SFBkarbohidrat
-
Upload
rabiatul-adawiyah -
Category
Documents
-
view
203 -
download
5
Transcript of SFBkarbohidrat
KARBOHIDRATRabiatul Adawiyah (G84080001)1, Indra Kurniawan Saputra2, Waras Nurcholis3,
Mahasiswa Praktikum1, Asisten Praktikum2, Dosen Praktikum3
Struktur dan Fungsi BiomolekulDepartemen Biokimia, FMIPA, IPB
2010
AbstrakKarbohidrat merupakan sumber kalori yang dibutuhkan sebagian besar
organisme. Karbohidrat dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan dan masing-masing golongan memiliki struktur dan sifat yang berbeda. Uji karbohidrat dilakukan untuk mengetahui struktur dan sifat karbohirat dilakukan terhadap larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1%. Uji Molisch dengan bantuan asam sulfat pekat membentuk cincin ungu terhadap larutan yang mengandung karbohidrat, dan larutan yang diujikan semuanya membentuk cincin ungu yang menunjukkan bahwa semua larutan mengandung karbohidrat. Uji Benedict membentuk warna merah bata terhadap larutan yang mengandung gula pereduksi. Uji Benedict memberikan hasil positif terhadap glukosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa. Karbohidrat merupakan bahan utama untuk fermentasi yang menghasilkan CO2 dan etanol. Semua larutan yang diujikan dapat menghasilkan CO2 dan etanol yang ditunjukkan dengan terisapnya ibu jari pada tabung fermentasi. Gugus ketosa diuji melalui uji Selliwanoff. Larutan yang mengandung ketosa akan membentuk warna merah. Fruktosa dan sukrosa memberikan hasil positif terhadap uji ini. Uji iod dilakukan terhadap tepung pati, tepung agar-agar, dan tepung gum arab. Tepung pati memberikan hasil positif terhadap uji iod dengan membentuk warna biru. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pati mengandung amilosa.
Kata kunci: karbohidrat, uji karbohidrat, monosakarida, disakarida
Pendahuluan
Karbohidrat merupakan tongkat kehidupan bagi sebagian besar organisme.
Karbohidrat merupakan pusat metabolisme tanaman hijau dan organisme
fotosintetik yang menggunakan energi solar untuk melakukan sintesis karbohidrat
dari CO2 dan H2O. Peran karbohidrat bagi hewan adalah suatu bagian utama dari
sumber kalori. Karbohidrat merupakan suatu senyawa polihidroksialdehida atau
polihidroksiketon atau senyawa turunannya bila dihidrolisis. Karbohidrat terdiri
atas karbon, hidrogen, dan oksigen dengan perbandingan 1:2:1 (Lehninger 1982).
Karbohidrat diklasifikasikan dalam empat golongan, yaitu monosakarida,
disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan bentuk
paling sederhana dari suatu karbohidrat sehingga tidak dapat dihidrolisis lagi
dalam bentuk yang lebih sederhana. Monosakarida berdasarkan jumlah unsur
karbon , diklasifikasikan sebagai triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, atau heptosa,
dan sebagai aldosa atau ketosa berdasarkan gugus aldehida atau keton yang
dimiliki senyawa tersebut. Disakarida adalah produk kondensasi dua unit
monosakarida, contohnya maltosa yang berasal dari dua unit glukosa (Gambar 1&
2). Oligosakarida adalah produk kondensasi tiga sampai sepuluh momosakarida.
Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia.
Polisakarida adalah produk kondensasi lebih dari sepuluh unit monokarida,
contohnya patidan dekstrin (Murray 2006).
Gambar 1 Struktur maltosa
(Sumber: Campbell et al.)
Gambar 2 Struktur sukrosa
(Sumber: Campbell et al.)
Monosakarida tidak berwarna merupakan kristal padat yang bebas larut di
dalam air, tetapi tidak larut di dalam pelarut nonpolar. Kerangka monosakarida
adalah rantai karbon berikatan tunggal yang tidak bercabang. Satu di antara atom
karbon berikatan ganda dengan suatu oksigen, membentuk gugus karbonil,
masing-masing atom karbon lainnya berikatan dengan gugus hidroksil. Jika gugus
karbonil berada pada ujung rantai karbon, monosakarida tersebut adalah suatu
aldehida dan disebut sebagai aldosa. Jika gugus karbonil berada pada posisi lain,
monosakarida tersebut adalah suatu keton, dan disebut sebagai suatu ketosa
(Gambar 3) (Lehninger 1982).
