DISKUSI KASUS
MIGRAIN
Oleh:
Femi Dwi Aldini
G99121016
.
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Migrain berasal dari bahasa Yunani, hemicrania yang artinya nyeri sebelah
kepala merupakan prototipe nyeri kepala vaskular yang berdenyut yang
melibatkan vasodilatasi dan mungkin peradangan lokal yang menyebabkan arteri-
arteri peka terhadap nyeri.
Data menunjukkan lebih dari 28 juta penduduk U.S.A kurang lebih 10-12%
dari populasi menderita migrain. Di Amerika Serikat, dalam satu tahun lebih dari
70% penduduknya (pernah) mengalami nyeri kepala, lebih dari 5%
mencari/mengusahakan pengobatan, tetapi hanya ± 1% yang datang ke
dokter/rumah sakit khusus untuk keluhan nyeri kepalanya. Hampir 91%
mengalami kelemahan fungsional. Migrain menyebabkan berkurangnya waktu
untuk bekerja dan sekolah, juga kehilangan kehilangan dalam aktivitas keluarga
dan sosial.
Industri di Amerika mengalami kerugian mendekati 13 juta dolar pertahun
karena kehilangan atau menurunnya produktivitas dari pekerja yang menderita
migrain. Hal tersebut dikarenakan rasa sakit yang substansial dan kemunduran
pekerja selama migrain.
Penelitian yang dilakukan di Surabaya (1984) menunjukkan bahwa di antara
6488 pasien baru, 1227 (18,9%) datang karena keluhan nyeri kepala; 180 di
antaranya didiagnosis sebagai migren. Sedangkan di RS Cipto Mangunkusumo,
Jakarta(1986) didapatkan 273 (17,4%) pasien baru dengan nyeri kepala diantara
1298 pasien baru yang berkunjung selama Januari sd. Mei 1986.
Jadi migrain merupakan suatu masalah sosial ekonomi yang besar dengan
mempengaruhi kebahagiaan dan mengakibatkan kehilangan ratusan ribu hari kerja
setahunnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Migrain (Yun. hemicrania = nyeri sebelah kepala; hemi = setengah,
cranium = tengkorak) adalah penyakit yang bercirikan serangan nyeri hebat
dari satu sisi (unilateral) kepala dengan denyutan di pelipis yang datang secara
berkala, umumnya disertai gangguan saluran cerna seperti mual dan muntah.
Serangan dapat terjadi beberapa kali setahun sampai beberapa kali seminggu,
sedangkan lama serangan umumnya 1-2 jam, yang bisa disusul oleh sakit
kepala tersebar selama beberapa hari (Tjay dan Rahardja, 2002).
Sedangkan menurut Dorland, migrain adalah kompleks gejala serangan
periodik sakit kepala vascular yang biasanya bersifat familial, biasanya terjadi
di temporal dan onsetnya unilateral, sering disertai iritabilitas, mual, muntah,
konstipasi, atau diare, dan seringkali fotofobia. Serangan didahului dengan
penyempitan arteri kranial, biasanya menghasilkan gejala sensorik prodromal
(terutama okular), dan penyebab depresi Leao. Migrain dibedakan atas dua
bentuk primer, migrain dengan aura dan migrain tanpa aura; jenis tanpa aura
lebih sering ditemukan (Dorland, 2002).
Mansjoer dkk, 2000, menyebutkan bahwa migrain adalah nyeri kepala
berulang yang idiopatik, dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam,
biasanya satu sisi, sifatnya berdenyut, intensitas nyeri sedang-berat, diperhebat
dengan aktivitas rutin, dapat disertai nausea, fotofobia dan fonofobia. Migrain
dapat terjadi pada anak dengan lokasi nyeri lebih sering bifrontal.
