urgensi tarbiyah

24
Friday, December 23, 2005 URGENSI TARBIYAH ISLAMIYAH BY : UKKI UNSOED TEAM Dalam kehidupan pribadi atau masyarakat, pendidikan (tarbiyah) menududki posisi yang sangat penting. Sebab melalui proses pendidikan pribadi seorang dapat tumbuh dan berkembang secara baik, sesuai yang diharapkan. Tarbiyah dapat membentuk kepribadian seseorang selaras dengan nilai-nilai dan prinsip yang mendasarinya sehingga menjadi kepribadian yang sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai dan prinsip Islam. Seseorang yang telah dididik dengan pola pendidikan Islam, sikap dan perilakunya akan merupakan refleksi total dari keutuhan dirinya yang telah tersibghah nilai-nilai Islam. Akibatnya integritas Islamnya kukuh dan gaya hidupnya Islami. Tidak akan terjadi split personality (kepribadian pecah) yang mengakibatkan seorang muslim kehilangan kepribadiannya dan terseret ke dalam arus gaya hidup yang lain. Pendidikan Islam mengarahkan kehidupan seorang muslim berkembang dan terus semakin matang. Sikap, perilaku, dan gaya hidupnya bersifat spesifik islami yang berinteraksi secara posiif, baik internal maupun eksternal. Sehingga ia dapat memancarkan arus Islam si tengah-tengah lingkungannya. Ia menjadi manusia yang tangguh yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai arus kehidupan yang melandanya. Tegasnya ia menjadi muslim yang muttaqin. ARTI PENTING TARBIYAH ISLAMIYAH Barangkali tidak akan ada yang menyangkal bahwa Muslim yang istiqomah dengan Islam atau dengan kata lain yang berpegang teguh pada din Allah merupakan modal dasar terbenuknya masyarakat Islam. Ia adalah batu bata yang dapat disusun menjadi bangunan. Semakin tinggi dan besar suatu bangunan maka semakin memerlukan batu bata yang kuat dan kukuh. Di sisi lain berpegang teguh dengan din Allah adalah dasar umum bagi penyelesaian krisis keimanan yang melanda kaum muslimin terutama para pemudanyya. Karena ittu peranan tarbiyah dalam upaya mengatai munculnya

Transcript of urgensi tarbiyah

Friday, December 23, 2005URGENSI TARBIYAH ISLAMIYAHBY : UKKI UNSOED TEAM Dalam kehidupan pribadi atau masyarakat, pendidikan (tarbiyah) menududki posisi yang sangat penting. Sebab melalui proses pendidikan pribadi seorang dapat tumbuh dan berkembang secara baik, sesuai yang diharapkan. Tarbiyah dapat membentuk kepribadian seseorang selaras dengan nilai-nilai dan prinsip yang mendasarinya sehingga menjadi kepribadian yang sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai dan prinsip Islam. Seseorang yang telah dididik dengan pola pendidikan Islam, sikap dan perilakunya akan merupakan refleksi total dari keutuhan dirinya yang telah tersibghah nilai-nilai Islam. Akibatnya integritas Islamnya kukuh dan gaya hidupnya Islami. Tidak akan terjadi split personality (kepribadian pecah) yang mengakibatkan seorang muslim kehilangan kepribadiannya dan terseret ke dalam arus gaya hidup yang lain. Pendidikan Islam mengarahkan kehidupan seorang muslim berkembang dan terus semakin matang. Sikap, perilaku, dan gaya hidupnya bersifat spesifik islami yang berinteraksi secara posiif, baik internal maupun eksternal. Sehingga ia dapat memancarkan arus Islam si tengahtengah lingkungannya. Ia menjadi manusia yang tangguh yang tidak mudah diombangambingkan oleh berbagai arus kehidupan yang melandanya. Tegasnya ia menjadi muslim yang muttaqin. ARTI PENTING TARBIYAH ISLAMIYAH Barangkali tidak akan ada yang menyangkal bahwa Muslim yang istiqomah dengan Islam atau dengan kata lain yang berpegang teguh pada din Allah merupakan modal dasar terbenuknya masyarakat Islam. Ia adalah batu bata yang dapat disusun menjadi bangunan. Semakin tinggi dan besar suatu bangunan maka semakin memerlukan batu bata yang kuat dan kukuh. Di sisi lain berpegang teguh dengan din Allah adalah dasar umum bagi penyelesaian krisis keimanan yang melanda kaum muslimin terutama para pemudanyya. Karena ittu peranan tarbiyah dalam upaya mengatai munculnya gejala krisis konfedensi di kalangan kaum muslimin yang diakibatkan oleh derasnya arus ghazwl fikri (perang pemikiran) semakin jelas.Secara ringkas urgensi dari tarbiyah Islamiyah ini terlihat jelas pada peranannya dalam kehidupan ini. 1. Membentuk generasi yang Islami Pendidikan islami (tarbiyah Islamiyah) adalah satu-satunya cara terbaik dalam membentuk individu berkepribadian, masyarakat yang ideal dan peradaban kemanusiaan yang tinggi. Hubungan ketiga aspek tersebut saling terkait, karena terbentuknya masyarakat ideal.Sedangkan terbentuknya masyarakat ideal merupakan medium terbentunya peradabn kehidupan manusia yang tinggi. Apabila ketiga aspek tersebut terwujud maka akan melahirkan kebaikan-kebaikan dan kebahagiaan hidup. Semua itu dapat diwujudkan melalui Tarbiyah Islamiyah. 2. Merupakan kebutuhan manusia Manusia adalah makhluk Allah yang mempunyai insting, watak, dan kecenderungan yang berbeda-beda. Ada orang yang didalam kehidupannya dijajah oleh nafsu.Perilaku tersebut tidak

ubahnya seperti binatang.Tetapi ada pula manusia yang mampu meningkatkan derajadnya ke tingkat yang paling tinggi.Namun ada juga manusia yang mengikuti kehendak syetan. Jika manusia dibiarkan dengan kecenderungan dan watak masing-masing tanpa ada upaya pembentukan melalui media pendidikan yang sesuai dengan fitrah kejadiannya, niscaya panorama bumi akan diwarnai dengan kezaliman dan permusuhan. Sehubungan dengan itu satu-satunya media untuk menyelamatkan manusia dari kenistaan dan jeratan konflik akibat adanya pertentangan ialah tarbiyah islamiyah yang menyeluruh terutama pembinaan iman dan keyakinan. 3. Tarbiyah Islamiyah adalah suatu kewajiban agama Pendidikan islam adalah wajib, karena ia merupakan sarana terlaksananya kewajiban din yaitu ibadah. Talim adalah bagian dari tarbiyah dan ibadah tidak sah tanpa mengetahui hokum dan syarat sahnya ibadah. Atas dasar tersebut Rasulullah SAW bersabda Menuntut ilmu itu ajib bagi setiap Muslim. Itulah beberapa bukti dan pertimbangan yang memastikan urgensi tarbiyah islamiyah salam kehidupan. Tetapi perlu kita sadari bahwa tanpa adanya tarbiyah yang terarah dan sistemik mustahil akan mencetak insan yang memiliki Syakhsiyah Islamiyah. PENGERTIAN TARBIYAH ISLAMIYAH Dari segi bahasa tarbiyah islamiyah bermakna: Rabba-yarbu (tumbuh berkembang), rabbiyayarba (tumbuh secara alami), rabba-yarabbu (memperbaiki, meningkatkan). Sedangkan secara istilah Tarbiyah Islamiyah adalah memperbaiki sesuatu, menjaga serta memeliharanya. Tarbiyaah memiliki pengertian cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (dengan kata-kata) ataupun secara tidak langsung (dengan keteladanan) untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik. Tarbiyah Islamiyah berarti proses mempersiapkan orang dengan persiapan yang menyenuh seluruh aspek kehidupan meliputi jasmani, ruhani, dan akal pikiran. Demikian juga dengan kehidupan duniawinya, dengan segenap aspek hubungan dan kemaslahatan yang mengikatnya, dan kehidupan akhirat dengan segala amal yang sihisabnya yang membuat Allah ridha atau murka. Jadi secara ringkas tarbiyah islamiyah adalah proses penyiapan manusia yang saleh, yakni agar tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan, dan tindakannya secara keseluruhan. Keseimbangan potensi yang dimaksud adalah hendaknya jangan sampai kemunculan potensi menyebabkan lenyapnya potensi yang lain atau suatu potensi sengaja dimandulkan agar muncul potensi yang lain. Juga keseimbangan antara potensi ruhani, jasmani, dan akal pikiran, keseimbangan antara kebutuhan primer dan sekundernya, antara cita-cita dan realitasnya, antara jiwa ambisi pribadi dan jiwa kebersamaannya, antara keyakinan kepada alam ghaib dan keyakinan pada alam kasat mata, keseimbangan antara makan, minum, pakaian, dan tempat tinggalnya, tanpa adanya sikap berlebih-lebihan si satu sisi dan pengabaian di sisi yang lain. Benar-benar keseimbangan yang mengantarkan pada sikap yang adil dalam segala hal. TUJUAN TARBIYAH ISLAMIYAH Secara umum terbiyah islamiyah bertujuan membentuk manusia yang hanya beribadah kepada Allah SWT dan memakmurkan bumi hanya dengan aturan-aturan Allah baik yang berupa wahyu

