Tb hiv coinfection dr. kurnia f. jamil 20 april 2013
-
Upload
kurnia-fitri-jamil -
Category
Health & Medicine
-
view
1.367 -
download
2
description
Transcript of Tb hiv coinfection dr. kurnia f. jamil 20 april 2013
PREVALENSI HIV DI ASIA
HIV Prevalence in the South-East Asia Region : 2008
Nepal70.000
Myanmar242.000
Thailand610.000India
2.300.00
Indonesia293.000
Five countries account for the majority of PLHIV in the RegionFour of these countries are among the countries with the highest burden of TB
Perkiraan HIV di Jakarta
ISTC Training Modules 2008
Estimated TB Incidence Rates
Rate per 100 000
0-9
10 - 24
25 - 49
50 - 99
100 - 300
300 or more
No Estimate
The countries of SEAR account for over
a third of the global burden of TB;
>90% in five high TB burden countries
Progress of HIV testing for notified TB patients Global
Proportion of TB PatientsTested for HIV
Key
No reported activity
< 15%
15 to 50%
51 to 75%
More than 75%
2004 2005
2006 2007
3 %
12 % 16 %
9 %
Progress of HIV testing for notified TB patients Asia Pacific
Proportion of TB PatientsTested for HIV
Key
No reported activity
< 15%
15 to 50%
51 to 75%
More than 75%0.2 of 3.1 million notified TB patients
were tested in ASIA PACIFIC REGION in 2007
2004
2005
2006
2007
0.3 %
1.9 %
3.7 %
6.0 %
ISTC Training Modules 2008
5.7 Source: UNGASS data provided by countries, 2008.
Oceania(2) (10)
East
Asia(12)
Eastern
Asia(12)
America Europe(14) and
North
Africa
and
Middle
East(3)
(Number of countries reporting)
GLOBALCaribbean Latin(76)
South
and
South-
Central East Asia(8)
Sub-
Saharan
Africa(22)
Western
and
Central
Europe(3)
Percentage of incident tuberculosis casesin people living with HIV receiving both antiretroviral
and anti-tuberculosis medications, 2007
100
80
60
%
40
20
0
(Note: No data from North America)
22 negara yg terbeban: 80% dari semua kasus baru
0
500
1000
1500
2000
India
Ch
ina
Indonesia
Bangla
desh
Nig
eria
Pakis
tan
Phili
ppin
es
South
Afr
ica
Ru
ssia
n F
ed
era
tio
n
Eth
iopia
DR
Congo
Vie
t N
am
Kenya
UR
Tanzania
Bra
zil
Thaila
nd
Myanm
ar
Zim
babw
e
Ug
an
da
Ca
mb
od
ia
Afg
hanis
tan
Mo
zam
biq
ue
Es
tim
as
i k
as
us
ba
ru T
B (
x 1
00
0)
Infeksi TB
TB aktif
HIV dgn risiko
HIV + dgn TB aktif
HIV +
ISTC Training Modules 2008
TB merupakanpenyebab kematianutama bagi penderitaHIV di seluruh dunia
Mortalitas TB dan HIV
Jumlah kasus TB HIV meningkat 2 kali
lipat pada tahun 2007
Th 2006 : 0,7 juta --> Th 2007 : 1,37 juta
Perhatian terhadap pencegahan dan
penatalaksanaan kasus TB HIV perlu
ditingkatkan
Efek TB terhadap progresifitasInfeksi HIV
TB meningkatkan progresifitas HIV
Penderita TB dengan HIV sering mempunyai viral
loads HIV yang tinggi
Penurunan imunitas lebih cepat, dan pertahanan hidup
bisa lebih singkat walaupun pengobatan TB berhasil
Penderita TB/HIV mempunyai kemungkinan hidup
lebih singkat dibanding penderita HIV yg tidak pernah
kena TB
ART menurunkan tingkat kematian pada pasien
TB/HIV
Epidemiologi ko-infeksi TB-HIV
1/3 ODHA terinfeksi TB
TB merupakan IO terbanyak dan
penyebab kematian utama pada ODHA
40 % kematian ODHA terkait dengan TB
Epidemiologi ko-infeksi TB-HIV
3,2 juta koinfeksi TB-HIV terdapat di Asia
Selatan & Tenggara
Diperkirakan dalam 3-5 tahun
mendatang, 20-25% kasus TB pada
beberapa negara di Asia Selatan &
Tenggara berhubungan langsung dengan
HIV
Infeksi TB vs Penyakit TB (TB aktif)
Infeksi TB – organisme ada, tetapi bersifat
dormant (tidur), tidak dapat menginfeksi
orang lain
Penyakit TB – orang tsb sakit dan dapat
menularkan penyakitnya ke orang lain
10% orang dgn infeksi TB akan menjadi
penyakit TB
Setiap orang dgn TB aktif dapat menginfeksi
10-15 orang/tahun
Kapan infeksi TB menjadi penyakit?
