DAMPAK PENGEMBANGAN DESA WISATA SUKARARA …
Transcript of DAMPAK PENGEMBANGAN DESA WISATA SUKARARA …
DAMPAK PENGEMBANGAN DESA WISATA SUKARARA TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT LOKAL
(Studi di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah)
SKRIPSI
Oleh:
POPY OKTIANA NIM . 160.203.138
JURUSAN EKONOMI SYARI`AH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) MATARAM MATARAM
2020
ii
DAMPAK PENGEMBANGAN DESA WISATA SUKARARA TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT LOKAL
(Studi di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah)
Skripsi Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi
persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
POPY OKTIANA NIM . 160.203.138
JURUSAN EKONOMI SYARI`AH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) MATARAM MATARAM
2020
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi Popy Oktiana, NIM. 160.203.138 yang berjudul “Dampak
Pengembangan Desa Wisata Sukarara Terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal
(Studi di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah)” telah
memenuhi syarat dan disetujui untuk dimunaqasahkan (diuji).
Di setujui pada tanggal : ....., Mei, 2020
Di bawah bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Muhammad Saleh Ending, MA Yunia Ulfa Variana M.Sc NIP. 197209121998031001 NIP. 198006132011012003
iv
NOTA DINAS PEMBIMBING
Mataram, 12 Mei 2020
Hal : Ujian Skripsi
Yang Terhormat
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
di Mataram
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Dengan hormat setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi kami
berpendapat bahwa skripsi saudari
Nama : Popy Oktiana
NIM : 160203138
jurusan/Prodi : Ekonomi Syariah
Judul : Dampak Pengembangan Desa Wisata Sukarara Terhadap
Ekonomi Mayarakat Lokal (Studi di Desa Sukarara
Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah)
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mataram. Oleh karena itu kami
berharap agar skripsi ini dapat segera di-munaqasyah-kan
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Muhammad Saleh Ending, MA Yunia Ulfa Variana M.Sc NIP. 197209121998031001 NIP. 198006132011012003
vi
vi
vii
MOTTO “Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi
dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia dan dunia pada umumnya.”
(-Ki Hadjar Dewantara)
viii
PERSEMBAHAN
“Kupersembahkan skripsiku ini untuk
almamaterku, semua guru dan dosenku, kedua
orang tuaku yakni ibuku Malep dan ayahku
Sayip, serta untuk semua teman dan
sahabatku”
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian Skripsi dengan tema “
Dampak Pengembangan Desa Wisata Sukarara Terhadap Ekonomi
Masyarakat Lokal (Studi di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten
Lombok Tengah) dengan baik walaupun masih membutuhkan kritik dan saran
dari berbagai pihak untuk tindaklanjut penelitian yang lebih baik. Serta sholawat
dan salam semoga selalu tecurahkan kepada junjungan alam nabi besar baginda
Nabi Muhammad saw, yang telah memberikan petunjuk kebenaran kepada umat
manusia yakni Ad-Dinul Islam yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan di
akhirat, amin amin ya rabbalalamin.
Dalam penelitian ini penulis mendapatkan begitu banyak bantuan dan
dukungan serta doa dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin
menyampaikan banyak-banyak terimakasih kepada kepada semua pihak yang
telah memberikan arahan, bimbingan dan dukungan baik moril maupun materil.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati dan penuh cinta
penulis sampaikan teimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Mataram,
2. Bapak Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, atas segala
kebijakannya dalam memberikan dedikasi untuk seluruh mahasiswa
sampai pada titik puncak kelulusan.
3. Ibu Yunia Ulfa Variana, M.Sc, dan Bapak Dr. Muhamad Saleh Ending,
M.A, selaku pembimbing II dan pembimbing I, yang telah memberikan
sebagian waktunya untuk membimbing penulis dalam penulisan hasil
penelitiannya, yang mengantarkan penulis untuk dapat menyelesaikan
studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
x
4. Kedua ibunda dan ayahanda tercinta (Malep dan Sayip), atas semua jerih
payahnya setiap waktu, semua perjuangan dan doa tanpa henti untuk
anaknya, kasih dan sayang serta cinta yang tulus memberikan dukungan
dan semangat yang tak ada bandingannya nilai pengorbanannya sehingga
alhamdulillah penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan baik walau
banyak drama,suka dan cita.
5. Kepada teman dan sahabat seperjuangan, kakak tingkat, yang telah
memberikan bantuan, membagikan pengalaman, arahan, doa dan semangat
untuk penulis.
6. Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak mungkin penulis
sebut satu persatu, terimakasih banyak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak demi terwujudnya skripsi yang lebih baik bahkan sempurna untuk
masa-masa yang akan datang.
Dengan teririrng doa, semoga amal baik kita diterima oleh Allah SWT,
dan mendapatkan balasan yang semestinya, sekian dan terimakasih.
Mataram, ________________2020 Penulis,
Popy Oktiana
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ..................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
ABSTRAK ...................................................................................................... xv
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 5
1. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
2. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ................................................. 7
1. Ruang Lingkup ............................................................................... 8
2. Setting Penelitian ........................................................................... 9
E. Telaah Pustaka ..................................................................................... 9
F. Kerangka Teori..................................................................................... 14
1. Konsep Pariwisata .......................................................................... 14
2. Pengembangan Pariwisata .............................................................. 17
3. Konsep Desa Wisata ...................................................................... 24
4. Pemberdayaan Ekonomi Mastarakat .............................................. 26
5. Dampak Pariwisata Terhadap Ekonomi ......................................... 27
xii
G. Metodologi Penelitian .......................................................................... 29
1. Metode Penelitian........................................................................... 29
2. Pendekatan Penelitian .................................................................... 30
3. Kehadiran Peneliti .......................................................................... 31
4. Lokasi Penelitian ............................................................................ 31
5. Sumber dan Jenis Data ................................................................... 32
6. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 33
7. Metode Analisis Data ..................................................................... 36
8. Uji Keabsahan Data........................................................................ 37
H. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 39
BAB II : PAPARAN DATA DAN TEMUAN .............................................. 41
A. Gamabaran Umum Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
Kabupaten Lombok Tengah ................................................................. 41
B. Objek Wisata Desa Sukarara ................................................................ 53
C. Data Bentuk Pengembangan Desa Wisata Sukarara ............................ 59
D. Data Dampak Pengembangan Desa Wisata Sukarara
Terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal ................................................. 64
BAB III : PEMBAHASAN ............................................................................ 73
A. Analisis Bentuk Pengembangan Desa Wisata Sukarara ...................... 73
E. Analisis Dampak Pengembangan Desa Wisata Sukarara
Terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal ................................................. 78
BAB IV : PENUTUP ...................................................................................... 86
A. Kesimpulan .......................................................................................... 86
B. Saran ..................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 90
LAMPIRAN .................................................................................................... 93
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data Nama-Nama Dusun dan Kepala Dusun yang Terdapat di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
Tabel 2.2 Struktur Pemerintahan Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
Kabupaten Lombok Tengah. Tabel 2.3 Data Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Desa Sukarara
Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2019.
Tabel 2.4 Data Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sukarara
Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Tabel 2.5 Data Tingkat Pengangguran Desa Sukarara Kecamatan
Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Tabel 2.6 Data Tingkat Kesejahteraan Keluarga di Desa Sukarara
Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Tabel. 3.1 Data Pendapatan Perkapita dikelompokkan berdasarkan
bidang pekerjaan
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Desa Sukarara
Lampiran 2 Foto Acara Festival Begawe Jelo Nyensek
Lampiran 3 Dokumentasi saat penelitian
Lampiran 4 Pedowan Wawancara
Lampiran 5 Daftar Informan
xv
DAMPAK PENGEMBANGAN DESA WISATA SUKARARA TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT LOKAL
(Studi di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah)
Oleh :
POPY OKTIANA NIM : 160.203.138
ABSTRAK
Penyusunan skripsi ini didasari pada permasalahan pengembangan desa wisata Sukarara yang kemudian berdampak terhadap ekonomi masyarakat lokal di Desa Sukarara, dimana masalah yang dikaji adalah mengenai bagaimana bentuk-bentuk pengembangan Desa Wisata Sukarara serta kemudian bagaimana dampak dari pengembangan Desa Wisata Sukarara terhadap ekonomi masyarakat lokalnya. Penelitian akan menarik untuk dilakukan karena ingin mengetahui lebih luas lagi mengenai Desa Wisata Sukarara dengan berbagai bentuk pengembangan yang telah dilakukan kemudian bagaimana dampak pengembangannya terhadap ekonomi masyarakat lokalnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak dari pengembangan Desa Wisata Sukarara terhadap ekonomi masyarakat lokal di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif Deskriptif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari pihak dan lembaga yang bekaitan dengan pengembangan desa wisata, yakni masyarakat setempat, tokoh masyarakat, pelaku usaha dan pengerajin tenun.
Dari hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa wujud pengembangan Wisata di Desa Sukarara adalah berupa pengembangan infrastruktur baik dari segi atractions, amenitas, aksesibilitas, ancillary service, dan institutionsnya berdampak positif terhadap ekonomi masyarakat lokal. Dengan adanya pengembangan yang dilakukan pendapatan masyarakat menjadi meningkat, memunculkan peluang usaha baru yang membuka kesempatan kerja, kebutuhan penduduk terpenuhi, kontrol dan kepemilikan masyarakat masih sepenuhnya dipegang oleh masyarakat, hanya saja pengembangan Desa Wisata masih belum berkontribusi terhadap pendapatan pemerintah karena pemerintah belum memberlakukan biaya retribusi terhadap wisatawan yang berkunjung, yang kemudian hal ini memerlukan perhatian dari pemerintah dan masyarakat selaku pengelola Desa Wisata.
Kata Kunci : Desa Wisata, Pengembangan Ekonomi, Pemberdayaan.
2
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat atau komunitas lokal merupakan
paradigma yang sangat penting dalam kerangka pengembangan dan atau
pengelolaan sumberdaya budaya dan pariwisata. Pengembangan dapat
dikonseptualisasikan sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan
atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju
kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi. Todaro berpendapat bahwa
pengembangan atau pembangunan itu sendiri dipandang sebagai suatu proses
multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur
sosial, sikap masyarakat, dan institusi-institusi rasional, disamping tetap
mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan
pendapat, serta pengentasan kemiskinan.1 Yang diketahui tingkat persentase
kemiskinan di NTB masih tergolong tinggi, dimana berdasarkan data
penelitian BPS (Badan Pusat Statistik) menyatakan bahwa tingkat persentase
penduduk miskin di Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 737.460 orang
dan lebih khusus lagi untuk wilayah Kabupaten Lombok Tengah mencapai
130.000 orang.2 Tentunya pemerintah mampu mengurangi angka kemiskinan
tersebut dengan memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah
serta dengan keberagaman suku bangsa dan etnik budaya khas yang berbeda-
1 Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim, & Dyah R. Panuju, Perencanaan Dan
Pengembangan Wilayah, (Dki Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018), h. 129. 2 Badan Pusat Statistik NTB, “Berita Resmi Statistik”, Http://Www.Bps.Go.Id ( Diakses
Pada Tanggal 01 Oktober 2019 Pukul 18.08 Wita).
2
beda yang kemudian dikembangkan dalam bidang pariwisata.3 Sektor
pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang berpengaruh
besar terhadap perkembangan suatu negara serta mampu memberikan
sumbangan dalam tingkat perekonomian nasional seperti halnya penyerapan
tenaga kerja juga dijadikan sebagai ajang atau wadah dalam kegiatan
berbisnis dan membuka peluang usaha, seperti halnya yang dilakukan oleh
masyarakat yang ada di Desa Sukarara yang telah menyadari dan memahami
akan adanya potensi pariwisata di desanya, sehingga memanfaatkannya
sebagai peluang usaha mereka. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya warung
makan, artshop, konter, minimarket, bengkel dan sebagainya yang ditemukan
disekitar wilayah Desa Sukarara.4
Desa wisata merupakan suatu wilayah pedesaan yang menawarkan
keaslian baik dari segi sosial budaya, adat-istiadat, keseharian, arsitektur
tradisional, struktur tata ruang desa yang disajikan dalam suatu bentuk
integrasi komponen pariwisata antara lain seperti atraksi, akomodasi, dan
fasilitas pendukung.5 Isu utama dalam pengembangan desa wisata adalah
mengenai kontribusi positif aktifitas pariwisata di desa wisata terhadap
kehidupan ekonomi masyarakat lokal. Dalam pandangan masyarakat awam,
keberhasilan pengembangan desa wisata adalah sejauh mana kegiatan desa
wisata mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat lokalnya.
3 Abdur Rahim, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata ( Studi
Di Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Diy), (Yogyakarta : Skripsi, Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013)
4 Observasi di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Pada Tanggal 02 Oktober 2019 .
5 Gusti Bagus Rai Utama, Pengantar Industri Pariwisata, (Yogyakarta:Deepublish, 2012), h. 162.
3
Pariwisata akan dianggap gagal jika manfaat ekonomi dari kegiatan wisata
justru dinikmati oleh orang-orang luar, pemodal-pemodal besar, sedangkan
masyarakat lokalnya justru termarginalkan secara ekonomi.6
Dalam pengembangan desa wisata perlu disadari bahwa kepuasan
wisatawan tidak hanya bersandar pada keindahan alam dan kelengkapan
fasilitas wisata melainkan juga pada keleluasan dan intensitas interaksi
dengan lingkungan dan masyarakat lokal, oleh hal tersebut masyarakat lokal
memiliki peran yang sangat penting terhadap perkembangan pariwisata.7
Desa Sukarara merupakan salah satu desa wisata yang telah disahkan
oleh Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah,SE, M.SC, dari 16 desa wisata
yang ada di Lombok Tengah. Desa Sukarara terletak di Kecamatan Jonggat
Kabupaten Lombok Tengah, dimana masyarakat Desa Sukarara sendiri masih
kental dengan etnik budaya dan kepercayaan terhadap peninggalan nenek
moyang, salah satu budaya yang dijadikan destinasi wisatanya adalah budaya
tenun. Mayoritas kaum wanita yang ada di Desa Sukarara pekerjaan sehari-
harinya adalah menenun atau lebih dikenal dengan istilah budaya Nyensek,
yang merupakan proses pembuatan kain dengan tangan sendiri. Hasil tenun
masyarakat adalah sebuah kain yang memiliki corak atau motif yang sangat
indah yang dikenal dengan istilah kain Songket.8 Menenun bagi kaum wanita
di Desa Sukarara merupakan budaya setempat yang menyatakan bahwa
menenun adalah sebagai syarat bagi kaum wanita untuk boleh menikah.
6 Hariyanto, O.I.B. Destinasi Wisata Budaya Dan Religi di Cirebon. 2016.
Http://Ejournal.Bsi.Ac.Id/Ejurnal/Index.Php/Ecodemica , Jurnal Vol. 4 No. 2. h. 214-222. (Diakses Pada Tanggal 03 Oktober 2019 Pukul 10.15 Wita).
7 Gusti Bagus Rai Utama, Pengantar ...,h. 162. 8 Suryadi,Wawancara, Sukarara, 2 Oktober 2019, Pukul 10.21 Wita
4
Menenun selain sebagai bentuk budaya setempat, juga dijadikan oleh
masyarakat sebagai lahan usaha dengan menjual hasil-hasil tenun tersebut
sebagai cinderamata khas Lombok bagi para wisatawan yang berkunjung.
Selain itu keunikan dari Desa Sukarara sendiri adalah kegiatan adat dan daur
hidup masyarakatnya yang masih kental dengan adat budaya, mulai dari ritual
kelahiran, pernikahan, kematian bahkan prosesi dalam pembentukan tata
lingkungan dan perumahan, serta masih ada ditemukannya rumah-rumah
tradisional yang masih bertahan di tengah-tengah pemukiman masyarakat
desa, yang kemudian menjadikan Desa Sukarara sebagai desa yang dilirik
oleh para wisatawan dengan objek utamanya adalah kain tenun Songket dan
kampung tradisional yang masih kental dengan etnik budaya tradisional.9
Adapun berbagai upaya yang dilakukan pengelola desa wisata
bersama pemerintah desa agar pengembangan desa wisata dirasakan
manfaatnya secara optimal oleh masyarakat lokal diantaranya meningkatkan
promosi pemasaran terkait dengan destinasi wisata yang ada di desa, salah
satunya melalui pembuatan guide book dan promosi digital serta bentuk
pengembangan melalui pemberdayaan masyarakat dan pembangunan serta
pelestarian destinasi yang ada.10
Dari latar belakang diatas peneliti merasa tertarik untuk meneliti
sejauh mana dampak pengembangan desa wisata Sukarara tersebut terhadap
ekonomi masyarakat lokal, berdasarkan hal tersebut peneliti mengangkatnya
dalam sebuah penelitian yang berjudul. “ Dampak Pengembangan Desa
9 Observasi di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah, Tanggal 02 Oktober 2019 .
10 Ketua Pokdarwis (Samsul Bahri), Wawancara, 2 Oktober 2019, Pukul 10.53 Wita.
5
Wisata Sukarara Terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi di Desa
Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan
masalah yang perlu dibahas dengan fokus penelitian yang dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana Bentuk Pengembangan Desa Wisata di Desa Sukarara
Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah?
2. Bagaimana Dampak Pengembangan Desa Wisata Sukarara Terhadap
Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi di Desa Sukarara Kecamatan
Jonggat Kabupaten Lombok Tengah)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setiap aktivitas yang akan dilakukan mempunyai tujuan yang akan
dicapai sehingga pelaksanaan selalu terencana dan terkontrol dengan baik
dan terarah. Demikian pula dengan penelitian ini yang tentu mempunyai
beberapa tujuan antara lain:
a. Mengetahui Bagaimana Bentuk Pengembangan Desa Wisata di
Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
b. Mengetahui Bagaimana Dampak Pengembangan Desa Wisata
Sukarara Terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi di Desa
Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah).
6
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Manfaat akademis
Hasil penelitian ini, merupakan bentuk tugas akhir sebagai
salah satu syarat terselesainya proses menempuh study program
Strata Satu (S1) pada jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam.
b. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan wawasan dan pengembangan khazanah keilmuan yang
lebih luas khususnya dalam bidang ekonomi pariwisata terkait
dengan dampak dari pengembangan desa wisata terhadap ekonomi
masyarakat lokal dan juga diharapkan dapat menjadi sumber
literatur bagi siapapun yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
dalam masalah yang sama pada aspek yang berbeda dimasa yang
datang.
c. Manfaat Praktis
1. Bagi penulis
Meningkatkan pemahaman mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan pariwisata, pengembangan pariwisata,
Desa wisata, dan terkait tentang berbagai dampak
pengembangan pariwisata terhadap ekonomi masyarakat lokal.