Migrain adalah penyakit kronis, paroxymal, kelainan neurovaskuler
yang dapat menyerang berbagai usia, menyerang 6% laki-laki dan 18%
perempuan pada populasi umum. Kadang-kadang serangan juga didahului
dengan gejala-gejala awal pada beberapa pasien. Pada sepertiga pasien
migrain, fase sakit kepala didahului atau disertai oleh gejala neurologis fokal
yang bersifat sementara. Biasanya adalah gejala visual, tetapi dapat juga
berkembang pada gangguan sensorik, kesulitan berbicara, dan gejala motorik
(Xu et al, 2010).
2. ETIOLOGI
Penyebab migrain belum diketahui dengan pasti, hanya jarang sekali
diakibatkan oleh suatu penyakit organis seperti tumor otak atau cedera kepala.
Namun sudah dipastikan bahwa migrain adalah suatu gangguan sirkulasi
darah, yang menimbulkan vasodilatasi dan penyaluran darah secara
berlebihan ke selaput otak (meninges) dengan efek nyeri hebat di sebelah
kepala.
Mudah tidaknya seseorang terkena penyakit migrain ditentukan oleh
adanya defek biologis herediter pada sistem saraf pusat. Berbagai faktor dapat
memicu serangan migrain pada orang yang berbakat tersebut antara lain:
1. Hormonal
Fluktuasi hormon merupakan faktor pemicu pada 60% wanita, 14% hanya
mendapat serangan selama haid. Nyeri kepala migrain dipicu oleh
turunnya kadar 17- estradiol plasma saat akan haid. Serangan migrain
berkurang selama kehamilan karena kadar estrogen yang relatif tinggi dan
konstan, sebaliknya minggu pertama post partum, 40% pasien mengalami
serangan yang hebat, karena turunnya kadar estradiol. Pemakaian pil
kontraseptif juga meningkatkan serangan migrain.
2. Menopause
Umumnya, nyeri kepala migrain akan meningkat frekuensi dan berat
ringannya pada saat menjelang menopause. Tetapi, beberapa kasus
membaik setelah menopause. Terapi hormonal dengan estrogen dosis
rendah dapat diberikan untuk mengatasi serangan migrain
pascamenopause.
3. Makanan
Berbagai makanan/zat dapat memicu timbulnya serangan migrain. Pemicu
migrain tersering adalah alkohol berdasarkan efek vasodilatasinya di mana
anggur merah dan bir merupakan pemicu terkuat. Makanan yang
mengandung tiramin, yang berasal dari asam amino tirosin, seperti keju,
makanan yang diawetkan atau diragi, hati, anggur merah, yogurt, dll.
Makanan lain yang pernah dilaporkan dapat mencetuskan migrain adalah
coklat (feniletilamin), telur, kacang, bawang, pizza, alpokat, pemanis
buatan, buah jeruk, pisang, daging babi, teh, kopi, dan coca cola yang
berlebihan.
4. Monosodium glutamat
Adalah pemicu migrain yang sering dan penyebab dari sindrom restoran
Cina yaitu nyeri kepala yang disertai kecemasan, pusing, parestesia leher
dan tangan, serta nyeri perut dan nyeri dada.
5. Obat-obatan
Seperti nitrogliserin, nifedipin sublingual, isosorbid-dinitrat, tetrasiklin,
vitamin A dosis tinggi, fluoksetin,dll.
6. Aspartam
Yang merupakan komponen utama pemanis buatan dapat menimbulkan
nyeri kepala pada orang tertentu.
7. Kafein yang berlebihan (350 mg/hari) atau penghentian mendadak
minum kafein.
8. Lingkungan
Perubahan lingkungan dalam tubuh yang meliputi fluktuasi hormon pada
siklus haid dan perubahan irama bangun tidur dapat menimbulkan
serangan akut migrain. Perubahan lingkungan eksternal meliputi cuaca,
musim, tekanan udara, ketinggian dari permukaan laut, dan terlambat
makan.
9. Rangsang sensorik
Cahaya yang berkedap-kedip, cahaya silau, cahaya matahari yang terang
atau bau parfum, zat kimia pembersih.
