tumor kelenjar liur
-
Upload
edward-suryadi -
Category
Documents
-
view
258 -
download
5
description
Transcript of tumor kelenjar liur
Daftar Isi
Daftar Isi 1
Pendahuluan 2
Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Liur 2
Epidemiologi dan Faktor Risiko 7
Tumor Jinak 7
Tumor Ganas 10
Lesi Non-neoplastik 13
Diagnosis 14
Gambaran Klinis 17
Pemeriksaan Penunjang 19
Stadium 20
Penatalaksanaan 20
Komplikasi 24
Prognosis 26
Daftar Pustaka 26
1
Pendahuluan
Neoplasia atau tumor adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat
terkontrol oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign) dan neoplasia ganas
(malignant). Banyak faktor penyebab yang dapat merangsang terjadinya tumor. Faktor ini
digolongkan kedalam dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Tumor bisa
mengenai seluruh organ tubuh termasuk pada tumor kelenjar saliva. Pada tumor kelenjar saliva
bisa bersifat tumor jinak dan tumor ganas. Sebagian besar tumor kelenjar saliva adalah jinak
Kira-kira 80% dari tumor kelenjar liur terjadi di kelenjar parotid. Di antara tumor-tumor ini, kira-
kira 75-80% adalah jinak. Tidak terdapat korelasi yang konsisten diantara kadar pertumbuhan
tumor dan tumor itu jinak ataupun ganas. Secara umum, hanya 15% dari penyakit kelenjar
submandibular adalah neoplastik. Dibandingkan dengan tumor parotid, kira-kira 50-60% tumor
submandibular adalah jinak.Tumor kelenjar liur minor adalah kira-kira 15% dari kesemua tumor
kelenjar liur. Telah diperkirakan hanya kira-kira 35% tumor kelenjar liur minor adalah jinak
dengan adenoma pleomorfik sebagai neoplasma yang paling sering diikuti dengan adenoma sel
basal.1
Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Liur
Kelenjar saliva merupakan suatu kelenjar eksokrin yang berperan penting dalam
mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga
mulut. Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang
mengandung mukus. Menurut struktur anatomis dan letaknya, kelenjar saliva dapat dibagi dalam
dua kelompok besar yairu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor
dan minor menghasilkan saliva yang berbeda-beda menurut rangsangan yang diterimanya.
Rangsangan ini dapat berupa rangsangan mekanis (mastikasi), kimiawi (manis, asam, asin dan
pahit), neural, psikis (emosi dan stress), dan rangsangan sakit. Besarnya sekresi saliva normal
yang dihasilkan oleh semua kelenjar ini kira-kira 1-1,5 liter per hari. 2,3
KELENJAR SALIVA MAYOR
Kelenjar saliva ini merupakan kelenjar saliva terbanyak dan ditemui berpasang–pasangan
yang terletak di ekstraoral dan memiliki duktus yang sangat panjang. Kelenjar-kelenjar saliva
2
mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam
rongga mulut. Menurut struktur anatomi dan letaknya, kelenjar saliva mayor dapat dibagi atas
tiga tipe yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis. Masing–masing kelenjar mayor ini
menghasilkan sekret yang berbeda–beda sesuai rangsangan yang diterimanya. Saliva pada
manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%), submandibularis (70%), dan sublingualis
(5%).2,3
Kelenjar Parotis
Anatomi:
- Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar saliva lainnya.
- Letak kelenjar berpasangan ini tepat di bagian bawah telinga terletak antara
prosessus mastoideus dan ramus mandibula. Kelenjar ini meluas ke lengkung
zygomatikum di depan telinga dan mencapai dasar dari muskulus masseter.
- Kelenjar parotis memiliki suatu duktus utama yang dikenal dengan duktus
Stensen. Duktus ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada vestibulus oris
pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapkan molar dua atas.
- Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul yang sangat fibrous dan memiliki
beberapa bagian seperti arteri temporal superfisialis, vena retromandibular dan
nervus fasialis yang menembus dan melalui kelenjar ini.
Histologi:
- Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah besar
enzim antara lain amylase, lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase.
- Kelenjar parotis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada manusia
adalah serosa murni. Kelenjar ini dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat yang
tebal, dari sini ada septa jaringan ikat termasuk kelenjar dan membagi kelenjar
menjadi lobulus yang kecil. Kelenjar parotis mempunyai sistem saluran keluar
yang rumit sekali dan hampir semua duktus ontralobularis adalah duktus striata.
- Saluran keluar yang utama yaitu duktus parotidikius steensen terdiri dari epitel
berlapis semu, bermuara kedalam vestibulum rongga mulut berhadapan dengan
gigi molar kedua atas. Kelenjar parotis secara khas dipengaruhi oleh mumps yaitu
parotitis epidemika.
3
Fisiologi:
- Kelenjar parotis menghasilkan suatu sekret yang kaya akan air yaitu serous.
- Saliva pada manusia terdiri atas 25% sekresi kelenjar parotis.
Kelenjar Submandibularis
Anatomi:
- Kelenjar ini merupakan kelenjar yang berbentuk seperti kacang dan memiliki
kapsul dengan batas yang jelas.
- Di dalam kelenjar ini terdapat arteri fasialis yang melekat erat dengan kelenjar ini.
- Kelenjar ini teletak di dasar mulut di bawah ramus mandibula dan meluas ke sisi
leher melalui bagian tepi bawah mandibula dan terletak di permukaan muskulus
mylohyoid.
- Pada proses sekresi kelenjar ini memiliki duktus Wharton yang bermuara di
ujung lidah.
Histologi:
- Kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat.
- Kelenjar submandibularis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada
manusia terutama pada kelenjar campur dengan sel-sel serosa yang dominan,
karena itu disebut mukoserosa. Terdapat duktus interkalaris, tetapi saluran ini
pendek karena itu tidak banyak dalam sajian, sebaliknya duktus striata
berkembang baik dan panjang.
- Saluran keluar utama yaitu duktus submandibularis wharton bermuara pada
ujung papila sublingualis pada dasar rongga mulut dekat sekali dengan frenulum
lidah, dibelakang gigi seri bawah. Baik kapsula maupun jaringan ikat stroma
berkembang baik pada kelenjar submandibularis.
4
Fisiologi:
- Kelenjar submandibularis menghasilkan 80% serous (cairan ludah yang encer)
dan 20% mukous (cairan ludah yang padat).
- Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur
terbanyak.
- Saliva pada manusia terdiri atas 70% sekresi kelenjar submandibularis.
Kelenjar Sublingual
Anatomi:
- Kelenjar ini terletak antara dasar mulut dan muskulus mylohyoid merupakan
suatu kelenjar kecil diantara kelenjar–kelenjar mayor lainnya.
- Duktus utama yang membantu sekresi disebut duktus Bhartolin yang terletak
berdekatan dengan duktus mandibular dan duktus Rivinus yang berjumlah 8-20
buah.