7
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan
bahan pertimbangan bagi para pemerintah maupun masyarakat
lokal yang terkait dalam upaya pengembangan Desa Wisata
Sukarara yang lebih baik lagi, dan tentunya yang berdampak
positif terhadap ekonomi masyarakat lokalnya.
3. Bagi Almamater
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan kajian ilmu
dan menambah refrensi dalam dunia Ilmu Pengetahuan yang
berhubungan dengan Ilmu Pariwisata, khususnya mengenai
dampak pengembangan desa wisata terhadap ekonomi
masyarakat lokal.
D. Ruang Lingkup dan Setting penelitian
Ruang lingkup penelitian dan setting penelitian dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk tujuan memperjelas masalah yang akan diteliti agar tidak
menyimpang dari pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti
memandang perlu diberikan batasan-batasan sesuai dengan fokus peneliti
sehingga pembahasan yang dipaparkan lebih jelas. Oleh karena itu
batasan ruang lingkup penelitian ini difokuskan kepada dampak yang
timbul dari pengembangan Desa Wisata Sukarara terhadap ekonomi
masyarakat lokalnya, adapun masyarakat yang dimaksud peneliti disini
8
lebih difokuskan kepada masyarakat lokal yang dianggap memiliki peran
penting terhadap pengembangan desa wisata, seperti para pengerajin,
pengusaha, petani ataupun masyarakat sebagai pengelola destinasi yang
ada di Desa Sukarara. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini
adalah masyarakat lokal terkait yang terdampak oleh pengembangan desa
wisata yang ada di Desa Sukarara.
2. Setting Penelitian
Dipilihnya Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok
Tengah sebagai lokasi penelitian ini, karena berdasarkan beberapa
pertimbangan diantaranya, pertama Desa Sukarara termasuk salah satu
desa dari 16 desa yang ada di Kabupaten Lombok Tengah yang
ditetapkan sebagai desa wisata selain dari Desa Marong, Mertak, Bare
Lantan, Kuta, Labulie, Bonjeruk, Sepakek, Selong Belanak, Mekar Sari,
Karang Sidemen, Rembitan, Aik Berik, Tanak Beak, Penujak dan
Sengkol. Kedua, kehidupan masyarakat Desa Sukarara masih sangat
kental dengan budaya tradisional zaman dahulu, sebagai contoh para
anak gadis di Desa Sukarara hampir rata-rata berprofesi sebagai penenun
(Penyensek) yang kemudian berkembang menjadi kepercayaarn sebagai
syarat untuk boleh menikah, serta masih adanya gubuk-gubuk tradisional
yang masih berdiri ditengah-tengah pemukiman penduduk, yang
kemudian dijadikan sebagai destinasi wisata bagi wisatawan yang
berkunjung. Ketiga, Desa Sukarara termasuk salah satu obyek atau lokasi
wisata di Kabupaten Lombok Tengah yang banyak di kunjungi oleh
9
wisatawan domestik maupun mancanegara, dan juga pertimbangan
peneliti didukung oleh sejauh yang peneliti ketahui bahwa permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini belum pernah diangkat oleh pihak lain
dalam penelitian sebelumnya, kalaupun ada kesamaan hanya terletak
pada lokasi penelitian saja namun fokus yang dikaji tentu berbeda dengan
penelitian ini.
E. Telaah Pustaka
Secara umum penulis tentu akan melalui proses penulisannya dengan
cara menggali dari apa yang telah diteliti oleh para peneliti atau penulis
terdahulu. Pemanfaatan terhadap apa yang telah dikemukan oleh peneliti atau
penulis terdahulu dapat dilakukan dengan mempelajari, mencermati,
mendalami dan menggali kembali serta mengidentifikasi hal-hal yang sudah
ada.
Untuk menghindari plagiasi dan titik kesamaan dengan peneliti
terdahulu dan juga untuk terjaminnya originalitas dan legalitas penulisan,
penulis telah menelusuri karya-karya ilmiah atau skripsi terdahulu.
Berdasarkan pengetahuan dan pengamatan peneliti bahwa penelitian yang
dianggap terkait dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah sebagai
berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Riza Arizona, (Skripsi, Ekonomi Islam,
tahun 2018), yang berjudul “Analisis Dampak Pengembangan Pariwisata
Terhadap Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Ekonomi Islam
Studi Pada Objek Wisata Pantai Sari Ringgung, Desa Sidodadi,
10
Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran”. Penelitian yang
dilakukan merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis bentuk-bentuk kegiatan
pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pariwisata yang
berdampak pada lini sosial-budaya maupun peningkatan kesejahteraan
ekonomi masyarakat sekitar. Pendekatan yang dilakukan dalam
penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan
dokumentasi. Hasil penelitian ditemukan bahwa potensi pengembangan
pariwisata terhadap pemberdayaan masyarakat objek wisata pantai Sari
Ringgung, yang jika dilihat dari perspektif Ekonomi Islam, maka
Pariwisata di Pantai Sari Ringgung dapat memperbaiki aspek-aspek
mengenai Ekonomi Islam seperti pengawasan pengunjung yang bisa saja
berbuat maksiat dan membawa minuman keras dan lain-lain.11
Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan
sekarang adalah sama-sama membahas tentang pengembangan pariwisata
dan sama-sama menggunakan metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan
dokumentasi. Adapun perbedaan pada penelitian terdahulu dengan
penelitian yang dilakukan sekarang yakni peneliti terdahulu memilih
objek kajian dalam penelitian yakni wisata Pantai Sari Ringgung dan
11 Riza Arizona, Analisis Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Perspektif Ekonomi Islam Studi Pada Objek Wisata Pantai Sari Ringgung, Desa Sidodadi, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, ( Lampung : Skripsi, Uin Raden Intan,2018).
11
fokus permasalahan kepada dampak pengembangannya terhadap
pemberdayaan masyarakat sekitar, sedangkan penelitian yang dilakukan
sekarang yakni peneliti memilih dan fokus objek kajian penelitiannya
pada masyarakat lokal Desa Sukarara, dengan permasalahan yang akan
diteliti terkait ekonomi masyarakat lokal sebagai dampak dari
perngembangan Desa Wisata Sukarara itu sendiri.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rani Puspita Anggraeni, (skripsi,
Sosiologi, Tahun 2018), yang berjudul “Dampak Pengembangan Industri
Pariwisata Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi di
Pantai Embe Desa Merak Belantung Kalianda Lampung Selatan).
Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis dampak pengembangan wisata pantai Merak Belantung
terhadap masyarakat sekitar. Analisis yang digunakan dalam penelitian
ini yakni reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Dari hasil
penelitian ditunjukkan bahwa pengembangan Pantai Merak Belantung
berdampak kepada kehidupan masyarakat sekitar, yang dimana
banyaknya pengunjung yang datang mengakibatkan perputaran arus uang
di Desa Merak Belantung, sehingga pendapatan masyarakat baik yang
bekerja di sektor pariwisata maupun non pariwisata meningkat. Adapun
dampak yang ditimbulkan dari pengembangan pariwisata Merak
12
Belantung adalah dibangunnya fasilitas komersial di kawasan pariwisata,
mulai dari minimarket, hotel, dan pusat oleh-oleh dan sebagainya.12
Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan
sekarang terletak pada jenis penelitian yang dipilih yakni sama-sama
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan kajian penelitian
yang terkait tentang dampak pengembangan sebuah pariwisata terhadap
ekonomi masyarakat sekitar atau lokal. Sedangkan perbedaan antara
penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang yakni
terletak pada objek pengembangan wisata yang diteliti dimana penelitian
terdahulu fokus kajian penelitian pada destinasi Pantai Embe yang
terletak di Desa Merak Belantung yang berdampak terhadap kondisi
ekonomi masyarakat sekitar pantai, sedangkan peneliti yang dilakukan
sekarang fokus kajian penelitiannya pada pengembangan desa wisata
dengan destinasi yang disajikan oleh desa, seperti destinasi kerajinan dan
etnik budaya yang masih kental di Desa Sukarara yang kemudian
mencari tahu bagaimana dampak pengembangannya terhadap ekonomi
masyarakat lokal.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Handayani (Skripsi, Ekonomi Islam,
Tahun 2018 ), yang berjudul “Peran dan Prospek Pengembangan Wisata
Edukasi dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Desa
Setanggor Kecamatan Praya Barat Perspektif Ekonomi Islam”. Penelitian
yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
12 Rani Puspita Anggraeni,Dampak Pengembangan Industri Pariwisata Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Di Pantai Embe Desa Merak Belantung Kalianda Lampung Selatan),(Bandar Lampung: Skripsi,Universitas Lampung, 2018).
13
dengan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, dengan teknik
pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Adapun kesimpulan dari penelitian yang dilakukan yaitu bahwa
wisata edukasi sangat berperan dalam memperbaiki perekonomian
masyarakat, wisata edukasi dapat menyerap banyak tenaga kerja
sehingga mampu mengurangi pengangguran, dan menambah pendapatan
masyarakat. Begitu juga dengan prospek pengembangannya dilihat dari
peluang pasar cukup menjanjikan. Kemudian jika dilihat dari perspektif
ekonomi islam wisata yang dijalankan oleh para pengelola objek wisata
yang memperhatikan dan menjalankan batasan-batasan syariah mereka
sesuai dengan perspektif ekonomi islam, karena tidak ada yang
melanggar syari’at islam dalam sistem pengelolaannya.13
Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan
sekarang adalah sama-sama menggunakan metode penelitian dengan
pendekatan kualitatif deskriptif dan juga sama-sama membahas terkait
dengan pengembangan wisata yang kemudian juga memiliki kesamaan
dalam memilih sebuah desa sebagai lokasi penelitian. Adapun perbedaan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang yakni,
penelitian terdahulu fokus kajian penelitiannya kepada peran dan prospek
pengembangan wisata itu sendiri dalam meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat, sedangkan penelitian yang dilakukan sekarang
13 Sri Handayani, Peran Dan Prospek Pengembangan Wisata Edukasi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Desa Setanggor Kecamatan Praya Barat Perspektif Ekonomi Islam, ( Mataram: Skripsi, UIN Mataram, 2018 ).
14
fokus kajiannya pada dampak dari pengembangan desa wisata itu sendiri
terhadap ekonomi masyarakat lokal. Kemudian meskipun memiliki
kesamaan dengan memilih sebuah desa sebagai lokasi penelitiannya
namun lokasi desa yang dipilih tidak sama, dimana penelitian terdahulu
memilih Desa Setanggor Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok
Tengah sedangkan penelitian yang dilakukan sekarang memilih Desa
Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
F. Kerangka Teori
1. Konsep Pariwisata
Kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari
dua kata yaitu kata Pari dan kata Wisata. Kata Pari berarti penuh, seluruh,
atau semua dan kata Wisata berarti perjalanan. Menurut Fennel Pariwisata
didefiniskan sebagai sistem yang saling terkait yang mencakup turis dan
jasa terkait yang tersedia dan digunakan (fasilitas, objek wisata,
transportasi, akomodasi) untuk membantu pergerakan mereka.14
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun
2009 tentang kepariwisataan, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata yang didukung oleh berbagai layanan fasilitas yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.15
Menurut Jackson suatu daerah yang berkembang menjadi sebuah
destinasi wisata dipengaruh oleh beberapa hal yang penting diantaranya,
14 I Gde Pitana, I Ketut Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisata,(Yogyakarta: Andi,
2009), h. 45 15 Yohanes Sulistyadi, Fauziah Eddyono, Derinta Entas, Pariwisata Berkelanjutan Dalam
Perspektif Pariwisata Budaya Di Taman Hutan Raya Banten, (Ponorogo:Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), h.54.
15
faktor penarik keunggulan, atraksi dan fasilitas lainnya, lokasi geografis,
jalur transportasi, stabilitas politik, lingkungan yang sehat, dan tidak ada
larangan atau pembatasan dari pemerintah. Tersedianya berbagai fasilitas
kebutuhan wisatawan seperti fasilitas transportasi, atraksi (kebudayaan,
rekreasi, dan hiburan), pelayanan makanan dan souvenir yang akan
membuat wisatawan nyaman dan sering berkunjung.16 Atraksi sendiri
merupakan faktor utama yang menjadi daya tarik terbesar suatu destinasi
wisata, baik itu berupa pertunjukan kesenian, rekreasi, atau penyajian
suatu paket kebudayaan lokal yang khas dan dilestarikan. Atraksi dapat
berupa keseluruhan aktifitas keseharian penduduk setempat beserta setting
fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai
partisipasi aktif seperti, melihat kegiatan budaya masyarakat lokal.17
Objek daya tarik wisata merupakan suatu bentukan dan fasilitas
yang saling berhubungan dan menjadi alasan/sebab wisatawan
mengunjungi suatu daerah atau tempat tertentu.18 Adapun objek daya tarik
wisata diantaranya :
a. Objek wisata budaya adalah suatu kegiatan mengadakan kunjungan
atau peninjauan ketempat lain atau luar negeri, mempelajari
keadaan rakyat, kebiasaan atau adat istiadat mereka, cara hidup
mereka, budaya dan seni mereka.
16I Gede Pitana & Putu Gayatri, Sosiologi Pariwisata, (Yogyakarta: Andi, 2005), h. 101. 17 Yohanes Sulistyadi, Fauziah Eddyono, Derinta Entas,Pariwisata ..., h. 55. 18 Hadiwijoyo,Suryo Sakti, Perencanaan Pariwisata Pedesaan Berbasis Masyarakat
(Sebuah Pendekatan Konsep), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 49.
16
b. Objek wisata industrii adalah perjalanan yang dilakukan oleh
rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam
kesuatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat
pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan
tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.
c. Objek wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan
murah serta mudah untuk memberikan kesempatan kepada
golongan masyarakat ekonomi lemah untuk megadakan perjalanan,
misalnya bagi kaum buruh, pemuda, pelajar, mahasiswa, petani dan
sebagainya.
d. Objek wisata pertanian adalah pengorganisasian perjalanan yang
dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang
pembibitan dan sebagainya.19
e. Objek wisata maritim atau wisata bahari, ini banyak dikaitkan
dengan jenis wisata air, seperti danau, bengawan, pantai, teluk atau
laut lepas, dan sebagainya.
f. Objek wisata cagar alam merupakan jenis wisata yang biasanya
banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang
mengkhususkan usaha-usahanya dengan jalan mengatur wisata ke
tempat cagar alam, taman lindung, hutan, daerah pegunungan dan
sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.
19 Muljadi A.J, Kepariwisataan Dan Perjalanan, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada,
2009) h. 38.
17
g. Objek wisata buru merupakan jenis wisata yang banyak dilakukan
di negeri-negeri yang memiliki daerah-daerah atau hutan tempat
berburu.
h. Objek wisata pertualangan.dikenal dengan istilat adventure
tourism, seperti bertualangan menjelajahi hutan, pegunungan yang
penuh dengan tantangan.20
2. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan berasal dari kata “kembang” yang berarti
berkembang atau mengembangkan dan berarti pula menjadi besar, luas,
banyak, atau bertambah sempurna tentang pikiran, pengetahuan dan
sebagainya.21 Dalam sebuah organisasi, pengembangan adalah merupakan
usaha terencana, sistematis, terorganisir dan kolaboratif. Prinsip
pengetahuan tentang perilaku dan teori organisasi diaplikasikan dengan
maksud meningkatkan kualitas kehidupan yang tercermin dalam
meningkatkan kesehatan dan vitalitas organisasional, meningkatkan
kemampuan individu dan anggota kelompok dalam kompetensi dan harga
diri semakin baik di masyarakat. Pengembangan organisasi berupaya
untuk menciptakan perubahan yang diarahkan sendiri terhadap orang-
orang yang merasa adanya keterkaitan (commited).22
Menurut Sondang P. Siagian, pengembangan organisasi sebagai
teori menajemen, berarti serangkaian konsep, alat dan teknik untuk
20 Ibid., h. 42. 21 Abuddin Nata, Islam dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:prenadamedia group, 2018), h.
390. 22 Ferryal Abadi, Pengembangan Organisasi Strategi Mengoptimalkan Sumber Daya
Manusia,(Yogyakarta:Pohon Cahaya, 2019). h.27.
18
melakukan perencanaan jangka panjang dengan sorotan pada hubungan
antara kelompok kerja dan individu, dikaitkan dengan perubahan yang
bersifat struktural.23 Maka dari itu pengembangan pariwisata adalah salah
satu bagian dari manajemen yang menitikberatkan pada implementasi
potensi objek dan daya tarik wisata yang harus dilaksanakan dengan
rentang waktu, berupa langkah sistematis yang dapat mengarah pada
pencapaian hasil di suatu daerah yang akan membawa perubahan pada
daerah tersebut. Perubahan yang dimaksud dapat bernilai positif jika
pengembangan pariwisata dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
benar, yakni melalui perencanaan yang cermat dan matang supaya sesuai
dengan kondisi setempat.24 Karena pengembangan wisata yang tepat dapat
memberikan keuntungan secara ekonomi yang didukung dengan
pengembangan infrastruktur dan menyediakan fasilitas rekreasi, wisatawan
dan penduduk tentunya akan saling menguntungkan.25
Menurut Cooper dkk, menjelaskan bahwa kerangka pengembangan
destinasi pariwisata terdiri dari komponen-komponen utama sebagai
berikut:26
a. Attractions (daya tarik) yang mencakup keunikan dan daya tarik
berbasis alam, budaya, maupun buatan/artificial
23 Ferryal Abadi, Pengembangan..., h. 13. 24 Bambang Supriadi & Nanny Roedjinandari, Perencanaan Dan Pengembangan
Destinasi Pariwisata, (Semarang:Universitas Negeri Malang, 2017), h. 135. 25 Mill,Robert Christie, Tourism The International Business Penerjemah Tri Budi Sastrio,
(Jakarta Utara : PT Rajagrafindo Persada, 2000), h.168. 26 Sunaryo, Bambang, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep Dan
Aplikasinya Di Indonesia,(Yogyakarta: Gava Media, 2013), h.159.
