EVALUASI MASALAH UTAMA KEJADIAN MEDICATION ERRORS FASE ADMINISTRASI DAN DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PASIEN RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE
AGUSTUS-SEPTEMBER 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat Serebrovaskuler)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh :
Francisca Tri Wituningtyas NIM : 058114133
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
ii
EVALUASI MASALAH UTAMA KEJADIAN MEDICATION ERRORS FASE ADMINISTRASI DAN DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PASIEN RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE
AGUSTUS-SEPTEMBER 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat Serebrovaskuler)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh :
Francisca Tri Wituningtyas NIM : 058114133
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
v
Perjalanan seribu mil pun perlu satu langkah awal untuk memulai, dan dalam
rentang waktu perjalanan itu tidak ada yang tahu apa yang menanti di akhir…
Dalam perjalanan itu pula ada kerikil tajam, semak belukar, angin sepoi, panas,
dan dingin yang bercampur menjadi satu… Biarlah segalanya menempa
perjalanan itu hingga membuat kita kuat dan tahan uji karena Tuhan telah
menyiapkan segala sesuatu untuk kita di akhir perjalanan itu..
Dia yang menempa kita dan menyokong kita dan Dia akan membuat segala
sesuatu indah pada waktunya….
(Francisca Tri W)
Kupersembahkan skripsi ini untuk
Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia dan berkat-Nya yang tiada berkesudahan
Bunda Maria yang senantiasa menemani dan melindungi
Kedua orang tuaku atas segala dukungan dan doanya
Almamaterku
vi
Prakata
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yamg berjudul “Evaluasi
Masalah utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi dan Drug
Therapy Problems Pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-september 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat
Serebrovaskuler)” ini dengan baik.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada program studi Farmasi, Jurusan
Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang
mudah, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan izin bagi
penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Bethesda.
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dan dukungan dalam
proses penyususnan skripsi.
3. Dra. L. Endang Budiarti, M. Pharm., Apt. atas kesediannya sebagai
pembimbing lapangan selama penulis melakukan pengambilan data di Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta.
vii
4. Dr. Fenty, M.Kes., Sp. PK. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas doa, kasih sayang, dan dukungan baik
secara moral maupun materiil yang tidak dapat terbalaskan oleh apapun juga.
7. Kepala dan staf Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
atas bantuan yang diberikan selama penulis melakukan pengambilan data
penelitian.
8. Ibu Anna selaku apoteker bangsal kelas III yang telah memberikan banyak
bantuan dan masukkan kepada tim peneliti.
9. Bapak Yudi dan Ibu Tabita serta semua perawat yang bertugas di bangsal
kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta atas segala bantuan yang
diberikan kepada penulis selama melakukan pengambilan data penelitian.
10. Mbak Tunjung, atas bantuan jawaban yang diberikan.
11. Donald, Bambang, Vivi, Andin, Sekar, Nolen, dan Welly atas dukungan,
bantuan, kebersamaan, dan kebingungan kita dalam penelitian ini.
12. Stella atas dukungan, bantuan, persahabatan, dan semangat yang diberikan
dalam perkuliahan, penelitian, keseharian, bahkan dalam perjalanan panjang
yang sering kita tempuh bersama.
13. Febrian, Lussy, Ester, Totok, Agung, Sarah, Fanny, dan semua teman-teman
kelas C 2005 maupun FKK 2005 atas dukungan dan kebersamaan kita selama
ini.
viii
14. Ella atas dukungan, semangat, dan doa yang diberikan. Terima kasih atas
terjemahannya.
15. Tara, Maya, Lia, Mbak Nana, Mbak Nur, Mbak Tinul, Ivonne, Koming atas
bantuan, semangat, dan doa yang diberikan dan tak lupa atas kesediaannya
untuk direpotkan ketika penulis merasa sangat jenuh dalam pengerjaan
laporan skripsi ini.
16. Dewi, Budi, Laela, Esti, Marni, Indra atas dukungan, semangat, dan
pengertian yang diberikan kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini di
lokasi KKN. Andre terima kasih pinjaman laptopnya.
17. Bima, Kaka, Ninik, Vero, Ichan, Esti atas dukungan dan doa yang diberikan
kepada penulis.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan pada penulisan skripsi ini karena
segala keterbatasan yang ada. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pelayanan
kesehatan.
Yogyakarta, 2008
Penulis
x
INTISARI
Medication Error (ME) adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang seharusnya dapat dicegah. Drug Therapy Problem (DTP) merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi yang dikarenakan penggunaan obat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah utama dari kejadian ME fase administrasi dan DTP pada pasien bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda yang menerima obat serebrovaskuler, mengetahui profil pasien (meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan diagnosis), dan mengetahui profil obat yang digunakan pada pasien (meliputi macam obat, jenis obat, rute pemberian, dan aturan pakai (kekuatan dan frekuensi pemberian obat)).
Jumlah kasus yang menerima obat serebrovaskuler sebanyak 20 kasus. Kasus terbanyak berjenis kelamin laki-laki (65,0%), kelompok umur terbanyak 45-54 tahun (30,0%), tingkat pendidikan terbanyak SD dan SLTA (25,0%), pekerjaan terbanyak PNS (25,0%), dan diagnosis terbanyak CVA non hemoragi (35,0%). Macam obat terbanyak 7, 8, dan 11 macam obat (20,0%), jenis obat terbanyak, 1 jenis obat, piracetam (20,0%), rute pemberian terbanyak piracetam parenteral (80,0%) dan aspirin 100 mg secara non parenteral (50,0%).
Evaluasi kasus DTP terbanyak adalah dosis terlalu rendah, 25 kasus. Evaluasi kasus terjadi ME terbanyak adalah dosis keliru, 28 kasus. Masalah utama dari kejadian ME dan DTP ini adalah kurangnya visit rutin apoteker di bangsal.
Kata kunci : medication error, drug therapy problem, obat serebrovaskuler
xi
ABSTRACT
Medication error (ME) is any preventable event in healing processes. Drug Therapy Problem (DTP) is an undesirable event which happens because of drug use.
The aim of this research are to know the main problem of ME administration phase and DTP event of the patients of the third-class-wards in Bethesda hospital who receive cerebrovascular drugs, to find out the patient’s profile (including sex, age, education level, occupation, and diagnose), and to discover the drugs profile (including quantity, kind, administration route, and usage instruction (dosage and frequency)).
There are 20 cases receiving cerebrovascular drugs. The majority of the cases involve male respondents (65,0 %), age group whish is between 45-54 years (30,0%), education level which is elementary or junior high school (25,0%), occupation which is civil servant (25,0%), and CVA non hemorrhage diagnose (35,0%). The majority of drug kinds covers 7, 8, and 11 kinds of drug (20,0%), that of types of drug is 1 type, piracetam (20,0%), that of administration route is piracetam parenteral (80,0%), and that of usage instruction is aspirin 100 mg 1 time a day.
The evaluation of most DTP cases is the extremely low dosage, shown in 25 cases. The evaluation of most ME cases is the wrong dosage, shown in 28 cases. The main problem og the ME and DTP event is the inadequate routine visits done by the pharmacists in the wards.
Key words : medication error, drug therapy problem, cerebrovascular drugs
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………...... iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………...……... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………...……….... v
PRAKATA …………………………………………………………………... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………... ix
INTISARI ……………………………………………………………………. x
ABSTRACT …………………………………………………………………. xi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….... xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xvi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xxiv
BAB I. PENGANTAR
A. Latar Belakang ……………………………………………........ 1
1. Permasalahan ……………………………………………..... 3
2. Keaslian penelitian ………………………………………… 3
3. Manfaat penelitian …………………………………………. 4
B. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 5
1. Tujuan umum …………………………………………….... 5
2. Tujuan tambahan …………………………………………... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA
A. Medication Error ………………………………………………. 6
xiii
B. Drug Therapy Problem ………………………………………... 8
C. Interaksi Obat ………………………………………………….. 10
D. Penyakit Serebrovaskuler ……………………………………… 11
1. Anatomi otak ………………………………………………. 11
2. Definisi …………………………………………………….. 12
3. Etiologi …………………………………………………….. 13
E. Stroke …………………………………………………………... 13
1. Definisi dan klasifikasi …………………………………….. 13
2. Patofisiologi ……………………………………………….. 14
3. Penatalaksanaan terapi …………………………………….. 15
a. Outcome ……………………………………………...... 15
b. Tujuan terapi …………………………………………… 15
c. Sasaran terapi ………………………………………….. 15
d. Terapi farmakologis …………………………………… 15
F. Trauma Kepala ………………………………………………… 16
G. Obat-obat yang Digunakan …………………………………….. 17
1. Aspirin ……………………………………………………... 17
2. Tranexamine acid ………………………………………….. 17
3. Cilostazol ………………………………………………….. 18
4. Clopidogrel ………………………………………………… 18
5. Nimodipine ………………………………………………… 19
6. Nicergoline ………………………………………………… 19
7. Piracetam ………………………………………………….. 19
xiv
8. Pentoxifylline ……………………………………………… 20
9. Bellaphen® …………………………………………………. 20
10. Nadroparine ……………………………………………….. 21
11. Parnaparine ……………………………………………….. 21
H. Keterangan Empiris …………………………………………… 21
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………….. 22
B. Variabel Penelitian …………………………………………….. 22
C. Definisi Operasional …………………………………………… 23
D. Subyek Penelitian ……………………………………………… 24
E. Bahan Penelitian ……………………………………………….. 25
F. Instrumen Penelitian …………………………………………… 25
G. Lokasi Penelitian ………………………………………………. 25
H. Tata Cara Penelitian …………………………………………… 26
1. Tahap orientasi ……………………………………………. 26
2. Tahap pengambilan data …………………………………... 26
3. Tahap penyelesaian data …………………………………... 27
I. Tata Cara Analisis Hasil ……………………………………….. 28
J. Kesulitan Penelitian ……………………………………………. 30
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler ……...…… 33
1. Berdasarkan jenis kelamin …………………………………. 33
2. Berdasarkan umur ………………………………………….. 34
xv
3. Berdasarkan tingkat pendidikan …………………………… 35
4. Berdasarkan pekerjaan …………………………………….. 37
5. Berdasarkan diagnosis …………………………………...… 38
B. Profil Obat Serebrovaskuler …………………………………… 40
1. Berdasarkan macam obat ………...………………………… 40
2. Berdasarkan jenis obat ……………………………………... 42
3. Berdasarkan rute pemberian ……………………………….. 44
4. Berdasarkan kekuatan obat dan aturan pakai ……………… 45
C. Evaluasi Medication Error Fase Administrasi ………………… 47
D. Evaluasi Drug Therapy Problem ………………………………. 51
E. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Error
dan Drug Therapy Problem ……………………………………. 58
F. Rangkuman Pembahasan ………………………………………. 60
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 62
B. Saran …………………………………………………………… 63
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 64
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 67
BIOGRAFI ………………………………………………………………….. 127
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Bentuk-bentuk Medication Error ……………………… 7
Tabel II. Tipe dan Kategori Medication Error Menurut
The National Coordinating Council for Medication
Error Reporting and Prevention ……………………..….. 7
Tabel III. Penyebab-penyebab Drug Therapy Problem …………….. 9
Tabel IV. Tingkat Signifikasi Interaksi Obat ……………………….. 10
Tabel V. Tinjauan Secara Umum Mengenai
Aspirin ……………………………………………………. 17
Tabel VI. Tinjauan Secara Umum Mengenai
Tranexamine Acid ………………………………………... 17
Tabel VII. Tinjauan Secara Umum Mengenai
Cilostazol…………………………………………………. 18
Tabel VIII. Tinjauan Secara Umum Mengenai
Clopidogrel ……………………….……………………… 18
Tabel IX. Tinjauan Secara Umum Mengenai
Nimodipine ……………………………………………..… 19
Tabel X. Tinjauan Secara Umum Mengenai
Nicergoline ………………………...……………………... 19
Tabel XI. Tinjauan Secara Umum Mengenai
Piracetam ………………………………………………… 19
Tabel XII. Tinjauan Secara Umum Mengenai
Pentoxifylline ……………………………………………
20
xvii
Tabel XIII. Tinjauan Secara Umum Mengenai
Bellaphen® ………………………………………………. 20
Tabel XIV. Tinjauan Secara Umum Mengenai
Nadroparine ……………………………………………… 21
Tabel XV. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Jenis Kelamin ………………………………. 33
Tabel XVI. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Umur ……………………………………….. 34
Tabel XVII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ………………. 36
Tabel XVIII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Pekerjaan …………………………………… 37
Tabel XIX. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
xviii
Berdasarkan Diagnosis ……………………………...…. 39
Tabel XX. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Macam Obat yang Diterima ………………... 41
Tabel XXI. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Jenis Obat …………………………………... 42
Tabel XXII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Rute Pemberian ……………………………. 44
Tabel XXIII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Kekuatan Obat dan Frekuensi
Penggunaan ………………………………………………. 46
Tabel XXIV. Pengelompokkan Kejadian Medication Error pada Kasus
yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas
III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-
September 2008 ………………………………………… 47
xix
Tabel XXV. Kelompok Kasus Potensial ME Administration Error pada
Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal
Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-
September 2008 ………………………………………….. 48
Tabel XXVI. Kelompok Kasus Terjadi ME Dosis Keliru pada Kasus
yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas
III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September
2008 ……………………………………………………… 49
Tabel XXVII. Kelompok Kasus Terjadi ME Administration Error pada
Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal
Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-
September 2008 ………………………………………….. 49
Tabel XXVIII. Kelompok Kasus Terjadi ME Instruksi Dijalankan Keliru
pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di
Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 ……………………………….... 49
Tabel XXIX. Kelompok Kasus Terjadi ME Salah Menulis Instruksi
pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di
Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 ………………………………… 49
Tabel XXX. Kelompok Kasus Terjadi ME Kontraindikasi pada Kasus
yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas
III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September
xx
2008 ……………………………………………………… 49
Tabel XXXI. Pengelompokkan Tipe Error dan Kategori Kejadian
Medication Error pada Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Yogyakarta
Periode Agustus-September 2008 Berdasarkan The
National Coordinating Council for Medication Error
Reporting and Prevention ………………………………... 50
Tabel XXXII. Contoh Kasus ME Pada Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 ………… 50
Tabel XXXIII. Contoh Kasus ME Pada Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September
2008 ……………………………………………………… 51
Tabel XXXIV. Pengelompokkan Drug Therapy Problems yang Terjadi
pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di
Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 ………………………………… 52
Tabel XXXV. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Rendah pada Kasus
yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas
III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-
September 2008 ………………………………………… 53
xxi
Tabel XXXVI. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Tinggi pada Kasus
yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas
III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September
2008 ……………………………………………………… 54
Tabel XXXVII. Kelompok Kasus DTP Adverse Drug Reaction Tambahan
pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di
Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 ………………………………… 55
Tabel XXXVIII. Kelompok Kasus DTP Interaksi Obat pada Kasus yang
Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 ... 55
Tabel XXXIX. Kelompok Kasus DTP Uncompliance pada Kasus yang
Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 ... 56
Tabel XXXX. Contoh Kasus DTP Pada Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 ...
57
xxii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Otak Manusia …………………………………... 11
Gambar 2. Pembuluh Darah Utama pada Otak ……………………… 12
Gambar 3. Bagan Klasifikasi Stroke Berdasarkan Mekanisme …….. 14
Gambar 4. Bagan Kedudukan Penelitian Kajian Terhadap
Penggunaan Obat Serebrovaskuler pada Penelitian
Payung …………………………………………………… 32
Gambar 5. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Umur ……………………………………….. 35
Gambar 6. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ……………… 36
Gambar 7. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Pekerjaan …………………………………… 38
Gambar 8. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Diagnosis …………………………………
39
xxiii
Gambar 9. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Jenis Obat ………………………………….. 43
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rangkuman wawancara dengan dokter yang mengangani
pasien di bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta …………………………………………………. 67
Lampiran 2. Rangkuman wawancara dengan apoteker yang mengangani
pasien di bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta …………………………………………………. 68
Lampiran 3. Rangkuman wawancara dengan pasien yang bersedia
dilakukannya home visit ……………………………………. 69
Lampiran 4. Rangkuman wawancara dengan perawat yang mengangani
pasien di bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta …………………………………………………. 71
Lampiran 5. Analisis Kasus Dug Therapy Problem ……………………... 79
Lampiran 6. Daftar Kasus Medication Error ……………………………. 94
Lampiran 7. Daftar Obat yang Digunakan pada Kasus Penggunaan Obat
Serebrovaskuler di Rumah Sakit Bethesda Periode Agustus-
September 2008 Berdasarkan Golongan, Nama Generik, dan
Nama Dagang ………………………………………………. 102
Lampiran 8. Data Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler ……...… 103
Lampiran 9. Informed Consent ………………………………………...… 124
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian ………………………………………… 126
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Patient safety merupakan isu kritis dan harus ditangani dengan tepat
karena menyangkut keselamatan pasien. Patient safety menjadi tanggung jawab
berbagai pihak yang terkait dengan perawatan pasien, utamanya adalah health
care team (dokter, perawat, farmasis, ahli gizi, fisioterapis, dan lainnya) termasuk
keluarga pasien. Oleh karena itu, observasi mengenai kejadian Medication Error
(ME) dan Drug Therapy Problem (DTP) menjadi penting dilakukan untuk
mendukung isu patient safety tersebut.
Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang
seharusnya dapat dicegah dan proses tersebut masih berada dalam pengawasan
dan tanggung jawab profesi kesehatan (NCCMERP, 1998), dalam hal ini akan
lebih ditekankan pada ME fase administrasi, dimana fase administrasi adalah fase
dimana obat telah sampai dan digunakan oleh pasien.
Adverse Drug Reaction (ADR) adalah salah satu DTP respon obat yang
tidak diharapkan yang terjadi pada pemberian dosis lazim profilaksis, diagnosis,
dan penyembuhan. Mengingat isu paradigma baru patient safety, sangat penting
melakukan observasi kejadian ME fase administrasi dan DTP pada pasien
sehingga dapat disusun suatu strategi pelaksanaan patient safety tersebut.
Penyakit serebrovaskuler paling dominan terjadi pada tengah dan akhir
usia seseorang. Berdasarkan data WHO tahun 2002, penyakit serebrovaskuler
2
menempati urutan keempat penyebab kematian di Indonesia dengan
persentase sebesar 8%. Oleh sebab itu penggunaan obat serebrovaskuler menjadi
salah satu yang terbesar. Dari penelitian yang dilakukan oleh American Heart
Association (AHA) mengenai medication error pada terapi trombolitik pada
ischemic stroke akut diketahui bahwa kejadian medication error yang terbesar
berupa dosis keliru. Melihat kedua hal tersebut permasalahan mengenai ME dan
DTP yang terjadi pada penggunaan obat serebrovaskuler menjadi menarik untuk
diteliti.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit (RS) Bethesda selama bulan
Agustus-September 2008. Rumah Sakit Bethesda termasuk rumah sakit swasta
tipe B dengan akreditasi ISO 9000 versi 2001 dan merupakan salah satu rumah
sakit swasta terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah sakit ini mempunyai
7 apoteker yang telah menjalankan beberapa kegiatan pelayanan farmasis klinis.
Dalam proses penerapan kebijakan patient safety di rumah sakit, apoteker di RS
Bethesda sudah memiliki program yang mengarah pada patient safety.
Penelitian ini dilakukan secara prospektif dengan cara mengikuti dan
mengamati terapi pasien. Dari penelitian ini diharapkan didapatkan suatu
gambaran mengenai kejadian ME fase administrasi dan DTP yang terjadi pada
penggunaan obat serebrovaskuler di RS Bethesda. Dari gambaran yang ada dapat
ditemukan permasalahan utama mengenai kejadian tersebut, sehingga dapat
disusun suatu rekomendasi aplikatif untuk mengurangi kejadian ME fase
administarasi dan DTP pada penggunaan obat serebrovaskuler di RS Bethesda
3
yang tentunya hal ini akan sangat mendukung pelaksanaan isu patient safety di RS
Bethesda.
1. Permasalahan
Permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah
“apakah yang menjadi masalah utama terjadinya ME fase administrasi dan
DTP pada penggunaan obat serebrovaskuler pada pasien di RS Bethesda ?”
Dari permasalahan utama tersebut terdapat beberapa permasalahan
tambahan yang ingin diamati sebagai pendukung permasalahan utama, yaitu :
a. bagaimana gambaran profil pasien Rumah Sakit Bethesda periode
Agustus-September 2008 yang menggunakan obat serebrovaskuler
(meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan
diagnosis) ?
b. bagaimana gambaran profil obat/terapi yang diterima pasien RS Bethesda
periode Agustus-September 2008 yang menggunakan obat serebrovaskuler
(meliputi macam obat, jenis obat, bentuk sediaan, dan aturan pakai obat) ?
c. apa saja permasalahan ME dan DTP yang muncul pada pasien RS
Bethesda periode Agustus-September 2008 yang menggunakan obat
serebrovaskuler ?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengamatan penulis, penelitian mengenai Evaluasi Masalah
Utama Kejadian Medication Errors dan Drug Therapy Problems pada Pasien
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 (Kajian
Terhadap Penggunaan Obat Serebrovaskuler) belum pernah dilakukan. Tetapi
4
penelitian yang terkait dengan masalah ME dan DTP pernah dilakukan dengan
judul diantaranya sebagai berikut :
a. Studi Potensial Medication Error pada Peresepan di Bangsal Anak di
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Februari-April 2003 (Ditinjau
dari aspek Transcribing: Kesulitan Menbaca Tulisan pada Resep dan
Kesulitan Membaca Penulisan Angka Desimal) oleh Nurdin (1999).
b. Potensi Medication Error dalam Resep Anak di 10 Apotek di kota
Yogyakarta periode Januari-Maret 2003 dan Persepsi Pembaca Resep yang
Menanganinya (Tinjauan Aspek Kelengkapan dan Kejelasan Resep) oleh
Pramudiarja (2000).
c. Persepsi Pembaca Resep Mengenai Resep yang Berpotensi Menyebabkan
Medication Error di Apotek di Kota Yogyakarta Periode Januari-Februari
2005 oleh Simbolon (1999).
d. Evaluasi Drug Related Problems Pada Pengobatan Pasien Stroke di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005
oleh Meita (2002).
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk
mendeskripsikan ME dan DTP yang terjadi pada pasien RS Bethesda.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan
keputusan oleh farmasis dalam mempraktekkan pharmaceutical care dan
5
menerapkan isu patient safety di rumah sakit, secara khusus RS Bethesda
dan secara umum rumah sakit di Indonesia yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas pelayanan terapi obat.
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui rmasalah utama yang menyebabkan terjadinya ME
fase administrasi dan DTP pada penggunaan obat serebrovaskuler pada pasien
di RS Bethesda Yogyakarta sehingga pada akhirnya dapat disusun suatu
rekomendasi dan strategi aplikatif dalam mengurangi kejadian ME dan DTP
penggunaan obat pada pasien di RS Bethesda.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. gambaran profil pasien RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus-
September 2008 yang menggunakan obat serebrovaskuler (meliputi jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan diagnosis).
b. gambaran profil obat/terapi yang diterima pasien RS Bethesda Yogyakarta
periode Agustus-September 2008 yang menggunakan obat serebrovaskuler
(meliputi macam obat, jenis obat, bentuk sediaan, dan aturan pakai obat).
c. permasalahan ME dan DTP yang muncul pada pasien RS Bethesda
Yogyakarta periode Agustus-September 2008 yang menggunakan obat
serebrovaskuler.
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Medication Error
Medication Error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang
seharusnya dapat dicegah dan proses tersebut masih dalam pengawasan dan
tanggung jawab profesi kesehatan (NCCMERP, 1998).
Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication error
adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam
penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.
Kejadian medication error dibagi menjadi 4 fase, yaitu fase prescribing,
fase transcribing, fase dispensing, dan fase administrasi. Dari fase-fase
medication error tersebut, dapat dikemukakan bahwa faktor penyebabnya dapat
berupa:
1. komunikasi yang buruk baik secara tertulis dalam bentuk kertas resep maupun
secara lisan (antara pasien, dokter dan apoteker).
2. sistem distribusi obat yang kurang mendukung (sistem komputerisasi, sistem
penyimpanan obat, dan lain sebagainya).
3. sumber daya manusia (kurang pengetahuan, pekerjaan yang berlebihan, dan
lainnya).
4. edukasi kepada pasien kurang.
5. peran pasien dan keluarga yang kurang (Cohen, 1999).
7
Tabel I. Bentuk-bentuk Medication Error (Dwiprahasto dan Kristin, 2008)
No Fase Medication Error Bentuk yang mungkin terjadi 1. Prescribing Kontraindikasi, duplikasi, tidak terbaca, instruksi
tidak jelas, instruksi keliru, instruksi tidak lengkap, dosis keliru
2. Transcribing Copy error, resep dibaca keliru, ada instruksi yang terlewatkan, miss-stamped, instruksi tidak dikerjakan, salah menerjemahkan instruksi verbal
3. Dispensing Kontraindikasi, extra dose, gagal mencek instruksi, sediaan obat buruk, instruksi penggunaan obat tidak jelas, salah menghitung dosis, salah memberi label, salah menulis instruksi, dosis keliru, pemberian obat di luar instruksi, instruksi dijalankan keliru
4. Administrasi Administration error, kontraindikasi, obat tertinggal di samping tempat tidur, extra dose, gagal mencek instruksi, tidak mencek identitas pasien, dosis keliru, salah menulis instruksi, patient off unit, pemberian obat di luar instruksi, instruksi dijalankan keliru
Tabel II. Tipe dan Kategori Medication Error Menurut The National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCCMERP, 1998)
Tipe error Kategori KeteranganNO ERROR A Keadaan atau kejadian yang potensial menyebabkan
terjadinya error ERROR- NO HARM
B Error terjadi, tetapi obat belum mencapai pasien C Error terjadi, obat sudah mencapai pasien tetapi tidak
menimbulkan risiko Obat mencapai pasien dan sudah terlanjut diminum/digunakan Obat mencapai pasien tetapi belum sempat diminum/digunakan
D Error terjadi dan konsekuensinya diperlukan monitoring terhadap pasien, tetapi tidak menimbulkan risiko (harm) pada pasien
ERROR-HARM E Error terjadi dan pasien memerlukan terapi atau intervensi serta menimbulkan risiko (harm) pada pasien yang bersifat sementara
F Error terjadi dan pasien memerlukan perawatan atau perpanjangan perawatan di rumah sakit disertai cacat yang bersifat sementara
G Error terjadi dan menyebabkan risiko (harm) permanen H Error terjadi dan nyaris menimbulkan kematian (misalnya
anafilaksis, henti jantung) ERROR-DEATH I Error terjadi dan menyebabkan kematian pasien
8
Medication error fase administrasi tejadi ketika suatu
kesalahan/ketidakcocokan terjadi pada ssat obat telah diterima dan digunakan oleh
pasien dari tenaga kesehatan (Williams, DJP, 2007).
A. Drug Therapy Problem
Drug Therapy Problem merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan
yang terjadi pada pasien yang dikarenakan atau diduga karena penggunaan obat
dan kejadian tersebut terjadi pada saat pencapaian efek terapi suatu obat.
Identifikasi DTP merupakan perhatian dari penilaian keputusan akhir yang dibuat
dalam tahap proses patient care. Diketahui terdapat 7 jenis DTP yang dapat
disebabkan oleh suatu obat dan harus dicari solusinya dan menjadi tanggung
jawab dari pharmaceutical care (Cipolle, 2004).
Drug Therapy Problem merupakan suatu masalah klinis yang tidak dapat
diselesaikan atau dicegah jika penyebab dari permasalahan yang muncul tidak
diketahui secara jelas. Sangat penting untuk mengetahui dan mengkategorikan
tidak hanya jenis dari DTP yang terjadi tetapi juga penyebab dari DTP tersebut
(Cipolle, 2004).
