Rumusan Pemikiran Marx

download Rumusan Pemikiran Marx

of 7

Transcript of Rumusan Pemikiran Marx

Rumusan Pemikiran Marx Teori Kritis dan Postmodernisme

Oleh NIM

: Alvin Fitzgerald : 0901605026

Jurusan Antropologi Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar 2012

1.1

Pendahuluan Marx merupakan pemikir komunis yang paling berpengaruh di dunia. Berkat seluruh

pemikiran-pemikirannya dan teori-teori yang beliau kemukakan bermunculan pula lah pro dan kontra yang saling membangun untuk keberlangsungan nilai-nilai yang terkandung dalam pemikiran Marx. Sejak usia 17 tahun, tepatnya tahun 1835 Marx masuk Gymnasium(sebuah sekolah menegah) di Traves. Sehabis lulus dari Gymnasium, Marx melanjutkan kuliah di universitas Bonn dengan mengambil fakultas hukum. Tapi karena studi Marx di sini lebih disebabkan oleh paksaan orang tuanya, maka Marx hanya bisa bertahan satu tahun. Selepas dari Bonn Marx akhirnya masuk ke Universitas Berlin dengan konsentrasi mempelajari filsafat dan sejarah. Rupanya disiplin ini yang dia cita-citakan semula. Maka di Universitas Berlin inilah ia mulai membangun basis intelektualnya yang akhirnya menjadi filsof besar. Di universitas inilah ia juga ikut Young Hegelian Club hingga mempertemukan dia dengan tokoh seniornya Feuearbach.pendidikannya ini ia akhiri ketika dia, dalam usia 23 berhasil memperoleh memeproleh gelar doktor dengan desertasi The Diffrent between natural phillosopy of Democritos and Epicurus, dari universitas Jena. Tahun 1847 Marx bersama Engels menulis buku yang berjudul La Misere de la Philoshopie (the poverty of philoshopy) sebagai kritik terhadap Piere Joseph Prudon yang dianggapnya kurang revoluisoner dan tidak membrikan gambaran prosepk yang jelas terhadap masa depan kaum buruh. Kemuidan di tahun yang sama ia juga menerbitkan buku Die Deutsche Idiologie (the German Idiology) yang juga dikerjakan dengan Engels. Di buku inilah ia sesungguhnya telah meletakkan dasar historis materialismenya. Kemudian tahun 1845 bersama Engels, Marx membuat Liga komunis (Communist League) di Brussel. Liga ini yang konon menjadi wadah perjuangan gerakan pekerja internasional. Karir Marx diakhiri dengan posisinya dia sebagai penulis buku tentang ekonomi-politik yang menggugat sistem ekonomi kapitalis. Hidupnya termasuk tragis. Anak anaknya banyak yang mati karena kelaparan dan bunuh diri. Istrinya sendiri, Jenny van Whestpallen, meninggal karena sakit tanpa pengobatan yang memadahi. Marx tidak bisa ikut mengantarkan ke pemakaman istrinya karena dia sendiri, pada waktu itu sakit. Marx meninggal di ruang belajarnya pada 14 Maret 1883.

1.2

Rumusan Pemikiran Marx Secara universal pemikiran Karl Marx bertumpu pada tiga konsep pokok yaitu (1)

perkembangan histori berlangsung melalui sintesis ketegangan atau kontradiksi yang inheren dialektika; (2) institusi sosial dan politik dibentuk dan ditentukan oleh ekonomi materialisme historis; (3) gerakan dialektik sejarah terungkap dalam pertentangan atau konflik antar kelompokkelompok ekonomi pertentangan kelas. Secara keseluruhan konsep pemikiran Marx ini merupakan antitesis dari konsep filsafatnya Hegel. Titik tolak pemikiran Marx ini berangkat dari tokoh yang mempengaruhinya yaitu Feuerbach dan Hegel sendiri. Feuerbach sendiri merupakan tokoh yang awalnya sudah bersebrangan dengan Hegel. Pertentangan Feuerbach dengan Hegel ini terlontar dalam kritik Feaurbach terhadap pemikiran Hegel. Karakter filsafat Hegel adalah idealisme. Hal ini ditandai adanya konsep roh yang menjadi semacam pusat atau logosentrisme dalam bangunan filsafat Hegel. Seluruh kenyataan , kata Hegel, merupakan satu kejadian besar, dan kejadian ini adalah kejadian roh. Roh ini adalah Tuhan. Namun konsep Roh atau Tuhan dalam filsafatnya Hegel ini bukanlah Tuhan yang transenden, melainkan Allah yang imanen. Dalam pandangan Hegel, apa yang terjadi di dunia ini tidak lain adalah wujud atau pengejawantahan dari yang namanya Roh tersebut. Jadi ide absolut Tuhanlah yang berkembang dalam sejarah dan mengungkapkan dirinya melalui dunia ruang dan waktu. Artinya yang benar-benar ada tidak lain adalah Roh itu sendiri, sementara alam materi ini hanya sebatas cermin atau perwujudan dari Roh. Sejarah, bagi Hegel adalah perkembangan Roh dalam waktu, sedangkan alam adalah perkembangan ide dalam ruang. Tuhan baginya tidak hanya yang memiliki sejarah, tetapi dia adalah sekarah itu sendiri. Dengan demikian seluruh keragaman yang ada ini pada dasarnya hanyalah ilusi, sementara yang benarbenar ada adalah Roh yang satu dan mutlak. Sebagai ide mutlak, Roh ini merupakan realitas yang keseluruhan (the whole) yang meliputi segala-galanya. Untuk menerangkan filsafatnya dari yang banyak ke satu, atau menuju ke keseluruhan itu, Hegel menggunakan prinsip berpikir dialektika. Dialektika adalah konsep berpikir yang terdiri dari tesis, antitesis dan sintesis. Sistem ini merupakan pola untuk mengatasi unsur-unsur yang bertentangan untuk menjadi sebuah rekonsiliasi (aufhebung) yang mana kedua unsur yang