10. Stres fisik dan mental dapat memperberat serangan migrain
11. Faktor pemicu lain aktivitas seksual, trauma kepala, kurang atau kelebihan
tidur (Mansjoer dkk, 2000)
3. EPIDEMIOLOGI
Sekitar 28 juta orang di AS menderita migrain. Di seluruh dunia,
migrain mengenai 25% wanita dan 10% pria. Wanita dua sampai tiga kali
lebih sering terkena migrain dibanding laki-laki. Migrain paling sering
mengenai orang dewasa (umur antara 20 sampai 50 tahun), tetapi seiring
bertambahnya umur, tingkat keparahan dan keseringan semakin menurun.
Migrain biasanya banyak mengenai remaja. Bahkan, anak-anak pun dapat
mengalami migrain, baik dengan atau tanpa aura. Resiko mengalami migrain
semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita
migrain.
Marcus Ferrone et al menyimpulkan bahwa prevalensi migrain tetap
stabil di U. S. A sejak lebih dari beberapa dekade yang lalu. Pada tahun
pertama prevalensi dilaporkan menjadi 18,2 % di antara wanita dan 6,4 % di
antara pria. Prevalensi tertinggi baik pada laki-laki dan wanita terjadi antara
umur 25 sampai 55 tahun. Angka ini menurun setelah melewati dekade ke-5
dari usia hidup baik pada laki-laki maupun wanita; akan tetapi masih
menyisakan lebih banyak pada wanita daripada laki-laki. Lebih dari 28 juta
penduduk Amerika (kira-kira 10% sampai 12% dalam populasi) yang
menderita migrain, hampir 91% memiliki bentuk kelemahan fungsional.
Ketidakmampuan ini tidak hanya mempengaruhi dalam kehilangan waktu
untuk bekerja atau sekolah, akan tetapi juga mengganggu aktivitas sosial dan
keluarga. Perusahaan-perusahaan di Amerika kehilangan mendekati 13 juta
dollar tiap tahun dikarenakan oleh kelemahan atau penurunan produktivitas
pekerja yang menderita migrain. (Ferrone et al, 2003).
4. PATOFISIOLOGI
Ada sejumlah teori tentang terjadinya migrain :
1. Teori vaskular
Serangan disebabkan oleh vasokontriksi pembuluh darah intrakranial
sehingga aliran darah otak menurun yang dimulai dari bagian oksipital dan
meluas ke anterior secara perlahan-lahan, melintasi korteks serebri dengan
kecepatan 2-3 mm per menit, berlangsung beberapa jam dan diikuti
vasodilatasi pembuluh darah ekstrakranial yang menimbulkan nyeri
kepala.
2. Teori neurotransmitter
Saat serangan terjadi pelepasan berbagai neurotransmitter antara
lain serotonin dari tombosit yang memiliki efek vasokonstriktor. Reseptor
serotonin ada di meningen, lapisan korteks serebri, struktur dalam otak,
dan yang paling banyak pada inti batang otak. Dua reseptor yang penting
adalah 5-HT1 yang bila terangsang akan menghentikan serangan migrain,
sedangkan reseptor 5-HT2 bila disekat akan mencegah serangan migrain.
Oleh karena itu, baik agonis (sumatriptan, dihidroergotamin, ergotamin
tartat) maupun antagonis serotonin (siproheptadin, metisergid, golongan
anti depresan trisiklik, penyekat saluran kalsium) bermanfaat dalam
penatalaksannan migrain. Selain itu, neurotransmitter yang bermanfaat
dalam terjadinya migrain adalah katekolamin, dopamin, neuropeptida Y,
dan CGRP (calcitonin gene related peptide), histamin, nitrit oksida, serta
prostaglandin.
3. Teori sentral
Serangan berkaitan dengan penurunan aliran darah dan aktivitas
listrik kortikal yang dimulai pada korteks visual lobus oksipital. Gejala
prodormal migrain yang terjadi beberapa jam atau satu hari sebelum nyeri
kepala berupa perasaan berubah, pusing, haus, menguap. Stimulasi lokus
serulues menimbulkan penurunan aliran darah ipsilateral dan peningkatan
aliran dalam sistem karotis ekterna seperti pada migrain. Stimulasi inti rafe
dorsal meningkatkan aliran darah otak dengan melebarkan sirkulasi karotis
interna dan eksterna.