atau pun sunatullah, sehingga lahir suasana kehidupan yang islami di bumi ini. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut dijabarkan dalam tiga tujuan utama dari tarbiyah islamiyah, yaitu: 1. Terbentuknya Tashawur (persepsi) Islami yang jelas. Islam sebagai din, sebagai pedoman hidup dari Allah SW mencakup seluruh aspek kehidupan dan perilaku untuk seluruh zaman dan ummat manusia. Ketidakmenyeluruhan persepsi terhadap Islam akan mengakibatkan Islam terisolasi dari pentas kehidupan, juga menjadi sumber bidah, khurafat, takhayul, dan tradisi jahiliyah serta berbagai kontradiksi. Bahaya persepsi yang parsial (JuzI) dijelaskan dalam firman Allah Q.S. Al Baqarah:85 sedangkan kejelasan dan keuniversalan Islam terlihat pada firman Allah Q.S. An-Nisaa:89. 2. Membentuk Syakhsiyah Islamiyah (pribadi yang Islami) Pribadi yang Islami adalah pribadi yang menjadikan nilai-nilai Islam sebagai bahan utama pembentuk kepribadiannya, sehingga identitas dirinya benar-benar mencerminkan keislamannya. Komponen dasar bagi terbentuknya kepribadian seseorang adalah keyakinan, pendirian, perasaan, pemikiran, watak, performa, dan perilaku.Dan akidah islamiyah adalah dasar pembentukan dari semua komponen tersebut. Tarbiyah ilamiyah diharapkan menghasilkan buah yang baik. Buah yang diharapkan dari pembinaan islami (tarbiyah islamiyah) adalah terciptanya sosok pribadi Muslim yang ideal, pribadi muslim yang kaffah. Yaitu pribadi muslim yang mengimplemetasikan nilai-nilai Islam secara keseluruhan, tidak hanya bagian per bagian. Beberapa deskripsi tentang pribadi muslim yang kaffah yang harus diketahui oleh seorang muslim, antara lain: 1. Lurus aqidahnya Kelurusan akidah merupakan pokok terpenting bagi pribadi muslim. Demikian pula yang dilakukan Rasulullah SAW pertama kali dapat ditelusuri bahwa ayat-ayat Al Quran Makiyyah turun selama 13 tahun yang menjelaskan kalimat Laailaaha illallah. Yang demikian itu karena din ini seluruhnya tegak di atas kalimat Laa ilaaha illallah. Memahamkan pada manusia bukan membuat tertarik pada cabang-cabang Islam saja, namun dengan pemahaman akidah dalam hati mereka yang kemudian secara otomatis akan melaksanakan segala syariatnya. 2. Benar Ibadahnya Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik berupa perkataan, kepasrahan, dan ketundukan yang sempurna serta membebaskan diri dari segala yang bertentangan. Dengan demikian serang muslim harus paham bahwa ibadah kepada Allah merupakan kebutuhan dan kepentingan manusia, baik ibadah khusus (khashah), shalat, puasa, zakat, dsb. Ataupun ibadah umum (ammah), menuntuk ilmu, jual beli, dsb. Seorang muslim dalam beribadah haruslah benar yaitu niat ikhlas karena Allah dan berdasar atas syariat Islam. 3. Terpuji Akhlaknya Islam mengatur dalam segala aspek dari mulai bangun tidur smpai pada pagi berikutnya. Sehingga gerak langkah seorang muslim senantiasa indah karena mengikuti irama kehidupan yang diatur oleh Allah SWT. Seorang muslim yang berakhlak membawa dampak tidak hanya pada dirinya sendiri tapi juga lingkungan sekitar. Sehingga nantinya akan tercipta umat yang berakhlak mulia. Kesempurnaan iman seseorang dapat dilihat dari kualitas akhlaknya. 4. Berwawasan Luas Wawasan disini bermaksud senantiasa memikirkan sesuatu yang membangun, memperbaiki bukan membuat hal yang tidak berguna, dan menjauhkan diri dari sifat yang merendahkan. Karena pentingnya berwawasan luas inilah maka setiap muslim diwajibkan untuk senantiasa

menuntut ilmu, baik ilmu keagamaan maupun ilmi-ilmu alam dan ilmu yang lainnya. 5. Kuat Fisiknya Rasulullah bersabda Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah pada keduanya ada kebajikan (HR. Muslim) Rasulullah telah menegaskan pentingnya pembentukan badan yang sehat dan menjaga dari berbagai penyakit. Kewajiban dan tanggung jawab pribadi muslim ideal tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya badan/fisik yang sehat.

Setidaknya ada dua alasan mengapa tarbiyah Islamiyah menjadi hal yang sangat penting.Pertama, ditinjau dari aspek internal ajaran Islam, dan kedua, ditinjau dari aspek individu umat Islam. A. Aspek Internal Ajaran Islam Rasul diutus oleh Allah ke dunia ini adalah untuk mengeluarkan manusia dari kejahiliyahan, dan menjadikannya sebagai khairu ummah. Untuk melaksanakan tugas ini, Rasulullah melaksanakan sebuah metode pendidikan (tarbiyyah) yang bermula dari tilawah, kemudian tazkiyyah, dan setelah itu ta limul kitab wal hikmah (2:151, dan 62:2). Metode ini kami anggap paling tepat (atau bahkan baku) sebab, ketika Nabi Ibrahim AS berdoa kepada Allah: Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka (anak cucu kami) seorang rasul dari kalangan mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah, serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (2:129), Allah menjawabnya dengan; Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepadamu, mensucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al Hikmah, serta mengajarkan kepadamu apa-apa yang belum kamu ketahui (2:151).Pada do a Nabi Ibrahim ta limul kitab wal hikmah mendahului tazkiyyah dan pada jawaban Allah tazkiyyah mendahului ta limul kitab wal hikmah.Metode ini terbukti mampu mencabut akar-akar kejahiliyahan dari dada ummat dan kemudian menjadikannya sebagai ummat yang terbaik. Setelah jahiliyyah berhasil ditumbangkan pada masa rasul, ada yang beranggapan bahwa jahiliyyah tidah akan pernah muncul lagi. Seolah-olah, menurut mereka, jahiliyyah merupakan salah satu fase sejarah yang telah lampau dan tidak akan terulang lagi. Salah bukti adanya anggapan (pandangan) ini adalah adagium yang dikembangkan oleh Dunlop, yang menyatakan: Orang-orang Arab pada masa jahiliah suka menyembah patung dan berhala, menguburkan anak perempuan hidup-hidup, suka minum khamr dan main judi, suka merampok dan menodong. Lalu datanglah Islam untuk melarang semua itu. Apa yang salah dari ungkapan di atas? Selintas ungkapan itu benar adanya.Islam diturunkan untuk menghancurkan kejahiliahan. Tetapi kalau dicermati secara lebih teliti, ungkapan yang dimuat dalam planning pendeta yang datang ke Mesir pada masa pendudukan Inggris itu, mengandung maksud untuk menggambarkan bahwa misi Islam telah selesai dan tak ada lagi peranan yang bisa dilakukan oleh Islam untuk kaum muslimin dan umat manusia lainnya. Kalau sekarang umat menengok ke sekelilingnya, mereka tidak akan menemukan patung-patung sebagaimana yang disembah oleh orang Arab Jahiliah. Mereka juga tidak akan mendapati orang yang menguburkan anak perempuannya hidup-hidup. Lebih dari itu, mereka juga akan kesulitan untuk menemukan peminum khamr, pemain judi, dan perampok dalam bentuk tradisionalnya. Dengan hilangnya atribut-atribut kejahiliyyahan tersebut, apa lagi peran yang dapat dimainkan oleh Islam? Demikianlah, dalam benak mereka, seolah Islam telah kehilangan misinya dan tak mungkin lagi

