TUGAS MAKALAH AGAMA

30
KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kepada Allah Swt, karena atas nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Makmur, selaku dosen Agama yang telah membimbing kami dalam penyusunan sistematika tugas makalah ini. Kendala yang kami alami pada penulisan tugas makalah ini adalah mencari sumber atau literatur yang sesuai dengan pokok bahasan yang diminta oleh dosen. Selain itu, kurangnya kerjasama antaranggota kelompok juga menjadi hambatan dalam penyelesaian tugas makalah ini. Manfaat dari tugas makalah ini adalah melatih kami membuat makalah dengan sistematika yang benar serta memberikan informasi kepada pembaca tentang kepemimpinan dalam Islam. Mungkin tugas makalah ini yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran agar penyusunan tugas makalah ini menjadi lebih baik. Akhir kata, kami berharap semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih. Jakarta, September 2010

Transcript of TUGAS MAKALAH AGAMA

Page 1: TUGAS MAKALAH AGAMA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Allah Swt, karena atas nikmat-Nya kami dapat

menyelesaikan tugas makalah ini. Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Makmur, selaku dosen Agama yang telah membimbing kami dalam penyusunan sistematika

tugas makalah ini.

Kendala yang kami alami pada penulisan tugas makalah ini adalah mencari sumber

atau literatur yang sesuai dengan pokok bahasan yang diminta oleh dosen. Selain itu,

kurangnya kerjasama antaranggota kelompok juga menjadi hambatan dalam penyelesaian

tugas makalah ini.

Manfaat dari tugas makalah ini adalah melatih kami membuat makalah dengan

sistematika yang benar serta memberikan informasi kepada pembaca tentang kepemimpinan

dalam Islam.

Mungkin tugas makalah ini yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

kami mengharapkan kritik dan saran agar penyusunan tugas makalah ini menjadi lebih baik.

Akhir kata, kami berharap semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Terima kasih.

Jakarta, September 2010

Penulis

1

Page 2: TUGAS MAKALAH AGAMA

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................

Daftar Isi...........................................................................................................................

Bab I Pendahuluan............................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................

1.2 Tujuan.........................................................................................................................

1.3 Manfaat.......................................................................................................................

1.4 Metode Penulisan........................................................................................................

1.5 Sistematika Penulisan.................................................................................................

Bab II Permasalahan.........................................................................................................

Bab III Pembahasan..........................................................................................................

Bab IV Penutup.................................................................................................................

4.1 Kesimpulan.................................................................................................................

4.2 Saran............................................................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................................

2

Page 3: TUGAS MAKALAH AGAMA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

“Sebaik-baiknya kamu adalah mereka yang kamu cintai dan mereka pun

mencintai kamu; kamu menghormati mereka dan mereka menghormati kamu.

Sejelek-jeleknya pemimpin kamu adalah mereka yang kamu benci dan mereka

pun benci kepadamu; kamu melaknat mereka dan mereka juga melaknatkamu”

(Al-Hadits).

Dalam Islam prinsip kepemimpinan dirumuskan dalam prinsip khalifah.

Dalam prinsip khalifah, manusia diturunkan ke bumi untuk memimpin sekaligus

pemelihara alam semesta. Walau menjadi pemimpin namun tidak diperkenankan

untuk berbuat seenaknya terhadap alam dan seisinya.

Dari prinsip tersebut, Islam memberi saran agar memilih pemimpin yang

membimbing kehidupannya. Imam Mawardi memberikan sejumlah kriteria

pemimpin yang baik, yakni memiliki ilmu, sehat panca indra, serta dapat

menangkap masalah masyarakat dengan benar dan cepat.

Konsep kepemimpinan dalam Islam sebenarnya memiliki dasar-dasar yang

sangat kuat dan kokoh. Ia dibangun tidak saja oleh nilai-nilai transendental,

namun telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad

Page 4: TUGAS MAKALAH AGAMA

SAW, para Shahabat dan Al-Khulafa' Al-Rosyidin. Pijakan kuat yang bersumber

dari Al-qur'an dan Assunnah serta dengan bukti empiriknya telah menempatkan

konsep kepemimpinan Islam sebagai salah satu model kepemimpinan yang diakui

dan dikagumi oleh dunia internasional.

