Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
1
Evaluasi Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berkelanjutan, di Lingkungan Permukiman
(Studi kasus Kabupaten Tasikmalaya)
Yudha Pracastino Heston Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Bidang Permukiman
Jl. Solo No.165 Yogyakarta. Telp/fax (0274) 555205/546978 Email: [email protected]
Abstrak Evaluasi dengan menilai program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (Pamsimas), telah dilakukan untuk mengukur dampak keberlanjutan program Pamsimas, dan nilai – nilai yang dibangun.
Analisis dilakukan menggunakan statistik deskriptif untuk memaparkan distribusi frekuensi evaluasi program. Program dinilai berdasarkan sembilan indikator, menggunakan prosentase masing-masing variabel yang relevan. Nilai total rata-rata, menggambarkan pelaksanaan program dan prediksi keberlanjutan.
Dari penilaian yang dilakukan, pelaksanaan program Pamsimas di Kabupaten Tasikmalaya berjalan baik. Yaitu pada pada angka prosentase 60,39. Terdapat satu indikator yang memerlukan perbaikan, karena masih sangat buruk, yaitu indikator efisiensi, yang memiliki nilai 4,7. Kata Kunci: evaluasi, keberlanjutan, penyediaan, air minum
Abstract Assessing the Water Supply and Sanitation Community Based (PAMSIMAS)
program, has been performed to measure the impact PAMSIMAS’ program sustainability, and values that built.
Analysis was performed using descriptive statistics to describe the frequency distribution of program evaluation. Courses assessed based on nine indicators, using the percentage of each relevant variables. Average total value, describes the program implementation and sustainability of the prediction.
From the assessment carried out, implementation of the program in Tasikmalaya District PAMSIMAS going well. 60.39 on percentage figures. There is one indicator that require improvement, because it is still very bad, which is an indicator of efficiency, which has a value of 4.7. Keyword : evaluation, sustainability, supply, drinking water
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
2
PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan pokok kehidupan manusia. Seorang individu memerlukan
paling tidak 50 liter air per harinya (Gleick,1996).1 Kebutuhan ini mencakup
penggunaan air untuk minum, memasak, keperluan sanitasi dan rumah tangga lainnya.
Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk konsumsi rumah tangga di Indonesia, dilihat
dari pihak penyedia layanan distribusi air bersih dibagi menjadi 3(tiga) pihak, yaitu
pemerintah, swasta dan masyarakat sendiri.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk dapat memenuhi salah satu amanat dari
Millennium Development Goals, yaitu menurunkan separuh dari proporsi penduduk
yang belum mempunyai akses air minum dan sanitasi dasar pada tahun 2015.
Pelaksanaan komitmen pemerintah tersebut pada konteks lokal (kabupaten/ kota),
terkendala oleh beberapa hal,antara lain luasnya wilayah pelayanan, kondisi masyarakat
yang miskin, dan kapasitas fiskal yang rendah.2 Keadaan ini menjadi latar belakang
munculnya program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
(Pamsimas).
Pengalaman dari proyek International Water Consultancy pada tahun 1990,
menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dapat memberi data perencanaan yang
baik, lebih cepat dan lebih efektif biaya.3 Di bagian lain disebutkan juga bahwa,
perlunya ketersedianya air bersih dengan mutu yang baik untuk menunjang kehidupan,
menjadi kebutuhan pokok manusia. Selanjutnya dijelaskan bahwa dari pernyataan
Kopenhagen, menegaskan karena air merupakan sumber daya yang langka dan rentan,
biaya ekonominya harus dapat di definisikan dan di akui serta prioritas hendaknya
ditegakkan. Diperlukan juga penetapan harga yang akan menciptakan rasa tanggung
jawab dan memiliki terhadap sistem air bersih. Pernyataan Kopenhagen juga
menghimbau agar semua pemerintahan dan ahli terkait untuk menerapkan prinsip
pedoman ini dalam membuat dan melaksanakan kebijakan nasional dan rencana aksi
mereka.