melakukan peran baru.Sebab jahiliah, menurut mereka, telah berlalu dengan dibawanya Islam oleh Muhammad saw, sehingga sekarang ini tidak ada lagi jahiliah. Benar, kalau kita melihat tampilan luarnya saja.Penyembahan patung-patung tidak ada lagi, anak-anak perempuan tidak lagi dikubur hidup-hidup, bahkan anak-anak perempuan diperjuangkan persamaan haknya. Tetapi kalau kita lihat tampilan dalam (hakikat/substansi) jahiliah itu, niscaya kita akan menjumpai bahwa kejahiliyahan pada zaman modern ini telah tampil dengan kuantitas dan kualitas yang jauh melebihi kejahiliahan Arab sebelum Islam. Penyembah patung-patung mungkin telah tiada tetapi penyembah berhala-berhala maknawi (segala sesuatu yang berstatus berhala) jumlahnya telah melebihi setengah jumlah manusia dunia. Orang yang membunuh anak-anak perempuannya mungkin juga telah tiada, tetapi orang yang membunuh anak perempuannya dengan cara yang sangat canggih -yaitu dengan cara memberikan kebebasan dalam model pakaian, pergaulan, dan kebebasan lainnya- jumlahnya sangat besar. Demikian pula halnya dengan minuman keras dan judi, bentuk tradisionalnya memang hampir tidak ada lagi tetapi bentuk barunya, luar biasa banyaknya. Untuk mengenali ada tidaknya jahiliyyah pada sebuah masyarakat, kita tidak dapat hanya mengandalkan pada penilaian tampilan-tampilan luarnya saja.Untuk mendapatkan hasil yang akurat, penilaian harus dilakukan dengan membandingkan antara kondisi sebuah masyarakat dengan ciri-ciri khusus yang melekat pada masyarakat jahiliyyah.Ciri-ciri tersebut adalah; jahl (kebodohan), dzillah (kehinaan), faqr (kefakiran), dan tanafur (perpecahan). Menurut istilah Al Quran, jahl mengandung makna tidak mengetahui hakikat Tuhan, menyangkut jiwa dan perilaku, dan tidak mengikuti apa yang diturunkan Allah. Beberapa contoh dari Al Quran, misalnya pada Al A raf ayat 138, Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai ke suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata: Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala). Musa menjawab: Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang jahil. Yang dimaksud jahil di sini adalah tidak mengetahui hakikat Tuhan sehingga mendorong mereka menyuruh Musa membuat Tuhan berupa patung yang bisa disentuh dan dilihat untuk mereka sembah. Seandainya mereka tahu bahwa Allah Yang Maha Mencipta tak ada yang serupa dengan-Nya dan tak bisa dilihat dengan mata, niscaya mereka tak akan menuntut itu dari Musa. Mereka meyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. Mereka berkata: Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini. (QS 3:154) Orang jahiliah menduga bahwa seseorang bisa campur tangan bersama Allah menentukan suatu permasalahan.Sementara itu mereka tidak tahu bahwa hanya Allah saja yang mengatur segala sesuatu tanpa ada sekutu dan segala sesuatu itu hanya terjadi atas kehendakNya. Kejahilan mereka adalah pada sifat Allah yang mempunyai kewenangan mutlak. Yusuf berkata: Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang jahil. (Yusuf: 33). Jahil yang ditakuti Yusuf adalah perbuatan yang menyalahi perintah Allah dan yang diharamkannya. Pada zaman modern ini betapa banyaknya orang yang menyembah tuhan lain untuk hal-hal di luar agama . Dan betapa banyaknya pula orang yang terjerumus dalam perbuatan yang Nabi Yusuf as berlindung kepada Allah untuk tidak melakukannya.Ini adalah sebagian bukti, bahwa orang-orang yang hidup pada zaman modern ini, juga masih mengidap penyakit jahl . Di samping itu, untuk membuktikan bahwa karakteristik jahiliyyah yang lain dzillah, faqr, dan tanafurjuga melekat sangat erat pada masyarakat di zaman modern ini, juga tidak terlalu sulit. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika Muhammad Qutb menyebutnya sebagai jahiliyyah abad 20. Itulah pandangan yang benar tentang jahiliyyah.Jahiliah tidak terbatas pada penyembahan patung, mengubur anak perempuan hidup-hidup, minum khamr, main judi atau melakukan perampokan.Semua

itu hanya tampilan luar dari Jahiliah di Arab sebelum kedatangan Islam.Adapun jahiliah itu adalah suatu esensi yang darinya muncul tampilan luar tadi.Mungkin saja tampilannya berbeda menurut tempat dan waktu, sebagaimana tercatat dalam sejarah.Jahiliah bisa terulang kapan saja dan di mana saja, bila ada unsur dan sarana yang mendukungnya. Namun esensinya tetap sama, yaitu sama-sama tidak mengetahui hakikat Tuhan dan tidak mengikuti apa yang diurunkan Allah. Dan esensi itu, sekarang ini melanda mayoritas manusia penghuni bumi.Artinya, kejahiliahan adalah sesuatu yang nyata pada hari ini yang menunggu kembalinya Islam untuk berperan.Mengembalikan umat manusia dari kejahiliahan, dari kesesatan (dhalalun mubin). Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan nabi itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Ali Imron : 164 Orang jahiliyah benar-benar sesat. Persis seperti orang yang terus-menerus berputar di dalam kota mencari jalan ke luar kota, tetapi ia tidak mendapatkannya. Ia telah kehilangan kompas dan petanya. Meskipun ia telah seharian mencari jalan keluar, tetap tak menemukannya. Ia telah merasa menempuh jalan kehidupan dan sampai diujungnya. Tetapi ketika sampai di ujung apa yang dicari ternyata tidak ada di sana. Ia tak menemukannya. Ternyata perjalanan hidupnya telah salah arah.Salah orientasi. Perjalanannya tidak membawa ia kepada arti hidup sesungguhnya. Perjalanannya menjadi tidak berarti.Menjadi kehilangan makna.Itulah yang sekarang juga dirasakan oleh kejahiliahan Barat. Dan juga akan dirasakan oleh umat Islam ketika ia mengikuti arah perjalanan jahiliah Barat, dengan mencampakkan kompas dan peta yang Allah sudah persiapkan. Untuk mengembalikan perjalanan sejarah kehidupan manusia dari kesalahan arah, diturunkanlah Islam dari sisi Allah SWT yang membawa misi untuk mengeluarkan manusia dari kungkungan lingkaran jahiliah menuju pencerahan kehidupan manusia berlandaskan petunjuk Allah. Sebagaimana telah kami sebutkan di awal pembahasan ini, misi itu direalisasikan dengan suatu proses, sebagaimana firman Allah QS 2:151, Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami keapada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui . Proses itu adalah tarbiyah Islamiyah atau pembinaan yang terdiri dari langkahlangkah tilawah (membaca/dibacakan), tazkiyah (pembersihan diri) dan ta limul kitab wal hikmah (Al Quran dan Sunnah) Hanya dengan proses tarbiyah seperti itulah kita akan memperoleh nikmat yang mengantarkan kita menuju khairu ummah Kamu adalah sebaik-baik ummah yang dikeluarkan untuk manusia. Kamu menyuruh berbuat kebaikan, melarang berbuat kemungkaran dan kamu beriman kepada Allah. (Ali Imran: 110) yang memiliki ciri-ciri; ilmu (pengetahuan/pemahaman), izzah (terhormat), ghina (kekayaan), ukhuwah (persaudaraan). B. Aspek individu Dilihat dari sudut individu, manusia membutuhkan tarbiyah islamiyah karena dua hal; 1) hakikat setiap jiwa manusia membutuhkan pembinaan 2) realitas ummat dewasa ini yang terserang virus ghutsai. 1) Hakikat Setiap Jiwa Manusia Membutuhkan Pembinaan Hakikat jiwa manusia selalu menghadapi dua persoalan, yaitu internal dan eksternal.Secara internal, fitrah jiwa manusia senantiasa berada pada persimpangan jalan, jalan kefasikan dan jalan ketakwaan. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah oarng yang mengotorinya (91:8-10).Untuk bisa tetap bertahan pada jalan yang lurus (jalan takwa) manusia memerlukan pengawalan ketat secara terus-menerus.Hal ini hanya bisa terlaksana dengan tarbiyah islamiyah, yang senantiasa memastikan setiap individu berjalan di atas jalan ketakwaan.