Namun dalam perkembangannya, aplikasi kepemimpinan Islam saat ini

terlihat semakin jauh dari harapan masyarakat. Para tokohnya terlihat dengan

mudah kehilangan kendali atas terjadinya siklus konflik yang terus terjadi.

Harapan masyarakat (baca: umat) akan munculnya seorang tokoh muslim yang

mampu dan bisa diterima oleh semua lapisan dalam mewujudkan Negara yang

terhormat, kuat dan sejahtera nampaknya masih harus melalui jalan yang panjang.

1.2 Tujuan

Mengetahui lebih dalam tentang kepemimpinan dalam Islam.

1.3 Manfaat

a) Untuk penulis :

1. Dapat melatih diri dalam menulis makalah

2. Dapat melatih kebersamaan dalam kelompok

3. Menambah wawasan.

b) Untuk pembaca :

1. Menambah wawasan

2. Dapat menjadi sebagai referensi.

Page 5: TUGAS MAKALAH AGAMA

1.4 Metode Penulisan

Metode pada penulisan tugas makalah ini adlah dengan menggunakan kepustakaan, yakni

dengan menbaca sumber-sumber bacaan yang relevan dengan materi yang akan dibahas serta

melalui sumber lain yaitu melalui Internet.

1.5 Sistematika Penulisan :

a. Halaman muka.

b. Kata pengantar.

c. Daftar isi.

d. Bab I Pendahuluan :

Latar belakang masalah.

Tujuan.

Manfaat.

Metode penulisan.

Sistematika Penulisan,

e. Bab II Permasalahan.

f. Bab III Pembahasan.

g. Bab IV Penutup :

Kesimpulan.

Saran.

Page 6: TUGAS MAKALAH AGAMA

BAB II

PERMASALAHAN

1. Apa pengertian kepemimpinan dalam Islam?

Kepemimpinan dalam Islam adalah suatu peranan dan juga merupakan suatu proses

untuk mempengaruhi orang lain dengan berlandaskan pada nilai dan prinsip Islami.

2. Bagaimana eksistensi kepemimpinan dalam Islam?

Eksistensi kepemimpinan dalam Islam sangat penting, karena pada setiap roda

kehidupan, tak terkecuali dalam beragama dan beribadah sekalipun, jelas memerlukan

pemimpin agar tercapai tujuan yang telah disepakati bersama.

3. Bagaimana tanggungjawab sebagai pemimpin dalam Islam?

Pemimpin dalam level apapun akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan

Allah atas semua perbuatannya. Tanggungjawab pemimpin berkaitan erat dengan

kewajiban yang dibebankan padanya. Semakin tinggi kedudukannya di masyarakat

maka semakin tinggi pula tanggungjawabnya. Seorang pemimpin bertanggungjawab

atas prilaku dirinya, keluarganya, saudara-saudaranya dan masyarakatnya.

Page 7: TUGAS MAKALAH AGAMA

BAB III

PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan 

Kepemimpinan adalah suatu peranan dan juga merupakan suatu proses untuk

mempengaruhi orang lain. Pemimpin adalah anggota dari suatu perkumpulan yang diberi

kedudukan tertentu dan diharapkan dapat bertindak sesuai dengan kedudukannya. Seorang

pemimpin adalah juga seorang dalam suatu perkumpulan yang diharapkan menggunakan

pengaruhnya dalam mewujudkan dan mencapai tujuan kelompok. Pemimpin yang jujur ialah

seorang yang memimpin dan bukan seorang yang menggunakan kedudukannya untuk

memimpin.

Dalam bahasa arab, kepemimpinan disebut juga imamah, sedangkan istilah pemimpin

dalam Islam disebut imam, amir atau sultan. Secara terminology, kepemimpinan ialah

kegiatan untuk menyelami, menghubungi, mempengeruhi dan meyakinkan serta mengajak

orang lain untuk berpartisipasi dalam mencapai tujuan tertentu yang menurut pertimbangan

mereka adalah perlu dan bermanfaat.