Program Pamsimas yang memasuki tahun ke tiga, belum sepenuhnya memenuhi
target yang diharapkan. Dari data profil kabupaten 2008 status 2010-2, ditemukan
bahwa baru terdapat 7 dari 106 kabupaten/kota penerima program, yang memiliki
kelompok kerja air minum dan penyehatan lingkungan. Hal ini penting mengingat
keberadaan kelompok kerja ini diharapkan akan menjadi sarana koordinasi dan
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
3
konsultasi semua pihak yang berkepentingan dalam mengembangkan penyediaan air
minum di daerah.
Sebagai sebuah program, program Pamsimas pada suatu waktu akan berakhir, akan
tetapi sebagai sebuah definisi kebutuhan penyediaan air minum dan sanitasi akan terus
berlanjut. Untuk dapat mengukur dampak keberlanjutan program Pamsimas, dan nilai –
nilai yang dibangun dari program tersebut, dilihat dari aspek sosial ekonomi dan
lingkungan, maka diperlukan upaya penelitian yang dapat memprediksi dan
mengantisipasi keberlanjutan program ini.
Penelitian yang dilakukan, selain untuk memprediksi keberlanjutan pelaksanaan
program dan nilai – nilai yang telah dibangun melalui program ini juga diperlukan
untuk mencari kendala pelaksanaan dan kemudian menemukan solusi, untuk
pengembangan manajemen program dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
DASAR TEORI
Terkait dengan kriteria keberhasilan yang digunakan untuk suatu proses evaluasi,
Feurstein (1990:25-27) dalam (Adi Isbandi, 2008)4 mengajukan beberapa indikator
yang perlu dipertimbangkan. Indikator ini dipakai untuk meneliti pelaksanaan kegiatan,
penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat di Kabupaten Tasikmalaya.
Kesembilan indikator ini dilihat keberadaannya pada masyarakat penerima manfaat,
pengelola program dan pengambil kebijakan.
Indikator pertama adalah indikator ketersediaan, untuk melihat apakah semua aspek
proses Program Pamsimas, dalam buku pedoman yang dikeluarkan oleh Direktorat
Cipta Karya telah dilaksanakan di Kabupaten Tasikmalaya. Indikator berikutnya adalah
relevansi, berkaitan dengan penggunaan sistem sarana prasarana penyediaan air bersih
di lokasi penelitian. Apakah dalam pelaksanaan kegiatan sistem tersebut sesuai dan
dapat diterima masyarakat penerima manfaat.
Indikator yang penting selanjutnya adalah keterjangkauan, indikator ini diperlukan
untuk melihat terutama jarak sumber air bersih kepada konsumen yang adalah
masyarakat penerima manfaat program. Berkaitan dengan keterjangkauan adalah
cakupan, di mana kelompok masyarakat yang membutuhkan dapat terlayani program
ini.
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
4
Indikator kualitas yang terutama perlu diteliti dalam program penyediaan air minum
dan sanitasi di Kabupaten Tasikmalaya, adalah terutama mengenai persepsi masyarakat
terhadap kualitas air bersih yang mereka konsumsi. Indikator selanjutnya adalah upaya,
yang perlu dilihat apakah sudah optimal apa yang dilakukan seluruh pemangku
kepentingan terhadap berjalannya kegiatan. Indikator efisiensi dilakukan untuk melihat
penggunaan air bersih yang telah disediakan apakah sudah termanfaatkan dengan baik.
Dan terakhir perlu dilihat apakah sudah terjadi perubahan pada masyarakat penerima
manfaat program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.
Letak indikator keberhasilan yang digunakan untuk meneliti pelaksanaan program,
terhadap kegiatan penelitian dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Penelitian
METODOLOGI
Lokasi penelitian di Kabupaten Tasikmalaya dipilih, berdasarkan rekomendasi
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum, selaku executing agency
dari kegiatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Yaitu daerah
dengan prevalensi penyakit terkait air yang tinggi dan belum mendapatkan akses
terhadap air minum dan sanitasi.
Pada gambar 2. dapat dilihat, masih rendahnya prosentase penduduk yang
mengakses air bersih melalui pipa/ledeng, di Kabupaten Tasikmalaya. Sebagian besar
penduduk masih menggunakan sumur gali.
