BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Geografi Pariwisata
Geografi adalah ilmu yang mengkaji hubungan yang sifatnya timbal balik,
tidak hanya terbatas pada hubungan manusia dengan manusia, melainkan juga
hubungan antara manusia dengan unsur-unsur fisikal yaitu hubungan timbal balik
antara manusia dan alam atau dengan lingkungannya (Soeharto, 1999: 2). Menurut
Bintarto dan Surastopo (1979) dalam Astina (2003: 2) bahwa Geografi sebagai ilmu
yang mengkaji interaksi manusia dan lingkungan sebagai suatu sistem rumah tangga
(ekosistem) dan sistem keruangan (spatial sistem) antara aspek fisik dan aspek
manusia selalu terkait dalam setiap pembahasannya. Geografi akan menyimpang dari
tujuannya, apabila tidak terjadi adanya konsep penyatuan.
Suatu hal ditemukan dalam bidang pariwisata yaitu dapat menggabungkan dua
cabang dari geografi yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Menurut
Simandjuntak (2000) pada prinsipnya terdapat tiga manfaat utama mempelajari
pengetahuan geografi dalam bidang kepariwisataan yaitu:
1. Pengetahuan geografi digunakan sebagai dasar dalam mengenal produk wisata
2. Geografi digunakan sebagai alat dalam merencanakan kegiatan dan program
pariwisata disuatu daerah tujuan wisata (DTW).
3. Ilmu geografi, khususnya geografi sosial dapat dijadikan sumber informasi dasar
pasar wisata suatu daerah tujuan wisata (DTW).
11
Salah satu manfaat mempelajari Geografi, dapat digunakan dalam bidang
kepariwisataan, maka dapat dipahami bahwa perjalanan manusia dari suatu tempat ke
tempat lainnya itu mengandung arti perpindahan yang terjadi sehingga
mengakibatkan dapat ditemuinya tiga komponen penting, yaitu:
1. Daerah Asal Wisatawan (DAW) yaitu komponen permintaan wisata yang juga
tempat kediaman wisatawan (pasar wisata)
2. Daerah Tujuan Wisata (DTW) merupakan tempat penawaran atau daya tarik
wisata (produk wisata)
3. Rute Antara merupakan komponen penghubung, komponen ini menjadi
jembatan antara potensi wisata dengan kegiatan dan kemampuan wisatawan.
Ketiga komponen ini menghasilkan pergerakan wisatawan dari DAW ke
DTW melalui Rute Antara. Pergerakan ini disebut sebagai arus wisatawan (tourist
flow) yang merupakan bentuk interaksi ruang antara DTW dan DAW yang
dipengaruhi oleh aksesibilitas daya tarik dan fasilitas wisata (Simandjuntak, 2000).
Menururt Able, at, al (1971) dalam Astina (2003: 21) ditinjau dari pendekatan
geografi kegiatan pariwisata merupakan interaksi keruangan, baik dalam tingkat
lokal, regional, nasional regional kawasan, tertentu maupun tingkat internasional.
Adanya interaksi keruangan ini didasari pada (1) proses untuk saling melengkapi
antara wilayah (regional complementary), (2) adanya kesempatan antara (intervering
opportunity), dan (3) kemudahan pemerintah secara keruangan (spatial tranferability)
yang diukur dengan satuan jarak, biaya dan waktu.
12
B. Pengertian Pariwisata
Pada dasarnya setiap manusia memiliki sifat rasa ingin tahu (curoisity).
Manusia ingin tahu segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar lingkungannya,
sehingga selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Mobilitas merupakan
ciri khasnya sejak zaman dahulu sebelum mengenal adanya komunikasi
menggunakan tulisan. Manusia tidak pernah puas akan satu tempat untuk memenuhi
kebutuhan dalam melangsungkan hidupnya. Jangkauan tempat yang ingin diketahui
semakin lama semakin meluas. Keinginan untuk mengetahui daerah lain dengan jarak
yang semakin jauh tidak lagi menjadi permasalahan, karena didukung dengan adanya
kemajuan teknologi dibidang transportasi, sehingga orang dapat melakukan
perjalanan ke tempat yang sangat jauh dengan mudah dan aman.