Pemimpin berbeda dengan kepala dari suatu instansi atau organisasi. Meskipun sama-

sama menghadapi dan mengepalai kelompok tertentu, dibebani tugas dan harus

bertanggungjawab, tetapi pemimpin dan kepala memiliki perbedaan yang amat jelas.

Perbedaannya yakni seorang kepala diangkat dari kekuasaan instansi tertentu, kekuasaannya

berasal dari peraturn dan bertindak sebagai penguasa. Sedangkan pemimpin dipilih oleh anak

buahnya, peraturannya bersandar pada anak buahnya, ia berperan sebagai penggagas,

organisator, coordinator dan dapat diterima baik oleh anak buahnya.

Page 8: TUGAS MAKALAH AGAMA

B. Ciri-ciri Pemimpin dalam Islam

1. Niat yang Lurus

Hendaklah saat menerima suatu tanggung jawab, dilandasi dengan niat sesuai dengan apa

yang telah Allah perintahkan.Lalu iringi hal itu dengan mengharapkan keridhaan-Nya

saja.Kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan

dankemuliaan.

2. Laki-laki

Wanita sebaiknya tidak memegang tampuk kepemimpinan.Rasulullah Shalallahu’alaihi

wa sallam bersabda,”Tidak akan beruntung kaum yang dipimpim oleh seorang wanita

( Riwayat Bukhari dan Abu Bukarah Radiyallahu’anhu )

3. Tidak Meminta Jabatan

Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu,”Wahai

Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi

pemimpin.Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan,

maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu

diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk

menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

4. Berpegang pada Hukum Allah.

Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin.Allah berfirman,”Dan hendaklah kamu

memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah

kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-Maaidah:49).

Jika ia meninggalkan hukum Allah, maka seharusnya dicopot dari jabatannya.

Page 9: TUGAS MAKALAH AGAMA

5. Memutuskan Perkara Dengan Adil

Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan

datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan

oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu

Hurairah dalam kitab Kabir).

6. Tidak Menutup Diri Saat Diperlukan Rakyat.

Hendaklah selalu membuka pintu untuk setiap pengaduan dan permasalahan

rakyat.Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup

pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-

pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinannya.” (Riwayat Imam Ahmad dan

At-Tirmidzi).

7. Menasehati rakyat

Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum

Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali

pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”

8. Tidak Menerima Hadiah

Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai

maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.Oleh karena itu,

hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya.Rasulullah

bersabda,” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat

Thabrani).

Page 10: TUGAS MAKALAH AGAMA

9. Mencari Pemimpin yang Baik

Rasulullah bersabda,”Tidaklah Allah mengutus seorang nabi atau menjadikan seorang

khalifah kecuali ada bersama mereka itu golongan pejabat (pembantu).Yaitu pejabat yang

menyuruh kepada kebaikan dan mendorongnya kesana, dan pejabat yang menyuruh

kepada kemungkaran dan mendorongnya ke sana.Maka orang yang terjaga adalah orang

yang dijaga oleh Allah,” (Riwayat Bukhari dari Abu said Radhiyallahu’anhu).

10. Lemah Lembut

Doa Rasullullah,’ Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia

mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara

umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya.

11. Tidak Meragukan dan Memata-matai Rakyat.

Rasulullah bersabda,” Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan dalam masyarakat,

ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-hakim). 

 

12. Setia

Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah.

 13. Tujuan

Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok tetapi

juga dalam ruang lingkup tujuan Islam yang lebih luas.

 

14. Berpegang pada Syariat dan Akhlak Islam

Page 11: TUGAS MAKALAH AGAMA

Pemimpin terikat dengan peraturan Islam, boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang

pada perintah syariat. Waktu mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab

Islam, khususnya ketika berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak

sepaham.

 

15. Pengemban Amanah

Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah yang disertai oleh tanggung

jawab yang besar. Qur'an memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah

dan menunjukkan sikap baik kepada pengikutnya.

"Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka, niscaya mereka

mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah

perbuatan yang mungkar... "(QS.22:41).

