UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

30
Pendahuluan Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu perhatian dan penanganan serius secara bersama-sama dengan infertilitas wanita dalam penatalaksanaan diagnosis dan terapi pasangan suami isteri (pasutri) yang ingin punya anak 1, 2 . Besarnya persentase infertilitas pada pria cukup besar ( 40-60%) dan salah satunya adalah gangguan kesuburan. Selain itu penanganan infertilitas pria merupakan masalah yang cukup kompleks dan rumit 3 . Gangguan kesuburan pada pria dapat dibagi atas 3 golongan yakni : 1. Pre-testikuler; 2. Testikuler; 3. Post-testikuler. Gangguan pre-testikuler berkaitan dengan gangguan hormonal yang mempengaruhi proses spermatogenesis seperti menurunnya produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) sehingga menimbulkan keadaan yang disebut hipogonadisme. Gangguan testikuler dapat terjadi di dalam tubulus seminiferus, misalnya testis rusak akibat trauma atau infeksi. Adapun gangguan post-testikuler adalah berbagai gangguan yang terjadi setelah spermatozoa keluar dari tubulus seminiferus, misalnya gangguan viabilitas dan motilitas spermatozoa karena infeksi atau sebab lain 4 . Berbagai obat yang mengandung bahan hormon, vitamin, dan afrodisiak atau campuran berbagai ramuan telah digunakan sejak dahulu di Arab, Perancis, Cina, Jepang, dan Indonesia 5 . Beberapa cara telah dilakukan untuk mengatasi gangguan kesuburan termasuk dengan pengobatan secara tradisional dengan menggunakan bahan alami. 1

Transcript of UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Page 1: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Pendahuluan

Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu perhatian dan penanganan

serius secara bersama-sama dengan infertilitas wanita dalam penatalaksanaan

diagnosis dan terapi pasangan suami isteri (pasutri) yang ingin punya anak1, 2.

Besarnya persentase infertilitas pada pria cukup besar ( 40-60%) dan salah satunya

adalah gangguan kesuburan. Selain itu penanganan infertilitas pria merupakan

masalah yang cukup kompleks dan rumit3.

Gangguan kesuburan pada pria dapat dibagi atas 3 golongan yakni : 1. Pre-

testikuler; 2. Testikuler; 3. Post-testikuler. Gangguan pre-testikuler berkaitan dengan

gangguan hormonal yang mempengaruhi proses spermatogenesis seperti menurunnya

produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)

sehingga menimbulkan keadaan yang disebut hipogonadisme. Gangguan testikuler

dapat terjadi di dalam tubulus seminiferus, misalnya testis rusak akibat trauma atau

infeksi. Adapun gangguan post-testikuler adalah berbagai gangguan yang terjadi

setelah spermatozoa keluar dari tubulus seminiferus, misalnya gangguan viabilitas dan

motilitas spermatozoa karena infeksi atau sebab lain4.

Berbagai obat yang mengandung bahan hormon, vitamin, dan afrodisiak atau

campuran berbagai ramuan telah digunakan sejak dahulu di Arab, Perancis, Cina,

Jepang, dan Indonesia5. Beberapa cara telah dilakukan untuk mengatasi gangguan

kesuburan termasuk dengan pengobatan secara tradisional dengan menggunakan

bahan alami.

Berbagai sumber androgen di alam antara lain terdapat dalam tanaman obat

dan salah satu tanaman obat yang diduga mempunyai kandungan androgen adalah

buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.). Obat fitofarmaka cabe jawa telah banyak

digunakan oleh masyarakat secara luas sebagai obat tradisional. Secara empirik buah

cabe jawa telah digunakan sebagai obat lemah syahwat (aprodisiak), lambung lemah,

dan peluruh keringat dan rematik6, 7, 8.

Sejumlah fitoandrogen masih perlu diuji efeknya agar dijadikan sebagai

pengganti testosteron sintetis. Istilah androgen digunakan secara kolektif untuk

senyawa-senyawa yang kerja biologiknya sama dengan testosteron. Fungsi utama

androgen adalah merangsang perkembangan, aktivitas organ-organ reproduksi, dan

sifat-sifat seks sekunder, sedang kerja kombinasinya disebut kerja androgenik.

Androgen utama pada seorang pria adalah testosteron yang telah dihasilkan oleh sel

Leydig di dalam testis9.

1

Page 2: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Selain efek androgenik, maka pengaruh hormon androgen dapat menyebabkan

terjadinya peningkatan kekuatan fisik seseorang atau efek anabolik. Namun

demikian, pada laki-laki akan terjadi juga sindrom yang analog dengan menopause

pada wanita yang dikenal sebagai andropause. Keadaan ini akan menjadi lebih baik

dengan pemberian androgen9. Androgen juga diperkirakan bertanggung jawab

terhadap keagresifan dan tingkah laku seksual pria. Telah diketahui pula bahwa

androgen eksogen dapat meningkatkan kadar testosteron darah dan menekan produksi

hormon gonadotropin FSH dan LH pada pria hipogonad9.

Salah satu penelitian pendahuluan dari buah cabe jawa antara lain adalah yang

dilakukan oleh Isnawati et al., 10 yang bertujuan untuk menetapkan efek mutagen

dengan sistem mutasi balik (Metode Ames) ekstrak simplisia buah cabe jawa. Dari

penelitian tersebut diketahui bahwa ektrak cabe jawa tidak menyebabkan mutasi gen

pada lima galur bakteri uji10. Selain itu, beberapa penelitian pendahuluan lain dari

buah cabe jawa adalah: dalam bentuk infus, LD50nya termasuk bahan yang tidak

toksik, infus pada dosis 2,1 miligram/10 gram berat badan pada tikus putih

mempunyai efek androgenik dan anabolik11. Kemudian dalam bentuk suspensi sampai

dengan dosis 1400 miligram/10 gram berat badan mencit (ekivalen dengan 100 kali

dosis manusia) yang diberikan secara oral tidak bersifat teratogenik pada mencit

betina pada waktu periode organogenesis12.