Gambar 3 Struktur aldosa dan ketosa
(Sumber: Campbell et al.)
Pati merupakan suatu polisakarida simpanan pada tumbuhan. Suatu
polimer yang secara keseluruhan terdiri atas monomer glukosa. Monomer glukosa
dibuhungkan dengan ikatan 1,4-glikosidik. Sudut ikatan tersebut membuat
polimer tersebut membentuk heliks. Bentuk pati yang paling sederhana adalah
amilosa yang rantainya tidak bercabang (Gambar 4). Amilopektin, suatu bentuk
pati yang lebih kompleks adalah suatu polimer bercabang dengan ikatan 1-6 pada
titik percabangan (Campbell et al. 2002).
Gambar 4 Struktur pati
(Sumber: Campbell et al.)
Percobaan karbohidrat bertujuan mengetahui sifat, jenis, dan sifat
karbohidrat melalui uji kualitatif terhadap karbohidrat. Uji kualitatif yang
dilakukan, yaitu uji Molisch, uji Benedict, uji Barfoed, uji fermentasi, uji
Selliwanoff, dan uji iod. Uji Molisch bertujuan mengetahui keberadaan
karbohidrat, namun tidak spesifik terhadap jenis karbohidrat tertentu. Uji Benedict
merupakan uji karbohidrat yang spesifik terhadap keberadaan gula pereduksi. Uji
Barfoed bertujuan membedakan antara monosakarida dan disakarida, sedangkan
uji fermentasi bertujuan mengetahui karbohidrat yang menghasilkan etanol dan
karbondioksida. Amilosa dalam suatu bahan diketahui melalui uji iod.
Bahan dan Metode
Percobaan dilakukan di laboratorium pendidikan Biokimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam, Institut Pertanian Bogor. Larutan
glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1%
digunakan untuk uji Molisch, uji Benedict, uji Barfoed, uji fermentasi, dan uji
Selliwanoff. Tepung pati, tepung agar-agar, dan tepung gum arab digunakan
dalam uji iod. Selain itu, pereaksi Molisch, Benedict, Barfoed, Selliwanoff, iod,
ragi, asam sulfat pekat, dan larutan NaOH sebagai pereaksi untuk masing-masing
uji karbohidrat tersebut.
Peralatan umum yang digunakan dalam percobaan uji karbohidrat, yaitu
pipet volumetrik atau pipet Mohr berukuran 5 ml, 10 ml, dan 25 ml, tabung reaksi,
bulp, batang pengaduk, dan pipet tetes. Uji Benedict, uji Barfoed, uji Fermentasi,
dan uji Selliwanoff juga membutuhkan penangas air untuk mempercepat reaksi.
Selain itu, uji Fermentasi juga menggunakan tabung fermentasi. Uji iod
menggunakan papan spot test sebagai tempat uji.
Percobaan uji Molish digunakan larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa
1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1% sebagai larutan yang digunakan untuk
uji Molisch. Larutan yang akan diuji tersebut masing-masing dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml, dan ditambahkan dua tetes pereaksi Molisch,
campur merata, kemudian ditambahkan 3 ml asam sulfat pekat melalui dinding
tabung secara perlahan-lahan. Hasil uji yang positif ditunjukkan oleh warna ungu
kemerahan pada batas kedua cairan, sedangkan reaksi negatif ditunjukkan oleh
warna hijau.
Tabung reaksi baru disediakan, kemudian dimasukkan 5 ml pereaksi
Benedict. Larutan bahan yang akan diperiksa ditambahkan sebanyak 8 tetes,
dicampur, dan didihkan selama 5 menit. Larutan yang telah dipanaskan,
didinginkan terlebih dahulu, kemudian perhatikan warna dan endapan yang
terbentuk. Tidak adanya gula pereduksi ditunjukkan oleh warna biru yang pada
larutan. Gula pereduksi ditunjukkan oleh warna hijau kebiruan, hijau, dan kuning
dengan konsentrasi sekitar 250, 500, dan 1000 mg/dL, sedangkan 2000 mg/dL
ditunjukkan oleh adanya endapan merah. Larutan uji yang digunakan, yaitu
glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1%.
Uji Barfoed digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida.
Pereaksi Barfoed sebanyak 1 ml dan bahan percobaan sebanyak 1 ml dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi tersebut dipanaskan dalam air mendidih
selama 3 menit dan didinginkan. Fosfomolibdat ditambahkan sebanyak 1 ml,
dikocok, dan diamati warna yang terjadi.
Larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%,
dan pati 1% diuji dengan uji fermentasi. Larutan bahan percobaan sebanyak 20 m,
dan 2 gram ragi dimasukkan ke dalam ragi, dan digerus sampai terbentuk suspensi
yang homogen. Suspensi tersebut diisi ke dalam tabung fermentasi sampai bagian
kaki yang tertutup terisi. Pemeraman dilakukan pada suhu 36C dan diperiksa
interval 1 jam sebanyak tiga kali pengamatan. Jika terdapat ruangan gas pada kaki
tabung yang tertutup, maka panjang atau isi gas tersebut diukur. Gas CO2 yang
terbentuk diuji melalui penambahan NaOH. 10% kedalam tabung fermentasi
melalui kaki yang terbuka dan mulut tabung ditutup dengan ibu jari, sementara
tabung dibolak-balik beberapa kali. Isapan pada ibu jari menunjukkan adanya gas
CO2.
Percobaan berikutnya adalah uji Selliwanof. Sebanyak 2.5 ml pereaksi
Selliwanof dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan beberapa tetes
glukosa 1%. Didihkan dalam penangas air selama 60 detik, diamati warna yang
terjadi. Percobaan diulangi dengan menggunakan fruktosa 1%, sukrosa 1%,
laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1%.
Tepung pati, tepung gum arab, dan tepung agar-agar digunakan dalam
percobaan uji Iod. Tepung bahan percobaan dimasukkan ke dalam papan uji
secukupnya, kemudian diteteskan satu tetes larutan iod encer. Warna yang
terbentuk dicatat.
Hasil dan Pembahasan
Molisch merupakan larutan 5% -naftol dalam alkohol, kemudian
ditambah asam sulfat pekat dengan hati-hati. Larutan Molisch digunakan sebagai
pereaksi dalam uji karbohidrat. Reaksi dalam uji Molisch terdiri atas tiga tahap,
yaitu hidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentosa, proses
dehidrasi, dan proses kondensasi. Heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi
menjadi hidroksimetilfurfural atau furfural karena adanya pengaruh dari asam
sulfat pekat. Kondensasi aldehida yang terbentuk dengan -naftol dalam alkohol
membentuk senyawa yang berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida.
Warna ungu yang terbentuk dari reaksi antara larutan karbohidrat dan pereaksi
Molisch menunjukkan adanya karbohidrat (Sumardjo 2009). Hasil uji Molisch
(Tabel 1) menunjukkan bahwa semua larutan yang diujikan, yaitu glukosa 1%,
fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1% membentuk
cincin violet pada batas kedua cairan, namun dengan intensitas warna yang
berbeda. Glukosa, fruktosa, dan sukrosa membentuk cincin violet (Gambar 5).
Laktosa, maltosa, dan pati memiliki intensitas warna yang sama, yaitu cincin
violet pekat.
Uji Benedict digunakan sebagai uji keberadaan gula pereduksi. Pereaksi
Benedict merupakan campuran kupri sulfat, natrium sitrat, dan natrium karbonat
dalam air. Pemanasan campuran pati dan pereaksi Benedict sangat diperlukan
dalam uji Benedict dan campuran akan mengalami perubahan warna. Perubahan
warna yang terjadi dari biru menjadi hijau kemudian berubah menjadi kuning,
selanjutnya kemerah-merahan hingga akhirnya terbentuk endapan merah bata
kupro oksida apabila konsentrasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi. Gula
pereduksi akan teroksidasi menjadi asam onat, sedangkan pereaksi Benedict
(sebagai Cu2+) akan tereduksi menjadi kupro oksida. Uji Benedict mengalami
proses oksidasi dan proses reduksi (Sumardjo 2009). Pereaksi Benedict bersifat
basa lemah karena memiliki natrium karbonat dan natrium sitrat. Endapan yang
terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata, tergantung pada
konsentrasi karbohidrat yang diperiksa (Poedjiadi & Supriyanti 2007). Gula
pereduksi adalah golongan gula yang dapat mereduksi senyawa-senyawa
penerima elektron (Lehinger 1982). Ujung dari gula pereduksi adalah ujung yang
mengandung aldehida atau keto bebas. Uji Benedict mengalami proses oksidasi
dan proses reduksi (Sumardjo 2009). Hasil uji Benedict terhadap glukosa,
fruktosa, laktosa, dan maltosa memberikan hasil yang positif dengan membentuk
cincin merah (Tabel 2). Pati dan sukrosa memberikan hasil negatif, yaitu tidak
membentuk cincin merah yang menunjukkan bahwa sukrosa dan pati tidak
memiliki gula pereduksi. Larutan fruktosa, laktosa, dan maltosa memiliki
intensitas cincin merah sangat pekat dibandingkan dengan glukosa (Gambar 6).
