T_BP_1009521_Chapter3
-
Upload
martha-tanjung -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of T_BP_1009521_Chapter3
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
1/28
Irma Numiasari, 2013 Program Bimbingan Pribadi – Sosial Berdasarkan Pendekatan Humanistik Untuk MengembangkanKonsep Diri Peserta DidikUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang pendekatan dan desain penelitian, lokasi
penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional variabel,
instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, rancangan program
bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data dan langkah-langkah penelitian.
A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya (Arikunto,
2006:12). Sedangkan menurut Azwar penelitian dengan pendekatan kuantitatif
menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode
statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial
(dalam rangka pengujian hipotesis). Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi
perbedaan kelompok atau signifikasi hubungan antar variabel yang diteliti (Azwar, 2007:5).
Dalam penelitian ini digunakan metode pre eksperimental design. Menurut
Arikunto (2006:84), pre eksperimental design sering kali dipandang sebagai
eksperimen tidak sebenarnya. Oleh karena itu, sering disebut dengan “quasi
experiment ” atau eksperimen semu. Penelitian eksperimen kuasi dapat diartikan
sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk
penelitian ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain
dengan subjek yang diteliti adalah manusia, dimana mereka tidak boleh dibedakan
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
2/28
73
antara satu dengan yang lain seperti mendapat perlakuan karena berstatus sebagai
kelompok kontrol. Metode penelitian eksperimen kuasi (quasi experiment ) mirip
dengan metode eksperimen namun lebih fleksibel karena tidak menggunakan
random assigment (Hepner et al., 2008:176). Penelitian eksperimen semu,
dilakukan untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh suatu perlakuan
bila dibandingkan dengan perlakuan lain dengan pengontrolan variabelnya sesuai
dengan kondisi yang ada ( situasional ).
Alasan peneliti menggunakan metode penelitian quasi experiment adalah
karena (1) sampel penelitian yang digunakan melalui teknik sampel purposive
yaitu pemilihan sampel dilakukan tidak secara random; (2) peneliti tidak mungkin
menempatkan subjek penelitian dalam situasi laboratorik murni yang sama sekali
bebas dari pengaruh lingkungan sosial selama diberikan perlakuan eksperimental.
Penelitian ini menggunakan eksperimen kuasi dengan desain kelompok
kontrol yang non-ekuivalen ( Nonequivalent Control Group Design). Desain
penelitian nonequivalent pretest-posttest control group design, yaitu jenis desain
yang biasanya dipakai pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas yang
sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan
sama keadaan atau kondisinya. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kedua kelompok tersebut terdiri dari peserta didik yang memiliki konsep
diri tidak kongruen berdasarkan data penyebaran instrumen konsep diri oleh
peneliti. Jumlah anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dibandingkan dengan porsi yang seimbang. Kelompok eksperimen diberikan
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
3/28
74
perlakuan berupa bimbingan pribadi-sosial dan perlakuan konvensional pada
kelompok kontrol. Alasan peneliti menggunakan desain ini adalah sebagai
manipulasi, dimana peneliti menjadikan variabel bebas untuk menjadi sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai
pembanding yang bisa membedakan antara kelompok yang memperoleh
perlakuan/manipulasi dengan kelompok yang tidak memperoleh
perlakuan/manipulasi (kelompok yang memperoleh perlakuan konvensional).
Adapun desain penelitiannya mengadaptasi dari Sugiono (2010:112),
digambarkan sebagai berikut.
Tabel 3.1
Desain Penelitian
KELAS Pre Test Perlakuan Post Test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Keterangan:
X =
O1 =
O2 =
Perlakuan dengan program bimbingan pribadi-sosial dengan menggunakan
pendekatan humanistik terhadap pengembangan konsep diri
Pengungkapan awal kondisi konsep diri peserta didik kelas eksperimen
dengan menggunakan instrumen konsep diri peserta didik
Pengungkapan akhir kondisi konsep diri peserta didik kelas eksperimen
dengan menggunakan instrumen konsep diri peserta didik
O3 =
O4 =
Pengungkapan awal kondisi konsep diri peserta didik kelas kontrol
dengan menggunakan instrumen konsep diri peserta didik
Pengungkapan akhir kondisi konsep diri peserta didik kelas kontrol
dengan menggunakan instrumen konsep diri peserta didik
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
4/28
75
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Lokasi
Tempat atau lokasi penelitian di SLBN A Kota Bandung bertempat di Jl.
Padjajaran Kota Bandung Provinsi Jawa Barat yang selanjutnya disebut SMPLB
X. Alasan dipilihnya sekolah tersebut sebagai tempat penelitian dikarenakan
mudah dalam hal pengawasan karena sekolah tersebut terletak di pusat kota
Bandung. Sekolah ini dapat dikatakan sebagai sekolah pemula di kota Bandung
yang menerima peserta didik tunanetra selain itu sekolah ini terakreditasi A di
kota Bandung. Jumlah peserta didik SMPLB tunanetra yang mengikuti pendidikan
di sekolah ini relatif banyak dibandingkan di SLBN A lainnya.