Penelitian ekstrak etanol 70% buah cabe jawa yang diteliti efek androgeniknya

pada anak ayam jantan, pada dosis 3,75 miligram per 100 gram berat badan

mempunyai respon tidak berbeda nyata dengan bahan standar metiltestosteron

(Andriol) dosis 500 miligram per 100 gram berat badan8.

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat berlimpah, salah

satunya adalah tanaman obat. Tumbuhan berkhasiat obat sudah sejak lama

dimanfaatkan oleh nenek moyang dalam pengobatan tradisional, misalnya cabe

jawa13. Menurut Kintoko, cabe jawa tergolong salah satu tanaman obat unggulan

nasional14.

Obat tradisional ini masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari

kalangan menengah kebawah. Bahkan dari masa ke masa, obat tradisional mengalami

perkembangan yang semakin meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali ke

alam (back to nature) serta krisis yang berkepanjangan. Kelebihan obat tradisional

dibandingkan dengan obat-obat modern, antara lain adalah efek sampingnya relatif

2

Page 3: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek saling

mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi15.

Adanya sikap back to nature karena kekhawatiran penggunaan zat kimia sintetik

dan dukungan dari pengembangan sumber daya alam Indonesia telah mendorong

penggunaan sumber-sumber bahan alami dengan berbagai kandungan zat aktif di

dalamnya untuk pengobatan16. Beberapa perusahaan jamu telah menggunakan buah

cabe jawa sebagai campuran jamu khusus untuk pria, di antaranya adalah jamu sehat

pria, jamu kuat lelaki, dan pilkita (data dari label-label bungkus jamu berbagai

perusahaan). Banyaknya buah cabe jawa yang digunakan sebagai campuran jamu

sekitar 10-15%11.

Cabe jawa merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak terdapat di Jawa,

Madura dan Sumatera Selatan. Tumbuh di tempat-tempat yang tanahnya tidak lembap

dan berpasir seperti di dekat pantai, daerah datar sampai 600 meter di atas permukaan

laut (dpl). Tanaman ini dapat tumbuh dan menghasilkan dengan baik di semua jenis

lahan kering atau semua jenis tanah di pulau Jawa17.

Cabe jawa merupakan tumbuhan

tropis asli Asia Tenggara yang juga

dikenal sebagai lada panjang dengan

klasifikasi sebagai berikut 18 : Kingdom :

Plantae, Subkingdom : Viridaeplantae,

Filum : Magnoliophyta, Subfilum :

Spermatophyta, Infrafilum :

Angiospermae, Kelas : Magnoliopsida,

Subkelas : Magnoliidae, Superorder :

Piperanae, Ordo : Piperales, Family :

Piperaceae, Genus : Piper, Spesifik Gambar 1. Tanaman cabe jawa20

epitet : retrofractum, Spesies : Piper retrofractum Vahl.19

Cabe jawa memiliki beberapa nama daerah, yaitu: di Sumatera disebut lada

panjang, cabai jawa, cabai panjang. Di jawa, namanya cabean, cabe alas, cabe areuy,

cabe jawa, cabe sula. Di Madura dinamai cabhi jhamo, cabhi ongghu, cabhi solah,

sedangkan di Makassar dikenal dengan nama cabai6,17.

Tanaman cabe jawa berupa tumbuhan menahun, batang dengan percabangan

liar, tumbuh memanjat, melilit dengan akar lekatnya, panjang mencapai 10 meter.

Percabangan dimulai dari pangkalnya yang menyerupai kayu. Daun tunggal,

3

Page 4: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal membulat, ujung meruncing, tepi rata,

pertulangan menyirip, permukaan atas licin, permukaan bawah berbintik-bintik,

panjang 8,5–30 sentimeter, lebar 3-13 sentimeter dan berwarna hijau. Bunga

berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir yang tumbuh tegak atau sedikit merunduk,

bulir jantan lebih panjang dari betina. Buah majemuk berupa bulir, bentuk bulat

panjang sampai silindris, bagian ujung agak mengecil, permukaan tidak rata,

bertonjolan teratur, panjang 2-7 cm, garis tengah 4-8 mm, bertangkai panjang, masih

muda berwarna hijau, keras dan pedas, kemudian warna menjadi kuning gading dan

akhirnya menjadi merah, lunak dan manis. Bagian tanaman yang digunakan adalah

buahnya, tetapi kadang-kadang ada yang menggunakan daun dan akarnya6, 17.

Buah, daun dan akar tanaman cabe jawa dapat digunakan untuk pengobatan.

Buah yang sudah tua dapat digunakan untuk pengobatan perut kembung, mulas,

muntah-muntah, diaforetik, karminatif, merangsang nafsu makan, demam, influenza,

migren, peluruh keringat, encok, infeksi pada hati, tekanan darah rendah, urat saraf

lemah, sukar bersalin, dan sebagai afrodisiaka. Akar dapat digunakan untuk sakit gigi,

luka, dan kejang, sedangkan daunnya untuk obat kumur. Di India, Afrika Utara,

Afrika Timur, dan Asia Tenggara, cabe jawa juga digunakan untuk bumbu masak13, 17.