Indikator Keberhasilan program
Kebutuhan Air Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
Kelanjutan Kegiatan Sosial Ekonomi Lingkungan
rekomendasi
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
5
Penelitian dilakukan dengan meneliti pengelola program dan masyarakat penerima
manfaat program di Kabupaten Tasikmalaya, dan menetapkan kuota sebanyak 64
sampel. Pengambilan sampel acak dengan rancangan Cluster Proportional to
Population Size diakukan dengan cara:
Membagi daerah Penelitian kabupaten atau kota yang masuk dalam program
Pamsimas ke dalam Klaster Kecamatan yang diambil secara acak, kemudian dari klaster
kecamatan akan diturunkan ke tingkat desa, yaitu: Kabupaten Tasikmalaya: 3 desa dari
satu kabupaten.
Menetapkan jumlah klaster yang akan dipilih atas dasar kesatuan analisis sampel
yang dikehendaki yaitu dari kecamatan ke desa. Jumlah sampel tiap desa melalui
proportional to population size dengan menggunakan rumus:
......................... (1)
Keterangan : Jumlah KK yang telah dilayani program Pamsimas di 3 desa (N) Jumlah sampel yang dibutuhkan (n) = 64 KK
Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif untuk
memaparkan distribusi frekuensi dari evaluasi program. Kemudian dilihat juga korelasi
dari beberapa variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Pelaksanaan program kemudian
di nilai berdasarkan sembilan indikator, menggunakan prosentase masing-masing
variabel yang relevan dengan indikator. Nilai yang ditemukan kemudian dicari rata-
ratanya, untuk mendapatkan gambaran prediksi keberlanjutan pelaksanaan program dan
nilai – nilai yang telah dibangun melalui program ini. Dilihat juga kendala dan solusi,
untuk pengembangan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.
9.29%4.59%
63.77%0.96%1.19%
20.20%
Gambar 2. Penggunaan Air Bersih di Kab.Tasikmalaya5
Ledeng SPT SGL PAH Kemasan Penggunaan air lainnya
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tabel 1. ditunjukkan hasil penghitungan sampel, menggunakan rumus (1) di
tiga desa lokasi penelitian, yaitu desa Wakap, Cidugeleun dan Cinunjang.
Tabel 1. Distribusi Jumlah Sampel
Desa Jumlah jiwa Jumlah sampel (n)
Wakap 512 24 Cidugaleun 623 30 Cinunjang 212 10 Jumlah 1347 64
Jumlah sampel yang ada di 3 desa, dibagi secara proporsional sesuai jumlah
penduduk penerima manfaat dari program Pamsimas. Sampel per desa, dilakukan
menyesuaikan dengan unit lembaga terkecil dari program Pamsimas, yang berada atau
pada tingkat kelurahan atau desa.
Pada gambar 3. ditampilkan grafik yang menggambarkan kondisi masyarakat di
lokasi penelitian dilihat dari status sosial ekonominya. Di Kabupaten Tasikmalaya
jumlah kecamatan terlayani program adalah 12(dua belas), dengan jumlah desa 15(lima
belas), dan dusun: 68(enam puluh delapan). Dari hasil penelitian, masyarakat penerima
program rata-rata memiliki penghasilan(3a) dua kali lipat dari pengeluarannya(3b).
(Rp.1.238.157,20 banding Rp.604.576,11). Hal ini memperlihatkan bahwa, dari
kegiatan mereka bertani telah cukup dalam mencukupi kebutuhan hidup(tabel 2).
Penelitian mengenai budaya kegiatan ekonomi penduduk Tasikmalaya, antara lain
adalah munculnya dorongan lapisan bawah untuk bersaing secara sosial, karena
memudarnya pengaruh bangsawan.6 Bentuk kegiatan yang mereka lakukan adalah
dengan menghemat dan bertekun dalam mengolah sawah, sehingga mereka memiliki
modal untuk membeli tanah atau sawah, yang dibeli dari petani lain atau bangsawan.
Cara lain adalah dengan berdagang atau membuat kerajinan dan membatik. Dan bentuk
lain adalah merantau dan menjadi tukang kredit.