Seorang praktisi yang menerapkan pharmaceutical care harus mengetahui
penyebab dari DTP karena identifikasi terhadap DTP yang terjadi merupakan hal
yang sangat mendasar pada praktek pharmaceutical care. Dengan
mengidentifikasi penyebab dari DTP yang terjadi memungkinkan pasien dan
praktisi untuk bekerja sama menyelesaikan permasalahan yang ada, sehingga
pasien mendapatkan hasil terapi yang diinginkan (Cipolle, 2004).
9
Tabel III. Penyebab-penyebab Drug Therapy Problem (Cipolle, 2004)
No. Jenis DTP Kemingkinan penyebab DTP 1. Obat tanpa indikasi
(unnecessary drug therapy)
Ada indikasi obat yang sudah tidak tepat saat itu Terapi dengan dosis toksik Penggunaan obat lebih dari satu dengan kondisi dapat menggunakan terapi tunggal Kondisi pasien lebih baik diterapi non-farmakologi (tanpa obat) Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat digantikan dengan yang lebih aman Kondisi pasien berkaitan dengan penyalahgunaan obat, alkohol, dan merokok
2. Butuh tambahan obat (need for additional drug therapy)
Munculnya kondisi medis baru yang membutuhkan tambahan obat baru Kondisi kronis yang membutuhkan terapi lanjutan secara terus-menerus Terapi untuk mencegah timbulnya risiko atau kondisi medis yang baru atau terapi profilaksis Kondisi yang membutuhkan terapi kombinasi
3. Pemilihan obat yang salah (wrong drug)
Obat yang digunakan tidak efektif atau bukan yang paling efektif Pasien alergi atau kontraindikasi terhadap obat tersebut Obat efektif tetapi relatif mahal atau bukan yang paling aman Kondisi yang sukar disembuhkan dengan obat tersebut Pasien mengalami infeksi diberi obat yang sudah resisten Terapi untuk mencegah timbulnya risiko atau kondisi medis yang baru Kombinasi obat yang salah
4. Dosis terlalu rendah (dosage too low)
Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk mendapatkan respon pada pasien Konsentrasi obat dalam darah tidak berada pada rentang terapi yang diharapkan Waktu pemberian obat yang tidak tepat, misalnya antibiotik profilaksis untuk operasi Obat, dosis, rute, frekuensi pemberian atau formulasi kurang sesuai untuk pasien
5. Efek samping dan interaksi obat (adverse drug reaction)
Obat diberikan terlalu cepat Pasien memiliki reaksi alergi atau idiosinkrasi terhadap obat Pasien teridentifikasi memiliki risiko terhadap obat tersebut Bioavailabilitas obat diubah oleh interaksi dengan obat lain atau makanan Efek obat diubah karena adanya induksi atau inhibisi enzim, serta pergeseran tempat ikatan Hasil laboratorium dipengaruhi oleh adanya obat
6. Dosis terlalu tinggi (dosage too high)
Dosis terlalu tinggi Konsentrasi obat dalam darah di atas rentang terapi yang diharapkan Dosis obat dinaikkan terlalu cepat Akumulasi obat karena terapi jangka panjang Obat, dosis, rute, frekuensi pemberian atau formulasi kurang sesuai untuk pasien
7. Kepatuhan pasien (compliance)
Pasien gagal menerima obat yang sesuai karena medication error Pasien tidak mematuhi aturan yang ditetapkan baik dengan sengaja maupun karena tidak mengerti Pasien tidak mampu menebus obat karena masalah biaya
10
B. Interaksi Obat
Interaksi obat didefinisikan sebagai respon klinis atau farmakologis yang
muncul dari pemberian kombinasi obat yang berbeda, dimana efek klinis yang
muncul dari dua atau lebih kombinasi obat tersebut dapat diantisipasi dengan
pemberian obat secara tunggal/terpisah (Tatro, 2001).
Tabel IV. Tingkat Signifikasi Interaksi Obat (Tatro, 2001)
Tingkat signifikasi Keparahan Pelaporan 1 Berat (major) Terbukti 2 Sedang (moderate) Terbukti 3 Ringan (minor) Terbukti 4 Berat/sedang (major/moderate) Mungkin terjadi
5 Ringan (minor) Mungkin terjadi Tidak ada (any) Tidak terjadi
Onset terjadinya interaksi obat dapat terbagi menjadi 2, yaitu cepat dan
tertunda. Cepat berarti efek akan terjadi selama 24 jam setelah pemberian obat
yang berinteraksi dan dibutuhkan penanganan segera untuk menghindari efek
interaksi obat. Tertunda berarti efek akan terjadi setelah pemberian obat yang
berinteraksi selama beberapa hari atau minggu (Tatro, 2001).
Potensi keparahan interaksi obat penting untuk menilai risiko dan manfaat
alternatif terapi, dengan modifikasi dosis dan waktu pemberian obat dapat
mengatasi terjadinya efek interaksi obat. Ada 3 tingkat keparahan, yaitu berat
(major), sedang (moderate), dan ringan (minor). Tingkat keparahan berat
kemungkinan berpotensi menimbulkan kerusakan organ yang permanen. Efek dari
tingkat keparahan sedang tergantung dari kondisi klinis pasien, dapat berupa
butuh terapi tambahan, rawat inap di rumah sakit, maupun semakin lamanya
pasien menjalani rawat inap di rumah sakit. Pada tingkat keparahan ringan efek
11
yang ditimbulkan tidak diketahui dan tidak mempengaruhi tujuan terapi secara
signifikan, biasanya juga tidak membutuhkan terapi tambahan (Tatro, 2001).
C. Penyakit Serebrovaskuler
1. Anatomi otak
Gambar 1. Anatomi Otak Manusia (Anonim, 2008a)
Otak terdiri atas 3 bagian utama, yaitu otak besar (cerebrum), otak
kecil (cerebellum), dan batang otak (brain stem). Otak besar merupakan
bagian terbesar dan mengontrol sejumlah besar fungsi tubuh, seperti bicara,
emosi, stimulus indera, dan gerakan. Otak besar dibagi menjadi 2 bagian
(hemisphere), kanan dan kiri. Bagian kanan mengatur fungsi tubuh sebelah
kiri dan begitu pula sebaliknya pada bagian kiri otak besar. Otak kecil
berfungsi untuk mengatur fungsi gerakan reflek, keseimbangan, dan
koordinasi tubuh, sedangkan batang otak berfungsi untuk mengatur
pernafasan, pencernaan, denyut jantung, dan lainnya (Anonim, 2008a).
12
Nutrisi dan oksigen yang dibawa oleh darah dialirkan ke otak melalui
2 pembuluh darah utama, yaitu pembuluh darah karotid dan pembuluh darah
vertebral (Anonim, 2008a)
Gambar 2. Pembuluh Darah Utama pada Otak (Anonim, 2008a)
2. Definisi
Penyakit serebrovaskuler merupakan suatu istilah yang luas yang
mencakup banyak kelainan pada pembuluh darah di sistem syaraf pusat
(Walker, 1995).
Kebanyakan penyakit serebrovaskuler ditunjukkan dengan adanya
onset yang mendadak dari disfungsi neurologis. Disfungsi yang terjadi dapat
bersifat sementara (dapat diperbaiki) atau secara cepat dapat memburuk. Onset
yang mendadak yang dikarenakan disfungsi neurologis dan tidak disertai
dengan kejang disebut sebagai stroke atau cerebrovascular accident (CVA)
(Harrison, 2005).
13
3. Etiologi
Penyakit serebrovaskuler disebabkan karena kelainan aliran darah
pada pembuluh darah di sistem syaraf pusat. Kelainan ini dapat disebabkan
karena :
a. adanya infraksi pada salah satu bagian di sistem syaraf pusat.
b. adanya perdarahan pada bagian parenkim atau subaraknoid di sistem
syaraf pusat.
c. disfungsi neurologis (Walker, 1995).
D. Stroke
1. Definisi dan klasifikasi
Stroke adalah suatu sindroma klinis yang onsetnya mendadak
dengan disfungsi neurologik fokal (global), yang berlangsung selama 24
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian yang mana setelah
dilakukan pemeriksaan penunjang yang adekuat, penyebabnya adalah
semata-mata kelainan vaskuler non traumatik (DiPiro, 2005).
Stroke terbagi atas ischemic stroke (88%) dan hemorrhagic stroke
(12%). Hemorrhagic stroke meliputi subarachnoid hemorrhage, intracerebral
hemorrhage, dan subdural hemorrhage. Ischemic stroke disebabkan oleh
bentuk lokal trombus atau fenomena embolik, hasilnya peredaran darah pada
arteri serebral menjadi tidak lancar (DiPiro, 2005).
14
Gambar 3. Bagan Klasifikasi Stroke Berdasarkan Mekanisme (DiPiro, 2005)
2. Patofisiologi
Pada carotoid atherosklerosis, akumulasi progesif dari lemak dan sel
inflamasi di inti dari arteri yang berefek, dikombinasikan dengan hipertropi
dari sel otot arteri lunak, menghasilkan bentuk plak. Akhirnya, tekanan yang
lemah dapat menghasilkan plak hancur, paparan kolagen, agregasi platelet,
dan bentuk gumpalan. Gumpalan dapat terjadi lagi di pembuluh,
menyebabkan oklusi lokal, atau membuat distal sebagai emboli, akhirnya
berakhir di pembuluh serebral. Pada kasus dari emboli kardiogenik, statis
darah di arteria atau ventrikel jantung membuat bentuk gumpalan lokal yang
dapat dikeluarkan dan mengalir langsung melalui aorta ke sirkulasi serebral.
Hasil akhir dari bentuk trombus dan emboli adalah oklusi arteri, menurunkan
aliran darah serebral dan menyebabkan ischemia distal ke oklusi (DiPiro,
2005).
Aliran darah serebral normal rata-rata 50 mL/100 g per menit dan ini
dipertahankan di atas range yang lebar dari tekanan darah (artinya tekanan
Stroke
Ischemic stroke
Hemorrhage stroke
Atherosclerotic cerebrovascular
diseease
Penetrating artery
disease
Cardiogenic embolism • Artrial fibrilasi • Valve disease • Ventricular
thrombi
Cryptogenic stroke
Penyebab lain • Prothrombic
states • Dissections • Arteritis • Migrain • Penyalahgunaa
n obat
Hipoperfusi Arteriogenic emboli
15
arteri 50-150 mmHg) oleh proses yang disebut serebral autoregulasi.
Pembuluh darah serebral melebar dan merespon dengan konstriksi untuk
mengubah tekanan darah, tetapi proses ini dapat dirusak oleh atherosklerosis
dan luka akut, seperti stroke. Ketika aliran darah serebral lokal menurun
antara 20 mL/100 g per menit, iskemia terjadi. Dan ketika terjadi reduksi 12
mL/100 g per menit tetap, kerusakan otak irreversible terjadi, dan ini disebut
infraksi. (DiPiro, 2005).
3. Penatalaksanaan terapi
a. Outcome
Mencegah keparahan penyakit stroke pada pasien
b. Tujuan terapi
1) Mengurangi kerusakan neurologik yang berkelanjutan dan
menurunkan mortalitas dan ketidakmampuan secara jangka panjang.
2) Mencegah komplikasi sekunder dalam kemampuan bergerak dan
disfungsi neurologik.
3) Mencegah kekambuhan stroke
c. Sasaran terapi
Sumbatan pada pembuluh darah, gangguan pada pembuluh darah
yang dapat berupa trombus, emboli, clot, dan edema.
d. Terapi farmakologis
Secara umum, obat farmakologis yang direkomendasikan dengan
rekomendasi A adalah intravenous tissue plasminogen activator (tPA)
dengan onset 3 jam dan aspirin dengan onset 48 jam. Pemberian tPA
16
intravena telah terbukti mengurangi ketidakmampuan fisik yang
berhubungan dengan stroke iskemik. Terapi aspirin diawal juga telah
terlihat dapat mengurangi kematian jangka panjang dan ketidakmampuan
fisik tetapi tidak boleh diberikan dalam waktu 24 jam setelah pemberian
tPA karena dapat meningkatkan risiko pendarahan pada pasien (DiPiro,
2005).
E. Trauma Kepala
Tulang tengkorak yang tebal dan keras membantu melindungi otak dari
trauma. Jika kulit kepala digores maka akan terjadi perdarahan yang hebat, hal ini
dikarenakan banyaknya pembuluh darah yang terdapat pada kulit kepala.
Banyaknya pembuluh darah di otak menyebabkan trauma pada kepala menjadi hal
yang sangat serius (Acker, 2003).
Jika trauma pada kepala tergolong dalam kategori ringan dan tidak
menyebabkan gejala lain selain nyeri disekitar daerah trauma, maka pemberian
cukup diberikan paracetamol untuk mengurangi rasa nyeri dan dapat pula dibantu
dengan kompres air dingin. Jika trauma yang terjadi tergolong berat, misalnya
seperti kecelakaan, dan keadaan pasien bertambah buruk, maka biasanya
diberikan manitol secara intavena untuk mengurangi pembengkakan dan
mengurangi tekanan pada tengkorak (Acker, 2003).
17
F. Obat-obat yang Digunakan
1. Aspirin
Tabel V. Tinjauan Secara Umum Mengenai Aspirin
Peninjauan Keterangan Mekanisme aksi Menghambat sisntesis prostaglandin dengan cara mencegah
aggregasi platelet tromboksan A2, bekerja pada hipotalamus pada bagian yang mengatur panas untuk mengurangi demam (Lacy.et.al., 2006)
Golongan terapi Antiplatelet, antipiretik, analgesik, antiinflamasi (Lacy.et.al., 2006) Dosis Pencegahan stroke/TIA : 30-325 mg/hari
Stroke akut : 160-325 mg/hari (Lacy.et.al., 2006) Antiplatelet : 75-325 mg/hari (Dollery, 1999)
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap salisilat dan NSAID, pasien dengan asma, rhinitis, dan pasien yang mengalami perdarahan (termasuk karena kekurangan faktor VII dan IX) (Lacy.et.al., 2006)
Peringatan Hati-hati dalam penggunaan pada pasien dengan kekacauan platelet, perdarahan, disfungsi ginjal, gastritis, atau peptic ulcer (Lacy.et.al., 2006).
Efek samping Perdarahan, hipotensi, takikardi, insomnia, hiperkalemia, kemerahan, cerebral edema, mual, mntah, rasa tidak nyaman pada lambung, anemia, trombositopenia, dll (Lacy.et.al., 2006)
Interaksi obat Aspirin meningkatkan konsentrasi serum dari methotrexate, Pemberian bersama NSAID meningkatkan peradangan lambung, pemberian bersama dengan antikoagulan (warfarin), agen trombolitik, heparin, low molecular heparin , dan antikoagulan lain dapat meningkatkan risiko perdarahan lambung. Pemberian aspirin dapat menurunkan efek dari β-bloker, diuretik kuat, thiaxide, dan probenecid, pemberian dengan NSAID dapat menurunkan konsentrasi serum dari NSAID (Lacy.et.al., 2006) Pemberian aspirin dengan NSAID mempunyai tingkat signifikasi 5 (Tatro, 2001)
2. Tranexamine acid
Tabel VI. Tinjauan Secara Umum Mengenai Tranexamine acid
Peninjauan Keterangan Golongan terapi Hemostatic agent dan antihemophilic agent (Lacy.et.al., 2006). Dosis Oral : 25 mg/kg, 3-4 kali sehari
Injeksi : 10 mg/kg, 3-4 kali sehari (Lacy.et.al., 2006). Kontraindikasi Gangguan fungsi ginjal yang berat, dan penyakit tromboembolik
(Mehta, 2004) Peringatan Hati-hati penggunaannya pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal, hematuria yang berat (Mehta, 2004). Efek samping Mual, muntah, diare, tromboembolik (Mehta, 2004). Interaksi obat Penicillin (jangan diberikan ke dalam transfusi darah atau injeksi
penicillin) (Anonim, 2007)
18
3. Cilostazol
Tabel VII. Tinjauan Secara Umum Mengenai Cilostazol
Peninjauan Keterangan Mekanisme aksi Menghambat fosfodiesterase III sehingga akan meningkatkan cyclic
AMP yang akan menyebabkan penghambatan aggregasi platelet dan vasodilatasi (Lacy.et.al., 2006)
Golongan terapi Penghambat enzim fosfodiesterase, penghambat aggregasi platelet (Lacy.et.al., 2006)
Dosis 100 mg, 2 kali sehari, diminum 1½ jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap cilostazol dan pasien yang menderita gagal jantung
Peringatan Digunakan secara hati-hati pada pasien yang menerima obat yang menghambat aggregasi platelet, gangguan fungsi hati, dan pasien yang menerima penghambat enzim CYP3A4 (ketokonazole atau erythromycin), dan yang menerima penghambat CYP2C19 (omeprazole)
Efek samping Sakit kepala, diare, peripheral edema, palpitasi, takikardi, dispepsia, mual, nyeri pada abdominal, dan lainnya (Lacy.et.al., 2006)
Interaksi obat Efek antiplatelet dengan antiplatelet lain belum diketahui, konsentrasi serum cilostazol ditingkatkan dengan adanya erythromycin, diltiazem, dan omeprazole (Lacy.et.al., 2006)
4. Clopidogrel
Tabel VIII. Tinjauan Secara Umum Mengenai Clopidogrel
Peninjauan Keterangan Mekanisme aksi Menghambat reseptor ADP yang mencegah pengikatan fibrinogen
sehingga mengurangi kemungkinan aggregasi platelet (Lacy.et.al., 2006)
Golongan terapi Antiplatelet (Lacy.et.al., 2006) Dosis Serangan myocardial infraction, stroke, maupun arterial disease :
75 mg sekali sehari (Lacy.et.al., 2006) Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap clopidogrel, mempunyai penyakit
perdarahan yang aktif seperti intracranial hemorrhage, penyakit yang berhubungan dengan koagulasi (Lacy.et.al., 2006)
Peringatan Hati-hati digunakan pada pasien yang menerima terapi antiplatelet lain atau antikoagulan, hipertensi, gagal ginjal, pasien dengan perdarahan, gangguan fungsi hati, dan lainnya (Lacy.et.al., 2006)
Efek samping Nyeri pada abdominal, muntah, dispepsia, gastritis, kontipasi, hipertensi, kemerahan, arthralgia, dan lainnya (Lacy.et.al., 2006).
Interaksi obat Penggunaan bersama dengan antikoagulan atau antiplatelet lain dapat meningkatkan risiko perdarahan, penggunaan clopidogrel dan naproxen meningkatkan risiko perdarahan pada lambung (Lacy.et.al., 2006).
19
5. Nimodipine
Tabel IX. Tinjauan Secara Umum Mengenai Nimodipine
Peninjauan Keterangan Mekanisme aksi Mempunyai aktifitas yang lebih tinggi pada arterial serebral
daripada arteri lain (Lacy.et.al., 2006).Golongan terapi Calcium channel bloker (Lacy.et.al., 2006). Dosis Oral : 60 mg tiap 4 jam sekali selama 21 hari (Lacy.et.al., 2006). Kontraindikasi Hipersensitif terhadap nimodipine (Lacy.et.al., 2006) Peringatan Hati-hati penggunaannya pada pasien gangguan fungsi ginjal/hati,
Chronic Heart Failure, disfungsi ventrikular kiri yang berat, dll (Lacy.et.al., 2006)
Efek samping Penurunan tekanan darah, sakit kepala, diare, kemerahan, rasa tidak nyaman pada abdominal (Lacy.et.al., 2006)
Interaksi obat Rifampin meningkatkan metabolism CCB, efek antihipertensi ditingkatkan dengan pemberian bersama dengan nimodipine (Lacy.et.al., 2006).
6. Nicergoline
Tabel X. Tinjauan Secara Umum Mengenai Nicergoline
Peninjauan Keterangan Mekanisme aksi Meningkatkan aliran darah di arteri, menghambat aggregasi platelet
(Dollery, 1999) Dosis 30-60 mg dalam 2-3 dosis terbagi (Anonim, 2007) Efek samping Gangguan gastrointestinal ringan, sensasi panas pada wajah,
mengantuk, insomnia (Anonim, 2007) Interaksi obat Meningkatkan kerja antihipertensi (Anonim, 2007)
7. Piracetam
Tabel XI. Tinjauan Secara Umum Mengenai Piracetam
Peninjauan Keterangan Mekanisme aksi Meningkatkan vaskularisasi di otak Golongan terapi Nootropik (Anonim, 2007) Dosis 4,8 gram-20 gram (maksimal)/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis.
Dosis initial sebesar 7,2 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis (Mehta, 2004)
Kontraindikasi Gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat (Mehta, 2004). Peringatan Hati-hati pada penggunan pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan
geriatri (Mehta, 2004). Efek samping Peningkatan berat badan, penurunan kesadaran, insomnia,
hipertensi, depresi, dan kemerahan (Mehta, 2004). Interaksi obat Ekstrak tiroid (T3 dan T4) (Anonim, 2005)
20
8. Pentoxifylline
Tabel XII. Tinjauan Secara Umum Mengenai Pentoxifylline
Peninjauan Keterangan Mekanisme aksi Belum jelas, diduga dengan mengurangi viskositas darah dan
meningkatkan aliran darah dengan mengubah rheologi dari sel darah merah (Lacy.et.al., 2006).
Golongan terapi Hemorheologic agent, dan blood viscocity reducer agent (Lacy.et.al., 2006).
Dosis Oral : 400 mg 3 kali sehari, dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari jika efek samping pada gastrointestinal dan sistem syaraf pusat terjadi. Infus IV : 200-300 mg 2 kali sehari dalam cairan infus 250-500 mL (Anonim, 2007)
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap pentoxifylline, xanthine, dan pasien yang mengalami cerebral/retinal hemorrhage (Lacy.et.al., 2006).
Peringatan Hati-hati penggunaan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (Lacy.et.al., 2006).
Efek samping Mual, muntah, sakit kepala, pusing, dan lainnya (Lacy.et.al., 2006). Interaksi obat Kadar meningkat dengan adanya cimetidine atau antagonis H2 lain,
penggunaan dengan antihipertensi dapat lebih menurunkan tekanan darah (Lacy.et.al., 2006).
9. Bellaphen®
Tabel XIII. Tinjauan Secara Umum Mengenai Bellaphen®
Peninjauan Keterangan Komposisi Belladona total alkaloid 0,1 mg; ergotamine tartrate 0,3 mg;
phenobarbital 20 mg (Anonim, 2007) Golongan terapi Antimigrain (Anonim, 2007) Dosis 1-2 tablet 3 kali sehari (Anonim, 2007) Kontraindikasi Hamil, laktasi, kerusakan hati dan ginjal, Ischemic Heart Dissease,
porfiria, penyakit pembuluh darh perifer, pembesaran prostat, glukoma, hipertensi berat (Anonim, 2007).
Peringatan Miastenia gravis, diare, demam, takikardi, infark miokard akut, gangguan menjalankan mesin (Anonim, 2007).
Efek samping Mulut kering, disfagia, gangguan gastrointestinal, nyeri otot, depresi pernafasan, sedasi, dan lainnya (Anonim, 2007).
Interaksi obat Meningkatkan efek muskarinik dari amantadine, butirophenon, fenotiazide dan antidepresan trisiklik,. Aktifitasnya menurun dengan adanya carbamazepin, kumarin, antikoagulan, siklosporin, quinidin, theophylline, dan metronidazole (Anonim, 2007).
21
10. Nadroparine
Tabel XIV. Tinjauan Secara Umum Mengenai Nadroparine
Peninjauan Keterangan Golongan terapi Anti koagulan (low molecular weight heparin) Dosis Pencegahan gangguan tromboembolik 0,3 mL 1 kali sehari
(Anonim, 2007) Kontraindikasi Trombositopenia, CVA hemoragik, infeksi endokarditis akut
(Anonim, 2007) Peringatan Insufisiensi hati atau ginjal, hipertensi arterial yang tidak terkontrol,
riwayat ulkus peptikum (Anonim, 2007) Efek samping Hemoragik, trombositopenia berat, nekrosis pada temapt suntikan,
hipoaldosteron, peningkatan transaminase (Anonim, 2007) Interaksi obat NSAID, aspirin, antiplatelet, dekstran, antikoagulan oral (Anonim,
2007)
11. Parnaparine
Merupakan salah satu jenis low molecular weight heparin yang
digunakan untuk mencegah gangguan tromboembolik. Dosis yang digunakan
0,3 mL 1 kali sehari. Penggunaannya bersama dengan aspirin akan
meningkatkan risiko perdarahan (Anonim, 2008b)
G. Keterangan Empiris
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors
Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 (Kajian Terhadap
Penggunaan Obat Serebrovaskuler) diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai masalah utama kejadian ME fase administrasi dan DTP pada pasien di
RS Bethesda Yogyakarta sehingga dapat diaplikasikan untuk mengurangi kejadian
ME fase administrasi dan DTP penggunaan obat serebrovaskuler pada pasien di
RS Bethesda Yogyakarta.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors
dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus-September 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat
Serebrovaskuler) termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan
penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif.
Penelitian non eksperimental merupakan penelitian yang observasinya
dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subyek menurut keadaan apa adanya
(in nature), tanpa adanya manipulasi atau intervensi peneliti (Pratiknya, 2007).
Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena data yang diperoleh baik dari
lembar catatan medik maupun wawancara bersifat untuk menggambarkan
kejadian yang sebenarnya, yang kemudian akan ditelaah apa yang menjadi
masalah utamanya. Penelitian ini bersifat prospektif karena data yang digunakan
dalam penelitian ini diambil dengan mengamati keadaan kasus selama
mendapatkan perawatan dan juga dengan melihat lembar catatan mediknya.
B. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independent
yaitu masalah-masalah yang menyebabkan terjadinya ME fase administrasi dan
DTP.
23
C. Definisi Operasional
1. Medication error yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kejadian
medication error pada fase administrasi.
2. Drug Therapy Problems yang dimaksud dalam penelitian ini hanya sebatas
DTP yang terjadi pada fase administrasi meliputi butuh tambahan obat, dosis
terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, interaksi obat, adverse drug reaction, dan
compliance/kepatuhan pasien.
3. Masalah utama merupakan pokok permasalahan yang mendasari terjadinya
ME dan DTP.
4. Periode Agustus-September 2008 pada penelitian ini dimulai dari tanggal 4
Agustus – 27 September 2008.
5. Kasus dalam penelitian ini adalah pasien yang menerima resep dan
menggunakan obat serebrovaskuler di bangsal kelas III RS Bethesda
Yogyakarta periode Agustus-September 2008.
6. Lembar catatan medik adalah catatan pengobatan dan perawatan pasien yang
memuat data tentang karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin, alamat,
diagnosis, instruksi dokter, catatan keperawatan, catatan penggunaan obat,
hasil laboratorium, lama perawatan, dan lembar resume pasien dewasa yang
menerima obat serebrovaskuler di RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus-
September 2008.
7. Karakteristik pasien meliputi distribusi umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan diagnosis.
24
8. Karakteristik peresepan obat meliputi macam obat, jenis obat, rute pemberian
obat, aturan pemakaian obat yang meliputi kekuatan obat dan frekuensi
pemakaian obat.
9. Bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda meliputi bangsal kelas III ruang B, C,
D, E, F, H, dan J.
10. Home visit adalah pengamatan penggunaan obat dan kondisi pasien setelah
keluar dari rumah sakit tanpa melakukan intervensi, yang dilakukan pada
pasien yang menyetujui informed consent.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian meliputi pasien rawat inap di bangsal kelas III RS
Bethesda periode Agustus-Sepember 2008. Pada kajian terhadap obat
serebrovaskuler, subyek penelitian hanya pada kasus dengan diagnosis dan
menerima terapi untuk gangguan pada serebrovaskuler. Kriteria inklusi subyek
adalah pasien yang dirawat di bangsal dewasa yang dilayani oleh farmasis klinis
RS Bethesda. Kriteria eksklusi subyek adalah pasien yang tidak bersedia bekerja
sama dan meninggal dunia.