Pati dan sukrosa tidak membentuk cincin merah karena keduanya merupakan gula
nonpereduksi. Pati dan sukrosa tidak memiliki hemiasetal atau hemiketal bebas
karena keduanya bukan golongan monosakarida (Schreck 1994). Hal ini
menunjukkan bahwa hanya monosakarida saja yang dapat menjadi gula pereduksi.
Tabel 1 Hasil uji Molisch
Larutan Hasil uji Gambar
Glukosa 1% +++
Gambar 5 Hasil uji Molisch (kiri ke kanan: glukosa,
fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, pati)
Fruktosa 1% +++
Sukrosa 1% +++
Laktosa 1% ++
Maltosa 1% ++
Pati 1% ++
Keterangan: - : tidak terbentuk cincin ungu violet+ : terbentuk cincin ungu violet kurang pekat++ : terbentuk cincin ungu violet pekat+++ : terbentuk cincin ungu violet sangat pekat
Tabel 2 Hasil uji Benedict
Larutan Hasil uji Gambar
Glukosa 1% ++
Gambar 6 Hasil uji Benedict (kiri ke kanan: glukosa,
fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, pati)
Fruktosa 1% +++
Sukrosa 1% -
Laktosa 1% +++
Maltosa 1% +++
Pati 1% -
Keterangan: - : tidak membentuk cincin merah+ : membentuk cincin merah kurang pekat++ : membentuk cincin merah pekat+++ : membentuk cincin merah sangat pekat
Uji Barfoed merupakan uji karbohidrat yang digunakan untuk
membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Gula pereduksi
monosakarida mereduksi ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam lebih
cepat dibandingkan dengan disakarida. Reduksi ion Cu2+ oleh gula pereduksi
monosakarida akan menghasilkan Cu2O (kupro oksida). Penambahan
fosfomolibdat memberikan warna biru tua pada larutan yang menunjukkan hasil
positif (Poedjiadi & Supriyanti 2007). Hasil uji Barfoed ialah semua larutan yang
diujikan memberikan hasil yang positif dengan intensitas yang berbeda (Tabel 3).
Maltosa, sukrosa, dan laktosa yang merupakan disakarida, serta pati yang
merupakan oligosakarida juga memberikan hasil positif (Gambar 8). Hal ini dapat
terjadi karena disakarida juga dapat mereduksi ion Cu2+, namun membutuhkan
waktu yang lama sehingga warna biru yang terbentuk tidak sepekat warna biru
yang terbentuk pada glukosa, dan fruktosa yang merupakan monosakarida. Pati
yang merupakan oligosakarida membentuk warna biru dengan intensitas paling
kecil.
Uji fermentasi digunakan untuk mengetahui gula yang dapat menghasilkan
alkohol dan karbondioksida pada suasana anaerob. Percobaan ini menggunakan
ragi yang dibutuhkan dalam proses fermentasi. Ragi mengandung
mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi
mikroorganisme tersebut. NaOH berfungsi untuk mengetahui adanya CO2 karena
NaOH akan mengabsorpsi CO2.. Hasil positif pada uji fermentasi dibuktikan
dengan adanya isapan pada jari oleh gas CO2. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati menunjukkan hasil
positif yang menunjukkan bahwa semua bahan percobaan tersebut menghasilkan
alkohol dan karbondioksida dalam keadaan anaerob. Hal ini disebabkan oleh
semua larutan tersebut adalah gula yang merupakan bahan utama untuk
fermentasi. Sukrosa memiliki panjang ruangan gas pada kaki tabung yang paling
besar (Tabel 4).
Uji Selliwanof digunakan untuk mengidentifikasi senyawa ketosa
berdasarkan pembentukan 4-hidroksimetilfurfural yang bereaksi dengan resorsinol
sehingga menimbulkan persenyawaan yang berwarna merah. Senyawa berwarna
merah ceri akan terbentuk jika pereaksi Selliwanoff bereaksi dengan ketopentosa
dan ketoheksosa selama dua menit (Schreck 1994). Hasil uji Selliwanof (Tabel 5)
menunjukkan bahwa hanya larutan fruktosa dan sukrosa yang memberikan hasil
positif, yaitu membentuk larutan berwarna merah ceri dengan intensitas warna
yang berbeda. Fruktosa memberikan warna merah yang lebih pekat dibandingkan
dengan sukrosa. Hal ini disebabkan oleh ujung fruktosa mengandung gugus keton
bebas lebih banyak dibandingkan dengan sukrosa yang gugus ujungnya
mengandung aldehida dan keton. Glukosa, laktosa, maltosa, dan pati tidak
membentuk warna merah ceri karena larutan-larutan tersebut merupakan aldosa,
dan tidak mempunyai gugus keton, melainkan gugus aldehida.
