Snake Bite Khrs

29
Snake Bite Kharis Ma`mun Pembimbing: dr. Juliani, SpA

description

rfm

Transcript of Snake Bite Khrs

PRESENTASI KASUS SNAKE BITE (GIGITAN ULAR)

Snake Bite

Kharis Ma`mun

Pembimbing: dr. Juliani, SpA

Pendahuluan

Kasus gigitan ular merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting di berbagi negara, terutama di area pedesaan

Kasus gigitan ular terbesar terjadi di Asia Selatan dan Afrika

Kurang lebih terjadi 25.000-30.000 kematian tiap tahunnya akibat gigitan ular (WHO,2005)

98% gigitan terjadi di daerah ekstremitas.

Umumnya ular menggigit pada saat ia aktif, yaitu pada pagi dan sore hari, apabila ia merasa terancam dan terganggu.

Permasalahan :

Luka gigitan

Infeksi pada luka

Reaksi alergi

2

PENDAHULUAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi : kurangnya manajemen komplikasi, transportasi, peralatan rumah sakit dan pengetahuan masyarakat umum mengenai pertolongan pertama

Pemberian dini anti venom polivalen telah mengurangi angka kesakitan dan kematian

McGain F, Limbo A, Williams D, Didei G, Winkel KD. Snake bite mortality at Port Moresby General Hospital, Papua New Guinea 19922001. Med J Aust 2004;181:68791.).

3

3

Patofisiologi

Bisa Ular

zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pencernaan

4

Sjamsuhidajat R, De Jong Wim; Buku-Ajar Ilmu Bedah. Ed. 2Jakarta : EGC.2004

4

Komposisi Bisa Ular

Neurotoksin, nefrotoksin, hemotoksin,kardiotoksin dan sitotoksin

Disfungsi organ atau destruksi.

5

enzim protease, kolagenase

arginin, ester hydrolase

trombogenik enzim

metallo-proteinase, endogenase

hialuronidase, fosfolipase

Patofisiologi

Jurkovich,Gregory J, Gentilello,Larry M. Envenomation and Enviromental Injuries in Greenfield's Surgery: Scientific Principles and Practice.ed :Mulholland et all.4th edition. Lippincott Williams & Wilkins.chapter 33.2006

6

6

DIAGNOSIS

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

- Pemeriksaan pada lokasi gigitan

- Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan penunjang

WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005

Jurkovich,Gregory J, Gentilello,Larry M. Envenomation and Enviromental Injuries in Greenfield's Surgery: Scientific Principles and Practice.ed :Mulholland et all.4th edition. Lippincott Williams & Wilkins.chapter 33.2006

7

7

Gejala Klinis

Tanda gigitan taring (fang marks),

Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, eritem, ptekie, ekimosis (dalam 30 menit-24 jam)

Gejala sistemik: hipotensi, kelemahan otot, berkeringat, menggigil, mual, hipersalivasi, muntah, nyeri kepala dan pandangan kabur.

Gejala khusus :

Hematotoksik; perdarahan di tempat gigitan, paru, jantung, ginjal, peritonium, otak, gusi, hematemesis dan melena, perdarahan kulit, hematuri, hemoptoe, koagulasi intravaskulae (KID)

Neurotoksik : hipertonik, fasikulasi, paresis, paralisis pernapasan, paralisis otot laring, refleks abnormal, kejang dan koma.

Kardiotoksik: hipotensi, henti jantung, koma.

Sindrom kompartemen: edema tungkai dengan tanda 5P (pain, pallor, parasthesia, paralysis, pulselesness).

