scabies.docx

15
Scabies Kelompok C7: Ika Puspita (102011036) Reynaldo Rizky Alexander (102011042) Roykedona Losa Trixie (102011207) Jodie Josephine (102011186) Fergie Merrywen Tamu Rambu (102011227) Krisantus Desiderius Jebada (102011338) Shabrina Khairunnisa (102011339) Alvin Citra (102007214) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat Pendahuluan Penyakit scabies merupakan suatu jenis penyakit yang sering ditemukan di negara tropis, seperti Indonesia. Nama yang sering kita dengar di masyarakat untuk penyakit ini adalah kudis. Secara umum penyakit kulit di Indonesia prevalensinya masih tinggi. Penyakit kulit menempati jenis penyakit ketiga yang paling sering ditemukan kasusnya setelah penyakit saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Oleh karena itu belajar tentang penyakit kulit

Transcript of scabies.docx

Scabies

Kelompok C7:Ika Puspita (102011036)Reynaldo Rizky Alexander (102011042)Roykedona Losa Trixie (102011207)Jodie Josephine (102011186)Fergie Merrywen Tamu Rambu (102011227)Krisantus Desiderius Jebada (102011338)Shabrina Khairunnisa (102011339)Alvin Citra (102007214)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat

PendahuluanPenyakit scabies merupakan suatu jenis penyakit yang sering ditemukan di negara tropis, seperti Indonesia. Nama yang sering kita dengar di masyarakat untuk penyakit ini adalah kudis. Secara umum penyakit kulit di Indonesia prevalensinya masih tinggi. Penyakit kulit menempati jenis penyakit ketiga yang paling sering ditemukan kasusnya setelah penyakit saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Oleh karena itu belajar tentang penyakit kulit merupakan hal yang penting bagi seorang calon dokter. Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang salah satu jenis penyakit kulit yang jamak ditemukan di masyarakat yaitu scabies.Harapan penulis makalah ini dapat digunakan sebagai suatu pedoman bagi para calon dokter bila di kemudian hari mengalami kasus seperti ini dalam praktek kedokterannya.

PembahasanAnamnesisPada kasus yang kita bahas kali ini seorang anak berumur 9 tahun di bawa ibunya ke poliklinik dengan keluhan gatal terutama pada sela jari sejak 1 minggu yang lalu. Gejalanya terutama pada malam hari, dan anak tersebut tinggal di asrama.Pada scabies biasanya pasien datang dengan keluhan gatal-gatal. Yang perlu kita tanyakan pada skabies adalah waktu terjadinya gatal-gatal. Umumnya pada pasien skabies rasa gatal memuncak pada waktu malam sehingga mengganggu tidurnya. Kemudian setelah itu perhatikan riwayat kontak dengan orang lain. Skabies merupakan penyakit yang menyerang manusia secara kelompok. Tanyakan pada pasien apakah orang-orang yang tinggal bersamanya juga mengalami hal yang sama. Kontak personal yang dekat selama setidaknya 15 menit dengan individu yang menderita skabies dapat menyebabkan terjadinya penularan. Biasanya gejala klinik akan muncul 2 minggu setelah terjadi kontak.1Kemudian perhatikan tempat predileksinya. Hal ini dapat dilakukan dengan menanyakan pada pasien secara langsung maupun pada pemeriksaan fisik. Umumnya daerah yang sering terkena infestasi parasit ini adalah sela jari tangan dan kaki, lutut, perut, genitalia, dan pantat. Pada bayi dapat mengenai seluruh daerah kulit. Gambaran yang timbul umumnya polimorf akan dibahas lebih lanjut pada pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik yang kita perlu lihat adalah tempat predileksi skabies. Umumnya pada sela jari dan kaki hingga telapaknya. Gambaran timbul sebagai akibat sensitasi terhadap sekret tungau yaitu menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, dan urtika. Keluhan gatal sering menyebabkan pasien menggaruk daerah tersebut sehingga dapat timbul lesi sekunder seperti erosi dan ekskoriasi. Bila telah mengering biasanya terlihat sebagai krusta. Selain itu perhatikan apakah timbul infeksi sekunder seperti folikulitis, furunkulosis dan pustula. Seringkali infeksi sekunder ini dapat mempersulit diagnosis. Infeksi sekunder ini dapat dipergunakan sebagai diagnosis banding dari penyakit ini. Pada orang yang imunocompromised dapat timbul bentuk skabies norwegia yang lesinya lebih parah. Umumnya krusta akan lebih jelas dan luas terlihat.1Bila diperhatikan secara seksama dengan menggunakan kaca pembesar maka akan terlihat adanya gambaran seperti terowongan di bawah permukaan kulit penderita skabies.1