Berbagai macam kebutuhan manusia, salah satunya adalah kebutuhan akan
wisata. Kegiatan wisata merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
masyarakat yang memiliki waktu luang (leisure), sehingga sangat menunjang untuk
kebutuhan tersebut. Leisure berasal dari bahasa latin “licere” yang artinya
diperkenankan atau waktu bebas untuk istirahat dan bebas dari segala macam
pekerjaan (Sujali, 1989: 1). Leisure atau waktu senggang merupakan kegiatan dalam
bepergian, dan pada umumnya dilakukan setelah jam kerja untuk tujuan istirahat,
bermain, kegiatan sosial atau bentuk-bentuk yang lain. Leisure of time merupakan
konsep pariwisata yang berbasis off work, artinya dari waktu senggang yang dimiliki
oleh seseorang untuk bebas dari segala macam pekerjaannya, mereka dapat
mengadakan rekreasi. Rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan selama waktu
senggang (leisure) untuk menciptakan suasana baru dengan menghilangkan atau
13
mengurangi seluruh kegiatan yang dilakukan sebelumnya. Bentuk aktifitas rekreasi
ada 4 macam yaitu:
1. Home Based Recreation, yaitu rekreasi yang dapat dilakukan di dalam rumah
(local/home), seperti membaca, berkebun, menonton tv
2. Daily Leisure, yaitu kegiatan rekreasi yang bisa dilakukan diluar rumah (local
area) dalam satu hari, seperti nonton bioskop, teater
3. Day Trip, yaitu kegiatan rekreasi untuk megunjungi suatu daerah yang lebih
bersifat piknik, seperti pergi kepantai
4. Tourism, yaitu kegiatan rekreasi dengan mengadakan perjalanan yang jauh
dari rumah atau tempat kerja dan meletakkan segala aktifitas demi kebutuhannya
ditempat tersebut dengan cara menginap. Kegiatan ini dapat juga dilakukan lintas
negara atau dalam wilayah negara.
Konsep pariwisata tidak hanya terbatas pada off work, tetapi juga
menggunakan konsep on work. Kegiatan semacam ini dilakukan ketika seseorang
atau sekelompok orang sedang bekerja. Bentuk kegiatan ini disebut dengan Bussiness
Travel. Kegiatan ini dapat dilakukan di luar negeri atau di dalam negeri.
Pendapat lain yang diberikan oleh E. Guyer Freler (dalam Yoeti, 1996: 115)
bahwa pariwisata merupakan fenomena zaman sekarang yang didasarkan atas
kebutuhan akan kesehatan dan pergantian udara, penilaian yang sadar dan
menumbuhkan daya tarik terhadap keindahan alam yang disebabkan oleh
bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat sebagai hasil dari
perkembangan perniagaan industri perdagangan serta penyempurnaan alat-alat
pengangkutan. Menurut Salah Wahab (1988: 3) pariwisata memperhatikan gejala-
14
gajala yang terdiri atas tiga unsur yaitu man, manusia yang melakukan perjalanan
wisata; space, yaitu daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan wisata
dan time, yaitu waktu yang digunakan selama perjalanan dan tinggal di daerah tujuan
wisata.
Jika pariwisata dihubungkan dengan geografi bahwa kegiatan pariwisata
merupakan suatu perwujudan geografis yaitu hasil adaptasi dan aktifitas manusia
dalam memanfaatkan sumberdaya bagi kehidupan. Konsep esensial geografi yang
relevan dengan pembahasan pariwisata yaitu konsep letak, jarak, persebaran,
keterjangkauan, interaksi, definisi, keruangan, nilai penting dan keterpaduan atau
sintesias (Astina, 2003: 3).