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa 92% responden memiliki/ tinggal di
rumah pribadi, responden tidak ada yang memiliki mobil, hanya 28% yang memiliki
motor, 73% memiliki lemari es, 68% tidak memiliki televisi. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat telah memilih barang yang memiliki nilai produktif (lemari es)
dibanding benda konsumtif (televisi). Bahkan trend bersepeda motor, tidak ditemukan
pada responden di Tasikmalaya. Akan tetapi tingkat pendidikan yang hanya sampai
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
7
sekolah dasar(tabel 3), menyebabkan kurang dapat berkembangnya, tingkat
kesejahteraan penduduk di lokasi penelitian.
Tabel 2. Pekerjaan Tabel 3. Pendidikan Pekerjaan Frequency Percent Pendidikan Terakhir Frequency Percent
Tidak Bekerja 6 9.4 Tidak sekolah 2 3.1
Petani 27 42.2 SD tidak tamat 7 10.9 Pedagang 4 6.2 SD tamat 43 67.2 Wiraswasta 6 9.4 SLTP tidak tamat 6 9.4 Karyawan Swasta 3 4.7 SLTP tamat 2 3.1 Pegawai negeri/POLRI/TNI 3 4.7 SLTA tamat 2 3.1 Buruh 12 18.8 PT tamat (D3, S1, S2, S3) 2 3.1
Total 64 100.0 Total 64 100.0
Tahapan pelaksanaan program untuk melihat indikator ketersediaan pada gambar 4,
menunjukkan bahwa dari hasil penelitian, yang dilakukan kepada pengelola program,
ditemukan bahwa ada sebesar (18,75 dari 25) 79% proses telah diketahui dan
dilaksanakan. Proses program Pamsimas sendiri dimulai dari sosialisasi di tingkat
nasional sampai dengan tahap penyiapan badan pengelola di tingkat masyarakat. Proses
ini disiapkan untuk dapat dilaksanakan dalam waktu 1,5 tahun. Keberhasilan pengelola
program Pamsimas untuk melaksanakan 79% proses, salah satunya adalah kesiapan
fasilitator yang sebagian besar adalah pemuda/pemudi lulusan sarjana, yang mengawal
proses perencanaan dan implementasi teknis, pemberdayaan masyarakat dan perilaku
kesehatan. Seluruh tahapan kegiatan program Pamsimas berjumlah 25 tahapan, terbagi
menjadi tahap persiapan, perencanaan dan implementasi.
Gambar 3. Kondisi ekonomi responden
a. Pendapatan b. Pengeluaran
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
8
Keterangan warna: biru=ya , hijau=tidak , coklat= missing , angka menunjuk bagian tahapan yang tidak diketahui/ dilaksanakan pengelola program
Dari bagan proses kegiatan gambar 4. dapat dilihat bahwa masalah terletak pada
awal kegiatan, yaitu pada proses awal persiapan dan perencanaan. Hal ini dapat terjadi
karena 2(dua) hal. Pertama karena keterbatasan mulainya waktu pelaksanaan program.
Di mana masalah pencairan anggaran terjadi. Kemudian hal kedua adalah masih
lemahnya koordinasi di tingkat kabupaten. Hal ini terbukti dengan belum terbentuknya
kelompok kerja antar sektor yang menangani masalah air minum dan penyehatan
lingkungan.
Indikator relevansi, dapat dilihat dalam Tabel 4 Crosstabulation tanggung jawab
dalam memelihara infrastruktur air dengan mengumpulkan air. Dalam penghitungan
ditemukan bahwa bapak, ibu bahkan seluruh anggota keluarga memiliki tanggung jawab
dalam pemeliharaan infrastruktur air. Demikian juga dalam hal pemanfaatan fasilitas,
yaitu pengumpulan air, didominasi oleh pihak ibu. Kedua hal ini menunjukkan
kemudahan dan relevansi teknologi yang digunakan, sehingga setiap anggota keluarga,
bahkan ibu dapat mengambil peran dalam pemanfaatan sarana-prasarana. Jika dilihat
dari nilai prosentasenya maka dapat ditarik kesimpulan, indikator relevansi adalah
Gambar 4. Proses Kegiatan
TAHAP IMPLEMENTASI
TAHAP PERENCANAAN
TAHAP PERSIAPAN
1 1 1/2 1/2
1/2 1/2 1/4
1/4
1/4
1/4 1/4
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
9
100% - 23,8%(peran pihak bapak)= 76.2%. Hal lain yang menjadi catatan, penelitian ini
menegaskan lagi peran penting wanita dalam penyediaan air untuk keluarga.