- Kelenjar ini tidak memiliki kapsul yang dapat melindunginya.
Histologi:
- Kelenjar sublingualis adalah kelenjar tubuloasinosa dan kelenjar tubulosa
kompleks. Pada manusia kelenjar ini adalah kelenjar campur meskipun terutama
kelenjar mukosa karena itu disebut seromukosa. Sel-sel serosa yang sedikit
hampir seluruhnya ikut membentuk demilune. Duktus interkalaris dan duktus
striata jaringan terlihat.
- Kapsula jaringan ikat tidak berkembang baik, tetapi kelenjar ini lobular halus
biasanya terdapat 10-12 saluran luar yaitu duktus sublingualis, yang bermuara
kesepanjang lipatan mukosa yaitu plika sublingualis, masing-masing mempunyai
muara sendiri. Saluran keluar yang lebih besar yaitu duktus sublingualis mayor
bartholin bermuara pada karunkula sublingualis bersama-sama dengan duktus
wharton, kadang-kadang keduanya menjadi satu.
5
Fisiologi:
- Kelenjar sublingualis menghasilkan sekret yang mukous dan konsistensinya
kental.
- Saliva pada manusia terdiri atas 5% sekresi kelenjar sublingualis
KELENJAR SALIVA MINOR
Palatum durum dan palatum mole mengandung konsentrasi kelenjar liur minor yang
terbanyak. Bagaimanapun kelenjar ini juga terletak di kavum oral, bibir, lidah dan orofaring.
Kelenjar liur minor bisa diidentifikasi dalam berkelompok seperti kelenjar lingual anterior
Blandin-Nuhn.
Kelenjar liur mengandung beberapa unit sekretori yang meliputi asinus di ujung
proksimal dan unit duktus distal. Unit duktus ini menggabungkan beberapa elemen duktus yang
mencapai hingga asinus : suktus striata dan duktus ekskretori. Sel-sel mioepitel mengelilingi
asinus dan mencapai hingga duktus intercalata. Sel-sel mioepitel ini berkontraksi sehingga
membolehkan sel glandular mengeluarkan sekresinya. Kelainan benigna dari kelenjar liur
mencakup kelainan produksi dan sekresi saliva. Saliva diproduksi oleh sel-sel asinar yang
berkelompok dan mengandung elektrolit, enzim-enzim( ptyalin dan maltase), karbohidrat,
protein, garam inorganik dan beberapa faktor antimikroba. Kira-kira 500 - 1500mL saliva
diproduksi oleh sel acinar setiap hari dan ditransportasi lewat elemen duktus dengan kadar rata-
rata 1 mL per menit. Saliva manusia secara umum adalah bersifat alkali. 2,3
Gambar 1. Anatomi Kelenjar Saliva
6
Epidemiologi dan Faktor Risiko
Tumor pada kelenjar saliva relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh
keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenjar saliva berkaitan dengan paparan radiasi,
faktor genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor pada kelenjar saliva terjadi pada kelenjar
parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah
adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic adenomas)
Paparan radiasi merupakan factor risiko untuk terjadinya tumor kelenjar liur khususnya
karsinoma mukoepidermoid. Tumor warthin memiliki hubugan yang kuat dengan merokok, walaupun
tumor jinak ini lebih sering ditemukan pada pria, ternyata insidennya meningkat pada wanita yang
merokok, factor lain yang mempengaruhi adalah infeksi HPV dan EBV, pekerjaan terutama penata
rambut, nutrisi, genetic, dan factor lingkungan seperti paparan serbuk gergaji, pestisida, dan bahan kimia
untuk industry kulit. 1
Tumor Jinak
Adenoma Pleomorfik
Adenoma Pleomorfik adalah tumor kelenjar saliva dan paling umum di jumpai pada
kelenjar parotid. Tumor ini merupakan tumor campuran (benign mixed tumor), yang terdiri dari
komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan tersusun dalam beberapa variasi komponennya.
Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran klinis: massa tumor tunggal, keras, bulat,
bergerak (mobile), pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal. Suatu nodul yang
terisolasi umumnya tumbuh di luar dari pada normal, dari suatu nodul utama dibandingkan
dengan suatu multinodular. Adenoma Pleomorfik biasanya mobile, kecuali di palatum dapat
menyebabkan atropy ramus mandibula jika lokasinya pada kelenjar parotid. Ketika ditemukan di
ekor kelenjar parotid, tumor ini akan menunjukkan satu bentuk cuping telinga. Meskipun
Adenoma Pleomorfik digolongkan sebagai tumor jinak’ tetapi mempunyai kapasitas tumbuh
membesar dan berubah menjadi malignant membentuk carsinoma.
Gejala dan tanda tumor ini tergantung pada lokasinya. Ketika di jumpai pada kelenjar
parotid kelumpuhan nervus fasialis jarang di jumpai, tetapi apabila tumor ini bertambah besar
7
mungkin kelumpuhan nervus fasialis bisa di jumpai. Seperti ketika tumor ini menjadi malignant.
Apabila tumor ini di jumpai pada kelenjar saliva minor, gejala yang timbul bermacam-macam
tergantung pada lokasi tumor. Gejala yang timbul seperti : dysphagia, dyspnea, serak ,susah
mengunyah, dan epistaxsis.4,5
Tumor Warthin
Tumor Warthin juga dikenal sebagai limfomatosum kistadenoma papilar dan sering
ditemukan di kelenjar parotid. Secara histologis ia tampak sebagai struktur papilar yang
mengandung dua lapisan sel-sel eosinofilik granular atau onkosit, perubahan kistik dan inflitrasi
lomfositik matur. Ia muncul dari epitelium duktus ektopik. Tumor Warthin merupakan kira-kira
5% dari semua tumor kelenjar liur dan kira-kira 12% dari tumor benigna kelenjar parotid. Tumor
ini lebih sering ditemukan pada laki-laki sekitar usia dekade kelima dan resikonya berhubungan
dengan perokok. Tumor ini tumbuh lambat berupa massa tanpa rasa nyeri. Konsistensinya
cenderung padat dan kenyal dan terkadang noduler. Pada makroskopis, tumor warthin memiliki
permukaan yang halus dan lobulated kapsul yang tipis tapi kasar. 1
Adenoma monomorphic
Tumor yang pertumbuhannya lambat seperti ini adalah kurang dari 5% dari semua tumor kelenjar
liur. Adenoma monomorfik berbeda dari adenoma pleomorfik yaitu ia hanya mengandung satu jenis
morfologis sel. Adenoma monomorfik telah di subklasifikasikan kepada kelompok neoplasma epitelial
dan mioepitelial yang mencakup adenoma sel basal, adenoma kanalikular, onkositoma atau adenoma
oksifilik dan mioepitelioma.