Tabel 3 Hasil uji Barfoed
Larutan Hasil uji Gambar
Glukosa 1% +++
Gambar 7 Hasil uji Barfoed (kiri ke kanan: glukosa,
fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, pati)
Fruktosa 1% +++
Sukrosa 1% ++
Laktosa 1% ++
Maltosa 1% ++
Pati 1% +
Keterangan: - : tidak terbentuk warna biru + : terbentuk warna biru tipis++ : terbentuk warna biru+++ : terbentuk warna biru pekat
Tabel 4 Hasil uji fermentasi
LarutanPanjang (cm) Setelah penambahan
NaOH0’ 30’ 60’ 90’Glukosa 1% 0.2 0.5 0.8 0.8 TerisapFruktosa 1% 0 0.8 1.2 1.5 TerisapSukrosa 1% 0.7 7 9 9.3 Terisap Laktosa 1% 1 8 8.8 9.1 TerisapMaltosa 1% 0.2 1.2 3.0 4.5 Terisap
Pati 1% 0 0.1 0.2 0.3 Terisap
Tabel 5 Hasil uji Selliwanoff
Larutan Hasil uji Gambar
Glukosa 1% -
Fruktosa 1% +++
Sukrosa 1% ++
Laktosa 1% -
Maltosa 1% -
Pati 1% -
Keterangan: - : tidak terbentuk warna jingga pekat/ kemerah-merahan + : terbentuk warna jingga tipis++ : terbentuk warna jingga pekat/ kemerah-merahan+++ : terbentuk warna jingga pekat/ kemerah-merahan pekat
Iodin berfungsi sebagai reagen pendeteksi adanya amilosa. Pati yang
terkena iodin akan berwarna biru, dan jika terbentuk warna kuning kecoklatan
menunjukkan tidak adanya pati. Hasil uji iod, yaitu tepung pati membentuk warna
ungu, sedangkan tepung gum arab dan tepung agar-agar secara berturut-turut
membentuk warna kuning dan merah. Hal tersebut menunjukkan bahwa tepung
pati mengandung amilase, sedangkan tepung gum arab dan tepung agar-agar tidak
mengandung amilosa.
Tabel 6 Hasil uji Iod
Tepung Warna Gambar
Gum Arab Kuning
Pati Ungu
Agar-agar coklat
Simpulan
Larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dan pati mengandung
karbohidrat. Gula pereduksi tidak dimiliki oleh semua karbohirat, berdasarkan
percobaan, hanya glukosa, fruktosa, laktosa, dan maltosa yang memiliki gula
pereduksi. Karbohidrat dapat dibagi menjadi monosakarida, disakarida,
oligosakarida, dan polisakarida berdasarkan jumlah atom C yang dimiliki. Uji
Barfoed dapat membedakan antara monosakarida dan disakarida. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa glukosa dan fruktosa merupakan monosakarida. Namun,
disakarida dan polisakarida tidak dapat dibedakan karena hasil uji sukrosa,
laktosa, maltosa, dan pati tidak memberikan perbedaan yang signifikan.
Karbohidrat juga dapat dibedakan berdasarkan gugus yang dimilikinya, yaitu
aldosa jika memiliki gugus aldehida, dan ketosa untuk gugus keton. Hasil uji
Selliwanoff, yaitu fruktosa dan sukrosa merupakan ketosa. Uji iod memberikan
hasil positif terhadap tepung pati yang menunjukkan bahwa pati mengandung
amilosa.
Daftar Pustaka
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2002. Biologi. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Thenawijaya M, penerjemah.
Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2006. Biokimia Harper. Edisi ke-27.
Brahm U. Pendit, penerjemah; Nanda Wulandari, editor. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Harper’s Illustrated
Biochemistry.
Poedjiadi A, Supriyanti FT. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Schreck JO, Loffredo WM. 1994. Qualitative Testing for Carbohydrates. Pennsylvania: Chemical Education Resources Inc.
Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.