19
Atraksi atau daya tarik wisata merupakan komponen yang
signifikan dalam menarik kedatangan wisatawan. Modal atraksi
yang menarik kedatangan wisatawan ada tiga, yaitu 1) Natural
Resources (alami) seperti gunung, danau, pantai, dan bukit. 2)
atraksi wisata budaya seperti arsitektur rumah tradisional di desa,
situs arkeologi, seni dan kerajinan, ritual, festival, kehidupan
masyarakat sehari-hari, keramahtamahan, dan makanan. 3) atraksi
buatan seperti acara olahraga, berbelanja, pameran, konferensi dan
lain sebagainya.27
b. Accesability (aksesibilitas) yang mencakup kemudahan sarana dan
sistem transportasi.
Menurut French faktor-faktor yang penting dan terkait
dengan aspek aksesibilitas wisata meliputi petunjuk arah, bandara,
terminal, waktu yang dibutuhkan, biaya perjalanan, frekuensi
transportasi menuju lokasi wisata dan perangkat lainnya.28
c. Amenitas (fasilitas) yang mencakup fasilitas penunjang dan
pendukung wisata
Sugiama menjelaskan amenitas meliputi serangkaian
fasilitas untuk memenuhi kebutuhan akomodasi (tempat
penginapan), penyediaan makanan dan minuman, tempat hiburan
(entertainment), tempat-tempat perbelanjaan (retailing) dan
27 Suwena, I Ketut & Widyatmaja, I Gst Ngr, Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.
(Bali:Udayana University Press, 2010), h.88. 28 Sunaryo, Bambang, Kebijakan..., h.173.
20
layanan lainnya.29 French memberikan batasan bahwa amenitas
bukan merupakan daya tarik bagi wisatawan, namun dengan
kurangnya amenitas akan menjadikan wisatawan menghindari
destinasi tertentu.30
d. Ancillary service (fasilitas umum) yang mencakup kegiatan
pariwisata
Ancillary service lebih kepada ketersediaan sarana dan
fasilitas umum yang digunakan oleh wisatawan yang juga
mendukung terselenggaranya kegiatan wisata seperti bank, ATM,
telekomunikasi, rumah sakit dan sebagainya.31 Tersedianya
lembaga penyelenggara perjalanan sehingga kegiatan wisata dapat
berlangsung, yang berupa pemandu wisata, biro perjalanan,
pemesanan tiket, dan ketersediaan informasi tentang destinasi
wisata.32 Sedangkan Sugiama menjelaskan bahwa ancillary
service mencakup keberadaan berbagai organisasi untuk
memfasilitasi dan mendorong pengembangan serta pemasaran
kepariwisataan destinasi bersangkutan.33
e. Institutions (kelembagaan) yang memiliki kewenangan, tanggung
jawab, dan peran dalam mendukung kegiatan pariwisata
29Khusnul Khotimah Wilopo, Luchman Hakim, Jurnal Administrasi Bisnis (Jab), Vol. 4,
No. 1 Januari 2017, Administrasibisnis.Studentjournal.uc.ac.id, hlm.59. (Diakses Pada Tanggal 7 November 2019 Pada Pukul 19.46).
30 Sunaryo, Bambang, Kebijakan...,h.173. 31Ibid.,h. 159. 32 Gusti Bagus Rai Utama, Pengantar...,h. 5. 33 Khusnul Khotimah Wilopo, Luchman Hakim, Jurnal Administrasi Bisnis..., h. 59.
21
Kelembagaan kepariwisataan dijelaskan dalam UU tentang
Kepariwisataan nomor 10 tahun 2009 sebagai keseluruhan institusi
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, swasta dan
masyarakat, sumberdaya manusia, mekanisme operasional serta
regulasi yang terkait dengan kepariwisataan. Adapun peran dan
fungsi dari komponen pelaku usaha maupun pemangku
kepentingan pengembangan kepariwisataan sebagai berikut :
1. Pemerintah pusat maupun daerah
Peran pemerintah di Indonesia disamping berfungsi
utama sebagai regulator dalam menentukan norma, standar,
prosedur, dan kriteria pengembangan kepariwisataan, juga
masih terlibat secara langsung dalam manajemen
pengembangan kepariwisataan. Selain itu pemerintah adalah
sebagai fasilitator dalam program promosi dan pemasaran
kepariwisataan nasional serta pengembangan Destinasi
Pariwisata pada tingkat Nasional (DPN), Kawasan Strategis
Pariwisata tingkat Nasional (KSPN) maupun Kawasan Khusus
Pariwisata Nasional (KPPN).34 Pemerintah daerah Provinsi
mempunyai fungsi melaksanakan tugas pembantuan untuk
melakukan promosi dan pemasaran kepariwisataan provinsi.
Sedangkan untuk Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
mempunyai peran utama untuk bekerjasama dengan pemangku
34 Sunaryo, Bambang, Kebijakan..., h. 117.
22
kepentingan yang lain (industri dan masyarakat) untuk
menyusun Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dan
mengimplementasikan sesuai dengan amanah Undang-undang
No. 10 Tahun 2009.35
2. Swasta atau industri pariwisata
Organisasi swasta/industri juga dijelaskan dalam UUD
No. 10 tahun 2009 pasal 1 angka 7 dan 8 yang berarti orang
atau sekelompok orang (pengusaha) yang menjadi penyedia
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan
penyelenggaraan kegiatan pariwisata. Menurut UU tentang
kepariwisataan juga dijelaskan bahwa ada dua lembaga swasta
yang ditetapkan sebagai mitra kerja pemerintah baik
pemerintah pusat maupun daerah dan masyarakat dalam
pengembangan serta pengelolaan kepariwisataan di Indonesia
yakni :
a) Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) dan Badan
Promosi Pariwisata Daerah (BPPD).
b) Gabungan Industri Pariwisata Indonesia, yang
keanggotaannya terdapat unsur-unsur yang terdiri dari
pengusaha pariwisata, asosiasi usaha pariwisata, asosiasi
profesi dan asosiasi lain yang terkait langsung dengan
pariwisata.
35 Ibid.
23
3. Masyarakat Pariwisata
Menurut penjelasan pasal 5 huruf e UU Kepariwisataan
No. 10 Tahun 2009 menyebutkan bahwa organisasi masyarakat
adalah masyarakat yang bertempat tinggal di dalam wilayah
destinasi pariwisata yang berperan aktif mengorganisir
kegiatan pariwisata dan diprioritaskan untuk mendapatkan
manfaat dari penyelenggaraan kegiatan pariwisata di tempat
tersebut.36
Komponen penting dalam pengembangan pariwisata menurut
George Mclntyre, adalah suatu pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan memiliki keterkaitan antara wisatawan, warga setempat
dan pemimpin masyarakat yang menginginkan hidup lebih baik. Dari
uraian diatas dapat dilihat bahwa dalam pengembangan pariwisata sangat
membutuhkan adanya komponen-komponen tersebut untuk dapat
menjadi suatu objek atau destinasi wisata yang baik dan menarik.37
3. Konsep Desa Wisata
Pengertian desa wisata Menurut Chafid Fandeli adalah suatu
wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang
mencerminkan keaslian desa, baik dari segi kehidupan sosial budaya,
adat istiadat, aktifitas keseharian, arsitektur bangunan, dan struktur desa
sebagai daya tarik wisata, misalnya, atraksi, makanan dan minuman,
cinderamata, penginapan, dan kebutuhan wisata lainnya. Desa wisata
36 Ibid. 37 Muljadi A.J, Kepariwisataan..., h. 77.
24
merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas
pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat
yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.38
Menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR), desa wisata adalah suatu
daerah wisata yang menyajikan keseluruhan suasana yang mencerminkan
keaslian pedesaan baik dari sisi kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
keseharian, adat istiadat, memiliki arsitektur dan tata ruang yang khas
dan unik, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta
memiliki potensi untuk dikembangkannya komponen kepariwisataan.39
Dari beberapa uraian di atas desa wisata dapat diterjemahkan sebagai
suatu pendekatan pengembangan pariwisata dimana elemen-elemen
pengembangan pariwisata (atraksi, akomodasi, transportasi, elemen
kelembagaan/pengelola, serta infrastruktur dan fasilitas layanan lainnya)
memiliki integrasi dan harmonisasi dengan kehidupan masyarakat lokal
dan aspek fisik kawasan suatu desa.40
Adapun tujuan dan sasaran dari pembangunan Desa Wisata diantaranya:
a. Mendukung program pemerintah dalam program kepariwisataan
dengan penyediaan program alternatif.
b. Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat desa
setempat.
c. Memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha bagi penduduk.
38 Yohanes Sulistyadi, Fauziah Eddyono, Derinta Entas, Pariwisata ..., h. 57. 39 Ibid., h. 58. 40 Nurdiyansah, Peluang Dan Tantangan Pariwisata Indonesia,
(Bandung:Alfabeta,2014), h. 70.
25
Selain dari adanya tujuan dan sasaran yang dipaparkan di atas,
menurut Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2011,
pengembangan desa wisata juga memiliki syarat dan faktor pendukung
yang harus dipenuhi diantaranya :
a. Memiliki potensi daya tarik yang unik dan khas yang mampu
dikembangkan sebagai daya tarik kunjungan wisatawan, seperti
sumber daya wisata alam, sosial dan budaya.
b. Memiliki dukungan ketersediaan Sumber Daya Manusia lokal.
c. Memiliki alokasi ruang untuk pengembangan fasilitas pendukung
seperti sarana dan prasarana berupa komunikasi dan akomodasi,
serta aksesbilitas yang baik.41
4. Pemberdayaan Ekonomi Mayarakat
Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti
tenaga/kekuatan, proses, cara, perbuatan memberdayakan. Pemberdayaan
adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendorong,
memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki
serta berupaya untuk mengembangkannya. Pemberdayaan diarahkan
guna meningkatkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih
besar.
Ekonomi masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu
sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Dengan demikian
41 Ibid., h. 58.
26
dapat dipahami bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan
satu upaya untuk meningkatkan kemampuan atau potensi masyarakat
dalam kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidupserta
meningkatkan kesejahteraan mereka dan dapat berpotensi dalam proses
pembangunan nasional.
Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola
pemberdayaan yang sangat tepat sasaran sangat diperlukan, bentuk yang
tepat adalah dengan memberikan kesepatan kepada kelompok miskin
untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang
telah mereka tentukan. Disamping itu masyarakat juga diberikan
kekuasaan untuk mengelola dananya sendiri, baik yang berasal dari
pemerintah ataupun pihak tertentu. Good governance adalah tata
pemerintahan yang baik merupakan suatu kondisi yang menjalin adanya
proses kesejahteraan, kesamaan, kohesi dan keseimbangan peran, serta
adanya saling mengontrol yang dilakukan komponen pemerintah, rakyat
dan usahawan swasta.42
5. Dampak Pariwisata Terhadap Ekonomi
Dampak berarti akibat yang ditimbulkan oleh sesuatu kejadian.
Ekonomi masyarakat adalah ekonomi yang berdasarkan produksi hasil
aktivitas masyarakat. Hasil masyarakat dimaksud di sini terbatas pada
produksi hasil aktivitas sehubungan dengan kegiatan pariwisata. Jika
intensitas kegiatan pariwisata dalam suatu masyarakat meningkat, maka
42 Mardi Yatmo Hutomo, Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang
Ekonomi,(Yogyakarta:Adiyana Press,2000), h.1-2
27
produksinya juga akan meningkat. Hal ini kemudian akan berdampak
kepada meningkatnya keadaan sosial ekonomi masyarakatnya. Termasuk
sektor pariwisata budaya yang akan berdampak terhadap peningkatan
ekonomi masyarakat pendukungnya.
Dampak postitif pariwisata terhadap perekonomian diantaranya:
a. Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan
perekonomian masyarakat lokal menggeliat dan menjadi
stimulus berinvestasi dan menyebabkan sektor keuangan
bertambah seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya.
b. Meningkatkan pendapatan pemerintah, baik yang berasal
dari pelaku bisnis pariwisata maupun wisatawan yang
berkunjung.
c. Terciptanyan peluang kerja, dan peluang usaha seperti
usaha akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan
souvenir.
d. Berkembangnya sektor pariwisata lokal dapat mendorong
pemerintah lokal untuk menyediakan infrastruktur yang
lebih baik, penyediaan air bersih, listrik, telekomunikasi,
transportasi dan fasilitas pendukung lainnya.
e. Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal.43
Selain dari dampak positif pariwisata terhadap perekonomian
terdapat pula dampak negatifnya diantaranya:
43 Suwena, I Ketut & Widyatmaja, I Gst Ngr, Pengetahuan..., h. 165-169.
28
a. Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata.
b. Meningkatnya angka inflasi serta meroketnya harga tanah.
c. Meningkatnya kecendrungan untuk mengimpor bahan-
bahan demi memenuhi kebutuhan pariwisata.
d. Ketidakpastian dalam pengembalian modal investasi karena
sifat pariwisata yang musiman.
e. Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian
setempat akibat kerusakan oleh pariwisata.44
Sementara menurut Cohen, dampak pariwisata terhadap kondisi
ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan
kelompok besar diantaranya, dampak terhadap penerimaan devisa,
dampak terhadap pendapatan masyarakat, dampak terhadap kesempatan
kerja, dampak terhadap harga-harga, dampak terhadap distribusi manfaat
dan keuntungan, dampak terhadap kepemilikan dan kontrol, dan dampak
terhadap pendapatan pemerintah.45
Mengingat ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti masih berada pada tingkatan desa serta dengan intrumen dan
metode penelitian yang masih terbatas, maka kajian tentang dampak
ekonomi yang akan dilakukan oleh peneliti tidak terpaku pada seluruh
dampak yang disebutkan oleh Cohen, yang dimana peneliti di sini
membatasi penelitian dengan mengkaji hanya kepada dampak terhadap
pendapatan masyarakat, dampak terhadap kesempatan kerja, dampak
44 Ibid. 45 Andjar Prasetyo, Muhammad Zaenal Arifin, Pengelolaan Destinasi Wisata Yang
Bekelanjutan Dengan Sistem Indikator Pariwisata, (Jakarta:Indocamp,2018) , h. 23.
29
terhadap harga-harga, dampak terhadap kepemilikan dan kontrol
(ekonomi) oleh masyarakat dan dampak terhadap pendapatan
pemerintah.
G. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Para peneliti dapat memilih berjenis-jenis metode dalam
melaksanakan penelitiannya. Metode penelitian yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Metode Deskriptif adalah
metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Adapun tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena
yang diselidiki.46
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian Kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau
bentuk cara-cara lainnya yang menggunakan ukuran angka, namun
berupa pengetahuan yang dibangun melalui interprestasi terhadap multi
perpsektif yang beragam dari masukan segenap partisipan yang terlibat di
dalam penelitian, tidak hanya dari penelitiannya semata. Penelitian
46 Moh. Nazir,Metode Penelitian,(Bogor:Ghalia Indonesia, 2011), h. 54.
30
kualitatif pada hakekatnya mengamati objek (responden) secara langsung
kegiatan yang mereka lakukan, berinteraksi dengan mereka, dan berusaha
menyelami kehidupan mereka dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati.47
Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yakni untuk mengetahui
dampak pengembangan desa wisata Sukarara terhadap ekonomi
masyarakat lokal. Dalam penelitian ini peneliti langsung turun
kelapangan untuk mencari sumber data, dengan bentuk catatan observasi,
catatan wawancara yang mendalam dan sejarah masyarakat, dengan
menggunakan pendekatan penelitian ini diharapkan peneliti mampu
menggambarkan secara akurat tentang dampak pengembangan desa
wisata Sukarara terhadap ekonomi masyarakat lokal.
3. Kehadiran Peneliti
Peneliti dalam penelitian kualitatif sangat berperan dalam proses
pengumpulan data atau dalam kata lain yang menjadi instrumen dalam
penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Hal tersebut diperkuat
oleh pendapat dari Miles kehadiran peneliti di lapangan dalam penelitian
kualitatif adalah suatu yang mutlak, karena peneliti bertindak sebagai
instrumen penelitian sekaligus pengumpul data.48
47 Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research Approach),
(Yogyakarta:Deepublish,2018), h. 5-6. 48 Albi Anggito & Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jawa Barat:Cv
Jejak,2018), h. 75.
31
Sebagai Intrumen dalam penelitian, peneliti berperan aktif dalam
penelitian, dimana peneliti menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, peneliti juga mempersiapkan diri untuk memasuki
objek penelitian, mempelajari, dan berusaha memahami segala sesuatu
terkait dengan penelitian yang dilakukan, seperti membuat pertanyaan
untuk wawancara, memahami segala metode yang dilakukan dan
mengambil keputusan, demi keaslian hasil penelitian yang diperoleh.
4. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih oleh peneliti untuk melakukan penelitian
adalah Desa Sukarara yang berada di Kecamatan Jonggat Kabupaten
Lombok Tengah. Desa Sukarara sendiri merupakan sebuah desa wisata
yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan dengan destinasi budaya
yang masih kental serta kerajinan tenun sebagai daya tarik utama yang
ditawarkan untuk wisatawan.
5. Sumber dan jenis data
a. Sumber data
Adapun jenis data yang dikumpulkan berdasarkan sumbernya
dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer
Data primer yaitu sejumlah keterangan atau fakta yang
langsung diperoleh dari sumber pertama atau dari hasil penelitian
di lapangan.49. Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer
49 Sugiyono, Metode Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, (Bandung:Alfabeta,2014), h. 7.
32
yaitu masyarakat lokal yang berprofesi sebagai pengerajin,
pengusahan dan pengelola pariwisata termasuk kedalamnya
Pokdarwis dan pemerintah desa, dengan memfokuskan data dicari
yakni data terkait pendapatan masyarakat, kesempatan kerja,
perubahan harga-harga, kepemilikan dan kontrol (ekonomi)
masyarakat dan pendapatan Pemerintah. Dimana peneliti
menggunakan data primer sebagai data utama dalam penelitian,
dimana bentuk data primer diperoleh dengan terjun langsung
kelapangan dengan melakukan observasi, dan wawancara kepada
msyarakat lokal Desa Sukarara.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu suatu data yang diperoleh secara tidak
langsung, data sekunder merupakan data yang sudah tersedia
sehingga tinggal dicari dan dikumpulkan.50 Bentuk data sekunder
dalam penelitian ini berupa data yang diambil dari arsip dan data
rekap dari desa Sukarara, serta dokumen-dokumen lain yang
dibutuhkan yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.