1. Adenoma Sel Basal
Adenoma sel basal merupakan 2% dari semua neoplasma kelenjar liur epitelial.
Tipe histologis termasuk tubular, trabekular, silindroma dan solid. Tipe solid adalah yang
paling sering. Adenoma sel basal terjadi sama diantara laki-laki dan wanita dan biasanya
sekitar usia dekade keempat dan kesembilan. Kelenjar parotid adalah kelenjar yang sering
terkena.
Adenoma sel basal harus dapat dibedakan dengan karsinoma kistik adenoid,
adenokarsinoma sel basal dan ameloblastoma.
8
2. Adenoma Kanalikuler
Adenoma kanalikuler adalah neoplasma benigna yang mengenai kelenjar liur
minor. Tumor ini pernah menjadi subtipe dari adenoma sel basal. Bagaimanapun
sekarang ia dikenali sebagai entiti yang berbeda berdasarkan gambaran histologis. Ia juga
harus dibedakan dari adenokarsinoma. Adenoma kanalikuler mudah menjadi multifokal
dan sering terdapat pada mukosa bibir atas terutama pada lanjut usia. Eksisi total intraoral
adalah bersifat kuratif walaupun multifokal pada penyakit ini dapat mempredisposisi
rekurensi jika semua fokal tidak dibuang.
3. Onkositoma
Tumor jinak ini mengandung sel-sel epitelial berbentuk polihedron yang besar
yang dikenali sebagai onkosit, yang penuh dengan sitoplasma eosinofilik bergranular dan
mitokondria. Sitoarsitektur pada tumor ini lebih jelas dilihat dengan mikroskopis
elektron. Onkositoma merupakan kurang dari 1% dari semua neoplasma kelenjar liur.
Tidak ada predileksi jenis kelamin dan terjadi pada dekade keenam hingga kelapan.
Patogenesisnya masih dalam perdebatan dan adakah tumor ini adalah neoplasma sejati.
Onkositoma dapat terjadi akibat proses hiperplasia, proses metaplasia atau kedua-duanya.
Kelenjar parotid adalah tempat yang paling sering terjadinya onkositoma diikuti dengan
kelenjar submandibular. Di tempat-tempat ini, tumornya muncul sebagai massa yang
tumbuh lambat dan tidak nyeri yang sering keras dan kadang-kadang kistik.
Pembengkakan kelenjar parotid dapat difus dengan kira-kira 7% terjadi bilateral. Tumor
multipel juga pernah dilaporkan. Dengan adanya kadar mitokondria yang tinggi di dalam
sel, radiosialografi dapat mendemonstrasikan pengambilan teknetium-99m yang tinggi.
Onkositoma mudah dibedakan dari tumor Warthin dan adenoma pleomorfik.
Bagaimanapun, ia juga harus dibedakan dengan karsinoma mukoepidermoid,
adenokarsinoma sel asinik, karsinoma kistik adenoid, karsinoma sel ‘clear’ dan sel renal
metastase atau karsinoma tiroid. Operasi eksisi tanpa melibatkan margins adalah terapi
yang dianjurkan dan onkositoma adalah bersifat radioresisten.
4. Mioepitelioma
Mioepitelioma adalah subtipe dari adenoma monomorfik yang merupakan kurang
dari 1% dari neoplasma kelenjar liur. Ia mengandung hampir semuanya sel-sel
mioepitelial. Tidak ada predileksi jenis kelamin dan mioepitelioma sering terjadi pada
dekade ketiga hingga keenam. Tumor ini terjadi di kelenjar parotid sebanyak 40%.
Secara histologis, mioepitelioma adalah terkapsulasi. Terdapat tipe sel spindel dan sel
9
plasmasitoid. Diagnosis bandingnya termasuk tumor campuran, schwannoma, leiomioma,
plasmasitoma, karsinoma sel spindel dan histiositoma fibrosa.1
Tumor Ganas
Karsinoma Mukepidermoid
Tumor ini merupakan tipe tersering pada anak dan dewasa. Sekitar 50% berlokasi di
parotis dan pada kelenjar minor mendekati 45% terutama di palatum dan mukosa bukal. Terdapat
distribusi usia yang uniform antara usia 20-70 tahun dengan puncak insiden pada dekade 5
kehidupan.
Tampilan klinis dapat serupa dengan lesi jinak. Keluhan yang sering adalah adanya masa
asimptomatis. Gejala nyeri, fiksasi jaringan sekitar dan paralisis wajah adalah tidak sering dan
adanya gejala ini rneningkatkan kecurigaan tumor grading tinggi. Mucoepidermoid yangtimbul
di kelenjar liur minor pada mukosa rongga mulut sering disalah artikan sebagaj lesi jinak atau
proses inflamasi, jarang terlihat gambaran kebiruan atau merah keunguan bisanya tumbuh
berlahan dengan permukaan smooth Terkadang papillomatous atau masa keras sub mukosa.
Makroskopis karsinoma mukoepidermoid terlihat batas tegas dan mungkin parsial encapsulated.
Terkadang infiltratif dan differensiasi buruk. Pada cut surface mungkin mengandung area solid,
kistik, atau keduanya .
Mikroskopis ditandai oleh adanya 2 populasi sel, yakni sel mucous dan sel epidermoid.