Tabel 4. Tanggung jawab infrastruktur * Pihak yang mengumpulkan air Crosstabulation
Ketersediaan sumber air cukup terjangkau yaitu pada kisaran jarak kurang dari 500
meter(tabel 5.) dari rumah. Atau bisa disebut berada dalam lingkup rukun tetangga. Hal
ini cukup membantu, mengingat sumber air sebelum adanya program Pamsimas dapat
lebih dari 1 kilometer dari rumah. Penggunaan hidran umum(tabel 6.) menunjukkan
bahwa penerima manfaat menggunakan sumber air bersih mereka dari program
Pamsimas. Untuk nilai indikator keterjangkauan ditemukan angka 100%- 7,8% (jarak >
500)= 92.2%.
Tabel 6. Sumber Air Bersih yang Digunakan Sumber air Warna Frequency Percent Sumur Biru 7 10.9
Kran/Hidran Umum Hijau 38 59.4
3 dan 4 Coklat 1 1.6
Mata Air Ungu 18 28.1
Total 64 100.0
Pihak yang Mengumpulkan Air
Total Bapak/ Suami
Ibu/ Isteri Anak
Seluruh Anggota Keluarga
Bapak Dan Ibu Masyarakat
Pihak yang Bertanggung jawab dalam Memelihara Infrastruktur Air
Bapak/Suami 4.8% 12.7% .0% 1.6% 3.2% 1.6% 23.8% Ibu/Isteri 1.6% 17.5% 1.6% 1.6% .0% .0% 22.2% Anak .0% .0% 1.6% .0% .0% .0% 1.6% Seluruh Anggota Keluarga 1.6% 7.9% .0% 17.5% .0% .0% 27.0% Bapak Dan Ibu .0% 1.6% .0% .0% 7.9% .0% 9.5% Ibu Dan Anak .0% .0% .0% 1.6% .0% .0% 1.6%
Masyarakat .0% 14.3% .0% .0% .0% .0% 14.3% Total 8.0% 54.0% 3.2% 22.2% 11.1% 1.6% 100.0%
Tabel 5. Jarak Sumber Air dengan Tempat Tingga Jarak Warna Frequency Percent < 10 Meter Biru 23 35.9
10 Meter-500 Meter Hijau 36 56.2
500 Meter-1000 Meter Coklat 4 6.2
> 1000 Meter Ungu 1 1.6
Total 64 100.0
biru
hijau
coklat ungu
biru
hijau
coklat ungu
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
10
Peran serta masyarakat dalam menentukan kebutuhan mereka, menyiapkan dan
menerima layanan dari, oleh dan untuk masyarakat terlihat dalam gambar5. Di mana
pertanyaan mengenai keterlibatan dalam musyawarah untuk mengetahui minat dan
sanggup merubah perilaku, penyusunan rencana program penyediaan air bersih (PAB),
penentuan lokasi sasaran dan pembuatan aturan mengenai air bersih dijawab ya
(terlibat) oleh sebagian besar responden. Besarnya keterlibatan dalam pemanfaatan
penyediaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat adalah 64,83%, dihitung dari 4
variabel pada Tabel 7.
Aspek Jawaban Ya tidak
Frequency Percent frequency percent Keterlibatan dalam Musyawarah Pamsimas Untuk Mengetahui Minat dan sanggup Merubah Perilaku
39 60.9 11 17.2
Keterlibatan dalam Membuat Aturan-Aturan Tentang PAB 36 56.2 14 21.9 Keterlibatan dalam Menentukan Lokasi Sasaran Untuk PAB 45 70.3 5 7.8 Keterlibatan dalam Penyusunan Rencana Program PAB dan Perubahan Perilaku Tidak Sehat
46
71.9 12 18.8
Pada tabel 8. Dapat dilihat berapa banyak jumlah responden penerima manfaat,
yang mengetahui program Pamsimas, dibandingkan dengan sumber air bersih yang
mereka gunakan.