Berdasarkan data yang didapatkan, jumlah subyek penelitian sebanyak 20
kasus. Dari 20 kasus yang didapatkan, 4 kasus menerima informed consent untuk
dilakukan home visit. Untuk data penunjang berupa wawancara didapatkan dari 3
orang dokter, 1 orang apoteker, 14 orang perawat, dan 4 kasus home visit.
25
E. Bahan Penelitian
Bahan penelitian meliputi catatan medik pasien dewasa rawat inap di
bangsal kelas III RS Bethesda (termasuk peresepannya) yang menerima obat
serebrovaskuler dan juga wawancara dari petugas kesehatan (dokter, perawat, dan
apoteker) dan keluarga pasien/pasien jika hal tersebut memungkinkan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Alat-alat untuk monitoring tanda vital dan data laboratorium sederhana,
seperti tensimeter (Tensoval®), termometer, alat pengukur kadar kolesterol
(Easy Touch GC®)
2. Form pemantauan dan penggunaan obat pasien di bangsal
3. Form pemantauan dan penggunaan obat pasien di rumah (untuk pasien home
visit)
4. Panduan wawancara terstruktur untuk dokter, apoteker, perawat, dan
pasien/keluarga pasien.
G. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors
dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus-September 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat
Serebrovaskuler) dilakukan di bangsal kelas III RS Bethesda untuk kasus rawat
inap dan di tempat tinggal pasien untuk penelitian secara home visit.
26
H. Tata Cara Penelitian
Tata cara penelitian meliputi tiga tahap, yaitu tahap orientasi, tahap
pengambilan data, dan tahap penyelesaian data.
1. Tahap orientasi
Pada tahap orientasi ini dilakukan beberapa hal, yaitu presentasi
mengenai penelitian yang akan dilakukan di hadapan perwakilan dokter dan
apoteker Bethesda (komisi medik Rumah Sakit Bethesda), mencari informasi
mengenai penggunaan obat serebrovaskuler di bangsal kelas III Rumah Sakit
Bethesda, dan mencari teknis pengambilan data yang sesuai agar tidak
mengganggu aktivitas di bangsal yang bersangkutan.
2. Tahap pengambilan data
Tahap pengambilan data meliputi 2 hal, yaitu pengambilan data primer
dan pengambilan data sekunder.
a. Pengambilan data primer
Pengambilan data primer meliputi :
1) pengamatan penggunaan obat oleh pasien di bangsal dan di rumah
untuk pasien yang bersedia dilakukan home visit. Untuk pasien home
visit dipilih pasien yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta
kecuali kabupaten Gunung Kidul.
2) wawancara terhadap dokter, apoteker, perawat, dan pasien/keluarga
pasien. Data wawancara ini digunakan sebagai data penunjang.
27
b. Pengambilan data sekunder
Pengambilan data sekunder dilakukan dengan mencatat lembar
catatan medik pasien, yang meliputi identitas, tanda vital, riwayat
pengobatan, riwayat penyakit, riwayat keluarga, lama tinggal di rumah
sakit, anamnesis, diagnosis, pemberian obat, dan data laboratorium.
3. Tahap penyelesaian data
a. Pengolahan data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dengan beberapa
keterangan, yaitu dosis serta cara pemakaian, jenis serta tanggal pemberian
obat, tanda vital, dan data laboratorium. Data tersebut digunakan untuk
mengidentifikasi ME dan DTP yang mungkin terjadi.
b. Evaluasi data
Evaluasi kasus hanya dilakukan pada lingkup penggunaan obat
serebrovaskuler dan dilakukan dengan menggunakan beberapa pustaka,
yaitu Drug Information Handbook (Lacy.et.al.,2006), British National
Formulary edisi 48 (Mehta.et.al.,2004), MIMS Indonesia (Anonim, 2007).
Untuk evaluasi interaksi obat digunakan pustaka Drug Interaction Fact
(Tatro, 2001), Drug Information Handbook (Lacy.et.al.,2006), British
National Formulary edisi 48 (Mehta.et.al.,2004), MIMS Indonesia
(Anonim, 2007). Untuk evaluasi medication error digunakan tabel bentuk-
bentuk medication error menurut Dwiprahasto dan Kristin.
28
I. Tata Cara Analisis Hasil
Data dibahas secara evaluatif dengan bantuan tabel atau gambar :
1. Persentase jenis kelamin kasus dikelompokkan menjadi kasus dengan jenis
kelamin laki-laki dan perempuan, dihitung dengan cara menghitung jumlah
kasus pada tiap kelompok jenis kelamin dibagi dengan jumlah keseluruhan
kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.
2. Persentase umur kasus dikelompokkan menjadi kasus dengan rentang umur
15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74
tahun, dan 75-84 tahun. Masing-masing kelompok dihitung dengan cara
menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan
kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.
3. Persentase tingkat pendidikan kasus dikelompokkan menjadi kasus dengan
tanpa keterangan, tingkat pendidikan belum/tidak tamat SD, SD, SLTP,
SLTA, dan akademi/universitas. Masing-masing kelompok dihitung dengan
cara menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan
kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.
4. Persentase pekerjaan kasus dikelompokkan menjadi kasus dengan tanpa
keterangan, pelajar/mahasiswa, buruh, petani, swasta, PNS, dan pensiunan.
Masing-masing kelompok dihitung dengan cara menghitung kasus pada tiap
kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus yang didapat dan dikalikan
dengan 100%.
5. Persentase diagnosis kasus dikelompokkan menjadi kasus dengan 1 diagnosis,
2 diagnosis, dan 3 diagnosis, dari tiap diagnosis diberi keterangan diagnosis
29
yang muncul. Masing-masing kelompok dihitung dengan cara menghitung
kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus yang
didapat dan dikalikan dengan 100%.
6. Persentase macam obat yang diterima kasus dikelompokkan menjadi 14
kelompok mulai dari 4 macam obat sampai 17 macam obat. Masing-masing
kelompok dihitung dengan cara menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi
dengan jumlah keseluruhan kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.
7. Persentase jenis obat yang diterima kasus dikelompokkan menjadi 1 jenis
obat, 2 jenis obat, 3 jenis obat, 4 jenis obat, 5 jenis obat, dan 6 jenis obat
dengan masing-masing diberi nama jenis obat yang diberikan. Masing-masing
kelompok dihitung dengan cara menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi
dengan jumlah keseluruhan kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.
8. Persentase rute pemberian obat yang diterima kasus dikelompokkan menjadi
rute pemberian non parenteral dan parenteral dengan masing-masing diberi
nama obat yang diberikan. Masing-masing kelompok dihitung dengan cara
menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan
kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.
9. Persentase aturan pakai dikelompokkan menjadi nama obat dan kekuatan
dengan frekuensi pemberian. Masing-masing kelompok dihitung dengan cara
menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan
kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.
10. Persentase medication error dikelompokkan menjadi potensial terjadi ME dan
telah terjadi ME dengan masing-masing diberi keterangan mengenai jenis ME.
30
Setiap temuan yang di dapat dihitung sebagai satu kasus. Masing-masing
kelompok dihitung dengan cara menghitung setiap temuan yang didapat pada
tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus yang menerima obat
serebrovaskuler dan dikalikan dengan 100%.
11. Persentase drug therapy problem dikelompokkan menjadi 6 kelompok yang
meliputi butuh tambahan obat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah,
interaksi obat, adverse drug reaction, dan compliance. Setiap temuan yang di
dapat dihitung sebagai satu kasus. Masing-masing kelompok dihitung dengan
cara menghitung setiap temuan yang didapat pada tiap kelompok dibagi
dengan jumlah keseluruhan kasus yang menerima obat serebrovaskuler dan
dikalikan dengan 100%.
12. Persentase kepatuhan pasien dihitung dengan cara menghitung kasus yang
mengalami uncompliance. Temuan yang didapat dibagi dengan jumlah
keseluruhan kasus yang menerima obat serebrovaskuler dan dikalikan dengan
100%.
13. Evaluasi masalah utama kejadian ME dan DTP didasarkan pada hasil
penggambaran ME dan DTP yang terjadi dengan didukung data penunjang
yang berupa wawancara dengan dokter, apoteker, perawat, dan
pasien/keluarga pasien.
J. Kesulitan Penelitian
Dalam proses pengambilan data pada penelitian ini, peneliti mengalami
beberapa kesulitan, yaitu kurangnya pengalaman peneliti dalam membaca tulisan
31
dokter dan perawat pada lembar cacatan medik dan juga terdapat beberapa
singkatan atau istilah medis yang tidak dimengerti oleh peneliti. Kesulitan ini
dapat diatasi dengan bertanya pada perawat yang ada di bangsal. Selain itu
terdapat kesulitan lain terkait dengan pasien, seperti pasien yang tidak
memungkinkan keadaannya untuk dilakukan visit bangsal dan kesulitan terkait
pencatatan seperti tidak adanya diagnosis utama pada pasien, tidak adanya catatan
obat yang diterima pasien secara lengkap,dan lainnya.
Pada proses evaluasi data juga terdapat beberapa kendala, yaitu seperti
tidak lengkapnya catatan penggunaan obat oleh pasien, tidak adanya data berat
badan pasien, tidak lengkapnya hal-hal terkait obat seperti dosis, frekuensi
pemberian, dan lainnya. Selain itu evaluasi terhadap instruksi dokter mengenai
penggunaan obat oleh pasien juga mengalami kesulitan karena terkadang dokter
tidak menuliskan instruksi tersebut pada lembar catatan medik.
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Mediacation
Errors Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 (Kajian Terhadap
Penggunaan Obat Serebrovaskuler) merupakan bagian dari penelitian payung
yang berjudul “Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase
Administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008”. Selain kajian terhadap penggunaan obat
serebrovaskuler terdapat tujuh subjudul lain yang masing-masing dikerjakan oleh
orang yang berbeda.
Gambar 4. Bagan Kedudukan Penelitian Kajian Terhadap Penggunaan Obat Serebrovaskuler pada Penelitian Payung
Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien RS. Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008
Penggunaan obat kardiovaskuler
Penggunaan obat gangguan sistem
pernafasan
Penggunaan obat gangguan sistem
urinari dan reproduksi
Penggunaan obat gangguan sistem neuromuskuler
Penggunaan obat serebrovaskuler
Penggunaan obat gangguan alergi dan
sistem imun
Penggunaan obat golongan antiemetik
Dibagi menjadi 8 kajian
Penggunaan obat golongan endokrin
33
Selama periode Agustus-September 2008 didapatkan 97 kasus. Dari 97
kasus tersebut, 20 kasus menerima obat serebrovaskuler. Kasus yang ada dapat
digunakan lebih dari satu peneliti karena kajian yang digunakan berdasarkan
penggunaan obat. Dalam menentukan kasus yang ada selain dilihat berdasarkan
penggunaan obatnya juga dilihat berdasarkan diagnosis yang ada. Pada 20 kasus
yang menerima obat serebrovaskuler 4 kasus menyetujui informend consent dan
bersedia untuk dilakukan home visit.
A. Profil Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler
Profil kasus yang menerima obat serebrovaskuler di RS Bethesda
Yogyakarta periode Agustus-September 2008 dikelompokkan berdasarkan jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan diagnosis.
1. Berdasarkan jenis kelamin
Masing-masing kasus yang menerima obat serebrovaskuler
dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu laki-laki dan perempuan.
Pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin ini hanya untuk menggambarkan
profil pasien yang menerima obat serebrovaskuler di Rumah Sakit Bethesda
selama periode Agustus-September 2008, karena tidak terdapat perbedaan
pada penggunaan obat serebrovaskuler pada jenis kelamin laki-laki maupun
perempuan dalam hal jumlah obat, jenis obat, maupun aturan pakai obat.
Tabel XV. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Jumlah kasus (n=20) Persentase (%) Laki-laki 13 65,0
Perempuan 7 35,0
34
Dari 20 kasus yang didapat, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak
13 kasus (65,0%) sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 7
kasus (35,0%).
2. Berdasarkan umur
Pengelompokkan berdasarkan umur ini hanya digunakan untuk
pengetahui profil umur pasien yang menerima obat serebrovaskuler di bangsal
kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008.
Berdasarkan DiPiro (2005) risiko terjadinya penyakit stroke meningkat
dua kali lipat pada tiap dekade usia seseorang setelah mencapai umur 55
tahun. Kasus yang menerima obat serebrovaskuler mempunyai rentang umur
18-80 tahun. Kasus ini dibagi menjadi tujuh kelompok umur dengan rentang
10 tahun karena berdasarkan hasil penelusuran, penyakit yang paling banyak
ditemukan adalah CVA non hemoragi/stroke sehingga pembagian umur
mengikuti peningkatan risiko timbulnya stroke.
Tabel XVI. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Umur
Pembagian umur (tahun) Jumlah kasus (n=20) Persentase (%) 15 - 24 2 10,0 25 – 34 1 5,0 35 – 44 1 5,0 45 – 54 6 30,0 55 – 64 4 20,0 65 – 74 3 15,0 75 – 84 3 15,0
35
Gambar 5. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil pengelompokkan didapatkan hasil bahwa
penggunaan obat serebrovaskuler paling banyak digunakan pada kelompok
umur 45-54 tahun sebesar 30,0%, kemudian kelompok umur 55-64 tahun
sebesar 20,0%, kelompok umur 65-74 tahun dan 75-84 tahun masing-masing
sebesar 15,0%, kelompok umur 15-24 tahun sebesar 10,0% dan yang paling
sedikit penggunaannya pada kelompok umur 25-34 tahun dan 35-44 tahun
masing-masing sebesar 5,0%.
3. Berdasarkan tingkat pendidikan
Kasus yang menerima obat serebrovaskuler di bangsal kelas III RS
Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008 dikelompokkan
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yaitu belum/tidak tamat SD, SD,
SLTP, SLTA, dan Akademi/Universitas.
36
Pengelompokkan kasus berdasarkan tingkat pendidikan terakhir ini
hanya untuk menggambarkan profil pasien yang menerima obat
serebrovaskuler di bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode
Agustus-September 2008.
Tabel XVII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir
Pendidikan Jumlah kasus (n=20) Persentase (%)
Tanpa keterangan 7 35,0 Belum/tidak tamat SD 2 10,0
SD 5 25,0 SLTP 0 0,0 SLTA 5 25,0
Akademi/Universitas 1 5,0
Gambar 6. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir
Dari hasil pengelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir ini
diketahui bahwa sebagian besar kasus mempunyai tingkat pendidikan terakhir
37
yang seimbang antara SD dan SLTA sebesar 25,0%, tetapi pada
pengelompokkan ini didapatkan kasus yang tanpa keterangan dimana hal ini
menduduki persentase yang paling besar yaitu 35,0%, sedangkan untuk
tingkat pendidikan belum/tidak tamat SD sebesar 10,0% dan
akademi/universitas sebesar 5,0%.
4. Berdasarkan pekerjaan
Kasus yang menerima obat serebrovaskuler di bangsal kelas III Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008 dikelompokkan
berdasarkan pekerjaan. Terdapat enam jenis pekerjaaan yang muncul, yaitu
pelajar/mahasiswa, petani, buruh, swasta, PNS, dan pensiunan.
Pengelompokkan kasus berdasarkan pekerjaan ini hanya untuk
menggambarkan profil pasien yang menerima obat serebrovaskuler di di
bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008.
Tabel XVIII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah kasus (n=20) Persentase (%) Tanpa keterangan 5 25,0 Pelajar/Mahasiswa 1 5,0
Buruh 1 5,0 Petani 3 15,0 Swasta 4 20,0 PNS 5 25,0
Pensiunan 1 5,0
38
Gambar 7. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Pekerjaan
Dari pengelompokkan berdasrkan jenis pekerjaan ini, pekerjaan paling
banyak dari 20 kasus yang ada adalah PNS sebesar 25,0%, kemudian swasta
sebesar 20,0%, petani sebesar 15,0%, dan kemudian pelajar/mahasiswa,
pensiunan, dan buruh masing-masing sebesar 5,0%. Dari pengelompokan ini
juga terdapat kasus yang tidak terdapat keterangan mengenai pekerjaannya,
yaitu sebesar 25,0%.
5. Berdasarkan diagnosis
Kasus yang menerima obat serebrovaskuler di bangsal kelas III RS
Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008 dikelompokkan
berdasarkan diagnosis menjadi 3 kelompok besar, yaitu kasus dengan 1
diagnosis, 2 diagnosis, dan 3 diagnosis. Pengelompokkan berdasarkan
diagnosis ini digunakan untuk membantu melihat pada penyakit apa saja
selama periode Agustus-Sptember 2008 obat serebrovaskuler digunakan.
39
Tabel XIX. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Diagnosis
No Diagnosis Jumlah kasus (n=20)
Persentase (%)
Dengan satu diagnosis 1. Trauma capitis 2 10,0 2. CVA non hemoragi 7 35,0 3. Shock kardiogenik 1 5,0 4. Fraktur V cervical 3,4,5 1 5,0
Dengan dua diagnosis 5. Schwaoma , CVA non hemoragi 1 5,0 6. Trauma capitis, multiple V 1 5,0 7. Trauma capitis, udem cerebri 1 5,0 8. Trauma capitis, contusion cerebri 1 5,0 9. Fraktur cruris (D), Fraktur costae 4-6 (D) 1 5,0
Dengan tiga diagnosis
10. CVA non hemoragi, Diabetes Mellitus, Hipertensi 1 5,0
11. CVA non hemoragi, Hipertensi, Disarthria 1 5,0
12. Trauma capitis, Opthalmic neuropati, asma bronkial 1 5,0
13 Epidural hemiperfusi, Fraktur tempo frontal kiri, Fraktur coste 3-5 (D) 1 5,0
Gambar 8. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Diagnosis
40
Dari pegelompokkan berdasarkan diagnosis ini didapatkan bahwa
sebagian besar kasus yang menerima obat serebrovaskuler mempunyai 1
diagnosis penyakit, yaitu sebesar 55,0% kemudian dengan 2 diagnosis sebesar
25,0%, dan yang terakhir dengan 3 diagnosis sebesar 20,0%. Jika dilihat tiap
diagnosis maka paling banyak diagnosa yang muncul adalah CVA non
hemoragi sebanyak 7 kasus (35,0%)
B. Profil Obat Serebrovaskuler
Profil obat serebrovaskuler yang digunakan di bangsal kelas III RS
Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008 dapat dikelompokkan
berdasarkan macam obat, jenis obat, rute pemberian, dan aturan pakai, dimana
aturan pakai meliputi dosis/kekuatan obat dan frekuensi penggunaan obat.
1. Berdasarkan macam obat
Pengelompokkan berdasarkan macam obat pada kasus ini merupakan
pengelompokkan terhadap semua macam obat yang diterima kasus pada saat
mendapatkan terapi di rumah sakit. Pengelompokkan ini digunakan untuk
melihat banyaknya obat yang diterima kasus selama terapi.
Pada pengelompokkan ini juga disebutkan jenis obat yang diterima
pasien. Hal ini berfungsi untuk memberikan gambaran secara lebih detail
mengenai obat yang diterima pasien.
41
Tabel XX. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Macam Obat yang Diterima
Macam obat
Jumlah kasus
Persentase (%) Keterangan
4 1 5,0 Kasus 11 (aspirin, pentoxifylline, piracetam, hidrochlorthiazide)
5 1 5,0 Kasus 13 (Allupent®, aspirin, piracetam, pentoxifylline, D-α-tocopherol)
6 1 5,0 Kasus 4 (clopidogrel, aspirin, nicergoline, piracetam, pentoxifylline, Yekalgin®)
7 4 20,0
Kasus 7 (metformin HCl, aspirin, piracetam, nadroparine, pentoxifylline, tranexamine acid, insulin) Kasus 15 (aspirin, digoxin, furosemide, pentoxifylline, nadroparine, parnaparine, K-I-aspartate) Kasus 18 (clopidogrel, aspirin, nicergoline, mecobalamine, piracetam, pentoxifylline, Yekaneuron®) Kasus 20 (aspirin, piracetam, pentoxifylline, omeprazole, metoclopramide, cimetidine, Yekaneuron®)
8 4 20,0
Kasus 5 (Yekalgin®, piracetam, cefditoren pivoxil, ranitidine, ketorolac thromethamine, citicoline, betahistine diHCl, Stabactam®) Kasus 6 (Bellaphen®, piracetam, tranexamine acid, ketorolac thromethamine, sulbenicillin disodium, ketoprofen, lisinopril, cefotiam) Kasus 14 (cefixime, piracetam, methylprednisolon, sulbenicillin disodium, ketorolac thromethamine, Q-ten®, Zaldiar®, Neurosanbe®) Kasus 19 (piracetam, ketoprofen, ranitidine, meloxicam, Mulax®, Clavamox®, Gingkan®, Esilgan®)
9 1 5,0 Kasus 16 (piracetam, tinoridine HCl, tranexamine acid, methylprednisolon, ranitidine, ketorolac, Yekalgin®, Clavamox®, Rhinofed®)
11 4 20,0
Kasus 1 (phenitoin, amoxicillin, mefenamic acid, citicoline, piracetam, ketorolac thromethamine, pantoprazole, ceftriaxone, manitol, esomeprazole, Dycinon®) Kasus 10 (aspirin, citicoline, pentoxifylline, piracetam, ceftriaxone, nicergoline, levofloxacin, cilostazol, paracetamol, ramipril, Ubi-Q®) Kasus 12 (mecobalamine, piracetam, citicoline, phenitoin, paracetamol, cefixime, cefditoren pivoxil, gliserol, metformin HCl, Noros®, Zaldiar®) Kasus 17 (aspirin, mecobalamine, vitamin B1, ciprofloxacine, ondansetron, ketorolac, methylprednisolon, ranitidine, vitamin C, ceftriaxone, pentoxifylline)
13 2 10,0
Kasus 2 (Allupent®, aspirin, isosorbide dinitrate, nicergoline, cefadroxil monohydrate, paracetamol, piracetam, methylprednisolon, citicoline, ranitidine, ketorolac, 6α-methylprednisolon, Levonox®) Kasus 8 (aspirin, clopidogrel, piracetam, manitol, ketorolac thromethamine, citicoline, nadroparine, pentoxifylline, cilistazol, valsartan, amlodipine besylate, ambroxol HCl, Kenalox®)
14 1 5,0
Kasus 3 (Bellaphen®, piracetam, Cravit®, manitol, methylprednisolon, phenitoin, citicoline, tranexamine acid, ketorolac thromethamine, sulbenicillin disodium, tinoridine HCl, SurbexT®, Neurobion®)
17 1 5,0
Kasus 9 (Profenid E-100®, Ultracet®, Surbex T®, Promag®, Excelase®, Noros®, phenitoin, piracetam, ketoprofen, tranexamine acid, chloramphenicol, ceftriaxone, rebamipide, ranitidine, vitamin K, furosemide, ketorolac)
42
Berdasarkan hasil pengelompokkan didapatkan bahwa pada kasus
yang menerima obat serebrovaskuler, terdapat 4 kelompok macam obat yang
paling banyak diterima oleh kasus, yaitu kelompok 7 macam obat, 8 macam
obat, dan 11 macam obat. Masing-masing sebesar 20,0%.
2. Berdasarkan jenis obat
Tabel XXI. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Jenis Obat
No Jenis obat Jumlah kasus (n=20)
Persentase (%)
Menerima satu jenis obat 1. Piracetam 4 20,0
Menerima dua jenis obat 2. Piracetam , tranexamine acid 2 10,0 3. Piracetam , nimodipine 1 5,0 4. Aspirin , pentoxifylline 1 5,0
Menerima tiga jenis obat 5. Aspirin , nicergoline , piracetam 1 5,0 6. Piracetam , Bellaphen® , tranexamine acid 1 5,0 7. Aspirin , piracetam , pentoxifylline 3 15,0
Menerima empat jenis obat
8. Nimodipine , Bellaphen® , piracetam , tranexamine acid 1 5,0
9. Aspirin , nadroparine , parnaparine , pentoxifylline 1 5,0
Menerima lima jenis obat
10. Aspirin , cilostazol , piracetam , pentoxifylline , nicergoline 1 5,0
11. Aspirin , clopidogrel , nicergoline , piracetam , pentoxifylline 2 10,0
12. Aspirin , nimodipine , nadroparine , pentoxifylline , tranexamine acid 1 5,0
Menerima enam jenis obat
13. Aspirin , clopidogrel , cilostazol , piracetam , nadroparine , pentoxifylline 1 5,0
43
Pengelompokkan berdasarkan jenis obat pada kasus yang menerima
obat serebrovaskuler dapat dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu 1 jenis obat, 2
jenis obat, 3 jenis obat, 4 jenis obat, 5 jenis obat, dan 6 jenis obat. Jenis obat
serebrovaskuler yang diterima di bangasl kelas III RS Bethesda meliputi
piracetam, aspirin, nimodipine, pentoxifylline, tranexamine acid, nicergoline,
nadroparine, parnaparine, clopidogrel, cilostazol, dan Bellaphen®
Gambar 9. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Jenis Obat
Pada pengelompokkan ini didapatkan kasus yang menerima 1 jenis
obat sebanyak 4 kasus (20,0%), 2 jenis obat sebanyak 4 kasus (20,0%), 3 jenis
obat sebanyak 5 kasus (25,0%), 4 jenis obat sebanyak 2 kasus (10,0%), 5 jenis
obat 4 kasus (20,0%), dan 6 jenis obat sebanyak 1 kasus (5,0%).
Jika dilihat dari komposisi masing-masing obat maka kasus yang
paling banyak adalah kasus 1 jenis obat dengan komposisi piracetam sebanyak
4 kasus (20,0%) yang kemudian diikuti oleh kasus 3 jenis obat dengan
44
komposisi aspirin, piracetam, dan pentoxifylline sebanyak 3 kasus (15,0%) dan
kasus 2 jenis obat dengan komposisi aspirin dan tranexamine acid sebanyak 2
kasus (10,0%) dan kasus 5 jenis obat dengan komposisi aspirin, clopidogrel,
nicergoline, piracetam, dan pentoxifylline sebanyak 2 kasus (10,0%). Selain itu
masing-masing kasus yang ada baik berdasarkan jenis dan komposisi secara
seimbang terdapat 1 kasus (5,0%).
3. Berdasarkan rute pemberian
Pengelompokkan berdasarkan rute pemberian dapat dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu rute pemberian non parenteral dan rute pemberian
parenteral, dimana masing-masing pengelompokkan tersebut dapat dibagi lagi
berdasarkan jenis obat yang diterima.
Tabel XXII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Rute Pemberian
No Rute pemberian Jumlah Persentase (%)Non parenteral 1. Piracetam 14 70,0 2. Aspirin 11 55,0 3. Cilostazol 2 10,0 4. Clopidogrel 3 15,0 5. Nicergoline 4 20,0 6. Tranexamine acid 2 10,0 7. Bellaphen® 2 10,0 8. Pentoxyfilline 4 20,0 9. Nimodipine 3 15,0
Parenteral 10. Piracetam 16 80,0 11. Tranexamine acid 5 25,0 12. Pentoxifylline 10 50,0 13. Nadroparine 3 15,0 14. Nimodipine 1 5,0 15. Parnaparine 1 5,0
45
Berdasarkan pengelompokkan, rute pemberian non parenteral lebih
sering digunakan, hal ini dilihat dari jumlah penggunan rute non parenteral
sebanyak 45 kasus (225,0%) sedangkan rute pemberian parenteral sebanyak 36
kasus (180,0%). Pada pemberian secara non parenteral, piracetam paling
banyak digunakan, yaitu 14 kasus (70,0%) kemudian diikuti oleh aspirin
sebanyak 11 kasus (55,0%), sedangkan pada pemberian secara parenteral,
piracetam merupakan obat yang paling banyak digunakan, yaitu 16 kasus
(80,0%) yang kemudian diikuti oleh pentoxifylline sebanyak 10 kasus (50,0%).