Proporsi sel mucous dan epidermoid ini menentukan grading tumor. Low grade mucoepdermoid
ditandai oleh adanya struktur kistik yang menonjol dan sel-sel matur (komponen kistik lebih
dominan dari pada epidermoid). Low grade mucoepdermoid tidak pernah metastasis dan relatif
mirip dengan neoplasma jinak. Intermediate-grade tumor mengandung komponen kistik yang
lebih sedikit, terdapat peningkatan sel epidermoid dan terkadang ada formasi keratin. High grade
carcinoma adalah hiperseluler, solid tumor dengan sel atipik yang menonjol dan sering terdapat
gambaran mitosis. High grade ini sering di salah artikan sebagai karsinoma sel skuamous dan
sulit untuk membedakan keduanya. Karsinoma mukoepideroid ini, metastasis utamanya ke
kelenjar getah bening, tulang dan paru-paru.1
Adenoid Cystic Carcinoma
10
Adenoid cystic carcinoma (ACC) mencakup 4%-15% (terbanyak no. 2) dari
seluruh keganasan kelenjar liur dan merupakan kanker terbanyak dari keganasan kelenjar liur
minor. Tumor ini umumnya berlokasi di parotis, submandibula dan palatum. Tampilan klinis,
sering berupa masa asimptomatis tapi dibanding tipe lain, ACC paling sering muncul dengan
nyeri atau parastesia. Paralisis wajah juga jarang tapi juga lebih sering dibanding jenis lain
memiliki karakter yang agresif tapi indolent dengan potensi kuat untuk rekurensi local,
metastasis jauh dengan insiden yang signifikan. dan jarang metastasis ke kelenjar getah
bening. Tumor ini cenderung curnbuh disekitar saraf dan menyebar melaiui perineural sheath
nervus auriculotemporalis ke basis kranii atau intra kranial. Mikroskopis terdiri dari sel kecil
geiap dengan sitoplasma sedikit tersusun seperti rantai Swiss cheese. Tubular, cribiform, dan
solid merupakan pola tumor yang terjadi jjalam berbagai proporsi. Tumor grading tinggi yang
memiiiki komponen solid lebih dan 30% teriihat lebih agresif tapi perbedaan survival yang
signifikan cenderung tidak teriihat bila diamati sampai lebih 10 tahun pada grading lainnya.1
Malignant Mixed Tumor
Malignant mixed tumor (Carcinoma ex-pleomorphic adenoma), ini terjadi bila karsinoma
berasal dari komponen epitei fan pleomorphic adenoma. Tumor lain dalam kategori ini adalah
carcinosarcoma dan metastasizing mixed tumor Iceduanya sangat jarang. Carcinoma ex-
pleomorphic adenoma mencakup 3%-6% dari semua neoplasma kelenjar liur. Muncul pada
dekade 6-8 kehidupan rata-rata 10 tahun lebih tua dari penderita pleomorphic adenoma. Lebih
sering & parotis diikuti kelenjar submandibula dan palatum. Tampilan klinis umumnya berupa
masa yang tidak nyeri tapi terkadang pertumbuhan cepat. Nyeri, fiksasi ke kulit dan parese wajah
mungkin terjadi dengan berbagai variasi. Makroskopis teriihat poorly circumscribed, infiltrative,
dan masa keras. Umumnya tumor ini berkembang menjadi undifferentiated carcinoma (30%) dan
adenocarcinoma (25%). Tumor ire cenderung lebih agresif dan sefcrtar 25% akan metastasis ke
kelenjar getah bening saat didiagnosis.1
Adenocarcinoma
Adenocarcinoma, insidennya jarang tapi merupakan tumor yang agresif, cenderung
terdapat pada usia 40 tahun, frekuensi serupa antara pria dan wanita. Sekitar 50% muncul di
11
parotis selebihnya adalah di kelenjar liur minor palatum, bibir dan lidah. Tampilan klinis sering
berupa masa yang umumnya sangat nyeri dan tumbuh cepat namun terkadang tidak nyeri dan
tumbuh lambat. Adenocarcinoma dapat diklasifikasikan menurut gambaran histologi berdasarkan
derajat differensiasi selluler grade 1 tumor circumscribed dan invasi minimal, grade 3 tumor
lebih solid dengan rata-rata mitosis yang lebih besar, dan grade 2 tumor gambarannya antara
grade l dan grade 3. Survival lebih buruk pada grading Overall cure rate pada 15 tahun adalah
67% untuk stage I, 35% untuk stage II dan 8% untuk stage III.1
Acinic cell carcinoma
Acinic cell carcinoma, umumnya muncul pada dekade 4 sampai 6 kehidupan dengan
distribusi gender relatif sama dengan sedikit lebih tigggi pada wanita. Tampilan klinis serupa
dengan neoplasma lainnyayakni masa asimptomatis.Tumor selalu tidak nyeri dan tumbuh
berlahan. Acinic cell carcinoma merupakan keganasan parotis no. 2 terbanyak pada anak.
Tumor ini berlokasi terutama di parotis (80%), mukosa rongga mulutdan kelenjar sub
mandibula. Gambaran tipikal adalah tumor solid circumscribed atau parsial cystic dengan
kapsul inkomplet. Metastasis ke kelenjar getah bening regional dilaporkan 10%-19% pasien dan
metastasis jauh terutama ke paru dan tulang terjadi pada 15% penderita.
Karsinoma sel skuamous primer
Karsinoma sel skuamous primer, kejadian sangat jarang sekitar 1,6% dari neoplasma
kelenjar liur dan lebih sering pada pria dekade 6 dan 7. Umumnya muncul sebagai tumor
padat, yang tumbuh cepat sering terfisir ke jaringan lunak dan kulit disertai nyeri dan parese
wajah. Karsinoma dapat tumbuh dalam kelenjar disebabkan metaplasia skuamous yang terjadi
pada pasien dengan inflamasi kronis, namun karsinoma sel skuamous metastasis lebih sering
terjadi. Makroskopis dan mikroskopis serupa dengan karsinoma sel skuamous ditempat lain
dan bervariasi dari well-differentiated dengan keratinisasi sampai poorly differentiated tanpa
keratinisasi. Karsinoma sel skuamous kelenjar liur ini agresif tumbuh cepat dan segera
metastasis ke kelenjar getah bening regional.1
12
Lesi Non-neoplastik
Sialadenitis supuratif akut
Sebagian besar penyakit ini melibatkan kelenjar parotis, dan terkadang juga melibatkan
kelenjar submandibula. Seringnya terjadi keterlibatan kelenjar parotis dibandingkan dengan
kelenjar saliva lainnya disebabkan karena aktivitas bakteriostatis pada kelenjar parotis lebih
rendah dibandingkan pada kelenjar saliva lainnya. Kemungkinan penyakit ini disebabkan karena
adanya stasis saliva, akibat adanya obstruksi atau berkurangnya produksi saliva. Faktor
predisposisi lain terjadinya penyakit ini adalah striktur duktus atau kalkuli. Gejala yang sering
dirasakan pada penderita penyakit ini adalah adanya pembengkakan yang disertai dengan rasa
nyeri. Bisa didapatkan adanya saliva yang purulen pada orifisium duktus saliva, yang mudah
didapatkan dengan sedikit pemijatan di sekitar kelenjar. Organisme penyebab infeksi dapat
berupa Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Eschericia coli, serta Haemophylus
influenzae. Bakteri anaerob penyebab yang paling sering adalah Bacteroides melaninogenicus
dan Streptocccus micros.
Sialadenitis kronis
Etiologi dari sialadenitis kronis adalah sekresi saliva yang sedikit dan adanya stasis
saliva.. Kelainan ini lebih sering terjadi pada kelenjar parotis. Beberapa pasien dengan
sialadenitis kronis merupakan rekurensi dari parotitis yang diderita saat masih kecil. Sebagian
besar penderita menunjukkan adanya kerusakan yang permanen pada kelenjar yang disebabkan
infeksi supuratif akut. Penyakit ini dapat memudahkan terjadinya sialektasis, ductal ectasia, serta
destruksi asinar yang progresif.
Sialolitiasis
Salah satu penyakit pada kelenjar saliva adalah terdapatnya batu pada kelenjar saliva.
