CURRENT CONCEPTS IN ACUTE
AND CHRONIC WOUND CARE
Lucia Anik
(Clinical Nurse Specialist Wound Ostomy and Continence/ET)
• Name : Lucia Anik
• Phone Number/ WA : +62 81 329786169
• email : [email protected]
• Education History :
• S2 Master of Nursing, (Twin Program Khon Kaen University Thailand - UMY Yogyakarta) 2014
• ET Nurse (WOCN), InETNEP (Indonesian Enterostomal Therapy Nurse Education Program), Twin Program Indonesia-Australia, Universitas Indonesia Jakarta, 2007
• S1 PSIK, Gadjah Mada University, Yogyakarta 2005
• D3 Keperawatan, Akper Depkes Yogyakarta, 1999
• Employment History
• Head Nurse, Burn Unit Sardjito General Hospital
• Wound Consultant Sardjito General Hospital
• Lecturer Magister Keperawatan – PSIK FKKMK Gadjah Mada University
• Organisation
• Ketua DPW InWOCNA DIY dan Jawa Tengah
• Bidang Kredensial DPP InWOCNA
• Professional Board InOA (Indonesian Ostomy Association) YKI – DIY
• Member of WCET (World Council of Enterostomal Therapy)
Curiculum Vitae
Session outline
1. Background, Jenis Luka
2. In touch with “Acute and chronic wound”
3. Recent recommendation and guidelines, Basic Wound Care: Moist Wound Healing concept, wound bed preparation
4. Implementasi: Wound care
Luka Kronis di Indonesia
Prevalensi luka kronis di Home Care dilaporkan 35.6%
(Yusuf, S., et al 2013).
Prevalensi Pressure ulcer di Indonesia 33.3%
(Suriadi, et al 2007),
Prevalensi luka kaki diabetes (LKD) dilaporkan 12%
(Yusuf, S., et al 2016).
Fasilitas Pelayanan Kesehatan : Rumah Sakit, Praktek Keperawatan Mandiri
Di Indonesia Luka Kronis merupakan tipe luka yang paling sering ditemui pada
berbagai jenjang fasilitas pelayanan kesehatan
• Yusuf, S., Kasim, S., Okuwa, M., & Sugama, J. (2013). Development of an enterostomal therapy nurse outpatient wound clinic in Indonesia : a retrospective descriptive study. Wound Practice and Research, 21(1), 41–47.
• Suriadi, Sanada, H., Sugama, J., Kitagawa, A., Thigpen, B., Kinosita, S., & Murayama, S. (2007). Risk factors in the development of pressure ulcers in an intensive care unit in Pontianak , Indonesia, 4(3).
• Yusuf, S., Okuwa, M., Irwan, M., Rassa, S., Laitung, B., Thalib, A., … Sugama, J. (2016). Prevalence and Risk Factor of Diabetic Foot Ulcers in a Regional Hospital , Eastern Indonesia. Open Journal of Nursing, 6(January), 1–10
B
a
c
k
g
r
o
u
n
d
Jenis luka
LUKA
LUAS & DALAM
INTEGRITAS
WAKTU SEMBUH
PROSES SEMBUH
• Superfisial• Partial thickness• Full thickness
• Terbuka• Tertutup
• Primary• Secondary• Tertiary
• Akut• Kronis
DERAJAT KONTAMINASI
• Bersih• Kotor
Terminologi luka berdasarkan waktu sembuh luka
(Taylor,1997)
Luka akut (prosespenyembuhan sesuai dengankonsep penyembuhan luka
Karena pembedahan (insisi, skin graft) trauma (abrasi, laserasi / injuri pd lapisankulit superfisial, penyembuhan spontan tanpakomplikasi)
Luka bakar
Luka kronik (prosespenyembuhan mengalamiketerlambatan)
Misal : dekubitus, lukadiabetik, leg ulcer
Luka kronik pd pembedahan(dehisence, luka bedah terbukadgn infeksi, luka bakar)
HOW TO MANAGE OF WOUND ???
Wound management protocols must be based on scientific studies, not traditional practices to safety of wound
( Keryln Carville, 1998)
The recent recommendation and guidelines:
Basic Wound Care
To promote optimal wound healing, one must have :
• Knowledge of the skin and physiology of healing
• Good physical assessment skill (dasar utk pemilihan cleansing agent dan
dressing)
• Understanding of wound cleansing agent
• Understanding of wound care product and pharmaceuticals (Selections of
topycal therapy)
(Bryant, 2007 ; Acute & chronic wound:Currennt Management Concepts)
•Goal Management of Wound
•Wound Healing without Complication(Healing by primary or secundary intention)
Recent recommendation and
guidelines Moist Wound
Healing:
• Perawatan berbasis suasanalembab (Winter, 1962)
MENGAPA HARUS LEMBAB ?