4. Berdasarkan kekuatan obat dan aturan pakai
Pengelompokkan aturan pakai meliputi dua hal, yaitu dosis/kekuatan
obat dan frekuensi pemakaian. Pengelompokkan berdasarkan aturan pakai ini
untuk menggambarkan profil penggunaan obat oleh pasien yang diresepkan
dokter.
Berdasarkan kekuatan obat dan aturan pakai maka penggunaan aspirin
100 mg yang digunakan dengan frekuensi 1 kali sehari paling banyak, yaitu
sebanyak 10 kasus (50,0%), kemudian pentoxifylline 100 mg yang digunakan
dengan frekuensi 2 kali sehari sebanyak 9 kasus (45,0%), piracetam 12 g yang
digunakan dengan frekuensi 1 kali sehari sebanyak 8 kasus (40,0%), dan
piracetam 800 mg yang digunakan dengan frekuensi 3 kali sehari sebanyak 7
kasus (35,0%).
46
Tabel XXIII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus-September 2008 Berdasarkan Kekuatan Obat dan Frekuensi Penggunaan
No. Nama dan Kekuatan obat Frekuensi Jumlah kasus Persentase (%)
Aspirin 1. 100 mg 1x1 10 50,0 2. 160 mg 1x1 1 5,0
Cilostazol 3. 50 mg 2x1 2 10,0
Piracetam 4. 800 mg 2x1 5 25,0 5. 800 mg 3x1 7 35,0 6. 1200 mg 2x1 2 10,0 7. 1 g 1x1 1 5,0 8. 3 g 1x1 1 5,0 9. 3 g 2x1 5 25,0 10. 3 g 3x1 1 5,0 11. 12 g 1x1 8 40,0 Clopidogrel 12. 75 mg 1x1 3 15,0 Nicergoline 13. 10 mg 3x1 4 20,0 Tranexamine acid 14. 500 mg 2x1 2 10,0 15. 500 mg 3x1 3 15,0 Bellaphen® 2x1 2 10,0 Pentoxyfilline 16. 100 mg 2x1 9 45,0 17. 400 mg 1x1 1 5,0 18. 400 mg 2x1 2 10,0 Nimodipine 19. 10 mg 1x1 1 5,0 20. 30 mg 3x1 3 15,0 Nadroparine 21. 0,4 cc 2x1 2 10,0 Parnaparine 22. 0,4 cc 2x1 1 5,0
47
C. Evaluasi Medication Error Fase Administrasi
Evaluasi ME pada kasus yang menerima obat serebrovaskuler dilakukan
dengan pengamatan secara prospektif kepada pasien dengan mengamati
penggunaan obat oleh pasien. Pengkajian terhadap ME ini terbatas pada fase
administrasi dan pada obat serebrovaskuler.
Tabel XXIV. Pengelompokkan Kejadian Medication Error pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
No Kejadian ME Jumlah kasus Persentase (%) Potensial 1. Administration error 33 180,0
Terjadi ME 2. Administration error 2 10,0 3. Dosis keliru 27 135,0 4. Instruksi dijalankan keliru 2 10,0 5. Salah menulis instruksi 1 5,0 6. Kontraindikasi 1 5,0
Dari hasil penelusuran yang dilakukan, diketahui bahwa terdapat 2
kategori kejadian ME, yaitu potensial terjadi ME dan telah terjadi ME. Untuk
kategori potensial, hanya terdapat satu jenis kejadian, yaitu administration error,
sedangkan untuk kategori terjadi ME terdapat 5 jenis kejadian meliputi
administration error, dosis keliru, instruksi dijalankan kaliru, salah menulis
instruksi, dan kontraindikasi.
Dari 20 kasus yang ada ditemukan, potensial error yang berupa
administration error sebanyak 33 kasus, hal ini dikarenakan setiap satu temuan
dianggap sebagai 1 kasus. Tiga puluh tiga kasus potensial error tersebut terjadi
pada 9 macam obat dengan 3 peringkat terbesar yaitu piracetam 11 kasus, aspirin
9 kasus, dan pentoxifylline 4 kasus.
48
Kategori terjadi ME meliputi administration error sebanyak 2 kasus, dosis
keliru sebanyak 27 kasus, salah menjalankan instruksi sebanyak 2 kasus, salah
menulis instruksi sebanyak 1 kasus, dan kontraindikasi sebanyak 1 kasus.
Penghitungan kasus pada kategori telah terjadi ME juga dilakukan sama seperti
pada potensial ME. Pada saat penelusuran terdapat beberapa kasus yang
mengalami ME lebih dari satu. Untuk kasus terjadi ME yang terbesar, yaitu dosis
keliru terjadi pada 9 macam obat dengan 4 peringkat terbesar yaitu piracetam 12
kasus, nimodipine 3 kasus, tranexamine acid 3 kasus, dan nadroparine 3 kasus.
Tabel XXV. Kelompok Kasus Potensial ME Administration Error pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Kasus Obat Penilaian 1,2,4,6,7, 9,10,11, 13,14,16
Piracetam Pada kasus 1,6,7,9,11,13,16 tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan Pada kasus 2,4,7,10,14 aturan pakai yang tertulis di etiket kurang (sebelum makan)
2 Nicergoline Aturan pakai yang tertulis di etiket kurang (1 jam sebelum makan/2 jam setelah makan)
2,4,8,10, 11,13,15, 17,18
Aspirin Pada kasus 2,4,8,10,11,13,15,17,18 tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan Pada kasus 15,17 tidak terdapat keterangan bahwa obat digunakan setelah makan
3 Bellaphen® Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
4, 8, 11,13 Pentoxifylline Pada kasus 4, 8,11 tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan Pada kasus 11, 13 tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat diberikan bersama dengan makanan
8 Clopidogrel Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
8,10 Cilostazol Pada kasus 8 tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan Pada kasus 10 aturan pakai yang tertulis di etiket kurang (1 jam sebelum makan/2 jam setelah makan)
9,16 Tranexamine acid Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
12 Nimodipine Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
49
Tabel XXVI. Kelompok Kasus Terjadi ME Dosis Keliru pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Kasus Obat Penilaian 2,4,5,6,8,9,10, 11,13,14,16, 18,19,20
Piracetam Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya
3,7,12 Nimodipine Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya 3 Bellaphen® Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya 6,9,16 Tranexamine acid Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya7,8,15 Nadroparine Dosis yang diberikan lebih tinggi dari yang seharusnya 15 Parnaparine Dosis yang diberikan lebih tinggi dari yang seharusnya 10 Cilostazol Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya 18 Pentoxifylline Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya
Tabel XXVII. Kelompok Kasus Terjadi ME Administration Error pada Kasus
yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Kasus Obat Penilaian
19,20 Piracetam Digunakan setelah makan, seharusnya sebelum makan, karena tidak terdapat keterangan tambahan pada etiket
Tabel XXVIII. Kelompok Kasus Terjadi ME Instruksi Dijalankan Keliru
pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Kasus Obat Penilaian
11,20 Piracetam Dalam etiket tertulis sebelum makan tetapi digunakan setelah makan
Tabel XXIX. Kelompok Kasus Terjadi ME Salah Menulis Instruksi pada
Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Kasus Obat Penilaian
5 Piracetam Seharusnya ditulis sebelum makan tetapi pada etiket sesudah makan
Tabel XXX. Kelompok Kasus Terjadi ME Kontraindikasi pada Kasus yang
Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Kasus Obat Penilaian
4 Clopidogrel Clopidogrel dapat menyebabkan hipertensi tetapi diberikan pada kasus yang mempunyai riwayat hipertensi
50
Kejadian ME yang ada juga dikelompokkan menurut tipe error dan
kategorinya. Pengelompokkan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keparahan
error yang terjadi, apakah tidak merugikan atau merugikan.
Tabel XXXI. Pengelompokkan Tipe Error dan Kategori Kejadian Medication Error pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 Berdasarkan The National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention
Tipe Error Kategori Jumlah Kasus Persentase (%)
No Error A 33 165,0
Error-no harm B 0 0,0 C 30 150,0 D 0 0,0
Error-harm
E 1 5,0 F 0 0,0 G 0 0,0 H 0 0,0
Error-death I 0 0,0
Dari pengelompokkan ME yang terjadi berdasarkan tipe error dan kategori
diketahui bahwa pada kasus yang menerima obat serebrovaskuler tipe dan
kategori error yang muncul hanya ada tiga, yaitu no error kategori A sebanyak 33
kasus (165,0%). Ciri dari kategori A adalah terdapat kejadian/suatu keadaan yang
berpotensi menimbulkan error/kesalahan. Error-no harm kategori C sebanyak 30
kasus (150,0) dengan tipe kesalahan bahwa obat telah mencapai pasien dan sudah
terlanjur diminum atau digunakan, dan error-harm kategori E sebanyak 1 kasus
(5,0%). Ciri dari kategori E adalah bahwa kesalahan/error telah terjadi pada
pasien serta menimbulkan risiko yang bersifat sementara sehingga pasien
membutuhkan terapi/intervensi tambahan.
51
Tabel XXXII. Contoh Kasus ME Pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008
Kasus 1 Sifat ME Obat Jenis ME Alasan Tipe
error/kategori Potensi Piracetam Administration
error Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Tabel XXXIII. Contoh Kasus ME Pada Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Kasus 4
Sifat ME Obat Jenis ME Alasan Tipe error/kategori
Potensi Aspirin Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Pentoxyfilline Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Piracetam Administration error
Aturan pakai yang tertulis di etiket kurang (sebelum makan)
No error/A
Terjadi Aspirin Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya diberikan
Error-no harm/C
Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya diberikan
Error-no harm/C
Clopidogrel Kontraindikasi Clopidogrel dapat menyebabkan hipertensi, tetapi diberikan pada kasus yang mempunyai riwayat hipertensi
Error-harm/E
52
D. Evaluasi Drug Therapy Problems
Evalauasi DTP pada kasus yang menerima obat serebrovaskuler dilakukan
dengan menggunakan penelusuran beberapa pustaka dan hanya sebatas pada obat-
obat yang mempengaruhi proses vaskularisasi di otak dan yang terjadi pada fase
administrasi seperti, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, butuh tambahan
obat, adverse drug reaction (ADR), interaksi obat, dan compliance pasien.
Tabel XXXIV. Pengelompokkan Drug Therapy Problems yang Terjadi pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III
RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
DTP yang terjadi Jumlah kasus Persentase (%) Dosis terlalu rendah 24 120,0 Dosis terlalu tinggi 4 20,0 Adverse Drug Reaction (ADR) 3 15,0 Interaksi obat 4 20,0 Uncompliance 2 10,0
Dari hasil penelusuran yang dilakukan, ditemukan bahwa dari 20 kasus
yang ada 18 kasus mengalami DTP dan 2 kasus tidak mengalami DTP. Pada 18
kasus yang mengalami DTP, bisa terjadi lebih dari 1 DTP tiap kasus. DTP dosis
terlalu tinggi ditemukan sebanyak 4 kasus (sebanyak 3 kasus terjadi pada
nadroparine), dosis terlalu rendah sebanyak 24 kasus (sebanyak 14 kasus terjadi
pada piracetam dan 3 kasus terjadi pada nimodipine), adverse drug reaction
sebanyak 3 kasus, interaksi obat sebanyak 3 kasus, dan uncompliance sebanyak 2
kasus.
1. Dosis terlalu rendah
Pemberian obat dengan dosis terlalu rendah akan merugikan pasien.
Terkait dengan pencapaian efek terapi, pemberian obat dibawah dosis terapi
tidak akan mencapai kadar efek minimum dari obat tersebut sehingga
53
pemberian obat tidak efektif karena tidak akan menimbulkan efek yang
diharapkan.
Tabel XXXV. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Rendah pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Kasus Obat Penilaian Rekomendasi 2,4,5,6,8,9,10,11,13,14,16,1819,20
Piracetam Pemberian piracetam secara oral pada kasus 2,4,5,10,13,20 sebesar 800mg 3x/hari, pada kasus 8,11,14,16,18,19 sebesar 800mg 2x/hari, pada kasus 6 sebesar 1200mg 1x/hari, dan pada kasus 9 sebesar 1200mg, 2x/hari. Pemberian piracetam injeksi pada kasus 19 sebesar 1 gram, 1x/hari. Seharusnya untuk piracetam diberikan dengan dosis 4,8-20 gram/hari dalam 2-3 dosis terbagi
Dosis piracetam dinaikkan sesuai dengan yang seharusnya diberikan
3,7,12 Nimodipine Pemberian nimodipine kurang tepat karena diberikan 30 mg, 3x/hari seharusnya 60 mg tiap 4 jam
Dosis nimodipine dinaikkan sesuai dengan yang seharusnya diberikan
18 Pentoxifylline Pemberian pentoxifylline kurang tepat karena pada kasus 18 diberikan 300mg/hari, seharusnya 800-1200 mg/hari.
Dosis pentoxifylline dinaikkan sesuai dengan yang seharusnya diberikan
3 Bellaphen® Pemberian Bellaphen® kurang tepat karena dosis yang diberikan seharusnya 1-2 tablet 3x/hari tetapi justru diberikan 1 tablet 2x/hari.
Dosis Bellaphen® dinaikkan sesuai dengan yang seharusnya diberikan
10 Cilostazol Pemberian cilostazol kurang tepat karena seharusnya diberikan 200mg/hari tetapi justru diberikan 100mg/hari.
Dosis cilostazol dinaikkan sesuai dengan yang seharusnya diberikan
6,9,16 Tranexamine acid
Pemberian tranexamine acid tablet pada kasus 9, 16 kurang tepat karena diberikan 500 mg 2-3x/hari seharusnya 750-1250 mg 3-4x/hari Pemberian tranexamine acid injeksi pada kasus 9 kurang tepat karena diberikan 500 mg/hari, seharusnya 500mg 3-4x/hari
Dosis tranexamine acid dinaikkan sesuai dengan yang seharusnya diberikan
54
Kejadian DTP berupa dosis terlalu rendah terjadi pada 6 macam obat
dengan kejadian paling besar terjadi pada piracetam sebanyak 14 kasus,
kemudian diikuti oleh nimodipine sebanyak 3 kasus.
2. Dosis terlalu tinggi
Pemberian obat dengan dosis terlalu tinggi akan merugikan pasien, hal
ini terkait dengan peningkatan potensial ketoksikkan dari obat yang
bersangkutan karena pemberian dosis melampaui dari rentang jendela terapi.
Kejadian DTP dosis terlalu tinggi ini terjadi pada 2 macam obat
dengan kejadian yang paling besar sebanyak 3 kasus terjadi pada nadroparine.
Tabel XXXVI. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Tinggi pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Kasus Obat Penilaian Rekomendasi 7, 8, 15 Nadroparine Pemberian nadroparine
injeksi kurang tepat karena seharusnya diberikan 1x0,3ml (dalam sehari) tetapi diberikan 2x0,4ml (dalam sehari)
Dosis nadroparine diturunkan sesuai dengan dosis yang seharusnya diberikan
15 Parnaparine Pemberian parnaparine injeksi kurang tepat karena seharusnya diberikan 1x0,3ml (dalam sehari) tetapi diberikan 2x0,4ml (dalam sehari)
Dosis parnaparine diturunkan sesuai dengan dosis yang seharusnya diberikan
3. Adverse Drug Reaction
Reaksi samping obat/efek samping obat merupakan efek yang
ditimbulkan oleh obat selain efek utama dan biasanya bersifat merugikan,
sehingga hal yang harus diperhatikan, karena dapat berakibat fatal bagi
pasien/memperburuk keadaan pasien.
55
Tabel XXXVII. Kelompok Kasus DTP Adverse Drug Reaction Tambahan pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III
RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Kasus Obat Penilaian Rekomendasi 4,8 Clopidogrel Clopidogrel mempunyai efek
samping berupa hipertensi dan pasien mempunyai riwayat hipertensi. Hal ini justru akan memperparah keadaan pasien, terbukti dari tekanan darah pasien yang selalu tinggi.
Sebaiknya clopidogrel tidak digunakan. Untuk antiplatelet dapat digunakan aspirin saja.
8,10 Cilostazol Berdasrkan Drug Information Handbook, pemberian cilostazol dan aspirin maupun antiplatelet lain secara bersamaan berpotensi menimbulkan efek samping yang belum diketahui jenis dan mekanismenya
Pemberian cilostazol, aspirin, maupun antiplatelet lain diatur waktunya supaya tidak bersamaan
4. Interaksi obat
Interaksi obat yang terjadi pada kasus bersifat potensial, yang artinya
efek dari interaksi tersebut tidak terlihat pada saat itu tetapi terdapat
kemungkinan bahwa efek dari interaksi tersebut akan muncul kemudian.
Tabel XXXVIII. Kelompok Kasus DTP Interaksi Obat pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Kasus Obat Penilaian Rekomendasi 8,18 Aspirin dan
clopidogrel Berdasarkan Drug Information Handbook, pemberian aspirin bersamaan waktu dengan clopidogrel akan meningkatkan risiko terjadinya pendarahan.
Pemberian aspirin sebaiknya tidak bersamaan dengan clopidogrel
10 Aspirin dan cilostazol
Berdasarkan Drug Information Handbook, pemberian aspirin bersama dengan cilostazol akan berinteraksi (mekanisme belum diketahui)
Pemberian aspirin sebaiknya tidak bersamaan dengan cilostazol
4 Aspirin dan NSAID (Yekalgin®)
Berdasarkan Drug Interaction Facts, pemberian aspirin bersamaan dengan NSAID mempunyai tingkat signifikasi interaksi 5. Efek dari interkasi yang terjadi adalah menurunkan efek dari NSAID dan meningkatkan iritasi pada lambung
Aspirin dan NSAID (Yekalgin®) diberikan pada wakru yang berbeda/ tidak bersamaan.
56
Interaksi yang terjadi pada kasus yang ditemukan semuanya
melibatkan aspirin. Hal ini harus mendapat perhatian yang cukup mendalam
karena dapat berakibat timbulnya adverse drug reaction, jika hal ini terjadi
tentunya akan merugikan pasien.
5. Compliance
Kepatuhan pasien merupakan salah satu pendukung dalam
keberhasilan terapi pasien, tetapi hal tersebut kadang kala tidak dapat
dilakukan sepenuhnya karena berbagai macam hal, baik yang disengaja
maupun tidak disengaja, seperti pasien lupa meminum obat, pasien tidak tahu
aturan yang benar dalam meminum obat tersebut, bahkan sampai pada alasan
ekonomi, seperti obat yang tidak mampu terbeli oleh pasien.
Pada kejadian uncompliance ini, dari 2 kasus yang ditemukan, semua
terjadi pada piracetam. Kejadian uncompliance pada pasien ini seharusnya
dapat dicegah dengan pemberian informasi yang lengkap dan jelas kepada
pasien.
Tabel XXXIX. Kelompok Kasus DTP Uncompliance pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Kasus Obat Penilaian Rekomendasi 5 Piracetam Tulisan pada etiket sesudah
makan padahal seharusnya sebelum makan, sehingga obat dikonsumsi pasien setelah makan.
Penulisan pada etiket lebih diperhatikan lagi dan dilakukan pemeriksaan kembali sebelum diberikan ke pasien, selain itu diberikan informasi secara lisan kepada pasien.
20 Piracetam Tulisan pada etiket sebelum makan tetapi dikonsumsi setelah makan
Diberikan informasi kepada pasien tentang waktu minum yang benar
57
Tabel XXXX. Contoh Kasus DTP Pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus-September 2008 Kasus 20*
Subjektif Bp. RDH (no RM 01922087) usia 52 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 10 hari dengan keluhan mendadak sulit bicara, pusing, kesadaran menurun, dan anggota gerak sebelah kanan lemas. Diagnosis utama : CVA non hemoragi Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal
Pengukuran Hasil Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 17,50 13,5-17,5 MCV (fL) 90,30 92-121 Hematokrit (%) 50,2 41-53 MCH (Pg) 31,50 31-37 Eritrosit (juta/mmk) 5,56 4,5-5,9 MCHC (g/dL) 34,90 29-36 Trombosit (ribu/mmk) 291,0 140-440 MPV (fL) 10,00 4-11 Leukosit (ribu/mmk) 7,75 4,10-10,9 PDW (fL) 10,70 10-18 Eosinofil (%) 0,4 0-5 Ms protombin (detik) 14,9 12-18 Basofil (%) 0,6 0-2 PT control (detik) 17,8 12-18 Limfosit (%) 13,2 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 26,70 22,6-35 Monosit (%) 3,7 2-11 APTT control (detik) 29,10 25-35 Segmen (%) 82,1 47-80 INR 1,10 0,8-1,2 RDW (%) 13,60 11,6-14,8 Kadar fibrinogen (mg/dL) 430 200-400 Suhu tubuh Berkisar antara 36°C – 37,5°C Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara 120/80-140/80 (pernah 150/90-160/100)
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Farmasal® 100mg (1x1), Yekaneuron® (3x1), Neurotam® 800mg (3x1), Tarontal® 400mg (2x1)
b. Parenteral Primperan® (1amp,b/p), Omeprazole (1x1), Piracetam (1x12gram), Ulsikur® (2x1amp), Tarontal® (2amp/flabot, 1 hari 2 flabot)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal® (aspirin), Neurotam® (piracetam), dan Tarontal® (pentoxifylline) Penilaian Dari hasil laboratorium diketahui adanya peningkatan kadar fibrinogen, hal ini dapat menyebabkan pembekuan darah yang berlebihan dan akan menghambat aliran darah di otak, selain itu juga akan meningkatkan viskositas dari darah.
a. Pemberiaan aspirin sudah tepat baik dari segi indikasi dan dosis b. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat, sedangkan untuk tablet kurang tepat karena
diberikan 2,4 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis. DTP yang terjadi bersifat actual yaitu dosis terlalu rendah.
c. Pemberian pentoxifylline tablet maupun injeksi sudah tepat Rekomendasi Piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis *DTP yang sama terjadi pada kasus 2,5,13,14,dan 19
58
Pada evaluasi DTP ini ditemukan 13 pola kasus yang mengalami DTP dan
2 pola kasus yang tidak mengalami DTP. Dari 13 pola kasus yang mengalami
DTP tersebut pola yang paling banyak terjadi adalah pola DTP tunggal terhadap
piracetam dengan permasalahan dosis terlalu rendah.
E. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Error dan Drug Theraphy Problem
Dari hasil pengamatan dan penilaian kasus yang menerima obat
serebrovaskuler di bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus-
September 2008, kejadian DTP terbesar adalah dosis terlalu rendah (130,0%) dan
kejadian ME terbesar adalah administration error (180,0%) untuk yang
berpotensi dan dosis keliru (140,0%) untuk yang telah terjadi ME. Pada evaluasi
masalah utama ini akan lebih dibahas mengenai ME yang telah terjadi karena
untuk ME yang berpotensi, pada dasarnya tidak terjadi.
Pada penelitian ini juga dilakukan pengambilan data wawancara terhadap
dokter, perawat, dan apoteker. Data yang didapat digunakan sebagai data
penunjang. Dari data tersebut didapatkan beberapa hal, yaitu :
1. Dokter, apoteker maupun perawat cukup menaruh perhatian tehadap issue
medication error.
2. Pihak dokter dan perawat cukup terbuka dan merasa terbantu jika apoteker
memonitor penggunaan obat dan apoteker yang bekerja di bangsal pun telah
menggunakan kapasitasnya sebagai apoteker untuk memonitor penggunaan
59
obat, tetapi hanya pada bangsal tertentu, bangsal yang lain hanya dimonitor
sesuai kebutuhan saja.
3. Masalah-masalah terkait obat, seperti dosis, interaksi, kontraindikasi, efek
samping, dan lainya cukup mendapat perhatian dari pihak apoteker maupun
dokter.
4. Informasi tentang penggunaan obat, baik apoteker maupun pearwat juga
melakukannya, hanya saja kelengkapan informasi yang disampaikan lebih
dalam pada apoteker.
5. Untuk sistem dispensing obat kepada pasien melalui beberap tahap, yaitu
penerimaan resep, interpretasi resep, negosiasi harga/kemampuan pasien,
etiket, koreksi, penyerahan, konseling.
6. Informasi mengenai obat kepada pasien tidak hanya diberikan oleh apoteker
tapi secara prakteknya perawat juga melakukan hal tersebut. Informasi yang
diberikan dari pihak farmasi kepada perawat sebagian besar kurang lengkap
bahkan ada yang tidak menerima panjelasan mengenai obat-obat yang diambil
di satelit farmasi.
7. Perawat yang bertugas di bangsal melakukan pengecekan ulang terhadap obat
yang akan diberikan kepada pasien
8. Perawat yang bertugas di bangsal sangat jarang bahkan ada yang tidak pernah
menjumpai obat yang dengan sengaja dibuang / disembunyikan oleh pasien,
tetapi untuk obat yang tertinggal di bangsal mereka lebih sering untuk
menemuinya dan biasanya mereka menyusulkan obat tersebut kepada pasien.
60
9. Dalam proses terapi pasien terkait dengan obat, perawat sering membujuk dan
menunggui pasien dalam mengkonsumsi obat, tetapi kadang pula tidak
ditunggui jika terdapat keluarga yang menjaga.
Untuk evaluasi masalah utama kejadian ME dan DTP, berdasarkan hasil
analisis DTP, ME, dan data wawancara penunjang dapat dikatakan bahwa
permasalahan ME dan DTP dikarenakan kurangnya informasi yang diberikan
pihak farmasis kepada tenaga kesehatan lain dan kurangnya monitor penggunaan
obat oleh apoteker, kedua hal ini dipertegas pada nomer 2 dan 6 rangkuman data
wawancara di atas dan juga pengamatan selama penelitian di Bethesda. Hal ini
dapat terjadi karena kurangnya visit rutin apoteker di bangsal kelas III RS
Bethesda (misalnya setiap hari dilakukan visit minimal 1 jam untuk tiap bangsal,
dan hal ini dilakukan secara terus-menerus).
F. Rangkuman Pembahasan
Profil kasus yang menerima obat serebrovaskuler di bangsal kelas III RS
Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008, berdasarkan data yang
ada terdapat 20 kasus. Kelompok jenis kelamin kasus terbanyak adalah laki-laki,
kelompok umur kasus terbanyak terdapat pada kelompok umur 45-54 tahun,
kelompok tingkat pendidikan kasus terbanyak adalah SD dan SLTA, kelompok
pekerjaan kasus terbanyak adalah PNS, dan kelompok diagnosa kasus terbanyak
adalah CVA non hemoragi.
Profil obat kasus yang menerima obat serebrovaskuler di bangsal kelas III
RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008 meliputi macam obat,
61
jenis obat, rute pemberian, dan aturan pakai (meliputi kekuatan dan frekuensi
obat). Kelompok obat yang diterima kasus terbanyak adalah kelompok obat
dengan 7 macam obat, 8 macam obat, dan 11 macam obat. Kelompok jenis obat
yang diterima kasus terbanyak adalah kelompok 1 jenis obat (piracetam),
kelompok rute pemberian obat yang diterima kasus terbanyak adalah rute non
parenteral (piracetam), dan kelompok aturan pakai obat yang diinstruksikan pada
kasus terbanyak adalah aspirin 100 mg kali sehari, 1 tablet.