Data sekunder ini akan peneliti cari lewat Pemerintah Desa,
Pokdarwis selaku pengelola, pengusaha dan masyarakat Desa
Sukarara.
50 Ibid., h. 137.
33
b. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif, yang berupa data yang menyatakan keadaan atau
karakteristik yang dimiliki oleh suatu objek yang diteliti, yang
diperoleh dari observasi dan wawancara kepada objek penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data
yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut :
a. Metode observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara
sengaja dan sistematis mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala
psikis. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif atau non
partisipatif. Observasi partisipatif adalah kegiatan mengumpulkan
data dimana pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung. Sedangkan observasi non partisipatif adalah
pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dimana dia hanya
berperan mengamati kegiatan.51
Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini
memilih menggunakan metode observasi secara non partisipasif,
dimana peneliti tidak terlibat langsung dengan kegiatan masyarakat
51 Joko Subagio, Metodologi Penelitian Dalam Teori Dan Praktik, (Jakarta:Rieneka
Cipta,1999), h. 63.
34
yang diteliti, dapat dikatakan peneliti hanya sebagai pengamat
yang tidak ikut serta dalam kegiatan yang diamatinya.
b. Metode wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan
responden tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu
untuk dijawab pada kesempatan lain.52 Wawancara dapat
dibedakan menjadi dua bentuk yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur yaitu :
1. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dimana
peneliti melakukan wawancara sesuai dengan pedoman
wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk mengumpulkan data.
2. Wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidakk menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara lengkap dan sistematis salam
pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.53
Adapun bentuk wawancara yang dilakukan peneliti dalam
penelitian yang dilakukan yakni wawancara tidak terstruktur,
dimana peneliti melakukan wawancara tanpa menggunakan
52 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Prenadamedia Group,2017), h. 138. 53 Sugyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung:Alfabeta,2014), h. 75.
35
pedoman wawancara, dimana peneliti berbincang biasa dengan
responden dan ketika sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan
sesuatu yang menjadi tujuan, maka segera ditanyakan.
c. Dokumentasi
Dalam pelaksanaan metode dokumentasi peneliti melakukan
penyelidikan mengenai hal-hal atau variabel yang diperlukan dalam
penelitian, baik berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
agenda dan sebagainya.54 Kemudian dalam penelitian ini, metode
dokumentasi digunakan peneliti untuk mendapatkan data-data yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti, yang didapatkan
baik dari data-data desa, dalam bentuk catatan, foto, buku dan
sebagainya.
7. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang penting dalam penelitian,
karena dalam analisis ini akan diperoleh temuan, baik temuan substantive
maupun formal.55 Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
selama proses penelitian berjalan. Teknik analisis data dalam rencana
penelitian dilakukan dengan tiga langkah secara bersamaan diantaranya :
a. Reduksi data (Data Reduction)
Data kualitatif yang ditemukan peneliti dalam penelitiannya
dilapangan sangat banyak, random, dan tidak beraturan baik dalam
metode wawancara, observasi maupun dokumentasi. Dalam hal ini
54 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Praktik, (Jakarta: Bina Aksara, 2001), h. 102.
55 Sugyono, Memahami Penelitian Kualitatif..., h. 209.
36
peneliti melakukan reduksi data dimana peneliti memilih data pada
hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting
dan membuang hal-hal yang dirasa tidak penting yang sesuai
dengan kerangka kerja peneliti sehingga memberikan gambaran
lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.
b. Paparan Data (Data Display).
Langkah selanjutnya dari data yang telah direduksi adalah
memaparkan data.56 Setelah peneliti melakukan reduksi data,
peneliti kemudian menyajikannya dalan bentuk uraian singkat,
dengan menggunakan kata dan kalimat yang dapat dan mudah
dimengerti.
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing).
Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang
menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data57. Dalam
penelitian ini peneliti menarik kesimpulan yang kemudian
disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan
memberikan argumentasi dan justifikasi dari realitas yang sedang
diteliti.
8. Uji Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan uji yang dilakukan peneliti untuk
membuktikan apa yang telah diamati dalam penelitian sesuai dengan
keadaan yang sesungguhnya. Sehingga untuk mendapatkan data yang
56 Ibid., h. 211. 57 Ibid., h. 212.
37
falid membutuhkan uji keabsahan data, dengan tujuan data yang
dikumpulkan mengandung nilai keaslian.58 Pada penelitian ini,
triangulasi menjadi teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan
oleh peneliti, dimana pada hakekatnya merupakan metode pendekatan
multimetode yang dilakukan pada saat mengumpulkan dan menganalisis
data dengan ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat
dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika
didekati dari berbagai sudut pandang. Dalam penelitian ini teknik yang
digunakan peneliti adalah dua teknik triangulasi yakni triangulasi metode
dan triangulasi sumber data.
a. Triangulasi metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan
informasi atau data dengan cara yang berbeda. Untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh
mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode
wawancara bebas atau wawancara terstruktur, atau peneliti
menggunakan observasi atau pengamatan untuk mengecek
kebenarannya.59
Dalam penelitian ini, dalam pemeriksaan keabsahan data
melalui teknik triangulasi metode, peneliti melakukan dengan
mencroscek kebenaran data dari hasil metode penelitian yang
58 Lexi J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2012), h. 330. 59 Djam’an Satori & Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Alfabeta,2013),
h. 170.
38
berbeda, seperti dalam penelitian ini peneliti membandingkan data
hasil metode wawancara dengan data hasil observasi langsung di
lapangan, jika relevan maka hasilnya diambil, namun jika terdapat
perbedaan atau keraguan data yang diperoleh, peneliti akan
menggunakan metode yang lain yang relevan dengan hasil
sebelumnya.
b. Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber data berarti menggali kebenaran
informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan
data. Data yang diperoleh akan dideskripsikan, dikategorikan,
mana pandangan yang sama dan mana pandangan yang berbeda
serta mana data yang spesifik dari beberapa sumber.60
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan teknik triangulasi
sumber data dengan cara mengcroscek kebenaran data hasil dari
sumber yang satu dengan sumber yang lain, dimana peneliti
melakukan wawancara dengan banyak sumber, dengan tujuan
menbandingkan data yang disampaikan oleh sumber yang satu
dengan sumber yang lain, apakah terdapat kesamaan atau malah
berbeda. Jika data yang disampikan terdapat kesamaan maka data
tersebut dianggap benar, namun jika berbeda maka peneliti
mencari sumber lain untuk memperoleh data yang relevan.
60Ibid., h. 171.
39
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Dalam penulisannya
berpedoman pada penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Mataram, penulisan laporan hasil
penelitian ini terdiri dari empat bab, dijelaskan sebagai berikut:
Pada BAB I, berisi pendahuluan. Pada bab ini peneliti mengungkapkan
latar belakang dari masalah yang akan diteliti, yang kemudian muncul
keinginan untuk mengkaji permasalahan yang timbul dan diangkat menjadi
sebuah judul dalam penelitian yang akan dilakukan. Termasuk juga dalam
bab ini diantaranya, fokus kajian atau rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, telaah pustaka, kerangka teori dan metodologi penelitian. Dalam
metodologi penelitian juga terdapat serangkaian teknis dan metode penelitian
yang dipaparkan dalam bab ini diantaranya, pendekatan penelitian, kehadiran
peneliti, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data
dan keabsahan data.
Pada BAB II, berisi paparan data dan temuan penelitian. Dalam bab ini
diuraikan tentang paparan data dan temuan penelitian yang dilakukan di
lapangan. Dalam bab ini peneliti menggambarkan secara singkat tentang
gambaran lokasi penelitian dan temuan-temuan dalam melakukan penelitian
serta tanggapan dari beberapa informan tentang pembahasan dari penelitian
ini.
Pada BAB III, berisi tentang pembahasan. Dalam bab ini berisi tentang
pembahasan yang merupakan inti dari penelitian yang dilakukan. Dalam bab
40
ini peneliti menguraikan tentang pembahasan dari hasil penelitian termasuk
didalamnya pembahasan tentang jawaban dari hasil pertanyann-pertanyaan
dari fokus kajian penelitian yakni dampak dari pengembangan desa wisata
Sukarara terhadap ekonomi masyarakat lokal.
Pada BAB IV, berisi Penutup. Dalam bab ini memuat tentang penutup
yang didalamnya dipaparkan kesimpulan dari penelitian yang bersumber dari
pembahasan, serta terdapat saran dari hasil analisis data yang berkaitan
dengan penelitian.
Bagian akhir, peneliti mencantumkan daftar pustaka dan lampiran.
41
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Desa Sukarara
Sesuai dengan data yang peneliti temukan di lokasi penelitian yang
berlokasi di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat, peneliti dapat menyimpulkan
paparan data dan temuan sebagai berikut :
1. Sejarah Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
Sukarara berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “Suke dan Rare”
yang dimana Suke diartikan sebagai tidak ada unsur paksaan dari pihak
manapun atas kemauan sendiri sedangkan Rare artinya ingin menyendiri
dan berkiprah dari azaz berdikari yang bersemboyan : “Oyowok bebek
belang, jambul pituq sampi gading betenggale, ngenggek sengkangn dare
lengkuk maraq panji sukerare” yang artinya semua warga atau
masyarakat, walaupun banyak perbedaan marilah kita bersatu, satu dalam
tujuan, untuk memperlihatkan ciri khas dalam satu desa, sebagai barisan
desa yaitu lokal.
Desa Sukarara terbentuk pada tahun 1775, dengan sejarah asal
muasal desa ini diberi nama Desa Sukarara adalah Suka yang berarti
senang dan Rara yang berarti miskin, sehingga diartikan penduduk Desa
Sukarara selalu senang walaupun miskin. Pemberian nama Desa Sukarara
yaitu oleh kepala dukuh yang pertama kali memimpin Desa Sukarara yaitu
sejak tahun 1755-2775. Pemimpin Desa Sukarara yang pertama kali yaitu
Raden Anugrah dan Raden Cempake yang pada waktu itu disebut Pemban
42
atau Panji. Dimana pada waktu itu Raden Anugrah memegang kekuasaan
di bidang Pemerintahan, sedangkan Raden Cempake di bidang Pertanian,
yang sekarang makamnya ada di Tempat Pemakaman Umum Karang
Waru Dasan Duah Desa Sukarare. Sejak tahun 1775 sampai tahun 2019
Desa Sukarara telah dipimpin oleh 19 Kepala Desa.61
2. Letak Geografis Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
Letak Geografis suatu wilayah menjelaskan tentang letak dan
posisi suatu wilayah yang dilihat secara garis hukum, menurut batas-batas
wilayah yang telah ditetapkan, sesuai dengan peraturan pemerintah
setempat yang berlaku.
Desa Sukarare merupakan salah satu desa dari sepuluh desa yang
berada di wilayah Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, dan
juga merupakan salah satu Desa Wisata yang telah disahkan oleh Gubernur
Nusa Tenggara Barat dari 16 Desa Wisata yang terdapat di Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Desa Sukarara terletak pada jarak 6 km sebelah Tenggara
dari pusat Pemerintahan Kecamatan, terletak pada jarak 5,5 km di sebelah
Barat Daya dari pusat Pemerintahan Kabupaten, dan terletak pada jarak 21
km sebelah Tenggara dari pusat Pemerintahan Provinsi. Luas wilayah
menurut penggunaan di dominasi oleh tanah sawah, tanah kering, fasilitas
umum, dan tanah hutan yang luasnya sekitarnya 755,880 Ha, atau kurang
lebih 11,16 % dari luas Kecamatan Jonggat.
61 Mamiq Erna (Tokoh Adat), Wawancara, Sukarara, Tanggal 15 Maret 2020.
43
Berdasarkan letak geografisnya secara alam dan administrasi Desa
Sukarara berbatasan dengan wilayah :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan 2 desa sekaligus yakni Desa Batu
Tulis Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah, dan Desa
Nyerot Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Batu Jai, Kecamatan Praya
Barat.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Labulia, Kecamatan Jonggat,
Kabupaten Lombok Tengah dan Desa Ungga, Kecamatan Praya Barat
Daya, Kabupaten Lombok Tengah.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Puyung Kecamatan Jonggat
Kabupaten Lombok Tengah.
Selain dari pada itu, Desa Sukarara sendiri terbagi lagi menjadi 10
dusun yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Dusun, diantaranya,
Dusun Blog Lauq, Dusun Blong Daye, Dusun Ketangge, Dusun Dasan
Duah, Dusun Bunsambang, Dusun Dasan Baru, Dusun Burhane, Dusun
Bunputri, Dusun Buncalang, dan Dusun Batu Entek, yang dimana
kesepuluh Dusun yang mencakup seluruh Desa saat ini satu sama lain
dibatasi oleh jalan, lorong, pagar, dan tembok, dan juga berbatasan dengan
sawah dan kebun.62
62 Dokumentasi profil data Potensi dan Kelurahan Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
Tahun 2020.
44
Tabel 2.1 Data Nama-Nama Dusun dan Kepala Dusun yang Terdapat di Desa
Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah
Sumber : Profil Desa Sukarara
Secara ilmiah, kondisi atraksi desa ini sangat baik dengan
konfigurasi lahan dataran 600 meter di atas Permukaan Laut, sehingga
bentang alam pedesaan juga menjadi salah satu objek yang sangat
menarik dari Desa Sukarara, selain dari atraksi kain tenun dan budaya
tradisional yang telah menjadi ciri khas dari Desa Sukarara sendiri.
Secara alamiah Desa Sukarara juga merupakan wilayah yang sangat
cocok untuk pengembangan berbagai jenis aktifitas budidaya, namun
secara keseluruhan penggunaan lahan di desa lebih didominasi oleh
areal pertanian, perkebunan dan peternakan.63
Desa Sukarara memiliki iklim musim hujan 7 sampai 8 bulan
setiap tahunnya. Hujan yang terbanyak pada bulan Januari dan
63 Ibid.
No Nama Dusun Nama Kepala Dusun
1. Dusun Blog Lauq Lalu Panggih
2. Dusun Blong Daye Sata
3. Dusun Ketangge Sunardi
4. Dusun Dasan Duah Kaye Sukarme
5. Dusun Bunsambang Lalu Murtawan
6. Dusun Dasan Baru M. Yusuf
7. Dusun Burhane Nurman
8. Dusun Bunputri Subakti
9. Dusun Buncalang H. Alimul Ula
10. Dusun Batu Entek Diasih
45
Februari. Curah hujan dalam satu tahun rata-rata 141 mm, adapun
musim penghujan terjadi selama enam bulan sedangkan suhu rata-rata
harian mencapai 30º C.
3. Pemerintahan Desa Sukarara
Pemerintah Desa adalah orang yang bertanggung jawab kepada
masyarakat. Pemerintah merupakan pengendali desa atau sebagai
tangan kanan masyarakat dalam menyampaikan aspirasi dan juga
sebagai kontrol sosil demi terwujudnya masyarakat yang adil, makmur,
sejahtera, agartercapai suatu masyarakat yang stabil dan seimbang.
Adapun unsur penyelenggara pemerintahan di Desa Sukarara terdiri
dari Kepala Desa, Perangkat Desa dan Unsur Staf, yakni Sekretaris
Desa, dan Kepala urusan-urusan, untuk lebih jelasnya dapat di lihat
pada tabel Srtuktur Pemerintahan Desa Sukarara berikut ini :64
Tabel 2.2 Struktur Pemerintahan Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
Kabupaten Lombok Tengah
No. Nama Jabatan
1. Jumasre, S.IP Kepala Desa
2. Lalu Sukardi Ketua BPD Desa
3. Zaenal Rahman, S.Pd Sekertaris Desa
4. Oktaviandi, S.Pd Kasi Pemerintahan
5. Darmawan, S.Pd Kaur Keuangan
64 Ibid.
46
6. Dzul Khamjudg Kaur Pembangunan
7. M. Isnan Abdillah Kasi Kesra
8. Sukayandi Kaur Umum
9. H. Saman Budi, S.Ag Kasi Pelayanan
10. Saprudin BABHINSA
11. Joko Sediyarto BHABINKANTIBMAS
12. Hasnadi Usman Pendamping Desa
Sumber : Profil Desa Sukarara
Dalam rangka mensukseskan seluruh program yang ada baik
program pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Desa
Sukarara, maka Pemerintah Desa dibantu oleh Lembaga-Lembaga
Desa antara lain : BPD (Badan Permusyawaratan Desa), LKMD
(Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa), PKK (Pemberdayaan
Kesejateraan Keluarga), Karang Taruna, Remaja Masjid, Kelompok
Tani, Kelompok Posyandu, dan beberapa tenaga teknis lainnya seperti
penghulu desa, pekasih dan lain sebagainya.65
4. Keadaan Penduduk
a. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
Kabupaten Lombok Tengah, berdasarkan data desa terakhir pada
tahun 2019, Desa Sukarara memiliki jumlah penduduk sebanyak
10.067 jiwa, yang terdiri dari 4.881 jiwa penduduk laki-laki, dan
65 Dokumentasi Struktur Pemerintahan Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
47
5.186 jiwa penduduk perempuan. Dari 10.067 jumlah penduduk
Desa Sukarara tersebut terdiri dari 3.558 Kepala Keluarga (KK),
yang terdiri dari 3.019 Kepala Keluarga laki-laki, dan 539 Kepala
Keluarga perempuan. Jumlah penduduk tersebut tidak jauh berbeda
dengan jumlah penduduk pada bulan bahkan tahun sebelumnya,
yakni terdiri dari 10.065 jiwa yang terdiri dari 3.561 Kepala
Keluarga. Untuk lebih rinci dapat dilihat dari data jumlah
penduduk Desa Sukarara di bulan November tahun 2019 berikut
ini :
Tabel 2.3 Data Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Desa Sukarara Kecamatan
Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2019
No Nama kadus Jumlah Penduduk bulan Oktober
Kela-hiran
Kema-tian
Pind-ah
Datang Jumlah Penduduk bulan November
Jumlah Kepala Keluarga
1. Blong Lauq 800 1 0 1 0 800 288 2. Blong Daye 1.137 0 2 1 2 1.136 352 3. Ketangge 816 0 0 1 1 816 266 4. Dasan Duah 930 0 0 1 0 929 334 5. Bunsambang 1.652 1 1 0 1 1.653 580 6. Dasan Baru 1.015 0 0 1 1 1.015 365 7. Burhana 971 0 1 0 0 970 356 8. Bunputri 697 1 0 0 6 704 272 9. Buncalang 1.030 1 3 0 0 1.028 366 10. Batu Entek 1.017 0 0 1 0 1.016 379
Jumlah 10.065 4 7 6 11 10.067 3.558
Sumber : Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
48
b. Mata Pencaharian Penduduk
Penduduk Desa Sukarara yang terdiri dari 10.067 jiwa
sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 2240
jiwa dan penenun 3601 jiwa dan sisanya berkerja pada sektor
perternakan, perikanan, perdagangan, jasa dan sektor lainnya. Desa
Sukarara terletak pada suatu dataran diperuntukkan sebagai sawah
630 Ha. Selebihnya adalah kebun 38,792 Ha, Pekarangan 98,815
Ha dan Kuburan 4 Ha, seluruh wilayah Desa Sukarara merupakan
dataran rendah yang subur.66 Selain dari pada itu profesi penenun
merupakan profesi yang didominasi oleh kaum perempuan sebagai
mata pencahariannya sekaligus sebagai budaya yang mewajibkan
kaum perempuan untuk dapat menenun sebagai syarat dapat
menikah. Hal tersebut di lihat dari banyaknya rumah-rumah yang
merangkap menjadi artshop tempat masyarakat menjual hasil tenun
yang mereka hasilkan serta menawarkan kepada wisatawan yang
berkunjung.67
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk Desa Sukarara bisa dikatakan
masih sangatlah rendah, karena berdasarkan data yang ditemukan
66 Dokumentasi profil data Potensi dan Kelurahan Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
Tahun 2019. 67 Observasi di Desa Sukarara, Pada Tanggal 10 Maret 2020.