Kebanyakan terjadi dalam 2 tahun pertama setelah infeksi
Jika orang menjadi immunocompromised HIV
Kanker
Khemoterapi
Diabetes yang tidak terkontrol
Malnutrisi
Interaksi TB-HIV
HIV merupakan faktor risiko utama menyebabkan TB aktif
Jumlah progresi menjadi TB aktif:
> 40 % pada pasien dengan HIV
5 % pada pasien tanpa HIV
Risiko reaktifasi infeksi TB:
2.5-15 % setiap tahun pada pasien dgn HIV
< 0.1 % setiap tahun pada pasien tanpa HIV
TB mempercepat perjalanan infeksi HIV
Pasien dgn koinfeksi TB-HIV mempunyaiviral load sekitar 1 log lebih besar daripadapasien tanpa TB
Angka mortalitas pada ko-infeksi TB-HIV k.l. 4 x lebih besar daripada pasien denganhanya TB sendiri
Interaksi TB-HIV
Boom, 2001
MTB replication
(reactivation/
persistance)
MTB mediated
imm. activation
Increased HIV
replication
CD4 depletion
HIV progression
CD4 loss
due to HIV
Intervention Inhibit MTBReduce HIV
Replication
TNF-
IL-6 IL-10
TGF- IL-1
Interaksi TB-HIV
Kerentanan
Presentasi
Progresi Penyakit
Mortalitas
TBHIV
Interaksi TB-HIV
CD4+/uL
Re
lati
ve l
ife
tim
e r
isk
o
f tu
be
rcu
losi
s
1.0
2.0
3.0
4.0
0 200 400 600 800
Efek jumlah CD4 terhadap risiko TBdi antara ODHA
0
5
10
15
20
Italia AS Afrika Selatan
>350 200-350 <200
Insidens TB (per 100 /thn)
Antonucci JAMA 1995;274:143; Markowitz Ann Int Med 1997;126:123; Badri Lancet 2002;359:2059
TB dan AIDS
Risiko TB
selama hidup
10%
60%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
PPD+/HIV-negatif PPD+/HIV+
Relationship between CD4 and clinical and pathological form of TB
Kapankah pemeriksaan uji HIV pada pasien TB ?