2. Populasi
Populasi penelitian ini adalah peserta didik SMPLB. Jumlah populasi
penelitian sebanyak 23 orang. Karakteristik populasi penelitian, yaitu a) peserta
didik SMPLB; b) berusia 13 sampai dengan 21 tahun; c) pria dan wanita; d) jenis
ketunaan adalah tunanetra tanpa memiliki ketunaan ganda. Adapun hal-hal yang
menjadi pertimbangan dalam pemilihan populasi adalah sebagai berikut.
a) Peserta didik SMPLB berada dalam rentang usia remaja, yaitu berkisar antara
13-21 tahun yang merupakan periode transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan
biologis, kognitif dan sosio-emosional.
b) Peserta didik SMPLB termasuk kategori “remaja” yang mulai berfikir secara lebih
abstrak dan idealistik. Pada diri remaja muncul kemampuan untuk mengkonstruksi
diri ideal dan diri sebenarnya, menjadi membingungkan bagi remaja. Menurut
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
5/28
76
Rogers, perbedaan yang jauh antara diri yang nyata dan diri yang ideal menunjukkan
tanda ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri (Santrock, 2003:333)
c) Peserta didik SMPLB mendapatkan perlakuan konvensional berupa layanan
bimbingan dan konseling secara rutin oleh guru pembimbing di sekolah,
sehingga peneliti mencoba membandingkan perlakuan konvensional tersebut
dengan perlakuan yang peneliti berikan sesuai dengan rancangan penelitian
yang dibuat peneliti.
3. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang akan diteliti. Subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013 yang teridentifikasi
memiliki konsep diri tidak kongruen, berdasarkan hasil perhitungan dari
penyebaran instrumen konsep diri. Penelitian ini menggunakan metode quasi
experiment dengan teknik yang digunakan purposive sampling , yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2010:124).
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling ditentukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a)
Menyebarkan instrumen konsep diri peserta didik terhadap 23 orang peserta
didik SMPLB X
b) Mengambil peserta didik secara homogen, yaitu berdasarkan kategori konsep
diri tidak kongruen yaitu sebanyak 14 orang peserta didik.
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
6/28
77
c)
Membagi 14 peserta yang memiliki konsep diri tidak kongruen tersebut
menjadi dua kelompok, yaitu 7 peserta didik untuk kelompok eksperimen dan
7 peserta didik untuk kelompok kontrol.
Langkah pengambilan sampel tersebut dimaksud agar dapat menyaring
peserta didik yang memiliki kategori konsep diri tidak kongruen kemudian
dikelompokan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu konsep diri peserta didik dan
program bimbingan pribadi-sosial, yaitu.
a) Variabel bebas (X) adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang
dijadikan sebagai variabel bebas adalah program bimbingan pribadi-sosial
berdasarkan pendekatan humanistik
b) Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab akibat.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel terikat adalah konsep diri .
Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
2.
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah program
bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik dan konsep diri.
a) Bimbingan Pribadi-Sosial
Menurut Winkel (2007:35) bimbingan pribadi-sosial berarti proses
bantuan yang diberikan dari konselor ke konseli dalam menghadapi permasalahan
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
7/28
78
yang bersifat pribadi dan sosial. Menurut Yusuf dan Nurihsan (2010:11)
bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu
dalam memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial. Permasalahan yang bersifat
pribadi-sosial adalah masalah hubungan dengan sesama teman, pemahaman sifat
dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan
masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.
Pendekatan humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang
manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju.
Dasar pendekatan ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya,
dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan
nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri,
dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu. Falsafah dan
asumsi dasar pendekatan ini berdasarkan pada pandangan positif tentang manusia
yang melihat orang memiliki sifat bawaan berjuang keras ke arah menjadi untuk
berfungsi secara penuh (becoming fully functioning ) (Feist dan Feist, 2010:7).
Istilah bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian ini adalah upaya yang
dilakukan konselor untuk melaksanakan bantuan kepada konseli dalam
mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial sehingga membina
hubungan sosial di berbagai lingkungan atau pergaulan sosial, serta bertujuan untuk
mencapai perkembangan diri mengacu pada data profil konsep diri peserta didik.
Secara operasional bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian ini adalah
upaya yang dilakukan peneliti sebagai konselor untuk melaksanakan bantuan kepada
peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013 sebagai konseli dalam
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
8/28
79
mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial sehingga membina
hubungan sosial di berbagai lingkungan atau pergaulan sosial, serta bertujuan untuk
mencapai perkembangan diri khususnya pengembangan konsep diri peserta didik
dengan menekankan nilai-nilai positif individu, lebih memfokuskan perhatian pada
kekuatan dan kemampuannya daripada kekurangan dan kesulitannya serta
menerapkan konsep “unconditional positive regard ”.
b) Konsep Diri
Menurut Burn (1993:87) konsep diri yaitu konseptualisasi individu
mengenai pribadinya sendiri, dipandang sebagai seseorang yang diinvestasikan
dengan konotasi-konotasi emosional yang potensial dan evaluatif karena
keyakinan-keyakinan subyektif dan pengetahuan faktual yang dianggap berasal
dari diri individu yang bersifat pribadi dalam berbagai tingkatan, intens dan
sentral terhadap keunikan identitasnya.