Senyawa kimia yang terkandung dalam cabe jawa antara lain asam amino bebas,

damar, minyak atsiri, beberapa jenis alkaloid seperti piperine, piperidin, piperatin,

piperlonguminine, β-sitosterol, sylvatine, guineensine, piperlongumine, filfiline,

sitosterol, methyl piperate, minyak atsiri (terpenoid), n-oktanol, linalool, terpinil

asetat, sitronelil asetat, sitral, alkaloid, saponin, polifenol, dan resin (kavisin)6,7,13,17,18.

Alkaloid utama yang terdapat di dalam buah cabe jawa adalah piperin10.

Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki efek stimulan

terhadap sel-sel syaraf sehingga mampu meningkatkan stamina tubuh. Efek hormonal

dari tanaman ini dikenal sebagai afrodisiaka. Berdasarkan penelitian secara ilmiah,

cabe jawa digunakan sebagai afrodisiaka karena mempunyai efek androgenik, untuk

anabolik, dan sebagai antivirus. Dari suatu tinjauan pustaka dikatakan bahwa secara

umum kandungan kimia atau senyawa kimia yang berperan sebagai afrodisiaka adalah

turunan steroid, saponin, alkaloid, tannin dan senyawa lain yang dapat melancarkan

peredaran darah. Bagian yang dimanfaatkan sebagai afrodisiaka adalah buahnya dan

diduga senyawa aktif yang berkhasiat afrodisiaka di dalam buahnya adalah senyawa

piperine17.

4

Page 5: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Testosteron dan hormon steroid lain disintesis dari prekursor kolesterol.

Sintesis testosteron diawali oleh terjadinya pembentukan pregnenolon dari kolesterol 21. Konversi kolesterol menjadi pregnenolon merupakan urutan dua kali reaksi

hidroksilasi yang diikuti dengan reaksi pemutusan ikatan karbon pada rantai samping.

Senyawa sterol (bentuk steroid dalam tumbuhan) yang berstruktur mirip kolesterol

dapat diubah menjadi pregnenolon22.

Telah diketahui bahwa salah satu senyawa kimia yang terkandung dalam cabe

jawa adalah β-sitosterol (termasuk senyawa sterol)13,23. Penambahan β-sitosterol ke

dalam sistem mitokondria testis babi dapat menghasilkan pregnenolon dengan laju

relatif 98% terhadap pembentukan pregnenolon dari kolesterol pada sistem sama.22,23

Kesamaan struktur memungkinkan dikonversinya sterol tertentu menjadi hormon

steroid23. Senyawa saponin yang terkandung dalam buah cabe jawa seperti yang

dikemukakan oleh Nuraini 17 merupakan senyawa dengan struktur dasar sterol (bagian

aglikon) yang berikatan dengan bagian glikosida (gugus gula). Sterol dalam bentuk

glikosida yaitu saponin (β sitosterol-β-D-glikosida) di dalam lambung yang bersifat

asam mengalami pemutusan bagian gula, sehingga dapat memberikan efek seperti

sterol bebas22.

Dari berbagai hasil penelitian di atas diketahui bahwa ekstrak cabe jawa (Piper

retrofractum Vahl.) cukup aman, mempunyai efek androgenik dan meningkatkan

kadar hormon testosteron tikus percobaan serta sudah diketahui karakterisasinya baik

sebagai simplisia maupun ekstrak etanol 95%. Kelihatannya ekstrak cabe jawa ini

mempunyai prospek positif untuk dapat dikembangkan menjadi fitofarmaka

androgenik melalui berbagai aspek penelitian secara klinik. Fitofarmaka merupakan

sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri

dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku

(SK Menkes No. 760/Menkes/Per/IX/1992). Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian untuk melihat pengaruh androgenik ekstrak cabe jawa pada pria infertil

dengan menggunakan pria hipogonad sebagai subjek penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh androgenik ekstrak cabe jawa

terhadap kadar hormon testosteron, FSH, LH, konsentrasi spermatozoa, frekuensi

koitus, dan berat badan pria hipogonad. Hasil penelitian ini diharapkan cabe jawa

dapat dijadikan bahan androgen alami sebagai androgen alternatif yang terdapat

dalam sumber daya alam (SDA) Indonesia dan sekaligus dapat menghemat devisa

akibat mengimpor androgen sintetis dari luar negeri.

5

Page 6: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Metode

Bahan dan Alat Penelitian

Pria hipogonad sehat dengan berat badan 60-70 kilogram, ekstrak kering cabe

jawa dan plasebo yang dimasukkan ke dalam kapsul gelatin, EDTA, kit FSH dan LH,

kit testosteron, kit kimia darah, kit PSA, timbangan, vacutainer, alkohol 70%, spuit

therumo syringe 5 mililiter, rak tabung, botol semen, improve Neubauer, kapas,

orkidometer, sentrifus, counter, mikroskop, dan alat tulis.

Rancangan Percobaan

Uji klinik ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) dilakukan dengan

rancangan penelitian single blind clinical trial. Hal ini disebabkan oleh sulitnya

memperoleh pria hipogonad. Subjek penelitian adalah pasien infertil dengan

oligozoospermia dan keluhan penurunan libido atau potensi seks, volume testis < 15

ml, serta kadar hormon testosteron di bawah kisaran normal.

Perlakuan subjek Percobaan

Dosis dan cara perlakuan

Penetapan dosis uji didasarkan hasil penelitian pada tikus yang telah

diekstrapolasikan ke dosis manusia berdasarkan perbandingan luas permukaan

(ekstrapolasi menurut cara Paget,GE & Barners,JM) dan penggunaan empirik, yaitu

100 mg/orang yang dimasukkan ke dalam 1 (satu) butir kapsul.