Evaluasi terhadap penggunaan obat serebrovaskuler didasarkan pada
kejadian DTP dan ME. Untuk berdasarkan DTP didapatkan 38 temuan dan yang
paling sering terjadi adalah dosis terlalu rendah sebanyak 24 kasus. Berdasarkan
ME didapatkan 65 temuan baik yang dan yang paling sering terjadi adalah dosis
keliru sebesar 27 kasus, untuk yang terjadi ME, sedangkan untuk yang potensial
terjadi ME hanya ditemukan 1 macam, yaitu administration error sebesar 33
kasus. Dari data tersebut dan wawancara penunjang diketahui bahwa
permasalahan utama dari kejadian ME dan DTP adalah kurangnya visit rutin
apoteker di bangsal kelas III RS Bethesda.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, masalah utama kejadian ME dan DTP pada
penggunaan obat serebrovaskuler adalah kurangnya visit rutin apoteker di bangsal
kelas III RS Bethesda. Selain kesimpulan utama tersebut dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Kelompok jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki (65,0%), kelompok umur
kasus terbanyak adalah kelompok umur 45-54 tahun (30,0%), kelompok
tingkat pendidikan kasus terbanyak adalah SD (25,0%) dan SLTA (25,0%),
kelompok pekerjaan kasus terbanyak adalah PNS (25,0%), dan kelompok
diagnosa kasus terbanyak adalah CVA non hemoragi (35,0%).
2. Kelompok macam obat yang diterima kasus terbanyak adalah kelompok
dengan 7 macam obat, 8 macam obat, dan 11 macam obat (20,0%), kelompok
jenis obat yang diterima kasus terbanyak adalah kelompok dengan satu jenis
obat, piracetam (20,0%), kelompok rute pemberian yang diterima kasus
terbanyak adalah kelompok parenteral, piracetam (80,0%) dan aspirin 100 mg
secara non parenteral (50,0%)
3. Identifikasi DTP yang terjadi meliputi dosis terlalu rendah sebanyak 25 kasus,
dosis terlalu tinggi sebanyak 4 kasus, interaksi obat sebanyak 4 kasus, adverse
drug reaction sebanyak 3 kasus, dan uncompliance sebanyak 2 kasus.
63
4. Identifikasi ME yang terjadi meliputi potensial terjadi ME dan telah terjadi
ME. Untuk kasus potensial terjadi ME meliputi administration error sebanyak
33 kasus. Untuk kasus telah terjadi ME meliputi administration error
sebanyak 2 kasus, dosis keliru sebanyak 28 kasus, instruksi dijalankan keliru
sebanyak 2 kasus, salah menulis instruksi sebanyak 1 kasus, dan
kontraindikasi sebanyak 1 kasus.
A. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Perlu adanya visit rutin bangsal secara merata di semua bangsal kelas III yang
melibatkan semua apoteker sehingga angka kejadian ME dan DTP dapat
diturunkan.
2. Perlu pencatatan mengenai pemberian obat kepada pasien secara lebih jelas
untuk menghindari dan meminimalkan potensial error yang terjadi.
3. Perlu dilengkapi data mengenai berat badan karena terdapat obat yang analisis
kerasionalan dosisnya didasarkan pada berat badan.
4. Perlu dilakukan penelitian serupa setelah dilakukan visit rutin bangsal
sehingga dapat digunakan untuk membandingkan efektivitas dari visit rutin
tersebut.
5. Perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara
kejadian ME dan DTP yang terjadi dengan profil pasien, seperti umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.
64
DAFTAR PUSTAKA
Acker, David B and James K Alexander, 2003, The Merck Manual of Medical Information, 2nd ed, 513-515, Pockets Book, New York.
Anonim, 2004, British National Formulary 48, BMJ Publishing Group, Great
Britain. Anonim, 2006, WHO Mortality Country Fact Sheet 2006,
http://www.who.int/whosis/mort/profiles/mort_searo_idn_indonesia.pdf, diakses tanggal 14 Desember 2008.
Anonim, 2007, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, edisi 7, PT. Info Master,
Jakarta. Anonim, 2008a, The Stroke Center of The University Hospital,
http://www.theuniversityhospital.com/stroke/anatomy.htm, diakses tanggal 14 Desember 2008.
Anonim, 2008b, Flexyx: Brand Name and Generic Drug Online; Parnaparine,
http://www.flexyx.com/F/Fluxum.html, diakses tanggal 30 November 2008.
Cipolle, Robert J., 2004, Pharmaceutical Care Practice : Clinician’s Guide, 172-
190, Mc Graw Hill Company, New York. Cohen, M.R., 1999, Medication Error, American Pharmaceutical Association,
Washington, DC. Dolley, Colin., 1999, Theraupetic Drugs, 2nd ed, A218, N70, Churchill
Livingstone, New York. Dwiprahasto, I., Kristin, E., 2008, Masalah dan Pencegahan Medication Error,
Bagian Farmakologi dan Toksikologi/Clinical Epidemiology & Biostatistics Unit, Fak. Kedokteran UGM/RS. Dr. Sardjito Yogyakarta, Avail.at.http://www.dkkbpp.com/index.php?option=com_content&task=view&id=132&Itemid=47.
Freedman, Jane E., Becker, Richard C., Adams, Jesse E., Borzak, steven., Jesse,
Robert L., Newby, Kristin L., et. Al., 2002, Medication Error in Acute Cardiac Care, American Heart Association Circulation, 106, 2623.
Harrison, 2005, Internal Medicine, 16th ed, 12369-12373, McGraw Hill, New
York.
65
Joseph T. DiPiro, 2005, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, edisi 6, 415-419, McGrowHill, Medical Publishing Division, New York.
KepMenKes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance L.L., 2006, Drug
Information Handbook, 14th Ed., Lexi-comp, Ohio. NCCCMERP, 1998, Taxonomy of Medication Errors,
http://www.NCCMERP/pdf/taxo2001-07-31. Pratiknya, A.W., 1986, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, CV Rajawali, Jakarta. Tatro, D.S., 2001, Drug Interaction Facts, 917, Facts and Comparison, Wolters
Kluwer, St. Louis. Walker, Roger and Clive Edwards, 1995, Clinical Pharmacy and Therapeutics,
Churchill Livingstone : USA. William DJP., 2007, Departement of Clinical Pharmacology Aberden Royal
Infirmary Foresterhill Aberden, Medication Error, http://www.rcpe.ac.uk/publications/articles/journal_37_4/Williams.pdf, diakses tanggal 21 September 2008.
66
Lampiran 1
Rangkuman wawancara dengan dokter yang menangani pasien di bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta
Pertanyaan Dokter A Dokter B Dokter C Seberapa pentingkah issue medication error bagi Anda sebagai dokter? Berikan alasan anda!
Sangat penting Medication error banyak terjadi di rumah sakit, dan merupakan bagian dari risiko pelayanan.
Penting sekali. Medication error merupakan bagian dari terapi, dimana terapi berhubungan langsung dengan pasien.
Sangat penting karena harus 7 tepat (indikasi, pasien, dosis obat, waspada efek samping, cara, dan harga)
Bagaimana pendapat dokter jika apoteker terlibat dalam memonitor penggunaan obat?
Sangat setuju. Setuju Setuju dan harus memonitoring obat
Apakah Anda memperhatikan adanya interaksi obat, dosis (besar, lama dan frekuensi pemberian, obat harus habis atau tidak habis) dan kontraindikasi selama obat digunakan oleh pasien (di bangsal) pada saat melakukan monitoring terhadap pasien?
Dipertimbangkan tetapi untuk hal-hal yang umum saja. Untuk interaksi obat tidak banyak yang tahu.
Ya Wajib
67
Lampiran 2
Rangkuman wawancara dengan apoteker yang menangani pasien di bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta
Pertanyaan Apoteker Seberapa pentingkah issue medication error bagi Anda sebagai apoteker? Berikan alasan anda?
Penting, terapi dengan obat memerlukan ketelitian. Issue ME sebagai
perhatian yang penting agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
pada saat terapi
Bagaimana pendapat Anda selaku seorang apoteker jika apoteker terlibat dalam memonitor penggunaan obat?
Diperlukan
Apakah Anda melakukan pemantauan terhadap penggunaan obat pasien? Jika iya, sejauh mana pemantauan yang Anda lakukan ?
Ya
Apakah Anda memperhatikan adanya : - interaksi obat - dosis (besar, lama dan frekuensi pemberian, obat
harus habis atau tidak habis) - kontraindikasi - efek samping
dari obat yang diresepkan oleh dokter selama obat digunakan oleh pasien (di bangsal)?
Ya
Apakah anda memberikan informasi ttg penggunaan obat pada pasien di rawat inap? Jika iya, kepada siapa dan apa saja informasi yang diberikan ?
Ya, bila memungkinkan kepada pasien dan keluarganya, atau kepada
yang menunggu pasien setiap hari di RS. Nama obat dan indikasi, cara
pakai/aturan minum, frekuensi, penyimpanan, efek samping yang
mungkin timbul atau hal-hal lain yang diperlukan
Bagaimana sistem/cara penyaluran (dispensing) obat hingga obat sampai kepada pasien?
Resep diterima farmasi, interpretasi resep, validasi, negosiasi harga/kemampuan pasien, etiket, koreksi, penyerahan, konseling.
68
Lampiran 3
Rangkuman wawancara dengan pasien yang bersedia dilakukannya home visit
Pertanyaan Jawaban Pasien A Pasien B Pasien C Pasien D
Sejak kapan Anda menggunakan obat ini (awal penggunaan)?
Tidak memungkinkan dilakukan wawancara
Digoxin dan captropil sebelum masuk Bethesda, kira-kira 2 tahun.
Semua obat dipakai sejak di Bethesda, sebelumnya tidak
Hanya sewaktu mulai rawat inap di Betesdha
Disaat kapan Anda mengkonsumsi obat ini? (untuk obat yang penggunaannya hanya bila perlu)
- Pronalges® diminum saat pusing saja
Tidak ada obat-obat yang bila perlu
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tersebut? (ditelan, dioleskan, dan lainnya)
Ditelan semua Semua diminum Semua diminum
Bagaimana aturan pakai obat tersebut?
Sesuai aturan. Aspar-K pagi 1 tablet. Semua diminum setelah makan.
Diminum sesuai aturan Langsung dari perawat
Siapa yang sering menjelaskan tentang tatacara atau aturan pakai dari obat Anda, apakah dokter, apoteker atau perawat?
Perawat Perawat Perawat
Apakah Anda mendapat informasi yang lengkap dan jelas dari tenaga kesehatan tentang tatacara pemakaian obat tsb? Jika Anda bingung, siapa yang Anda akan cari untuk mendapatkan informasi lebih jelas?
Meminta info tentang penggunaan obat sebelum/setelah makan. Ke perawat.
Perawat, Hanya diberi tahu obatnya diminum setelah makan, tidak dijelaskan lebih detail lagi
Perawat, tapi penjelasan lebih kepada tidak boleh banyak gerak dan dipijat, bukan ke obat
Apakah Anda mengkonsumsi obat secara teratur sesuai dengan yang diresepkan?
Sudah. Ya Ya
69
Pertanyaan Jawaban Pasien A Pasien B Pasien C Pasien D
Apakah jika Anda mengkonsumsi obat yang diberikan, terdapat efek yang dirasa merugikan? Jika ada, seperti apa?
Tidak memungkinkan dilakukan wawancara
Tidak ada keluhan.
Mengantuk, tetapi nyeri di kepala berkurang setelah minum obat
Tidak ada
Bagaimana pengatasan Anda jika efek tersebut muncul?
- Efek mengantuk, tidur ; efek nyeri muncul klo telat minum obat, dengan mengkompres bagian kepala belakang saat nyeri timbul
-
Apakah Anda pernah mengkonsumsi obat lain selain yang diresepkan selama waktu pengobatan? Apa nama obatnya?
Tidak. Itu dulu waktu sebelum dirawat di Bethesda (obat dari bidan)
Tidak ada (minyak gosok untuk gosok bagian otot yang nyeri)
Tidak
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakit pernah mengganti obat yang Anda gunakan sebelum obat Anda habis?
Tidak apa-apa. Tidak ada Tidak pernah
Apakah Anda pernah melakukan pengecekan ulang terhadap resep yang diberikan ke Anda?(terkait dengan kesesuaian obat,nama pasien, umur,, tanggal)
Dicek dulu labelnya (terutama namanya).
Waktu pulang dicek dahulu nama dan obatnya
Cek dulu nama
70
Lampiran 4
Rangkuman wawancara dengan perawat yang menangani pasien di bangsal kelas
III RS Bethesda Yogyakarta
Pertanyaan 1
Seberapa penting issue medication error bagi Anda sebagai perawat ? Berikan alasan
Anda !
Perawat A Sangat penting, karena berkaitan dengan nyawa pasien
Perawat B Penting sekali. Ada kaitan dengan patient safety, memberikan obat : memberikan racun. Pemberian obat juga harus sesuai dengan prinsip 10 benar.
Perawat C Penting. Karena pengobatan merupakan salah satu faktor penunjang kesembuhan pasien.
Perawat D Penting sekali, karena dampaknya pada pasien sangat besar dan efek yang ditimbulkan berat
Perawat E Penting sekali, karena menyangkut keamanan pasien. Perawat F Penting, karena berhubungan kepada pasien
Perawat G Penting, supaya dapat lebih hati-hati dan lebih teliti dalam memberikan obat kepada klien.
Perawat H Sangat penting, dapat digunakan untuk meningkatkan ketelitian penggunaan obat.
Perawat I Sangat penting, karena bila terjadi akan berakibat fatal atau bisa memperlambat kesembuhan.
Perawat J Penting, karena issue ME bisa menyebabkan atau merugikan pasien bahkan bisa fatal.
Perawat K Penting karena berpengaruh pada kesehatan pasien.
Perawat L Sangat penting. Menyangkut nyawa pasien, harus mematuhi 5 benar / 6 benar
Perawat M Sangat penting. Karena jika mengetahui bahaya yang ditimbulkan dapat lebih bertindak hati-hati.
Perawat N Penting sekali. Karena akibatnya fatal kalau ada kesalahan
71
Pertanyaan 2
Bagaimana pendapat Anda jika apoteker terlibat dalam memonitor penggunaan obat ?
Perawat A Bagus, karena dapat mengurangi beban perawat. Untuk obat-obatan apoteker lebih tahu mengenai efek samping obat, waktu penggunaan, jam pemberian, indikasi, interaksi obat, dll.
Perawat B
Sangat setuju.Karena ada fungsi kontrol dalam tindakan keperawatan khususnya pemberian obat, sehingga dapat saling mengingatkan. Dalam prakteknya masih banyak kesalahan dalam pemberian obat oleh perawat sehingga dibutuhkan fungsi kontrol satu-sama lain baik apoteker maupun perawat.
Perawat C
Setuju.Hal itu bisa untuk mementau pemberian obat dari dokter kepada pasien, sehingga akan benar-benar tahu obat yang diberikan kepada pasien. Antara dokter dan apoteker ada komunikasi terkait obat yang diberikan. Disamping itu apoteker juga bisa menjadi sarana untuk membicarakan masalah pengobatan kepada dokter.
Perawat D
Pekerjaan perawat menjadi lebih ringan karena obat-obatan mudah terpantau (meminimalisir kesalahan). Kalau perawat menangani obat selain repot juga kurang menguasai (apoteker lebih mengetahui mengenai konraindikasi, interaksi, dan lainnya).
Perawat E Bagus karena dapat lebih memonitor obat
Perawat F Bagus dan sangat mendukung, karena meminimalkan kesalahan-kesalahan dan pemberian obat bias maksimal sesuai dengan kapasitasnya.
Perawat G Setuju. Meringankan aktivitas perawat di ruangan, seperti dalam membagi dan mengecek obat.
Perawat H Sangat bagus
Perawat I Setuju, dengan adanya keterlibatan apoteker maka penggunaan obat benar-benar terpantau, di samping itu pekerjaan perawat yang multifungsi jadi bisa terbantu dalam monitoring obat.
Perawat J Setuju Perawat K Sangat setuju Perawat L Bagus, karena apoteker lebih mengerti tentang obat.
Perawat M Lebih senang. Karena apoteker ikut mengawasi dan membantu melihat obat. Apoteker membagi-bagi obat lebih baik.
Perawat N Lebih baik. Farmasis bisa mengontrol obat-obat, dimana letak kesalahannya, monitor efek samping obat.
72
Pertanyaan 3
Informasi apa saja yang Anda dapatkan dari apoteker sewaktu pengambilan obat ?
(pada saat rawat inap)
Perawat A Kadang-kadang mengenai penyimpanan di kulkas, sesudah atau sebelum makan.
Perawat B Hanya klarifikasi jumlah obat, cek nama obat. Perawat C Cara penyimpanan, aturan pakai.
Perawat D Aturan pakai tapi tidak pernh mendetail, karena ada tertulis di kemasan
Perawat E Jarang dijelaskan, karena dianggap sudah tahu (perawat), namun kalau obat-obat tertentu misalnya kemoterapi baru dijelaskan.
Perawat F Cara pemberian, dosis, efek samping obat.
Perawat G Kadang tidak ada, karena sudah sering di berikan dan umum digunakan. Kalau adapun berupa informasi obat misalnya aturan pemakaian dan efek samping
Perawat H Pemakaian dengan dosis yang tepat, cara pemakaian obat, waktu pemberian obat.
Perawat I Tidak ada Perawat J Tidak ada Perawat K Cara pemakaian/pemberian obat.
Perawat L Jarang bertemu apoteker. Kadang-kadang hanya mengenai penggunaan sitostatika.
Perawat M Tidak ada informasi. Perawat N Kadang-kadang. Dalam penyimpanan, pemakaian.
73
Pertanyaan 4
Apakah Anda memberikan informasi penggunaan obat kepada pasien ? Jika ya,
informasi apa yang Anda berikan ?
Perawat A Ya, Informasi mengenai indikasi, nama obat, waktu minum obat.
Perawat B Ya,Informasi yang diberikan berupa dosis, cara minum obat (sebelum atau setelah makan), sebelum tidur/malam hari, cara penggunaan (mis sublingual, tidak boleh digerus).
Perawat C Waktu penggunaan (sebelum/setelah makan), obat-obatan yang bila perlu, obat-obat antibiotik yang aturan minumnya per berapa jam (mis tiap 8 jam, dll).
Perawat D Ya, informasi yang diberikan sesuai dengan aturan obat (misalnya obat diberikan 1 jam sebelum makan), interaksi obat (tetapi yang sederhana saja).
Perawat E Iya. Efek samping, cara minum, harus dihabiskan (untuk antibiotik), serta harus sesuai aturan pakai.
Perawat F Iya. Aturan pakai, cara pemberian (sebelum atau sesudah makan) dan jika obat habis segera kontrol.
Perawat G Iya. Fungsi obat, aturan minum, cara minum, kalau meminum obat harus memakai air putih, jika obat habis harus kontrol dan harus rutin mengkonsumsinya dan tidak boleh ada salah (untuk OAT).
Perawat H Ya, waktu kapan obat diminum, cara pemakaian obatnya. Perawat I Tidak
Perawat J Dosis pemberian obat, cara pemakaian, cara minum obat (sebelum/sesudah/saat makan ), reaksi setelah minum obat.
Perawat K Ya. Cara minum obat, efek samping minum obat, guna obat.
Perawat L Ya. Sebelum/sesudah makan, indikasi obat, ½ jam sebelum makan untuk obat muntah.
Perawat M Iya. Indikasi obatnya. Perawat N Ya. Obatnya sebelum/sesudah makan, obat luar/obat dalam.
74
Pertanyaan 5
Apakah Anda mencek ulang obat terlebih dahulu sebelum diberikan pada pasien ?
Perawat A Ya
Perawat B Selalu dicek dulu. Setiap ganti shift pasti dicek, setelah dicek sudah benar jumlah dan pasiennya maka langsung diberikan.
Perawat C Ya, dicek melalui DPO, dicek obatnya juga, semua obat. Pagi, cek untuk pagi dan siang. Sore, cek sambil membagikan.
Perawat D Ya, lihat dari FIO/DPO, disesuaikan/dicocokkan. Perawat E Iya. Perawat F Iya. Perawat G Iya. Perawat H Iya. Perawat I Iya. Perawat J Iya. Perawat K Iya. Perawat L Iya. Perawat M Iya. Nama pasien, nama obat. Perawat N Ya. Nama obat, aturan pakai, dosis.
Pertanyaan 6
Apabila terdapat pasien yang tidak mematuhi aturan pakai obat, apa yang Anda
lakukan ?
Perawat A Merayu/membujuk pasien supaya mau minum obat.
Perawat B Beri edukasi tentang pemberian obat. Jika pasien ada kendala, beri tahu apotekernya.
Perawat C Memberi tahu cara pemakaian obat lagi
Perawat D Memberi tahu bahwa obat tersebut harus diminum, jika tidak diminum akan menghambat proses penyembuhan, dan akan menjadi tidak efektif (menegur).
Perawat E Ditegur, kemudian diberi tahu tentang efek obat dan akan sulit sembuh.
Perawat F Diberi tahu kembali aturan pakai obat. Kalau pasien merasa tidak dapat mengkonsumsi sendiri, perawat dapat membantu dan ditungguin sampai diminum.
Perawat G Menegur, kemudian diterangkan lagi tentang manfaat dan khasiat obat. Perawat H Kita berikan sendiri atau diberi pengarahan. Perawat I Tidak ada.
Perawat J Memberikan informasi akibat-akibat bila tidak memenuhi aturan pakai dan menganjurkan untuk minum obat yang benar.
Perawat K Memberi tahu kalau kepatuhan minum obat adalah untuk kepentingan pasien (kesembuhan).
Perawat L Dinasehati. Dievaluasi mengapa tidak mematuhi aturan pakainya Perawat M Terserah mereka, yang penting sudah memberi tahu. Perawat N Dinasehati, dirayu.
75
Pertanyaan 7
Pada saat Anda memberikan obat kepada pasien, apakah Anda menunggu/melihat
pasien menggunakan semua obatnya ?
Perawat A Kadang-kadang menunggu. Meminumkan jika pasien tidak bisa minum, kalau bisa minum sendiri, obat diminum sendiri.
Perawat B Tidak selalu. Jika obatnya digerus maka ditunggui.
Perawat C Sering disaat pasien tidak ada keluarga yang menunggu. Jika ada yang menunggu diserahkan kepada yang menunggu untuk memastikan obat sudah diminum
Perawat D Menunggu, kadang-kadang semua diminumkan.
Perawat E Iya, ditunggu atau bahkan diminumkan, kecuali jika pasien tidak mau ditungguin, maka perawat akan meninggalkan ruangan.
Perawat F Ditunggu hingga terminum.
Perawat G Iya ditungguin, bahkan kalau bisa diminumkan. Namun terkadang pasien bilang ke perawat bahwa dia akan meminum obat sebentar lagi sehingga perawat tidak memantau penggunaan obat tersebut.
Perawat H Kadang ya, kadang tidak. Perawat I Ya. Perawat J Ya. Perawat K Kadang-kadang ya
Perawat L Tergantung situasi dan tenaganya. Kalau pasien banyak, ditinggal saja, soalnya ramai.
Perawat M Ya. Langsung diminumkan. Perawat N Diminumkan.
76
Pertanyaan 8
Apakah Anda sering menemukan obat pasien yang tertinggal di bangsal ? Jika ya, apa
yang Anda lakukan ?
Perawat A Kadang-kadang (terutama jika obat yang sudah distop). Ditelepon kalau masih digunakan oleh pasien. Dijadikan 1 dengan obat-obat stok (untuk obat yang telah distop).
Perawat B Ada pernah tapi jarang.
Perawat C Pernah, menelpon pasien tetapi juga tergantung dari jumlah obat, misalnya tertinggal ½ tablet, tidak usah ditelpon/disusulkan.
Perawat D Pernah tapi tidak terlalu sering. Menghubungi pasien/keluarga sedapat mungkin.
Perawat E Iya terutama sirup. Dihubungi jika ada telpon dan kalau tidak bisa mengambilnya maka perawat akan mengantar ke rumah.
Perawat F Sering ketinggalan di kotak obat, kalau di ruangan jarang. Kalau ada nomor telepon, perawat akan menelepon, jika tidak ada perawat antar ke rumah.
Perawat G Kadang-kadang. Menghubungi pasien atau keluarga untuk mengambil obat, kalau pasien tidak bisa datang, perawat yang akan membawa ke rumah.
Perawat H Tidak sering, bahkan sangat jarang, tapi pernah ada yang ketinggalan biasanya kalau alamatnya ada dan mudah dijangkau kita akan antar ke rumah klien.
Perawat I Tidak.
Perawat J Ya, pernah dulu saya telpon humas lalu minta antar ambulance diantar sampai rumah. Pernah juga menelpon keluarganya untuk ambil ke ruangan.
Perawat K Jarang. Perawat L Jarang. Perawat M Tidak.
Perawat N Sering. Ditunggu kalau kontrol lagi, kalau rumahnya dekat, diantar atau ditelepon.
77
Pertanyaan 9
Apakah Anda pernah menjumpai obat yang kemungkinan sengaja dibuang atau
disembunyikan oleh pasien? Jika ya, apa yang Anda lakukan?
Perawat A Tidak pernah. Perawat B Tidak pernah. Perawat C Tidak pernah.
Perawat D Ada, ditegur (jika ada keluarganya diberi tahu).Kadang-kadang ada yang disembunyikan keluarganya juga.
Perawat E Tidak, karena diminumkan. Perawat F Tidak pernah.
Perawat G Ada, namun kejadiannya jarang. Jika pasien masih di rawat di bangsal, maka perawat akan menegur dan menerangkan kembali fungsi obat.
Perawat H Tidak pernah
Perawat I Ya, bila memberikan obat langsung diminumkan supaya pasien tidak menyembunyikan atau membuang.
Perawat J Ya, memberi informasi akibat bila tidak memenuhi aturan pakai dan menganjurkan untuk minum obat yang benar.
Perawat K Tidak. Perawat L Sering. Dinasehati. Perawat M Banyak. Sengaja diletakkan dilaci. Tidak melakukan apa-apa. Perawat N Jarang, karena diminumkan langsung, hampir tidak pernah ada.