C. Jenis-jenis pariwisata
Jenis-jenis pariwisata harus diketahui supaya bisa dipilih objek wisata yang
harus dikembangkan untuk dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai daerah tujuan
wisata (DTW). Berdasarkan motif tujuan perjalanan James. J. Spillane (1987:29-31)
membedakan jenis-jenis pariwisata sebagai berikut:
1. Pariwisata budaya (cultural tourism)
Jenis wisata budaya ini adalah jenis yang paling populer bagi tanah air kita,
ini terbukti dengan adanya wisatawan luar negeri yang datang ke negeri ini, mereka
datang untuk mengetahui kebudayaann dan kesenian. Jenis pariwisata ini ditandai
oleh adanya suatu rangkaiaan motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat
pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat, istiadat, tempat-tempat yang bersejarah,
15
dorongan keagamaan untuk melakukan ziarah, mempelajari kelembangan dan cara
hidup rakyat negara lain, atau ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater.
Dalam hal ini wisata religi merupakan bagian dari wisata kebudayaan karena
wisata religi merupakan wisata yang memiliki karakteristik budaya/bersejarah.
Fenomena yang terjadi saat ini mulai dikembangkan wisata religi (Ziarah). Menurut
Spillane (1987: 16) wisata religi dilakukan karena adanya dorongan keagamaan yang
membuat seseorang sering melakukan ziarah jauh ke tempat-tempat ibadah yang
dihormati. Ziarah ini dilakukan bukan hanya mengunjungi makam yang bersejarah
akan tetapi mengunjungi masjid yang bersejarah, dan terkenal dengan arsitektur yang
bagus/memiliki keunikan tertentu.
Wisata religi merupakan suatu kunjungan ke tempat-tempat seperti ke makam
para wali (wali songo) dan makam-makam tokoh yang bersejarah/dikeramatkan.
Wisata ini berkaitan dengan semua agama yang ada di Indonesia
(http://www.Sinarharapan.co.id/feartur/wisata/2004/0212/wis02.html, diakses tanggal
10 September 2005).
Wisata wisata religi merupakan suatu aktivitas untuk meningkatkan
kebutuhan spiritual dengan melakukan kunjungan kemakam wali atau tempat-tempat
keagamaan yang mempunyai peninggalan sejarah (budaya) yang memiliki nuansa
historis dan religius.
2. Pariwisata untuk rekreasi ( recreation torism )
Pariwisata ini dimaksudkan menikmati tempat-tempat atau alam lingkungan
yang jelas berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jenis pariwisata ini dilakukan
oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur dan
16
menikmati keindahan alam, misalnya masyarakat kota yang berpariwisata untuk
memperoleh suasana yang berbeda. Jenis pariwisata ini menyangkut begitu banyak
unsur-unsur yang mempunyai sifat berbeda-beda, hal ini di sebabkan pengertian
pleasure akan selalu berbeda kadar pemuasanya sesuai dengan karakter, cita rasa,
latar belakang kehidupan serta kepentingan individu.
3. Pariwisata untuk berkovensi ( convention tourism )
Jenis pariwisata ini semakin lama semakin penting peranannya, sebab
sekarang touris resort atau daerah-daerah wisata itu banyak yan menawarkan untuk
dijadikan tempat konferensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata
kovensi ini menyediakan fasilitatas-fasilitas bangunan yang memadai dengan
ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi, musyawarah,
konvensi atau pertemuan yang lainnya, baik itu yang bersifat nasional maupun yang
bersifat internasional.
4. Pariwisata olahraga ( sport tourim )
Jenis pariwisata olahraga ini dimaksud untuk wisatawan-wisatawan yang akan
melakukan perjalanan dengan tujuan untuk berolah raga atau sengaja bermaksud
mengambil bagian aktif dalam pesta olah raga ini suatu tempat atau negara jenis
pariwisata olahraga dibagi dua macam katagori, yaitu :
a. Big Sport Events, yaitu suatu pariwisata-pariwisata olahraga
besar seperti olimpiyade Games, kejuaraan tinju dan lain-lain yang menarik
perhatian tidak hanya pada olahragawannya sendiri, tetapi juga pada penonton
atau pegemarnya.
17
b. Sporting toorism of the practitiones, yaitu suatu peristiwa
olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan memperaktekkan sendiri seperti
mendaki gunung, berburu, ataupun memancing.