Menurut Carl Rogers (Alwisol, 2004:338) terkait konsep diri diartikan
sebagai: (a) persepsi, keyakinan, perasaan/sikap seseorang tentang dirinya sendiri;
(b) kualitas pensifatan individu tentang dirinya sendiri dan pandangan orang lain
tentang dirinya sendiri; (c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya
sendiri dan pandangan orang lain tentang dirinya.
Konsep diri menurut Rogers (Prabawa, 2009:9) merupakan sebagian dari
medan fenomenal yang lama kelamaan menjadi terpisah. Menurut Rogers, konsep
diri merupakan gestalt konseptual yang teratur dan bersifat konsisten yang terdiri
dari persepsi-persepsi tentang ciri atau karakteristik diri individu dan juga persepsi
yang individu miliki tentang hubungan antara diri individu dengan orang lain,
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
9/28
80
pendapat orang lain yang diyakini terhadap diri, juga berbagai aspek dalam
kehidupan individu.
Menurut Rogers (Prabawa, 2009:10) konsep diri tidak hanya terdiri dari
persepsi tentang apa yang individu sukai, tetapi juga apa yang individu fikirkan
tentang apa yang seharusnya individu lakukan dan ingin menjadi seperti apa diri
individu. Keadaan diri individu saat ini disebut real self , sementara ideal self
adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa
yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Menurut Atwater (Desmita, 2010:163) konsep diri adalah keseluruhan
gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan
dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Atwater mengidentifikasikan
konsep diri atas tiga bentuk, pertama, body image yaitu kesadaran tentang
tubuhnya; kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan
seseorang mengenai dirinya; ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain
melihat dirinya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan konsep diri
merupakan cara pandang individu terhadap gambaran pribadinya yang merupakan
hasil penggabungan dari persepsi mengenai karakteristik diri pada saat ini (real
self) dan persepsi mengenai diri terhadap orang lain dan kehidupan sehingga
memunculkan diri yang diinginkan dalam dirinya (ideal self) meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif meliputi pengalaman masa lalu,
keyakinan terhadap pilihan, pemahaman kelebihan dan kelemahan diri,
pertimbangan konsekuensi pilihan-pilihan, tujuan yang ingin dicapai, harapan,
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
10/28
81
nilai-nilai kehidupan, kesadaran akan perilaku diri dan orang lain. Aspek afektif
meliputi dorongan-dorongan, perasaan subjektif individu tetrhadap diri,
penghargaan terhadap diri dan orang lain, keterlibatan dalam sebuah komunitas
dan taat pada norma yang berlaku. Aspek psikomotorik meliputi interaksi dengan
lingkungan sosial, kemampuan berbahasa dan mengelola emosi. Selanjutnya
konsep diri mempresentasikan pola persepsi yang terorganisasi dan kosisten.
Walaupun diri berubah, diri akan selalu memiliki kualitas pola, integrasi dan
organisasi yang sama.
Secara operasional konsep diri yang diungkap dalam penelitian ini dibatasi
pada real self sedangkan aspek dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif
dan afektif. Indikator yang terdapat dalam aspek kognitif dan afektif tidak semua
digunakan. Secara operasional konsep diri dalam penelitian ini adalah cara
pandang peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013 terhadap gambaran
pribadinya pada saat ini, meliputi aspek kognitif dan afektif. Indikator-indikator
dari aspek tersebut yaitu sebagai berikut.
a. Kognitif
1) Mengetahui kondisi fisik
2)
Menjabarkan identitas diri terkait kepribadian
3) Mengenal kemampuan dan ketidakmampuan diri
4) Mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
5) Memaknai pengalaman
b. Afektif
1) Menghargai diri dan orang lain
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
11/28
82
2)
Sikap percaya diri
3)
Meyakini nilai-nilai moral
D. Pengembangan Instrumen Penelitian
Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka
dikembangkan alat pengumpul data yaitu skala konsep diri, digunakan untuk
memperoleh gambaran tentang konsep diri peserta didik sebelum dan sesudah
mengikuti proses bimbingan pribadi-sosial.
1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Instrumen konsep diri peserta didik dikembangkan dari definisi
operasional variabel. Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan tentang konsep
diri merujuk pada aspek kognitif dan afektif berdasarkan konsep yang
dikembangkan oleh Rogers. Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah
dibuat sehingga menghasilkan item-item pernyataan dan kemungkinan
jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur konsep diri peserta didik.
Angket menggunakan format rating scale (skala penilaian) model Likert . Adapun
kisi-kisi instrumen disajikan dalam tabel 3.2 berikut ini dan instrumen secara
lengkap terlampir dalam lampiran.
Tabel 3.2Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Peserta Didik
ASPEK INDIKATOR No. Item Jml
Kognitif(pengetahuan
individu terhadap
dirinya sendiri yang
akan membentuk
gambaran dirinya)
a.
Mengetahui kondisi fisik 1,2,3,4,5,6,7,8 8
b. Menjabarkan identitas diri
terkait kepribadian
9,10,11,12,13,14,15,16
,17,18,19,20
12
c. Mempelajari cara-cara
pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah
21,22,23,24,25,26,27 7
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
12/28
83
2. Penimbangan Instrumen (Expert Judgment ) dan Uji Keterbacaan
Instrumen
Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh item-item yang
valid yang dapat mengukur permasalahan konsep diri peserta didik. Instrumen
penelitian ditimbang oleh tiga orang pakar untuk dikaji dan ditelaah dari segi isi,
redaksi kalimat, serta kesesuaian item dengan aspek-aspek yang akan diungkap
(apakah item layak digunakan untuk mengungkapkan atribut yang dikehendaki
oleh peneliti sebagai perancang instrumen).