Angka kejadian terdapatnya batu pada kelenjar submandibula lebih besar dibandingkan dengan
kelenjar saliva lainnya. Salah satu penyakit sistemik yang bisa menyebabkan terbentuknya batu
13
adalah penyakit gout, dengan batu yang terbentuk mengandung asam urat. Kebanyakan, batu
pada kelenjar saliva mengandung kalsium fosfat, sedikit mengandung magnesium, amonium dan
karbonat. Batu kelenjar saliva juga dapat berupa matriks organik, yang mengandung campuran
antara karbohidrat dan asam amino. Duktus pada kelenjar submandibula lebih mudah mengalami
pembentukan batu karena saliva yang terbentuk lebih bersifat alkali, memiliki konsentrasi
kalsium dan fosfat yang tinggi, serta kandungan sekret yang mukoid. Disamping itu, duktus
kelenjar submandibula ukurannya lebih panjang, dan aliran sekretnya tidak tergantung gravitasi.
Batu pada kelenjar submandiula biasanya terjadi di dalam duktus, sedangkan batu pada kelenjar
parotis lebih sering terbentuk di hilum atau di dalam parenkim. Gejala yang dirasakan pasien
adalah terdapat bengkak yang hilang timbul disertai dengan rasa nyeri. Dapat teraba batu pada
kelenjar yang terlibat.
Sialadenosis
Kelainan ini merupakan istilah nonspesifik untuk mendeskripsikan suatu pembesaran
kelenjar saliva yang bukan merupakan reaksi inflamasi maupun neoplasma. Patofisiologi
penyakit ini masih belum jelas. Pembesaran kelenjar saliva biasanya terjadi asimtomatik. Pada
penderita obesitas dapat terjadi pembengkakan kelenjar parotis bilateral karena hipertrofi lemak.
Namun perlu dilakukan pemeriksaan endokrin dan metabolik yang lengkap sebelum menegakkan
diagnosis tersebut karena obesitas dapat berkaitan dengan berbagai macam penyakit seperti
diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia dan menopause.
Diagnosis
Anamnesis
digali informasi tentang keluhan, perjalanan penyakit, penyebab atau faktor risiko,
riwayat pengobatan yang telah diberikan dan berapa lama keiambatan. Keluhan umumnya
berupa benjolan solitertanpa rasa nyeri di pre/ infra/retro aurik ula, submandibula dan dalam
rongga mulut. Terkadang disertai rasa nyeri sedang sampai hebat pada karsinoma parotis atau
submandibula. Tapi nyeri juga bisa didapat pada lesi jinak. Adanya paralisis n.fasialis
meningkatkan kecurigaan keganasan parotis. Keluhan lain adalah pembesaran kelenjar getah
bening !eher, gangguan pendengaran, kebas-kebas di wajah atau adanya perbedaan
bentuk/ukuran antara wajah sisi kiri dengan sisi kanan. Lamanya simptom ini bisa bulanan
14
sampai tahunan tapi semakin singkat pada tumor maligna. Faktor risiko perlu ditanyakan
terutama tentang paparan radiasi, pekerjaan dan paparan limbah pabrik kulit atau debu gergaji.1
Pemeriksaan fisik.
Status generalis. Ditentukan dengan melakukan pemeriksaan dari kepala sampai kaki dan
ditentukan: performans pasien (skor karnofski/WHO), keadaan umum (anemia, icterus, edema,
sianosis, Tekanan darah, frekuensi nadi, frekkuensi pernapasan dan suhu tubuh) dan
tanda /gejala metastasis jauh. Status lokalis. Inspeksi pada lokal, regional termasuk intra oral.
Lokal : di lokasi tumor perhatikan bentuk tumor, hubungan ke jaringan sekitar dan kondisi kulit
atau mukosa diatas tumor. Regional; terutarria perhatikan adakah pembesaran kelenjar getah
bening leher level I-V Intra oral; adakah sumbatan duktus Stensen’s (batu,striktur), tonjolan
mukosa di area parapharingeal atau pendesakan tonsil/uvula (gambar 5.3). Palpasi, termasuk
palpasi bimanual dilakukan untuk menilai konsistensi, permukaan, mobilitas, ukuran, batas dan
nyeri tekan. Pada palpasi ini dinilai juga fungsi dari nervus fasialis, n.trigeminus,
n.glosophringeus, n. vagus, n. assesorius dan hipoglosus (VII,VIII,IX,X,XI,dan XII). Status
Regional. Ditentukan dengan melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening leher ipsilateral
maupun kontralateral. Jika ada pembesaran tentukan lokasi levelnya, ukuran terbesar, jumlah
dan mobilitasnya.1
Gambaran Klinis
Gambaran klinis ditentukan oleh lokasi tumor. Mayoritas tumor muncul di parotis
(90%), dan mayoritas diantaranya benigna (80%). Umumnya tumor kelenjar parotis muncul
sebagai masa noduler kenyal di pre-aurikula dekat sudut mandibula. Tumor ini tumbuh lambat,
betahun-tahun tanpa keluhan kecuali kosmetik. Sekitar 10% tumor muncul di bawah plane
n.fasialis dalam lobus profunda, selebihnya adalah di lobus superfisialis (mayoritas di pool
bawah). Umumnya sulit menentukan apakah muncul dari lateral dari nervus. Sekitar 1 % tumor
muncul dari asesorius, anterior dari kelenjar parotis dekat dengan duktus Stenson’s. Tumor yang
berasal dari retromandibula dari lobus profunda adalah jarang dan ditandai oleh adanya tonjolan
di soft palate atau pharing atau kombinasi dengan masa eksterna terkadang muncul sebagai
pembesaran difus dan mengisi bagian retromandibular.
15
Neoplasma parotis yang kecil sulit membedakan jinak atau ganas namun diagnosis
ganas semakin jelas bila terdapat parese/paralisis p.fasialis, pembesaran kelenjar getah
bening atau infiltrasi ke kulit. paralisis nervus fasialis tidak pernah terjadi pada benign mixed
tumor. Secara klinis kita dapat membedakan neoplasma ganas dan neoplasma jinak
berdasarkan beberapa keadaan sebagai berikut:
Pertumbuhan tumor ganas relatif lebih cepat dari yang jinak
Rasa nyeri ditemukan pada sebagian neoplasma ganas, namun nyeri juga dapat
ditemukan pada lesi benigna (parotitis, Wegner granolumatous, Sjogren’s syndrome)
Neoplasma ganas umumnya terfiksir karena ada infiltrasi ke jaringan sekitar
Kelumpuhan nervusVII ditemukan pada sebagian tumor ganas akibat infiltrasi tumor ke
nervus, pada tumor jinak tidak ada kelumpuhan saraf
Konsistensi padat keras pada yang ganas pada yang jinak kenyal kadang- kadang kistik
Dapat ditemukan metastasis regional atau metastasis jauh pada yang ganas, jinak
tentunya tidak ada metastasis
Tumor parotis jinak lebih berbatas tegas dibanding tumor ganas
Metastasis tumor di parotis dari karsinoma sel skuamous atau Melanoma maligna di scalp
atau forehead adalah penting untuk diagnosa banding. Tumor di kelenjar submandibula baik
jinak maupun ganas umumnya muncul sebagai masa tumor yang disertai nyeri ringan di segj tiga
submandibula. Palpasi bimanual dapat mengkonfirmasi lokasi tumor dikelenjar submandibular
dan membetJakannya dengan kelenjar getah bening yang membesar. Paralisis nervus jarang ada.