Dimana - Di daerah dg prevalensi HIV tinggi
Siapa - Pasien TB dg risiko tinggi terkena
infeksi HIV
Bagaimana - Pasien TB dengan keluhan
tanda/gejala yg menimbulkan
dugaan HIV
Daerah dengan prevalensi tinggi:
• Sub-Sahara Afrika• Indonesia ; beberapa daerah tertentu di:
Papua, Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat, Bali, Kepri, Kalimantan Barat, Jawa Tengah danSumatera Utara
Kelompok orang dengan risiko tinggi:
Pengguna narkoba suntik Pekerja seks komersial Biseksual Homoseksual Narapidana
Gambaran Klinis TB dengan suspek HIV
Gejala klinis TB ditambah kelainan dibawah ini:
• Penurunan berat badan >10 kg (atau > 20%
dari berat badan) dalam 4 bulan
• Diare >1 bulan
• Nyeri saat menelan (odynophagia)
• Perasaan terbakar di kaki (neuropathy)
Tanda :• Bekas herpes zoster• Skin rash yg gatal• Lesi kulit atau membranmukosa yg berwarna gelapatau kemerahan (Kaposi’ssarcoma)
• Limfadenopati generalisata• Oral Candidiasis• Oral hairy leukoplakia• Necrotizing gingivitis• Aphthous ulcers (severe orrecurrent)
• Persistent painful genitalulceration
•Angular chelitis
Hasil X-foto Toraks pasien TB
dengan infeksi HIV
HIV awalHIV lanjut
(severe immuno-compromise)
Infiltrat interstitial
Limfadenopati hilar
Perbandingan gambaran klinis TB padapenderita terinfeksi HIV dan tidak terinfeksi HIV
Gambaran HIV (+) HIV (-)
Keluhan respirasi +++ +++
Penyakit ekstra paru +++ +
Kavitas + +++
Foto toraks atipikal +++ +
PPD neg ++ +
Efek samping obat ++ +
Angka mortalitas +++ +
Relaps ++ +
Diagnosis TB pada Penderita HIV
Tidak sama dengan gejala umum TB
Demam dan penurunan berat badan merupakan gejalayang penting
Batuk bukan gejala yang umum
Banyak variasi pada gambaran foto toraks
Lebih banyak TB ekstra paru dan TB disseminata
Diagnosis diferensial lebih luas
Lokasi TB Ekstra paruyang sering ditemukan
Lymph Nodes: Cervical > axillary > inguinal
Serosal disease: pleural, pericardial
Genitourinary tract
Central nervous system:
meningitis, tuberculoma
Bone and joint
Soft tissue abscesses
Disseminated disease
TB Ekstra paru: Diagnosis
Prosedur Diagnostik: foto toraks, aspirasi jarum halus, ultrasonografi, biopsi
Diagnosis dapat ditegakkan dengan dugaan klinis, jika penyakit lain dapat disingkirkan dan spesimen dari lesi sulit didapat
PadaTB Ekstra paru, perlu diperiksa apakah disertai dengan TB paru berdasarkan sputum BTA dan foto torak
Pada HIV, TB ekstra paru merupakan tanda bahwa penyakitnya sudah lanjut (advanced)
Kolaborasi TB/HIV
Koordinasi program TB - HIV diperlukan utk :
Mencegah HIV pada pasien TB
Mencegah TB pada pasien HIV
Pemeriksaan pasien dan kontak ( untuk TB danHIV )
Koordinasi pengobatan dan penyediaan obat
Paduan OAT pada pasien TB HIV
Semua pasien (termasuk mereka yg terinfeksi
HIV) yg belum pernah diobati harus diberi
paduan obat lini pertama yang disepakati
secara internasional :
• Fase awal: 2 bulan INH, RIF, PZA, and EMB
• Fase lanjutan: 4 bulan INH and RIF, atau
• 6 bulan dengan INH and EMB (kegagalan
pengobatan lebih tinggi pada pasien HIV)
• Dosis OAT seharusnya mengikuti anjuran
Internasional
• Kombinasi dosis tetap sangat dianjurkan
Pemberian OAT dan ARV
Pada pemberian OAT dan ARV perlu dipertimbangkan:
Interaksi antara obat-obat yang digunakan
Peran antiretroviral therapy (ART)
Overlap efek samping obat
Immune-reconstitution inflammatory syndrome (IRIS)
Masalah kepatuhan pengobatan
Pemberian ART pada pasien TB HIV
Indikasi pemberian ART pada pasien TB/HIV berdasarkan: Status penyakit HIV (kadar CD4)
Keberhasilan pengobatan dan paduan OAT yang sedang dilakukan
Kepatuhan pengobatan dan efek samping
Jika belum diobati dengan ART pada saatdiagnosis TB, keputusan untuk memulai ART didasarkan faktor2 berikut.