Ketiga penimbang tersebut adalah Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., yang
merupakan pakar dalam bimbingan dan konseling, Dr. Nurhuda, M.Pd., yang
merupakan pakar dalam testing psikologis dan konstruksi tes serta Dr. Jaja
Raharja, M.Pd., yang merupakan pakar dalam bidang pendidikan luar biasa
khususnya ketunanetraan.
Penimbangan perlu dilakukan guna mendapatkan angket yang sesuai
dengan kebutuhan peneliti. Bila terdapat butir pernyataan yang tidak sesuai, maka
d. Mengenal kemampuan dan
ketidakmampuan diri
28,29,30,31,32,33,34,3
5,36,37
9
e.
Memaknai pengalaman 38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48,49
11
Afektif
(penilaian individu
terhadap dirinya
sendiri yang akan
membentuk
bagaimana
penerimaan terhadap
diri dan harga diri
individu)
a. Menghargai diri dan orang lain 50,51,52,53,54,55,56,5
7,58,59,60,61,62,63,64
,65,66,67,68,69,70,71,
72
22
b. Sikap percaya diri 73,74,75,76,77,78,79,8
0,81,82,83,84,85,86,87
,88,89,90,92
91,93,94
21
c.
Meyakini nilai-nilai moral 95,96,97,98,99 5
JUMLAH 99
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
13/28
84
butir pernyataan tersebut akan dibuang atau hanya direvisi yang akan kemudian
disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Hasil penilaian dosen
penimbang, pada angket penelitian ini mengalami revisi bahasa dan sejumlah 9
item dibuang karena tidak memenuhi kualifikasi, sehingga jumlah item pada
angket yang akan diujicobakan sebanyak 99 item.
Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar kemudian
direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para penimbang tersebut. Setelah itu
instrumen yang telah direvisi, kemudian dilakukan uji keterbacaan oleh lima responden
untuk mengetahui apakah setiap item dapat dan mudah dipahami oleh responden.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Uji Validitas
Instrumen ini diujicobakan terhadap 5 orang peserta didik SMPLB di
SLBN A Citeurep dan 5 orang di SLBN A Kota Bandung, dimaksudkan untuk
mengetahui ketepatan/kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability) alat ukur
yang telah disusun dan akan digunakan penelitian
Uji validitas instrumen dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan
software Microsoft Excel 2007 dan software SPSS version 17.0 for Windows.
Hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran 2 (pengolahan data). Validitas
menunjukan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang di tanyakan dan
apa yang ingin di ukur dalam penelitian. Suatu pertanyaan dikatan valid dan dapat
mengukur variabel penelitian jika nila koefesien validitasnya lebih dari atau sama
dengan 0,30 (Sugiono, 2010:179). Proses pengujian validitas instrumen dilakukan
dengan koofesien korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
14/28
85
2222
Y Y N X X N
Y X XY N r xy
Keterangan :
r xy = Koefesien indek korelasi product moment
N = Jumlah Subyek
ΣX = Jumlah skror total variable X
ΣY = Jumlah skor total variable Y
ΣX2 = Jumlah kuadrat skor variable X
ΣY2 = Jumlah kuadrat skor variable Y (Arikunto, 2006 : 170)
Setelah mendapatkan r hitung, kemudian untuk menguji nilai signifikansi
validitas butir soal tersebut, digunakan uji t yaitu dengan menggunakan rumus berikut.
t
Keterangan:
r = Nilai Koefesien Korelasi
N = Jumlah sampel
Dasar pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut.
Jika r positif, serta r 0.30 maka item pertanyaan tersebut valid.
Jika r negatif, serta r 0.30 maka item pertanyaan tersebut tidak valid.
Perhitungan validitas dengan menggunakan rumus koofesien korelasi
product moment dilakukan dengan bantuan Software SPSS. Di antara sejumlah 99
item yang diujicobakan, hanya diperoleh 85 item yang memenuhi kriteria
penerimaan r tersebut.
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
15/28
86
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Instrumen
KESIMPULAN ITEM JUMLAH
Memadai 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 22. 23, 24, 25, 26, 38, 29, 31, 32, 33, 35,
36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49,
50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63,
64, 66, 67, 68, 69 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78,
79, 80, 81, 82, 83, 85, 86, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94,
95, 96, 99, 100, 103, 104, 107, 108
85
Buang 1,11,12,14,23,24,30,31,36,42,43,45,58,62 14
b.
Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas instrumen bertujuan untuk melihat tingkat keterandalan atau
kemantapan sebuah instrumen (level of consistency) penelitian atau dengan kata lain sejauh
mana instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara konsistens (Rakhmat dan Solehudin,
2006:70). Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran dengan
menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas intrumen ditunjukkan sebagai
derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen
yang sama dalam kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi
varians skor perolehan subjek. Dalam hal ini, skor perolehan terdiri dari skor murni dan skor
kekeliruan galat pengukuran. Oleh karena itu, reliabilitas instrumen secara operasional
dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r ) (Suryabrata, 1999:41).