 

 C. Prinsip-prinsip Dasar Operasional Kepemimpinan Islam  

Ada tiga prinsip dasar yang mengatur pelaksanaan kepemimpinan Islam :

  Musyawarah

 Musyawarah adalah prinsip pertama dalam kepemimpinan Islam. Qur'an menyatakan

dengan jelas bahwa pemimpin Islam wajib mengadakan musyawarah dengan orang yang

mempunyai pengetahuan atau dengan orang yang dapat memberikan pandangan yang

baik.

"Dan orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedangkan

urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka

menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepadanya". (QS. 42 : 38).

Adil 

Pemimpin seharusnya memperlakukan manusia secara adil dan tidak berat sebelah.

Lepas dari suku bangsa, warna kulit, keturunan, atau agama. Qur'an memerintahkan agar

kaum muslimin berlaku adil bahkan ketika berurusan dengan para penentang mereka.

Page 12: TUGAS MAKALAH AGAMA

"Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum antara manusia supaya

kamu berlaku adil..." (QS. 4 : 58).

Kebebasan Berpikir 

Pemimpin Islam hendaklah memberikan ruang dan mengundang anggota kelompok

untuk dapat mengemukakan kritiknya secara konstruktif. Mereka dapat mengeluarkan

pandangan atau keberatan-keberatan mereka dengan bebas, serta mendapat jawaban dari

segala persoalan yang mereka ajukan. Al-Khulafa' al-Rasyidin memandang persoalan ini

sebagai unsur penting bagi kepemimpinan mereka. ketika seorang wanita tua berdiri

untuk mengoreksi Saidina Umar ibn al-Khattab waktu beliau berpidato di sebuah masjid,

beliau dengan rela mengakui kesalahannya, dan bersyukur kepada Allah SWT, karena

masih ada orang yang mau membetulkan kesalahannya. Pada suatu hari Saidina Umar

pernah pula bertanya kepada umat Islam mengenai apa yang dilakukan oleh mereka jika

beliau melanggar prinsip-prinsip Islam. Seorang lelaki menyebut bahwa mereka akan

meluruskan dengan sebilah pedang, Saidina Umar bersyukur kepada Allah karena masih

ada orang di lingkungan umat yang akan mengoreksi kesalahannya.

D. Eksistensi Kepemimpinan

Islam memandang perlu adanya seorang pemimpin, karena pada setiap kehidupan

masyarakat jelas memerlukan pemimpin. Nabi Muhammad Saw. adalah seorang rasul

sekaligus sebagai pemimpin masyarakat. Kerasulannya beliau berakhir dengan wafatnya

beliau, tetapi kepemimpinannya tetap harus berjalan.

Kita diwajibkan untuk mentaati pemimpin selama kepemimpinannya itu tidak

menyalahi aturan-aturan Allah Swt., sedangkan aapabila pemimpin tersebut menyuruh

kepada hal kemungkaran, maka kita tidak boleh mentaatinya.

Page 13: TUGAS MAKALAH AGAMA

Sabda Rasulullah Saw. :

“ Tidak boleh taat kepada seseorang dalam hal maksiat kepada Allah, sesungguhnya

ketaatan itu hanya dalam hal kebaikan saja. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Ali bin Abi

Thalib ).

Eksistensi menjadi seorang pemimpin di atas jelas harus disadari betul oleh setiap

individu sebab selain jika nanti menjadi seorang pemimpin terbesar, secara fitrahnya,

dalam susunan kepemimpinan terkecil, tiap individu adalah pemimpin bagi dirinya

sendiri. Yang disayangkan, sekarang banyak orang yang kurang menghiraukan hal

tersebut, sehingga mereka sangat senang dan gembira saat memangku jabatan pemimpin,

dan menjalankan kepimimpinannya seenak perutnya sendiri. Akibatnya kekacauan selalu

terjadi di bawah pemimpin yang tidak tahu hakikat kepemimpinan.