Uji klinik dilakukan sebanyak 3 fase: 1. Fase skrining, 2.Fase terapi, 3. Fase

pemulihan

1. Fase skrining (3 bulan):

Fase ini dilakukan skrining awal pasien infertil dengan oligozoospermia dan

keluhan penurunan libido atau potensi seks, serta volume testis < 15 ml. Sesudah

menandatangai informed consent, baru dilakukan pemeriksaan.

2. Fase terapi (1 bulan):

Pada fase ini, para calon peserta yang setuju untuk mengikuti uji klinik harus

menandatangani informed consent yang telah disediakan. Sebanyak 10 pasien secara

acak mendapat kapsul ekstrak cabe jawa, dan 10 pasien lagi mendapat kapsul plasebo.

Karena penelitian ini merupakan fase I uji klinik dan pada fase I uji kliknik biasanya

dianjurkan tidak lebih dari 10 orang yang diuji pada terapi dengan bahan obat yang

baru 24. Jadi jumlah pasien yang mendapatkan ekstrak cabe jawa adalah maksimal

sepuluh orang.

6

Page 7: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

3. Fase pemulihan (1 bulan):

Pada fase pemulihan dilakukan pemeriksaan yang sama dengan fase terapi,

namun tanpa pemberian ekstrak ataupun plasebo cabe jawa.

Pengambilan Data

Pada ketiga fase dilakukan pengambilan data untuk pemeriksaan laboratorium.

Pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan spuit terumo syringe 5 mililiter

pada pembuluh darah vena. Darah yang didapatkan kemudian disentrifus untuk

memisahkan serum dan darah. Serum darah digunakan untuk pemeriksaan hormonal,

sedangkan darahnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah. Adapun parameter

yang diamati pada pemeriksaan hormonal adalah kadar testosteron, FSH, dan LH.

Untuk parameter kimia darah adalah berupa darah rutin, fungsi hepar, ginjal, profil

lipid.

Pengambilan sampel semen dilakukan secara koitus interuptus oleh pasien dan

kemudian dihitung konsentrasi spermatozoa yang didapatkan. Sebagai data tambahan

dilakukan penimbangan berat badan relawan setiap kali pemeriksaan.

Pemeriksaan untuk analisis semen dilakukan di Departemen Biologi

Kedokteran FKUI, selanjutnya untuk pemeriksaan kadar hormon testosteron, FSH,

dan LH dilakukan di Makmal Terpadu FKUI dengan teknik radio immuno assay

(RIA), sedangkan untuk pemeriksaan kimia darah dilakukan di Departemen Patologi

Klinik RSCM/FKUI.

Analisis Statistik

Sampel setiap parameter dievaluasi dengan menggunakan analisis statistik

untuk melihat tingkat signifikansi dari data yang didapatkan25, 26.

7

Page 8: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Data Awal Pria Hipogonad Sebelum Perlakuan

71.4

2.43

13.3

73.0

2.74

14.4

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

Berat badan Konsentrasispermatozoa

Volume testis

Berat Badan, Konsentrasi Spermatozoa, Volume Testis

(Kil

og

ram

, ju

ta/m

L,

gra

m/m

L)

Perlakuan

Plasebo(Kontrol)

Hasil

Penelitian ini merupakan penelitian pertama kali dalam uji klinik ekstrak cabe

jawa pada manusia.

Data awal berat badan, konsentrasi spermatozoa, dan volume testis

Dari hasil penimbangan berat badan, konsentrasi spermatozoa, dan

pengukuran volume testis ditemukan bahwa data tidak menunjukkan perbedaan

karakteristik berat badan, konsentrasi spermatozoa, dan volume testis pada pria

kelompok ekstrak cabe jawa dan kelompok plasebo/kontrol (Gambar 2).

Gambar 2 : Karakteristik data awal pria hipogonad yang mendapat ekstrak cabe jawa

dan Plasebo (kontrol). Keterangan : Berat badan: Perlakuan; Rerata=71,4, SE=4,66.

Plasebo; Rerata 73,0, SE=2,54. Konsentrasi spermatozoa: Perlakuan; Rerata=2,43,

SE= 1,22. Plasebo; rerata =2,74, SE=0,79. Volume testis: Perlakuan; Rerata=13,31,

SE=0,78. Plasebo; Rerata 14,44, SE=0,84.

Kadar hormon testosteron sebelum, selama, dan sesudah terapi

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05) terhadap kadar testosteron

darah (Gambar 3) relawan.

8

Page 9: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Pengaruh Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa Terhadap Kadar Hormon Testosteron Pria Hipogonad

3.0 2.953.51 3.50

3.173.75

3.01

4.00

2.29

3.43

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

Perlakuan Kontrol (Plasebo)

Hari Perlakuan

ng

/dL

Hari ke-0

Hari ke-1

Hari ke-7

Hari ke-30

Hari ke 60

Pengaruh Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa Terhadap Kadar Hormon FSH Pria Hipogonad

13.7

10.512.2

14.413.5

10.613.2

10.510.08.8

0.02.04.06.08.0

10.012.014.016.018.0

FSH

Perlakuan Kontrol (Plasebo)

Hari Perlakuan

ng

/dL

Hari ke-0

Hari ke-1

Hari ke-7

Hari ke-30

Hari ke 60

Gambar 3 : Rerata kadar hormon testosteron pria hipogonad sebelum, selama, dan sesudah mendapat ekstrak dan plasebo cabe jawa. Keterangan : Perlakuan; Hari ke-0. Rerata=3,01, SE=0,49; Hari ke-1. Rerata=3,51, SE=0,41; Hari ke-7. Rerata=3,17, SE=0,56; Hari ke-30. Rerata=3,01, SE=0,40; Hari ke-60. Rerata=2,29, SE=0,30. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=2,95, SE=0,26; Hari ke-1. Rerata=3,50, SE=0,56; Hari ke-7. Rerata=3,75, SE=0,22; Hari ke-30. Rerata=4,00, SE=0,45; Hari ke-60. Rerata=3,43, SE=0,24.