Hasil uji reliabilitas pada instrumen konsep diri dengan menggunakan
software SPSS version 17.0 for Windows diperoleh koefisien Alpha Cronbach
untuk konsep diri peserta didik sebesar α = 0, 989. Titik tolok ukur koefisien
reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (2010: 149) yang
disajikan pada Tabel 3.4 berikut.
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
16/28
87
Tabel 3.4
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Berdasarkan hasil koefisien Alpha Cronbach yang diperoleh (α = 0, 989)
dan mengacu pada titik tolak ukur pada Tabel 3.4, maka dapat disimpulkan bahwa
instrumen konsep diri peserta diri memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi.
E. Pengembangan Program Bimbingan Pribadi-Sosial berdasarkan
Pendekatan Humanistik
Pengembangan produk merupakan salah satu tahapan yang harus
dilakukan dalam sebuah penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian dan
pengembangan. Adapun tahapan dalam pengembangan produk yang berupa
program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penyusunan Draf Program
Setelah memperoleh landasan teoretis mengenai konsep diri dan kondisi
awal konsep diri, maka kegiatan berikutnya dalam pengembangan program adalah
menyusun draf program berisi pedoman umum operasional program yang
meliputi: (1) orientasi program; (2) rasional dan asumsi; (3) tujuan program; (4)
peran konselor; (5) kompetensi konselor; (6) penunjang teknis layanan; (7)
struktur dan tahapan program, (8) refleksi dan indikator keberhasilan.
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 ─ 0,199 0,20 ─ 0, 399
0,40 ─ 0,599
0,60 ─ 0, 799
0,80 ─ 1, 000
Sangat rendahRendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
17/28
88
2. Uji Rasional
Uji rasional dalam penelitian ini melalui dua jenis pengujian yaitu: uji
validitas isi program dan uji empiris.
a. Uji Validitas Isi Program
Uji validitas isi program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan
pendekatan humanistik pada penelitian ini menggunakan pendekatan humanistik
yang diberikan oleh lima orang pakar/ahli Bimbingan dan Konseling yaitu Dr.
Mubiar Agustin, M. Pd., Dr. Ipah Saripah, M. Pd., Dr. Jaja R, M.Ed., Dr. Ehan,
M.Pd., dan Agus Sensus, M.Pd.
b. Uji Empiris
Uji empiris dilakukan melalui uji keterbacaan dan uji kepraktisan
program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik dalam
mengembangkan konsep diri dengan teknik group discussion dari para praktisi
bimbingan dan konseling. dalam penelitian ini uji kepraktisan dilakukan oleh
Guru BK yaitu Tri Bagio, M.Pd.
3. Hasil Uji Program Hipotetik Bimbingan Pribadi-Sosial berdasarkan
Pendekatan Humanistik untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta
Didik SMPLB X
Program bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian ini dirancang
berdasarkan pendekatan humanistik yang dipadukan dengan hasil studi
pendahuluan tentang profil konsep diri peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran
2012/2013. Program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
18/28
89
dikembangkan untuk mengembangkan konsep diri yang mencakup aspek kognitif
dan afektif.
Program bimbingan pribadi-sosial yang dikembangkan dijabarkan dari
konsep pendekatan humanistik, artinya secara umum konten dari layanan
bimbingan pribadi-sosial yang harus dikembangkan peserta didik adalah konsep
diri dengan bernuansa humanistik. Pengembangan program dilakukan melalui
beberapa tahapan yaitu.
Tahap pertama, penyusunan draf program bimbingan pribadi-sosial
untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. Sistematika program yang
dikembangkan meliputi: (1) orientasi program; (2) rasional dan asumsi; (3) tujuan
program; (4) peran konselor; (5) kompetensi konselor; (6) penunjang teknis
layanan; (7) struktur dan tahapan program, (8) refleksi dan indikator keberhasilan.
Tahap kedua, uji validasi rasional yang terdiri dari uji validasi isi
program dan uji empiris atau uji kepraktisan. Uji validasi isi program ditimbang
oleh lima orang pakar/ahli Bimbingan dan Konseling yaitu Dr. Mubiar Agustin,
M. Pd., Dr. Ipah Saripah, M. Pd., Dr. Jaja R, M.Ed., Dr. Ehan, M.Pd dan Agus
Sensus, M.Pd.
Adapun masukan yang diperoleh dari pakar dan praktisi yang melakukan
judgement terhadap program ini dipaparkan sebagai berikut.
Tabel 3.5
Hasil Penimbangan Pakar dan Praktisi Terhadap Layanan
Bimbingan Pribadi-Sosial berdasarkan Pendekatan Humanistik
ASPEK LAYANAN HASIL PENIMBANGAN PAKAR
Orientasi program Orientasi program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan
pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep
diri peserta didik sudah memadai, namun ada beberapa
masukan dengan tidak mencantumkan banyak landasan
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
19/28
90
ASPEK LAYANAN HASIL PENIMBANGAN PAKAR
teori dalam orientasi program dan belum terlihatnya
definisi program bimbingan pribadi-sosial dan relevansiantara program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan
pendekatan humanistik dengan konsep diri. Tindak lanjut
masukan tersebut dilakukan revisi yang sesuai dengan
yang disarankan.