4. Teori unifikasi
Teori ini meliputi sistem saraf pusat dan pembuluh darah perifer.
Beberapa proses pada korteks orbitofrontal dan limbik memacu sistem
noradrenergik batang otak melalui lokus seruleus dan sistem
serotoninergik melalui inti rafe dorsal serta sistem trigeminovaskular yang
akan merubah lumen pembuluh darah, yang juga memicu impuls saraf
trigeminus, terjadi lingkaran setan rasa nyeri. Nausea dan vomitus
mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin pada area
postrema dasar ventrikel IV dalam medula oblongata. Proyeksi dari lokus
seruleus ke korteks serebri dapat menimbulkan oligemia kortikal dan
depresi korteks menyebar, menimbulkan aura (Mansjoer dkk, 2000).
.
5. KLASIFIKASI MIGRAIN
Headache Classification Subcommittee of the International Headache
Society memaparkan 7 jenis migrain yang terjadi di kepala manusia. Seperti
yang dicatat dalam buku The International Classification of Headache
Disorders: 2n Edition (Cephalalgia, 2004), ketujuh jenis migrain itu antara
lain:
1. Migrain dengan aura
Migrain jenis ini membuat penderitanya mengalami gangguan penglihatan.
Semakin kepala terasa pusing, pandangan akan semakin kabur dan tidak
bisa fokus.
2. Migrain tanpa aura
Kebalikan dari migrain jenis pertama, migrain tanpa aura tak menyebabkan
kaburnya pandangan pada mata penderita.
3. Childhood periodic syndrome
Migrain jenis ini membuat penderitanya muntah terus-menerus dalam
jangka waktu tertentu, sakit di bagian perut yang biasanya disertai dengan
rasa mual, dan vertigo.
4. Retinal migraine
Melibatkan migraine yang disertai gangguan penglihatan dan bahkan
kebutaan temporer di salah satu mata.
5. Komplikasi migrain
Adanya migrain yang disertai aura dan gangguan otak dalam jangka
panjang.
6. Probable migraine
Jenis ini sebenarnya tidak dapat dipastikan sebagai migrain, karena hanya
memiliki sedikit saja gejala migrain.
7. Migrain kronis
Di kondisi ini terjadi komplikasi migrain yang memenuhi kepala yang
muncul dalam jangka waktu panjang. Migrain jenis ini disebut kronis karena
dapat terjadi hingga 3 bulan (Adystiani, 2011)
6. GAMBARAN KLINIK
Jalannya serangan migrain dapat diterangkan sebagai berikut :
a. Fase prodromal.
Sekitar 25% penderita migrain mendapat serangan setelah didahului oleh
suatu fasa pertanda, umumnya ½ - 2 jam sebelum nyeri kepala muncul.
Fasa ini bercirikan tanda-tanda pertama (aura) berupa gejala neurologis
seperti fonofobia dan fotofobia, yaitu kepekaan berlebihan terhadap bunyi-
bunyian yang keras, bau yang tajam, maupun cahaya yang tampak seperti
kilat (teichopsia), bintik-bintik hitam atau warna-warni (scotomata).
Gejala ini disertai gelisah, mudah tersinggung, pusing, termenung, mual
dan pada sebagian orang timbul perasaan nyaman. Lamanya fasa ini lebih
kurang ½ - 1 jam lebih, kemudian disusul serangan.
b. Serangan.
Aura ini dihubungkan dengan ischemia (tak menerima darah) dari arteri
otak, yang menciut keras (vasokonstriksi) selama kira-kira 15 menit
sampai 1 jam. Kemudian disusul oleh vasodilatasi, edema dari pembuluh
darah dan sakit kepala yang berdenyut-denyut. Penyaluran darah ke bagian
kepala meningkat dan denyutan arteri tersebut (pulsasi) diperkuat hingga
tampak jelas di permukaan pelipis (sebelah atau kedua pelipis). Gejala ini
menimbulkan rasa sakit yang hebat seolah-olah kepala mau pecah.