Pemeriksaan PenunjangPembantu diagnosis yang paling baik adalah menemukan Sarcoptes scabei yang menyebabkan terjadinya penyakit skabies. Sebelum menemukan tungau penyebab penyakit ini, maka harus ditemukan terowongan tempat tungau ini berjalan dalam stratum korneum. Cara mengetahui adanya terowongan adalah dengan melakukan tes tinta terowongan.2Tes tinta terowongan dilakukan dengan menggosok tinta pada papula yang timbul pada kulit kemudian didiamkan setelah 30 menit. Setelah itu tinta yang ada pada permukaan kulit dihapus dengan kapas alkohol. Apabila terlihat gambaran zig-zag pada permukaan kulit, berarti tinta masuk ke daerah yang kosong pada lapisan kulit dibawahnya. Hal ini menunjukan kemungkinan adanya terowongan yang dibuat oleh tungau penyebab skabies.Bila tes tinta terowongan ini positif, maka untuk lebih memastikan diagnosis adalah dengan ditemukannya Sarcoptes scabiei. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan tungau ini, yaitu:1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas kaca objek kemudian ditutup dan dilihat dibawah mikroskop cahaya.2. Menyikat dengan sikat dan ditampung pada selembar keras putih kemudian dilihat pada kaca pembesar.3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya dengan menjepit lesi dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.4. Dengan biopsi eksisi kemudian diperiksa dengan pewarnaan H.E.Bila diperiksa dengan mikroskop cahaya akan didapatkan gambaran tungau penyebab skabies. Morfologi tungau tersebut akan dibahas pada bagian etiologi.2

Work Diagnosis Scabies Dari hasil Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka dapat di diagnosis bahwa anak tersebut menderita penyakit scabies.Scabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei. Penyakit skabies ini merupakan penyakit yang umum ditemukan di daerah tropik dan subtropik. Diagnosis penyakit ini ditegakkan dengan empat tanda utama, yaitu:1. Pruritus nokturna, yaitu rasa gatal pada malam hari yang disebabkan karena peningkatan aktivitas tungau ini pada suhu yang lebih lembab dan panas. Reaksi gatal yang timbul biasanya disebabkan oleh adanya hipersensitivitas tubuh terhadap tungau skabies dewasa. Pruritus yang terjadi dapat menyebabkan impeginisasi. Vesikel dan bula yang muncul merupakan gejala klinis lainnya. Selain itu rasa gatal ini tidak dapat dihilangkan dengan menggunakan salep kortikosteroid. Karena salep tersebut tidak mampu menghilangkan penyebabnya yang merupakan parasit.2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga yang terkena infeksi. Selain itu biasanya daerah yang padat seperti penjara maupun asrama dimana banyak manusia yang tinggal bersama. Pada keadaan ini timbul hiposensitisasi, dimana seluruh anggota keluarga terkena infestasi tungau namun minim gejala klinis. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi. Warnanya bisa putih maupun keabu-abuan, berbentuk garis lurus maupun berkelok dengan panjang 1 cm. Pada ujung terowongan biasanya ditemukan papul maupun vesikel. 4. Menemukan tungau yang biasanya ditemukan pada ujung terowongan. Merupakan hal yang paling diagnostik dan bentuk tungau yang ditemukan bisa dalam berbagai stadium.1,3

Selain itu tempat predileksi skabies pada manusia dewasa ialah daerah tangan, lipatan siku, lipatan ketiak, perut, daerah genitalia, bokong, lutut hingga kaki. Gambaran eflorensi yang dapat terlihat adalah eflorensi primer dan sekunder. Jenis eflorensi primer yang dapat terlihat adalah: Vesikel : merupakan gelembung yang berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari cm garis tengah dan mempunyai dasar. Nodul : masa pada sirkumskrip yang terletak kutan atau subkutan, dapat menonjol dengan diameter yang lebih besar dari 1 cm. Bila diameter kurang dari 1 cm disebut sebagai nodulus. Papul : Penonjolan zat padat berukuran kurang dari cm dan berisikan zat padat.Selain itu dapat timbul bentuk eflorensi sekunder, yaitu: Krusta : merupakan cairan badan yang mengering dan dapat bercampur dengan jaringan nekrotik maupun benda asing lainnya. Erosi : ialah hilangnya jaringan yang tidak melampaui stratum basale. Biasanya hanya akan terdapat serum tanpa darah. Ekskoriasi : ialah hilangnya jaringan sampai ujung papila dermis sehingga terdapat darah dan serum.Bentuk yang khas pada skabies selain efloresensi diatas adalah adanya semacam liang atau terowongan yang berwana lebih gelap dari warna kulit penderita dengan panjang 0,5 sampai 1 cm. Biasanya terowongan ini bisa terlihat berkelok-kelok maupun lurus dan pada ujung terowongan akan ditemukan vesikel dan papula.3