Kadar hormon FSH sebelum, selama, dan sesudah terapi

Dari data kadar hormon FSH menunjukkan bahwa hasil analisis statistik

ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe

jawa (p>0,05) terhadap kadar FSH (Gambar 4) relawan.

Gambar 4 : Rerata kadar hormon FSH pria hipogonad sebelum, selama, dan sesudah mendapat ekstrak dan plasebo cabe jawa. Keterangan : Perlakuan; Hari ke-0. Rerata=13,68, SE=1,92; Hari ke-1. Rerata=12,24, SE=1,62; Hari ke-7. Rerata=13,50, SE=1,81; Hari ke-30. Rerata=13,17, SE=1,72; Hari ke-60. Rerata=10,02, SE=1,20.

9

Page 10: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Pengaruh Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa Terhadap Kadar Hormon LH Pria Hipogonad

3.76 3.68

5.194.363.81 3.48

4.77

6.887.16 7.24

0123456789

Perlakuan Kontrol (Plasebo)

Hari Perlakuan

ng/d

L

Hari ke-0

Hari ke-1

Hari ke-7

Hari ke-30

Hari ke 60

Plasebo; Hari ke-0. Rerata=10,45, SE=0,83; Hari ke-1. Rerata=14,38, SE=3,09; Hari ke-7. Rerata=10,60, SE=0,90; Hari ke-30. Rerata=10,52, SE=1,77; Hari ke-60. Rerata=8,77, SE=0,63.

Kadar hormon LH sebelum, selama, dan sesudah terapi

Dari data kadar hormon LH menunjukkan bahwa hasil analisis statistik

ternyata juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak

cabe jawa (p>0,05) terhadap kadar LH (Gambar 5) relawan.

Gambar 5 : Rerata kadar hormon LH pria hipogonad sebelum, selama, dan sesudah

mendapat ekstrak dan plasebo cabe jawa. Keterangan : Perlakuan; Hari ke-0.

Rerata=3,76, SE=0,48; Hari ke-1. Rerata=5,19, SE=0,76; Hari ke-7. Rerata=3,81

SE=0,39; Hari ke-30. Rerata=4,77, SE=0,59; Hari ke-60. Rerata=7,16, SE=0,92.

Plasebo; Hari ke-0. Rerata=3,68, SE=0,48; Hari ke-1. Rerata=4,36, SE=0,74; Hari ke-

7. Rerata=3,48, SE=0,78; Hari ke-30. Rerata=6,88, SE=1,17; Hari ke-60.

Rerata=7,24, SE=0,98.

Kadar PSA sebelum, selama, dan sesudah terapi

Dari data kadar PSA menunjukkan bahwa hasil analisis statistik ternyata tidak

terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05)

terhadap kadar PSA (Gambar 6) relawan

10

Page 11: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Pengaruh Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa Terhadap Kadar PSA Pria Hipogonad

0.790.530.48

0.83

2.13

1.230.84

0.500.75

0.50

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

PSA

Perlakuan Kontrol (Plasebo)Hari Perlakuan

ng

/dL

Hari ke-0

Hari ke-1

Hari ke-7

Hari ke-30

Hari ke 60

Gambar 5 : Rerata kadar PSA pria hipogonad sebelum, selama, dan sesudah mendapat

ekstrak dan plasebo cabe jawa. Keterangan : Perlakuan; Hari ke-0. Rerata=0,79,

SE=0,23; Hari ke-1. Rerata=0,48, SE=0,10; Hari ke-7. Rerata=2,13, SE=0,53; Hari

ke-30. Rerata=0,84, SE=0,19; Hari ke-60. Rerata=0,75, SE=0,24. Plasebo; Hari ke-0.

Rerata=0,53, SE=0,10; Hari ke-1. Rerata=0,83, SE=0,29; Hari ke-7. Rerata=1,23,

SE=0,71; Hari ke-30. Rerata=0,50, SE=0,20; Hari ke-60. Rerata=0,10, SE=0,00.

Konsentrasi spermatozoa sebelum, selama, dan sesudah terapi

Hasil analisis statistik dari data konsentrasi spermatozoa memperlihatkan

terdapat perbedaan yang signifikan ekstrak cabe jawa (p<0,05) terhadap konsentrasi

spermatozoa para relawan (Gambar 7).

11

Pengaruh Ekstrak Cabe Jawa dan Plasebo Terhadap Konsentrasi Spermatozoa Pria Hipogonad

2.4

6.8 6.8

2.7 2.5

5.0

0.01.02.03.04.05.06.07.08.09.0

Hari ke-0 Hari ke-30 Hari ke 60

Hari Perlakuan

juta

/mL

Perlakuan

Kontrol(Plasebo)

Page 12: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Pengaruh Ekstrak Cabe Jawa dan Plasebo Terhadap Frekuensi Koitus Pria Hipogonad

4.24.8

2.42.0

2.5 2.5

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

Hari ke-0 Hari ke-30 Hari ke 60

Hari Perlakuan

Kal

i/min

ggu

Perlakuan

Kontrol(Plasebo)

Gambar 7 : Rerata konsentrasi spermatozoa pria hipogonad sebelum, selama, dan

sesudah mendapat ekstrak dan plasebo cabe jawa. Keterangan : Perlakuan; Hari ke-0.