Kepemimpinan Rasulullah SAW

  Kepemimpinan Rasulullah SAW tidak bisa terlepas dari kehadiran beliau yaitu

sebagai pemimpin spiritual dan pemimpin rakyat. Prinsip dasar dari kepemimpinan beliau

adalah keteladanan. Dalam memimpin beliau lebih memgutamakan Uswah Al- hasanah

pemberian contoh kepada para shahabatnya. Sebagaimana digambarkan dalam Al-qur'an:

" dan sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berada dalam akhlaq yang sangat

agung" (QS. Al-qolam 4). Keteladanan Rasulullah SAW antara lain tercermin dalam

sifat-sifat beliau, Shiddiq, Amanah, Tabliq, Fathonah. Inilah karakteristik kepemimpinan

Rasulullah SAW:

 

1. Shiddiq, artinya jujur, tulus. Kejujuran dan ketulusan adalah kunci utama untuk

membangun sebuah kepercayaan. Dapat dibayangkan jika pemimpin sebuah organisasi,

masyarakat atau Negara, tidak mempuyai kejujuran tentu orang-orang yang dipimpin

Page 14: TUGAS MAKALAH AGAMA

(baca: masyarakat) tidak akan punya kepercayaan, jika demikian yang terjadi adalah

krisis kepercayaan.

2. Amanah, artinya dapat dipercaya. Amanah dalam pandangan Islam ada dua yaitu:

bersifat teosentris yaitu tanggungjawab kepada Allah Swt, dan bersifat antroposentris

yaitu yang terkait dengan kontak sosial kemanusiaan.

3. Tabliqh, artinya menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan. Dalam hal ini

adalah risalah Allah Swt. Betapapun beratnya resiko yang akan dihadapi, risalah tersebut

harus tetap disampaikan dengan sebaik-baiknya.

4. Fathonah, artinya cerdas. Kecerdasan Rasulullah SAW yang dibingkai dengan

kebijakan mampu menarik simpati masyarakat arab. dengan sifat Fathonahnya, rmampu

memanage konflik dan problem-problem yang dihadapi ummat pada waktu itu. Suku Aus

dan Khazraj yang tadinya suka berperang, dengan bimbingan Rasulullah SAW mereka

akhirnya menjadi kaum yang dapat hidup rukun.

Dalam kepemimpinannya, Rasulullah SAW juga menggunakan pendekatan persuasif

dan tidak menggunakan dengan kekerasan atau represif. Hal ini antara lain tampak dalam

sikap nabi ketika mengahadapi seorang badui yang baru masuk Islam yang belum mau

meninggalkan kebiasaan jeleknya. Juga beliau dalam kepimpinannya menerapkan gaya

inklusif indikasinya beliau mau dikritik dan diberi saran oleh para shahabatnya. Ini

tampak ketika beliau memimpin perang badar. Beliau pada waktu itu hendak

menempatkan pasukannya pada posisi tertentu dekat dengan mata air. Seorang shahabat

anshor bernama Hubab bin Mundhir bertanya: ya Rasulullah, apakah keputusan itu

berdasarkan wahyu, Sehingga tidak dapat berubah atau hanya pendapat engkau? Beliau

menjawab ini adalah ijtihadku. Kata Hubab, wahai utusan Allah, ini kurang tepat,

Shahabat tersebut lalu mengusulkan agar beliau menempatkan pasukannya lebih maju ke

depan, yakni kemata air yang lebih dekat, kita bawa tempat air lalu kita isi, kemudian

mata air itu kita tutup dengan pasir, agar musuh kita tidak bisa memperoleh air. Akhirnya

beliau mengikuti saran shahabat tersebut.

Page 15: TUGAS MAKALAH AGAMA

E. Tanggungjawab Pemimpin dalam Islam

Dalam sejarah ulama salaf, diriwayatkan bahwa khalifah rasyidin ke V Umar bin

Abdil Aziz dalam suatu shalat tahajjudnya membaca ayat 22-24 dari surat ashshoffat

) �د�ون� �ع�ب ي �وا �ان ك و�م�ا و�اج�ه�م� ز�� و�أ �م�وا ظ�ل �ذ�ين� ال وا ر� اط�) 22اح�ش� ص�ر� �ل�ى إ ف�اه�د�وه�م� �ه� الل د�ون� م�ن�

)� �ج�ح�يم (23ال �ون�) �ول ئ م�س� �ه�م� �ن إ )24و�ق�ف�وه�م�

yang artinya : (Kepada para malaikat diperintahkan) “Kumpulkanlah orang-orang yang

dzalim beserta teman sejawat merekadan sembah-sembahan yangselalu mereka sembah,

selain Allah: maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah mereka di

tempat perhentian karena mereka sesungguhnya mereka akan ditanya ( dimntai

pertanggungjawaban ).”

