Strategi Belajar Mengajar

33
TEORI PEMBELAJARAN PAI Teori Klasik dan Teori Modern Disusun Oleh : Nama : Ikwan Nurdianto Munawaroh STIT AL MARHALAH AL ‘ULYA BEKASI Tahun Periode 2011/2012 1

Transcript of Strategi Belajar Mengajar

Page 1: Strategi Belajar Mengajar

TEORI PEMBELAJARAN PAI

Teori Klasik dan Teori Modern

Disusun Oleh :

Nama : Ikwan Nurdianto

Munawaroh

STIT AL MARHALAH AL ‘ULYABEKASI

Tahun Periode 2011/2012

1

Page 2: Strategi Belajar Mengajar

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada

kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam selalu

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, Keluarga, sahabat dan seluruh umatnya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas perkelompok mata kuliah STRATEGI

BELAJAR MENGAJAR yang berjudul “Teori-teori pembelajaran PAI” oleh dosen

pembimbing Drs. Hj. Erni Susiani...

Dalam makalah ini kami telah berusaha mengumpulkan berbagai referensi dari buku,

Al Qur’an terjemah serta internet yang terkait dengan judul makalah ini. Semoga makalah ini

dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi mahasiswa/i STIT AL-

MARHALAH AL-ULYA semester III.

Penulis mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan. Kritik

dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis agar dalam penyusunan makalah

selanjutnya dapat lebih baik lagi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak

yang telah membantu penyelesaian makalah ini.

Bekasi, Maret 2011

Penulis

2

Page 3: Strategi Belajar Mengajar

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………......................………...…….......…..........… i

Daftar Isi ………………………......................……..........…………........... ii

Bab Pendahuluan ……………………………………..…............................ 1

Bab Pembahasan ………………………...........………………..............….. 2

Teori-teori Pembelajaran PAI ….................……………….…..................... 2

A. Teori Klasik ...................................................................................... 3

B. Teori Modern .................................................................................... 4

− Behaviorisme ........................................................................ 4

− Kognitif ................................................................................. 4

Bab Penutupan …………………................................................................. 16

Daftar Pustaka

3

Page 4: Strategi Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa

berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat sangat bergantung pada proses

belajar yang dialami siswa baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah

maupun keluarganya sendiri.

Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek,

bentuk, dan manifestasinya mutlak di perlukan oleh para pendidik.

Sedangkan Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana

terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran peserta didik.

Berdasarkan suatu teori belajar, suatu pembelajaran diharapkan dapat lebih meningkatkan

perolehan peserta didik sebagai hasil belajar (Trianto, 2007: 12). Teori belajar juga dapat

dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan

merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang terkait dengan peristiwa

belajar khususnya dalam pembelajaran PAI.

Secara pragmatis, teori belajar merupakan prinsip umum atau kumpulan prinsip yang

saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang

berkaitan dengan peristiwa belajar.

Terjadinya interaksi antara mengajar dengan belajar, sebenarnya berada pada suatu

kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak, masing-masing pihak berada dalam

suasana belajar. Jadi pendidik walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak

langsung juga melakukan belajar.

Di dalam kelas ada berbagai cara atau bentuk pembelajaran yang biasa digunakan oleh

para pendidik seperti pembelajaran yang menekankan latihan, hafalan, pengulangan,

pemahaman, dan lain sebagainya. Cara atau bentuk pembelajaran bersumber dari teori atau

konsep psikologi tertentu. Dalam psikologi belajar dikenal beberapa aliran yang masing-

masing mempunyai konsep atau teori tersendiri tentang pembelajaran. Setiap teori pun

mempunyai implikasi tersendiri dalam penyusunan kurikulum.

4

Page 5: Strategi Belajar Mengajar

Dengan demikian, agar seorang pendidik mempunyai wawasan yang lebih luas tentang

teori pembelajaran, maka konsep atau teori pembelajaran tersebut harus diketahui dan

dikuasainya lebih mendalam. Hal tersebut dimaksudkan dalam kegiatannya dapat

memperoleh hasil lebih optimal sebagaimana yang diharapkan.

Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan beberapa teori dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) yang meliputi : Teori Pembiasaan Klasik, Teori Modern

(Teori Behaviorisme dan Kognitif), serta Model Pembelajaran CTL, Konstruksisme, QTL.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, makalah ini akan membahas tentang teori-

teori belajar dalam pembelajaran PAI, dengan berpijak pada sub pokok masalah sebagai

berikut: Apa saja teori-teori belajar dalam pembelajaran pendidikan agama Islam?

5

Page 6: Strategi Belajar Mengajar

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Pembiasaan Klasik (Classical Conditioning)

Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil

eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936). Seperti halnya dengan Thorndike,

Pavlov dan Watson (dapat dilihat pada bagian teori behaviorisme) yang menjadi tokoh teori

ini juga percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan manusia.

Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu (Sanjaya, 2006:

115).

Berdasarkan eksperimen dengan menggunakan anjing, Pavlov menyimpulkan bahwa

untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan

melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu adalah dengan melakukan semacam

pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu (Sanjaya, 2006: 116).

Hal ini dikarenakan classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru

dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Syah, 1999: 106).

Teori ini disebut classical karena yang mengawali nama teori ini untuk menghargai

karya Ivan Pavlov yang paling pertama di bidang conditioning (upaya pembiasaan) serta

untuk membedakan dari teori conditioning lainnya (Djaali, 2007: 85).

B. Teori Modern

1. Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu.

Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan

aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,

bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih

refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori

kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia

adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.

Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau

emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh

faktor-faktor lingkungan.

6

Page 7: Strategi Belajar Mengajar

Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.

Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.

Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah

konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-

unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan

pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme

hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah

munculnya perilaku yang diinginkan.

Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku

manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari

lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara

reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini

berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl

laku adalah hasil belajar.

Beberapa tokoh besar dalam aliran behaviorisme antara lain adalah :

a) Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia

mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat

dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk

mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak

menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan

ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh

situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda

waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian

yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut

diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti

stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon

yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.

Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya

syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori

7

Page 8: Strategi Belajar Mengajar

ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar

hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.

Aplikasi Teori Pavlov

Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan

belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi

pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan

sikap yang ditunjukkan gurunya.

b) Thorndike (1874-1949)

Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi

antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses

belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses

belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen

dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang

dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis

bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan

Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai

respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah,

ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.

Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :

− Hukum kesiapan (Law of Readiness)

Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh

stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu

sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.

− Hukum latihan

Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-

R. Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi

tersebut semakin kuat. Hukum ini sebenarnya tercermin dalam perkataan

repetioest mater studiorum atau practice makes perfect.

− Hukum akibat ( Efek )

8

Page 9: Strategi Belajar Mengajar

Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan

dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Rumusan tingkat

hukum akibat adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan

cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi. Jadi hokum

akibat menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi perbuatan

serupa.

Aplikasi Teori Thorndike

Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan

mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi,

tenang dan sebagainya.

Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang

ketat atau sistem drill.

Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila

perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar

mengajar.

c) Skinner (1904-1990)

Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting

dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal,

mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai

tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant

conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operant

yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang

sesuai keinginan.

Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan

stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah

lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam

proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.

Prinsip belajar Skinners adalah :

− Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika

benar diberi penguat.

9

Page 10: Strategi Belajar Mengajar

− Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran

digunakan sebagai sistem modul.

− Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak

digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari

hukuman.

− Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah

diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforce.

− Dalam pembelajaran digunakan shapping (Shaping adalah mengembangkan

perilaku baru dengan penguat berturut-turut dan perkiraan yang teliti serta

menghilangkan perkiraan yang terdahulu dari perilaku ketika respon yang

diharapkan tidak kunjung muncul maka perlu untuk melakukan shaping.

Shaping= “strategi pemberian penguatan positif pada perilaku-perilaku yang

mendekati perilaku yang diinginkan.” Contoh: Perilaku terdahulu; Valerie

tidak bisa berbuat apa-apa karena dia RM (retardasi Mental), CP (cerebral

palsi) dan tangan kanannya lumpuh. Jadi, tujuannya bukan memfungsikan

bagian tubuh yang lumpuh itu, melainkan menyadarkan pasien bahwa bagian

tubuh yang lain (yang dapat dipakai) itu masih berfungsi dengan baik.