Rerata=2,43, SE=1,22; Hari ke-30. Rerata=6,79, SE=4,24; Hari ke-60. Rerata=6,81,

SE=2,64. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=2,74, SE=0,79; Hari ke-30. Rerata=2,54,

SE=1,13; Hari ke-60. Rerata=5,00, SE=0,43.

Frekuensi koitus sebelum, selama, dan sesudah terapi

Hasil analisis statistik dari data frekuensi koitus memperlihatkan terdapat

perbedaan yang signifikan pemberian ekstrak cabe jawa (p<0,05) terhadap coitus para

relawan (Gambar 8).

Gambar 8 : Rerata frekuensi koitus pria hipogonad sebelum, selama, dan sesudah

mendapat ekstrak dan plasebo cabe jawa. Keterangan : Perlakuan; Hari ke-0.

Rerata=4,22, SE=1,22; Hari ke-30. Rerata=4,78, SE=1,13; Hari ke-60. Rerata=2,38,

SE=0,41. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=2,00, SE=0,26; Hari ke-30. Rerata=2,50,

SE=0,18; Hari ke-60. Rerata=2,50, SE=0,32.

Berat badan sebelum, selama, dan sesudah terapi

Dari data berat badan relawan menunjukkan bahwa hasil analisis statistik tidak

terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05)

terhadap berat badan (Gambar 9) relawan

12

Page 13: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Pengaruh Ekstrak Cabe Jawa dan Plasebo Terhadap Berat Badan Pria Hipogonad

71.4 72.0 69.573.0 69.864.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

Hari ke-0 Hari ke-30 Hari ke 60

Hari Perlakuan

Kilo

gram

Perlakuan

Kontrol(Plasebo)

Gambar 9 : Rerata berat badan pria hipogonad sebelum, selama, dan sesudah

mendapat ekstrak dan plasebo cabe jawa. Keterangan : Perlakuan; Hari ke-0.

Rerata=71,44, SE=4,66; Hari ke-30. Rerata=72,00, SE=4,56; Hari ke-60.

Rerata=69,50, SE=4,64. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=73,00, SE=2,54; Hari ke-30.

Rerata=69,75, SE=3,77; Hari ke-60. Rerata=64,00, SE=2,76.

Diskusi

Pada Gambar 3, 4, 5, dan 6 menunjukkan bahwa dari hasil analisis statistik

tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian cabe jawa (p>0,05)

terhadap kadar hormon testosteron darah, FSH, LH, dan PSA pria relawan. Namun

jika diperhatikan secara proporsional pada hari ke-1 dan 7 pemberian ekstrak cabe

jawa dapat meningkatkan kadar testosteron darah pada 7 dari 9 pria relawan (78%),

dari rerata 1,19 ng/mL pada hari ke-0 menjadi 2,56 ng/mL pada hari ke-1. Pada

kelompok kontrol hanya 2 dari 6 (33%) kadar testosteron darahnya meningkat pada

hari ke-1 yang mendapat Plasebo.

Selanjutnya setelah pemberian cabe jawa pada hari ke 30 serta setelah

penghentian pemberiannya (fase pemulihan) pada hari ke 60, rata-rata kandungan

testosteron menurun kembali ke nilai awal (base line). Hal ini menunjukkan bahwa

ekstrak cabe jawa berpengaruh secara spontan dan tidak dapat bertahan lama di dalam

tubuh relawan atau mempunyai daya tinggal dalam darah (duration of action) yang

tidak lama. Kemungkinan lain adalah dosis cabe jawa yang diberikan masih belum

optimal untuk dapat mempertahankan peningkatan kandungan testosteron lebih lama

13

Page 14: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

pada relawan. Hal ini terlihat karena belum adanya penekanan jumlah FSH dan LH

pada relawan yang diberi cabe jawa. Menurut Rochira et al.,27 peningkatan testosteron

dapat menurunkan kadar FSH dan LH karena terjadinya umpan balik negatif (negative

feed back) testosteron terhadap poros hipotalamus-hipofisis-testis.

Dengan diketahuinya ekstrak cabe jawa tidak menurunkan kadar FSH dan LH,

dapat disimpulkan bahwa ekstrak cabe jawa mempunyai daya androgenik lemah. Hal

ini mungkin disebabkan oleh rendahnya kadar testosteron dalam ekstrak cabe jawa

(androgen lemah) atau karena dosis yang diberikan pada penelitian ini terlalu kecil

akibat faktor kehati-hatian. Di dalam ekstrak cabe jawa terdapat kandungan minyak

atsiri, piperin, piperidin, dan turunannya yang merupakan sumber bahan baku obat

aprodisiak potensial 28 dan zat-zat tersebut di atas diduga mengandung testosteron

alami.

Berdasarkan Gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan jumlah konsentrasi spermatozoa dan frekuensi koitus relawan setelah

pemberian cabe jawa. Jumlah sperma meningkat setelah 30 hari pemberian cabe jawa

(6.79 ± 4.243 juta/mL) dan tetap tinggi setelah pemberiannya dihentikan (hari ke 60)

(6.81 ± 2.635 juta/mL). Namun, peningkatan jumlah sperma tersebut belum mencapai

batas normal sperma manusia yakni ≥20 juta/mL. Peningkatan sperma pada penelitian

ini terjadi karena kandungan testosteron meningkat jumlahnya, sedangkan FSH dan

LH masih tetap seperti semula (tidak berbeda secara bermakna). Kondisi ini

menstimulasi spermatogenesis (proses pembentukan sperma) berjalan secara baik

sehingga meningkatkan produksi sperma para relawan. Menurut Reddy 29 bahwa

spermatogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa yang dimulai dari

spermatogonia, spermatosit, spermatid dan spermatozoa. Pada perkembangan sel

germinal ini dibutuhkan beberapa hormon penunjang di antaranya hormon testosteron

dan hormon gonadotropin seperti FSH dan LH 29. 