• Fibrinolis : fibrin cepat hilang pada suasana lembab oleh netrofil dan sel endotel
• Angiogenesis : proses penyembuhan akan lebih terangsang pada suasana lembab
• Infeksi : lebih rendah dibandingkan suasana kering ( 2.6 % vs 7.1 % )
Hucllin (1998,1993)semi-oclosive menurunkan infeksi 50% vs balutan tradisional
• Percepatan pembentukan sel aktif : invasi netrofil yang diikuti oleh makrophag, monosit dan limfosit ke daerah luka akan berfungsi Lebih dini.
• Pembentukan growth factor : lebih cepat pada suasana lembab
Epithelialisation of wound occurs more rapidly if a moist wound enviroment is maintained (Winter 1962, Alvares 1988)
HOW TO MAINTAIN A PHYSIOLOGIC WOUND ENVIRONMENT ?1. Adequat moisture level (not wet – not dry)
– Saline-moistened gauze cannot keep the wound continually moist
2. Maintain normal temperatur
• Lock (1979), body temperature (37°C) significant increase in mitotic activity up to 108%
3. Bacterial balance
– Lawrence(1994), bacteria can penetrate up to 64 layer of gauze
4. Maintain normal pH
– When the skin is broken the wound tissue became alkaline wich subsequently increase
the risk bacterial invasion (Hermans,1990) and impaired function of MMP´s
(Amstrong,2002)
– pH low, various celluler functions may decline or stop
Semi-occlovise dressing; film, hydrocolloids, foam, alginate are able to keep a
wound moist, reduce wound infection, maintain to neutral pH and normal
temperature
Diagnosis Luka
Preparasi bed luka
Pengelolaan eksudatPengelolaan jaringan non vitalKontrol bakteri
Produk AbsorbtifDebridementAntibiotik
GraftSekunderPrimer Flap
Luka telah terpreparasi
Luka sembuh
Penutupan luka
Asessmen
Falanga V, 2004
KronikAkut
CL
INIC
AL
PA
TH
WA
Y O
N W
OU
ND
MA
NA
GE
ME
NT
NYERI
(A & K)
BAU &
EKSUDATE
TANDA
INFEKSI
(A&K)
UKURAN LUKA,
(A&K)
LOKASI,STADIUM
WOUND
BED (RYB)
TEPI LUKA ,
KULIT
SEKITAR
LUKA
JENIS LUKA
(AKUT/KRONIK),
PENYEBAB
(A&K)
PENGKAJIAN LUKA
WOUND BED MANAGEMENT
The Principles :
• Wound bed preparation ( TIME/DIME Principle) RED
• Wound healing Wound care ( Based on wound bed)
Wound Bed Preparation
• The TIME/DIME principle as applied to wound management
Tissue non-viable Infection or Moisture imbalance Edge of wound
Or deficent inflamation non advancing /undermined \
Debridement Antimicrobial Absorb dressing
Silver Elevation Biological agent
Compression Adjuvant therapies
skin graft, VAC
debridement
Falanga,2004
Non Toxic (Safe in healing tissue)
Efektif membuang slough, jaringan
nekrotik
Mengurangi mikroorganisme
permukaan luka, biofilm
Nyaman, hypoallergenic
What are the characteristics of an ideal dressing and cleansing
solution for safe in healing tissue…......???
Rodeheaver,1998
Cleansing agent
• Cairan non toksik
NORMAL SALINE
• Cairan antiseptik
PHMB (Prontosan® sol/ gel, sterobact)
Hati – hati :
• Chlorhexidine
• Hydrogen Peroxide
• Chlorine
• Povidone Iodine
Normal saline
• Keuntungan : cairan isotonik, tidak merusak jaringan yang
sehat, dapat digunakan untuk irigasi luka yang berongga, murah
• Kekurangan : bukan merupakan cairan antiseptik, pada luka
yang luas kemungkinan diabsorbsi hati-hati pada pasien dengan
penyakit ginjal dan jantung.