Dari kelima jenis pariwisata tersebut, akan diketahui motif dari perjalanan
seseorang, motif tersebut akan berpengaruh terhadap daerah wisata yagn akan
dikunjunginya. Hal ini berarti akan dapat ditentukan jenis pariwisata yang ada, dan
pada umumnya perjalanan pariwisata antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya
itu akan saling berkaitan.
D. Dampak pariwisata terhadap kehidupan masyarakat sekitar objek
wisata
Pada dasarnya semua usaha dan aktivitas pembangunan dapat menimbulkan
dampak, baik secara positif maupun negatif. Dampak positif suatu pembangunan
merupakan suatu dampak yang sangat diharapkan oleh pemerintah maupaun
masyarakat, dampak negatif tidak diharapkan bahkan perlu ditekan sekecil mungkin.
Begitu pula dengan pembangunan di bidang kepariwisataan juga menimbulkan
dampak positif maupun negatif bagi pihak pengelolah, pemerintah bahkan
masyarakat setempat.
Pariwisata merupakan segala macam motivasi yang mempunyai pengaruh
pada segi-segi kehidupan orang dan masyarakat baik pada segi sosial-ekonomi yang
bisa dinyatakan dalam angka (quantifiable) maupun pada segi-segi sosial-budaya,
politik dan lingkungan yang pada dasarnya sulit dinyatakan dalam angka (non-
quantifiable). Pengaruh-penbgaruh itu bisa menguntungkan sehingga perlu
18
dilipatgandakan dan bisa merugikan sehingga sedapat mungkin dihindari atau dibatasi
(Spillane, 1987: 13).
1. Dampak pariwisata terhadap aspek ekonomi masyarakat
Perkembangan pariwisata merupakan aktivitas manusia yang pada akhirnya
memberi pengaruh ekonomi terhadap kehidupan di sekitar lokasi pariwisata.
Pengaruh ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar, terutama dari segi
materiil yaitu meningkatnya pendapatan. Keuntungan lainnya adalah dengan
dibangunnya sarana-sarana kemudahan menuju lokasi pariwisata, misalnya
transportasi dan kios-kios penjualan sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan
bagi masyarakat.
Pendapat Spillane (1987: 138) keuntungan pariwisata tersebut bila dilihat dari
aspek ekonomi yaitu:
a. Membuka kesempatan kerja dan memperluas lapangan kerja
Industri pariwisata merupakan mata rantai yang sangat panjang, sehingga
banyak membuka kesempatan kerja. Selain itu, semakin banyak wisatawan yang
berkunjung maka banyak pula lapangan kerja yang tercipta baik secara langsung
maupun tidak langsung yang berhubungan atau yang tidak berhubungan dengan
pariwisata. Hal ini dapat menyerap tenaga kerja yang ada didaerah wisata.
Penyerapan tenaga kerja dapat diartikan tertampungnya tenaga kerja dalam
suatu bidang pekerjaan, artinya ketika telah terbukanya suatu bidang usaha maka
tertampunglah atau terseraplah tenaga kerja yang ada. Tenaga kerja adalah penduduk
dalam usia kerja. Menurut Budjianto (1999: 65) tenaga kerja adalah seluruh
penduduk yang berusia 10 tahun keatas secara aktif melakukan kegiatan ekonomi.
19
Penduduk yang meningkat dengan cepat dapat mengakibatkan banyaknya
pengangguran dan kekurangan lapangan pekerjaan, karena penduduk meningkat
secara tidak langsung proporsi pekerja ikut meningkat.
Tersedianya lapangan pekerjaan bila ditinjau dari sudut pandang ekonomi
tidak hanya mengarahkan pada sektor perekonomian seperti pertanian, industri.