Rasional dan Asumsi
Program
Rasional dan asumsi program merupakan landasan
teoritis maupun empiris sebagai need assessment yang
dijadikan dasar dalam pembuatan program. Hasil
pertimbangan pakar menyatakan bahwa rasional dan
asumsi program memadai, namun ada beberapa saran
yang menjadi masukan yaitu terlalu banyak teori yang
dicantumkan sehingga peneliti menindak lanjutinyadengan mengurangi landasan teori sesuai dengan yang
disarankan penimbang. Selain itu saran yang diberikan
dengan mendeskripsikan profil konsep diri peserta didik.
Tujuan Tujuan program merupakan gambaran hasil yang
diharapkan setelah peserta didik mengikuti layanan.
Berdasarkan hasil penimbangan pakar terhadap tujuan
program dinilai memadai, sedangkan dua pakar memberi
nilai sangat memadai. Saran dan komentar yang
diberikan adalah perlunya diklasifikasikan dalam tujuan
umum dan tujuan khusus program, dan perlunyadisesuaikan dengan need assesment .
Peran Konselor Peran konselor adalah kemampuan dasar yang perlu
dimiliki konselor untuk melaksanakan layanan. Hasil
penimbangan pakar diketahui tiga pakar menyatakan
sangat memadai dan dua pakar lain menyatakan
memadai. Masukan yang diberikan adalah perlu
dijelaskan dengan bahasa yang lebih deskriptif dan
operasional. Tindak lanjut masukan tersebut dilakukan
revisi yang sesuai dengan yang disarankan.
Kompetensi Konselor Kemampuan konselor dalam melaksanakan program
bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan konsepdiri peserta didik. Berdasarkan kelima pakar menilai
kompetensi konselor memadai dan masukan yang
diberikan adalah perlu dijelaskan dengan bahasa yang
lebih deskriptif dan operasional. Tindak lanjut terhadap
masukan tersebut dilakukan dilakukan revisi yang sesuai
dengan yang disarankan.
Penunjang Teknis
Layanan
Penunjang teknis layanan dinilai oleh pakar sudah
memadai. Masukan yang diberikan adalah perlu
diperjelas dalam tahapan pelaksanaan bimbingan. Tindak
lanjut dari saran tersebut dilakukan dilakukan revisi yang
sesuai dengan yang disarankan.
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
20/28
91
ASPEK LAYANAN HASIL PENIMBANGAN PAKAR
Struktur dan Tahapan
Layanan
Struktur dan tahapan berisi gambaran singkat langkah
kerja dan aktivitas yang ada dalam setiap layanan. Hasil penimbangan menurut lima pakar menunjukkan struktur
dan tahapan dianggap memadai. Setiap tahapan dalam
dianggap sudah mengakomodir dalam pencapaian tujuan
program. Masukan yang diberikan adalalah perlu
ditambah pengembangan tema dan materi program pada
setiap tahapan.
Refleksi Layanan dan
Indikator
Keberhasilan
Refleksi layanan dinilai oleh pakar sudah memadai.
Masukan yang diberikan adalah perlu disertakan format
lampiran refleksi. Tindak lanjut dari saran tersebut
dilakukan dilakukan revisi yang sesuai dengan yang
disarankan. Indikator keberhasilan dinilai oleh kelimaorang pakar sudah memadai dan tidak ada masukan yang
perlu diperbaiki.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian menggunakan metode eksperimen kuasi yang menyajikan profil
umum tentang konsep diri peserta didik dan efektivitas program bimbingan
pribadi-sosial. Untuk uji efektivitas program, dibandingkan hasil skor rata-rata
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Mengacu pada kepentingan tersebut,
penting diadakan analisis statistika untuk menjawab pertanyaan penelitian dan
memperoleh data dalam bentuk angka.
1. Teknik Analisis Profil Umum Konsep Diri Peserta Didik
Teknik analisis pertama ditujukan untuk mengetahui gambaran umum
konsep diri, alat yang digunakan berupa instrumen. Instrumen disusun
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sehingga menghasilkan item-item
pernyataan dan kemungkinan jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur
konsep diri peserta didik.
Item pernyataan dalam instrumen konsep diri peserta didik menggunakan
bentuk skala Likert , dengan pilihan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
21/28
92
(KS), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun kriteria
penskoran untuk mendapat skor angket konsep diri peserta didik dapat dilihat
pada Tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6
Ketentuan Pemberian Skor Angket Konsep Diri Peserta Didik
Pernyataan Skor
SS S KS TS STS
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Tabel konversi skor setiap indikator untuk menentukan kategorisasi
konsep diri peserta didik yang dimaknai sebagai profil umum konsep diri peserta
didik, disajikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 3.7
Konversi Skor Mentah Menjadi Skor Matang Dengan Batas Lulus Aktual
Skala Skor Mentah Kategori Skor Kategori Konsep Diri
X + 0,25 s Tinggi Kongruen
X + 0,25 s Rendah Tidak kongruen
(Rachmat dan Solehuddin, 2006)
Penentuan konversi skor sebagai standardisasi dalam menafsirkan skor
ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai individu dalam
pendistribusian responsnya terhadap instrumen. Konversi skor disusun
berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek maupun skor
total instrumen dengan jumlah kelas dua.