bertentangan tadi didamaikan dan diangkat ke level yang lebih tinggi. Maka prinsip dialketika ini mengandung dua ciri yaitu totalitas dan aktif. Rekonsiliasi dalam bentuk sintesis ini bukanlah perpaduan yang statis, tetapi realitas yang aktif sebagai pernyataan diri rasio manusia yang telah sampai kepada kesempurnaannya Roh absolut. Dalam hal ini Feuerbach tidak sepakat dengan konsep filsafatnya Hegel yang cenderung idealis tersebut. Menurut Feuerbach bahwa yang absolut seperti yang dikatakan Hegel bukanlah tuhan tetapi alam (nature) yang menyingkapkan dirinya dalam proses perkembangan dialektik yang abadi. Berangkat dari tesis Feuerbach tersebut, Marx mencoba membalik dan melancarkan kritiknya terhadap filsafat Hegel dan juga terhadap agama. Maklum filsafat Hegel yang idealistik itu banyak persamaannya dengan konsep keagamaan. Konsep pembalikan ontologi filsafat Hegel ini terkenal dengan dialeketika materialsme. Inti dari konsep ini adalah bahwa pada prinsipnya yang menjadi substansi atau inti hidup ini adalah materi dan bukan Roh seperti yang dikatakan Hegel.seperti kata Keith Campbell (1976) bahwa dunia ini terdiri dan tergantung pada materi. Dalam dialektika materialisme ini Marx memakai metode dialektikanya Hegel juga untuk menjelaskan filsafatnya. Jadi di sinilah nampak Marx belajar kepada Hegel. Meskipun pandangan ontologinya berbeda dengan Hegel, namun Marx memakai metode dialektika yang sebelumnya diciptakan oleh Hegel. Konsep dialektika ini, seperti yang dikatakan oleh Alexander Gray, dijadikan Marx sebagai sarana untuk belajar teori perkembangan melalui pertentangan dan konflik. Materialisme dialektik menurut Marx adalah keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus tanpa ada yang mengantarai. Dari proses ini akhirnya menimbulkan pertentangan. Materi yang menjadi dasar kehidupan merupakan realitas yang senantiasa berubah terus menerus tanpa henti. Perubahan ini tidak berjalan secara evolutif (gradual) melainkan secara dialektis. Perkembangan secara dialektis ini merupakan perkembangan yang berjalan melalui pertentangan dan konflik yang kalau ditelisik lebih dalam potensi pertentangan dan konflik ini sudah ada secara alamiah di dalam materi itu sendiri.Jadi, dalam pandangan materialsime dialektis, sebuah materi itu di dalam dirinya mengandung unsur konflik dan pertentangan. Oleh karena itu materialisme dialektis ini tidak lain adalah sejarah perkembangan alam berdasarkan benih yang hadir dari kekuatan yang ada pada dirinya sendiri.