Tetapi meliputi sektor-sektor lain seperti sektor produksi barang dan jasa. Sektor
pariwisata merupakan sektor andalan yang penting terutama dalam penyerapan tenaga
kerja. Di sektor ini berbagai macam pekerjaan dapat dinikmati oleh masyarakat yang
membutuhkannya. Seperti jasa penginapan, transportasi, pemandu wisata, pedagang
sekitar. Di Indonesia, sektoe pariwisata dapat menyerap tenaga kerja sebesar 7,36
juta orang atau 81,11% dari lapangan kerja sebesar 89, 84 juta pada tahun 2002
(Bappenas, Rakorbangpus, 2002 dalam Asapawiyansyah, 2003: s20).
b. Menambah pemasukan/pendapatan masyarakat
Di daerah pariwisata masyarakat dapat menambah pendapatan dengan
menjual barang dan jasa. Semakin banyak wisatawan yang membeli atau
menggunakan jasa mereka maka semakin besar pendapatan. Mereka menjual
berbagai macam barang kebutuhan para pengunjung serta cinderamata khas daerah
wisata serta menjual jasa mereka melalui tumpangan ojek.
Pendapatan didasarkan atas penghasilan yang diterima oleh seseorang selama
satu bulan yang telah melakukan usaha dan sebagai balas jasa atas kegiatan atau jerih
payah yang telah dikerjakan. Dari kegiatan produksi maupun konsumsi dapat
diketahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh. Penghasilan tersebut berupa
uang atau sesuatu yang dapat diuangkan dari usaha keluarga. Menurut Usman (dalam
20
Azizah, 2003) besar pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh keluarga yang
bersumber dari sektor formal (gaji/upah yang diperoleh secara tetap), sektor informal
(penghasilan tambahan dagangan, tukang, buruh), sektor subsistem (hasil usaha
sendiri berupa tanaman, ternak, kiriman, dan pemberian orang lain).
Rendahnya produktivitas mengakibatkan pendapatan rendah, demikian
seterusnya membentuk suatu lingkaran mata rantai yang terkait antara pendapatan
dengan produktivitas. Dari pendapatan ini maka apabila kita kaitkan dengan para
pekerja di sektor pariwisata dalam melakukan pekerjaannya bahwa semakin banyak
barang dagangan yang dibeli dan semakin banyak jasa yang dipergunakan maka
pendapatan juga meningkat. Begitu pula semakin sedikit jumlah dagangan yang dibeli
para wisatawan dan jasa yang dipergunakan maka pendapatan yang diperolehpun
semakin sedikit. Pendapatan penduduk sekitar terutama yang bekerja di sektor
pariwisata ini, pada hari-hari tertentu akan memperoleh penghasilan 50% dari hari
biasanya. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang juga dapat dilihat dari tanggungan
keluarganya. Semakin banyak tanggungan keluarga maka seharusnya tingkat
pendapatan semakin besar pula begitu seterusnya.
c. Menambah devisa negara
Sektor pariwisata dapat menghasilkan devisa yang besar bagi negara untuk
keperluan pembangunan. Banyaknya wisatawan asing yang memanfaatkan berbagai
bentuk pelayanan yang tersedia oleh industri pariwisata maka semakin banyak devisa
yang diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan pariwisata telah
menjadi tumpuan harapan bagi banyak negara untuk memperbaiki dan meningkatkan
perekonomiannya. Bagi negara Indonesia sektor pariwisata merupakan penghasil
21
devisa dengan jumlah USD 4,7 milyar pada tahun 1999, pada tahun 2004 mengalami
penigkatan sebesar USD 5,4 milyar (Bali, Lokakarya, 2005).
Pendapat lain diberikan oleh Foster (1997: 34) mengatakan keuntungan
pariwisata menyediakan berbagai para pekerja dibidang jasa, transportasi, pemandu
wisata, para pedagang sekitar. Disamping masalah ketenagakerjaan, pariwisata juga
menghasilkan pendapatan yang menguntungkan penduduk lokal dengan
meningkatkan aktivitas perekonomian.
Gee (1984: 106) berpendapat bahwa dampak ekonomi yang positif antara lain:
a. Adanya peningkatan aktivitas ekonomi melalui penjualan produk dan jasa
kepada turis/wisatawan
b. Dampak ekonomi pada suatu area sangat besar dalam bentuk pendapatan dan
jumlah tenaga kerja.
c. Sumber pendapatan bagi penduduk dan pengusaha diperoleh dari jumlah
pengeluaran/uang yang dibelanjakan oleh pengunjung yang ada di suatu area.