49
tingkat pendidikan penduduk masih didominasi oleh penduduk
yang hanya tamat SD/Sederajat dan buta aksara dan huruf lain.68
Tabel 2.4 Data Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
Kabupaten Lombok Tengah
Tingkat Pendidikan Penduduk
Jumlah penduduk buta aksara dan huruf latin 1235 orang
Jumlah penduduk usia 3-6 tahun yang masuk TK dan Kelompok Bermain Anak
452 orang
Jumlah anak dan penduduk cacat fisik dan mental 11 orang
Jumlah penduduk sedang SD/sederajat 970 orang
Jumlah penduduk tamat SD/sederajat 1869 orang
Jumlah penduduk tidak tamat SD/sederajat 2 orang
Jumlah penduduk sedang SLTP/sederajat 335 orang
Jumlah penduduk tamat SLTP/sederajat 6 orang
Jumlah penduduk sedang SLTA/sederajat 185 orang
Jumlah penduduk tidak tamat SLTP/Sederajat 300 orang
Jumlah penduduk tamat SLTA/Sederajat 220 orang
Jumlah penduduk tamat D-1 44 orang
Jumlah penduduk tamat D-2 44 orang
Jumlah penduduk tamat D-3 53 orang
Jumlah penduduk sedang S-1 25 orang
Jumlah penduduk tamat S-1 105 orang
Jumlah penduduk sedang S-2 5 orang
Jumlah penduduk tamat S-2 7 orang
JUMLAH 5.868Ang
Sumber : Data Rekap Desa Sukarare
68 Dokumentasi profil data Potensi dan Kelurahan Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
Tahun 2019.
50
5. Keadaan Politik dan Sosial
Dilihat dari segi politik, Desa Sukarara sudah menerapkan
demokrasi, hal ini dibuktikan dari kegiatan pemilihan Kepala Desa
maupun pemilu lainnya. Masyarakat sangat begitu antusias dalam
megikuti hal-hal tersebut. Meskipun demikian dalam pelaksanaannya
tidak terlepas dari pro dan kontra yang disebabkan oleh perbedaan
persepsi antar kelompok masyarakat. Kejadian seperti itu, masih
sangatlah sering terjadi, bukan hanya disebabkan karena kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai politik namun juga karena tidak
saling menghargai pendapat satu sama yang lain.69
Terlepas dari hal ini, bisa diakui bahwa dilihat dari segi
sosial masyarakatnya, Desa Sukarara ikatan sosialnya masih sangat
erat dan kental. Dilihat dari begitu banyaknya kegiatan Roah
(begawe/Pesta) yang dimana masyarakat masih saling membantu tanpa
ada undangan, hal ini terjadi di sebabkan karena masih eratnya unsur
kekeluargaan dalam masyarakat. Begitupun jika ada kegiatan yang di
laksanakan di Kantor Desa tidak sedikit masyarakat yang antusias
mengikutinya.70
6. Keadaan Ekonomi
Berdasarkan karakteristik konfigurasi lahan daratan 600 meter
di atas permukaan laut yang kemudian masyarakat desa yang
69 Sunardi selaku kepala Dusun Ketangge, Wawancara, 10 Maret 2020, pukul 09.00 wita. 70 Observasi di Desa Sukarara, pada tanggal 10 Maret 2020.
51
didominasi oleh masyarakat yang bermata pencaharian petani dan
buruh tani, dan sebagian besar kaum perempuam yang bermata
pencaharian sebagai penenun, maka berdasarkan penguasaan aset
ekonomi masyarakat paling banyak untuk aset lahan adalah seluas 10
ha, yang hanya dimiliki satu orang penduduk saja. Yang sisanya hanya
menguasai lahan seluas 0,1 hingga 0,8 ha.71
Kemudian seperti yang telah dijabarkan di atas sebelumnya,
bahwasanya kaum perempuan lebih dominan mata pencahariannya
sebagai penenun, oleh sebab itu sebagian dari masyarakat menjadikan
rumah-rumah kecil mereka sebagai tempat untuk menawarkan hasil
tenunnya dibuktikan dengan berdirinya Artshop-artshop di pinggir
sepanjang jalan Desa Sukarara yang merangkap dengan rumah
masyarakat yang sekaligus disajikan pula bagaimana proses tenun
Songket itu sendiri yang merupakan daya tarik untuk menarik
wisatawan dan saat ini kondisi umum SDM Pengrajin Desa Sukarara
telah mulai berkembang baik. Desa Sukarara saat ini menjadi salah
satu desa yang dilirik oleh semua kalangan masyarakat, dan juga telah
begitu banyak berkembang beberapa program pengembangan kualitas
SDM pariwisata dan budaya di Desa Sukarara.72
Namun tidak bisa dipungkiri, masyarakat Desa Sukarara
sebagian besar belum memiliki pekerjaan tetap sehingga tingkat
pengangguran dari Desa Sukarara masih tergolong sangat tinggi.
71 Dokumentasi Profil Potensi Desa dan Kelurahan Desa Sukarara Tahun 2019. 72 Observasi di Desa Sukarara, Pada Tanggal 10 Maret 2020.
52
Untuk tingkat pengangguran masyarakat desa dapat di lihat dalam
tabel berikut ini :
Tabel 2.5 Data Tingkat Pengangguran Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten
Lombok Tengah
Pengangguran 1. Jumlah angkatan kerja (penduduk usia 18-56 tahun) 5210 orang
2. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang masih sekolah
dan tidak bekerja 245 orang
3. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang menjadi ibu
rumah tangga 2353 orang
4. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja penuh 780 orang
5. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja tidak
tentu 1388 orang
6. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan
tidak bekerja 37 orang
7. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan
bekerja 24 orang
Sumber : Data Desa Sukarara
Dari data di atas di ketahui bahwa, pengangguran lebih didominasi
oleh jumlah angkatan kerja, dan ibu rumah tangga. Kemudian tingkat
ekonomi masyarakat yang dilihat dari tingkat kesejahteraan keluarga dapat
di lihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel 2.6 Data Tingkat Kesejahteraan Keluarga di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
Kabupaten Lombok Tengah
Kesejahteraan Keluarga
1. Jumlah keluarga prasejahtera 1241 keluarga
2. Jumlah keluarga sejahtera 1 721 keluarga
53
Sumber: Data Desa Sukarara
B. Objek Wisata Desa sukarara
Desa Sukarara merupakan salah satu desa wisata yang terdapat di
Kabupaten Lombok Tengah dibuktikan dengan adanya objek wisata yang
terdapat di Desa Wisata Sukarara itu sendiri, yang mampu menarik
wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk berkunjung. Adapun
objek wisata yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke
Desa Sukarara sendiri di antaranya :
1. Kain Tenun Songket
Didasari oleh sejarah sekaligus sebagai sebuah kepercayaan
masyarakat Desa Sukarara, bahwa semua kaum perempuan yang ada
di Desa Sukarara wajib bisa menenun sebagai syarat seorang wanita
bisa menikah, karena jika seorang perempuan tidak bisa menenun
maka dilarang untuk menikah bahkan didenda jika melanggar
kepercayaan tersebut. Kegiatan menenun dilakukan seorang
perempuan sembari menunggu suaminya pulang bertani dari sawah,
sekaligus sebagai mata pencaharian bagi kaum perempun di Desa
Sukarara.
3. Jumlah keluarga sejahtera 2 498 keluarga
4. Jumlah keluarga sejahtera 3 249 keluarga
5. Jumlah keluarga sejahtera 3 plus 0 keluarga
6. Total jumlah kepala keluarga 2709 keluarga
54
Tenun Songket sendiri merupakan objek wisata utama yang
disugukan oleh Desa Sukarara sebagai daya tarik terhadap wisatawan
untuk berkunjung. Kerajinan kain tenun Songket di Desa Sukarara
sendiri merupakan industri rumahan, yang dimana proses
pembuatannya membutuhkan waktu yang sangat lama yang paling
lambat sekitar 2 bulan lamanya, untuk dapat menghasilkan tenun
songket yang indah. Tingkat kerumitan serta motif dari kain tenun
songket sendiri berpengaruh terhadap harga jualnya yang berkisar dari
Rp. 100.000 hingga Rp. 1.000.000. Dalam prosesnya, kain tenun
Songket yang dihasilkan bukan hanya untuk pakaian akan tetapi dapat
digunakan pula sebagai dekoratif untuk ornamen interior rumah. Kain
tenun Songket Desa Sukarara memiliki ciri dan motif khusus yang
membedakannya dengan ciri dan motif Songket produksi daerah lain.
Kekhasannya terletak pada pola dan penggunaan benang, pola dan
benang yang dipergunakan penenun Songket merupakan nilai yang
diberikan secara turun temurun dari generasi sebelumnya. Biasanya
keahlian menenun sendiri diperoleh dari seorang ibu yang kemudian
mewariskan kepada anak keturunannya sehingga motif dan warna dari
tenun Songket terjaga dengan baik dan tidak berubah. Adapun
berbagai jenis tenun Songket dengan motif yang indah dan berbeda-
beda yang dapat ditemui di Desa Sukarara, diantaranya, motif
Subahnale, Motif Serat Penginang, Motif Ragi Genap, Motif Bintang
Empat, Motif Keker, Motif Wayang, Motif Panah, Motif Bintang
55
Ramawe, Motif Bulan Bekurung, Motif Bulan Bergantung, Motif
Nanas, dan satu lagi Motif Anteng. Dengan keindahan kain tenun dan
kelestarian tradisi tenun tersebut, wisatawan menjadi senang
berkunjung dan menikmati keindahan kain tenun dan tradisinya yang
lestari.
2. Kegiatan Nenun (Nyensek)
Proses menenun di Desa Sukarara dikenal dengan istilah
Nyensek, yang dimana alat untuk menenun menggunakan peralatan
yang sebagian besar terbuat dari kayu. Cara penggunannya pun masih
sangat tradisional dan manual. Adapun beberapa tahapan-tahapan
yang dilakukan untuk menghasilkan kain Songket diantaranya:
1. Mengani (Ngani) adalah tahapan awal pada proses menenun,
yaitu proses pembuatan helain-helaian benang untuk di
jadikan lungsi pada alat yang dinamai alat Ngani.
2. Memasang benang lungsi pada bum benang lungsi adalah
memasang helaian-helaian benang yang akan dijadikan
benang lungsi pada alat tenun bukan mesin pada bum
benang lungsi.
3. Pencocokan pada mata gun adalah proses memasukkan
benang lungsi ke mata gun sesuai dengan corak tenun.
4. Pencocokan pada sisir adalah memasukkan benang-benang
lungsi ke sisir sesuai dengan corak tenun.
56
5. Mengikat benang lungsi pada bum kain adalah mengikat
benang lungsi pada bum kain yang dilakukan setelah benang
lungsi dicocok melalui mata gun dan sisir.
6. Penyetelan adalah melakukan persiapan dengan memeriksa
kembali hasil pencocokan apakah sudah benar, mengatur
posisi gun, dan mengatur ketegangan benang lungsi.
7. Menenun adalah proses yang disebut dengan Nyensek, yaitu
membuat tenun sesuai dengan motif yang diinginkan sampai
mencapai ukuran yang diinginkan, dan menggulung setiap
hasil tenun yang dihasilkan.
8. Melepas tenunan adalah memotong benang lungsi dan
merapikan hasil tenun yang dihasilkan.
Para penenun kain songket biasanya mereka duduk di teras
atau di balai-balai depan rumah dengan beralaskan tikar dengan
posisi kaki berselonjoran lurus kedepan yang memiliki daya
tarik tersendiri bagi wisatawan. Selain itu Artshop-artshop yang
terdapat di sepanjang jalan Desa Sukarara yang sekaligus
merangkap dengan rumah masyarakat tersebut selain
menyajikan berbagai jenis motif kerajinan tenun Songket juga
menyajikan bagaimana proses pembuatannya, yang biasanya di
depan Artshop terdapat paling tidak satu penenun yang bersedia
mendemonstrasikan proses menenun jika ada wisatawan yang
berkunjung, oleh sebab itu para wisatawan yang berkunjung
57
selain dapat mengenal berbagai jenis motif kain tenun Songket
juga dapat belajar dan mengenal bagaimana proses pembuatan
kerajinan tenun Songket itu sendiri.73
3. Bale Beleq (Rumah Tradisional Peninggalan Nenek Moyang)
Desa Sukarara selain dikenal sebagai Desa Tenun dikenal juga
sebagai desa dengan tingkat sosial budaya yang masih sangat
tradisional, di Desa Sukarara sendiri masih terdapat beberapa rumah
tradisional yang telah berusia ratusan tahun, salah satunya adalah Bale
Beleq. Bale beleq bisa dikatakan sebagai musium desa yang
merupakan sebuah rumah tradisional yang masih eksis di tengah-
tengah permukiman masyarakat yang terbilang sudah modern. Bale
beleq sendiri dijadikan sebagai tempat suci bagi masyarakat Desa
Sukarara, tidak semua orang bisa dapat memasukinya. Jadi wisatawan
yang ingin berkunjung kesana hanya dibolehkan melihat dari luar saja,
dengan syarat harus sopan baik pakaiannya maupun tingkah laku, dan
jika ingin memasukinya tentunya harus mendapatkan izin terlebih
dahulu dari pemangku adatnya sendiri.
Namun karena terkenal sebagai tempat yang sakral dan
bersejarah sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka
peninggalan nenek moyang, jadi tidak sedikit wisatawan yang
penasaran akan bale beleq dan ingin mengunjungi, sehingga bale
73 Observasi di Desa Sukarara, Tanggal 15 Maret 2020.
58
beleq merupakan salah satu objek wisata yang menarik wisatawan
Nasional maupun Mancanegara.74
4. Begawe Jelo Nyensek dan adat Ngendang
Begawe jelo nyensek merupakan salah satu acara festival Desa
Sukarara yang diadakan dan diwadahi oleh pemerintah desa sebagai
bentuk upaya promosi sekaligus pengenalan objek wisata yang ada di
Desa Sukarara yakni objek utama tenun Songket yang biasanya
dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada akhir tahun, yang
melibatkan lebih dari seribu dua ratus perempuan penenun, yang
kemudian penenun-penenun tersebut menampilkan dan
mendemonstrasikan proses menenun yang berlokasi di sepanjang jalan
desa, yang melibatkan semua kaum perempuan mulai dari kalangan
anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua sekalipun. Begawe Jelo
Nyensek sendiri merupakan salah satu bentuk pengembangan
masyarakat, berupa pemberdayaan masyarakat, yang mulai diadakan
sejak tahun 2013, dan sampai saat ini pemerintah desa masih
melestarikan acara tersebut, dan telah menjadi daya tarik baru bagi
wisatawan.
Begawe Jelo Nyensek berlangsung selama 2 hari dua malam
dengan berbagai rangkaian acara seperti pada malam hari sebelum
hari acara Begawe Nyensek, diadakan tradisi adat yang dianggap
masih sakral oleh masyarakat desa namanya Ngendang. Ngendang
74 Sunardi selaku kepala dusun Ketangge,Wawancara, Sukarara, 10 Maret 2020, Pukul 09.00 wita.
59
sendiri diartikan sebagai simbol tradisi dalam ajang mencari jodoh,
yang biasanya melibatkan para anak gadis desa yang masih perawan
untuk diajak berkenalan oleh pemuda desa, dengan berbagai proses
ritual khusus yang harus dijalankan. Tradisi Ngendang sendiri
dilaksanakan bersamaan dengan acara Begawe Nyensek. Dalam
kegiatan ini wisatawan lokal maupun Mancanegara banyak yang
datang untuk menyaksikan kegiatan tersebut. Sedangkan di malam
kedua acara begawe, wisatawan akan disugukan dengan drama
panggung berupa cerita sejarah desa ataupun cerita-cerita bersejarah
dari nenek moyang yang tentunya berkaitan dengan Desa Sukarara.75
C. Bentuk Pengembangan Desa Wisata Sukarara
Dari beberapa metode yang peneliti lakukan dalam kegiatan
penelitian, ditemukan hasil terkait bentuk - bentuk pengembangan Desa
Wisata Sukarara, yang peneliti paparkan sebagai berikut:
1. Segi Attractions ( Daya Tarik)
Suatu daya tarik wisata yang di miliki suatu wilayah,
membutuhkan adanya pengembangan baik dari segi perbaikan dan
pelestarian objek wisata, ataupun pengadaaan objek wisata yang baru,
dengan tujuan suatu wilayah yang memiliki daya tarik wisata dapat
semakin maju dan eksis di bidang pariwisata baik bagi wisatawan
Nasional ataupun Mancanegara.