Kalau boleh diibaratkan, jiwa manusia adalah seperti kereta yang ditarik oleh lima kuda. Kelima kuda itu adalah penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman.Setiap hari dan setiap saat kereta ini ditarik sesukanya oleh kuda penglihatan, kuda pendengaran, dan kuda-kuda indera lainnya. Kalau jiwa ini dibiarkan saja ditarik secara liar kesana kemari oleh kuda-kuda indera ini, ia akan selalu dalam kondisi kebingungan, tanpa arah, dan tidak tahu tujuan. Nafsu kalau dibiarkan akan menarik manusia menjauhi fitrahnya. Oleh karena itu, kereta jiwa ini harus dikendalikan oleh kusir yang selalu memegang kendali kuda-kuda liar indera.Ia akan menundukkan pandangan manakala kuda penglihatan menarik kereta jiwa ke jalan mengumbar mata. Ia akan menutup telinga ketika kuda pendengaran mengajaknya mendengarkan perkataan yang mengotori jiwanya. Ia akan menghentikan langkahnya, ketika nafsu berusaha memerosokkan ke jurang dosa. Ia akan mengendalikan semuanya. Namun itu bukan perkara mudah. Bahkan sang kusir kadang tidak mampu berbuat banyak, ketika kudakuda ini menariknya secara liar. Agar sang kusir ini mampu mengendalikan kudanya, ia harus dilatih dan dididik. Ia harus ditarbiyah. Seperti disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya; Ketahuilah di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya, tetapi jika rusak maka rusaklah seluruh jasadnya.Ketahuilah ia adalah hati. Melihat manusia, dikaitkan dengan hadits Rasul di atas, sebaiknya dimulai dari hatinya. Sebenarnya ia adalah makhluq spiritual (ruhani) yang mempunyai pengalaman manusia, dan bukan manusia yang mempunyai pengalaman spiritual. Kalau mau meluruskan arah hidupnya, maka luruskanlah dulu hati dan jiwanya, rahkan ruhaninya, bimbinglah jiwanya, kuatkanlah hatinya. Niscaya perjalanannya akan senantiasa benar. Agar kereta berjalan di jalan yang semestinya, dan tidak masuk ke dalam jurang, latihlah dan didiklah dulu kusirnya. Bimbinglah ia sampai mahir mengendalikan kuda. Disamping persoalan internal tersebut, secara eksternal Umat Islam menghadapi musuh yang senantiasa menginginkan kekalahan umat islam (2:168-169). Musuh umat islam mengerahkan segala kekuatan dan kemampuannya, mereka membuat berbagai perencanaan dan kemudian merealisasikannya. Untuk menggambarkan bagaimana musuh Islam ini senantiasa mengerahkan segala kekuatannya untuk menghancurkan Islam, kita simak penuturan ustadz Hasan Al Banna; Sejalan dengan kekuatannya yang besar dan kekuasaannya yang luas, factor-faktor penghancur secara perlahan namun pasti merasuk ke sela-sela kehidupan umat qurani ini, ia semakin tumbuh, menyebar dan semakin lama semakin kuat, hingga mampu merobek bangunan ini dan mengikis habis pusat daulah islamiah yang pertama pada abad ke-6 hijriah oleh bangsa Tartar, kemudian yang kedua pada abad ke-14 hijriah. Dua penghancuran itu mewariskan kondisi umat yang bercerai-berai.Mereka hidup di negara-negara kecil yang sulit menuju kesatuan dan bangkit kembali. Aspek social, orang-orang Eropa telah bekerja keras untuk menenggelamkan seluruh negeri Islam yang mereka kuasai dengan gelombang kehidupan materialis dengan gaya hidup rusak dan virus-virus yang mematikan.Mereka menjerumuskan negeri-negeri Islam itu ke dalam nasib buruk di bawah kekuasaannya.Disamping itu, Eropa berambisi kuat untuk memonopoli berbagai unsur kebaikan dan kekuatan ilmu pengetahuan, industri, dan system yang bermanfaat.Mereka telah membuat rencana dan melaksanakan langkah-langkah perang jenis ini secara sempurna dengan dukungan kelicikan politik dan kekuasaan militer hingga tercapailah apa yang mereka inginkan. Gelobang itu menyebar secepat kilat sampai ke tempat-tempat yang belum terjamah sebelumnya dan menyentuh jiwa seluruh lapisan masyarakat. Musuh-musuh Islam telah berhasil menipu kaum intelektual muslim. Mereka letakkan tabir yang menutupi mata orang lain agar tidak bisa melihat mereka yang sebenarnya, dengan cara mengambarkan Islam dengan gambaran terbatas pada masalahmasalah aqidah, ibadah dan akhlaq, di samping spiritual, mistik, khurafat, dan berbagai fenomena keagamaan yang kering tak jelas sumbernya. Tipu daya ini ditopang dengan kebodohan kaum Muslimin terhadap agama mereka sehinga banyak di antara mereka yang merasa senang, tenteram, dan puas