Kulit terkadang terinfiltrasi pada lesi stadium lanjut. Masa tumor umumnya terfiksir ke
mandibula kecuali ukuran tumor sangat kecil. Hilangnya mobilitas dapat terjadi pada lesi jinak
maupun ganas.
Tumor di kelenjar sublingual secara klinis serupa dengan karsinoma sel squamous dasar
mulut. Tampilannya berupa masa tumor di submukosa yang teraba oleh lidah. Terdapat perasaan
tidak nyaman ringan terutama pada stadium dini.
Tumor pada kelenjar liur minor minor paling sering terjadi di rongga mulut dan oropharing
(90% kasus) sisanya di rongga hidung, sinus paranasal, dan nasopharing. Mayoritas tumor yang
berasal dari kelenjarliur minor adalah maligna. Palatum merupakan tempat tersering dari tumor
di rongga mulut. Keluhan umumnya berupa painless mass, namun nyeri, parastesia, disphagia,
16
gangguan fungsi bicara, dan otalgia terkadang ada. Tumor pada kelenjar liur minor tipikal
sebagai benjolan dibawah mukosa yang intact, ulserasi adalah jarang terjadi. Lesi jinak biasanya
mobil kecuali lokasi di palatum atau alveolar ridge. Lesi di lidah, trigonum retromolar , dan
dasar mulut lebih cenderung ganas dibanding palatum.
Metastasis ke kelenjar getah bening ditemukan pada 26% kanker kelenjar liur mayor dan
pada 21% kanker di kelenjar fer minor, pembesaran ini umumnya terlihat saat pertama penderita
dating berobat. Metastasis ke kelenjar getah bening ini sering terjadi pada tumor grading tinggi
dan jarang pada grading rendah atau adenoid cystic carcinoma.1
Pemeriksaan Penunjang
Pada umumnya pemeriksaan rontgenologis khusus tidak ada untuk tumor di kelenjar liur.
Terkadang diperlukan foto mandibula atau panoramik bila tumor melekat ke tulang untuk
melihat adakah kerusakan atau infiltrasi ke mandibula pada tumor ganas parotis, submandibula,
subiingual kelenjar liur minor dasar mulut. Pemeriksaan sialografi dibuat bila ada diagnose
banding klsta parotis atau submandibula (curiga kista retensi parotis/submandibula).
Pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat gambaran duktus stensons dan cabang-cabangnya.
Dengan sialografi dapat dilihat apakah ada penyempitan atau penyumbatan duktus, bayangan
bagian yang menyempit dan fibrotik. Dapat pula dilihat apakah struktur duktus tersebut
terdorong atau tidak oleh suatu masa tumor. Pemeriksaan sialografi dlkontra indlkaslkan pada
keadaan infeksi dan alergi kontras. CT lean/ MRI, dilakukan pada tumor yang mobilitasnya
terbatas untuk mengQtiahul luas ekstensi tumor dan pada tumor parotis lobus profundus untuk
mengetahui perluasan ke oropharing, para paringeal dan basis ki anil. Pemeriksaan ini perlu
untuk menentukan stadium kanker. USG tumor dapat dilakukan terutama pada anak-anak atau
pada kista. Foto torak , USG abdomen dilakukan pada tumor ganas atau curiga gan&s untuk
identifikasi metastasis.1
Biopsi
Biopsi jarum halus (FNAB). Belum merupakan pemeriksaan baku, akuraslnya bervarlasi
60%-90%. Pemeriksaan ini harus ditunjang oleh ahll Sltopatologi handal yang menekuni
pemeriksaan kelenjar liur. Pada tumor submandibula FNAB sangat membantu bila positif tumor
17
dan dap.it dlpertimbangkan sebagai diagnose definitif. Bila hasilnya negatif tontunya akan
memperlama tegaknya diagnosis. Namun adapula yang borpondapat bahwa FNAB dapat
mengakibatkan cedera n.fasialis dan Inflantasi tumor ke kulit tempat tusukan, disamping
kesulitan pembacaan hasll sitopatologi pada specimen yang minimal
Potong beku. Dikerjakan pada spesimen operasi untuk tumor yang operabel. Pada tumor
parotis potong beku dilakukan dari spesimen parotldektomi superfisial, tumor submandibula dan
kelsnjar liur minor dari spesimen eksisi.
Biopsl eksisi dianjurkan pada tumor sublingual dan tumor kelenjar liur yang kecil,
dilakukan dalam bentuk operasi definitif (eksisi luas). Bila tumor Inoperable dilakukan biopsi
insisi. Biopsi insisi harus dihindari pada tumor yang operable untuk mencegah spillage tumor,
kerusakan tumor (violation), dan cedera saraf fasialis.1
18
Stadium
Tabel 1: Sistem Klasifikasi Kanker Kepala dan Leher Menurut AJCC
Pengelompokan Stadium
Stadium I T1, N0, M0
Stadium II T2, N0, M0
Stadium IIIT3, N0, M0
T1-3, N1, M0
Stadium IV
T4, N0 atau N1, M0
Setiap T, N2 atau N3, M0
Setiap T, setiap N, M1
Tumor Primer (T) yang bergantung pada lokasi anatomi
N0 Tidak ada metastasis regional
N2aMetastasis pada satu nodus limfatikus ipsilateral >3 cm tapi
<6 cm
N2bMetastasis pada beberapa nodus limfatikus ipsilateral, tapi
tidak ada yang ukurannya >6 cm
N2cMetastasis pada nodus limfatikus bilateral atau kontralateral,
tapi tidak ada yang ukurannya >6 cm
N3 Metastasis pada nodus limfatikus dengan ukuran >6 cm
Metastasis penyakit
M0 Tidak ada bukti metastais jauh
M1 Ada bukti metastasis jauh
19
Penatalaksanaan
Tumor Kelenjar Parotis
Pembedahan merupakan terapi utama untuk semua tumor parotis. Ada beberapa jenis
pembedahan parotis yaitu : parotidektomi superfisial. parotidektomi total dan parotidektomi
radikai (extended). Dikenal kenal beberapa jenis insisi kulit, yang biasa dtpakai adalah insisi
Blair, insisi Bailey dan insisi Y. Konfirmasi diagnosis definif dilakukan saat operasi dengan
potong beku dari spesimen parotidektomi. Jika jinak cukup superfisial. kalau ganas dilanjutkan
dengan parotidektomi total. Eksisi pleomorphic adenoma harus dilakukan dengan hati-hati untuk
mengangkat jaringan jaringan sehat disekitar tumor, menghindari rupture pseudocapsul dan
spillage tumor, untuk mengurangi risiko rekurrensi.