Tabel 8. Pengetahuan Program Pamsimas * Sumber Air Bersih yang Digunakan Crosstabulation
Sumber Air Bersih yang Digunakan
Total Sumur Kran/Hidran Umum Sumur dan HU Mata Air
Mengetahui Program Pamsimas Iya 6 36 1 13 56
Tidak 1 2 0 5 8
Total 7 38 1 18 64 Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa, angka yang diberi lingkaran merupakan indikator
cakupan program Pamsimas. Jika angka tersebut dikonversi menjadi bentuk persen
maka akan diperoleh nilai 56,25%. Hal ini mengindikasikan bahwa porporsi penerima
manfaat dari program baru separuh dari kemampuan cakupan yang diharapkan. Dalam
tabel dapat juga dibaca masih ada 35 responden, atau 54,69 % masih menggunakan
sumur dan mata air langsung, tanpa memanfaatkan program Pamsimas. Keterkaitan
sumber air bersih yang digunakan dengan pengetahuan tentang program Pamsimas,
Tabel 7. Keterlibatan masyarakat dalam Proses Kegiatan
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
11
secara statistik terbukti nyata pada tingkat kepercayaan 95%(tabel 9.). Hal ini
membuktikan bahwa 56,25% responden yang memanfaatkan program Pamsimas,
merubah kebiasaan mereka dalam mencari dan menggunakan sumber air bersih, untuk
konsumsi keluarga mereka.
Tabel 9. Pengetahuan Program Pamsimas * Sumber Air Bersih yang Digunakan Correlation
*. Correlation is significant at the
0.05 level (2-tailed). Untuk melihat kualitas dari pelayanan air bersih, dapat dilihat dari hasil uji sampel
air dari lokasi Pamsimas yang dilakukan oleh fasilitator kesehatan. Di 3 lokasi
penelitian ada 1 lokasi yang airnya masih terdapat kandungan bakteri e-coli. Diduga
bakteri ini berasal dari kotoran sapi peliharaan petani, di dekat instalasi Pamsimas.
Ditemukan juga dalam penelitian lapangan, sumber mata air yang tidak tertutup, karena
pengaruh mitos budaya setempat. Hal ini tidak baik untuk kualitas air, oleh karena dapat
menyebabkan masuknya kotoran ke sumber air, juga tidak aman terhadap kemungkinan
sabotase ke sumber air masyarakat.
Dalam tabel 10. dapat dilihat bahwa hanya ada 57% responden penerima manfaat
program Pamsimas, yang menyatakan bahwa kualitas air yang mereka konsumsi baik.
sedangkan responden lainnya tidak memberikan jawaban. Hal ini dapat memberikan
gambaran, bahwa air bersih yang dapat dikonsumsi dari program Pamsimas kualitasnya
masih belum cukup memuaskan. Walau kejadian penyakit akibat kekurangan air dan
penyakit yang vektor perindukannya di air kecil, tetapi masih dijumpai juga di lokasi
penelitian( tabel 11 dan 12), walau prosentase kejadiannya kecil, yaitu sekitar 5-6 %
saja.
Tabel 10. Kualitas Air Bersih Pamsimas yang Selama Ini Anda Gunakan Kualitas Frequency Percent
Baik 37 57.8
Missing System 27 42.2
Total 64 100.0
Keterangan Mengetahui Program Pamsimas Sumber Air Bersih
Pearson Correlation 1 .263*
Sig. (2-tailed) .035
Sum of Squares and Cross-products 7.000 13.125
Covariance .111 .208
N 64 64
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
12
Sakit Frequency Percent Sakit Frequency Percent
Iya 4 6.2 Iya 3 4.7
Tidak 60 93.8 Tidak 61 95.3
Total 64 100.0 Total 64 100.0
Indikator upaya, dilihat dari kesediaan membayar penerima manfaat program
Pamsimas. Dalam tabel 13 dapat dilihat bahwa hanya terdapat 59,4% responden yang
bersedia mengalokasikan uangnya untuk membiayai operasionalisasi Pamsimas. Hal ini
menunjukkan masih belum pahamnya masyarakat bahwa air adalah salah satu barang
ekonomi, yang perlu dibiayai dalam pemanfaatannya. Dari responden yang bersedia
mengalokasikan uang untuk biaya operasional Pamsimas, ditemukan rata-rata(mean)
sebesar Rp.3.421,05. Jika angka ini kita kalikan jumlah penduduk desa penerima
manfaat program, kemudian dibagi dengan biaya yang diinvestasikan (per desa 275 juta
rupiah), dibagi 12 bulan, maka ditemukan bahwa, jika iuran dilaksanakan rutin dan
tertib modal awal (per desa 275 juta rupiah) rata-rata akan kembali dalam 18(delapan
belas) tahun.