Obat ARV di Indonesia
Nama Generic Grup Nama Merek
Zidovudine/AZT NRTI Zidovex, Antivir
Lamivudine/3TC NRTI Hiviral
Stavudine NRTI Stavir, Zerit
Didanosine NRTI Videx
Nevirapine NNRTI Neviral
Nelfinavir PI Nelvex
Efavirenz/EFZ NNRTI Evafir
Zidovudine + Lamivudine Duviral
Stavudine + Lamivudine Coviro-LS3*
Stavudine + Lamivudine + Nevirapine Triomune, GPOVir
Obat ARV pilihan:• ZDV/3TC/EFV• d4T/ 3TC/ EFV • ZDV/3TC/SQV/r (1600/200) • d4T/3TC/SQV/r (1600/200)• ZDV/3TC/LVP/RTV (400/400)• d4T/3TC/LVP/RTV (400/400)• ZDV/3TC/ABC• d4T/ 3TC/ ABC • ZDV/3TC/SQV/RTV (400/400)• d4T/ 3TC/ SQV/RTV (400/400)
Jika tidak ada EFV, bisa dipergunakan NVP(2 minggu I 200 mg/hari, selanjutnya 2 x 200 mg)
Obat ARV yang digunakan
Kapan Memulai Antiretroviral padapasien TB HIV dalam OAT
ISTC Training Modules 2008
Jika pemeriksaan CD4 tersedia :
Nilai CD4
< 200
200 - 350
> 350
ART
Mulai ART begitu pengobatan
TB tidak disertai efeksamping( 2 – 8 minggu OAT)
Mulai ART setelah OAT fase
intensif selesai
Tunda ART sampaipengobatan TB selesai
Kapan Memulai Antiretroviral padapasien TB HIV dalam OAT
Gambaran klinis ART
Adanya TB paru dan tanda HIV advanced , atau tidak adaperbaikan secara klinis; adanyaTB ekstra paru
Mulai ART begitu pengobatan TB tidak disertai efek samping( 2 – 8 minggu OAT)
TB paru BTA negatif, beratbadan bertambah denganpengobatan, tanpa tanda/gejalaHIV advanced
Mulai ART setelah OAT fase intensif selesai
TB paru BTA positif, berat badanbertambah dgn pengobatan, tanpa tanda/gejala HIV advanced
Tunda ART sampai pengobatanTB selesai
Jika pemeriksaan CD4 tidak tersedia :
Terapi ko-infeksi TB-HIV
Status klinis Tidak ada CD4 Ada CD4
Hanya TB paru (tidak ada
tanda lain Stad 3 atau 4)
OAT diberikan sampai
selesai, baru dilanjutkan
dengan ART
Jika CD4 > 350:
Mulai dan selesaikan OAT, lalu
mulai ART kecuali jika timbul
tanda2 Stad 4 non-TB (mulai lebih
dini, tergantung penilaian klinis)
Jika CD4 200-350:
Mulai OAT. Mulai ART setelah fase
intensif (mulai lebih cepat jika
toleransi baik)
Jika CD4 < 200
Mulai OAT. Mulai ART segera jika
OAT dapat ditoleransi (2 minggu –
2 bulan)
TB paru disertai tanda2
Stad 3 atau 4 lainnya
Mulai OAT
Waktu pemberian ART
tergantung penilaian klinis
yg berkaitan dgn tanda2 lain
imuno defisiensi
TB ekstra paru Mulai terapi TB
Mulai ART segera jika OAT dapat ditoleransi (2 minggu – 2 bulan)
tanpa melihat jumlah CD4
TB-HIV apa yg diberikan pertama kali?