Untuk tumor jinak, parotidektomi superfisial dan adalah untuk diagnosis dan kuratif.
Tumor maligna dari kelenjar liur memeriukan terapi pembedahan dan radiasi. kecuali neoplasma
grading rendah (missal: low grade mucoepidermoid carcinoma dan low grade adenocarcinoma),
yang diterapi dengan pembedahan saja. Superfisial parotidektomi (partial, lateral) diindikasikan
untuk lesi jinak di lobus superfisial. Enukleasi tumor tidak dianjurkan karena sering terjadi
residif (48%). Parotidektomi superfisial adalah pangangkatan tumor beserta jaringan parotis
dengan preservasi n.fasialis.
Untuk tumor parotis ganas, neoplasma di lobus profundus dan tumor jinak yang residif,
parotidektomi total adalah terapi pilihan. Parotidektomi total adalah pengangkatan tumor beserta
seluruh kelenjar parotis dengan preservasi n. fasialis. Adakalanya ekstensi tumor demikian
luasnya sehingga n.fasilais dan jaringan di sekitamya seperti kulit dan otot harus diangkat,
tindakan ini dinamakan parotidektomi radikal. Tumor parotis dengan ekstensi lokal (kulit atau
saluran teinga luar) terkadang memeriukan mastoidektomi (untuk untuk melacak nervus bagian
proksimal) dan mengangkat bagian lateral dari tulang temporal.1
20
Gambar 2. Insisi Blairs modifikasi (kiri) dan insisi Y
Pengorbanan nevus fasialis hanya diindikasikan bila makroskopis nervus telah
terinfiltrasi. Nervus fasialis yang makroskopis terinfiltrasi, pengangkatanya harus sampai bebas
tumor. Tindakan ini, khususnya dilakukan pada adenoid cystic carcinoma, yang merupakan
neurotropic tumor. Nervus fasialis yang diangkai harus segera di rekonstruksi dengan
interpositional nerve grafting (menggunakan nervus sural dari tungkai, nervus cutaneus
antebrachii medial dari lengan atau nervus auricularis magnus) atau graft nervus XII ke n. VII.
Tumor ganas dengan kelenjar getah bening klinis tidak teraba (NO) saat operasi
parotidektomi diambil samping kelenjar getah bening subdigastrikus dan diperiksa potong beku
jika positif mengandung metastasis dilakukan diseksi leher radikal, jika negatif operasi cukup
total parotidektomi saja. Tumor ganas parotis yang disertai metastasis regional ke kelenjar getah
bening leher (N positif) dilakukan total parotidektomi disertai diseksi leher radikal. Apabila
disertai reseksi mandibula operasi dinamakan Operasi Commando (Combined Mandibulectomy
and Radical Neck Dissection Operation).1
21
Tumor kelejar submandibula.
Untuk tumor jinak, eksisi kelenjar submandibula adalah untuk diagnosis dan kuratif
tentunya dengan konfirmasi potong beku. Bila hasil potong beku jinak operasi selesai, jika ganas
dilajutkan diseksi submandibula (Eksisi struktur limfatik level I) dan dilakukan potong beku.
Jika kelenjar getah bening mengandung metastasis dilanjutkan dengan radical neck dissection.
Rangkaian tindakan tersebut dilakukan bila klinis tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
leher (NO). Jika tidak ada tulang yang teriibat dengan NO dilakukan extended supraomohyoid
dissection termasuk pengangkatan bed kelenjar, otot dan saraf disekitarnya, jika kelenjar getah
bening klinis teraba dilakukan diseksi leher modifikasi. Diseksi leher dilakukan bila terdapat
pembesaran kelenjar getah bening yang teraba secara klinis (N positif). Jika ada infiltrasi
mandibula dilakukan composite resection (mandibulektomi dan diseksi leher satu kesatuan).
Seperti pada tumor parotis, pengangkatan nervus hipoglosus dan nervus lingualis hanya
dilakukan jika makroskopis telah terinfiltrasi tumor dan ekstensi lokal ke jaringan sekitar (misal:
dasar mulut, lidah) membutuhkan eksisi lebih radikal.
Tumor kelenjar sublingual dan kelenjar liur minor
Terapinya adalah eksisi liias dengan sayatan 1 cm dari tepi tumor. Untuk tumor yang
letaknya dekat dengan tulang misalnya palatum durum dan ginggiva, eksisi luas dilakukan
beserta reseksi tulang dibawahnya. Batas sayatan harus dikonfirmasi dengan potong beku pada
pasien dengan adenoid cystic carcinoma k arena tumor inj cenderung menginfiltrasi jaringan
sekitar. Indiksai diseksi dan radiasi adjuvant adalah sama dengan kelenjar liur mayor lainnya.
Kanker kelenjar liur yang tidak resectable atau metastasis jauh. Pasien dengan tumor
primer atau rekurren yang unresectable, terdapat metastasis jauh atau ada problem medikal yang
tidak memungkinkan operasi dapat diberikan terapi paliadf dengan radiasi konvesional. Radiasi
dengan neutron merupakan pilihan lain yang dianjurkan. Cisplatin, doxorubicin dan 5-FU
22
merupakan agent aktif yang dapat digunakan pada pada kanker stadium lanjut atau ada
metastasis jauh, walaupun umumnya respon rendah. Reseksi terkadang dilakukan pada kasus
yang selektif dengan adenoid cystic carcinoma yang memiliki metastasis soliter di paru.1
Radiasi
Radiasi sebagai terapi primer diindikasikan pada pada kasus kanker kelenjar liur yang
inoperabel dan sebagai adjuvant post operatif pada kanker grading tinggi atau kasus rekurrensi.
Adenoid cystic carcinoma, high grade mucoepidermoid carcinoma, high grade adenocarcinoma,
karsinoma sel skuamous dan metastasis kelenjar getah bening leher adalah kasus spesifik yang
membutuhkan adjuvant radiasi. Radiasi adjuvant juga diindikasikan pada tumor yang menempel
pada saraf (fasialis, lingualis, hipoglosus dan assesorius), karsinoma residif, karsinoma lobus
profundus ada residu tumor makroskopis atau mikrokopis dan pada kanker stadium T3 atau T4.
Pada kasus pleomorphic adenoma yang rekurren atau makroskopis terdapat spillage tumor dapat
diberikan radiasi post operatif. Sebagai adjuvant radiasi dapat menurunkan rekurrensi lokal dan
menaikan survival rate, rekurrenasi lokal turun dari 54% menjadi 14% . Dosis radiasi pada
tumor primer dan meliputi tempat insisi adalah 50-70 Gy.