Perasaan mual meningkat, timbul muntah dan pasien memilih tiduran di
tempat yang gelap. Setelah beberapa jam, serangan migrain ini berhenti
dan kemudian dapat timbul diare, serta pasien cenderung banyak kencing
dan mengantuk (Tjay dan Rahardja, 2002).
7. DIAGNOSIS
Kadang-kadang timbul kesulitan untuk mengetahui jenis sakit kepala
guna menentukan apakah penderita memerlukan pengobatan atau harus
menjalani terapi “stress management”. Akhir-akhir ini telah dikembangkan
suatu screening test 15 menit (Ohio University) untuk memperoleh informasi
di mana letak sakit, keparahan, dan apakah ada faktor-faktor lain yang menjadi
penyebabnya (Tjay dan Rahardja, 2002).
Gejala prodrom atau aura yang dapat terjadi bersamaan atau mendahului
serangan migrain, berupa :
1. Fenomena visual positif (penglihatan berkunang-kunang seperti melihat
kembang api, bulatan-bulatan terang kecil yang melebar seperti gejala
fortifikasi yang berupa gambararan benteng dari atas).
2. Fenomena visual negatif (penglihatan semakin kabur, seperti berawan
sampai semuanya tampak gelap).
3. Anoreksia, mual, muntah, diare, fotofobia/takut cahaya, dan/atau kelainan
otonom lainnya.
8. DIAGNOSIS BANDING
a. Nyeri kepala kluster.
b. Nyeri kepala tegang (tension headache).
c. Spondilosis servikal.
d. Peningkatan tekanan darah.
e. Kelainan intrakranial.
f. Sinusitis.
g. Otitis media.
h. Transcient Ischemic Attack (TIA) (Longmore et al, 2001).
9. Terapi
A. Penatalaksanaan.
Jenis-jenis obat migrain antara lain :
1. Anti Migrain– digunakan untuk menghentikan serangan migrain, meliputi:
a. Anti-Inflamasi Non Steroid (NSAID), misalnya aspirin, ibuprofen,
yang merupakan obat lini pertama untuk mengurangi gejala migrain.
b. Triptan (agonis reseptor serotonin). Obat ini diberikan untuk
menghentikan serangan migrain akut secara cepat. Triptan juga
digunakan untk mencegah migrain haid.
c. Ergotamin, misalnya Cafergot, obat ini tidak seefektif triptan dalam
mengobati migrain.
d. Midrin, merupakan obat yang terdiri dari isometheptana, asetaminofen,
dan dikloralfenazon. Kalau di Indonesia dijumpai kombinasi antara
asetaminofen (parasetamol) dan profenazon.
e. Terapi migraine dengan memberikan terapi akut pada saat nyeri, dapat
dicoba dulu dengan analgetika, bila tidak menolong dapat
diberikanergotamine atau dihydroergotamine ½ - 1 mg (bila perlu 2
mg) pada saat nyeri kepala, dapat diulang tiap setengah jam sampai 3
kali. Jumlah ergotamine dalam seminggu, sebaiknya tidak melebihi 12
mg.
f. Bila frekuensi serangan lebih dari 2 kali sebulan, dapat diberikan terapi
profilaktik dengan obat2 antiserotonin (cyproheptadine, pizotifen,
dimethothiazine). Dapat diberikan 3 kali sehari ½ -1 tablet selama
beberapa saat.
2. Pencegah Migrain – digunakan untuk mencegah serangan migrain,
meliputi :
a. Beta bloker, misalnya propanolol
b. Penghambat Kanal Kalsium, yang mengurangi jumlah penyempitan
pembuluh (konstriksi) darah.
c. Antidepresan, misalnya amitriptilin, antidepresan trisiklik, yang
terbukti efektif untuk mencegah timbulnya migrain.
d. Antikonvulsan
3. Non medika mentosa
a. Bila perlu dapat diberikan tranquilizer.
b. Akupuntur, yaitu dengan menusukkan jarum yang sangat halus ke kulit
pada titik tertentu untuk menimbulkan aliran energi di sekujur tubuh.