Dari konsep itu, konsep dasar yang bisa diambil oleh Marx dari sistem dialektika ini adalah bahwa setiap benda, dalam dirinya sendiri, sudah mengandung segi-segi yang berlawanan dan bertentangan satu sama lain. Kemudian selain itu juga diketahui bahwa segala sesuatu mengalami perkembangan secara kontinyu. Berdasarkan dua konsep tersebut hendak mengatakan bahwa kalau begitu sistem dialektika itu sebenarnya tidak berjalan di wilayah idealisme melainkan di wilayah materialisme. Bahwa potensi konflik, pertentangan dan semangat berlawanan hanya terjadi di dunia nyata atau dunia benda yang konkrit. Dengan demikian hal yang menjadi pokok atau dasar adalah materi, sementara segala sesuatu yang bersifat Rohani tidak lain adalah hasil dari materi dan tidak sebaliknya. A. Materialisme Historis Selain materialisme dialektis, konsep pokok pemikiran Marx lainnya adalah materialisme historis. Engel mendefinisikan materialisme historis ini sebagai pandangan sejarah yang berusaha menemukan sebab tertinggi serta kekuatan penggerak dari semua kejadian sejarah yang penting dalam cara produksi dan pertukaran, dalam pembagian masyarakat menjadi kelas-kelas yang terpisah, dan dalam perjuangan masing-masing kelas ini Dengan kata lain, fenomena sejarah ditentukan oleh faktor-faktor ekonomi. Kebudayaan, filsafat, politik dan bahkan agama, dalam setiap zaman, dibentuk oleh metode produksinya. Ketika metode produksinya berubah, maka berubah pula watak sosial dan politiknya. Dari pola pemikiran semacam itu, Marx menegaskan bahwa penggerak sejarah adalah ekonomi, materi, kerja dan ujungnya adalah produksi. Marx percaya bahwa produksi dan distribusi barang-barang produksi merupakan faktor utama yang bisa menguatkan eksistensi kehidupan manusia di muka bumi. Untuk memahami masyarakat, maka masyarakat harus dilihat dalam kerangka struktur. Menurut dalam kehidupan masyarakat ada dua struktur pokok yaitu struktur dasar dan superstruktur. Struktur dasar ini adalah unsur kehidupan yang menjadi motor penggerak roda kehidupan yaitu ekonomi. Sementara superstruktur adalah unsur-unsur kehidupan yang lahir dari struktur dasar. Unsur-unsur yang masuk kategori superstruktur ini adalah politik, seni, pendidikan, agama dan sejenisnya. Unsur-unsur super ini lahir karena ada struktur dasar yakni ekonomi. Kalau tatanan ekonomi sebuah masyarakat kacau, maka unsur-unsur super tersebut secara otomatis menjadi kacau.

Dengan demikian berarti bahwa materialisme historis ini merupakan cara berproduksi kebutuhan yang hidup yang pada akhirnya ide-ide dan isntitusi sosial pada masa itu. Terdapat hubungan yang erat antara tingkat teknik tertentu dengan jenis masyarakat tertentu. Bertolak dari artikulasi ekonomi sebagai basis sejarah kehidupan manusa inilah maka melihat perkembangan sejarah masyarakat berdasarkan tingkat kualitas produksi masyarakat. Tahap perkembangan sejarah kemanusiaan yang dimaksud adalah:1. Masyarakat komunal primitif yaitu masyarakat yang memakai alat-alat bekerja yang

sifatnya sangat sederhana.2. Masyarakat perbudakan (slavery), tercipta berkat hubungan produksi natara orang-orang

yang memiliki alat-alat produksi dengan orang yang hanya memiliki tenaga kerja.3. Tingkat perkembangan masyarakat feodal bermula setelah runtuhnya masyarakat

perbudakan. Masyarakat ini ditandai dengan pertentangan yang muncul di dalamnya.4. Masyarakat kapitalis, seperti setelah disebutkan menghendaki kebebasan dalam mekanisme

perekonomian. Hubungan dalam sistem ini didasarkan pada pemlikan individual (private ownership).5. Masyarakat sosialis yang dipahami sebagai formulasi terakhir dari lima tahap

perkembangan sejarah Marx adalah sistem pemilikan produksi yang disandarkan atas hak milik sosial (social ownership). Kesimpulan Sebagai teoritis sosial, Marx merupakan orang yang provokatif dan berpengaruh. Pendirian fundamentalnya bahwa kelas adalah penentu utama dalam pemikiran atau sejarah umat manusia mendorong sarjana-sarjana untuk mencari penyebab sosial dalam keterangan yang baru. Kelas borjuis adalah target yang menjadi kritik Marx serta karakteristik kelas borjuis adalah kebenaran. Namun membagi masyarakat dengan hanya dua kelas tidaklah semudah itu. Sehingga Komunis yang sekarang juga dengan mudah mengikuti asumsi ini, masyarakat hanya terdiri dari dua kelas. Bila tidak memihak pada kelas yang satu maka ia merupakan lawan kelas tersebut. Idealnya komunisme adalah tanpa eksploitasi karena menurut Marx eksploitasi ini mengurangi makna

kemanusiaan itu sendiri. Marx menginginkan masyarakat hidup harmonis tanpa ada perbedaan kelas, sebagaimana tujuan dilakukannya revolusi.

Daftar Pustaka Ramly, Andi M, Peta Pemikiran Karl Marx (materialisme dialektis dan materialisme historis), LkiS Yogyakarta, 2000. Hamersma, Harry, Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern, PT. Gramedia Jakarta, 1990 Bertens.K, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yayasan Kanisius Yogyakarta, 1981. Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat (Jakarta: Gramedia, 2004), hal. 269.