Radioterapi adjuvant pasca diseksi leher (regional/leher) diindikasikan pada semua kanker
grading tinggi (high grade malignancy), kanker stadium T3 atau T4, terdapat kelenjar getah
bening yang mengandung metastasis lebih dari 1, ada pertumbuhan ekstra kapsul atau diameter
kelenjar getah bening lebih dari 3 cm.1
Kemoterapi
Kemoterapi tidak dapat digunakan sebagai terapi primer untuk tujuan kuratif pada kanker
kelenjar liur. Data mengenai peranan kemoterapi pada kanker ini masih terbatas. Kemoterapi
dapat diberikan sebagai adjuvant atau paliatif pada kasus-kasus yang sudah bermetastasis.
Respon terhadap kemoterapi umumnva berkisar 10%-30%. DoxoruDicmaan 5-fluorouracil
disimpulkan memiliki respon yang besar pada penelitian retrospektif (pada adenoid cystic
23
carcinoma) namun tidak terbukti pada prospektif. Cisplatin, paclitaxel, vinorelbin, epirubicin
dan mitoxantrone rata-rata responnya adalah 10%-20% pada studi prospektif dengan sampel
kanker yang telah bermetastasis atau rekurren. Kombinasi kemoterapi yang mengandung
cisplatin atau antral<siklin(cyclophosphamide/doxorubicin/cisplatin,cisplatin/vinorelbin,
cisplatin/5-FU) akan meningkatkan rata-rata respon menjadi 20%-30% dengan toksisitas yang
tolerable.
Terapi target terhadap ekspresi EGFR dan Her-2 masih dalam uji klinis. Walaupun
dilaporkan adanya repon yang baik dengan pemakaian imatinib, namun repon objektif dalam uji
klinis masih belum terbukti. Yang menarik adalah pada karsinoma kelenjar liur umumnya
menunjukkan ekspresi reseptor hormonal hal ini berpotensi untuk pemberian terapi hormonal.
Belum ada data yang melaporkan respon anti androgen pada karsinoma kelenjar liur.1
Komplikasi
Segera
Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
• Kelumpuhan nervus fasialis. Kelumpuhan ini dapat sementara (nauropraksia) atau
menetap. Gejalanya berupa gangguan motorik dari otot wajah yang disarafi, misal
kelopak mata tidak dapat menutup sempurna (akibat cedera cabang zigomatik) atau tidak
dapat bersiul karena kelumpuhan otot orbikularis oris dan otot pipi. Kelumpuhan
semetara umumnya sembuh dalam waktu 1-6 bulan. Kelumpuhan menetap terjadi bila
n.fasialis sebagian cabangnya atau trungkusnya dipotong karena infiltrasi oleh tumor
ganas.
• Kelumpuhan n. fasialis cabang mandibularis, n. hipoglosus dan n.lingualis akibat
operasi pada kelenjar liur submandibula
• Perdarahan/ hematom, infeksi dan seroma, ini jarang terjadi bila operasi dikerjakan
24
dengan teliti dan asepsis
• Sialocele adalah sisa kelenjar liur yang bocor dan menumpuk di bawah flap.
Keadaan tersebut dikoreksi dengan aspirasi dan balut tekan
Kemudian (delay)
Sindrom Frey atau sindrom aurikulotemporal, terjadi akibat pertumbuhan kembali
serabut saraf parasimpatik (n auriculotemporalis) pada kulit daerah operasi dan meng-
inerva$j kelenjar keringat daerah tersebut. Sehingga pada setiap rangsangan
parasimpatis yang tadinya akan mengakibatkan sekresi air ludah, pada keadaan ini yang
terjadi adalah sekresi kelenjar keringat. Saraf ini berdekatan dengan arteri dan vena
temporalis. Secara klinis sindrom ini ditandai oleh adanya rasa panas, sakit, kemerahan
dan keluar keringat pada kulit daerah operasi setiap makan dan sesudahnya. Keadaan
tersebut dapat dikoreksi dengan konservatif (cream scopolamine hydrobromide 2%,
glycopyrrolate roll-on lotion 1 % atau aluminum chloride 20%). Kerugian terapi
konservatif adalah gejala berkurang beberapa hari, mulut kering, mata gatal dan
penglihatan berkurang.Terapi lain dengan meletakan jaringan yang menghalangi
pertumbuhan saraf tersebut kekulit misalnya dengan flap sternomastoid, tensor fasia
lata, flap SMAS (Superficial musculoaponeurotic system) dan dermal fat graft.
Kekambuhan tumor (rekurrensi). Rekurrensi terjadi akibat operasi yang tidak adekuat.
Tindakan enukleasi saja pada tumor jinak akan mengakibatkan rekurrensi 48% oleh
karena itu tindakan yang minimal pada tumor jinak parotis adalah parotidektomi
superfisisal. Rekurrensi sangat tergantung pada jenis histopatologi tumor, grading
tumor, ekstensi tumor dan tehnik operasi.
Rasa baal daun telinga, ini selalu terjadi pada setiap parotidektomi oleh karena n.
aurikularis magnus yang terpotong. Sensasi dari daun telinga ini akan kembali secara
berangsur-angsur.
Fistula, terjadi karena cedera saluran kelenjar liur (Stenson) pada sebagian kasus pasca
parotidektomi superfisial ataupun karena infeksi yang menghambat penyembuhan luka.
25
Xerostomia, terutama terjadi bila diberikan adjuvant radiasi eksterna.
Jaringan parut atau keloid, cekungan pada daerah operasi dan Neuroma
Prognosis
Pada kanker kelenjar liur, secara keseluruhan survival 5 tahun adalah 70%-90% pada
grading rendah dan 20%-30% pada tumor grading tinggi. Rekurrensi lokal dan metastasis jauh
bervaiasi dari 15% sampai 20% dan umumnya terjadi pada karsinoma yang inavsi ke perineural
(adenoid cystic carcinoma). Survival 5 tahun pada tumor jinak mencapai 100%, risiko tinggi
untuk rekurren pada penderita yang mendapatkan operasi inadekuat. Menurut stadium rata-rata
survival 5 tahun pada stadium I,II, II dan IV berturut-turut adalah 96%, 77%, 73% dan 37%. 1
Daftar Pustaka
1. Suyatno, Pasaribu ET. Bedah onkologi : diagnostic dan terapi. Jakarta : Sagung Seto ;
2009. P:121-147
2. Amerogen AV. Ludah dan Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan Gigi. Alih Bahasa
Rafiah Abyono. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. 1988
3. Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 7 th. Jakarta: EGC. 1994
4. Soegeng SM, Willy S, Dyah F. Aspek patologi tumor THT-Kepala. Perkembangan
terkini diagnosis dan penatalaksanaan tumor ganas THT-KL. In: Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan. Surabaya: FK UNAIR; 2002.p.8-36
5. Forastiere A, Koch W, Trotti A, et al. Head and Neck Cancer. NEJM 2001; 345:1890-
900
26