Selanjutnya pada frekuensi koitus, dalam hal ini memperlihatkan perbedaan

yang bermakna pemberian ekstrak cabe jawa (p<0,05) terhadap coitus para relawan.

Namun, kondisi ini mulai menjadi normal atau turun kembali setelah penghentian

pemberian ekstrak cabe jawa. Hal menunjukkan bahwa cabe jawa dapat meningkatkan

libido atau sexual intercourse para relawan. Peningkatan tersebut merupakan nilai

tambah dari cabe jawa jika diberikan pada pria yang mempunyai keluhan tentang

coitus.    

14

Page 15: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Dari Gambar 9 dapat dilihat dan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan berat badan para relawan setelah pemberian cabe jawa. Hal ini

mungkin disebabkan oleh kandungan ekstrak cabe jawa tidak dapat memicu

terjadinya sintesis protein dalam tubuh yang akan berpengaruh terhadap berat badan

para relawan.

Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan tentang Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper

Retrofractum Vahl) Sebagai Fitofarmaka Androgenik Pada Pria Hipogonad dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Salah satu sumber androgen di alam adalah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl).

2. Uji klinik ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) pada dosis oral 100

mg/hari sebagai fitofarmaka androgenik pada 9 pria hipogonad dengan hasil 7 dari

9 pria tersebut mengalami peningkatan kadar testosteron darahnya.

3. Pada dosis 100 mg/hari, ekstrak Cabe Jawa bersifat androgenik lemah dan dapat

meningkatkan frekwensi koitus pria hipogonad dan bersifat aman.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada dosis yang lebih besar dengan jumlah

pria hipogonad yang lebih banyak.

Ucapan Terimakasih

Pada kesempatan ini para peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada Pusat Riset Obat dan Makanan (PROM) Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) Republik Indonesia sebagai penyandang dana penelitian yang bekerjasama

dengan Task Force Andrology Departemen Biologi Kedokteran FKUI sehingga

penelitian ini dapat berjalan dan berlangsung dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Huynh T, Mollard R, Trounson A. 2002. Selected Genetic Factors Associated

With Male Infertility. Hum Reprod Update (8) : 183-198.

2. World Health Organization. 1987. Towards More Objectivity In Diagnosis And

Management Of Male Infertility. Int J Androl (7) : 1-53.

3. Moeloek N. 1990. Beberapa Perkembangan Mutakhir Di Bidang Andrologi. Maj

Kedok Indon Jakarta. 445-453.

15

Page 16: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

4. Brinkworth MH & Handelsman DJ. 2000. Environment Influences on Male

Reproduvctive Health Dalam : Nieschlag E & Behre HM. Andrology. Second

Edition. Springer-Verlag Berlin Heidelberg New York.. 255-257.

5. Katchadourian HA & Lunde DT. 1976. Fundamental Of Human Sexuality (2nd

Edition) Holt Rinehart and Winston. New York.

6. Depkes RI, Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1, Jakarta 1985.

7. Mardisiswojo, RH. Cabe Puyang warisan nenek moyang. PT Karya Wreda,

Jakarta, 1975.

8. Wahjoedi B, Pudjiastuti, Adjirni, Nuratmi B, Astuti Y. Efek androgenik ekstrak

etanol cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) pada anak ayam. Jurnal Bahan Alam

Indonesia 2004; 3(2):201-204.

9. Hanley, DF. Drugs use and abuse. Strauss RH ed. Sports medicine and

Physiology. Philadelphia, WB Saunders, 1979 : 396-404

10. Isnawati A, Endreswari S, Pudjiastuti, Murhandini. Efek mutagen ekstrak etanol

buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.). Jurnal Bahan Alam Indonesia

2002;1(2):63-67.

11. Sa’roni, Pudjiastuti, Adjirni. Penelitian efek androgenik dan anabolik buah cabe

jawa. Cermin Dunia Kedokteran 1989;59:22-24.

12. Wahjoedi B. Pengaruh Piper retrofractum Vahl. (cabe jawa) terhadap

perkembangan janin mencit putih. Cermin Dunia Farmasi. 1992; 13:21-23.

13. Taryono RA. Cabe jawa. Penebar Swadaya. 2004:1-63.

14. Kintoko. Prospek pengembangan tanaman obat. Prosiding Persidangan Antara

Bangsa Pembangunan Aceh, Universitas Kebangsaan Malaysia, Bangi 2006:178-

188.

15. Katno PS. Tingkat manfaat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional.

Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu, Fakultas Farmasi Universitas

Gajah Mada. Edisi 1999. Diunduh dari

http://www.blogger.com/profile/01538773864747564721, 30 Mei 2008.

16. Emmyzar. Pemanfaatan komoditas cabe jawa dalam usaha meningkatkan

pendayagunaan toga. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Volume 1, Nomor 3 Juli

1992.

17. Nuraini A. Mengenal etnobotani beberapa tanaman yang berkhasiat sebagai

aprodisiaka. InfoPOM, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

2003;IV(10):1-4.

16

Page 17: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

18. Hutapea JR, Widyastuti Y, Sugiarso S. Usaha Pengadaan Tanaman Piper

retrofractum Vahl di lahan BPTO pada ketinggian 1200 M DPL

19. Bisby FA, Roskov YR, Ruggiero MA, Orrell TM, Paglinawan LE, et al. Editors.

species 2000 & ITIS catalogue of life: 2007 annual checklist. Species 2000:

Reading, United Kingdom; 2007.