AZT/3TC/ABC
AZT (d4T)/3TC/EFZ
d4T (AZT) 3TC/NVP
2NRTI/ SQV/rtv
2NRTI/LPV/rtv
Jumlah pil sedikit, kurang poten Hypersensitifitas IRIS?
Kehamilan! Neuropati EFZ 600-800 mg
Neuropati, hepatotoksik, dosis?
Dosis yg digunakan: 1000/100 BID (jumlah pil banyak) atau 1200/200 mg 1x/hari
LOP 400mg/rtv 400 mg 2x/hari, efek samping!!
Dgn HAART
Tidak Ya
CD4 <200 CD4 200-350 CD4 > 350
MulaiHAART
dlm 2 minggu
Mulai rejimen TB
MulaiHAART
dlm 2 bulan
Tanpa HAART
Teruskandan sesuaikandosisnya
Terapi ko-infeksi TB-HIV
Efek Rifampisin terhadap obat2
anti HIV
Protease inhibitor Saquinavir 80 % berkurang
Ritonavir 35 % berkurang
Indinavir 92 % berkurang
Nelfinavir 82 % berkurang
Amprenavir 81 % berkurang
Nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) Nevirapine 37 % berkurang
Efavirenz 26 % berkurang
Reverse transcriptase inhibitor Tidak ada efek
TB dan HIV:Pemberian HAART segera vs ditunda
Alasan menunda terapi HIV sampai TB diobati:
1. HIV merupakan penyakit kronis.
2. Adherence dapat bermasalah.
3. Manajemen toksisitas lebih rumit.
4. Immune restoration dapat menimbulkan “paradoxical reactions.”
Alasan memulai terapi HIV pada awal TB:
1. TB berkaitan dengan aktifasi imun, peningkatan replikasi HIV, dan mempercepat progresi penyakit HIV.
2. Terapi antiretroviral yg poten dapat mengurangi jumlah HIV RNA, memperbaiki fungsi imun dan memperlambat progresi penyakit HIV.
3. Terapi HIV mengurangi risiko timbulnya IO yang lain.
TB dan HIV:Pemberian HAART segera vs ditunda
Masalah terapi:• Adherence / jumlah pil banyak
• Efek toksisitas yang tumpang tindih
mual muntah, ruam kulit, hepatitis, anemi
• Interaksi obat
Rifampisin merupakan enzyme inducer yang kuat
• ‘Paradoxical worsening’ TB
Reaksi Immune reconstitution
Lebih sering jika ART dimulai lebih dini pada terapi TB
Jika mungkin tunda ART sampai fase intensif selesai
Terapi ko-infeksi TB-HIV
Efek samping
HAART
- demam
- ruam kulit
- gangguan hati
- neuropati
Terapi TB
- demam
- ruam kulit
- gangguan hati
- neuropati
Sering terjadi dan sama
Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome (IRIS)
TB Immune reconstitution
Infeksi TB yang sebelumnya tenangmenjadi nyata 2-3 minggu setelah memulai ART akibat meningkatnya respons inflamasi
Gejala meliputi demam, limfadenopati, abses, lesi paru yang bertambah buruk dan meluasnya lesi sus. saraf pusat, artritis
Rujukan dan perawatan TB-HIVProgram AIDSProgram TB
Pro
filaksis
IO
Tera
pi IO
AR
T
Pera
wata
n P
alla
tif
Intensive Phase
Du
ku
ng
an
psik
o-s
osio
-eko
no
mi
Pen
ceg
ah
an
HIV
Entry point/T&C
Terapi TB (DOT)
Fase lanjutan
Penemuan kasus/
diagnosis
Fase intensif
Multi-drug Resistant (MDR) TB
• MDR-TB terjadi jika timbul resistensi terhadap isoniazid dan rifampisin
• Sekitar 300 000 kasus baru MDR-TB setiap tahun
• Saat ini 79% MDR-TB resisten terhadap paling sedikit 3 atau 4 OAT
• Disebabkan oleh pemberian obat yang tidak sesuai dan adherence yang buruk
Multi-drug Resistant (MDR) TB