dengan persepsi tersebut.Persepsi tersebut melekat amat lama pada diri mereka hingga sulit memahamkan salah seorang di antara bahwa Islam adalah sebuah system social sempurna yang mencakup semua aspek kehidupannya. Hasil perpaduan yang serasi antara kebodohan ummat Islam dan tipu daya musuhnya adalah krisis ekonomi, krisis politik (hegemoni dan diktatorisme), krisis jati diri, pemikiran dan referensi, seperti yang kita saksikan pada hari-hari ini. Untuk dapat keluar dari krisis multidimensional ini, diperlukan suatu kerja keras dan cerdas yang dibingkai dalam wadah amal jamai (kerja sama). Dan amal jamai tidak akan wujud kecuali apabila diawali dengan proses tarbiyah islamiyah para pendukungnya. 2) Realitas Ummat Dewasa Ini Yang Terserang Virus Ghutsai. Seharusnya umat ini berjaya, dan memang mereka dilahirkan ke dunia untuk itu.Tetapi dewasa ini, kenyataannya tidaklah demikian.Kaum muslimin kini terpuruk dan terpinggirkan.Hampir di seluruh sisi kehidupan, mereka kehilangan peran utama.Umat ini lebih mirip dengan buih yang tidak punya arus. Persis seperti apa yang pernah diprediksi oleh Rasul. Akan datang suatu masa di mana umat-umat lain akan memperebutkan kalian, sama seperti anjinganjing yang memperebutkan makanan demikian rasul pernah bersabda kepada para sahabatnya.Salah seorang sahabat bertanya, Apakah karena jumlah kita sedikit ketika itu? Rasulullah menjawab, (Tidak) bahkan ketika itu sangat banyak, tetapi kalian itu bagai buih yang mengapung di atas arus air.Sungguh Allah akan mencabut dari dada musuh kalian rasa takut terhadap kalian, dan sungguh Allah akan menanamkan wahn dalam hati kalian. Salah seorang bertanya, Apakah wahn itu wahai Rasulullah ?Rasululllah menjawb, Cinta dunia dan takut mati. Penjelasan rasul ini menggambarkan secara gamblang bahwa sebab kelemahan dan kehinaan suatu kaum adalah kelemahan hati dan jiwa.Hati mereka kosong dari karakter luhur dan mulia, sekalipun jumlah mereka banyak dan secara materi mereka melimpah. Itulah virus mematikan, yang lazim disebut virus buih (ghutsai). Virus ini membuat ummat islam menjadi ringan timbangannya, sehingga menjadikannya tidak punya arus. Virus ghutsai menyebabkan kaum muslimin menjadi santapan yang nikmat bagi para taghut (musuh-musuh Allah SWT).Penyebab timbulnya virus ghutsai ini adalah kecintaan kaum muslimin kepada dunia sekaligus membenci kematian. Sesungguhnya suatu ummat yang telah terbuai dalam kenikmatan, terbuai oleh kemewahan, tenggelam dalam kemilau harta, tertipu pesona dunia, dan lupa kepada kemungkinan menghadapi tragedy dan kekerasan, serta perjuangan menegakkan kebenaran; kepada umat seperti itu, tinggal dikatakan kepada mereka, Selamat jalan untuk kehormatan dan cita-cita. Berlarutnya krisis yang merundungi negeri ini merupakan contoh yang terlalu jelas untuk dilewatkan. Kita tidak perlu melihat secara detail bagaimana rakyat banyak telah terjangkiti penyakit jiwa ini. Cukuplah kita perhatikan bagaimana para pembesar negeri.Jangankan berkorban untuk mengangkat umat dan bangsa dari kehinaan, para pembesar itu justru mengeruk kekayaan rakyat dan memasukkan ke pundi-pundi kekayaan pribadi dan golongannya.Kekuasaan yang ada pada mereka tidak dipergunakan untuk melanyani umat, justru mereka memposisikan diri sebagai yang harus dilayani.Jiwa pengorbanan merosot ke titik nadir, dan memunculkan jiwa mencari korban. Perilaku para pemimpin ini dituruti oleh generasi yang lebih muda.Mereka menjadi generasi yang kehilangan semangat juang dan berkorban untuk mengemban misi mulai kehidupan.Sementara itu mereka terlena oleh kenikmatan remeh-temeh, kesenangan sesaat.Mereka menjadi generasi hasil didikan generasi pendahulunya, sehingga hasilnya setali tiga uang, tidak terlalu jauh berbeda dengan seniornya. Sekedar contoh, lihat apa yang terjadi. Dalam tiga tahun, pengguna narkoba di Jakarta mengalami peningkatan luar biasa, 400 persen. Tercatat, tahun 1996 ada 1.729 pengguna narkoba dan pada tahun

1999 naik menjadi 8.823 orang. Remaja di Jakarta dalam sehari membelanjakan uangnya sekitar Rp1,3 milyar hanya untuk membeli ekstasi, shabu-shabu, narkotika, dan obat-obatan terlarang lainnya. Sebanyak 200 sekolah dari 600 SLTA di Jakarta telah masuk daftar hitam penyalahgunaan narkoba selama tahun 2000.Selain itu sebanyak 181 sekolah dari 600 SLTP juga tercantum dalam daftar hitam tersebut.Sekitar 1.200 pelajar SLTA tercatat kecanduan.Tidak kurang dari 1.100 pelajar SLTP terjerat kasus penyalahgunaan narkoba Bercermin dari kondisi di atas, wajar memang kalau kemudian umat ini menjadi umat yang mempunyai hati yang lembek, loyo dan tidak berbobot.Maka menjadi semakin banyak bukti dari prediksi Rasulullah di atas. Itu baru sekedar dilihat dari sisi moral. Kalau saja kita mau melihat secara lebih luas dan detail, niscaya kita akan semakin mengerti mengapa umat ini menjadi seperti buih yang tidak mampu membuat arus dan terjebak dalam krisis multi dimensional. Sisi ekonomi, perundangan, teknologi, pendidikan adalah bagian lain letak kelemahan umat, yang semakin menambah ketidakmampuannya membuat arus peradaban dunia. Untuk menterapi virus tersebut, kita membutuhkan terapi yang disebut tarbiyah. Dengan proses tarbiyah, insya Allah akan menambah berat timbangan dan membuat arus, sehingga kita mampu menghancurkan taghut. Solusi Islam Semua alasan tersebut menjadikan tarbiyah menjadi penting dan urgen.Kegagalan pendidikan (sekolah) dalam mencetak kader-kader umat dan bangsa, membuat kita bertanya.Apa yang salah dengan system pendidikan kita? Pendidikan telah mengalami penyempitan makna sekadar menjadi pengajaran dan pelatihan.Pembinaan, tarbiyah, pendidikan tidak identik dengan pengajaran dan pelatihan.Pelatihan itu berurusan dengan praktik, dengan belajar melakukan. Pengajaran lebih kepada transfer pengetahuan atau proses mengembangkan potensi intelektualitas. Sementara pendidikan, pembinaan dan tarbiyah adalah proses untuk menemukan dan kemudian mengaktualisasi segenap potensi diri manusia. Pembentukan karakter-karakter mulia manusia seperti integritas, tekad kuat, jujur, kerendahan hati, kesetiaan, keadilan, kesabaran, kesungguhan, lapang dada dan karakter mulia tidak lainnya mungkin dilakukan dengan pengajaran, ia hanya bisa dilakukan dengan pembinaan, pendidikan dan dilatih. Yang terlupakan oleh metode pendidikan dewasa ini adalah bahwa manusia tidak saja mempunyai fisik dan pikiran, tetapi juga mempunyai hati.Ini yang jarang atau bahkan tidak pernah disentuh dalam dunia pendidikan.Bahkan barangkali dipandang tidak ada hubungan antara fisik dan akal dengan hati. Bukankah ini cara memandang manusia secara keliru? Dibutuhkan suatu pendekatan yang komprehensif dalam mendidik umat.Hal terpenting yang harus menjadi perhatian pertama dalam mendidik umat adalah mengupayakan kebangkitan spiritual, kebangkitan ruhani, kehidupan hati, kebangkitan hakiki manusia dan perasaannya.Tidak cukup menjejali manusia dengan pengetahuan.Ia hanya akan menjadi orang yang tahu, punya pengetahuan. Tetapi kemauan seseorang untuk merealisasi pengetahuan menjadi karakter dan akhlaq diri tidak diperoleh dari pengajaran. Diperlukan wadah dan hati yang kuat dalam diri manusia yang akan diisi pengetahuan, agar bisa mendorongnya menjadi manusia yang mempunyai karakter luhur dan mulia. Penting untuk menengok kepada Guru Besar Kehidupan, Rasulullah saw, bagaimana beliau mampu mendidik dan membina generasi terbaik umat manusia yang pernah dilahirkan di muka bumi ini. Yang kemudian dari mereka nantinya dua imperium adidaya kala itu, Romawi dan Persi, bisa ditundukkan.Yang kemudian dari generasi ini memunculkan generasi yang memperbarui peradaban dunia.Memuliakan kemanusiaan manusia dan mengeluarkan dari kebinatangan manusia.Membebaskan manusia dari belenggu ikatan materi menuju ikatan ketauhidan. Penting untuk disimak apa yang dilakukan oleh Rasulullah dalam membina dan mentarbiyah para