78
Lampiran 5
Analisis Kasus Dug Therapy Problem
Kasus 1 Subjektif Bp. MJR (no RM 01910203) usia 53 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 12 hari dengan keluhan kecelakaan motor dan kepala belakang lecet, tidak muntah Diagnosis sementara : Trauma capitis Diagnosis utama : Contusio cerebri Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 13,1 13,5-17,5 Monosit (%) 6,3 2-11 Hematokrit (%) 38,9 41-53 Segmen (%) 53,3 47-80 Eritrosit (juta/mmk) 4,45 4,5-5,9 RDW (%) 12,3 11,6-14,8 Trombosit (ribu/mmk) 264 140-440 MCV (fL) 87,3 92-121 Leukosit (ribu/mmk) 12,1 4,10-10,9 MCH (Pg) 29,3 31-37 Eosinofil (%) 0,4 0-5 MCHC (g/dL) 33,6 29-36 Basofil (%) 1,3 0-2 MPV (fL) 8,21 4-11 Limfosit (%) 38,7 13-40 PDW (fL) 19,8 10-18 Suhu tubuh Berkisar antara 36,4°C - 37,3°C Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara 110/70 – 140/90
Terjadi penurunan kesadaran dari somnolent menjadi apatis Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Fenitoin 100mg (2x1), amoxicillin 500mg (3x1), asam mefenamat (3x1), Brainact® 1000mg (1x1), Nexium (2x1)
b. Parenteral Piracetam 3gram (3x1), Remopain® 3% (2x1), Dycinon® (1x1), Pantozol® (1x1), Manitol 20% (4x125cc), ceftriaxone 1gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah piracetam. Penilaian Berdasarkan anamnese yang ada maka kemungkinan besar pasien mengalami luka pada bagian kepala yang dapat berupa memar di kepala. Maka dari terapi yang telah diberikan :
a. Pemberiaan piracetam sudah tepat Rekomendasi Terapi dilanjutkan
79
Kasus 2 Subjektif Bp. MRJ (no RM 01920236) usia 80 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 13 hari dengan keluhan tiba-tiba lemas, sesak nafas, dan nyeri dada Diagnosis sementara : Shock kardiogenik Diagnosis utama : - Objektif
Pengukuran Hasil (1/8)
Nilai normal Pengukuran Hasil (1/8)
Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 11,2 13,5-17,5 Monosit (%) 7,4 2-11 Hematokrit (%) 33,7 41-53 Segmen (%) 69,8 47-80 Eritrosit (juta/mmk) 4,24 4,5-5,9 RDW (%) 14,3 11,6-14,8 Trombosit (ribu/mmk) 188 140-440 MCV (fL) 79,5 92-121 Leukosit (ribu/mmk) 4,73 4,10-10,9 MCH (Pg) 26,4 31-37 Eosinofil (%) 2,7 0-5 MCHC (g/dL) 33,2 29-36 Basofil (%) 0,4 0-2 MPV (fL) 10,4 4-11 Limfosit (%) 19,7 13-40 PDW (fL) 10,8 10-18 Suhu tubuh Berkisar antara 36,1°C - 37,4°C (7/8 malam 38°C) Nadi Berkisar antara 76-88 kali/menit Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara 110/60 – 150/80
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Ascardia® 160mg (1x1), Cedocard® 5mg (3x1), Serolin® 10 mg (3x1), Cefadroxil® (2x1), Hexilon® 8mg (3x1), Pamol® (3x1), Neurotam® 800mg (3x1)
b. Parenteral Metil prednisolon 25mg (1x1), Nicholin® (2x1), Neurotam® 12gram (1x1), Ranitidin 2x1amp, Levonox®0,4cc (2x1), ketorolac (1amp)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Neurotam® (piracetam), Ascardia®(aspirin), Serolin®(nicergoline) Penilaian Berdasarkan anamneses dan diagnosis sementara, maka
a. Pemberian aspirin sudah tepat, karena dapat digunakan sebagai profilaksis MI maupun CVA
b. Penggunaan piracetam injeksi juga sudah tepat, tetapi untuk pemberian secara oral, dosis yang diberikan kurang. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah
c. Penggunaan nicergoline sudah tepat.
Rekomendasi Piracetam secara oral dinaikkan dosisnya menjadi 4,8 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis Nicergoline tidak diberikan bersama dengan piracetam *DTP yang sama terjadi pada kasus 5, 13, 14, 19, dan 20
80
Kasus 3 Subjektif Bp. END (no RM 01920452) usia 45 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 11 hari dengan keluhan jatuh dari motor, bengkak di mata, pusing, agak sesak nafas Diagnosis utama : Trauma capitis dan ophthalmic neuropati Objektif Suhu tubuh Berkisar antara 36,1°C - 37,5°C (pernah 39,2°C) Nadi Berkisar antara 76-88 kali/menit Respirasi Berkisar antara 18-24 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara 90/60 – 100/70 Skala nyeri 4-6
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Nimotop® 30mg (3x1), Bellaphen® (2x1), Methicobal® 250mg (2x1), Cravit® 125mg (1x1), Medixon® (2x1), Lapibal® (2x1), Surbex T® (1x1)
b. Parenteral Kedacillin® 1gram (3x1), Remopain® 3% (2x1), Kalnex® 500mg (3x1), Nicholin® (2x1), phenitoin 100mg (2x1), Neurotam® 3gram (2x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Nimotop® (nimodipine), Neurotam® (piracetam), Bellaphen® Penilaian Berdasarkan anamneses dan diagnosis yang ada, maka :
a. Penggunaan piracetam sudah tepat untuk meningkatkan vaskularisasi di otak karena terdapat kemungkinan adanya memar di kepala akibat benturan kecelakaan.
b. Penggunaan nimodipine kurang tepat karena diberikan 30 mg, 3x/hari seharusnya 60 mg tiap 4 jam. DTP yang terjadi bersifat aktual yaitu dosis terlalu rendah.
c. Penggunaan Bellaphen® kurang tepat karena dosis yang diberikan seharusnya 1-2 tablet 3x/hari tetapi justru diberikan 1 tablet 2x/hari, meskipun penggunaannya simptomatik tetapi selama 1 hari belum dapat mengurangi gejala yang timbul jadi seharusnya tetap diberikan 1 tablet, 3x/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah
Rekomendasi Menaikkan dosis nimodipine menjadi 60 mg dan diberikan tiap 6 jam. Menaikkan dosis Bellaphen® menjadi 3x1 tablet
81
Kasus 4 Subjektif Bp. HST (no RM 01920471) usia 68 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 9 hari dengan keluhan anggota gerak kanan lemas dan bicara menjadi pelo Diagnosis utama : CVA non hemoragi Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal
Pengukuran Hasil Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 14.9 13,5-17,5 MCV (fL) 87,6 92-121 Hematokrit (%) 44,8 41-53 MCH (Pg) 29,1 31-37 Eritrosit (juta/mmk) 5,12 4,5-5,9 MCHC (g/dL) 33,3 29-36 Trombosit (ribu/mmk) 254,6 140-440 MPV (fL) 9,69 4-11 Leukosit (ribu/mmk) 12,4 4,10-10,9 PDW (fL) 21,2 10-18 Eosinofil (%) 0 0-5 Masa protombin (detik) 13,8 12-18 Basofil (%) 0,4 0-2 PT control (detik) 16,2 12-18 Limfosit (%) 11,1 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 29,8 22,6-35 Monosit (%) 3,6 2-11 APTT control (detik) 33,10 25-35 Segmen (%) 84,9 47-80 INR 1 0,8-1,2 RDW (%) 12,2 11,6-14,8 Suhu tubuh Berkisar antara 36,1°C - 37,7°C (pernah 38,4°C) Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit Respirasi Berkisar antara 18-22 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara 120/80 – 160/100
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Plavix® 75mg (1x1), Farmasal® 100mg (1x1), Serolin® (3x1), Yekalgin® (3x1), Neurotam® 800mg (3x1)
b. Parenteral Tarontal® 100mg (2amp/flabot, 1 hari 2 flabot), Neurotam® 12gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Plavix (Clopidogrel), Farmasal®(aspirin), Neurotam®(piracetam), Tarontal®(pentoxifylline), Serolin® (nicergoline) Penilaian
a. Pemberian aspirin sebenarnya kurang tepat karena onset stroke 2,5 jam termasuk dalam kategori akut sehingga dosis yang diberikan seharusnya 160-325 mg/hari, tetapi aspirin diberikan bersama dengan clopidogrel yang berpotensi meningkatkan risiko perdarahan sehingga ada kemungkinan aspirin diberikan dibawah dosis yang seharusnya untuk mengurangi risiko tersebut. Selain itu pemberian aspirin bersamaan dengan NSAID (Yekalgin) juga akan meningkatkan resiko pendarahan. DTP yang terjadi bersifat potensial, yaitu interaksi obat
b. Pemberian clopidogrel sudah tepat karena kombinasi antara aspirin dan clopidogrel akan meningkatkan efektifitas terapi, tetapi pemberian ini juga akan meningkatkan risiko perdarahan dan hal ini telah diatasi dengan waktu pemberian yang berbeda dengan aspirin. Efek samping clopidogrel adalah menyebabkan hipertensi dan pasien mempunyai riwayat hipetensi maka DTP yang terjadi bersifat aktual yaitu adverse drug reaction
c. Penggunaan piracetam tablet kurang tepat karena dosis yang diberikan tidak memenuhi. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
d. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat
Rekomendasi Untuk antiplatelet digunakan aspirin saja tetapi waktu pemberiaanya diatur supaya tidak bersamaan dengan pemberianYekalgin. Penggunaan piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-9,6 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis
82
Kasus 6 Subjektif Bp. HPR (no RM 01920698) usia 54 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 4 hari dengan keluhan cidera kepala ringan, nyeri, dan pusing Diagnosis utama : Trauma capitis Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 15,3 12-18 Monosit (%) 5,2 2-11 Hematokrit (%) 46,6 36-46 Segmen (%) 61,8 47-80 Eritrosit (juta/mmk) 5,75 4,1-5,3 RDW (%) 12,6 11,6-14,8 Trombosit (ribu/mmk) 365 140-440 MCV (fL) 81,1 92-121 Leukosit (ribu/mmk) 12,6 4,10-10,9 MCH (Pg) 26,6 31-37 Eosinofil (%) 1,2 0-5 MCHC (g/dL) 32,8 29-36 Basofil (%) 0,7 0-2 MPV (fL) 7,47 4-11 Limfosit (%) 31,1 13-40 PDW (fL) 19,2 10-18 Suhu tubuh Berkisar antara 36°C - 37,5°C (pernah 38°C) Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit (pernah 92 kali/menit) Respirasi Berkisar antara 18-22 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara 140/100 – 170/100
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Noperten® 5mg (1x1), Ceradolan® 200mg (2x1), Bellaphen® (2x1), Pronalges® (2x1), Nootropil® 1200mg (1x1)
b. Parenteral Kedacillin® 1gram (3x1), Remopain® 3% (3x1), Neurotam® 3gram (1x1), Kalnex® (2x1),
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Neurotam® (piracetam), Nootropil® (piracetam), Bellaphen®, dan Kalnex® (tranexamine acid) Penilaian Dilihat dari anamneses dan diagnosis maka :
a. Penggunaan Bellaphen® sudah tepat karena diberikan berdasarkan gejala yang timbul sampai gejala tersebut hilang
b. Penggunaan piracetam sudah tepat untuk sediaan injeksi, tapi untuk yang sediaannya tablet kurang tepat karena seharusnya diberikan 4,8-20 gram/hari tetapi diberikan 1200 mg/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
c. Penggunaan tranexamine acid kurang tepat karena diberikan 500 mg 2x/hari seharusnya untuk tranexamine acid injeksi diberikan 500mg 3-4x/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
Rekomendasi Dosis piracetam tablet dinaikkan menjadi 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis. Dosis tranexamine acid dinaikkan menjadi 500 mg diberikan 3-4x/hari
83
Kasus 7 Subjektif Ny. HSP (no RM 01921015) usia 60 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 8 hari dengan keluhan tangan dan kaki kiri lemas, muntah, pusing Diagnosis utama : CVA non hemoragi, DM Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal
Pengukuran Hasil Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 14,3 12-18 Segmen (%) 60,7 47-80 Hematokrit (%) 41,2 36-46 RDW (%) 13,3 11,6-14,8 Eritrosit (juta/mmk) 4,94 4,1-5,3 MCV (fL) 83,40 92-121 Trombosit (ribu/mmk) 240 140-440 MCH (Pg) 28,90 31-37 Leukosit (ribu/mmk) 4,33 4,10-10,9 MCHC (g/dL) 34,70 29-36 Eosinofil (%) 1,2 0-5 MPV (fL) 9,90 4-11 Basofil (%) 0 0-2 PDW (fL) 10,90 10-18 Limfosit (%) 32,1 13-40 Kadar fibrinogen (mg/dL) 417 200-400 Monosit (%) 5,5 2-11 Suhu tubuh Berkisar antara 36°C - 37,1°C Nadi Berkisar antara 80-84 kali/menit Respirasi Berkisar antara 20 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara 140/70 – 170/100
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Farmasal® 100mg (1x1), Nimotop® 30mg (3x1), Glucophag® (2x1), Pehaural® (1x1)
b. Parenteral Fraxiparine® 0,4cc (2x1), Nimotop® (2,5cc/jam), Actrapid® 8ui, Kalnex® 500mg (3x1), Tarontal® 100mg (2ampul/flabot, 1 hari 2 flabot)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal® (aspirin), Fraxiparine® (nadroparine), Tarontal® (pentoxifylline), Nimotop® (nimodipine), dan Kalnex® (tranexamine acid) Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat, karena berfungsi sebagai antiplatelet, sehingga dengan kadar fibrinogen yang tinggi akan mengurangi pengikatan platelet/trombosit pada fibrinogen.
b. Pemberian nadroparine kurang tepat, karena diberikan 2x0,4 ml (dalam sehari) seharusnya 1x0,3 ml (dalam sehari). DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu tinggi. Selain itu terjadi interaksi dengan aspirin, tetapi hal ini ditanggulangi dengan waktu pemberian yang berbeda.
c. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat. d. Pemberian tranexamine acid injeksi sudah tepat e. Pemberian nimodipine kurang tepat karena diberikan 30 mg 3x/hari seharusnya 60
mg setiap 4 jam. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
Rekomendasi Pemberian nadroparine diturunkan dosisnya. Nimodipine dinaikkan dosisnya menjadi 60 mg tiap 4 jam
84
Kasus 8 Subjektif Ny. BNI (no RM 01920275) usia 60 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 15 hari dengan keluhan kepala berputar (ngliyer), dengan penyakit keluarga hipertensi Diagnosis utama : CVA non hemoragi Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal
Pengukuran Hasil Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 14 12-18 MCV (fL) 86,6 92-121 Hematokrit (%) 45,7 36-46 MCH (Pg) 26,5 31-37 Eritrosit (juta/mmk) 5,28 4,1-5,3 MCHC (g/dL) 30,6 29-36 Trombosit (ribu/mmk) 320 140-440 MPV (fL) 9 4-11 Leukosit (ribu/mmk) 7,87 4,10-10,9 PDW (fL) 9 10-18 Eosinofil (%) 3,3 0-5 Masa protombin (detik) 12 12-18 Basofil (%) 0,5 0-2 PT control (detik) 16,2 12-18 Limfosit (%) 25,2 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 22,2 22,6-35 Monosit (%) 5,6 2-11 APTT control (detik) 33,3 25-35 Segmen (%) 65,4 47-80 INR 0,9 0,8-1,2 RDW (%) 14,2 11,6-14,8 Kadar fibrinogen (mg/dL) 411 200-400 Suhu tubuh Berkisar antara 36,1°C - 37,2°C Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara 130/80 – 190/100
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Farmasal® 100mg (1x1), clopidogrel 75 mg (1x1), Mucopect® syr (3x1cth), Diovan® 40mg (1x1), Tensivask® 5mg (1x1), Pletaal® 50 mg (2x1), Neurotam® 800mg (2x1)
b. Parenteral Fraxiparine® 0,4cc (2x1), Tarontal® 100mg (2ampul/flabot, 1 hari 2 flabot), Kenalox® (2x1), Brainact® 125mg (2x1), Manitol 125ml (4x1), Nootropil®12gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal® (aspirin), clopidogrel, Pletaal® (cilostazol), Neurotam® (piracetam), Nootropil® (piracetam), Fraxiparine® (nadroparine), Tarontal® (pentoxifylline) Penilaian
a. Penggunaan aspirin dan clopidogrel sudah tepat karena efeknya akan menjadi lebih baik jika diberikan secara kombinasi, potensial ESO juga dapat diminimalisir dengan pemberian dalam waktu yang berbeda. Tetapi jika dilihat dari efek samaping clopidogrel berupa hipertensi maka pemberiannya kurang tepat karena dilihat dari hasil pengamatan pada pasien tekanan darahnya tinggi terus. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu adverse drug reaction.
b. Penggunaan cilostazol kurang tepat karena mempunyai fungsi yang sama dengan aspirin dan clopidogrel. Selain itu terdapat peringatan penggunaan cilostazol dengan agen antiplatelet lain (tetapi efeknya belum diketahui). DTP yang terjadi bersifat potensial, yaitu adverse drug reaction.
c. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat tetapi untuk tablet kurang tepat. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
d. Pemberian nadroparine kurang tepat, karena diberikan 2x0,4 ml (dalam sehari) seharusnya 1x0,3 ml (dalam sehari). DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu tinggi.
e. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat.Rekomendasi Untuk agen antiplatelet digunakan aspirin dan cilostazol saja tetapi dengan waktu pemberian yang berbeda Penggunaan piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis. Penggunaan nadroparine diturunkan dosisnya
85
Kasus 9 Subjektif Ny. SPW (no RM 01920446) usia 56 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 14 hari dengan keluhan kecelakaan dan kesadaran menurun Diagnosis utama : Epidural hemiperfusi Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 12,9 12-18 Monosit (%) 6,8 2-11 Hematokrit (%) 36,1 36-46 Segmen (%) 88,1 47-80 Eritrosit (juta/mmk) 4,17 4,1-5,3 RDW (%) 11,40 11,6-14,8 Trombosit (ribu/mmk) 265 140-440 MCV (fL) 86,6 92-121 Leukosit (ribu/mmk) 19,0 4,10-10,9 MCH (Pg) 30,9 31-37 Eosinofil (%) 0,1 0-5 MCHC (g/dL) 35,7 29-36 Basofil (%) 0,2 0-2 MPV (fL) 7,21 4-11 Limfosit (%) 4,9 13-40 PDW (fL) 18,4 10-18 Suhu tubuh Berkisar antara 36°C - 37°C (pernah 37,8°C) Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara 110/70 – 130/90
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Polycrol® (3x1), phenitoin, Profenid E-100® 200mg (2x1), Surbex T® (1x1), Promag® (1x1, tgl 13-19 3x1), Nootropil® 1200mg (2x1), Excelase® (3x1), Pronalges® (2x1), Kalnex® (2x1), Ikaphen® (2x1), chloramphenicol (3x2), Ultracet® (3x1), Mucosta® (3x1), Noros® (1x1)
b. Parenteral Ceftriaxone 1 gram (2x1), Kalnex® 500mg (2x1), piracetam 3gram (2x1), phenitoin 100mg (2x1), Rantin® (2x1), ketorolac 3% (3x1), Vit K (1x1), Lasix® (1x1), Chloramex® 1 gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Nootropil® (piracetam), piracetam, Kalnex®(tranexamine acid) Penilaian
a. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat tetapi piracetam tablet kurang tepat karena diberikan 2,4 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
b. Penggunaan tranexamine acid tablet kurang tepat karena diberikan 500 mg, 2x/hari seharusnya 750-1250 mg, 3-4x/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah. Pemberian tranexamine acid injeksi juga kurang tepat karena diberikan 200 mg/hari, seharusnya 500mg, 3-4x/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
Rekomendasi Piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang tebagi dalam 2-3 dosis Tranexamine acid injeksi dan tablet dinaikkan dosisnya
86
Kasus 10 Subjektif Bp. YHM (no RM 01920482) usia 53 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 13 hari dengan keluhan anggota gerak kanan lemas, sulit menelan, dan sulit berbicara Diagnosis utama : CVA non hemoragi Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal
Pengukuran Hasil Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 13,5 13,5-17,5 MCV (fL) 66,5 92-121 Hematokrit (%) 45,8 41-53 MCH (Pg) 19,6 31-37 Eritrosit (juta/mmk) 6,89 4,5-5,9 MCHC (g/dL) 29,5 29-36 Trombosit (ribu/mmk) 395 140-440 MPV (fL) 9,9 4-11 Leukosit (ribu/mmk) 12,5 4,10-10,9 PDW (fL) 10,6 10-18 Eosinofil (%) 0,3 0-5 Ms protombin (detik) 14,8 12-18 Basofil (%) 0,2 0-2 PT control (detik) 16,2 12-18 Limfosit (%) 12,6 13-40 Ms tromboplastin (dtk) 23,7 22,6-35 Monosit (%) 4,9 2-11 APTT control (detik) 33,10 25-35 Segmen (%) 82 47-80 INR 1,10 0,8-1,2 RDW (%) 20,80 11,6-14,8 Suhu tubuh Berkisar antara 36°C - 37°C (pernah 38°C) Nadi Berkisar antara 76-88 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara 110/80 – 160/100
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Farmasal® 100mg (1x1), Triatec® 2,5mg (1x1), Ubi-Q® 30mg (1x1), paracetamol 500mg (3x1,b/p), Pletaal® 50mg (2x1), levofloxacin 500mg (2x1), Serolin® (3x1), Neurotam® 800mg (3x1)
b. Parenteral Ceftriaxone 100mg (2x1), Nicholin® 250mg (2x1), Neurotam® 12gram (1x1), Tarontal® 100mg (2amp/flabot, 1 hari 2 flabot), Brainact® 250mg (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal® (aspirin), Pletaal® (cilostazol), Neurotam® (piracetam), Tarontal® (pentoxtfylline), dan Serolin® (nicergoline) Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat b. Penggunaan cilostazol kurang tepat karena diberikan 100 mg/hari seharusnya 200 mg/hari.
DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah. Selain itu pemberian bersamaan dengan aspirin berpotensi menimbulkan efek samping (mekanisme belum diketahui), sehingga DTP yang terjadi bersifat potensial, yaitu interaksi obat.
c. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat sedangkan untuk tablet kurang tepat karena diberikan 2,4 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari terbagi dalam 2-3 dosis. DTP yang terjdi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
d. Penggunaan nicergoline sudah tepat e. Penggunaan pentoxtfylline sudah tepat
Rekomendasi Dosis cilostazol dinaikkan menjadi 200 mg/hari dan diberikan dalam waktu yang berbeda dengan aspirin Piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari.
87
Kasus 11 Subjektif Ny. SHT (no RM 01919151) usia 65 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 24 hari dengan keluhan pelo, kaki kanan terasa ringan, pusing Diagnosis utama : CVA non hemoragi Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 14,3 12-18 Monosit (%) 6,7 2-11 Hematokrit (%) 38,4 36-46 Segmen (%) 85,1 47-80 Eritrosit (juta/mmk) 5,18 4,1-5,3 RDW (%) 13,80 11,6-14,8 Trombosit (ribu/mmk) 293,0 140-440 MCV (fL) 74,10 92-121 Leukosit (ribu/mmk) 17,05 4,10-10,9 MCH (Pg) 27,60 31-37 Eosinofil (%) 0,1 0-5 MCHC (g/dL) 37,20 29-36 Basofil (%) 0,1 0-2 MPV (fL) 8,40 4-11 Limfosit (%) 8,0 13-40 PDW (fL) 7,70 10-18 Suhu tubuh Berkisar antara 36°C – 37,5°C Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara 140/70 – 160/100 (pernah 160/140)
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Farmasal® 100mg (1x1), Tarontal® 400mg (2x1), Neurotam® 800mg (2x1), HCT (1x1)
b. Parenteral Tarontal® 100mg (2ampul/flabot, 1 hari 2 flabot), Neurotam® 12gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal® (aspirin), Tarontal®(pentoxifylline), Neurotam® (piracetam) Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat. Aspirin juga akan menurunkan efek dari HCT tetapi hal tersebut sudah ditanggulangi dengan waktu pemberian yang berbeda.
b. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat, tetapi pada penggunaan tablet kurang tepat dimana dosis yang seharusnya adalah 4,8-20 gram/hari tetapi diberikan 1,6 gram/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual yaitu dosis terlalu rendah.
c. Penggunaan pentoxifylline secara injeksi dan tablet sudah tepat
Rekomendasi Penggunaan piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis
88
Kasus 12 Subjektif Bp. WMT (no RM 01920569) usia 75 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 24 hari dengan keluhan kecelakaan, muntah, dan tidak sadar Diagnosis utama : - Objektif
Pengukuran Hasil
Nilai normal 14/8 15/8 19/8 (03.40)
19/8 (09.03)
Hemoglobin 8,18 12,1 17,2 18,9 12-18 Hematokrit 27,4 36,0 48,0 54,0 36-46 pCO2 41,7 38,5 37,4 35-45 pO2 42,4 51,9 61,1 83-108 O2 saturasi 99,9 87,3 93,3 95-98 Suhu tubuh Berkisar antara 36°C – 37,5°C (pernah 37,8°C) Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit (pernah 92 kali/menit) Respirasi Berkisar antara 18-22 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara110/60 – 140/80 (pernah 160/80)
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Methycobal® 500 mg (3x1), Nimotop® 30mg (3x1), Zaldiar® (3x1), Brainact® 500mg (2x1), Ikaphen® 100mg (2x1), Noros® (1x1), Cefspan® 100mg (2x1), paracetamol 500mg (2x1,b/p), Cefadroxil® 500mg (2x1), Diabex® 500mg (1x½)
b. Parenteral Piracetam 3gram (2x1), gliserol 3x20cc
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah piracetam, Nimotop® (nimodipine) Penilaian
a. Dilihat dari nilai Hb yang rendah maka pasien mengalami anemia. Anemia yang terjadi dapat dikarenakan kehilangan darah akibat kecelakaan, sehingga penggunaan nimodipidine berfungsi sebagai profilaksis/mengurangi hemoragi pada otak. Penggunaan nimodipine seharusnya 60 mg tiap 4 jam tetapi diberikan 30 mg, 3x/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah
b. Penggunaan piracetam sudah tepat
Rekomendasi Penggunaan nimodipine dinaikkan dosisnya
89
Kasus 15 Subjektif Ny. PNR (no RM 01921008) usia 50 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 10 hari dengan keluhan tangan dan kaki kiri tiba-tiba lemas, pusing Diagnosis utama : CVA non hemoragi Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal
Pengukuran Hasil Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 13,8 12-18 MCV (fL) 97,5 92-121 Hematokrit (%) 41,7 36-46 MCH (Pg) 32,4 31-37 Eritrosit (juta/mmk) 4,28 4,1-5,3 MCHC (g/dL) 33,20 29-36 Trombosit (ribu/mmk) 200,0 140-440 MPV (fL) 9,19 4-11 Leukosit (ribu/mmk) 7,08 4,10-10,9 PDW (fL) 21,50 10-18 Eosinofil (%) 0,7 0-5 Masa protombin (detik) 16,2 12-18 Basofil (%) 0,7 0-2 PT control (detik) 16,2 12-18 Limfosit (%) 15,5 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 25,8 22,6-35 Monosit (%) 5,8 2-11 APTT control (detik) 33,10 25-35 Segmen (%) 77,3 47-80 INR 1,30 0,8-1,2 RDW (%) 14,6 11,6-14,8 Kadar fibrinogen (mg/dL) 371 200-400 Suhu tubuh Berkisar antara 36,2°C - 37°C Nadi Berkisar antara 76-88 kali/menit Respirasi Berkisar antara 18-22 kali/ menit Tekanan darah Berkisar antara 130/80 – 160/100 (pernah 180/90)
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Farmasal® 100mg (1x1), Digoxin (1x1), Furosemid (1x½), Aspar K® (1x1)
b. Parenteral Fraxiparine® 0,4cc (2x1), Fluxum® 0,4cc (2x1), Tarontal® (2ampul/flabot, 1 hari 2 flabot)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal® (aspirin), Fraxiparine® (nadroparine), Fluxum® (parnaparine), Tarontal® (pentoxifylline) Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat, aspirin akan menurunkan efek dari furosemide tetapi hal ini sudah dapat ditanggulangi dengan waktu pemberian yang berbeda.
b. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat c. Pemberian nadroparine kurang tepat karena diberikan 2x0,4 ml (dalam sehari)
seharusnya 1x0,3 ml (dalam sehari). DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu tinggi. Nadroparine juga berinteraksi dengan aspirin tetapi hal ini ditanggulangi dengan pemberian pada waktu yang berbeda.
d. Pemberian parnaparine kurang tepat karena diberikan 2x0,4 ml (dalam sehari) seharusnya 1x0,3 ml (dalam sehari). DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu tinggi.