Beliau mengulangi ayat tersebut beberapa kali karena merenungi besarnya

tanggungjawab seorang pemimpin di akhirat bila telab melakukan kedzaliman. Dalam

riwayat lain Umar bin Khatab r.a. mengungkapkan besarnya tanggungjawab seorang

pemimpin di akhiarat nanti dengan kata-katanya yang terkenal : “Seandainya seekor

keledai terperosok di kota Baghdad nicaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya,

seraya ditanya : Mengapa tidak meratakan jalan untuknya ?” Itulah dua dari ribuan contoh

yang pernah dilukiskan para salafus sholih tentang tanggungjawab pemimpin di hadapan

Allah kelak.

Pada prinsipnya tanggungjawab dalam Islam itu berdasarkan atas perbuatan individu

saja sebagaimana ditegaskan dalam beberapa ayat seperti ayat 164 surat Al An’am

خ�ر�ى (� أ ر� و�ز� ة2 و�از�ر� �ز�ر� ت و�ال� �ه�ا �ي ع�ل �ال� إ �ف�س8 ن �ل: ك �ك�س�ب� ت )164و�ال�

Artinya: “Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali

kepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”

Page 16: TUGAS MAKALAH AGAMA

Dalam surat Al Mudatstsir ayat 38 dinyatakan

) �ة2 ه�ين ر� �ت� ب �س� ك �م�ا ب �ف�س8 ن �ل: )38ك

Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telahdiperbuatnya”

Akan tetapi perbuatan individu itu merupakan suatu gerakan yang dilakukan seorang pada

waktu, tempat dan kondisi-kondisi tertentu yang mungkin bisa meninggalkan bekas atau

pengaruh pada orang lain. Oleh sebab itu apakah tanggung jawab seseorang terbatas pada

amalannya saja ataukah bisa melewati batas waktu yang tak terbatas bila akibat dan

pengaruh amalannya itu masih terus berlangsung mungkin sampai setelah dia meninggal?

Seorang yang cerdas selayaknya merenungi hal ini sehingga tidak meremehkan

perbuatan baik sekecil apapun dan tidak gegabah berbuat dosa walau sekecil biji sawi.

Mengapa demikian ? Boleh jadi perbuatan baik atau jahat itu mula-mula amat kecil ketika

dilakukan, akan tetapi bila pengaruh dan akibatnya terus berlangsung lama, bisa jadi akan

amat besar pahala atau dosanya.

Allah SWT menyatakan

) �ين8 م�ب 8 �م�ام إ ف�ي �اه� �ن أح�ص�ي ي�ء8 ش� �ل� و�ك ه�م� �ار� و�ء�اث ق�د�م�وا م�ا �ب� �ت �ك و�ن �ى �م�و�ت ال �ي ي �ح� ن �ح�ن� ن �ا �ن )12إ

Artinya: Kami menuliskan apa-apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka

tinggalkan. (Yaasiin 12).

Ayat ini menegaskan bahwa tanggangjawab itu bukan saja terhadap apa yang

diperbuatnya akan tetapi melebar sampai semua akibat dan bekas-bekas dari perbuatan

tersebut. Orang yang meninggalkan ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah atau anak

yang sholeh , kesemuanya itu akan meninggalkan bekas kebaikan selama masih berbekas

sampai kapanpun. Dari sini jelaslah bahwa Orang yang berbuat baik atau berbuat jahat

akan mendapat pahala atau menanggung dosanya ditambah dengan pahala atau dosa

orang-orang yang meniru perbuatannya. Hal ini ditegaskan dalam Surat An nahl 25

) ون� �ز�ر� ي م�ا اء� س� ال�� أ 8 �م ل ع� �ر� �غ�ي ب �ه�م� :ون �ض�ل ي �ذ�ين� ال ار� و�ز�

� أ و�م�ن� �ام�ة� �ق�ي ال �و�م� ي Nة� �ام�ل ك ه�م� ار� و�ز�� أ �وا �ح�م�ل �ي )25ل

Page 17: TUGAS MAKALAH AGAMA

Artinya: “(Ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan

sepenuh-penuhnya pada hari kiamat dan sebagian dosa orang yang mereka sesatkan yang

tidak mengetahui sedikitpun bahwa mereka disesatkan. Ingatlah amat buruklah dosa yang

mereka pikul itu.”