Tindakan ini dapat membantu relaksasi otot dan mengurangi nyeri
kepala.
c. Teknik Relaksasi, yang dapat membantu mengurangi stres dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Pencegahan
Cara terbaik untuk mengatasi migrain adalah dengan menghindarinya.
Dengan mengenali dan menghindari pencetus, jumlah serangan dan tingkat
keparahan migrain dapat dikurangi. Memang, beberapa pencetus di luar
kemampuan kita untuk mengontrolnya, tetapi ada beberapa diantaranya yang
dapat kita hindari. Hal-hal berikut dapat membantu anda untuk mencegah migrain:
a. Mengenali pencetus migrain dengan membuat buku harian.
b. Tidur dan beraktifitas secara teratur.
c. Makan teratur, dan menghindari makanan yang dapat mencetuskan
migraine.
d. Mengatasi stress.
e. Menghindari asap rokok, baik sebagai perokok aktif maupun pasif.
Individu yang berisiko menderita migrain:
a. Mempunyai keluarga yang menderita migrain
b. Wanita, tiga kali lebih sering dibanding pria.
c. Remaja atau dewasa muda
d. Menderita depresi, gangguan cemas, asma, atau epilepsi.
BAB III
PEMBAHASAN
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Sangkrah Pasar Kliwon Surakarta
No. CM : 01058273
Tanggal Masuk : 27 Juli 2013
Tanggal Pemeriksaan : 28 Juli 2013
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Nyeri kepala berdenyut sebelah kiri
2. Keluhan Penyerta : Mual
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak kurang lebih 7 jam sebelum masuk rumah sakit pasien
mengeluh nyeri kepala berdenyut di kepala sebelah kiri. Nyeri terpusat di
tempat yang sama dan tidak menjalar. Nyeri muncul mendadak, dirasakan
terus menerus dan semakin lama semakin memberat. Nyeri semakin berat
jika digunakan untuk berjalan dan melakukan aktivitas. Nyeri berkurang
jika digunakan untuk berbaring. Pasien sudah minum obat anti nyeri,
namun tidak berkurang. Pasien juga mengeluh mual dan lemas.
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit pasien juga mengeluhkan
hal yang serupa. Saat itu pasien hanya membeli obat anti nyeri dan
digunakan istirahat, lalu hilang dengan sendirinya. Nyeri kepala sebelah
ini pertama kali dirasakan pasien sejak 3 tahun yang lalu. Dan
kekambuhannya semakin hari semakin sering.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan sama : (+)
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat sakit darah tinggi : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat sakit darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1 Keadaan Umum : CM Gizi cukup (GCS=E4M6V5),
2 Tanda Vital : Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 96 x/ menit
Frekuensi Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,7 0C
3 Kepala : Bentuk kepala normal, mata konjungtiva pucat,
pupil isokor, reflek cahaya +/+
4 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
5 Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak, pulsasi tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Kesan batas jantung tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
6 Pulmo :
Inspeksi : Pengembangan dada simetris kanan=kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan=kiri
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan
(-/-)
7 Abdomen
Inspeksi : Distended (-), sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Pekak alih (-), pekak sisi (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, hepar lien tak teraba
D. DIAGNOSA
Diagnosa Klinik : Migrain
E. TUJUAN PENGOBATAN
1. Menghilangkan nyeri kepala
2. Menghilangkan mual
3. Mencegah kekambuhan
F. PENGOBATAN
1. Saat Serangan
R/ Cafergot tab No. X
S 3 tab I
R/ Metoklopramid tab mg 10 No. X
S prn (1-3) dd tab I ac
R/ Paracetamol tab mg 500 No. X
S 3 dd tab I
R/ Amitriptilin tab mg 25 No. III
S 1 dd tab I h.s.