Rekomendasi Penggunaan nadroparine dan parnaparine diturunkan dosisnya
90
Kasus 16 Subjektif Sdr. TNY (no RM 01921036) usia 21 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 8 hari dengan keluhan kecelakaan lalu lintas, pusing, dan muntah Diagnosis utama : - Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 13,80 13,5-17,5 Monosit (%) 4,5 2-11 Hematokrit (%) 40,2 41-53 Segmen (%) 89,0 47-80 Eritrosit (juta/mmk) 4,66 4,5-5,9 RDW (%) 13,30 11,6-14,8 Trombosit (ribu/mmk) 245.0 140-440 MCV (fL) 86,30 92-121 Leukosit (ribu/mmk) 19,10 4,10-10,9 MCH (Pg) 29,60 31-37 Eosinofil (%) 0,1 0-5 MCHC (g/dL) 34,30 29-36 Basofil (%) 0,3 0-2 MPV (fL) 9,90 4-11 Limfosit (%) 6,1 13-40 PDW (fL) 10,80 10-18 Suhu tubuh Berkisar antara 36°C - 37°C Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit Respirasi Berkisar antara 20 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara 120/90 (pernah 90/60, 180/100, dan 190/120)
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Polycrol® 400mg (3x2), Neurotam® 800mg (2x1), Nonflamin® 50 mg (3x1), Rhinofed® (2x1), Kalnex® 500mg (3x1), Clavamox® 500mg (3x1), Yekalgin® (3x1), methylprednisolon (2x1)
b. Parenteral Ceftriaxone (2x1gram), piracetam 3gram (2x1), Kalnex® 500mg (3x1), ketorolac (2x1amp), ranitidine 50mg (2x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Neurotam® (Piracetam), Kalnex (Tranexamine acid) Penilaian Dilihat dari anamneses dan nilai lab maka:
a. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat, sedangkan untuk piracetam tablet juga kurang tepat karena diberikan 1,6 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah
b. Dilihat dari keadaan pasien yang mengalami anemia maka ada kemungkinan pasien mengalami perdarahan oleh karena itu penggunaan tranexamine acid ditujukan untuk profilaksis hemoragi. Penggunaan tranexamine acid injeksi sudah tepat. Penggunaan tranexamine acid tablet kurang tepat, karena seharusnya diberikan 750-1250 mg, 3-4x/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
Rekomendasi Piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis Menaikkan dosis tranexamine acid tablet sesuai dengan yang seharusnya diberikan
91
Kasus 17 Subjektif Bp. SGY (no RM 00964050) usia 43 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 12 hari dengan keluhan setahun lalu kaki kiri lemas, tangan kanan dan kiri juga lemas dengan riwayat terapi operasi laminektomi tumor ekstrakranial CII Diagnosis utama : Cervical mass (Schwanoma) Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal
Pengukuran Hasil Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 17,0 13,5-17,5 MCV (fL) 83,30 92-121 Hematokrit (%) 49,0 41-53 MCH (Pg) 28,90 31-37 Eritrosit (juta/mmk) 5,88 4,5-5,9 MCHC (g/dL) 34,70 29-36 Trombosit (ribu/mmk) 217,0 140-440 MPV (fL) 11,30 4-11 Leukosit (ribu/mmk) 11,66 4,10-10,9 PDW (fL) 13,30 10-18 Eosinofil (%) 2,8 0-5 Masa protombin (detik) 12,9 12-18 Basofil (%) 0,3 0-2 PT control (detik) 14,7 12-18 Limfosit (%) 22,0 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 32,60 22,6-35 Monosit (%) 3,7 2-11 APTT control (detik) 27,10 25-35 Segmen (%) 71,2 47-80 INR 0,90 0,8-1,2 RDW (%) 13,80 11,6-14,8 Kadar fibrinogen (mg/dL) 347 200-400 Suhu tubuh Berkisar antara 36°C – 37,1°C (pernah 38,5°C) Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit (pernah 96 kali/menit) Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara 110/70-140/90 (pernah 160/100)
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Farmasal® 100mg (1x1), Methycobal® 250mg (3x1), Vit. B1 (3x1)
b. Parenteral Ondansetron 8mg (2x1), ketorolac 3% (2x1), methylprednisolon 125mg (1x1), ranitidin 50 mg(2x1), Vit. C 200 mg, ceftriaxone 1gram (2x1), Medixon® (2x1), Rantin® 50 mg (2x1), Tarontal® 100mg (2 amp/flabot, 1 hari 2 flabot), Narfoz® 8mg (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal® (aspirin), Tarontal® (pentoxifylline) Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat b. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat
Rekomendasi Terapi dilanjutkan
92
Kasus 18 Subjektif Bp. ASM (no RM 01921353) usia 68 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 6 hari dengan keluhan mendadak jatuh dan anggota gerak kanan lemas, pusing Diagnosis utama : CVA non hemoragi Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal
Pengukuran Hasil Nilai normal
Hemoglobin (gram %) 14,0 13,5-17,5 MCV (fL) 90,80 92-121 Hematokrit (%) 41,8 41-53 MCH (Pg) 30,50 31-37 Eritrosit (juta/mmk) 4,61 4,5-5,9 MCHC (g/dL) 33,60 29-36 Trombosit (ribu/mmk) 329,0 140-440 MPV (fL) 8,20 4-11 Leukosit (ribu/mmk) 7,97 4,10-10,9 PDW (fL) 20,70 10-18 Eosinofil (%) 1,0 0-5 Masa protombin (detik) 12,3 12-18 Basofil (%) 1,1 0-2 PT control (detik) 14,7 12-18 Limfosit (%) 23,5 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 25,50 22,6-35 Monosit (%) 3,0 2-11 APTT control (detik) 27,10 25-35 Segmen (%) 71,4 47-80 INR 0,90 0,8-1,2 RDW (%) 12,0 11,6-14,8 Suhu tubuh Berkisar antara 36°C – 37°C Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit Tekanan darah Berkisar antara120/70 – 150/90 (pernah 160/90-170/90)
Penatalaksanaan terapi Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral Farmasal® 100mg (1x1), Plavix® 75mg (1x1), Serolin® 3x1, Methycobal® 250mg (3x1), Yekaneuron® (2x1), piracetam 800mg (2x1), Tarontal® 100mg (2x1)
b. Parenteral Piracetam (1x12gram), Tarontal® (2amp/flabot, 1 hari 2 flabot)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal®(aspirin), Plavix® (clopidogrel), Serolin® (nicergoline), piracetam, dan Tarontal® (pentoxifylline) Penilaian
a. Pemberiaan aspirin sudah tepat. b. Pemberian clopidogrel kurang tepat karena diberikan dalam waktu yang bersamaan dengan
aspirin, dimana hal tersebut berpotensi meningkatkan risiko perdarahan. DTP yang terjadi bersifat potensial, yaitu interaksi obat
c. Penggunaan nicergoline sudah tepat d. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat, tetapi piracetam tablet kurang tepat karena
diberikan 1,6 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah
e. Pemberian pentoxifylline injeksi sudah tepat, tetapi pemberian tablet kurang tepat karena dosis harian sebesar 1,2 gram/hari tetapi diberikan 300 mg/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
Rekomendasi
a. Pemberian clopidogrel dibedakan waktunya dengan aspirin. b. Pemberian piracetam tablet ditingkatkan dosisnya menjadi 2,4-20 gram/hari dalam 2-3 dosis
terbagi. c. Pemberian pentoxifylline tablet dinaikkan dosisnya menjadi 1,2 gram/hari.
93
Lampiran 6
Daftar Kasus Medication Error
Kasus 1 Sifat
Medication Error
Obat Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Piracetam Administration error Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Kasus 2 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Aspirin Administration error Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Nicergoline Administration error Aturan pakai yang tertulis di etiket kurang (1 jam sebelum makan / 2 jam setelah makan)
No error/A
Piracetam Administration error Aturan pakai yang tertulis di etiket kurang (sebelum makan)
No error/A
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah
Error-no harm/C
Kasus 3 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Bellaphen® Administration error Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Terjadi Nimodipine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya
Error-no harm/C
Bellaphen® Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya
Error-no harm/C
94
Kasus 4 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Aspirin Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Pentoxyfilline Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Piracetam Administration error
Aturan pakai yang tertulis di etiket kurang (sebelum makan)
No error/A
Terjadi Aspirin Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya diberikan
Error-no harm/C
Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya diberikan
Error-no harm/C
Clopidogrel Kontraindikasi Clopidogrel dapat menyebabkan hipertensi, tetapi diberikan pada kasus yang mempunyai riwayat hipertensi
Error-harm/E
Kasus 5 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Terjadi Piracetam Salah menulis instruksi
Salah menulis instruksi pada etiket (seharusnya sebelum ditulis sesudah)
Error-no harm/C
Kasus 6 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Piracetam Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Tranexamine acid
Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
95
Kasus 7 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Piracetam Administration error
Aturan pakai yang tertulis di etiket kurang (sebelum makan) Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan.
No error/A
Terjadi Nadroparine Dosis keliru Dosis yang diberikan terlalu tinggi daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Nimodipine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Kasus 8 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Aspirin Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Clopidogrel Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Cilostazol Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Pentoxyfilline Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Nadroparine Dosis keliru Dosis yang diberikan terlalu tinggi daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
96
Kasus 9 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Piracetam Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Tranexamine acid
Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Tranexamine acid
Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Kasus 10 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Aspirin Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Cilostazol Administration error
Aturan pakai yang tertulis di etiket kurang (1 jam sebelum makan / 2 jam setelah makan)
No error/A
Piracetam Administration error
Aturan pakai yang tertulis di etiket kurang (sebelum makan)
No error/A
Terjadi Cilostazol Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
97
Kasus 11 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Piracetam Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Aspirin Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Pentoxyfilline Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan Tidak terdapat tanda yang menyatakan obat dibeikan bersama makanan.
No error/A
Terjadi Piracetamss Instruksi di jalankan kelitu
Pada instruksi sudah ditulis sebelum makan tetapi digunakan setelah makan
Error-no harm/C
Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Kasus 12 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Nimodipine Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Terjadi Nimodipine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
98
Kasus 13 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Aspirin Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Pentoxyfilline Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Piracetam Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Kasus 14 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Piracetam Administration error
Tidak terdapat keterangan tambahan bahwa obat digunakan sebelum makan
No error/A
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Kasus 15 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Aspirin Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan Tidak terdapat keterangan bahwa obat digunakan setelah makan
No error/A
Terjadi Nadroparine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih tinggi daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Parnaparine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih tinggi daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
99
Kasus 16 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Piracetam Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Tranexamine acid
Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Tranexamine acid
Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Kasus 17 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Aspirin Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan Tidak terdapat keterangan tambahan bahwa Farmasal dimiinum setelah makan
No error/A
Kasus 18 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Potensi Aspirin Administration error
Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
No error/A
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Pentoxyfilline Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
100
Kasus 19 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Terjadi
Piracetam Administration error
Digunakan setelah makan, seharusnya sebelum makan karena tidak terdapat keterangan tambahan pada etiket
No error/A
Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih rendah daripada yang seharusnya
Error-no harm/C
Kasus 20 Sifat
Medication Error
Obat yang mengalami
Jenis Medication Error
Alasan Tipe error / kategori
Terjadi Piracetam Administration error
Diberikan setelah makan Error-no harm/C
Instruksi dijalankan keliru
Dalam etiket tertulis sebelum makan tetapi digunakan setelah makan
Error-no harm/C
101
Lampiran 7
Daftar Obat yang Digunakan pada Kasus Penggunaan Obat Serebrovaskuler di Rumah Sakit Bethesda Periode Agustus-September 2008 Berdasarkan
Golongan, Nama Generik, dan Nama Dagang
No. Golongan Obat Nama Generik Nama Dagang 1. Antiplatelet Aspirin Farmasal® Ascardia® Clopidogrel Plavix® Cilostazol Pletaal®
2. Antikoagulan Nadroparine Fraxiparine® Parnaparine Fluxum®
3. Hemostatik Tranexamine acid Kalnex® 4. Hematopoetik Pentoxifylline Tarontal® 5. Neurotonik dan nootropik Piracetam Neurotam® Nootropil®
6. Vasodilator perifer dan activator cerebral
Nicergoline Serolin®
7. Calcium channel bloker Nimodipine Nimotop® 8. Antimigrain Bellaphen®
102
Lampiran 7 Data Kasus yang Menerima Obat Cerebrovaskuler
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan
31/7 Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: kecelakaan Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 13,1 01910203 kepala blkg lecet Hematokrit (%) 41-53 38,9 teriak-teriak Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 4,45 Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 264 MJR Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 12,1 Eosinofil (%) 0-5 0,4JK : L Basofil (%) 0-2 1,3 Diagnosis Limfosit (%) 13-40 38,7 D. sementara : Monosit (%) 2,0-11 6,3 Trauma capitis Segmen (%) 47-80 53,3 RDW (%) 11,6-14,8 12,3 MCV (fL) 92-121 87,3 Umur: 53 thn MCH (Pg) 31-37 29,3 D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 33,6 Contusio cerebri MPV (fL) 4,0-11 8,21 PDW (fL) 10,0-18 19,8Tgl masuk: Tanda Vital 31/7/2008 Suhu (ºC) 2/8-11/8 berkisar antara 36,4 - 37,3 D. sekunder: Nadi (x/menit) 2/8-11/8 berkisar antara 80-88 - Nafas (x/menit) 2/8-11/8 berkisar antara 18-20 Tgl keluar: Tekanan darah 2/8-11/8 berkisar antara 110/70 – 140/90 11/8/2008 D. keluar: Tanda Vital
Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
perbaikan Suhu (ºC) 1/8. 2/8. 3/8. 4/8-5/8 6/8-11/8 Nafas (x/menit) Fenitoin 100mg 2x1 (oral) √ √ Nadi (x/menit) Amoxicillin 500mg 3x1 (oral) √ √ Obat dibawa pulang: Asam mefenamat 3x1 (oral) √ Brainact 1000mg 1x1 (oral) √ Nexium 2x1 (oral) √ Piracetam 3gram 3x1 (injeksi) √ √ √ Remopain 3% 2x1 (injeksi) √ √ Dycinon 1x1 (injeksi) √ Pantozol 1x1 (injeksi) √ Ceftriaxone 1gram 1x1 (injeksi) Manitol 20% 4x125cc (injeksi) √ √ √ √
103
Kasus 2
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan
1/8.Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: tiba-tiba lemas, Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 11,2 01920236 sesak nafas, Hematokrit (%) 41-53 33,7 nyeri dada Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 4,24 Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 188 MRJ Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 4,73 Eosinofil (%) 0-5 2,7 JK : L Basofil (%) 0-2 0,4 Diagnosis Limfosit (%) 13-40 19,7 D. sementara : Monosit (%) 2,0-11 7,4 Shock Segmen (%) 47-80 69,8 kardiogenik RDW (%) 11,6-14,8 14,3 MCV (fL) 92-121 79,5 Umur: 80 thn MCH (Pg) 31-37 26,4 D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 33,2 - MPV (fL) 4,0-11 10,4 PDW (fL) 10,0-18 10,8 Tgl masuk: Tanda Vital 1/8/2008 Suhu (ºC) 4/8-13/8 berkisar antara 36,1 -37,4 (7/8 malam 38°C) D. sekunder: Nadi (x/menit) 4/8-13/8 berkisar antara 76-88 - Nafas (x/menit) 4/8-13/8 berkisar antara 18-20 Tgl keluar: Tekanan darah 4/8-13/8 berkisar antara 110/60 – 150/80 13/8/2008 D. keluar: Tanda Vital
Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
perbaikan Suhu (ºC) 1/8-6/8 7/8-10/8 11/8. 12/8. 13/8. Allupent 3x½ (oral) √ √ √ Nafas (x/menit) Ascardia 160mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √ Nadi (x/menit) Cedocard 5mg 3x1 (oral) √ √ √ √ Obat dibawa pulang: Serolin 10 mg 3x1 (oral) √ √ √ √ Cefadroxil 2x1 (oral) √ √ √ Hexilon 8mg 3x1 (oral) √ Pamol 3x1 (oral) √ Neurotam 800mg 3x1 (oral) √ √ √ Metil prednisolon 25mg 1x1 (injeksi) √ √ Nicholin 2x1 (injeksi) √ √ √ √ Neurotam 12gram 1x1 (injeksi) √ (6/8) √ Ranitidin 2x1 (injeksi) √ √ √ √ Levonox 0,4cc 2x1 (injeksi) √ (1/8-2/8) Ketorolac 1 amp (injeksi) √ (1/8)
104
Kasus 3
Data Diri Pemeriksaan
Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: tiba-tiba lemas, 01920452 sesak nafas,
nyeri dada Tanda Vital Inisial : Suhu (ºC) 9/8-16/8 berkisar antara 36,1 -37,5 (13/8 39,2°C) END Nadi (x/menit) 9/8-16/8 berkisar antara 76-88 Nafas (x/menit) 9/8-16/8 berkisar antara 18-24 JK : L Tekanan darah 9/8-16/8 berkisar antara 90/60 – 100/70
Umur: 45 thn Diagnosis Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
D. utama: 7/8. 8/8-9/8 10/8-11/8 12/8-13/8 14/8-16/8
Trauma capitis, Tanda Vital Nimotop 30mg 3x1 (oral) √ Tgl masuk: Ophthalmic Suhu (ºC) Bellaphen 2x1 (oral) √ √ √ (14/8) 6/8/2008 Neuropati Nafas (x/menit) Methicobal 250mg 2x1 (oral) √ √ Nadi (x/menit) Cravit 125mg 1x1 (oral) √ √ (15/8) Medixon 16mg 2x1 (oral) √ √ (15/8) Tgl keluar: D. sekunder: Obat dibawa pulang: Nonflamin 50mg 2x1 (oral) √ √ √ (14/8) 16/8/2008 Trauma capitis, Pamol prn Neurobion 2x1 (oral) √ √ (15-16/8) Asma bronchial Methicobal 250mg 2x1 Surbex T 1x1 (oral) √ √ √ Neurobion 2x1 Kedacillin 1gram 3x1 (injeksi) √ √ √ D. keluar: Medixon 16mg 1x1 Remopain 3% 2x1 (injeksi) √ √ √ Perbaikan Kalnex 500mg 3x1 (injeksi) √ √ Nicholin 2x1 (injeksi) √ √ Phenitoin 100mg 2x1 (injeksi) √ √ Manitol 20% 3x100cc (injeksi) √ √ √ (12/8) Somerol 500mg 1x1 (injeksi) √ (11/8) Neurotam 3gram 2x1 (injeksi) √ √
105
Kasus 4
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan 7/8.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 14.9 01920471 kanan lemas, Hematokrit (%) 41-53 44,8 bicara pelo Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 5,12 Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 254,6 HST Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 12,4 Eosinofil (%) 0-5 0 JK : L Basofil (%) 0-2 0,4 Limfosit (%) 13-40 11,1 Monosit (%) 2,0-11 3,6 Segmen (%) 47-80 84,9 RDW (%) 11,6-14,8 12,2 MCV (fL) 92-121 87,6 Umur: 68 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 29,1 D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 33,3 CVA MPV (fL) 4,0-11 9,69 non hemeoragi Tanda Vital PDW (fL) 10,0-18 21,2 Suhu (ºC) Ms protombin (detik) 12,0-18,0 13,8 Nafas (x/menit) PT control (detik) 12,0-18,0 16,2 Nadi (x/menit) Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 29,8 APTT control (detik) 25-35 33,10 D. sekunder: INR 0,8-1,2 1 Tgl masuk: Hipertensi Obat dibawa pulang: Tanda Vital 7/8/2008 Suhu (ºC) 7/8-15/8 berkisar antara 36,1 - 37,7 (7/8 malam 38,4°C) Nadi (x/menit) 7/8-15/8 berkisar antara 80-88 Nafas (x/menit) 7/8-15/8 berkisar antara 18-22Tgl keluar: Tekanan darah 7/8-15/8 berkisar antara 120/80 – 160/100 15/8/2008 D. keluar:
Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
Perbaikan 7/8. 8/8-10/8 11/8. 12/8. 13/8-15/8 Plavix 75mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √ Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √ Serolin 10mg 3x1 (oral) √ √ √ √ Yekalgin 3x1 (oral) √ √ √ Neurotam 800mg 3x1 (oral) √ Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ √ √ √ √ Neurotam 12gram 1x1 (injeksi) √ √ √ √
106
Kasus 5
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan 10/8.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: kecelakaan, lupa Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 13,8 01920608 ringan, luka di Hematokrit (%) 36-46 41,1 daerah mata Eritrosit (juta/mmk) 4,1-5,3 4,89 Inisial : Kanan Trombosit (ribu/mmk) 140-440 295 SAP Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 8,45 Eosinofil (%) 0-5 0,8 JK :P Basofil (%) 0-2 0,2 Limfosit (%) 13-40 34,4 Monosit (%) 2,0-11 4,6 Segmen (%) 47-80 60 RDW (%) 11,6-14,8 13,2 MCV (fL) 92-121 84 Umur: 18 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 28,2 D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 33,6 udem cerebri MPV (fL) 4,0-11 9,9 PDW (fL) 10,0-18 10,50 Tgl masuk: Tanda Vital Tanda Vital 10/8/2008 D. sekundaer: Suhu (ºC) Suhu (ºC) 10/8-13/8 berkisar antara 36 - 37,5 Trauma capitis Nafas (x/menit) Nadi (x/menit) 10/8-13/8 berkisar antara 80-88 Nadi (x/menit) Nafas (x/menit) - Tgl keluar: Tekanan darah 10/8-13/8 berkisar antara 110/70-120/80 13/8/2008 D. keluar: Obat dibawa pulang:
Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
Perbaikan Yekalgin 3x1 (oral) 10/8-12/8 13/8 Neurotam 800mg 3x1 (oral) Yekalgin 3x1 (oral) √ Meiact 200mg 1x1 (oral) Neurotam 800mg 3x1 (oral) √ Betaserc 8mg 2x1 (oral) Meiact 200mg 1x1 (oral) √ Betaserc 8mg 2x1 (oral) √ Stabactam 2x1 (injeksi) √ Ranitidin 2x1 (injeksi) √ Cholinar 250mg 2x1 (injeksi) √ Remopain 3% 2x1 (injeksi) √
107
Kasus 6
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan 12/8.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: cidera kepala Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 15,3 01920698 ringan, nyeri, Hematokrit (%) 41-53 46,6 pusing Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 5,75 Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 365 HPR Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 12,6 Eosinofil (%) 0-5 1,2 JK : L Tanda Vital Basofil (%) 0-2 0,7 Suhu (ºC) Limfosit (%) 13-40 31,1 Nafas (x/menit) Monosit (%) 2,0-11 5,2 Nadi (x/menit) Segmen (%) 47-80 61,8 RDW (%) 11,6-14,8 12,6 Obat dibawa pulang: MCV (fL) 92-121 81,1 Umur: 54 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 26,6 D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 32,8 Trauma capitis MPV (fL) 4,0-11 7,47 PDW (fL) 10,0-18 19,2 Tgl masuk: Tanda Vital 12/8/2008 D. sekunder: Suhu (ºC) 12/8-15/8 berkisar antara 36- 37,5 (12/8 malam-13/8 pagi 38) Multiple V Nadi (x/menit) 7/8-15/8 berkisar antara 80-88 Nafas (x/menit) 7/8-15/8 berkisar antara 18-22 Tgl keluar: Tekanan darah 7/8-15/8 berkisar antara 140/100 – 170/100 15/8/2008 D. keluar:
Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
Perbaikan 12/8-14/8 15/8. Noperten 5mg 1x1 (oral) √ Ceradolan 200g 2x1 (oral) √ Bellaphen 2x1 (oral) √ Pronalges 2x1 (oral) √ Nootropil 1200mg 2x1 (oral) √ Kedacillin 1gram 3x1 (injeksi) √ Remopain 3% 3x1 (injeksi) √ Kalnex 500mg 2x1 (injeksi) √ Neurotam 3gram 1x1 (injeksi) √
108
Kasus 7
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan 18/8.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 14,3 01921015 Hematokrit (%) 36-46 41,2 Eritrosit (juta/mmk) 4,1-5,3 4,94 Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 240 HSP Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 4,33 Eosinofil (%) 0-5 1,2 JK :P Basofil (%) 0-2 0 Limfosit (%) 13-40 32,1 Monosit (%) 2,0-11 5,5 Segmen (%) 47-80 60,7 RDW (%) 11,6-14,8 13,3 MCV (fL) 92-121 83,40 Umur: 60 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 28,90 D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 34,70 CVA non hemo- MPV (fL) 4,0-11 9,90 ragi, DM PDW (fL) 10,0-18 10,90 Kdr fibrinogen (mg/dL) 200-400 417 Tgl masuk: D. sekunder: Tanda Vital Tanda Vital 18/8/2008 CVA non hemo- Suhu (ºC) Suhu (ºC) 20/8-25/8 berkisar antara 36 - 37,1 Ragi Nafas (x/menit) Nadi (x/menit) 20/8-25/8 berkisar antara 80-84 Nadi (x/menit) Nafas (x/menit) 20/8-25/8 berkisar antara 20 Tgl keluar: Tekanan darah 20/8-25/8 berkisar antara 140/70–170/100 25/8/2008 D. keluar: Obat dibawa pulang:
Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
Perbaikan 18/8 19/8-20/8 21/8-22/8 23/8-25/8 Glucophag 2x1 (oral) √ √ √ Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ Nimotop 30mg 3x1 (oral) √ √ Fraxiparine 0,4cc 2x1 (injeksi) √ √ Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √(19/8) Kalnex 500mg 3x1 (injeksi) √ Actrapid 8ui (injeksi) √ Nimotop 2,5cc/jam (inj) √