Dampak ekonomi yang negatif antara lain:
- Penanaman modal/investasi untuk mebiayai perencanaan awal dan
tingkat perkembangan selanjutnya membutuhkan modal yang ekstensif untuk
aset-aset tertentu, tetapi untuk mengembalikan investasi tersebut cenderung akan
rendah/membutuhkan waktu yang lama (Gee, 1984:119).
2. Dampak pariwisata terhadap aspek sosial
Perkembangan pariwisata bukan hanya memiliki dampak ekonomi saja
melainkan dampak sosial yang dirasakan oleh masyarakat sekitar objek wisata.
22
Menurut Bachri (1993: 12) menyebutkan bahwa dampak kegiatan pariwisata dibidang
sosial meliputi perubahan sistem-sistem nilai, tingkah laku perorangan, hubungan
keluarga, gaya hidup, moral, upacara tradisional dan organisasi masyarakat.
Timbulnya dampak tersebut sebagai akibat adanya kontak antara masyarakat tuan
rumah dengan wisatawan.
Sehubungan dengan kontak masyarakat tuan rumah dan wisatawan seperti
telah diuraikan diatas ada 3 kemungkinan utama yang terjadi antara wisatawan dan
tuan rumah:
a. ketika wisatawan membeli barang dan jasa tuan rumah
b. ketika wisatawan berjumpa dengan masyarakat tuan rumah
c. ketika wisatawan saling bertukar informasi dan ide-ide dengan masyarakat
tuan rumah
Menurut Mantra (1992) dalam Azizah (2003: 23) menyatakan semakin
pesatnya perkembangan pariwisata maka solidaritas sosial akan semakin mantap dan
terpelihara. Tetapi disisi lain bentuk solidaritas sosial tersebut mengalami ke arah
negatif. Pengaruh negatif yang lain menurut Kendall dan Var (1984) dalam Ross
(1998: 182) pengaruh negatif dapat berupa perubahan sosial. Dapat dilihat dari gaya
hidup penduduk seperti kepadatan, kemacetan lalu kebisingan, sampah, perusakan,
pencemaran dan perubahan penampilan.
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh sosial positif dari pariwisata adalah dapat
mendorong masyarakat sekitar utuk lebih giat bekerja guna meningkatkan standar
hidupnya. Tetapi juga berpengaruh negatif yang timbul yaitu menambah tindakan
kriminal.kejahatan masyarakat disebabkan adanya kecemburuan sosial setelah
23
melihat kemewahan dan tingkah laku dari wisatawan. Selain itu, dampak yang dapat
membawa implikasi sektor pariwisata dalam aspek sosial yang lain, yaitu:
a. bertambahnya proporsi penduduk pendatang
b. bertambah luas jaringan interaksi sosial warga masyarakat setempat
dengan sesama penduduk asli, penduduk pendatang dari wisatawan
c. bertambahnya variasi dan kompleksitas mata pencahariannya.
Gee (1984: 119) berpendapat bahwa dampak sosial kepariwisataan dapat
menguntungkan dan merugikan. Adapun dampak yang menguntungkan antara lain:
a. komunitas antara masyarakat lokal dengan pengunjung setiap hari bisa
meluaskan tingkat pendidikan dan horison budaya.
b. Pendapatan baru dapat meningkatkan kualitas hidup dari yang rendah ke
peningkatan standar hidup yang baru.