Shaping, merupakan salah satu prosedur untuk membentuk perilaku yang

belum dimunculkan oleh individu.

Aplikasi Teori Skinner

Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah diperiksa

dan dinilai sesegera mungkin.

2. Teori Kognitif

Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan

bentuk-bentuk representatif yang mewakili semua obyek yang dihadapi, entah obyek itu

orang, benda atau kejadian/peristiwa. Segala obyek itu di representasikan atau di hadirkan

dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan

sesuatu yang bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan pengalamannya selama

mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali ke negerinya sendiri. Tempat-tempat

yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri

10

Page 11: Strategi Belajar Mengajar

juga tidak hadir di tempat-tempat itu pada waktu sedang bercerita. Tetapi, semua

pengalamannya tercatat dalam benaknya dalam bentuk berbagai gagasan dan sejumlah

tanggapan. Gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada

orang yang mendengarkan ceritanya. Dengan demikian, hal-hal yang tidak hadir secara fisik

pada saat sekarang, dapat menjadi bahan komunikasi antara dua orang; segala macam hal

seolah-olah dipegang, disentuh dan dipermainkan secara mental. Karena kemampuan kognitif

ini, manusia dapat menghadirkan realitas dunia di dalam dirinya sendiri.

Disamping itu, semakin besar kemampuan berbahasa untuk mengungkapkan gagasan

dan tanggapan itu, semakin meningkatlah kemahiran untuk menggunakan kemampuan

kognitif secara efisien dan efektif. Kemapuan berbahasa pun harus dikembangan melalui

belajar. Pembahasan tentang belajar kognitif di sini, akan dibatasi pada dua aktifitas kognitif

yaitu mengingat dan berpikir.

Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, di mana orang menyadari bahwa

pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di

masa lampau.

Dalam aktivitas mental berpikir paling menjadi jelas, bahwa manusia berhadapan

dengan obyek-obyek yang diwakili dalam kesadaran. Jadi, orang tidak langsung menghadapi

obyek secara fisik seperti terjadi dalam mengamati sesuatu bila melihat, mendengar atau

meraba-raba.

Semakin bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas

seseorang memberikan respon terhadap stimulus yang dihadapi. Perkembangan itu banyak

tergantung kepada peristiwa internalisasi seseorang ke dalam sistem penyimpanan yang sesuai

dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan.

Teori belajar kognitif ini memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat

mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor

kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu

dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar

peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi kognitif peserta didik dapat

berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan.

11

Page 12: Strategi Belajar Mengajar

Peranan guru menurut teori belajar kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan

potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi yang ada pada setiap peserta

didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka

peserta akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di

sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.

Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh

para calon guru dan para guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa

pengetahuan tentang kognitif peserta didik guru akan mengalami kesulitan dalam

membelajarkan peserta didik di kelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas

proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui proses belajar mengajar antara

guru dengan peserta didik.

Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap

perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk

melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman

sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan

rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,

mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Menurut Piaget aspek perkembangan kognitif meliputi empat tahap, yaitu:

Sensory-motor (sensori-motor)

Selama perkembangan dalam periode ini berlangsung sejak anak lahir sampai

usia 2 tahun, intelegensi yang dimiliki anak tersebut masih berbentuk primitif

dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Meskipun primitif dan

terkesan tidak penting, intelegensi sensori-motor sesungguhnya merupakan

intelegensi dasar yang amat berarti karena ia menjadi pondasi untuk tipe-tipe

intelegensi tertentu yang akan dimiliki anak tersebut kelak.

Pre operational (praoperasional)

Perkembangan ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun dan telah

memiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanence, artinya anak

tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang ada

atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak

12

Page 13: Strategi Belajar Mengajar

dilihat dan tak didengar lagi. Jadi, padangan terhadap eksistensi benda tersebut

berbeda dari pandangan pada periode sensori-motor, yakni tidak lagi

bergantung pada pengamatan belaka.

Concrete operational (konkret-operasional)

Dalam periode konkret operasional ini belangsung hingga usia menjelang

remaja, kemudian anak mulai memperoleh tamnbahan kemampuan yang

disebut sistem of operations (satuan langkah berfikir). Kemampuan ini

berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemmikiran dan idenya dengan

peristiwa tertentu dalam sistem pemikirannya sendiri.