sahabatnya, yaitu bahwa Rasulullah membina dan mempersiapkan para sahabatnya dengan pembinaan yang menyentuh seluruh aspek kehidupannya: ruhani, jasmani dan fikiran. Dan untuk membina kekuatan ruhani, kekokohan jiwa, pancaran spiritual, sampai-sampai dibutuhkan waktu paling tidak 13 tahun.Sebelum akhirnya Rasul mengajarkan aspek-aspek lain dari kehidupan ini. Dilihat dari sudut pandang seperti ini, bukankah apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang saat ini dalam mendidik umat menjadi terbalik? Para pengikut Rasulullah dibentuk dan diproses melalui Tarbiyah Islamiyah yang merealisasikan ubudiyahnya hanya kepada Allah saja; ubudiyah yang meliputi i tiqad, ibadah dan aturan yang benarbenar diterapkan dalam segala aktivitas hidup mereka. Proses ubudiyah seperti ini akan membersihkan jiwa, hati, dan spiritualitas mereka dari beriman kepada selain Allah dan meluruskan aktivitas mereka dari orientasi yang lain daripada Allah semata-mata. Mengikuti apa yang pernah dilakukan oleh Rasul, kebangkitan kembali umat ini memerlukan tarbiyah islamiyah. Model pembinaan yang komprehensif untuk membangkitkan umat dari keterpurukannya.Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti kurang lebih penjagaan, pengasuhan dan pendidikan. Tarbiyah Islamiyah adalah penjagaan, pengasuhan dan pendidikan berasaskan Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW. Sumber-sumber ini adalah sumber-sumber rabbani. Dengan sumber inilah generasi sahabat dididik oleh Rasulullah SAW sehingga melahirkan generasi rabbani yang mendapat julukan dan pujian dari Allah: Kamu adalah sebaik-baik ummah yang dikeluarkan untuk manusia. Kamu menyuruh berbuat kebaikan, melarang berbuat kemungkaran dan kamu beriman kepada Allah. (Ali Imran: 110) Tarbiyah ingin mewujudkan kondisi yang kondusif bagi manusia untuk dapat hidup di dunia secara lurus dan baik, serta hidup di akhirat dengan naungan ridho dan pahala Allah swt. Tarbiyah membentuk pribadi muslim yang mempunyai karakteristik: mempunyai aqidah yang lurus, ibadahnya benar, akhlak terpuji, fikiran yang kaya dengan ilmu, tubuh yang kuat, mampu berusaha untuk mencari rizki, mampu mengendalikan hawa nafsu dan mau melakukan mujahadah pada dirinya, memiliki waktu dengan teratur, urusan dan pekerjaannya ditata dan diatur dengan disiplin, dan bermanfaat bagi orang lain. Tarbiyah adalah proses penyiapan manusia yang shalih, agar tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan, dan tindakannya secara keseluruhan. Keseimbangan potensi artinya kemunculan suatu potensi tidak boleh memandulkan potensi yang lain atau untuk memunculkan potensi yang satu dimandulkan potensi yang lain. Juga keseimbangan antara potensi ruhani, jasmani, dan akal pikiran; keseimbangan antara keruhanian manusia dan kejasmaniannya. Tarbiyah mendorong seseorang untuk memiliki dinamika yang tinggi di seluruh kehidupannya bersama diri dan orang-orang yang ada disekitarnya, bahkan lingkungan alam sekitarnya.Tarbiyah istimewa karena mampu mengiringi fitrah manusia dalam menghadapi realitas hidupnya di bumi dan alam materi. Tarbiyah islamiyah merupakan cara ideal berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (dengan kata-kata) atau tidak langsung (berupa keteladanan dan sarana yang lain), untuk memproses perubahan dalam diri manusia menjuju kondisi yang lebih baik. Secara global tarbiyah islamiyah bertujuan membangun kepribadian Islam yang integral dalam segala sisi-sisinya, khususnya dalam sisi aqidah, ibadah, ilmu pengetahuan, budaya, akhlaq, perilaku, pergerakan, keoganisasian dan manajerial, sehingga seluruh kegiatan tarbiyah akan mengembangkan potensi ruhani, jasmani dan akal pikiran manusia. Coba cermati firman Allah yang menciptakan manusia beserta segala kehidupannya, di surat Ali Imran 164: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Senada dengan ayat tersebut adalah surat Al Baqarah ayat 151: Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang

membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. Atau ayat 2 surat Al Jumuah: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang yang nyata. Banyak sisi yang bisa dilihat dari membaca ayat-ayat di atas.Dari sisi tarbiyah islamiyah kita bisa mengambil makna bahwa sebelumnya kaum mukmin ini benar-benar tersesat.Mereka menuhankan batu-batu yang dianggapnya bisa memberikan kebaikan dan mencegah keburukan dari mereka. Gaya hidup hedonisme orang Arab jahiliyah yang berkecenderungan kepada materialisme duniawi, tergambar dalam salah satu syair Tarafah pra Islam: Cari aku di kumpulan orang-orang, kau akan menemukan aku di sana Buru aku di kedai minuman, kau akan menangkapku di sana Datangi aku di pagi hari, akan kuberi kau secangkir penuh anggur. Bila kau menolak, tolaklah sesukamu dan jadilah penghibur yang baik. Syair di atas menunjukkan kebiasaan minum orang Arab jahiliyah yang merupakan sumber kenikmatan.Kira-kira tidak berbeda dengan kebiasaan banyak orang jahiliyah masa kini. Kemudian diutuslah Rasul untuk membacakan ayat-ayat Allah, mensucikan jiwa mereka, dan mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum diketahui. Diutuslah Rasulullah untuk mentarbiyah, mendidik dan membina masyarakat arab jahiliyah. Mensucikan jiwa mereka, mengisi hati mereka, menguatkan ruhani, mengajarkan kepada mereka ayat-ayat Allah, memutuskan ikatan-ikatan duniawi kemudian mengikatkan kepada ikatan aqidah.Menumbuhkan perasaan takut kepada Tuhannya, perasaan rendah di hadapan Tuhan, hidup dengan ketinggian akhlaq. Dengan proses seperti inilah generasi terbaik umat ini dilahirkan. Melalui proses ini lahirlah ummat yang akan menjadi dasar penyelesaian problematika kemanusiaan secara keseluruhan. Masalah manusia hari ini tidak akan dapat diurai dan dipecahkan kecuali kembali kepada Islam. Dan Islam tidak akan dapat memainkan perannya kecuali jika terdapat pendukung yang komitmen terhadapnya. Pendukung yang komit terhadap Islam tidak akan dapat diwujudkan kecuali dengan pembinaan, dengan tarbiyah islamiyah.