• Secara bermakna meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas
• Memerlukan penggunaan terapi lini kedua yang mahal dan toksik
• Strategi DOTS penting dalam mencegah terjadinya MDR-TB
Hal penting - HIV-TB
TB adalah penyebab IO terbesar
TB bisa terjadi pada semua tahapan HIV
HIV merupakan faktor pencetus terbesar untuk terjadinya TB aktif
Semakin lanjut tahapan dari HIV semakin tidak khas gambaran TB
Anergi terhadap tes tuberkulin meningkat seiring dengan menurunnya CD4
Terapi jangka pendek adekuat untukpengobatan
Profilaksis INH efektif tetapi masih kontroversi
Penanganan klinis yang tepat memperbaikiprognosis walaupun tanpa ART
ART dapat diberikan bersama-sama dengan OAT, tetapi dengan pilihan ART terbatas jikadigunakan rifampisin
Hal penting - HIV-TB
Pemberian Kotrimoksazol pada pasien TB/HIV
Pasien TB dan infeksi HIV seharusnya diberi kotrimoksasol sebagai pencegahan infeksi lainnya
Semua pasien TB yang positif HIV seharusnya menerima Terapi Pencegahan Kotrimoksasol (CPT) tanpa peduli jumlah CD4, paling tidak selama dalam pengobatan TB
CPT dianjurkan untuk semua pasien dengan jumlah sel CD4 kurang dari 200 sel/mm3
[Anjuran WHO]
Efek Samping OAT/ARV
Efek Samping OAT ARV
Skin rash PZA, RIF, INHNevirapineEfavirenzAbacavir
Mual, muntah PZA, RIF, INHZidovudineRitonavirAmprenavirIndinavir
HepatitisPZA, RIF, INH
NevirapineProtease inhibitors
Leukopenia,anemia
RIF Zidovudine
Burman et al, Am J Respir Crit Care Med 2001
IRIS
Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome (IRIS)
Perburukan klinis pada saat respons yang baik terhadap ART Reaksi paradoksal dimana kondisi menjadi
lebih parah saat respon ART baik
Waktu timbulnya IRIS Umumnya dalam 6 minggu pertama pemberian
ART (sering dalam waktu 2–3 minggu, tapi dapatjuga beberapa bulan setelah memulai ART)
Rujuk ke spesialis jika menduga IRIS
WHO Policy on TB/HIV
+ the “4th I”
“Integrated case management”
+ D. Systems strengthening
Establish regular interaction
Resource mobilization
Capacity building
Involve communities, NGOs
Strategy for TB- HIV in the
SEA Region
3 I’s
The 3 “I’s” (+ The 4th “I”)
1. Intensified TB case finding (ICF)
2. Isoniazid preventive therapy ( IPT)
3. Infection control (IC) for TB in HIV care ( + )
4. Integrated Case Management (ICM)
Implementation of IPT (2005-2007)
2005 (10 countries, 26000 cases)
2006 (25 countries, 27000 cases)
2007 (45 countries, 29000 cases)
Progressing but still poor implemented…
RINGKASAN
TB meningkatkan progresifitas HIV
HIV meningkatkan progresifitas TB
Jika ada tanda, gejala dan/atau faktor risiko HIV pada pasien TB, lakukanlah uji HIV
Pada infeksi TB yang disertai HIV, gambaran klinisdan foto toraks dari TB bisa tidak khas(atypical)
PengobatanTB standard umumnya menyembuhkanTB dengan ko-infeksi HIV
ART bagi pasien yg memenuhi syarat sangatmeningkatkan immunitas.
Diperlukan penerapan "The 4 I’s”
Diperlukan koordinasi pengobatan TB dan HIV