Formal operational (formal-operasional)

Dalam perkembngan formal operasional, anak yang sudah menjelang atau

sudah menginjak masa remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan daapat mengatasi

masalah keterbatasan pemikiran. Dalam pperkembangan kognitif akhir ini

seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara

simultan (serentak) maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni:

kapasitas menggunakan hipotesis,

kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak

Dalam dua macam kemampuan kognitif yang sangat berpengaruh terhadap kualiatas

skema kognitif itu tentu telah dimiliki oleh orang-orang dewasa. Oleh karenanya, seorang

remaja pelajar yang telah berhasil menempuh proses perkembangan formal operasional secara

kognitif dapat dianggap telah mulai dewasa.

C. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang

holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan

mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan

kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel

untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

13

Page 14: Strategi Belajar Mengajar

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Rasional

Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang

lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan

dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui

mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan

konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan

rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.

Pemikiran Tentang Belajar

Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi

pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus

tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya

untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru

mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan

pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar;

siswa bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.

Hakekat

Komponen pembelajaran yang efektif meliputi:

Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun

makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan

dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas

dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan

dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.

Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru

maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa

merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa,

14

Page 15: Strategi Belajar Mengajar

guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke

kelas.

Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang

bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori

atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data,

analisis data, kemudian disimpulkan.

Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai

wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud

dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas,

bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.

Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa

dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru

memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat

diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.

Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan

pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang

belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya

adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di

buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil

karya.

Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan,

ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran

seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya

informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada

prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.

D. Penerapan CTL dalam pembelajaran

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja

sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru.

Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua toipik. Kembangkan sifat keingin

15

Page 16: Strategi Belajar Mengajar

tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-

kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir

pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.

E. Model Pembelajaran konstruktivisme

Berikut ini diberikan 6 keunggulan penggunaan pandangan konstruktivisme dalam

pembelajaran di sekolah, yaitu:

Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,

berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang

gagasannya.

pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan

dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan

gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan

memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk

membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.

pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang

pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi

tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.

pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk

mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan

menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya

memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.

pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan

gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk

mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang

mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu

ada satu jawaban yang benar.

16

Page 17: Strategi Belajar Mengajar

F. Quantum Teaching and Learning (QTL)

Merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Filosofi pendekatan pembelajaran

Quantum dikenal dengan istilah TANDUR yang merupakan kepanjangan dari :

T = Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan menunjukkan manfaat dari

kompetensi yang dipelajari terhadap kehidupan peserta didik

A = Alami, ciptakan dan berikan pengalaman langsung yang dapat

dimengerti oleh peserta didik

N = Namai, berikan kata-kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, untuk

mudah diingat dan dipahami

D = Demonstrasikan, sediakan waktu dan kesempatan bagi peserta didik

untuk menunjukkan kemampuan yang diperoleh selama proses

pembelajaran

U = Ulangi, tunjukkan kepada peserta didik cara mengulangi materi dan

tegaskan bahwa “Aku mampu bahwa aku memang mampu”

R = Rayakan, akui hasil belajar peserta didik, baik dalam bentuk

penyelesaian, partisipasi, perolehan keterampilan ataupun ilmu

pengetahuan dan beri penghargaan

Pendekatan Pembelajaran Quantum

Kelas merupakan komunitas belajar yang menjadi tempat untuk meningkatkan

kesadaran, daya dengar, partisipasi, umpan balik dan pertumbuhan bagi peserta didik. Kelas

merupakan tempat bagi peserta didik mencari dan terbuka terhadap umpan balik, mengalami

perubahan, kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar mengakui dan

mendukung orang lain, serta belajar dan tumbuh sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Untuk membentuk lingkungan kelas yang dapat mengakomodasi semua tempat belajar

yang baik, diperlukan langkah-langkah berikut:

17

Page 18: Strategi Belajar Mengajar

a. Membangun ikatan emosional. Kunci untuk membangun ikatan emosional

adalah dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan,

dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar.

b. Menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Untuk meningkatkan keterlibatan

peserta didik pada proses pembelajaran, guru harus membangun hubungan

dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian.