75 Dokumentasi profil sejarah desa Sukarara Kecamatan Jonggan Kabupaten Lombok
Tengah.
60
Bentuk pengembangan dari segi Attractions yang ada di Desa
Sukarara yakni Kain Tenun Songket sebagai daya tarik utama yang
dimiliki adalah dengan penciptaan motif Tenun Songket yang lebih
beragam lagi, serta pengadaan objek wisata baru dengan tujuan untuk
meningkatkan daya tarik pengunjung, seperti beberapa objek-objek
wisata yang sudah dipaparkan di atas.
Bapak Oktaviandi selaku Kasi Pemerintahan Desa Sukarara
mengatakan : “adapun bentuk pengembangan dari Attractions yang
kita lakukan selaku perangkat sekaligus sebagai pengelola adalah salah
satunya dalam bentuk pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat
diberikan pelatihan dalam pembuatan dan pewarnaan benang dari
bahan alam, serta masyarakat diajarkan dan dikenalkan cara mendesign
dan membuat motif – motif baru, dengan begitu masyarakat
diharapkan dapat membuat dan menghasilkan benang sendiri, sehingga
tidak harus membeli bahan untuk menenun, dan masyarakat dapat
menciptakan motif yang baru, beragam dan menarik tidak hanya itu-itu
saja.”76
Bapak M. Isnan Abdillah selaku Kaur Kesra Desa Sukarara
mengatakan : “bentuk pengembangan yang kita lakukan untuk daya
tarik wisata yang dimiliki desa sendiri, adalah menciptakan dan
memunculkan acara daya tarik baruFestival Begawe Jelo Nyensek,
yang dimana objek wisata kerajinan tenun Songketnya kita buatkan
76 Bapak Oktaviandi Selaku Kasi Pemerintahan Desa, Desa Sukarara, Wawancara,
tanggal 15 Maret 2020, pukul 09.00 wita.
61
sebuah festival yang bisa mendongkrak Songket semakin terkenal,
dengan melibatkan semua perempuan-perempuan penenun desa , dan
sekarang begawe jelo nyensek ini telah menjadi salah satu daya tarik
dan objek wisata baru yang diingat dan ditunggu oleh para wisatawan
setiap tahunnya.”77
2. Segi Accesability
Ketertarikan seorang wisatawan terhadap suatu destinasi,
tentunya perlu didukung pula dengan adanya kemudahan akses menuju
lokasi destinasi. Oleh sebab itu pengembangan accesability perlu
dilakukan untuk mendukung daya tarik wisatawan. Bentuk
pengembangan yang dilakukan dari segi accesability adalah
pembangunan infrastruktur dari modal dana desa, dengan memperbaiki
akses menuju objek wisata, seperti jalan beraspal, dan gang-gang
berpaping penghubung antara dusun.
Bapak Sukayandi selaku Kaur Umum Desa mengatakan
“untuk pengembangan Desa Wisata dari segi accesability, pemerintah
desa melalui dana desa adalah dengan membangun infrastruktur, salah
satunya pembangunan infrastruktur untuk kemudahan akses bagi
masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke desa seperti
memperbaiki gang-gang yang ada di desa dengan memasang
paping.”78
77 M, Isnan Abdillah Selaku Kaur Kesra Desa Sukarara, wawancara,tanggal 15 Maret
2020,pukul 09.00 wita. 78 Bapak Sukayandi Selaku Kaur Umum Desa, Wawancara, Desa Sukarara,Tanggal 15
Maret 2020, Pukul 11.00 wita.
62
Gang-gang menuju rumah-rumah warga desa saat ini sudah
diperbaiki, dan rata-rata dipaping dan diaspal. Sehingga wisatawan
tidak harus berjalan jauh dari jalan raya jika ingin mendatangi rumah-
rumah para penenun langsung.79
3. Segi Amenitas
Pengembangan Desa Wisata Sukarara memang telah pada
pengembangan yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya meskipun
sampai saat ini ketersediaan fasilitas penunjang dan pendukung wisata
yang ada di Desa Sukarara masih tergolong sederhana dan masih
kurang memadai. Ketika berkunjung ke Desa Wisata Sukarara,
wisatawan tidak perlu takut untuk tidak makan, ataupun untuk tidak
belanja kebutuhan, karena di sepanjang jalan Desa Sukarara saat ini
telah berdiri banyak Artshop, Tempat Belanja seperti Indomart,
alfamart, UD Karya Batur, toko/kios, dan Tempat makan yang
memang semuanya masih terbilang sangat sederhana dan tradisional,
namun meskipun begitu pengembangan dalam segi amenitas tersebut
telah berperan sangat banyak dalam mendukung kemajuan Desa
Wisata Sukarara kedepannya.80
4. Segi Ancillary Service
Meskipun masih belum bisa dikatakan baik dan lengkap,
Pengembangan Desa Wisata Sukarara sendiri dari segi Ancillary
Service telah mendukung kemajuan Desa Sukarara sebagai salah satu
79 Observasi, di Desa Sukarara, 15 Maret 2020. 80 Ibid.
63
Desa Wisata yang memiliki peluang yang besar, adalah berupa
Perbaikan tempat ibadah, tersedianya pemadu wisata (Tour Guide),
dan Artshop-artshop sendiri sudah menyediakan toilet khusus untuk
para wisatawan yang berkunjung, namun untuk fasilitas seperti
Puskesmas, Bank, ATM masih sulit di Desa, namun para wisatawan
bisa mendapatkan layanan tersebut di Desa lain yang jaraknya tidak
jauh dari Desa Sukarara.
Samsul Bahri selaku Ketua Pokdarwis Desa Sukarara
mengatakan : “untuk pengembangan desa wisata mengenai fasilitas
umum memang belum bisa dibilang sangat baik, dikarena desa hanya
mampu menyediakan tempat ibadah (masjid), dan pemandu wisata,
sedangkan untuk fasilitas lain seperti puskesmas, ATM dan bank, di
desa masih belum ada.”81
5. Segi Institutions
Dalam pengembangan desa wisata Sukarara, pemerintah desa,
dan masyarakat telah membentuk kerjasama yang baik dalam
pengembangan desa menjadi desa wisata yang lebih maju.
Bapak Sukayandi selaku Kaur umum Desa Sukarara
mengatakan : “ketika Pemerintah desa merencanakan dan membuat
keputusan tentang perkembangan desa wisata, masyarakat ikut terlibat
dalam perencanaan tersebut, dan masyarakat menerima baik keputusan
81 Samsul Bahri, Sukarara, wawancara, 16 maret 2020, pukul 10.15 wita
64
yang diambil dan ikut berperan aktif dalam mengorganisir semua
kegiatan yang menyangkut wisata desa.”82
Dari segi Intitutions pengembangan Desa Wisata Sukarara
sudah berkembang baik, kerjasama antara lembaga atau organisasi
yang memiliki peran penting terhadap perkembangan Desa Sukarara
telah teorganisir dengan baik, seperti kerjasama yang baik antara
Pemerintah desa dengan Kemendes dan DPMD (Dinas Pemberdayaan
Mayarakat dan Desa) untuk pengembangan dalam bentuk memberikan
tugas pembantuan dalam pemberdayaan masyarakat, serta kerjasama
antara Pemerintah Desa dan masyarakat lokal sebagai pengelola suatu
destinasi yang ada, dan lainnya. Dimana masyarakat yang sebagai
aktor utama dari pengembangan Desa Wisata diprioritaskan untuk
mendapatkan manfaat dari terselenggaranya pengembangan Desa
Wisata Sukarara, yang dimana masyarakat diberdayakan dengan
diberikan beberapa pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas SDM
masyarakat, yang kemudian mampu memperbaiki perekonomian
masyarakat.
D. Dampak Pengembangan Desa Wisata Sukarara terhadap Ekonomi
Masyarakat Lokal
Desa wisata merupakan salah satu bentuk pemaparan
pembangunan pariwisata yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan.
Melalui pengembangan desa wisata diharapkan dapat berdampak baik
82 Sukayandi selaku Kaur Umum Desa, Desa Sukarara, wawancara, 15 Maret 2010, pukul 11.00 wita
65
terhadap masyarakat lokalnya, selain itu pengembangan desa wisata
diharapkan dapat menjadikan objek wisata yang dimiliki desa lebih
bernilai untuk masyarakat ataupun wisatawan, sehingga dapat dijaga dan
dilestarikan, yang kemudian berdampak terhadap aktivitas perekonomian
masyarakat yang le bih maju. Itulah yang diharapkan juga oleh para
pemangku penting dan masyarakat di Desa Sukarara sendiri, dimana
dengan pengembangan desa wisata dapat berdampak baik terhadap
masyarakat lokal, yang salah satunya masyarakat diberdayakan melalui
pelatihan - pelatihan dan sosialisasi untuk masyarakat sekitar.
Seperti yang disampaikan oleh Sarah “akhir-akhir ini, kita sering
diundang oleh pihak desa untuk mengikuti berbagai kegiatan pelatihan,
seperti misalnya pelatihan usaha, pelatihan pewarnaan benang, dan
pelatihan mendesaign, dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut
masyarakat mendapatkan ilmu yang sebelumnya mereka tidak ketahui,
jadi secara tidak langsung kami merasa diberdayakan”.83
Adapun dampak pengembangan Desa Wisata Sukarara terhadap
ekonomi masyarakat dapat dilihat segi pendapatan masyarakat,
kesempatan kerja, perubahan harga kebutuhan, kepemilikan oleh
masyarakat, dan pendapatan pemerintah sebagai berikut :
1. Dampak terhadap pendapatan masyarakat
Dalam upaya pemenuhan kebutuhannya, masyarakat akan
bekerja. Oleh sebab itu, pendapatan masyarakat tentunya tidak akan
83
Sarah, wawancara, Sukarara, 11 Juli 2020, pukul 09.00 wita.
66
pernah terlepas dari jenis pekerjaan dari masyarakat itu sendiri.
Adanya pengembangan desa wisata yang ada di Desa Sukarara
membuat pendapatan penduduk desa rata-rata meningkat.
Misaim, selaku pengerajin tenun, mengatakan “memang dulu
sebelum adanya acara begawe jelo nyensek yang diadakan oleh
Pemerintah Desa, terhitung dalam tiga bulan terkadang hasil tenun
saya tidak ada yang laku, tapi setelah diadakan acara begawe jelo
nyensek, alhamdulillah setidaknya sekarang setiap tenun yang saya
hasilkan dapat laku terjual karena sekarang banyak wisatawan yang
datang kesini.”84
Lain dengan Sairah mengatakan, “sebenarnya dulu saya hanya
menunggu kiriman dari suami saya dari Malaysia, tetapi saya melihat
semakin banyak wisatawan yang berkunjung kerumah-rumah
masyarakat karena gang dusun diperbaiki dan diperbesar, saya
memutuskan untuk menenun, dan alhamdulillah hasil tenun saya laku
terjual, dan saya punya pendapatan sendiri, pendapatan keluarga
kamipun meningkat, hingga akhirnya uang kiriman suami bisa saya
tabung.”85
Nyuliana mengatakan : “alhamdulillah setidaknya dengan
adanya objek wisata baru yang diadakan di Desa Sukarara, Sukarara
84 Misaim, wawancara, Sukarara, 14 Maret 2020, pukul 09.00 wita. 85 Sairah, wawancara, Sukarara, 14 Maret 2020, Pukul 11.00 wita.
67
menjadi lebih terkenal, dan akhirnya banyak yang datang ke Sukarara
untuk membeli Songket yang saya jual.”86
Sedangkan Bapak, M. Isnan Abdillah, selaku Kaur Kesra Desa
Sukarara, mengatakan, “memang hasil pendataan dari desa melalui
Sensus pendapatan perkapita penduduk meningkat, setelah diadakan
acara festival begawe jelo nyensek setiap akhir tahun itu.”87
Tabel. 3.1 Data Pendapatan Perkapita dikelompokkan berdasarkan
bidang pekerjaan
No. Sektor Usaha Pendapatan Perkapita
Tahun 2018 Tahun 2019 1. Pertanian Rp. 12.000.000 Rp.12.500.000 2. Peternakan Rp. 4.550.000 Rp. 4.700.000 3. Kerajinan Rp. 5.000.000 Rp. 6.000.000 4. Industri Kecil, Menengah,
dan Besar Rp. 650.000 Rp. 700.000
5. Jasa dan Perdagangan Rp. 6.000.000 Rp. 6.300.000
Sumber : Data Pendapatan Perkapita Penduduk Desa Sukarara
Dari beberapa hasil wawancara yang dilakukan peneliti, dan
dari data hasil penemuan data, ditemukan suatu hasil bahwa
pengembangan desa wisata memiliki dampak positif terhadap
pendapatan penduduk, yakni pendapatan penduduk menjadi
meningkat.
86 Nyuliana,wawancara, Sukarara, 16 Maret 2020,Pukul 10.30 wita. 87 M. Isnan Abdillah, Sukarara, wawancara, Sukarara, 15 Maret 2020, pukul 10.00 wita.
68
2. Dampak Terhadap Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja biasanya akan timbul akibat adanya
pembangunan dan perkembangan dari suatu kegiatan perekonomian.
Semua masyarakat tentunya sangat mengharapkan adanya kesempatan
kerja yang luas, mengingat masih tingginya tingkat pengangguran
sampai saat ini. Adanya berbagai bentuk pengembangan desa wisata
sukarara, ternyata memberi dampak terhadap kesempatan kerja
masyarakat.
Tutik, mengatakan : ”saya dulu tidak ada pekerjaan hanya
terkadang saya nyensek di rumah untuk menggantikan ibu saya ketika
lelah, tapi dengan adanya pengusaha yang mendirikan Artshop, saya
akhirnya bekerja dan dikontrak di salah satu Artshop dan saya di gaji,
akhirnya saya punya pekerjaan dan pendapatan.”88
Selain itu Kezya, mengatakan : “dulu sebenarnya saya nyensek
juga dirumah, tapi saya melihat peluang pada saat acara karnaval desa,
ataupun waktu acara festival Begawe Jelo Nyensek hampir seluruh
masyarakat desa mencari salon untuk rias, makanya saya mencoba
membuka salon rias, dan alhamdulillah salon saya sekarang bisa
memperkerjakan 4 orang.”89
Juga Jumardi, mengatakan : “sekarang dengan diperbaiki jalan
akses menuju rumah-rumah warga, banyak wisatawan asing yang
datang ketengah pemukiman masyarakat baik untuk melihat rumah
88 Tutik, Wawancara, Sukarara 14 Maret 2020, Pukul 9.30 wita. 89 Kezya, wawancara, Sukarara 14 Maret 2020, Pukul 15.00 wita
69
tradisional yang masih ada ataupun melihat proses nenun masyarakat,
jadi saya disini menjadi tour guide mereka, yang kemudian sekarang
menjadi profesi saya.”90
Dari beberapa hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
ditemukan bahwa, dari adanya pengembangan Desa Wisata Sukarara
ternyata berdampak positif terhadap kesempatan kerja dan
mengurangi pengangguran. Masyarakat yang dulunya tidak bekerja,
atau hanya menenun di rumah akhirnya mendapatkan pekerjaan dan
tentunya mendapatkan pendapatan.
3. Dampak Terhadap Harga Kebutuhan
Adakalanya ketika suatu wilayah telah menjadi sebuah wisata,
setiap harga jual terhadap kebutuhan pokok, terhadap aset masyarakat
dan sebagainya terkadang mengalami perubahan. Dengan adanya
pengembangan Desa Wisata Sukarara peneliti menemukan bahwa
harga kebutuhan pokok masyarakat sama sekali tidak mengalami
perubahan, peneliti menemukan harga kebutuhan pokok masih sesuai
dengan harga yang ada di pasaran.91
Amaq Sunardi Selaku kepada Dususn Ketangge, mengatakan :
”untuk harga-harga kebutuhan pokok, saya rasa tidak terjadi
perubahan karena kebutuhan masyarakat juga sudah tercukupi dari
hasil pertanian, peternakan, dan perkebunan, kalaupun pun ada
kabutuhan diluar itu, bisa kita pasok dari luar Desa Sukarara, jadi para
90 Jumardi, wawancara, Sukarara, 15 Maret 2020, pukul 16.00 wita. 91 Observasi, warung-warung di Desa Sukarara, 15 Maret 2020, pukul 13.00 wita.
70
pedagang warung ataupun toko-toko sembako yang ada di
desa,mematok harga sesuai harga pasaran tanpa ada perubahan.”92
4. Dampak terhadap Kepemilikan dan Kontrol oleh masyarakat
Pengembangan dan pengelolaan Desa Wisata Sukarara
sepenuhnya dimiliki dan dikontrol oleh masyarakat Desa Sukarara
sendiri. Hal ini dibuktikan dengan semua kegiatan, baik bentuk Usaha,
pengelola, dan perencanaan yang terlibat adalah masyarakat lokal dari
Desa Sukarara sendiri.
Bapak Oktaviandi, selaku Kasi Pemerintahan Desa Sukarara
mengatakan : “bisa dikatakan 100 persen pengelola wisata desa
sukarara melibatkan masyarakat desa sepenuhnya. Ini bisa di buktikan
dengan belum ada masuk investor asing untuk pengelolaan, baik segi
usaha Artshop, restauran (warung makan), ataupun penginapan yang
ada semuanya milik masyarakat desa serta semua kegiatan dalam
pengelolaan desa sepenuhnya masyarakat lokal pula yang terlibat.”93
Nyuliana mengatakan : “usaha saya ini dari modal saya sendiri
tanpa kerjasama dengan siapapun, ini adalah usaha saya dengan suami
saya, jadi semua kepemilikan dan kontrol ada pada saya sendiri,
adapun karyawan yang saya perkerjakan juga tetap orang sukarara
asli.”94
92 Sunardi, wawancara, Sukarara, 15 Maret 2020, pukul 14.00 wita. 93 Oktaviandi selaku Kasi Pemerintahan Desa, Wawancara, Sukarara, 16 Maret 2020,
pukul 09.00 wita. 94 Nyuliana, Wawancara, Sukarara, 16 Maret 2010, pukul 09.45 wita.