Penentuan konversi skor sebagai standardisasi dalam menafsirkan skor
ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai individu dalam
pendistribusian responsnya terhadap instrumen. Konversi skor disusun
berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek maupun skor
total instrumen dengan jumlah kelas dua.
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
22/28
93
1) Menghitung skor total masing-masing responden
2) Menentukan Range (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
3) Menghitung banyak kelas Ρ= 1 + 3,3 log n
4) Menghitung panjang kelas = range : banyak kelas ( )
5) Memasukan data peserta didik kedalam tabel frekuensi
6) Mencari rata-rata aktual dengan rumus
= + p
Keterangan:
= rata-rata terduga, yang dijadikan rata-rata terduga adalah titik tengah kelas interval
yang terbanyak frekuensinya atau kelas interval yang berada di tengah-tengah
p = panjang kelas interval
d = selisih titik tengah kelas interval dari dibagi p
7) Mencari simpangan dengan rumus
S = p
8) Mencari batas lulus (BL) = + 0,25 s
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3.7, maka kriteria konsep diri yang
digunakan sebagai acuan dalam pengelompokan skor konsep diri peserta didik
dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini.
Tabel 3.8
Kriteria Gambaran Umum Konsep Diri Peserta Didik
Kriteria Konsep Diri Rentang
Kongruen ≥ 248
Tidak kongruen < 248
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
23/28
94
Secara teori konversi skor yang digunakan dalam penelitian ini adalah
didasarkan pada status konsep diri peserta didik.
Tabel 3.9
Status Konsep Diri
Kriteria
Konsep
Diri
Rentang Penafsiran Skor
Kongruen ≥ 248 Peserta didik mampu terbuka pada pengalaman, hidup
pada masa kini, yaitu hidup dan menerima apa yang
ada saat ini, mampu mempercayai dirinya, melakukan
apa yang individu anggap benar, mengalami
kebebasan yaitu perasaan bebas untuk memilih danselalu bertanggungjawab dengan pilihan individu,
mampu berkreativitas yaitu peduli pada sesama atau
lebih ringkasnya selalu memberikan atau melakukan
yang terbaik pada apapun yang individu lakukan.
Tidak
kongruen
< 248 Peserta didik belum mampu terbuka pada
pengalaman, belum menerima apa yang ada saat ini,
belum mampu mempercayai dirinya, belum
melakukan apa yang individu anggap benar, belum
mengalami kebebasan yaitu perasaan bebas untuk
memilih dan selalu bertanggungjawab dengan pilihan
individu, belum mampu berkreativitas yaitu peduli
pada sesama atau lebih ringkasnya tidak selalu
memberikan atau melakukan yang terbaik pada
apapun yang individu lakukan.
Adapun kriteria pengelompokan indikator konsep diri dapat dilihat dalam
tabel 3.10 berikut ini.
Tabel 3.10
Kriteria Indikator Konsep Diri Peserta Didik Aspek Konsep
Diri
Indikator Kriteria Rentang
Kognitif
1.
Mengetahui kondisi fisik Kongruen ≥ 19
Tidak kongruen < 19
2. Menjabarkan identitas diri
terkait kepribadian
Kongruen ≥ 26
Tidak kongruen < 26
3. Mempelajari cara-cara
pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah
Kongruen ≥ 14
Tidak kongruen< 14
4.
Mengenal kemampuan dan
ketidakmampuan diri
Kongruen ≥ 21
Tidak kongruen < 21
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
24/28
95
Aspek Konsep
Diri
Indikator Kriteria Rentang
5.
Memaknai pengalaman Kongruen ≥ 26 Tidak kongruen < 26
Afektif
6. Menghargai diri dan orang lain Kongruen ≥ 70
Tidak kongruen < 70
7.
Sikap percaya diri Kongruen ≥ 62
Tidak kongruen < 62
8. Meyakini nilai-nilai moral Kongruen ≥14
Tidak kongruen < 14
Hasil perolehan hitungan tersebut menghasilkan capaian indikator dan
item yang dibutuhkan dalam membuat rumusan program, lebih spesifiknya
dicantumkan dalam deskripsi kebutuhan program sebagai landasan dalam
membuat program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan profil konsep diri peserta
didik. Program bimbingan yang telah dirancang berdasarkan hasil perolehan
tersebut, menjadi dasar pelaksanaan penelitian yang disesuaikan dengan kondisi
lapangan. Status konsep diri peserta didik menjadi dua kategori, untuk
membedakan peserta didik yang butuh diberikan perlakuan dalam hal ini adalah
pelaksanaan program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan
humanistik. Program yang dilaksanakan disebut dengan program hipotetik yang
memerlukan pertimbangan dari pakar dan praktisi di bidang bimbingan dan
konseling sebelum dilaksanakan.
2. Teknik Penentuan Sampel
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling , yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono,
2010:124). Penentuan sampel ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan
jenis data yang ingin dikumpulkan. Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
25/28
96
adalah peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013 yang teridentifikasi
memiliki konsep diri tidak kongruen. Tujuan pengambilan sampel dengan teknik
purposive adalah untuk digunakan dalam eksperimen program bimbingan pribadi-sosial.