(Carville, 2007: Manual Wound Care )
Chlorhexidine & cetrimide (savlon)
• Cairan yang mengandung detergen, digunakan untuk luka kotor
• Keuntungan : efektif untuk bakteri gram + & gram -, detergent
efek membersihkan debris dari luka, untuk desinfektan
• Kerugian : sensitif terhadap kulit, sitotoxic, not isotonik, tidak
efektif untuk jamur & virus, kontaminasi pseudomonas,
cetrimide sangat toxik untuk fibroblast
(Carville, 2007: Manual Wound Care )
Hydrogen peroxide
• Keuntungan :mempunyai efek pd bakterianaerob
• Kerugian : efek sititoxic pada fibroblas, dilaporkan bahwa embolus oxygen pd pembedahan emphysema melalui irigasi dgntekanan / irigasi dlm rongga tertutup
(Carville, 2007: Manual Wound Care )
Povidone iodine Keuntungan :
• Efektif unt bakteri gram +, gram -, spora, fungi, virus &
protozoa
• Dpt dipakai dlm lotion, cream, ointmetns, impragnated, mouth
gargel, surgical scrubs
Kekurangan : toksik dan merusak fibroblast, sensitif thd kulit,
dapat diabsorbsi sistemik pada luka yang dalam & luas. Efek
sistemik absorbsi meliputi cardiovaskuler toksik, renal toksik,
hepatotoksik dan neuropathy.
(Carville, 2007: Manual Wound Care )
PHMB
The optimal solution for removal of biofilm
• Irigasi tradisional dengan
0.9% NaCl atau lainnya
hanya meluncur di atas
biofilm tanpa
menghilangkannya sama
sekali.
Conventional Wound Irrigation Prontosan®
Pencucian Luka adalah hal yang wajib dalam perawatan
luka yang tepat. Prontosan® secara fisik mampu
menghilangkan debris, slough dan biofilm.
Dibandingkan dengan irigasi luka tradisional atau
antiseptik luka, luka yang dirawat dengan Prontosan®
dapat menutup dalam waktu yang lebih singkat.
Keuntungan: no irritations, non toxic, hypoallergenic, no absorption
TEHNIK MENCUCI LUKA
SWABBING / MENGGOSOK LUKA
Harus GENTLE,
STOP menggosok jaringangranulasi
atau sampai BERDARAH
IRIGASI
Hati-hati terhadap tekanantinggi
Gunakan jarum no 18
- Buang jaringan nekrotikdan benda-benda asing
- Jaringan nekrotik ---> baikuntuk pertumbuhan bakteri
Pemilihan Topikal Therapy
• Pengkajian luka merupakan dasar untuk pemilihan
topikal terapi
• Pemilihan balutan yang tepat bisa menentukan
proses keberhasilan perawatan luka dan
keselamatan pasien
• Cara yang paling mudah dengan R Y B ( Red,
Yellow, Black)
Principles of dressings selection accord to the wound assessment
- do the wounds need debridement ?
- is the wound infected ?
- presence of exudates
- Granulasi/epithelisasi
Red / Merah ~lukabersih,dengan banyakvaskularisasi
Tujuan ; mempertahankanlingkungan luka dalamkeadaan lembab danmencegah terjadinyatrauma/perdarahan
Pilihan topikal dressing: askina foam®, askinasorb®,wound gel®, sibro®, salep mata
Yellow/KuningJaringan nekrosis, merupakan kondisi luka yg
terkontaminasi/terinfeksi dan avaskularisasi SLOUGHTujuan ; meningkatkan system autolisis debridement, absorb
exudat,menghilangkan bau tidak sedap dan menghindari kejadian
infeksi
Pilihan dressing: Wound Gel-(X)®,
Askina Calgitrol® askina paste®,
Cutimed sorbach®, burnaziin®
Black / Hitam
Jaringan nekrosis, avaskularisasi
tujuan perawatannya sama seperti warna dasar
luka kuning Debridement (Surgical, Mechanical, Autolytic, Enzymatic,
Biological)
Pilihan dressing: Wound Gel-(X)®, Askina Calgitrol® askina gel®, burnaziin®
TIPE TOPIKAL TERAPI MOIST DRESSING• Pembalut luka yang memberikan kelembaban
(Wound Hydration Dressing : Hydroactive gel)
• Pembalut luka yang menjaga kelembaban
(Moisture Retentive Dressing : Hydrocoloid,
non adherent dressing, Foam)
• Pembalut luka yang menyerap cairan
(Exudate Management Dressing: Ca Alginate, Foam)
• Pembalut luka yang dapat mengontrol infeksi
( Antimicrobial dressing, Silver dressing, Iodosorb)
Algoritma Pemilihan Topikal Terapi Berdasar Warna Luka
Yellow :Exudate, rongga
Black: Avascular
Infected
RED: Jaringan Granulasi
Hidrokoloid, foam dressing,
ca alginate
Antiseptik PHMB, Antimikrobial dressing,
absorb dressing (alginate,foam), silver dressing
Hydroactive gel,
Autolitic debridement
PHMB, Antimicrobial dressing,
Silver dressing, Hidrofobik dressing
Keep
moist
absorb
hidrasi
control
Tulle gras, Transparant film,
Hidrokoloid ThinKeep
moistRED :Jaringan Epitel
CARA MEMBALUT LUKA
• Cara pembalutan harus
tertutup
• Tidak dianjurkan “ rel
kereta”
• Luka luas ?