71
Amaq Salem mengatakan : “sebagian besar sawah yang ada di
wilayah Desa Sukarara, adalah milik masyarakat Sukarara, kebun,
ataupun tanah-tanah kosong semua masih milik masyarakat Sukarara,
adapun sawah yang dikelola oleh masyarakat diluar Desa Sukarara
namun mereka sekedar sebagai penggarap saja.”95
5. Dampak Terhadap Pendapatan Pemerintah Desa
Pengembangan Desa Wisata Sukarara lebih bertujuan kepada
kualitas masyarakat lokal Desa Sukarara. Hasil dalam bentuk nominal
dari pengembangan desa wisata sukarara sampai saat ini masih belum
ada terhadap pendapatan Pemerintah. Pendapatan Asli Desa (PAD),
hanya didapatkan dari Bumdes dan tanah sawah milik desa seluas 8
hektar yang dikelola juga oleh Bumdes.
M. Isnan Abdillah, selaku Kaur Kesra Desa Sukarara
mengatakan: “kontribusi dari pengembangan Desa Wisata Sukarara
sendiri masih belum ada untuk pendapatan Pemerintah Desa,
dikarenakan pengembangan wisata desa yang ada, masih dalam skala
kecil yang lebih fokus terhadap pemberdayaan dan kualitas
masyarakat belum sampai dalam bentuk retribusi seperti wilayah-
wilayah wisata pada umumnya, yang memberlakukan biaya tiket
masuk, biaya parkir dan sebagainya.”96
Biaya retribusi seperti parkir ataupun tiket masuk sendiri
memang tidak diberlakukan bagi para wisatawan yang berkunjung ke
95 Amaq Salem,wawancara,Sukarara, 16 Maret 2020, Pukul 11.15 wita. 96 M, Isnan Abdillah selaku Kaur Kesra Desa,wawancara,Sukarara, tanggal 15 Maret
2020,pukul 09.00 wita.
72
Desa Sukarara, termasuk untuk beberapa Artshop, penginapan dan
tempat makan (restaurant) yang ada di Desa Sukarara tidak
membebani biaya parkir untuk para wisatawan yang berkunjung,
bahkan para wisatawan memakirkan kendaraannya dipinggir jalan.97
97 Observasi, di Desa Sukarara, 16 Maret 2020.
73
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Bentuk-Bentuk Pengembangan Desa Wisata Sukarara
Pengembangan pariwisata secara langsung akan menyentuh dan
melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap
masyarakat setempat, baik dampak positif maupun dampak negatif. Bagi
masyarakat, pengembangan pariwisata memiliki potensi manfaat yang sangat
besar bagi ekonomi, sosial budaya dan lingkungan namun terkadang sering
terjadi pengembangan pariwisata yang salah yang kemudian membawa
kerugian bagi masyarakat lokal itu sendiri. ini juga tergantung dari bagaimana
bentuk pengembangan dan pengelolaannya. Berkembangnya pariwisata
dalam suatu wilayah tentunya terdapat upaya-upaya dalam pengembangan
dan pemanfaatan daya tarik wisata yang dimiliki oleh suatu wilayah.
Pengembangan Desa Wisata Sukarara terbentuk dalam wujud kerajinan kain
Tenun Songket sebagai daya tarik utamanya.
Di bab paparan data dan temuan telah dipaparkan hasil wawancara
dan observasi serta dokumentasi terkait dengan bentuk-bentuk dari
pengembangan Desa Wisata Sukarara, yang kemudian dalam bab
pembahasan ini peneliti akan menjelaskan lebih luas hasil analisis terkait
bentuk-bentuk pengembangan Desa Wisata Sukarara yang peneliti jelaskan
bentuk-bentuk pengembangan yang dilakukan yang terbagi dari beberapa
komponen diantaranya adalah sebagai berikut :
74
1. Segi Atractions
Bentuk pengembangan dari segi Atractions di Desa Wisata
Sukarara dilakukan dengan adanya pelatihan yang diberikan kepada
masyarakat lokal sebagai aktor utama dalam pengembangan Desa Wisata,
berupa pelatihan mendesign atau membuat motif-motif baru untuk
destinasi kerajinan kain Tenun Songket sehingga semakin beragam, yang
kemudian mampu meningkatkan daya tarik wisatawan untuk berkunjung.
Selain daripada itu, bentuk pengembangan dari segi atraksi di Desa Wisata
Sukarara dilakukan dengan pengadaan objek wisata baru, seperti yang
baru-baru ini ada adalah festival Begawe Jelo Nyensek dan Ngendang yang
diadakan oleh Desa Wisata Sukarara yang saat ini sudah merupakan salah
satu objek wisata yang ditawarkan oleh Desa Sukarara. Festival Begawe
Jelo Nyensek sendiri ternyata memberikan dampak positif yang dirasakan
oleh masyarakat lokal. Adanya festival Begawe Jelo Nyensek telah mampu
memperkenalkan Desa Sukarara sebagai Desa Wisata yang berpeluang
besar dalam bidang pariwisata. Dari festival Begawe Jelo Nyensek Desa
Sukarara memperkenalkan objek wisata utama yaitu kain tenun Songket,
yang juga merupakan salah satu sumber penghasilan bagi kaum
perempuan yang ada di Desa Sukarara.
2. Segi Acessibility
Pengembangan dari segi Acessibility di Desa Wisata Sukarara
dilakukan dengan pembangunan infrastruktur yang diwadahi langsung
oleh Pemerintah Desa. Pembangunan insfrastruktur yang dimaksud berupa
75
pembuatan dan perbaikan akses jalan sebagai penghubung antara lokasi
objek wisata yang satu dengan objek wisata yang lain, seperti jalan
beraspal, dan gang-gang berpaping penghubung antara satu dusun ke
dusun yang lain, sehingga wisatawan pun lebih mudah untuk mengunjungi
rumah-rumah masyarakat yang menawarkan proses kerajinan menenun
atau Nyensek. Dengan adanya perbaikan akses gang-gang penghubung
antara satu dusun dengan dusun yang lain mempermudah dan
mempercepat wisatawan untuk mengunjungi rumah masyarakat tanpa
harus berjalan kaki dengan jarak jauh lagi karena bisa menggunakan
kendaraan dan parkir di sekitar tempat yang ingin dikunjungi.
3. Segi amenitas
Pengembangan Desa Wisata Sukarara dilihat dari segi fasilitas
penunjang dan pendukung bisa dikatakan masih kurang memadai dan
masih tergolong sangat sederhana. Pembangunan dan ketersediaan
fasilitas-fasilitas penunjang dan pendukung wisata di Desa Wisata
Sukarara meliputi ketesediaan penginapan, tempat belanja seperti
warung/kios dan minimarket, restauran/tempat makan serta didukung
dengan banyak berdirinya Artshop-artshop di sepanjang jalan Desa
Sukarara yang menyediakan kain khas Songket Sukarara. Ketersediaan
beberapa fasilitas penunjang dan pendukung tersebut setidaknya telah
mampu mendukung perkembangan wisata di Desa Sukarara menuju
wilayah wisata yang akan lebih baik lagi. Namun ada satu fasilitas
penunjang yang menurut penulis yang sangat bisa menunjang Desa Wisata
76
Sukarara menjadi Desa Wisata yang lebih baik lagi yaitu ketersediaan toko
oleh-oleh makanan dan souvenir khas Desa Sukarara yang mencirikan
Desa Wisata Sukarara, yang dimana sampai saat ini masih belum tersedia
di desa. Adapun makanan dan souvenir yang dijual masih tergolong biasa
dan kurang menarik, dan belum terdapat lapak khusus untuk menawarkan
kepada para wisatawan yang berkunjung.
4. Segi Ancillary Service
Bentuk pengembangan Desa Wisata Sukarara dari segi Ancillary
Service masih terbilang kurang lengkap dan kurang memadai, dibuktikan
dengan hanya tersedia beberapa fasilitas umum yang bisa di gunakan oleh
para wisatawan yang berkunjung seperti tersedianya pemandu wisata,
toilet umum, tempat ibadah seperti masjid dan mushola dan fasilitas umum
lainnya. Sedangkan fasilitas umum yang sangat penting dan tentunya
setiap wisatawan membutuhkannya yaitu Puskesmas, Bank, dan ATM di
Desa Sukarara masih belum tersedia. Meskipun fasilitas yang belum ada
tersebut wisatawan bisa menemukan dari jarak yang tidak jauh dari desa
namun tetap diharapkan para pengelola beserta pemerintah lebih
memperhatikan dan mempertimbangkan fasilitas umum yang lebih
dibutuhkan wisatawan diutamakan ketersediaanya guna mendukung
kemajuan Desa Sukarara sebagai desa wisata yang lebih maju lagi.
5. Segi Institutions
Bentuk pengembangan Desa Wisata Sukarara dari segi institution
atau kelembagaan dilakukan dengan Pemerintah Desa menjalin kerjasama
77
dan hubungan baik dengan masyarakat selaku pengelola sekaligus yang
mendapatkan manfaat dari adanya desa wisata, kerjasama tersebut terjalin
baik dalam proses pengembangan Desa Wisata menuju desa wisata yang
lebih baik dan maju. Pemerintah Desa Wisata Sukarara sebagai pihak yang
memiliki wewenang dan kebijakan penuh atas desa wisata juga telah
berupaya memperluas pemasaran dan promosi dengan turut berperan aktif
dalam semua kegiatan yang diadakan dalam menunjang pemasaran Desa
Wisata Sukarara sebagai desa wisata yang berpeluang besar.
Masyarakat sebagai aktor utama dalam pengembangan desa wisata
juga berperan aktif dalam mendukung kegiatan pariwisata yang ada di
Desa Sukarara, dengan ikut terlibat dalam menjaga dan melestarikan
destinasi yang ada di desa, serta menyambut baik setiap wisatawan yang
berkunjung ke desa. Masyarakat juga telah diberdayakan dengan adanya
desa wisata, secara langsung masyarakat dapat menambah omzet
penjualan kerajinan tenun yang dihasilkan, dan meningkatkan kesempatan
kerja bagi masyarakat, seperti salah satunya terdapat kesempatan kerja
sebagai pemandu wisata, juga masyarakat memiliki peluang memunculkan
berbagai jenis usaha-usaha baru di masyarakat, sehingga masyarakat bisa
mendapatkan tambahan penghasilan selain dari hasil pertanian dan hasil
kerajinan.
Dari berbagai bentuk-bentuk pengembangan yang telah dilakukan di
Desa Wisata Sukarara, diharapkan untuk kedepannya semua pihak yang
memiliki kewenangan, tanggung jawab dan peran dalam mendukung kegiatan
78
pariwisata mampu mengembangkan desa wisata lebih baik lagi, dengan
memprioritaskan dan melibatkan masyarakat sebagai pemilik peran utama
dalam setiap aspek pengelolaan Desa Wisata Sukarara, dan masyarakat lokal
memperoleh manfaat ekonomi pariwisata berupa tambahan pendapatan,
peluang kerja dan usaha baru dapat terdistribusi secara merata kepada semua
lapisan masyarakat. Dengan begitu masyarakat tentunya akan terdorong untuk
lebih mendukung dalam pengembangan Desa Wisata Sukarara karena
pengembangan yang dilakukan telah mampu memperbaiki serta
meningkatkan perekonomian masyarakat.
B. Analisis Dampak Pengembangan Desa Wisata Sukarara Terhadap
Ekonomi Masyarakat Lokal di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat
Kabupaten Lombok Tengah
Berkembangnya suatu wisata dalam suatu wilayah akan membawa
sebuah perubahan pada daerah tersebut. Perubahan yang dimaksud dapat
bernilai positif atau negatif, memberikan keuntungan ataupun memberikan
kerugian, hal ini tergantung dari prosedur yang dijalankan yakni melalui
perencanaan dan keputusan yang diambil untuk suatu daerah tersebut.
Pengembangan dari sebuah wisata adalah salah satu bagian dari manajemen
yang menitikberatkan pada bagaimana implementasi dari sebuah objek wisata
dan daya tarik yang harus dilaksanakan dalam rentang waktu, berupa langkah
sistematis yang dapat mengarah pada pencapaian hasil yang maksimal.
Tentunya hasil yang diharapkan sesuai dengan perencanaan untuk tujuan dan
79
sasaran dengan memperhatikan berbagai aspek, seperti budaya, sejarah dan
ekonomi daerah tertentu.98
Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan bahwa
pemberdayaan masyarakat melalui potensi pengembangan Desa Wisata
Sukarara mengenai aktivitas ekonomi masyarakat ditemukan bahwa
pengerajin merupakan pihak yang sangat diberdayakan, dimana pengerajin
atau penenun sebagai produsen dari objek wisata yakni penghasil dari kain
Songket, dengan modal usaha utama mereka adalah alat tenun tradisional dan
juga membutuhkan modal untuk bahan baku untuk pewarnaan benang. Bagi
pengerajin atau penenun yang memiliki modal usaha, semua proses dari
mulai pengadaan bahan baku sampai proses pembuatannya menjadi kain
tenun sampai akhirnya siap dipasarkan dilakukan sendiri oleh pengerajin
sendiri.
Setelah barang menjadi kain tenun Songket yang siap dipasarkan, ada
dua sistem pemasaran yang dilakukan dimana pengerajin atau penenun
terkadang menjual hasil tenunnya kepada pengepul atau pengusaha yang
memiliki Artshop atau langsung mengecernya langsung kepada pembeli,
harga yang pengerajin patok sesuai dengan, kualitas, dan tingkat kesulitan
dalam proses menenun. Adapun untuk masyarakat yang memiliki usaha
Artshop sekaligus sebagai pengepul, membeli hasil produksi dari pengerajin,
berupa bahan baku seperti benang dan alat tenun, dan juga hasil tenun berupa
kain tenun yang dihasilkan dan diperjualbelikan, dari aktivitas ini, kemudian
98 Bambang supriadi & Nanny Roedjinandari,Perencanaan dan Pengembangan Destinasi Pariwisata,semarang:Universitas Negeri Malang, 2017, h. 135.
80
mampu menyerapkan tenaga kerja, dimana dengan adanya pengepul atau
pengusaha membutuhkan jasa dalam pengembangan usahanya, begitu juga
dengan masyarakat sebagai pengerajin semakin termotivasi untuk lebih
banyak menghasilkan produksinya sehingga pendapatannya pun akan
meningkat, dan kembali masyarakat dapat diberdayakan dengan baik.
Adapun untuk analisis terhadap dampak pengembangan Desa Wisata
Sukarara dimana peneliti membagi pembahasan terkait dampak
pengembangan desa wisata yang peneliti pandang dari beberapa segi ekonomi
masyarakat diantaranya sebagai berikut :
1. Dampak terhadap pendapatan penduduk
Berdasarkan temuan peneliti, pengembangan Desa Wisata
Sukarara terhadap ekonomi masyarakat yang dilihat dari segi pendapatan
penduduk berdampak positif. Pendapatan penduduk lebih meningkat dari
pendapatan sebelumnya. Dampak peningkatan pendapatan terjadi pada
semua bidang mata pencaharian masyarakat namun masyarakat yang
paling merasakan dampak terhadap pengembangan desa wisata ini adalah
masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai pengerajin atau
penenun, dan masyarakat yang memiliki matapencaharian sebagai
pengusaha.
Pengembangan dari segi objek wisata di Desa Sukarara ternyata
banyak juga membuka peluang baru bagi masyarakat lokal untuk
mendapatkan penghasilan tambahan. Dibuktikan dengan adanya objek
wisata baru Begawe Jelo Nyensek yang diadakan Desa Sukarara serta
81
pembangunan infrastruktur melalui perbaikan akses jalan serta telah
tersedianya akomodasi yang memang masih belum memadai namun
menjadikan Desa Sukarara semakin di kenal sebagai desa wisata dengan
destinasi kerajinan tenun sebagai objek wisata utamanya. Akibatnya
peluang usaha serta penghasilan masyarakat meningkat.
2. Dampak terhadap Kesempatan Kerja
Pengembangan Desa Wisata Sukarara telah berkontribusi positif
terhadap peningkatatan kesempatan kerja masyarakat lokal. Dari hasil
analisis dari penelitian yang dilakukan peneliti menemukan bahwa dengan
adanya pengembangan desa wisata dari segi Objek wisata dan
Aksesibilitas, memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat. Hal ini
dibuktikan dengan adanya pengembangan Desa Wisata Sukarara,
masyarakat kemudian memiliki peluang untuk membuka usaha baru,
seperti warung makan, usaha toko/kios, bengkel, artshop, salon,
barbershop, laundry dan usaha kecil dan menengah lainnya yang kemudian
usaha-usaha tersebut juga membuka lapangan kerja dengan
memperkerjakan masyarakat lokal, disinilah kesempatan kerja semakin
meluas dan tentunya ini adalah salah satu bentuk kontribusi dalam
membantu pemerintah mengurangi tingkat pengangguran.
Selain itu masyarakat yang memiliki skill dalam bidang berbahasa
Inggris memanfaatkan kemampuannya tersebut bekerja sebagai
pemandu/Guide. Kemudian khusus untuk kaum wanita yang ada di Desa
Sukarara menenun merupakan salah satu peluang kerja yang sangat besar
82
mengingat tenun sendiri merupakan objek utama yang menjadi daya tarik
desa dan peneliti memandang profesi tersebut tidak akan mendatangkan
kerugian bagi masyarakat, dan akan bersifat jangka panjang, dan mampu
memberikan lapangan kerja lebih luas untuk masyarakatnya, jika
pemerintah, wisatawan dan masyarakat bekerja sama dalam pengelolaanya
dan lebih produktif lagi.