Pro: ny.S (40 th)
2. Untuk mencegah kekambuhan (profilaksis)
R/ Pizotifen Tab Salut Film mg 0,5 No. X
S 1 dd Tab I hora somni____________________________________
R/ Propranolol HCl Tab Salut Film mg 10 No. XV
S 3dd Tab I ante coenam________________________________________
Pro: Ny. S (40 tahun)
PEMBAHASAN OBAT
1. CAFERGOT ( Ergotamin 1mg + Kafein 100 mg)
Merupakan golongan ergotamin yang dikombinasikan dengan
kafein. Ergotamin menstimulir maupun memblokir reseptor alfa
adrenergik dan serotoninergik. Misalnya mesnstimulir reseptor 5HT1,
khususnya 5HT1D dan memblokir reseptor alfa (alfa blocker) dengan
efek vasodilatasi ringan. Sifat ini dikuasai oleh daya vasokonstriksinya
yang kuat dari arteri otak dan perifer berdasarkan daya antiserotoninnya
(blokade 5HT1). Karena sifat vasokontriksinya tersebut, ergotamin
banyak digunakan sebagai obat khas terhadap serangan migrain, yang
hanya efektif bila digunakan pada fase permulaan. Biasanya obat ini
dikombinasikan dengan kafein dan obat antimual, terutama siklizin,
terhadap muntah-muntah. Ergotamin juga digunakan pada sakit kepala
cluster. Daya oksitosisnya lebih ringan daripada ergometrin.
Resorpsinya dari usus tidak teratur dan sangat bervariasi, dengan
BA hanya 1.k. 2% maka sebaiknya digunakan sebagai injeksi i.m. atau
secara rektal (BA 1-5%) dan sublingual. Kafein meningkatkan
resorpsinya (oral, rektal) dan memperkuat efeknya. PP-nya 98%, plasma
t ½ nya panjang sekali, sampai 21 jam, sehingga dapat menyebabkan
akumulasi. Ekskresinya berupa metabolit, terutama lewat empedu dan
tinja (secara rektal 1-5%).
Efek sampingnya berupa mual, muntah dan sakit kepala mirip
gejala migrain. Bila diminum terlalu banyak, gejala bertahan, dan
terjadilah lingkaran setan. Akibat akumulasi dapat timbul efek toksik,
seperti kejang otot kaki, kelumpuhan, vasospasme dengan jari-jari
tangan menjadi dingin, akhirnya terjadi gangren (mati jaringan). Karena
sifat-sifat itu, ergotamin tidak boleh diberikan pada pasien jantung dan
hipertensi. Wanita hamil tidak boleh diberikan obat ini, berhubung efek
oksitosisnya.
Dosis oral/rektal 3-4 dd 1 mg, maksimal 4 mg per serangan dan
sebaiknya tidak melebihi 12 mg dalam seminggu. Sebaiknya dikunyah
halus sebelum ditelan untuk mempermudah resorpsinya atau diletakkan
di bawah lidah (sublingual). Sebagai aerosol 360 mikrogram, injeksi i.m.
atau s.c. 0,25-0,5mg semuanya sebagai garam tartrat.
2. METOKLOPRAMID
Derivat aminoklorbenzamid ini berkhasiat anti-emesis kuat
berdasarkan blokade reseptor dopamin di CTZ. Disamping itu juga
memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung. Efektif pada semua
muntah, termasuk akibat radioterapi dan migrain, pada mabuk darat obat
ini tidak ampuh.
Resorpsi dari usus cepat, mulai kerja dalam 20 menit, PP-nya 20%
dan waktu paruh plasma kurang lebih 4 jam. Ekskresinya berlangsung
80% dalam keadaan utuh melalui kemih.
Efek sampingnya adalah sedasi dan gelisah karena dapat melintasi
sawar darah-otak. Efek samping lainnya berupa gangguan lambung-usus
dan gejala ekstrapiramidal, terutama pada anak kecil.
Interaksi obat dengan obat yang diserap di lambung, maka akan
berkurang bila diberikan bersama metoklopramid. Resorpsi obat yang
diserap diusus justru mempercepatnya, seperti alkohol, asetosal,
diazepam, dan levodopa.