Di sini kita merenung sejenak seraya bertanya: “apabila yang memerintah kejahatan

atau kedurhakaan itu seorang pemimpin yang memilik kekuasaan penuh, apakah dia saja

yang akan menanggung dosanya dan dosa rakyatnya karrena mereka dipaksa ? Ataukah

rakyat juga harus menaggung dosanya walau ia lakukan di bawah ancaman paksaan

tersebut ?” Menurut kami, seorang penguasa dianggap tidak memaksa selama rakyat

masih bisa memiliki kehendak yang aada dalam dirinya. Perintah seorang pimpinan

secara lisan maupun tulisan tidak berarti melepaskan seorang bawahan dari

tanggungjawab atas semua perbuatannya. Alquran mencela orang-orang yang melakukan

dosa dengan alasan pimpinannya menyuruh berbuat dosa. Allah menyatakan sbb.

) وال� س� الر� �ا ط�ع�ن� و�أ �ه� الل �ا ط�ع�ن

� أ �ا �ن �ت �ي �ال ي �ون� �ق�ول ي �ار� الن ف�ي و�ج�وه�ه�م� �ق�ل�ب� ت �و�م� �ا) 66ي �ط�ع�ن أ �ا �ن إ �ا �ن ب ر� �وا و�ق�ال

) �يال� ب الس� �ا :ون ض�ل� ف�أ �ا اء�ن �ر� �ب و�ك �ا �ن اد�ت )67س�

: “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata:

“alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat pula kepada Rasul” Dan

mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-

pemimpin dan pembesar-pembesar kami , lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang

benar”. (Al ahzab 66-67).

Allah membantah mereka dengan tegas

) �ون� �ر�ك ت م�ش� �ع�ذ�اب� ال ف�ي �م� �ك ن� أ �م� �م�ت ظ�ل �ذ� إ �و�م� �ي ال �م� �ف�ع�ك �ن ي �ن� )39و�ل

: “Harapanmu itu sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu di hari itu karena

kamu telah menganiaya dirimu sendiri . Sesungguhnya kamu bersekutu dalam azab itu.

(Az Zukhruf 39).

Dari sini jelaslah bahwa pemimpin yang dzalim tidak akan bisa memaksa hati

seseorang kendati mampu memaksa yang lahiriyahnya. Oleh sebab itu rakyat atau

bawahanpun harus bertanggung jawab terhadap akidahnya dan perbuatannya kendati di

sana ada perintah dan larangan pimpinan.

Page 18: TUGAS MAKALAH AGAMA

Berbeda dengan hukum paksaan yang menimpa orang-orang lemah yang ditindas

penguasa yang mengancam akan membunuhnya dan memang bisa dilaksanakan. Hal ini

pernah terjadi pada masa awal Islam di Makkah dimana orang yang masuk Islam di paksa

harus murtad seperti Bilal bin Rabbah, keluarga Yasir dst. Mereka dipaksa menyatakan

kekufuran. (lihat An Nahl 106 dan An Nisa’ 97-99)

Tanggung jawab seorang berkaitan erat dengan kewajiban yang dibebankan padanya.

Semakin tinggi kedudukannya di masyarakat maka semakin tinggi pula

tanggungjawabnya. Seorang pemimpin negara bertanggung jawab atas prilaku dirinya,

keluarganya, saudara-saudaranya, masyarakatnya dan rakyatnya. Hal ini ditegaskan Allah

sbb.; “Wahai orang-orang mukmin peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”

(At Tahrim 6) Sebagaimana yang ditegaskan Rasululah saw : “ Setiap kamu adalah

pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas

kepemimpinannya..”(Al Hadist)