Adapun kerugiannya antara lain:
a. peningkatan jumlah pembelian dari pengunjung pada permintaan tambahan/impor
bisa menghasilkan harga tinggi pada suatu area, sehingga penduduk harus
membayar lebih untuk barang produk dan jasa
b. terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat sebagai konsumtif dan berusaha
untuk menyamai/melebihi gaya hidup pengunjung sehingga menggangap barang
konsumen produksi lokal lebih rendah mutunya daripada barang-barang impor
menyebabkan mereka sering berbelanja untuk memenuhi kebiasaan konsumtifnya
c. terjadinya perubahan gaya hidup yang tidak terantisipasi dan perubahan kualitas
hidup yang ditekankan pada tempat tinggal pekerja
24
d. masuknya tenaga kerja wanita yang secara tradisional sebagai ibu rumah tangga,
akibatnya:
- kehilangan harga diri seorang suami, saat istri bekerja dengan
menghasilkan pendapatan yang lebih tingi dari suaminya
- meningkatnya perceraian, kejahatan dan kenakalan remaja
- meningkatnya kegelisahan penyakit pada wanita yang tidak terbiasa dan
belum siap
3. Dampak pariwisata terhadap aspek budaya
Kebudayaan merupakan jati diri nasional atau saran pemersatu. Kebudayaan
adalah hasil karya, cipta, dan rasa manusia baik berupa kesenian tradisional maupun
sesuatu yang menjadi ciri khas daerahnya. Koentjaraningrat (2003) berpendapat
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupa masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan sendiri memiliki tujuh unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur
tersebut ada dan terdapat didalam semua kebudayaan dari semua bangsa di dunia.
Ketujuh unsur tersebut adalah bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem
peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan
kesenian (http://www.Sinarharapan.co.id/feartur/wisata/2003/0828/wis04.html,
diakses 10 September 2005).
Adanya pariwisata dapat membawa lembaga-lembaga baru dalam
kebudayaan. Selain itu, juga dapat berpengaruh untuk meningkatkan budaya kita
karena pada umumnya para wisatawan berkunjung untuk melihat dan mengamati
25
keadaan alam serta kebudayaan khas daerah. Umumnya masyarakat yang memiliki
unsur-unsur budaya baik kesenian tradisional maupun upacara keagamaan serta
benda-benda yang menjadi ciri khas daerah. Hal ini akan menambah rasa bangga bagi
penduduk setempat dan dapat menarik perhatian para wisatawan yang berkunjung.
Makin besar jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah untuk mengagumi
kebudayaan daerah, maka makin besar keuntungan yang diperoleh masyarakat sekitar
(Spillane, 1987: 36).
Dampak positif dengan hadirnya pariwisata adalah perkembangan kemajuan
kebudayaan, terutama pada unsur budaya teknologi, dan sistem pengetahuan. Dengan
kemajuan teknologi bersamaan dengan tingkat pengetahuan yang maju pula akan
membawa masyarakat sekitar objek wisata mampu menyesuaikan diri dengan
kemampuan zaman/modernisasi (Murniatmo, 1994: 80). Dampak negatif dari
pariwisata menunjukkan bahwa ada dua aspek dampak negatif yang kurang disadari
oleh masyrakat, yaitu: (1) prostitusi kebudayaan, terjadi apabila kebudayaan setempat
dikomersialisasikan, tempat-tempat suci dan tempat keagamaan dicemari oleh para
wisatawan yang tidak sensitif, (2) aspek perusakan lingkungan. Menurut Thamrin
(1993: 13) seni, upacara-upacara adat dan keagamaan, musik dan tarian tradisional
dapat dikomersialisasikan dan berakibat hilang keasliannya karena semata-mata
untuk kepentingan para wisatawan.
Menurut Gee (1984:119) dampak pariwisata dilihat dari aspek budaya
memberi keuntungan dan kerugian bagi masyarakat sekitar. Adapun keuntungan
tersebut sebagai berikut:
26
- minat pengunjung terhadap budaya lokal memberikan pekerjaan bagi
seniman, musikus dan seniman pertunjukkan yang lain sehingga dapat
mebangkitkan minat masyarakat terhadap warisan budaya mereka.
Kerugian dari pariwisata bila dilihat dari aspek budaya sebagai berikut:
- komersialisasi/penjualan pertunjukan budaya masyarakat lokal terhadap
bentuk seni, agama dan tradisi untukmenghasilkan pendapatan bar.
- Terjadinya tabrakan budaya akan mengakibatkan, yaitu:
a. toleransi yaitu pengunjung dan penduduk lokal membentuk suatu warna hidup
b. pemisahan yaitu pengunjung dan tuan rumah membentuk suatu jarak sosial
atau memisahkan diri dengan tujuan mecegah atau membatasi untuk area
pengunjung
c. pertentangan yaitu pengunjung ditolak oleh anggota masyarakat atau
masyarakat yang ditolak pengunjung
d. difusi yaitu salah satu atau keduanya, turis dan penduduk lokal meminjamkan
atau mengadopsi ciri-ciri budaya dari daerah pengunjung atau sebaliknya.