Kemauan Membayar Frequency Percent
2000 20 31.2
5000 18 28.1
Total 38 59.4
System 26 40.6
Total 64 100.0
Pemanfaatan air dari program Pamsimas, yang belum memiliki mekanisme
pembayaran, menyebabkan belum adanya pembatasan kuantitas pemakaian. Hal ini
terutama terjadi di tingkat komunitas. Untuk tingkat keluarga terjadi pembatasan
penggunaan air, walau masih dalam prosentase yang kecil. Di daerah dengan kesulitan
mendapat air bersih, pembatasan dengan pengeenaan tarif perlu diberlakukan untuk
dapat mengoptimalkan penggunaan air bersih. Prosentase keluarga yang membatasi
penggunaan air adalah sebesar 4,7% (tabel 14).
Tabel 11. Dalam 3 Bulan Terakhir Anggota Keluarga Sakit Skabies/Infeksi Kulit/Trakhoma/Lepra/Hepatits/Diare
Tabel 12. Dalam 3 Bulan Terakhir Anggota Keluarga Sakit Kolera/Typhus/Desentri
Tabel 13. Alokasi biaya yang bersedia dikeluarkan per bulan untuk operasionalisasi Pamsimas
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
13
Tabel 14. Pembatasan Bagi Anggota Keluarga Dalam Menggunakan Air
Terdapat pembatasan penggunaan air Frequency Percent
Iya 3 4.7
Tidak 61 95.3
Total 64 100.0
Dampak keberadaan Pamsimas, secara ekonomi di tingkat keluarga ada pada tingkat
(6 dari 64) 9,38%. Hal ini dapat dilihat pada tabel 15 yang memberi gambaran
keberadaan usaha dan rencana usaha berkaitan dengan program Pamsimas. Sedangkan
dampak secara budaya, khususnya terhadap budaya cuci tangan, prosentasenya tinggi
yaitu 98, 4 % (tabel 16). Angka ini menggambarkan dampak tersedianya air bersih,
yaitu dengan lebih mudahnya akses air akan memperbanyak kemungkinan cuci tangan
bagi responden. Jika dibuat rata-rata dampak ekonomi dan budaya, maka akan
ditemukan angka prosentase 53.89%.
Tabel 15. Usaha ekonomi memanfaatkan air Pamsimas* rencana mengembangkan usaha ekonomi dengan air Pamsimas crosstabulation
Punya Rencana Mengembangkan Usaha
Ekonomi dengan air Pamsimas
Total Iya Tidak
Ada Usaha Ekonomi yang
Memanfaatkan Air Pamsimas
Iya 2 0 2
Tidak 4 56 60
Total 6 56 62
Tabel 16. Selalu Cuci Tangan Sebelum Makan
Selalu cuci tangan sebelum makan Frequency Percent
Iya 63 98.4
Tidak 1 1.6
Total 64 100.0
Dari 9(sembilan) indikator yang digunakan untuk menganalisa tujuan penelitian,
dapat dibuat penilaian total dari kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis
masyarakat di Kabupaten Tasikmalaya dalam tabel 17. Secara umum kegiatan ini masih
memiliki yang baik dalam pelaksanaannya (60,39). Sehingga dapat diprediksikan,
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
14
kegiatan ini akan dapat memberikan dampak yang berlanjut, setelah program ini selesai
dilaksanakan. Untuk dapat mempertahankan penyelenggaraan kegiatan ini, setelah
program selesai perlu diperhatikan terutama mengenai efisiensi penggunaan sumber air.
