.
Bab ketiga, sedangkan pada bab ini peneliti memaparkan data-data yang
diperoleh dari hasil pencarian berbagai referensi, dalam hal ini adalah data-data
atau informasi tentang fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh para ahli hukum Islam
terhadap masalah bunga bank. Sekaligus menganalisanya.
Bab keempat, pada bagian ini berisi penutup yang memuat kesimpulan
hasil telaah penelitian dan saran-saran sebagai tindak lanjut atau acuan penelitian.
Top Related