Dosis 3-4 kali sehari 5-10 mg, anak-anak maksimal 0.5 mg/kg/hari.
Rektal 2-3 kali sehari 20 mg.
3. PARACETAMOL
Paracetamol mempunyai efek analgesik dan antipiretik, tetapi tidak
anti radang. Sekarang dianggap zat anlgesik paling aman. Efek
analgesinya diperkuat oleh kodein dan coffein kira-kira 50%.
Resorpsinya dari usus cepat dan tuntas. PP-nya 25% dan waktu
paruh plasma 1-4 jam. Didalam hati diurai menjadi metabolit dan
diekskresi melalui kemih.
Efek samping jarang terjadi, antara lain hipersensitivitas dan
kelainan darah. Overdosis dapat menimbulkan mual, muntah dan
anoreksia. Wanita hamil dapat menggunakan dengan aman.
Dosis 2-3 kali sehari 0.5-1 g, maksimal 4 g/ hari.
4. AMITRIPTILIN
Merupakan obat anti depresan trisiklik. Berdaya menghambat
reuptake dari noradrenalin dan serotonin di otak. Berkhasiat antihistamin
dan antikolinergik, juga sedatif kuat, maka layak diberikan pada pasien
agresif. Selain pada depresi, amitriptilin juga digunakan pada terapi
interval dari migrain, pada ngompol malam anak-anak di atas 5 tahun
dan sebagai analgetikum pada nyeri kronis.
Resorpsinya dari usus cepat, dengan BA k.l. 40%. PP-nya di atas
90%, plasma t ½ nya rata-rata 15 jam. Dalam hati sebagian besar zat
didemetilasi menjadi metabolit aktif nortriptilin dengan daya sedatif
lebih ringan, t ½ nya rata-rata 36 jam. Ekskresinya berlangsung terutama
lewat air kemih.
Dosis prevensi migrain 25-150 mg malam hari. (Tjay dan
Rahardja, 2002)
1. Pizotifen
- Indikasi : sakit kepala berulang (gangguan vascular)
- BSO : Tab salut selaput (500mcg)
2. Propranolol HCl (Beta- blocker)
- Indikasi : terapi hipertensi, ansietas, takikardi, profilaksis infark
miokardium akut dan migraine.
- BSO : tab salut selaput (10 mg)
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Migrain adalah penyakit yang sering menyerang masyarakat, terutama pada
wanita.
2. Bila tidak segera ditangani, migrain dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan
menurunkan produktivitas kerja.
3. Terapi migrain dapat bervariasi, dapat disesuaikan dengan gejala yang
menyertai.
DAFTAR PUSTAKA
Adystiani, RY. 2011. Mengenal Seluk-Beluk Migrain.
Dorland, 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta. EGC. Pp : 1359
Ferrone, M., and Moti, S., 2003. “ Current Pharmacotherapy for the Treatment of Migraine”. http://www.uspharmacist.com/index.asp?show=article&page=8_1039.htm. Last update : 10-11-2005, 20 ;
Harrison TR, Principles of Internal Medicine, 17th Edition, McGraw-Hill Medical Inc. US. 2008. Hal. 1202- 1203
Longmore, M.; Wilkinson, I.; Torok, E.; 2001. Oxford Handbook of Clinical Medicine. New York. Oxford University Press. Pp : 333
Mansjoer, A dkk, 2000. “Nyeri Kepala” dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid II. Jakarta. Media Aesculapius. Pp : 34-40
Riyanto, Budi W. Dr., Masalah Diagnosis Nyeri Kepala. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13MasalahDiagnosisNyeri104.pdf/13MasalahDiagnosisNyeri104.html
Tjay, T.H dan Rahardja, K . 2002. “Obat-obat Migrain“ dalam Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi Kelima Cetakan Kedua. Jakarta. Elex Media Komputindo. Pp :780-791
Xu GY, Wang F, Jiang X, Tao J. 2010 . Aquaporin 1, a potensial therapeutic target for migraine with aura. Molecular Pain. 6:68.