109
Kasus 8
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan
2/8. 2/8.Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal Hasil Laboratorium Normal RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 14 MCV (fL) 92-121 86,6 01920275 kanan lemas, Hematokrit (%) 36-46 45,7 MCH (Pg) 31-37 26,5 bicara pelo Eritrosit (juta/mmk) 4,1-5,3 5,28 MCHC (g/dL) 29-36 30,6 Inisial : Tanda Vital Trombosit (ribu/mmk) 140-440 320 MPV (fL) 4,0-11 9 BNI Suhu (ºC) Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 7,87 PDW (fL) 10,0-18 9 Nafas (x/menit) Eosinofil (%) 0-5 3,3 Ms protombin (detik) 12,0-18,0 12 JK :P Diagnosis Nadi (x/menit) Basofil (%) 0-2 0,5 PT control (detik) 12,0-18,0 16,2 D. utama: Limfosit (%) 13-40 25,2 Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 22,2 Umur: 60 thn CVA Monosit (%) 2,0-11 5,6 APTT control (detik) 25-35 33,3 non hemeoragi Segmen (%) 47-80 65,4 INR 0,8-1,2 0,9 RDW (%) 11,6-14,8 14,2 Kdr fibrinogen (mg/dL) 200-400 411 Tanda Vital Suhu (ºC) 6/8-15/8 berkisar antara 36,1 - 37,2 Nadi (x/menit) 6/8-15/8 berkisar antara 80-88 Nafas (x/menit) 6/8-15/8 berkisar antara 18-22 D. sekunder: Tekanan darah 6/8-15/8 berkisar antara 130/80 – 190/100 Tgl masuk: - Obat dibawa pulang: Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian 1/8/2008 2/8-3/8 4/8-6/8 7/8-9/8 10/8-11/8 12/8-15/8
Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √ Clopidogrel 75mg 1x1 (oral) √ (3/8) √ √ √ √ Tgl keluar: Mucopect syrp 3x1 cth (oral) √ √ (13/8) 15/8/2008 Diovan 40mg 1x1 (oral) √ √ √ √ D. keluar: Tensivask 5mg 1x1 (oral) √ √ √ Perbaikan Pletaal 50mg 2x1 (oral) √ √ √ Neurotam 800mg 2x1 (oral) √ Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ √ √ Fraxiparine 0,4cc 2x1 (injeksi) √ (3/8) √ √ (7/8) Kenalox 2x1 (injeksi) √ (14/8) Nicholin 1x1 (injeksi) √ Brainact 125mg 2x1 (injeksi) √ (9/8) √ √ Remopain 3% 1x1 (inj-extra) √ (5/8) Manitol 125ml 4x1 (injeksi) √ Nootropil 12gram 1x1 (injeksi) √ √ √ √ √ (12/8)
110
Kasus 9
Data Diri Pemeriksaan
Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan
6/8 (15.52) 6/8 (21.11) 7/8 (08.59) 7/8 (11.02) 8/8 (09.00)
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: Kecelakaan, Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 12,9 12,5 9,0 11,6 15,4
01920446 Operasi Hematokrit (%) 36-46 36,1 38,6 31,0 31,0 42,0
Tanda Vital Eritrosit (juta/mmk) 4,1-5,3 4,17
Inisial : Diagnosis Suhu (ºC) Trombosit (ribu/mmk) 140-440 265
SPW D. sementara: Nafas (x/menit) Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 19,0
fraktur coste 3-5 Nadi (x/menit) Eosinofil (%) 0-5 0,1
JK :P D Basofil (%) 0-2 0,2
Limfosit (%) 13-40 4,9
D. utama: Obat dibawa pulang: Monosit (%) 2,0-11 6,8
epidural Segmen (%) 47-80 88,1
Hemiperfusi RDW (%) 11,6-14,8 11,40 MCV (fL) 92-121 86,6 Umur: 56thn D. sekunder: MCH (Pg) 31-37 30,9 fraktur tempo MCHC (g/dL) 29-36 35,7 Tgl masuk: frontal kiri MPV (fL) 4,0-11 7,21
6/8/2008 PDW (fL) 10,0-18 18,4
D. keluar: Tanda Vital Perbaikan Suhu (ºC) 14/8-19/8 berkisar antara 36 - 37 (14/8 malam 37,8)
Tgl keluar: Nadi (x/menit) 14/8-19/88 berkisar antara 80-88 19/8/2008 Nafas (x/menit) 14/8-19/8 berkisar antara 18-22
Tekanan darah 14/8-19/8 berkisar antara 110/70 – 130/90
111
Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
7/8-8/8 9/8. 10/8. 11/8-12/8 13/8-19/8
Polycrol 3x1 (oral) √ √ √
IMC
Phenitoin 1x1 (oral) √ √ Profenid E-100 200mg 2x1 (oral) √ √ √ Surbex T 1x1 (oral) √ √ Promag 1x1 (oral) √ √ (3x1) Nootropil 1200mg 2x1 (oral) √ Excelase 3x1 (oral) √ Pronalges 2x1 (oral) √ Kalnex 500mg 2x1 (oral) √ Kloramfenikol 3x2 (oral) √ Ultracet 3x1 (oral) √ (19/8) Ikaphen 2x1 (oral) √ Mucosta 3x1 (oral) √ (19/8) Noros 1x1 (oral) √ (19/8) Ceftriaxone 1gram 2x1 (injeksi) √ √ Kalnex 500mg 2x1 (injeksi) √ √ √ Piracetam 3gram 2x1 (injeksi) √ √ √ Phenitoin 100mg 2x1 (injeksi) √ √ Rantin 2x1 (injeksi) √ √ Ketorolac 3% 3x1 (injeksi) √ √ Vit K 1x1 (injeksi) √ Lasix 1x1 (injeksi) √
Chloramex 1gram 1x1 (injeksi) √ (8/8)
112
Kasus 10
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan 7/8. 7/8.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal Hasil Laboratorium Normal RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 13,5 MCV (fL) 92-121 66,5 01920482 kanan lemas, Hematokrit (%) 41-53 45,8 MCH (Pg) 31-37 19,6 sulit menelan Tanda Vital Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 6,89 MCHC (g/dL) 29-36 29,5 Inisial : dan bicara Suhu (ºC) Trombosit (ribu/mmk) 140-440 395 MPV (fL) 4,0-11 9,9 YHM Nafas (x/menit) Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 12,5 PDW (fL) 10,0-18 10,6 Diagnosis Nadi (x/menit) Eosinofil (%) 0-5 0,3 Ms protombin (detik) 12,0-18,0 14,8 JK : L D. utama: Basofil (%) 0-2 0,2 PT control (detik) 12,0-18,0 16,2 CVA Limfosit (%) 13-40 12,6 Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 23,7 Umur: 53 thn non hemeoragi Obat dibawa pulang: Monosit (%) 2,0-11 4,9 APTT control (detik) 25-35 33,10 Segmen (%) 47-80 82 INR 0,8-1,2 1,10 RDW (%) 11,6-14,8 20,80 Tgl masuk: D. sekunder: Tanda Vital 7/8/2008 - Suhu (ºC) 7/8-19/8 berkisar antara 36 - 37 (8/8 malam 37,8-38) Nadi (x/menit) 7/8-19/8 berkisar antara 76-88 Nafas (x/menit) 7/8-19/8 berkisar antara 18-22 Tgl keluar: D. keluar: Tekanan darah 7/8-19/8 berkisar antara 110/80 – 160/100 19/8/2008 perbaikan Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
7/8. 8/8-10/8 11/8. 12/8-15/8 16/8. 17/8-18/8
Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √ √ Triatec 2,5mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √ Ubi-Q 30mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √ Paracetamol 500mg 3x1 , b/p (oral) √ Pletaal 50mg 2x1 (oral) √ √ √ Levofloxacin 500mg 2x1 (oral) √ √ √ Serolin 10mg 3x1 (oral) √ Neurotam 800mg 3x1 (oral) √ Ceftriaxone 100mg 2x1 (injeksi) √ √ √(12/8) Nicholin 250mg 2x1 (injeksi) √ √ √ √ Neurotam 12gram 1x1 (injeksi) √ √ √ √ Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ √ √ √ (12/8) Brainact 250mg 1x1 (injeksi) √ (+19/8)
113
Kasus 11
Data Diri Pemeriksaan
Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan 25/8
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: 2 hari yang lalu Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 14,3 01919151 pelo, kaki kanan Hematokrit (%) 36-46 38,4 terasa ringan Eritrosit (juta/mmk) 4,1-5,3 5,18 Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 293,0 SHT Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 17,05 Eosinofil (%) 0-5 0,1 JK :P Basofil (%) 0-2 0,1 Diagnosis Limfosit (%) 13-40 8,0 D. utama: Monosit (%) 2,0-11 6,7 CVA Segmen (%) 47-80 85,1 non hemeoragi RDW (%) 11,6-14,8 13,80 MCV (fL) 92-121 74,10 Umur: 65 thn MCH (Pg) 31-37 27,60 MCHC (g/dL) 29-36 37,20 MPV (fL) 4,0-11 8,40 D. sekunder: Tanda Vital PDW (fL) 10,0-18 7,70 Hipertensi, Suhu (ºC) Tanda Vital disarthria Nafas (x/menit) Suhu (ºC) 25/8-1/9 berkisar antara 36 – 37 Nadi (x/menit) Nadi (x/menit) 25/8-1/9 berkisar antara 80-88 Nafas (x/menit) 25/8-1/9 berkisar antara 18-20 Tekanan darah 25/8-1/9 berkisar antara 140/70 – 160/100 Tgl masuk: Obat dibawa pulang: (26/8 160/140) 9/8/2008 D. keluar: Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian perbaikan 25/8-26/8 27/8-29/8 30/8 31/8-2/9
Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √ √ Tgl keluar: Tarontal 400mg 1x1 (oral) √ 1/9/2008 Neurotam 800mg 3x1 (oral) √ HCT 25mg 1x1 (oral) √ √ √ Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ √ Neurotam 12gram 1x1 (injeksi) √ (26/8) √
114
Kasus 12
Data Diri Pemeriksaan
Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan
14/8 15/8 19/8
(03.40) 19/8
(09.03)
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: kecelakaan, tidak Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 8,18 12,1 17,2 18,9 01920569 sadar, muntah Hematokrit (%) 36-46 27,4 36,0 48,0 54,0 pCO2 35-45 41,7 38,5 37,4 Inisial : pO2 83-108 42,4 51,9 61,1 WMT Diagnosis O2 saturasi 95-98 99,9 87,3 93,3
D. utama: Tanda Vital JK :P - Tanda Vital Suhu (ºC) Suhu (ºC) Nadi (x/menit) 20/8-1/9 berkisar antara 80-90 Umur: 75 thn Nafas (x/menit) Nafas (x/menit) 20/8-1/9 berkisar antara 18-22 D. sekunder: Nadi (x/menit) Tekanan darah 20/8-1/9 berkisar antara 110/70-160/80 -
Tgl masuk: Nama Obat Pemberian&CP
Tanggal Pemberian
18/8/2008 D. keluar: 20/8-21/8 22/8-24/8 25/8-26/8 27/8-31/8
perbaikan Obat dibawa pulang: Methycobal 500 mg 3x1 (oral) √ √ √ Nimotop 30mg 3x1 (oral) √ √ √ Tgl keluar: Zaldiar 3x1 (oral) √ √ √ 27/8/2008 Brainact 500mg 2x1 (oral) √ √ (22/8) Ikaphen 100mg 2x1 (oral) √ √ √ √ (27-29/8) Noros 1x1 (oral) √ √ √ √ (27/8-1/9) Cefspan 100mg 2x1 (oral) √ Paracetamol 500mg 2x1,b/p (oral) √ (21/8) √(23-24/8) Cefadroxil 500mg 2x1 (oral) √ √(27/8-1/9) Diabex 500mg 1x½ (oral) √ Gliserol 4x20cc (inj) √ √ (23/8) Piracetam 3gram 2x1 (injeksi)
115
Kasus 13
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan 17/8
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 16 01920977 kiri lemas Hematokrit (%) 41-53 46,7 Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 5,22 Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 240,0 SKM Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 8,27 Eosinofil (%) 0-5 2,4 JK : L Basofil (%) 0-2 0,5 Limfosit (%) 13-40 44,7 Monosit (%) 2,0-11 4,7 Segmen (%) 47-80 47,7 RDW (%) 11,6-14,8 15,10 MCV (fL) 92-121 89,50 Umur: 55thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 30,70 D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 34,30 CVA MPV (fL) 4,0-11 9,70 non hemeoragi Tanda Vital PDW (fL) 10,0-18 9,30 Suhu (ºC) Ms protombin (detik) 12,0-18,0 14,0 Nafas (x/menit) PT control (detik) 12,0-18,0 16,2 Nadi (x/menit) Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 25,70 APTT control (detik) 25-35 33,10 INR 0,8-1,2 1,00 D. sekunder: Kdr fibrinogen (mg/dL) 200-400 441 Tgl masuk: - Obat dibawa pulang: Tanda Vital 17/8/2008 Suhu (ºC) 18/8-21/8 berkisar antara 36 – 37 Nadi (x/menit) 18/8-21/8 berkisar antara 60-84 Nafas (x/menit) 18/8-21/8 berkisar antara 18-20 Tgl keluar: Tekanan darah 18/8-21/8 berkisar antara 110/60–140/90 21/8/2008 D. keluar:
Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
perbaikan 17/8 18/8-19/8 20/8-21/8 Allupent 20mg 2x½ (oral) √ √ (19/8) Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ Piracetam 800mg 3x1 (oral) √ (21/8) Tarontal 400mg 2x1 (oral) √ (21/8) Dalfarol 2x1 (oral) √ √ Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ (18/8) Piracetam 12gram 1x1 (injeksi) √ √ √ (20/8)
116
Kasus 14
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan
13/8Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: jatuh dari tempat Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 13,4 01920739 tidur, leher sakit, Hematokrit (%) 41-53 39,2 ibu jari kaki kiri Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 4,39 Inisial : luka Trombosit (ribu/mmk) 140-440 157,0 TKD Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 7,36 Eosinofil (%) 0-5 3,8 JK : L Tanda Vital Basofil (%) 0-2 0,8 Suhu (ºC) Limfosit (%) 13-40 27,9 Nafas (x/menit) Monosit (%) 2,0-11 4,5 Nadi (x/menit) Segmen (%) 47-80 63,0 RDW (%) 11,6-14,8 13,70 Obat dibawa pulang: MCV (fL) 92-121 89,30 Umur: 80 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 30,50 D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 34,20 Fraktur V cervical MPV (fL) 4,0-11 10,30 3,4,5 PDW (fL) 10,0-18 10,80 Tgl masuk: Tanda Vital 13/8/2008 Suhu (ºC) 16/8-19/8 berkisar antara 36,2 – 37 D. sekunder: Nadi (x/menit) 16/8-19/8 berkisar antara 72-84 - Nafas (x/menit) 16/8-19/8 berkisar antara 18-20 Tgl keluar: Tekanan darah 16/8-19/8 berkisar antara 120/70 – 130/90 19/8/2008 D. keluar:
Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
perbaikan 15/8 16/8 17/8-19/8
Cefspan 100mg 2x1 (oral) √ √ (17/8-18/8) Zaldiar 3x1 (oral) √ √ Nootropil 800mg 2x1 (oral) √ √ Neurosanbe 2x1 (oral) √ √ Q-ten 100mg 1x1 (oral) √ √ Somerol 250mg 2x1 (injeksi) √ √ (1x1) Kedacillin 2x1 (injeksi) √ √ √ (17/8) Remopain 3% 2x1 (injeksi) √ √ Nootropil 3gram 2x1 (injeksi) √ √
117
Kasus 15
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan
18/8 19/8Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 13,8 01921008 kiri lemas Hematokrit (%) 36-46 41,7 Eritrosit (juta/mmk) 4,1-5,3 4,28 Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 200,0 PNR Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 7,08 Eosinofil (%) 0-5 0,7 JK :P Basofil (%) 0-2 0,7 Limfosit (%) 13-40 15,5 Monosit (%) 2,0-11 5,8 Segmen (%) 47-80 77,3 RDW (%) 11,6-14,8 14,6 MCV (fL) 92-121 97,5 Umur: 50 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 32,4 D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 33,20 CVA MPV (fL) 4,0-11 9,19 non hemeoragi Tanda Vital PDW (fL) 10,0-18 21,50 Suhu (ºC) Ms protombin (detik) 12,0-18,0 16,2 Nafas (x/menit) PT control (detik) 12,0-18,0 16,2 Nadi (x/menit) Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 25,8 APTT control (detik) 25-35 33,10 INR 0,8-1,2 1,30 1,30 D. sekunder: Kdr fibrinogen (mg/dL) 200-400 371 Tgl masuk: - Obat dibawa pulang: Tanda Vital 18/8/2008 Farmasal 100mg 1x1 (oral) Suhu (ºC) 20/8-27/8 berkisar antara 36,2 – 37 Digoxin 0,5mg 1x1 (oral) Nadi (x/menit) 20/8-27/8 berkisar antara 76-88 Furosemid 1x½ (oral) Nafas (x/menit) 20/8-27/8 berkisar antara 18-22Tgl keluar: Aspar K 1x1 (oral) Tekanan darah 20/8-27/8 berkisar antara 130/80 – 160/100 27/8/2008 (21/8 pagi 180/90) D. keluar: 5/9 Furosemid diminum 2x½
Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
perbaikan tanpa ada konfirmasi dengan 18/8-19/8 20/8-21/8 22/8-23/8 24/8-27/8 Dokter Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √ √ Digoxin 0,5mg 1x1 (oral) √ √ √ √ Furosemid 1x½ (oral) √ √ Aspar K 1x1 (oral) √ √ Fraxiparine 0,4cc 2x1 (injeksi) √ √ Fluxum 0,4cc 2x1 (injeksi) √ Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √
118
Kasus 16
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan
19/8 Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: kecelakaan, Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 13,80 01921036 muntah, pusing Hematokrit (%) 41-53 40,2 Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 4,66 Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 245 TNY Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 19,10 Tanda Vital Eosinofil (%) 0-5 0,1 JK : L Suhu (ºC) Basofil (%) 0-2 0,3 Nafas (x/menit) Limfosit (%) 13-40 6,1 Nadi (x/menit) Monosit (%) 2,0-11 4,5 Segmen (%) 47-80 89,0 Obat dibawa pulang: RDW (%) 11,6-14,8 13,30 MCV (fL) 92-121 86,30 Umur: 21 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 29,60 D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 34,30 Trauma capitis MPV (fL) 4,0-11 9,90 PDW (fL) 10,0-18 10,80 Tanda Vital Suhu (ºC) 19/8-26/8 berkisar antara 36 – 37 Nadi (x/menit) 19/8-26/8 berkisar antara 80-88 Nafas (x/menit) 19/8-26/8 berkisar antara 20 D. sekunder: Tekanan darah 19/8-26/8 berkisar antara 120/90 Tgl masuk: - 20/8 pagi 180/100, siang 190/120, 23/8 malam 80/60 19/8/2008 Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian 19/8-20/8 21/8-22/8 23/8-24/8 25/8-26/8 Polycrol 400mg 3x2 (oral) √ (20/8) √ Tgl keluar: Neurotam 800mg 2x1 (oral) √ (20/8) √ √ √ 26/8/2008 Nonflamin 50 mg 3x1 (oral) √ (20/8) √ √ √ D. keluar: Rhinofed 2x1 (oral) √ (20/8) √ √ √ Perbaikan Kalnex 500mg 3x1 (oral) √ (20/8) √ √ (23/8) √ Clavamox 500mg 3x1 (oral) √ (20/8) √ √ (23/8) √ Yekalgin 3x1 (oral) √ (20/8) √ √ √ Methyl prednisolon 2x1 (oral) √ (26/8) Piracetam 3gram 2x1 (injeksi) √ Kalnex 500mg 3x1 (injeksi) √ Ketorolac 2x1 (injeksi) √ Ranitidine 50mg 2x1 (injeksi) √
119
Kasus 17
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan
21/8 21/8Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal Hasil Laboratorium Normal RM: ± 1 tahun kaki Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 17,0 MCV (fL) 92-121 83,30 00964050 kiri lemas, tangan Hematokrit (%) 41-53 49,0 MCH (Pg) 31-37 28,90 kanan dan kiri Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 5,88 MCHC (g/dL) 29-36 34,70 Inisial : juga lemas Tanda Vital Trombosit (ribu/mmk) 140-440 217,0 MPV (fL) 4,0-11 11,30 SGY Suhu (ºC) Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 11,66 PDW (fL) 10,0-18 13,30 Nafas (x/menit) Eosinofil (%) 0-5 2,8 Ms protombin (detik) 12,0-18,0 12,9 JK : L Diagnosis Nadi (x/menit) Basofil (%) 0-2 0,3 PT control (detik) 12,0-18,0 14,7 D. utama: Limfosit (%) 13-40 22,0 Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 32,60 Umur: 43 thn Schwaoma Monosit (%) 2,0-11 3,7 APTT control (detik) 25-35 27,10 Segmen (%) 47-80 71,2 INR 0,8-1,2 0,90 Obat dibawa pulang: RDW (%) 11,6-14,8 13,80 Kdr fibrinogen (mg/dL) 200-400 347 Tgl masuk: D. sekunder: Tanda Vital 21/8/2008 - Suhu (ºC) 21/8-1/9 berkisar antara 36 - 37,1 (28/8 malam 38,5) Nadi (x/menit) 18/8-21/8 berkisar antara 80-88 (28/8 malam 96 ) Nafas (x/menit) 18/8-21/8 berkisar antara 18-20 Tekanan darah 18/8-21/8 berkisar antara 110/70-140/90 (28/8 malam 160/100) Tgl keluar: D. keluar: Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
1/9/2008 Perbaikan 21/8-22/8 23/8-24/8 25/8 26/8-27/8 28/8-30/8
Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ Methycobal 250 mg 3x1 (oral) √ (22/8) √ (23/8 puasa) √ Vit. B1 3x1 (oral) √ √ √ Ciprofloxacin 500mg 3x1 (oral) √ (29-30/8) Ondansetron 8mg 2x1 (oral) √ √ Ketorolac 3% 2x1 (injeksi) √ √ Methy prednisolon 125mg 1x1 (injeksi) √ √ Ranitidin 50 mg 2x1 (injeksi) √ √ √ (smp 29/8) Vit. C 200 mg 2x2 (injeksi) √ √ (smp 29/8) Ceftriaxone 1gram 2x1 (injeksi) √ √ √ (smp 29/8) Medixon 2x1 (injeksi) √ √ √ Rantin 50 mg 2x1 (injeksi) √ √ √ Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ (21/8) Narfoz 8mg 1x1 (injeksi) √ (29/8)
120
Kasus 18
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan
12/8. 12/8
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal Hasil Laboratorium Normal RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 14,0 MCV (fL) 92-121 90,80 01921959 kanan lemas, Hematokrit (%) 41-53 41,8 MCH (Pg) 31-37 30,50
Pusing Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 4,61 MCHC (g/dL) 29-36 33,60 Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 329,0 MPV (fL) 4,0-11 8,20 ASM Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 7,97 PDW (fL) 10,0-18 20,70
Eosinofil (%) 0-5 1,0 Ms protombin (detik) 12,0-18,0 12,3 JK : L Diagnosis Tanda Vital Basofil (%) 0-2 1,1 PT control (detik) 12,0-18,0 14,7 D. utama: Suhu (ºC) Limfosit (%) 13-40 23,5 Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 25,50 Umur: 68 thn CVA Nafas (x/menit) Monosit (%) 2,0-11 3,0 APTT control (detik) 25-35 27,10 non hemeoragi Nadi (x/menit) Segmen (%) 47-80 71,4 INR 0,8-1,2 0,90
RDW (%) 11,6-14,8 12,0 Tanda Vital Obat dibawa pulang: Suhu (ºC) 25/8-29/8 berkisar antara 36 – 37 Nadi (x/menit) 25/8-29/8 berkisar antara 80-88 D. sekunder: Nafas (x/menit) 25/8-29/8 berkisar antara 18-20 - Tekanan darah 25/8-29/8 berkisar antara 120/70 – 150/90 (25/8-26/8 sekitar 160/90-170/90) Tgl masuk: Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
24/8/2008 24/8 25/8-28/8 29/8
Plavix 75mg 1x1 (oral) √ √ √ Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √Tgl keluar: D. keluar: Serolin 10mg 3x1 (oral) √ √ 29/8/2008 Perbaikan Methycobal 250mg 3x1 (oral) √ √ Yekaneuron 2x1 (oral) √ Piracetam 800mg 2x1 (oral) √ Tarontal 100mg 2x1 (oral) √ Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ √ Piracetam 12gram 1x1 (injeksi) √ √ √
121
Kasus 19
Data Diri Pemeriksaan Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan 8/9.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal RM: kecelakaan, Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 15,0 01921959 Pingsan Hematokrit (%) 41-53 42,6 Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 4,20Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 189,0 ASR Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 18,01 Eosinofil (%) 0-5 0,3 JK : L Basofil (%) 0-2 0,2 Tanda Vital Limfosit (%) 13-40 10,0 Suhu (ºC) Monosit (%) 2,0-11 4,9 Nafas (x/menit) Segmen (%) 47-80 84,6 Nadi (x/menit) RDW (%) 11,6-14,8 13,50 MCV (fL) 92-121 88,80 Umur: 27 thn Diagnosis Obat dibawa pulang: MCH (Pg) 31-37 31,30 D. utama: Mulax MCHC (g/dL) 29-36 35,20 Trauma capitis Clavamox 500mg 2x1 tiap 12 jam MPV (fL) 4,0-11 9,90 smp habis (oral) PDW (fL) 10,0-18 11,10 Tgl masuk: Gingkan 2x1 (oral) Tanda Vital 8/9/2008 D. sekunder: Neurotam 400mg 2x1 (oral) Suhu (ºC) 11/9-12/9 berkisar antara 36,5 – 37 - Esilgan 1mg 1x1 malam (oral) Nadi (x/menit) 11/9-12/9 berkisar antara 80-88 Pronalges 50mg 2x1 (oral) Nafas (x/menit) 11/9-12/9 berkisar antara 20 Tgl keluar: Meloxicam 15mg 1x1 (oral) Tekanan darah - 12/9/2008 D. keluar:
Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
Perbaikan 10/9. 11/9.
Mulax 1x1 (oral) √ Neurotam 800mg 2x1 (oral) √ Clavamox 500mg 2x1 (oral) √ Pronalges 2x1 (oral) √ Kedacillin 1gram 2x1 (injeksi) √ √ Ketorolac 30mg 2x1 (injeksi) √ √ Piracetam 1gram 1x1 (injeksi) √ √ Rantin 50mg 2x1 (injeksi) √ √
122
Kasus 20
Data Diri Pemeriksaan
Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal
Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan
11/9. 11/9.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal Hasil Laboratorium Normal RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 17,50 MCV (fL) 92-121 90,30
01922087 kanan lemas, Hematokrit (%) 41-53 50,2 MCH (Pg) 31-37 31,50
mendadak sulit Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 5,56 MCHC (g/dL) 29-36 34,90
Inisial : Bicara Tanda Vital Trombosit (ribu/mmk) 140-440 291,0 MPV (fL) 4,0-11 10,00
RDH Suhu (ºC) Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 7,75 PDW (fL) 10,0-18 10,70
Nafas (x/menit) Eosinofil (%) 0-5 0,4 Ms protombin (detik) 12,0-18,0 14,9 JK : L Diagnosis Nadi (x/menit) Basofil (%) 0-2 0,6 PT control (detik) 12,0-18,0 17,8 D. utama: Limfosit (%) 13-40 13,2 Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 26,70 CVA Monosit (%) 2,0-11 3,7 APTT control (detik) 25-35 29,10 non hemeoragi Segmen (%) 47-80 82,1 INR 0,8-1,2 1,10 Obat dibawa pulang: RDW (%) 11,6-14,8 13,60 Kdr fibrinogen (mg/dL) 200-400 430
Farmasal 100mg 1x1 (oral) Tanda Vital Umur: 52 thn D. sekunder: Yekaneuron 3x1 (oral) Suhu (ºC) 11/9-20/9 berkisar antara 36 - 37,5 - Neurotam 800mg 3x1 (oral) Nadi (x/menit) 11/9-20/9 berkisar antara 80-88 Tarontal 400mg 2x1 (oral) Nafas (x/menit) 11/9-20/9 berkisar antara 18-20 Tgl masuk: Tekanan darah 11/9-20/9 berkisar antara 120/80-140/80 11/9/2008 D. keluar: (12/9 pagi 160/100; 15/9, 150/90) Perbaikan
Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
11/9-14/9 15/9 16/9-20/9
Tgl keluar: Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √ 20/9/2008 Yekaneuron 3x1 (oral) √ √ √ Neurotam 800mg 3x1 (oral) √ Tarontal 400mg 2x1 (oral) √ Primperan 10mg 1 amp, b/p (inj) √ Omeprazole 40mg 1x1 (injeksi) √ Piracetam 12gram 1x1 (injeksi) √ √ Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ √ Ulsikur 200mg 2x1 (injeksi) √
123
Lampiran 9
Informed consent
124
125 Lampiran 10
Surat Ijin Penelitian
126
BIOGRAFI PENULIS
Francisca Tri Wituningtyas merupakan anak ketiga
dari pasangan Fransiscus Xaverius Soewito dan Caecilia Sri
Hari Pujiastuti, lahir di Surakarta pada tanggal 26 Maret
1987. Mengenyam pendidikan awal di Taman Kanak-kanak
Marsudirini Surakarta pada tahun 1991-1993. Setelah itu
melanjutkan di Sekolah Dasar “Santo Yusuf” Marsudirini
Surakarta pada tahun 1993-1999. Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama ditempuh di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 4
Surakarta pada tahun 1999-2002. Setelah itu melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Surakarta. Selanjutnya menempuh studi
pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Univeritas Sanata Dharma Yogyakarta
pada tahun 2005 dan menyelesaikan studi pada tahun 2009.
Selama aktif sebagai mahasiswa, penulis pernah mengikuti beberapa
organisasi dan kepanitiaan, diantaranya sebagai Manager Divisi Kesejahteraan
Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) Farmasi periode 2007,
Anggota Hubungan Masyarakat (Humas) Eksternal Jaringan Mahasiswa
Kesehatan Indonesia (JMKI) Komisariat Universitas Sanata Dharma periode
2007, Inisiasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (TITRASI) 2006 (Sie
Kesekretariatan), Inisiasi Sanata Dharma (INSADHA) 2007 (Sie Pendamping
Kelompok), Aksi Donor Darah 2006 (Sie Humas), Seminar HIV/AIDS 2007 (Sie
Humas), dan lainnya.
Top Related