Patofisiologi

Gigitan ular berbisa

Bisa ular

Merusak sel endotel dan eritrosit

Blok reseptor Ach

Aktivasi faktor V,IX,X

Mengubah fibrinogen fibrin

Permeabiltas meningkat

Edema perifer

Edema paru

Perdarahan

hipotensi

Ptosis

Disfagia

Paresis

Kejang

koma

Aktivasi kaskade koagulasi

Consumptive coagulopathy

Unstable clot formation

DIC

9

Gigitan Ular

12

Jenis

Hematotoksik Trimeresurus albolabris (ular hijau), Ankistrodon rhodostoma (ular tanah)

Neurototoksik Bungarusfasciatus (ular welang), Naya sputatrix (ular sendok), ular kobra

Morfologi gigi

Elapidae, Crotalidae/ Virepidae, Hydrophidae, Colubridae

Trimeresurus albolabris

Ankistrodon rhodostoma

Bungarusfasciatus

Ular kobra

13

Perbedaan ular berbisa dan tidak berbisa

NoUlar tak berbisaUlar berbisa1.Bentuk kepalaSegiempat panjangSegitiga 2. Gigi taringGigi kecil Dua gigi taring besar di rahang atas3.Bekas gigitanLuka halus di sepanjang lengkungan bekas gigitanDua luka gigitan utama akibat gigi taring yang berbisa.

14

Tujuan penatalaksanaan pada kasus gigitan ular berbisa:

Menghalangi/ memperlambat absorbsi bisa ular

Menetralkan bisa ular bila sudah masuk ke dalam sirkulasi darah

Mengatasi efek lokal dan sistemik

Penatalaksanaan

Langkah-langkah penatalaksanaan snake bite

Pertolongan pertama

Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya

Pengobatan gigitan ular

Terapi

Pertolongan pertama

Tujuan :

Menghambat penyerapan bisa

Mempertahankan hidup korban

Menghindari komplikasi sebelum mendapatkan perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi gejala dini yang membahayakan.

Metode pertolongan yang dilakukan:

Menenangkan korban yang cemas

Imobilisasi bagian tubuh yang tergigit

Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya:

Hindari pergerakan atau kontraksi otot untuk mencegah peningkatan penyerapan bisa.

Pengobatan gigitan ular

Metode penggunaan torniket, insisi (pengirisan dengan alat tajam), pengisapan tempat gigitan, pendinginan daerah yang digigit, pemberian antihistamin dan kortikosteroid harus dihindari karena tidak terbukti manfaatnya.

Terapi

Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril

Imobilisasi

Stabilisasi

Penatalaksanaan jalan nafas, sirkulasi, penatalaksanaan resusitasi bila hipotensi berat dan shock,kelumpuhan saraf pernafasan.

19

Penatalaksanaan

Langkah-langkah penatalaksanaan gigitan ular meliputi (WHO,2005) :

Pertolongan pertama

Transportasi ke rumah sakit

Penilaian klinik dan resusitasi segera

Penilaian klinik lengkap dan diagnosis

Pemeriksaan laboratorium

Observasi respon terhadap antivenom ( menentukan apakah diperlukan penambahan dosis antivenom)

Terapi suportif

Penatalaksanaan pada bagian luka gigitan

Rehabilitasi

WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005

20

20

1. Pertolongan pertama

Tujuan pertolongan pertama :

Mengurangi absorbsi bisa ular secara sistemik

Menyelamatkan kehidupan dan mencegah komplikasi sebelum paien menerima pengobatan secara medis ( di rumah sakit atau klinik)

Merencanakan transportasi pasien ke tempat dimana pasien dapat memperoleh penatalaksanaan medis.

21

21

Pertolongan pertama

Hal-hal yang tidak dianjurkan (WHO,2005):

Membuat insisi lokal atau pungsi pada tempat gigitan,

menyedot bisa ular dari luka,

mengikat dengan erat (tourniquets)

memberikan kejutan listrik,

mengoleskan bahan-bahan kimia, bahan tradisional atau es

WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005

22

22

Pertolongan Pertama

Tenangkan pasien

metode pressure immobilisation

hindari berbagai tindakan intervensi pada luka gigitan karena akan meningkatkan infeksi, meningkatkan absorbsi bisa ular dan perdarahan lokal.

WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005

23

23

2.Transportasi ke Rumah Sakit

Bawa pasien ke rumah sakit (tempat dimana pasien dapat mendapatkan penatalaksanaan medis)

Imobilisasi, kurangi pergerakan

WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005

24

24

3. Penatalaksanaan di Rumah sakit

Primary survey

- Airway

- Breathing

- Circulation

- Disability

Secondary Survey

WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005

25

25

4. Pemeriksaan Penunjang

Darah perifer lengkap : anemia, trombositopeni, leukositosis

Hemostasis : pemanjangan PT dan APTT

Fungsi hati : peningkatan transaminase, bilirubin,

Fungsi Ginjal : peningkatan ureum dan kreatinin

Urinalisis : hemoglobinuria

EKG : aritmia, bradikardi

WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005

26

26

5.Pemberian serum Anti Bisa Ular

SABU immunoglobulin yang dimurnikan dari serum atau plasma kuda atau kambing yang telah diimunisasi dengan bisa ular satu atau lebih spesies ular

27

WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005

Jurkovich,Gregory J, Gentilello,Larry M. Envenomation and Enviromental Injuries in Greenfield's Surgery: Scientific Principles and Practice.ed :Mulholland et all.4th edition. Lippincott Williams & Wilkins.chapter 33.2006

Sjamsuhidajat R, De Jong Wim; Buku-Ajar Ilmu Bedah. Ed. 2Jakarta : EGC.2004

27

Pemberian serum Anti Bisa Ular

Indikasi :

Gejala sistemik

- Gejala hematoksik

- gejala neurotoksik

- Gejala kardiotoksik

- gejala gangguan fungsi ginjal

- hemoglobinuria

Gejala lokal :

- pembengkakan lokal

- pembengkakan yang meluas dengan cepat

- keterlibatan pembuluh limfe

28

WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005

28

Serum Anti Bisa Ular

29

Derajat 0 dan I tidak diperlukan SABU

Derajat II: 15-20 ml SABU

Derajat III: 25-75 ml SABU

Derajat IV: berikan penambahan 30-40 vial SABU

GEJALA KLINIS

DerajatVenerasiLuka gigitNyeriUdem/ EritemTanda sistemik00++/- 0I+/-++3-12 cm/12 jam0II+++++>12-25 cm/12 jam+Neurotoksik,Mual, pusing, syokIII++++++>25 cm/12 jam++Syok, petekia, ekimosisIV+++++++>ekstrimitas++Gangguan faal ginjal,Koma, perdarahan

Schwartz (Depkes,2001)

30

6. Penatalaksanaan Suportif

Pengobatan suportif terdiri dari

infus NaCl, plasma atau darah dan pemberian vasopresor untuk menanggulangi syok

Kelumpuhan pernapasan intubasi

Sindrom kompartemen fasiotomi

WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005

31

31

7.Penatalaksanaan Pada luka gigitan

Infeksi bakteri

Sindrom kompartemen

32

WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2005

32

TERIMA KASIH

33

33

Daftar Pustaka (1)

1. Wim de jong, Sjamsuhidajat. 2003. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. Hal 85-89

2. Sudoyo, Aru W. Dkk. 2009. Sengatan serangga dan penatalaksanaan gigitan ular berbisa dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. Hal 275-83

3. Depkes. 2000.Petunjuk perencanaan dan Penatalaksanaan kasus gigitan Hewan tersangka / rabies Di Indonesia. Diambil pada hari jumat, tanggal 02-03-2012 dari, http://www.depkes.go.id/downloads/Petunjuk%20Rabies.pdf

4. Dwidjoseputro,D., 2005, Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan. Hal 127

5. WHO. 2012.Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region.

6. Mulholland, Michael W, et al. 2006. Snakes and snake bite in Greenfield's Surgery: Scientific Principles and practice. Edisi ke-4. Hal 504-6

7. Oxford Textbook Book of Surgery: 2002. Snake bite. Edisi ke-2.

8. Depkes. 2001. Penatalaksanaan gigitan ular berbisa. Dalam SIKer, Dirjen POM Depkes RI. Pedoman pelaksanaan keracunan untuk rumah sakit, dari http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/RacunUlarBerbisa.pdf

9. Spirilum minus. 2008. Diambil pada tanggal 03-03-2012, diunduh dari, http://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/spirillum-minus.pdf

10. Mulholland, Michael W, et al. 2006. Spider bite in Greenfield's Surgery: Scientific Principles and practice. Edisi ke-4. Hal 508-9

Daftar Pustaka (2)

35