3. Dampak terhadap harga – harga
Pengembangan Desa Wisata Sukarara terhadap ekonomi
masyarakat lokal yang dilihat dari segi perubahan harga-harga baik harga
kebutuhan pokok masyarakat ataupun harga jual produk lokal yang
dihasilkan masyarakat, dari hasil penelitian ditemukan bahwa
pengembangan dari Desa Wisata yang ada tidak berpengaruh terhadap
kenaikan harga kebutuhan pokok masyarakat namun sebaliknya
berpengaruh terhadap nilai jual produk-produk lokal yang dihasilkan
masyarakat terutama kerajinan tenun yang dihasilkan. Masyarakat Desa
Sukarara sendiri untuk masalah kebutuhan pokok sangatlah mudah
didapatkan, mengingat selain sebagai penenun masyarakat juga sebagian
besar bermata pencaharian sebagai petani, jadi untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya masyarakat masih menghandalkan hasil pertanian dan sangat
tercukupi dengan itu. Sedangkan untuk kebutuhan di luar itu, masyarakat
masih bisa mendapatkannya dengan memasok dari luar yang jaraknya
tidak jauh dari Desa. Untuk harga permintaan kebutuhan masyarakat
sendiri masih sesuai dengan harga yang ada dipasaran tanpa ada
83
peningkatan sedikitpun. Sedangkan dengan adanya pengembangan desa
yang kemudian semakin menarik wisatawan yang berkunjung kemudian
tentunya membuat permintaan akan hasil kerajinan meningkat sehingga
mengakibatkan harga jualnya pun meningkat, begitupun dengan harga jual
produk-produk lokal yang dihasilkan masyarakat seperti benang ikat, hasil
anyaman, souvenir dan lain sebagainya.
4. Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol oleh masyarakat
Hasil analisis peneliti dari penelitian yang dilakukan terkait
dampak pengembangan Desa Wisata Sukarara terhadap ekonomi
masyarakat lokal yang dilihat dari segi kepemilikan dan kontrol oleh
masyarakat, ditemukan bahwa pengembangan Desa Wisata tidak memiliki
kotribusi terhadap kepemilikan dan kontrol masyarakat. Kepemilikan dan
kontrol Desa Wisata Sukarara sepenuhnya masih oleh masyarakat,
termasuk dalam segi pengelolaan dan kepemilikan aset sepenuhnya adalah
milik masyarakat Desa Sukarara. Dan berdasarkan hasil perbandingan dari
data desa dengan hasil wawancara dari salah satu perangkat desa
ditemukan bahwa sampai saat ini bentuk investasi dari masyarakat luar
untuk pengembangan desa wisata Sukarara masih belum ada, hal ini
membuktikan bahwa sepenuhnya kepemilikan dan kontrol sepenuhnya
adalah masyarakat lokal Desa Sukarara. Termasuk dalam kepemilikan
usaha dan tenaga kerja, sepenuhnya usaha milik masyarakat lokal dan
memperkerjakan masyarakat lokal.
5. Dampak terhadap pendapatan pemerintah
84
Hasil analisis dari penelitian yang dilakukan terkait dampak
pengembangan Desa Wisata Sukarara terhadap ekonomi masyarakat yang
dilihat dari segi pendapatan pemerintah, ditemukan bahwa pengembangan
desa wisata tidak memiliki kontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap pendapatan pemerintah. Karena meskipun Desa
Sukarara setiap bulannya dikunjungi oleh banyak wisatawan, namun
penghasilan yang didapatkan dari kunjungan wisatawan tersebut tidak ada
yang mengalir kependapatan pemerintah. Hal ini disebabkan para
pengelola termasuk masyarakat ataupun pemerintah masih belum
memberlakukan sistem retribusi untuk para wisatawan yang berkunjung,
yang menurut pandangan penulis ini adalah peluang yang besar bagi
pemerintah, seperti desa wisata pada umumnya. Sehingga wisatawan yang
berkunjung hanya dirasakan manfaatnya oleh masyarakat lokalnya saja,
yang kemudian masyarakat diberdayakan dengan mendapatkan
penghasilan yang dirasakan lebih.
Selain dari dana desa adapun sumber Pendapatan Asli Desa (PAD)
hanya bersumber pada Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), dan aset tanah
persawahan milik desa seluas 8 hektar yang dikelola oleh para pengelola
bumdes, dari sanalah pemerintah memperoleh pendapatan, yang kemudian
pendapatan tersebut dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur untuk
Desa Wisata Sukarara dan alokasi terhadap pengembangan melalui
pemberdayaan masyarakat.
85
Dari beberapa hal tersebut, peneliti memandang bahwa masyarakat
mendapat peran serta dengan memperoleh manfaat dari pengembangan Desa
Wisata Sukarara baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melalui
terbukanya kesempatan kerja dan mendatangkan usaha-usaha baru yang pada
akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Manfaat yang dirasakan
masyarakat dengan adanya pengembangan desa wisata akan semakin menggugah
masyarakat untuk ikut terlibat didalamnya, oleh sebab itu pemerintah ataupun
masyarakat sebagai pengelola objek wisata harus mampu membaca peluang
tersebut yang kemudian mewadahi dan mendukung pengembangan Desa Wisata
baik dari segi atraksi, accesability, amenitas, Ancillary service dan segi
Institutionsnya, apabila semua hal tersebut dapat terealisasikan dengan baik akan
memungkinkan ekonomi masyarakat lokal akan semakin baik dan sejahtera.
Sesuai dengan teori menurut George Mclntyre, bahwa suatu
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan memiliki keterkaitan antara
wisatawan, warga setempat dan pemimpin masyarakat yang menginginkan hidup
lebih baik. Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa dalam
pengembangan Desa Wisata Sukarara antara wisatawan, masyarakat setempat dan
pemimpin masyarakatnya telah memiliki hubungan dan keterkaitan yang sangat
baik sehingga keinginan menuju hidup yang lebih baik setahap demi setahan telah
tercapai terutama bagi kehidupan masyarakat lokal Desa Sukarara..99
99 Muljadi A.J, Kepariwisataan..., h. 77.
86
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat di tarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Bentuk-bentuk pengembangan Desa Wisata Sukarara sudah dapat dinilai
baik, dengan indikator telah tersedianya berbagai komponen-komponen
pendukung dari sebuah pengembangan Desa Wisata diantaranya
pertama, dari segi atraksi bentuk pengembangan Desa Wisata Sukarara
telah dilakukan pengembangan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat
dan adanya daya tarik wisata baru, Kedua dari segi acessibilitas bentuk
pengembangan Desa Wisata Sukarara dilakukan dengan perbaikan
infrastruktur berupa perbaikan akses seperti jalan raya dan gang-gang
yang mempermudah sarana dan prasarana wisatawan, Ketiga, dari segi
amenitas bentuk pengembangan Desa Wisata Sukarara dibuktikan
dengan adanya ketersediaan fasilitas penunjang dan pendukung seperti
terdapat tempat belanja bagi wisatawan, tempat makan, penginapan,
pemandu wisata, dan lainnya, Keempat dari segi Ancillary Service
bentuk pengembangan Desa Wisata Sukarara dilakukan dengan
penyediaan fasilitas umum yang terbilang masih kurang lengkap dan
memadai karena hanya tersedia fasilitas umum yang bisa digunakan
wisatawan seperti pemandu wisata, toilet umum, tempat ibadah seperti
masjid dan mushola dan fasilitas umum lainnya seperti Bank, ATM dan
87
sejenisnya masih belum tersedia. Dan terakhir dari segi institution bentuk
pengembangan Desa Wisata Sukarara dilakukan dengan sangat baik
dimana masyarakat sebagai pengelola dan penerima manfaat bersaman
dengan pemerintah desa telah memiliki kerjasama yang sangat baik
dalam pengelolaan Desa Sukarara menjadi Desa Wisata yang berpotensi
besar di bidang pariwisata dengan destinasi kerajinan Songket sebagai
objek wisata utamanya. Dilihat dari bentuk-bentuk pengembangan yang
terdiri dari beberapa komponen pengembangan tersebut, Desa Wisata
Sukarara diharapkan mampu menjadi salah satu desa wisata yang mampu
memberdayakan masyarakat lokalnya dengan tingkat perekonomian
masyarakat yang lebih tinggi.
2. Dampak Pengembangan Desa Wisata Sukarara terhadap Ekonomi
Masyarakat lokal adalah memiliki dampak positif dan tidak berdampak.
Dampak positif yang terjadi akibat pengembangan Desa Wisata Sukarara
pada aspek ekonomi masyarakat lokal diantaranya Pertama
meningkatnya pendapatan masyarakat dari adanya objek wisata baru dan
perbaikan aksesibilitas desa menyebabkan meningkatnya para wisatawan
yang berkunjung ke Desa Sukarara untuk membeli produk lokal hasil
produksi masyarakat termasuk hasil kerajinan tenun dari masyarakat.
Kedua, meningkatnya kesempatan kerja bagi masyarakat lokal, dimana
dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung memberikan peluang
usaha bagi masyarakat, dan mendirikan usaha-usaha baru yang kemudian
mampu menyerap tenaga kerja dan kesempatan kerjapun meningkat.
88
Ketiga dari segi kepemilikan dan kontrol oleh masyarakat, dimana
masyarakat bisa memanfaatkan segala aktivitas dan fasilitas yang
disediakan oleh desa, karena kepemilikan dan kontrol Desa Wisata
Sukarara sepenuhnya masih milik masyarakat lokal. Sedangkan dari segi
perubahan harga, pengembangan Desa Wisata Sukarara tidak berdampak
terhadap harga beli masyarakat lokal, namun sebaliknya berdampak
positif terhadap harga jual produk lokal dari masyarakat yang kemudian
menambah penghasilan dari masyarakat. Dan dari segi pendapatan
Pemerintah, pengembangan Desa Wisata Sukarara tidak berdampak
positif ataupun berdampak negatif, disebabkan adanya pengembangan
Desa Wisata Sukarara ternyata tidak miliki kontribusi langsung terhadap
pendapatan masyarakat.
B. Saran
1. Bagi semua pengelola, termasuk pokdarwis, masyarakat dan pemerintah
lebih memperhatikan proses pengembangan Desa Wisata Sukarara untuk
terus berkembang dan meningkat dengan memperhatikan kekurangan
fasilitas penunjang dan pendukung, serta fasilitas umum dari
pengembangan Desa Wisata Sukarara.
2. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat lokal selaku
pengelola objek wisata di Desa Sukarara supaya lebih diberdayakan.
3. Pemerintah dan masyarakat terus tetap menjaga hubungan dan kerjasama
yang baik lagi dalam pengelolaan objek Desa Wisata Sukarara, agar bisa
lebih maju lagi.
89
4. Kepada pemerintah sebagai pemilik kewenangan dan kebijakan untuk
lebih berusaha memasarkan dan mempromosikan Desa Wisata Sukarara,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
5. Peneliti menyadari bahwa hasil penenlitian ini masih jauh dari
kesempurnaan dan bagi peneliti yang akan datang, semoga hasil
penelitian ini bisa bermanfaat untuk dijadikan refrensi dan tentunya
masih terbuka kesempatan untuk melakukan penelitian yang sama
dengan tujuan yang berbeda yang lebih mendalam lagi.
90
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata. 2018. Islam dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta:prenadamedia group. Abdur Rahim.2013. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa
Wisata ( Studi di Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, DIY), Yogyakarta : Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Ajat Rukajat. 2018. Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research
Approach). Yogyakarta:Deepublish. Albi Anggito & Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa
Barat:CV Jejak. Andjar Prasetyo. 2018. Muhammad Zaenal Arifin. Pengelolaan Destinasi Wisata
yang Bekelanjutan dengan Sistem Indikator Pariwisata. Jakarta:Indocamp. Ayuni Purnama Safitri. 2019. Pengaruh Motif Khas Kain Tenun Tradisional
Subahnale Terhadap Harga Jual di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Mataram : skripsi.UIN Mataram.
Bambang Supriadi & Nanny Roedjinandari. 2017. Perencanaan Dan
Pengembangan Destinasi Pariwisata. Semarang:Universitas Negeri Malang.
Djam’an Satori & Komariah. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta. Erlin Damayanti. dkk. Strategi Capacity Building Pemerintah Desa dalam
Pengembangan Potensi Kampoeng Ekowisata Berbasis Masyarakat Lokal (Studi di Kampoeng Ekowisata, Desa Bendosari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang). Malang: Jurnal Administrasi Publik ( JAP) VOL. 2, NO. 3, Universitas Brawijaya.
Ferryal Abadi. 2019. Pengembangan Organisasi Strategi Mengoptimalkan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:Pohon Cahaya.
Gusti Bagus Rai Utama. 2012. Pengantar Industri Pariwisata. Yogyakarta :Deepublish.
Hadiwijoyo. Suryo Sakti. 2012. Perencanaan pariwisata Pedesaan Berbasis
Masyarakat (Sebuah Pendekatan Konsep). Yogyakarta: Graha Ilmu.
91
Hariyanto. O.I.B. 2016. Destinasi Wisata Budaya Dan Religi di Cirebon. Http://Ejournal.Bsi.Ac.Id/Ejurnal/Index.Php/Ecodemica. Jurnal Vol. 4 No. 2.
I Gde Pitana. I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta:
Andi. I Gede Pitana & Putu Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi Joko Subagio. 1999. Metodologi Penelitian Dalam Teori dan Praktik.
Jakarta:Rieneka Cipta. Juliansyah Noor. 2017. Metodologi Penelitian. Jakarta:Prenadamedia Group. Khusnul Khotimah Wilopo. Luchman Hakim. 2017. Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB).Vol.4.No.1 Januari 2017. Administrasibisnis.studentjournal.uc.ac.id.
Lexi J. Meleong. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja
Rosdakarya. Mardi Yatmo Hutomo.2000.Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang
Ekonomi.Yogyakarta:Adiyana Press Mill. Robert Christie. 2000. Tourism The International Business penerjemah Tri
Budi Sastrio. Jakarta Utara : PT RajaGrafindo Persada. Moh. Nazir. 2011. Metode Penelitian.Bogor: Ghalia Indonesia. Muljadi A.J. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada. Nurdiyansah. 2014. Peluang Dan Tantangan Pariwisata Indonesia.
Bandung:Alfabeta. Rani Puspita Anggraeni. 2018. Dampak Pengembangan Industri Pariwisata
Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Di Pantai Embe Desa Merak Belantung Kalianda Lampung Selatan). Bandar Lampung: Skripsi. Universitas Lampung.
Riza Arizona. 2018. Analisis Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap
Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Ekonomi Islam Studi Pada Objek Wisata Pantai Sari Ringgung, Desa Sidodadi, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran. Lampung: Skripsi, UIN Raden Intan.
92
Sri Handayani. 2018. Peran dan Prospek Pengembangan Wisata Edukasi dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Desa Setanggor Kecamatan Praya Barat Perspektif Ekonomi Islam. Mataram: Skripsi.UIN Mataram.
Suharsimi Arikunto. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Praktik. Jakarta: Bina
Aksara. Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta. Sugiyono. 2014. Metode Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Praktik. Jakarta: Bina Aksara. Sunaryo. Bambang. 2013.Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep
Dan Aplikasinya Di Indonesia.Yogyakarta: Gava Media. Suwena. I Ketut & Widyatmaja. I Gst Ngr. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu
Pariwisata.Bali:Udayana University Press. Yohanes Sulistyadi.dkk. 2019. Periwisata Berkelanjutan Dalam Perspektif
Pariwisata Budaya Di Taman Hutan Raya Banten. Ponorogo:Uwais Inspirasi Indonesia.
93
BUNCALANG
BUNPUTRI
BATU
ENTEK
BURHANA
BLONG LAUQ
BLONG
DAYE
DASAN BARU
BUNSAMBANG
LENDAN
G KETANGGE
BUNMUDRAK
KUBUR JARAN
BUNMANGGUNG
DASAN DUAH
DASAN PAL
U
S
PUYUNG NYEROT LABULIE
UNGGA
PRAYA BARAT
DAYA
Dam
BTTlis
PETA DESA SUKARARA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Peta Desa Sukarara
Lampiran 2 : Dokumentasi Penelitian di Lapangan
94
Foto 1 : Acara Festival Begawe Jelo Nyensek
Foto 2 : Belajar Nyesek di acara Festival Begawe Jelo Nyensek
95
Foto 3 : Mewawancarai para Pengerajin/Penenun
Foto 4 : Dokumentasi Ngendang di acara festival begawe jelo Nyensek
Foto 5 : Mewancarai pemilik Artshop/Pengusaha
96
Foto 6 : Mewawancarai masyarakat desa
Foto 7 : Mewawancarai Pengerajin/Penenun
Foto 8 : Mewancarai Mayarakat Desa Sukarara di Dusun Ketangge
97
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara
1. Bagaimana sejarah Desa Sukarara ?
2. Apa mata pencaharian utama masyarakat Desa Sukarara?
3. Berapa banyak objek wisata yang ada di Desa Sukarara?
4. Apa objek wisata utama yang ditawarkan?
5. Bagaimana bentuk-bentuk pengembangan Desa Wisata Sukarara yang telah
dilakukan sampai saat ini?
6. Bagaimana pendapat masyarakat tentang desa wisata yang sedang berkembang di
desanya?
7. Bagaimana sikap masyarakat dalam melihat peluang untuk meningkatkan
ekonomi dengan adanya desa wisata Sukarara?
8. Bagaimana pendapatan masyarakat, tingkat kesempatan kerja, pendapatan
pemerintah, kontrol dan kepemilikan ekonomi, dan perubahan harga dari adanya
pengembangan desa wisata di Desa Sukarara?
9. Apa harapan masyarakat untuk Desa Wisata Sukarara kedepannya?
10. Bagimana langkah pemerintah untuk kemajuan desa wisata Sukarara untuk
kedepannya?
98
Lampiran 5: Daftar Informan
No. Nama Profesi/Jabatan 1. Mamiq Erna Tokoh Adat 2. Sunardi Kepada Dusun Ketangge 3. Oktaviandi Kasi Pemerintahan Desa Sukarara 4. M. Isnan Abdillah Kaur Kesra Desa Sukarara 5. Sukayandi Kaur Umum Desa Sukarara 6. Samsul Bahri Pengusaha/Pemilik Artshop 7. Nyuliana Pengusaha/Pemilik Artshop 8. Wulan Pengusaha/Pemilik Artshop 9. Misaim Pengerajin/penenun 10. Sairah Pengerajin/penenun 11. Tutik Pengerajin/penenun 12. Sri Hartini Pengerajin/penenun 13. Kezya Pemilik Salon 14. Simin Pengerajin/penenun 15. Tini Pengerajin/penenun 16. Rianep Pengerajin/penenun 17. Inaq Asim Pengerajin/penenun 18. Mariati Pengerajin/penenun 19. Leli Rahmayanti Pengerajin/penenun 20. Seneng Pengerajin/penenun 21. Sarah Pengerajin/penenun 22. Inaq Nasih Pengerajin/penenun 23. Jumardi Tour Guide 24. Amaq Salem Petani 25. Amaq Usup Petani
99
100