Etiologi

Penyebab skabies adalah Sarcoptes scabiei varietas homonis. Kutu ini bukanlah serangga dari golongan insekta melainkan tungau dari Familia Sarcoptidae yang memiliki empat pasang kaki (bukan tiga pasang seperti pada golongan insekta) sehingga lebih dekat dengan keluarga sengkenit. Kutu ini ditularkan dengan hubungan kontak langsung pada kulit termasuk ketika berhubungan seks.3,4

Gambar 1: Sarcoptes scabieiYang menimbulkan skabies pada manusia adalah jenis yang betina. Hal ini dikarenakan yang jantan mati setelah kopulasi. Bentuk parasit skabies bulat 0,3-0,4 mm dengan 4 pasang kaki, 2 pasang terletak di depan dan 2 pasang kaki lainnya di belakang.Segera setelah kopulasi, betina akan menggali lubang ke stratum korneum membentuk terowongan yang berkelok-kelok dan terlihat keabu-abuan. Terowongan ini digunakan sebagai tempat tinggal dan bertelur oleh spesies yang betina. 2-3 butir telur dihasilkan dalam satu hari. Untuk nutrisinya, betina akan memakan cairan sel yang ada disekitarnya sambil terus membangun terowongan untuk meletakkan telur. Telur menetas 3-4 hari kemudian menjadi larva yang berkaki tiga. Larva kemudian akan membutuhkan waktu 3 hari untuk menjadi nimfa dan 3 hari kemudian menjadi bentuk dewasa. Total siklus ini memakan waktu 2 minggu.Pada hewan juga bisa terdapat infestasi tungau skabies. Skabies hewan menyerang berbagai jenis hewan mamalia, seperti kambing, sapi, domba, kerbau, babi dan kelinci. Kutu ini bersifat host spesific artinya ia hanya memilih hewan tertentu saja. Infeksi silang antara hewan dan manusia pernah dilaporkan kasusnya. Namun, jika sampai terjadi infeksi, umumnya kutu hewan ini tidak akan berkembang lebih lanjut dan akan mati dengan sendirinya.4

Epidemiologi Di Indonesia sendiri awalnya ada kecenderungan penurunan angka penderita skabies. Namun pada beberapa dasawarsa terakhir angkanya kembali meningkat. Peningkatan angka ini dianggap oleh sebagian ahli sebagai akibat dari meningkatnya hubungan seksual bebas dan berganti-ganti pasangan, sanitasi lingkungan yang buruk serta malnutrisi serta menurunnya daya tahan tubuh pada penderita HIV/AIDS. Selain itu urbanisasi, tingginya mobilisasi pergerakan dan kepindahan penduduk juga dianggap sebagai penyebabnya. Faktor bencana alam dan peperangan yang menyebabkan penduduk harus tinggal bersama di pengungsian juga mempermudah terjadinya penularan skabies.3 Semua golongan umur dapat terkena skabies. Namun penyakit ini cenderung lebih rentan pada anak-anak dan orang tua.3

Patogenesis Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.5Cara penularanPenyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat.1

Gambar 2 Scabies Diagnosis DiferensialPenyakit skabies merupakan penyakit dengan banyak diagnosis banding. Hal ini disebabkan karena skabies memiliki keluhan gatal yang banyak terjadi pada penyakit lainnya. Adapun diagnosis banding skabies antara lain: PrurigoMerupakan suatu bentuk erupsi papular yang kronik dan rekurens. Selain papul juga kerap timbul vesikel yang dapat menjadi lesi sekunder seperti krusta, erosi dan ekskoriasi. Lesi yang ditemukan hampir menyerupai lesi yang ditemukan pada skabies. Prurigo sering ditemukan pada bayi akibat reaksi hipersensitivitas terhadap gigitan kutu loncat, nyamuk, agas dan kepiting. Prurigo juga cenderung muncul dalam bentuk kelompok papula pada malam hari dan menetap selama kurang lebih 2 minggu.4Perbedaan prurigo dan skabies bisa dilihat dari tempat predileksi. Prurigo cenderung ada di daerah badan dan ekstensor ekstremitas, dapat pula mengenai muka dan kulit kepala yang berambut. Selain itu jika skabies sering ditemukan pada segala jenis usia, maka prurigo paling sering ditemukan pada anak bayi. gambar 3. Prurigo Ptiriasis roseaPtiriasis rosea merupakan suatu penyakit kulit akut dan bersifat swasirna. Lesi inisial : sebuah plak tipis oval erimatosa dengan skuama halus koleret pada batang tubuh (herald patch) dan diikuti oleh sejumlah lesi serupa yang lebih kecil. Penyakit ini kemungkinan besar sebagai viral exanthem yang berkaitan dengan reaktivasi human herpesvirus 7 (HHV-7) dan HHV-6. Gejala klinik nya mulai dengan satu lesi di tubuh, bebrapa hari sampe beberapa minggu muncul banyak lesi serupa yang lebih kecil, bisa di sertai gatal ataupun tidak, bisa flu-like symptoms, skuama koleret di tepi plak. Erupsi primer herald patch 2-4cm, oval, erimatosa gelap. Erupsi sekunder timbul dalam waktu 2 minggu, lesi sekunder banyak terdapat di tubuh dan ekstremitas proximal.1