Model Tarbiah Pengertian tarbiah Islamiyah, sebagaimana telah disinggung di muka, adalah cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (kata-kata) maupun secara tidak langsung (keteladanan dan sarana lain), untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik. Secara global tarbiah Islamiah bertujuan membangun kepribadian Islam yang integral dari segala sisinya, khususnya sisi aqidah, ibadah, ilmu pengetahuan, budaya, akhlaq, perlilaku, pergerakan, keorganisasian dan manajerial, sehingga seluruh kegiatan tarbiah akan mengembangkan potensi ruhani, jasmani, dan akal manusia. Tujuan akhir tarbiah adalah menyiapkan seseorang untuk dapat mengemban tanggung jawab da wah dan menghadapi rintangan dalam da wah. Sasaran tarbiah Sasaran tarbiah untuk tingkat individu mencakup sepuluh point yaitu; salimul aqidah, setiap individu dituntut untuk memiliki kelurusan aqidah yang hanya dapat diperoleh melalui pemahaman terhadap Al Quran dan As-Sunnah Shahihul ibadah, setiap individu dituntut untuk beribadah sesuai dengan petunjuk yang disyariatkan kepada Rasulullah saw. Pada dasarnya, ibadah bukanlah ijtihad seseorang karena ibadah itu tidak dapat diseimbangkan melalui penambahan, pengurangan atau penyesuaian dengan kondisi kemjuan zaman. Matinnul khuluq, setiap individu dituntut untuk memiliki ketangguhan akhlaq/karakter sehingga mampu

mengendalikan hawa nafsu dan syahwat. Qadirun alal kasbi, setiap individu dituntut untuk mampu menunjukkan potensi dan kretivitasnya dalam dunia kerja. Mutsaqqaful fikri, setiap individu dituntut untyuk memiliki keluasan wawasan.Artinya, dia harus mampu memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengembangkan wawasan. Qawiyul jism, setiap individu dituntut untuk memliki kekuatan fisik melalui sarana-sarana yang dipersiapkan Islam. Mujahidun li nafsi, setiap individu dituntut untuk mengendalikan hawa nafsunya dan senatiasa mengokohkan diri di atas hukum-hukum Allah melalui ibadah dan amal saleh. Artinya, ia dituntut untuk berjihad melawan bujuk rayu setan yang menjerumuskan manusia pada kejahatan dan kebatilan. Munadzam fi syu unihi, setiap individu dituntut mampu mengatur segala urusannya sesuai dengan keteraturan Islam. Pada dasarnya, setiap pekerjaan yang tidak teratur hanya akan berakhir pada kegagalan. Haritsun ala waqtihi, setiap individu dituntut untuk memelihara waktunya sehingga dia akan terhindar dari kelalaian. Dengan begitu, diapun akan mampu menghargai waktu orang lain sehingga dia tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan kesia-siaan, baik untuk kehidupan dunia maupun akhiratnya. Tampaknya, tepat sekali apa yang dikatakan oleh ulama salaf bahwa waktu itu ibarat pedang. Jika ia tidak ditebaskan dengan tepat, ia akan menebas diri kita sendiri. Nafi un li ghairihi, setiap individu menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Perangkat tarbiah Untuk merealisasikan sasaran dalam proses tarbiyah diperlukan berbagai sarana anatara lain; halaqoh, mabit, rihlah, mukhayyam, dan tatskif. Di antara beberapa sarana tarbiyyah tersebut, halaqoh merupakan sarana yang memiliki peran penting karena beberapa alasan; pertama, dalam tarbiah dengan system halaqoh ini didapatkan kearifan, kejelian, dan langsung di bawah asuhan seorang murabbi. Sehingga setiap kecenderungan dan perubahan yang terjadi segera bisa dipantau dan diarahkan oleh murabbi. Sedang programnya bersumber dari Kitabullah dan sunnah rasul, dengan jadwal yang sudah diatur. Kedua, tarbiah melalui halaqoh merupakan tujuan yang terkandung dalam perangkat. Demikian itu karena penyiapan seorang individu secara islami, pematangan mentalitas, pemikiran, aqidah, dan perilaku merupakan aktivitas yang memerlukan kesinambungan dan kontinuitas, sekaligus menjadi tujuan abadi.Kendati sarana ini termasuk perangkat, namun karena kuatnya keterkaitan dengan tujuan, mengharuskan system ini memiliki kontinyuitas. Ketiga, sepanjang perjalanan tarbiah, hanya sistem halaqoh yang mampu memantapkan proses penyiapan individu islami secara integral. Oleh karenanya system ini harus tetap berlanjut, meski daulah islam telah berdiri karena ia yang akan menjadi penyuplai kebutuhan pemerintahan akan sumber daya manusia dengan proses yang baik. Keempat, taruhlah pemerintah dapat menguasai system pengajaran dan informasi, namun keduanya tidak akan mampu mentarbiyah. Meskipun tarbiah yang integral, yang menanamkan dalam jiwa sifat keutamaan, kesungguhan, dan kepekaan terhadap tanggung jawab memang berhubungan erat dengan proses pengajaran dan informasi. Kompetensi Tarbiah Diperlukan kajian yang komprehensif untuk mendorong terealisasikannya sasaran tarbiah, yang meliputi seluruh segi yang memungkinkan mencuatnya segala potensi kebaikan. Secara garis besar ada empat kelompok kajian, yaitu; dasar-dasar keislaman, pengembangan diri, dakwah dan pemikiran islam, serta social kemasyarakatan. Dasar-dasar keislaman mencakup al qur an dan ulumul qur an, hadist dan ulumul hadits, aqidah, fiqh, akhlaq, sirah dan kepribadian muslim. Pengembangan diri terdiri dari metodologi berfikir dan riset, belajar mandiri, rumah tangga muslim, manajemen, bahasa arab, kesehatan dan kekuatan fisik,

kependidikan dan keguruan. Dakwah dan pemikiran meliputi fiqh dakwah, sejarah dan peradaban umat, dunia islam kontemporer, pemikiran, gerakan dan organisasi pembaharuan, islam dan kekuatan lawan. Dan social kemasyarakatan meliputi tata social kemasyarakatan, perundang-undangan, system politik dan hubungan internasional, ekonomi, seni dan budaya, iptek dan lingkungan, serta isu kontemporer social politik dakwah islam. Demikian sekilas tentang urgensi tarbiah islamiah, yang dari sana kita berharap kebangkitan umat akan menjadi kenyataan. Untuk merealisasikan kembali julukan indah yang pernah diberikan kepada generasi sahabat, khairu ummah.

broh : Kaab bin Malik RA yang lupa menyiapkan diri ikut perang Tabuk, setelah rasul pulang dia dan dua orang sahabatnya yang lain yaitu Murarah bin Rabiah al-Amiri dan Hilal bin Umayah al-Waqifi mengungkapkan kejujuran alasan kenapa dia tidak ikut dalam jihad tersebut bersedia menerima sangsi yang diberikan oleh nabi SAW sangsi yang diterimanya merupakan bagian dari tarbiyah bagi dirinya. Saat terkena sangsi itu dia mendapat tawaran suaka politik dan jabatan penting dari raja Ghassan tapi dengan kejelasan fikrah yang ia miliki, ia menjawab surat ajakan tersebut dengan merobek dan berkata : Ayyu musyibatin hadzihi ? (musibah apa lagi ini..) Peristiwa Kaab yang mendapat ampunan langsung dari Allah tertuang dalam Q.S Attaubah 118 Sahabat Saad bin Abi Waqas RA merupakan salah satu contoh jiwa tertarbiyah yang tetap istiqomah memperjuangkan Islam walaupun beliau menduduki kursi gubernur, beliau sempat berkata : Aku adalah salah satu dari tujuh sahabat( dari 10 sahabat yang dijanjikan masuk surga) dahulu kami bersama rasulullah SAW dalam sebuah perjalanan, kami tidak memiliki makanan sehingga kami makan daun-daunan sampai perih tenggorokan kami, akan tetapi sekarang kami yang tujuh ini seluruhnya jadi gubernur dibeberapa daerah, maka kami berlindung kepada allah agar tidak menjadi orang yang merasa besar ditengah-tengah manusia tetapi kecil disisi allah SWT. PENGERTIAN. Ada beberapa kata dalam bahasa arab yang searti dan senada dengan kata tarbiyah yaitu :ziyadah (penambahan), nasah (pertumbuhan), taghdiyyah (pemberian gizi), riayah (pemeliharaan) dan muhafazhah (penjagaan). Atau bila dilihat dari kaidah ilmu nahu berasal dari kata raba-yarbu (tumbuh berkembang), rabiya-yarba (tumbuh secara alami) dan rabba-yarubbu (memperbaiki, meningkatkan). ALASAN PERLU TARBIYAH : DARI ASPEK INTERNAL AJARAN ISLAM