4. Dampak pariwisata terhadap aspek lingkungan
Dampak lingkungan dari perkembangan pariwisata menjadi satu
permasalahan dasar yang terjadi pada daerah/negara maju maupun negara yang
berkembang. Pada negara berkembang seperti Indonesia dampak perkembangan
pariwisata merupakan masalah perlakuan hidup berlingkungan, seperti penyediaan air
yang kurang, sanitasi dan fasilitas pembuangan yang tidak memadai, nutrisi yang
kurang, kondisi rumah yang buruk, penyakit dan kuman. Sedangkan pada negara
27
maju, lebih mengutamakan masalah lingkungan yang sekunder, seperti kemacetan
dan polusi (Gee, 1984: 116 ).
Hubungan antara pariwisata dan lingkungan terjalin erat, menurut Foster
(1997: 41) bahwa kawasan pariwisata, pencemaran air dan udara merupakan masalah
lingkungan yang serius, pembakaran sampah juga menyebabkan gangguan kesehatan
yang potensial, sedangkan menurut Mill (1996: 188) dampak terhadap lingkungan
dapat berupa positif dan negatif. Dampak positif pembangunan pariwisata dapat
meningkatkan lingkungan bagi wisatawan maupun penduduk setempat lewat
peningkatan sanitasi, sistem pembuangan dan perumahan lingkungan yang alami
dapat menimbulkan daya tarik wisatawan karena keindahan alamnya, beriklim sejuk
sehingga dapat menyenangkan dan membuat nyaman para wisatawan. Sedangkan
dampak negatif dapat meningkatkan polusi dan kemacetan lalu lintas.
Pada dasarnya kegiatan pariwisata adalah kegiatan menjual lingkungan.
Sektor pariwisata sebagau industri jasa yang sangat peka terhadap lingkungan.
Kerusakan lingkungan seperti pencemaran limbah domestik, adanya gangguan
terhadap wisatawan, penduduk yang kurang bersahabat, kesemerawutan lalu lintas,
dapat mengurangi jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah. Oleh karena
itu pengembangan pariwisata harus menjaga kualitas lingkungan (Astina, 2003: 14).
Kegiatan pariwisata haruslah memperhatikan aspek lingkungannya antara a)
Daya dukung lingkungan, merupakan kemampuan setiap daerah wusata dalam
menerima jumlah wisatawan, yang berbeda-beda. Daya dukung lingkungan
dinyatakan dalam jumlah wisatawan per satuan luas DTW, b) Keanekaragaman
wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata dengan minat, tujuan,
28
umur, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi dan yang beranekaragam.
Pengembangan pariwisata haruslah diusahakan adanya keanekaragaman objek wisata,
c) Keindahan alam, suatu bentang alam harus tetap dijaga keaslihannya, sebab
merupakan aset kepariwisataan yang tinggi, dan d) Pencemaran pencemaran
merupakan musuh utama industri pariwisata. Kegiatan pariwisata merupakan
pencemaran yang besar pula. Semakin sukses kepariwisataan pada suatu daerah,
semakin besar pula bahaya pencemaran. Salah satu bentuk pencemaran adalah limbah
padat berupa sampah yang dihasilkan oleh kegiatan wisatawan maupun limbah cair.
Pembangunan pariwisata merupakan salah satu program andalan pemerintah
yang akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif tersebut dapat
memberikan keuntungan yang diharapkan dan dikehendaki oleh semua pihak
sehingga perlu ditingkatkan. Dampak negatif dapat memberikan kerugian yang tidak
dikehendaki dan perlu diantisipasi serta ditekan seminimal mungkin supaya tidak
terjadi lagi. Sehingga sektor pariwisata dapoat berkembang sesuai dengan keinginan
pemerintah, pengelolah, masyarakat tuan rumah maupun para pengunjung. Olkeh
karena itu, perlulah diadakan penelitian tentang dampak wisata.
29
Top Related