Gambar 4. Ptiriasis rosea Pediculosis corporisPedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi pediculus (tuma), sejenis kutu yang hidup dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau baju, memberi keluhan gatal akibat gigitannya. Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan higiene yang buruk, misalnya penggembala, disebabkan mereka jarang mandi atau jarang mengganti dan mencuci pakaian. Maka itu penyakit ini sering disebut penyakit vagabound. Hal ini disebabkan kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas di sela-sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah. Penyebaran penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin karena orang memakai baju yang tebal serta jarang dicuci. Cara penularan dapat melalui pakaian maupun kontak langsung. Umumnya ditemukan kelainan berupa bekas-bekas garukan pada badan karena gatal baru berkurang dengan garukan yang lebih intensif. Kadang-kadang timbul infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional.1,5

Gambar 5. Pediculosis corporis Dermatitis dishidrosis/pompholixDermatitis dishidrosis meruapakan dermatitis vesicular palmoplantar yang bersifat rekuren atau kronik, di mana etiologinya belum di ketahui secara pasti. Dermatitis dishidrosis di sebut juga pompholyx, yang di ambil dari istilah Yunani cheiropompholyx yang artinya tangan dan gelembung. Gejala klinis berupa keluhan gatal-gatal (pruritus) disertai munculnya vesikel/bula secara mendadak di telapak tangan dan kaki. Biasanya rasa nyeri dan gatal itu muncul sebelum munculnya vesikel. Bebrapa faktor yang digali dari anamnesis dapat terkait dengan dermatitis dishidrosis, antara lain stress emosional, riwayat atopic diri sendiri atau keluarga, pajanan terhadap antigen tertentu (seperti kobalt, nikel, balsam, krom, dll) riwayat pengobatan dengan terapi immunoglobulin intrvena, atau riwayat penyakit HIV.1 Gambar 6. Dermatitis dishidrosis

PenatalaksanaanSyarat obat yang ideal ialah :11. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.4. Mudah diperoleh dan harga murah.Cara pengobatannya harus seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang hiposensitisasi).Jenis obat topikal :11. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.3. Gama Benzena Heksa Klorida (gemeksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau lasio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang memberikan iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.4. Krotamin 10% dalam krima atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunya dua efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.5. Permetrin degna kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gemeksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Beila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibwah umur 2 bulan.Penatalaksanaan non-medicamentosa juga diperlukan seperti meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan; menghindari orang-orang yang terkena; mencuci/menjemur alat-alat tidur dan jangan memakai pakaian/handuk bersama-sama.

PrognosisDengan memperhatikan pemilihan dan cara penggunaan obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka penyakit dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.1Kesimpulan Penyakit skabies ditandai disebabkan oleh Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya dengan manifestasi klinis berupa gatal yang tidak tertahankan pada malam hari. Gambaran klinis pada kulit pasien dengan penyakit ini; ditemukan adanya kunikulus dengan ujung yang berupa papul atau vesikel.Sekarang ini, obat yang sering dipakai adalah krim Permetrin 5% dengan sekali dosis dan dihapuskan setelah 10 jam pemakaian. Tidak dianjurkan untuk pemakaian pada bayi yang berumur di bawah 2 bulan.

Daftar pustaka1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.119-26.2. Natadisastra D, Agoes R. Parasitologi kedokteran ditijau dari organ tubuh yang diserang. Jakarta: EGC; 2009.h.289-95.3. Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K. Dermatology in general medicine. 4th edition. New York: McGraw Hill Medical Publisher; 2003.p.2182-3.4. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Parasitologi kedokteran edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.h.265-8 5. Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Mikrobiologi kedokteran. edisi 20. Jakarta : EGC; 2004.h.116-139