20. Tanaman Obat Indonesia. www. IPTEKnet.com .

21. Ogle TF, Costoff A. Endocrinology Male Reproductive Physiology. Testosterone

synthesis. Diunduh dari

www.lib.mcg.edu/edu/eshuphysiol/program/section5/5ch8/s5ch8_8.htm, 4 Juni

2008.

22. Winarni D. Efek ekstrak akar ginseng jawa dan korea terhadap libido mencit

jantan pada prakondisi testosteron rendah. Berkala Penelitian Hayati

2007;12:153-159.

23. Fernández C, Suárez Y, Ferruelo AJ, Gómez-Coronado D, Lasunción MA.

Inhibition of cholesterol biosynthesis by b22− unsaturated phytosterol via

competitive inhibition of sterol ∆24−reductase in mammalia cells. Biochemistri

Journal 2002;366:1009–119.

24. Simmons PRN. Clinical Trials. Research Initiative Treatment Action. Vol 8. No.

1. Summer. 2002 (www.Centerforaids.Org/rita/;Accessed 3 May 2005)

25. Meddish R. 1975. Statistic Handbook For Non-Statistician. Mc Graw-Hill Book

Company (UK) Limited, London.

26. Stell RGD & Torrie JH. 1993. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Edisi 3. PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

27. Rochira V, Matteo F, Elena V and Carani C. 2003. Estrogens and Male

Reproduction Chapter 17. Endotext.com (Your Endocrine Source)

28. Cabe jawa. www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=108,Akses 3 Maret

2006,13:45.

29. Reddy PRK, 2000. Hormonal contraception for human males: prospects. Asian J

Androl 2000 Mar;2: 46-50.

17

Page 18: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Artikel Penelitian

Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) Sebagai Fitofarmaka Androgenik Pada Pria Hipogonad

Prof. Dr. dr. Nukman Moeloek, SpAnd. dr. Silvia W. LestariDrs. Yurnadi M.Kes

Drs. Bambang Wahjoedi VM, APU

Departemen Biologi Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Jakarta

2009

18

Page 19: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) Sebagai Fitofarmaka Androgenik Pada Pria Hipogonad

* Nukman Moeloek, *Silvia W. Lestari, *Yurnadi,. **Bambang Wahjoedi*Departemen Biologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,

**BPOM Depkes-RI, Jakarta..

ABSTRAK : Telah diketahui bahwa androgen eksogen dapat meningkatkan kadar testosteron darah dan menekan produksi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) pada pria hipogonad. Salah satu androgen alami yang telah banyak digunakan adalah cabe jawa. Namun, belum diketahui apakah ekstrak cabe jawa dapat meningkatkan fertilitas pada pria hipogonad. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menilai pengaruh androgen (testosteron) ekstrak cabe jawa terhadap pria hipogonad. Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak cabe jawa dapat meningkatkan kadar testosteron darah dan menekan produksi FSH dan LH pada pria hipogonad. Penelitian ini menggunakan desain single blind study, subjek pria hipogonad. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa cabe jawa dapat meningkatkan kadar testosteron darah pada 7 dari 9 pria hipogonad (78%), ekstrak cabe jawa dosis 100 mg/hari tidak dapat menurunkan kadar FSH dan LH pada pria hipogonad, pemakaian ekstrak cabe jawa tidak berpengaruh terhadap PSA dan berat badan pria hipogonad, ekstrak cabe jawa dosis 100 mg/hari bersifat androgenik lemah dan dapat meningkatkan frekwensi koitus pria hipogonad. Dari penelitian ini dapat disimpulkan: cabe jawa adalah salah satu sumber androgen di alam, ekstrak cabe jawa pada dosis 100 mg/hari sebagai fitofarmaka androgenik dapat meningkatkan kadar testosteron darah pada pria hipogonad, ekstrak cabe jawa dosis 100 mg/hari bersifat androgenik lemah dan dapat meningkatkan frekwensi koitus pria hipogonad dan bersifat aman.

Kata kunci : cabe jawa, androgen, hipogonad, FSH dan LH, PSA.

19

Page 20: UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagaiFitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad

Clinical Study Of Piper Retrofractum Vahl. (Javanese Long Pepper) Extracts As An Androgenic Phytopharmaca in Male Hypogonadism

*Nukman Moeloek, *Silvia W Lestari, *Yurnadi, **Bambang Wahjoedi*Department of Medical Biology of Faculty of Medicine University of Indonesia

** NIHRD Depkes-RI, Jakarta.

ABSTRACT : It has been known already that exogenous androgen could increase

blood testosterone level and decrease FSH and LH production in hypogonadism. One

of natural androgen is Piper Retrofractum Vahl (javanese long pepper). However, it

has not been known yet that its extract could increase fertility in hypogonadism. It

needs a further study to know androgen (testosterone) effect of javanese long pepper

extract in hypogonadism. The hypothesis of this study is javanese long pepper. extract

could increase blood testosterone level and decrease FSH and LH production in

hypogonadism. This study is using single blind design and male hypogondism as

subject. The results are javanese long pepper extract could increase blood

testosterone level in 7 from 9 male hypogonadism; in 100 mg/day dosage could not

decrease FSH and LH level; did not effect to PSA and body weight; in 100 mg/day

dosage could effect as weak androgenic and increase the frequency of coitus in male

hypogonadism. The conclusions of this study are javanese long pepper is one source

of natural androgen; in 100 mg/day dosage as androgenic phytopharmaca could

increase testosterone blood level; effect as weak androgenic and increase the

frequency of coitus savely.

Key words : javanese long pepper, androgen, hypogonadism, FSH and LH, PSA

20