Ar-Rasul membimbing umat manusia untuk keluar dari kebodohan.Dengan ciri-ciri : kebodohan (ajahl), kehinaan (Dzillah), kemiskinan (faqr) dan perpecahan (tanafur). Kondisi umat Islam sekarang tidak memahami Islam itu sendiri sehingga akhirnya terjebak dalam kondisi kejahiliyahan modern dengan kesesatan yang lebih dahsyat dan nyata (QS.3:164) sehingga umat Islam berada pada tahap pengkeroposan yang diakibatkan oleh : a). kecintaan pada dunia yang berlebihan dan takut mati. b). saling berpecah belah c). mengkotak-kotakan ajaran Islam d). penyimpangan ajaran Islam seperti meng-sipilis-mekan (sekularesme,pluralisme dan liberalisme) Islam e). terbelenggu sinkritisme berbau TBC (tahayul, bidah & churofat) f). meninggalkan jihad. Jalan keluar dari kesesatan salah satunya melalui pembinaan yang didalamnya diajarkan tilawah (dibaca & dibacakan), tazkiyah (pembersihan diri) dan talimul kitab wal hikmah (belajar Al-quran dan hadits) (QS. 2:151). Sehingga akan memperoleh nikmat yang akan mengantarkan kepada khoiru ummah (QS.3:110) dengan ciri-ciri : berpengetahuan (ilmu), terhormat (izzah), kekayaan (ghina) dan persaudaraan (ukhuwah). DARI ASPEK INDIVIDU. Hakikat jiwa yang membutuhkan pembinaan (QS.91:8-10), hakikat jiwa tersebut menghadapi persoalan : secara fitrah jiwa yang pada dirinya terdapat kecenderungan kepada taqwa dan kecenderungan kepada dosa. Adanya musuh bebuyutan (2:168-169) yang tidak hanya membuat perencanaan yang matang tapi juga merealisasikan (5:82) yang keduanya bagian dari langkah syetan (35: 6). Untuk menangkal serangan musuh diperlukan amal jamai dikalangan kaum muslimin tak akan terjadi kecuali jika didahului oleh tarbiyah. PERANAN TARBIYAH DALAM KEHIDUPANy y y y y y y

Peranannya dalam penerapan system Islam.(4:65) Menjamin konsistensi muslim terhadap jamaahnya. (18:28) Membentuk generasi Islami, keluarga Islami dan peradaban Islami. (3:110, 2:143,3:104) Menumbuhkan kemakmuran yang penuh berkah (QS 7:96). Mewujudkan ketentraman dan kestabilan masyarakat.(QS.106:3-4, 89:27-28) Kebutuhan kemanusiaan. Kewajiban agama.(9:122,2:174, 17:36,58:11, 66:6)

CIRI-CIRI TARBIYAHy y

Apa yang dilakukan semata-mata mencari ridho Allah dan memakmurkan bumi dengan aturan Allah (Rabbaniyah). Menggunakan sarana dan akhlak islami (Akhlaqiyyatu al-wasail).

y

Pembinaan secara menyeluruh antara potensi akal, jasad dan ruh manusia (Syumuliyah)

TUJUAN TARBIYAH :y y y y y

Memahami gambaran yang jelas mengenai Islam yang sempurna dan benar. Membentuk kepribadian muslim secara utuh. Menumbuhkan harga diri dan pribadi yang tidak mudah dipecah belah Keimanan dan ketakwaan penduduk merupakan asas terwujudnya kemakmuran yang penuh berkah. Mewujudkan ketentraman dan kestabilan masyarakat.

URGENSI TARBIYAH ISLAMIYAHA. MAKNA DAN HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM Tarbiyah bukanlah segala galanya, namun dengan tarbiyah segalanya bisa tercapai Dalam bahasa arab, pendiidkan islam disebut At tarbiyah al Islamiyah secara bahasa, tarbiyah memiliki beberapa arti : - Raba-Yarbu yang artinya tumbuh berkembang - Rabiya-yarbu yang artinya tumbuh secara alami - Rabba-yarabbu yang artinya memperbaiki, meningkatkan berarti proses pendiidkan islam seharusnya menumbuh kembangkan secara alami, juga sebagai proses perbaikan peningkatan diri bagi ornag yang terlibat di dalamnya. pendidikan islam bukan hal yang mengada-ada, dia memang ada. Secara istilah makna tarbiyah adaalh: 1. menyampaikan sesuatu samapi pada tingkat sempurna sedikit demi sedikit (Al Badhawi). 2. menumbuhkan sesuatu sdikit demi sedikit sampai dengan tahap sempurna (Al Asmahadi). B. MENGAPA PENDIDIKAN ISLAM DIPERLUKAN a. mnelihat kondisi nyata umat islam : saat banyak ini banyak sekali manusia yang mengaku beragama islam namun tidak mengerti hakikat dari Islam itu sendiri, sehingga banyaknya umat yang terjebak dalam kondisi kebodohan, kelemahan dan kehinaan. Umat islam dalam keterpurukan, yang disebabkan karena 1. Cinta Dunia Banyak manusia yang sangat mencintai dunia secara berlebihan sedangkan Mati adalah hal yang ditakuti, padahal kematian bukanlah akhir dari kehidupan justru kematian adalah awal kehidupan

kita yang sesungguhnya. Kita hidup di Dunia hanyalah tempat ujian bagi seluruh umat Manusia, Dan bahkan kenikmatan yang ada di Bumi itupun merupakan Ujian yang Allah berikan.Semua Ujian yang Allah Swt. berikan adlah sebagai penentu apakah kita penghuni Neraka Atau Penghuni Syurga. 2. Saling Berpecah belah Memang dalam Al Quran pun sudah dikatakan bahwasannya Umat islam memang akan berpecah belah namun Wajib untuk bersatu. Perpecahan umat Islam ini merupakan takdir kauny (kehendak Allah untuk menciptakannya) bahwa pada akhir zaman umat Nabi Muhammad SAW.pasti berpecah-belah, akan tetapi bukan berarti kita boleh berpecah-belah, Ketahuilah perpecahan umat ini merupakan ujian bagi orang yang beriman, hendaknya mereka memilih jalan yang benar dan meninggalkan kelompok tersesat lainnya. Adapun dalil wajibnya kita bersatu, tidak boleh berpecah-belah dan bergolong-golongan. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhmusuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orangorang yang bersaudara [Ali-Imran ; 103] Rasulullah Saw bersabda. Sesungguhnya Allah meridhoi kamu tiga perkara dan membenci kamu tiga perkara ; Dia meridhoi kamu apabila kamu beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu kepadaNya, dan apabila kamu berpegang teguh kepada tali Allah semua dan kamu tidak berpecahbelah [HR Muslim : 3236] 3. Mengkotak kotakan Ajaran Islam Banyaknya Umat islam kini yang mengkubu kubukan antar golongan, yang sehingga dapat menyebabkan pebedaan antara golongan satu dengan yang lain, Misalkan HTI, SALAFI, MUHAMMADIYAH, NAHDATHUL ULAMA, dll yang dimana semua itu dalam satu visi dan misi namun hanya karena perbedaan manhaj sehingga tampak adanya perbedaan fikroh. 4. Meninggalkan Jihad BELUM SELESAI . hehe afwan karna waktu yang sudah mepet nich jadi mesti Off dulu U/ pembaca Yang sabar yua InsyaAllah secepatnya akan di selesaikan tulisannya.. :):)