Tanggungjawab vertikal ini bertingkat-tingkat tergantung levelnya. Kepala keluarga,

kepala desa, camat, bupati, gubernur, dan kepala negara, semuanya itu akan dimnitai

pertanggungjawabannya sesuai dengan ruang lingkup yang dipimpinnya. Seroang

mukmin yang cerdas tidak akan menerima kepemimpinan itu kecuali dengan ekstra hati-

hati dan senantiasa akan mempeprbaiki dirinya, keluarganya dan semua yang menjadi

tanggungannya. Para salafus sholih banyak yang menolak jabatan sekiranya ia khawatir

tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

Pemimpin dalam level apapun akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan

Allah atas semua perbuatannya disamping seluruh apa yang terjadi pada rakyat yang

dipimpinnya. Baik dan buruknya prilaku dan keadaan rakyat tergantung kepada

pemimpinnya. Sebagaimana rakyat juga akan dimintai pertanggungjawabannya ketika

memilihseorang pemimpin. Bila mereka memilih pemimpin yang bodoh dan tidak

memiliki kapabilitas serta akseptabilitas sehingga kelak pemimpin itu akan membawa

rakyatnya ke jurang kedurhakaan rakyat juga dibebani pertanggungjawaban itu.

Page 19: TUGAS MAKALAH AGAMA

Seorang penguasa tidak akan terlepas dari beban berat tersebut kecuali bila selalu

melakukan kontrol, mereformasi yang rusak pada rakyatnya , menyingkirkan orang-orang

yang tidak amanah dan menggantinya dengan orang yang sholeh. Perrtolongan allah

tergantung niat sesuai dengan firman Allah

) �يم2 ع�ل ي�ء8 ش� Uل� �ك ب �ه� و�الل �ه� �ب ق�ل �ه�د� ي �ه� �الل ب �ؤ�م�ن� ي و�م�ن� �ه� الل �ذ�ن� �إ ب �ال� إ �ة8 م�ص�يب م�ن� ص�اب�� أ )11م�ا

Artinya : Barangsiapa yang beriman kepada Allah akan ditunjuki hatinya danAllah Maha

Mengetahui ats segala sesuatu. (At Taghobun 11)

Wallahu a’lamu.

Page 20: TUGAS MAKALAH AGAMA

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara ringkas kepemimpinan Islam bukanlah kepemimpinan tirani dan tanpa

koordinasi. Pemimpin Islam, setelah mendasari dirinya dengan prinsip-prinsip Islam,

bermusyawarah dengan sahabat-sahabat secara obyektif dan dengan penuh rasa hormat,

membuat keputusan seadil-adilnya. Dia bertanggungjawab bukan hanya kepada para

pengikutnya tetapi juga yang lebih penting adalah kepada Allah SWT. Tipe

kepemimpinan participatif seperti ini adalah tipe yang terbaik dalam membantu

tumbuhnya persatuan di kalangan anggota dan meningkatkan kualitas penampilan

mereka.

3.2 Saran

Setelah menelaah materi tugas makalah ini, kami menyarankan agar setiap pemimpin

dapat berlaku baik seperti yang telah Rasulullah Saw. contohkan kepada kita. Jadilah

seorang pemimpin yang tindak-tanduknya selalu bersumber pada Al Qur’an dan Al

Hadist, karena baik atau buruknya sebuah organisasi atau agama Islam sekalipun akan

tercermin dari pola pikir dan tingkah laku pemimpinnya.

Page 21: TUGAS MAKALAH AGAMA

TUGAS MAKALAH AGAMA ISLAM

“ KEPEMIMPINAN ISLAM “

Disusun Oleh :

Dimas Kusuma Prabu 2010.2.19068

Rizkiawati Kurnia 2010.2.19051

Akademi Pimpinan Perusahaan

Kementrian Perindustrian Republik Indonesia

Page 22: TUGAS MAKALAH AGAMA

Jakarta

2010

DAFTAR PUSTAKA

Badruzzaman, Akhmad Dimyathi. 2004. Panduan Kuliah Islam. Bandung : Sinar Baru

Algensindo.

http://tripod.com// pukul 16.00 WIB

http://shvoong.com// pukul 16.00 WIB

http://ikadjatim.org// pukul 16.00 WIB