• Prinsip “Moist”
Perawatan setelah operasi Monitoring kondisi luka sesering mungkin setelah operasi dalam
24 jam : perdarahan, drain
Penggantian balutan tergantung kondisi balutan, tergantung
jenis balutan yang digunakan ???
Perbaikan luka bedah adekuat setelah 48 jam. Lebih baik
mengganti balutan setelah 48 jam
(Chrintz, 1989, Archana M, 2012, Wei Ping Yew, 2013, Jennifer,
et.,al, 2018 )
• Allen (1996) juga meneliti tentang perawatan luka sesudah bedah
jantung dengan kassa dan dibuka/diganti pada hari I post operasi …
menyebabkan resiko infeksi lebih tinggi dibanding opsite post op.
• Briggs (1996) meneliti pasien post hysterectomy dengan transparant
dressing sampai jahitan diangkat.
Evaluation
• Wound toilet
• Debridement Depends on is requirement
• Change dressing
• Consider the painful dressing
Johnson (1988), traditional wound care practices of using frequent wet to dry dressing, it
actually lowers the wound surface temperature by 2- 5°C, with corresponden adverse
effect on mitotic activity
- Frequent undressing of wound significantly reduce wound temperature and delays
healing
MOISTLUKA
KERINGLUKABASAH
• Hidrocolloid• Transparent Dressing
• Absorbent Dressing• Hidrofibre• Calcium Alginate• Foam
• Hidrogel
Menyerap cairanMenjaga kelembaban Memberi kelembaban
Key message
• Luka kering (dessicated) perlu hidrasi
• Luka bereksudat perlu absorpsi
• Luka nekrotik perlu debridement
• Luka terinfeksi perlu antimikrobial
Konsep penyembuhan luka terkini adalah lingkungan lembab yang sesuai (mouisture balance)
References1. Bryan Ruth A,2007.Acute & ChronIC Wounds:Current Management Concepts.Third
Edition.Mosby..Elsevier
2. Lansdown Alan BG Silver: New technology and wound healing in the skin Journal of Wound Care2002 11/4,125-130.
3. Graham-Field Grafco Lumex Medical Products Inc.(Packaging of Product
4. Lyon CC Smith AJ Abdominal Stomas and their skin disorders. An atlas of Diagnosis andManagement Martin Dunitz Ltd 2001. London (Pages 186-187)
5. Journal of Wound Care A glossary of common terms in wound care March Vol 9,no 3 2000.Page139
6. Lyon C.C., Smith AJ, Griffiths, Beck MH & MacDonald RH. Papular over-granulation with bowelmetaplasia:a distinct irritant reaction affecting abdominal stomas. 2000 British Association ofDermatology 143 (Suppl57)42-85
7. Ozaki H. & Ohki S, Iwamoto M, Miura E, Anazawa S & Omura Y.2002 Clinical Challenges.Diagnosis, management and care of stomas and mucosal transplantation. WCET Journal Vol22No3.
8. Lansdown Alan BG Silver: New technology and wound healing in the skin Journal of Wound Care2002 11/5,1-5
9. Spear, M. (2013). Acute or chronic? What’s the difference? Plastic Surgical Nursing, 33(2);pg. 98-100.
10. Rollins H. Hypergranulation tissue at gastrostomy sites. Journal of Wound Care March Vol 9, No32000
11. Carville Keryln 2001 Wound Care manual pg121 &91
12. Wright JB, Lam K, Burrell RE. Wound management in an era of increasing bacterial antibioticresistance: A role for topical silver treatment. American Journal of Infection Control Vol 26 No 6pages 572-577
Top Related