c. Menciptakan keriangan dan ketakjuban. Menumbuhkan lebih banyak

kegembiraan dalam pengajaran, melalui pemberian afirmasi (penguatan atau

penegasan), pengakuan, dan perayaan,

d. Mengambil Resiko. Peserta didik belajar berani mengambil resiko. Sebagai

contoh peserta didik berani menghabiskan sebagian waktunya untuk datang ke

sekolah merupakan salah satu resiko peserta didik dalam memasuki proses

belajar.

e. Ciptakan rasa saling memiliki. Umumnya semua peserta didik ingin merasa

saling memiliki, karena dengan rasa saling memiliki akan memberikan nilai

tambah, merasa lebih berdaya dan diterima di dalam kelompoknya. Dengan

rasa saling memiliki akan menciptakan rasa kebersamaan, kesatuan,

kesepakatan dan dukungan dalam belajar.

f. Memberikan keteladanan. Keteladanan guru dalam segala hal menjadi cara

yang ampuh dalam membangun hubungan dan memahami perasaan orang lain.

Keteladanan akan memperkuat proses pembelajaran yang dilakukan.

Langkah-langkah pembelajaran quantum:

Menentukan tujuan pembelajaran

Komunitas dalam belajar memiliki tujuan yang sama. Dimanapun

mereka berada, baik di kelas, di sekolah maupun di lembaga diklat

lain, memiliki tujuan sama yaitu mengembangkan kecakapan peserta

didik sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.

Meyakinkan kemampuan peserta didik dalam belajar, dan

kemampuan guru dalam mengajar

Menjaga agar komunitas kelas tepat berjalan agar peserta didik tetap

memiliki minat belajar tinggi

18

Page 19: Strategi Belajar Mengajar

Lingkungan yang mendukung model pembelajaran quantum antara lain :

a. Poster ikon, poster afirmasi, penggunaan warna, alat bantu dapat digunakan

dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, kemampuan guru dan

fasilitas yang dimiliki.

b. Pengaturan tempat duduk peserta didik memiliki peran penting dalam proses

pembelajaran. Peserta didik diberi kebebasan untuk mengatur posisi tempat

duduk sehingga proses interaksi dapat berjalan dengan baik.

c. Tumbuhan, aroma dan unsur organik lainnya, dapat memperkaya kesegaran

ruangan kelas

d. Musik dapat digunakan untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental

peserta didik, serta mendukung lingkungan belajar.

19

Page 20: Strategi Belajar Mengajar

BAB III PENUTUP

Aplikasi teori-teori pembelajaran PAI pada bab pembahasan adalah bahwa guru memiliki

kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran

sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.

Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :

1. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar,

2. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran,

3. Memandu guru untuk mengelola kelas,

4. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil

belajar siswa yang telah dicapai,

5. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif,

6. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa

sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.

Implikasi perkembangan teori pembelajaran sekarang sangatlah beragam. Guru dapat

menerapkan menurut aliran-aliran teori tertentu. Seperti teori behaviorisme dalam

pembelajaran guru memperhatikan tujuan belajar, karakteristik siswa, dan sebagainya.

20

Page 21: Strategi Belajar Mengajar

DAFTAR PUSTAKA

(http://khoirunnisadestioktaviani.blogspot.com/2011/03/teori-teori-belajar-sebagai-

landasan.html)

(http://omenfadly.blogspot.com/2011/02/teori-teori-pembelajaran-pai.html )

http://www.elfilany.com/2011/03/teori-belajar-menurut-aliran.html

http://khoirunnisadestioktaviani.blogspot.com/2011/03/teori-teori-belajar-sebagai-

landasan.html

http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/14/teori-belajar-kognitif-dan-aspek-

perkembangan-kognitif-menurut-piaget/

http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/31/konstruktivisme-6-keunggulan-

penggunaan-pandangan-konstruktivisme-dalam-pembelajaran/

http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextual-

teaching-and-learning-ctl.php

http://sugitotp.wordpress.com/2010/11/14/quantum-teaching-and-learning-qtl/

http://aniez031290.wordpress.com/2011/05/29/shaping/

http://sunartombs.wordpress.com/2010/01/02/contextual-teaching-and-learning-ctl/

21