3. Teknik Uji Efektivitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial berdasarkan
Profil Konsep Diri
Bentuk analisis data yang digunakan menjawab pertanyaan penelitian no
4 tentang keefektifan program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan
humanistik yang efektif untuk mengembangkan konsep diri adalah dengan cara
membandingkan data rata-rata perolehan skor onsep diri peserta didik sebelum
mendapatkan bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik
dengan data skor konsep diri peserta didik setelah memperoleh bimbingan
pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik.
Pengujian efektivitas program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan
pendekatan humanistik dilakukan dengan menggunakan uji parametris dengan
menggunakan teknik uji t (independent sample t test) melalui analisis data konsep
diri peserta didik sebelum dan setelah mengikuti program bimbingan pribadi-
sosial. Teknik uji ini dilakukan dengan cara membandingkan data pretest dan
posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tujuan uji ini adalah untuk
diperoleh fakta empirik tentang keefektifan program bimbingan pribadi-sosial
berdasarkan pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri peserta
didik SMPLB X. Teknik pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan
bantuan software statistical product and service solutions (SPSS) versi 17.0.
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
26/28
97
Prosedur pengujian efektivitas tersebut adalah sebagai berikut.
a)
Menguji normalitas data pretest dan posttest kedua kelompok. Pengujian
normalitas data dilakukan dengan dengan statistik uji Z Kolmogrov-Smirnov
(p>0,05) dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0.
b) Menguji homogenitas varians data pretest dan posttest kedua kelompok
(p>0,05) dengan bantuan SPSS 17.0.
c) Menguji perbedaan (efektivitas) program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan
pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri peserta didik
menggunakan uji t independent (independent sample t test) dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut.
a. Hipotesis
H0 : µ eksperimen = µ kontrol
Tidak ada perbedaan rata-rata konsep diri peserta didik antarakelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Maka program
bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik tidak
efektif untuk mengembangkan konsep diri peserta didik.
H1 : µ eksperimen > µ kontrol
Terdapat perbedaan rata-rata konsep diri peserta didik antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Maka program
bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik efektif
untuk mengembangkan konsep diri peserta didik.
b. Dasar pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan dengan dua cara, yaitu
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai
probabilitas yang diperoleh dengan α=0,05.
Jika pengambilan keputusan berdasarkan nilai t hitung, maka kriterianya
adalah terima H0 jika – t 1- ½ < t hitung < t 1- ½ , dimana t 1- ½ didapat dari
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
27/28
98
daftar tabel t dengan dk = ( n1 + n2 – 1) dan peluang 1- ½ . Untuk harga-harga
t lainnya H0 ditolak.
Jika pengambilan keputusan berdasarkan angka probabilitas (nilai p),
maka kriterianya adalah:
1)
Jika nilai p < 0,05, maka H0 ditolak
2) Jika nilai p > 0,05, maka H0 diterima
G. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan; (2)
tahap pelaksanaan; dan (3) tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar
tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Tahap Persiapan
a. Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang konsep diri dan
bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik.
b. Menentukan subjek penelitian.
c. Menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian berupa kuesioner konsep diri.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pelaksanaan tes untuk mengetahui profil umum konsep diri peserta didik
untuk mengetahui sampel penelitian yang akan mendapatkan perlakuan
bimbingan pribadi-sosial dan perlakuan konvensional
b.
Pelaksanaan ( pretest ) untuk mengetahui data awal konsep diri peserta
didik terhadap kelompok eksperimen sebelum dilaksanakan perlakuan
c. Menyusun program hipotetik bimbingan pribadi-sosial berdasarkan
pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri peserta didik
-
8/17/2019 T_BP_1009521_Chapter3
28/28
99
d.
Pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik
1)
Menetapkan jadwal pelaksanaan bimbingan yang sesuai dengan hasil
kesepakatan dengan peserta didik yang menjadi sampel penelitian pada
kelompok eksperimen dan pertimbangan pihak sekolah.
2) Mengkondisikan kelompok yang sudah ditetapkan sebagai kelompok
eksperimen, sehingga peserta didik mengetahui dengan baik kegiatan
bimbingan yang akan diikuti.
3)
Melaksanakan bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan
humanistik kepada kelompok eksperimen yang dirancang 12 kali
perlakuan/pertemuan bimbingan.
e. Observasi terhadap pelaksanaan bimbingan pada kelompok eksperimen
untuk mengetahui apakah bimbingan pribadi-sosial efektif untuk
mengembangkan konsep diri peserta didik.
f. Pelaksanaan tes akhir ( posttest ) untuk mengetahui efektivitas bimbingan
pribadi-sosial pada kelompok eksperimen dan perlakuan konvensional
pada kelompok kontrol.
3. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data
a.
Mengolah skor tes awal, pretest dan tes akhir ( posttest ) konsep diri peserta didik.
b. Melakukan uji persyaratan statistik (keefektifan) tes awal, pretest dan tes
akhir ( posttest ) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
melakukan analisis data dengan menggunakan uji t-test untuk mengetahui
tingkat efektivitas sebelum dan sesudah perlakuan dengan melakukan uji -t
c. Menyajikan dan membahas hasil penelitian.