Karena dari hasil penelitian, ditemukan indikator inilah yang paling buruk(4,7), dan
dapat mempengaruhi keseluruhan manajemen pengelolaan program penyediaan air
minum dan sanitasi berbasis masyarakat di Kabupaten Tasikmalaya.
Tabel 16. Indikator Pelaksanaan Program Pamsimas di Tasikmalaya
Keterangan :
0-20 = sangat buruk, 20,1-40 = buruk, 40,1-60 = cukup baik, 60,1-80 = baik, 80,1-100 = sangat baik
Gambar 5. Indikator Pelaksanaan Program Pamsimas di Tasikmalaya
0
20
40
60
80
100ketersediaan
relevansi
keterjangkauan
pemanfaatan
cakupankualitas
upaya
efisiensi
dampak
Series 1
Indikator Nilai Keterangan Ketersediaan 79 Baik Relevansi 76,2 Baik Keterjangkauan 92,2 Sangat baik Pemanfaatan 64,83 Baik Cakupan 56,25 Cukup baik Kualitas 57 Cukup baik Upaya 59,4 Cukup baik Efisiensi 4,7 Sangat buruk Dampak 53,89 Cukup baik
Total 60,39 Baik
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
15
KESIMPULAN
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, maka untuk menghindari ketidak efisienan
penggunaan air dapat diterapkan metode pentarifan air. Pengaturan dan konsultasi
metode pentarifan dapat melibatkan pihak Perusahaan Daerah Air Minum di Kabupaten
Tasikmalaya.
Perluasan cakupan pelayanan dapat dilakukan, jika iuran biaya operasional telah
dilaksanakan dengan tertib. Penambahan sarana dan prasarana akan menambah
penerima manfaat, yang dapat berdampak kepada peningkatan kualitas kehidupan
lingkungan permukiman secara luas.
Perbaikan kualitas air dapat dilakukan dengan merumuskan kembali perlu dan
pentingnya penerapan nilai-nilai lokal dan kesehatan, termasuk tata kelola air dan usaha
ternak masyarakat, kemudian mencari solusi terbaik guna menyiapkan air yang lebih
baik.
Perlu juga diberikan penyadaran kepada masyarakat, bahwa air merupakan barang
yang penting, sehingga untuk mendapatkannya perlu penggantian secara ekonomi, akan
meningkatkan keinginan membayar penerima manfaat program. Hal ini akan
mempercepat pengembalian nilai modal secara ekonomi, dan juga dapat meningkatkan
keinginan penerima manfaat mengembangkan usaha, dengan menggunakan sumber air
yang ada.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada Tuhan. Kepada Profesor Masno
Ginting, yang telah membimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Kepada
teman tim peneliti Balai Sosial Ekonomi Permukiman, yang membantu dalam
pelaksanaan kegiatan. Ariyanto dan Nur Alvira, yang membantu dalam penyusunan
metode dan pengambilan data.
Lomba Karya Tulis Ilmiah Balitbang Pekerjaan Umum tahun 2010
16
DAFTAR PUSTAKA 1Gleick, P.H. 1996. Basic Water Requirements for Human Activities: Meeting Basic
Needs. Oakland CA, Pacific Institute for Studies in Development, Environment, and Security.
2Tim persiapan program PAMSIMAS. 2009. Pedoman Pengelolaan Program Pamsimas. Jakarta, Central Project Management Unit Pamsimas.
3Mikkelsen, Britha. 2003, Metode penelitian partisipatoris dan upaya-upaya pemberdayaan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
4Adi, Isbandi. 2008, Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. RajaGrafindo Persada, Jakarta
5Anonim. 2009, Profil Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, Tasikmalaya
6Saripudin, D dan Seman, A. 2007, Tradisi Merantau Tukang Kiridit dari Tasikmalaya. Makalah disajikan dalam Simposium Kebudayaan Indonesia-Malaysia (SKIM), di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Bangi, Malaysia.