Ringkasan teori akuntansi Suwardjono

44
RINGKASAN TEORI AKUNTANSI PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN EDISI KETIGA – SUWARDJONO TAHUN 2008 BAB 1 PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI Praktika akuntansi dalam suatu Negara harus selalu berkembang untuk memenuhi tuntutan perkembangan dunia bisnis . Lebih dari itu, praktik akuntansi juga harus dikembangkan secara sengaja untuk mencapai tujuan tertentu . Untuk itu, belajar praktik dan teknik akuntansi saja tidak cukup kerena praktik yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat. Teori membahas berbagai masalah konseptual dan ideal yang ada di balik praktik akuntansi. Teori akuntansi juga mempunyai peran penting dalam pengembangan akuntansi yang sehat. Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada kesepakatan tentang pengertian akuntansi sebagai disiplin pengetahuan. Akuntansi dapat dipandang sebagai 1) Sains Bila akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi bertujuan untuk mendapatkan kebenaran atau validitas penjelasan tentang suatu fenomena akuntansi dengan menerapkan metode ilmiah . Teori akuntansi berkepentingan untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan umum (yang bermula dari hipotesis) sebagai penjelasan praktik akuntansi. Bidang kajian yang menjadi pusat perhatian adalah masalah fakta sehingga teori akuntansi harus bebas dari pertimbangan nilai. 2) Teknologi Bila akuntansi dipandang sebagai teknologi, akuntansi merupakan teknologi perangkat lunak yang harus dipelajari dan dikembangkan untuk mencapai tujuan social tertentu . Dengan demikian, akuntansi merupakan suatu pengetahuan tentang perekayasaan informasi untuk pengendalian keuangan Negara. Hasil akhir akuntansi adalah prinsip, metode, atau teknik yang bermanfaat untuk mencapai tujuan akuntansi.

Transcript of Ringkasan teori akuntansi Suwardjono

RINGKASAN TEORI AKUNTANSI

PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN EDISI KETIGA – SUWARDJONO

TAHUN 2008

BAB 1 PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI

Praktika akuntansi dalam suatu Negara harus selalu berkembang untuk memenuhi tuntutan

perkembangan dunia bisnis. Lebih dari itu, praktik akuntansi juga harus dikembangkan secara sengaja

untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk itu, belajar praktik dan teknik akuntansi saja tidak cukup kerena

praktik yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat. Teori membahas berbagai masalah konseptual dan

ideal yang ada di balik praktik akuntansi. Teori akuntansi juga mempunyai peran penting dalam

pengembangan akuntansi yang sehat.

Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada kesepakatan tentang pengertian akuntansi sebagai disiplin

pengetahuan. Akuntansi dapat dipandang sebagai

1) Sains

Bila akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi bertujuan untuk mendapatkan kebenaran atau validitas

penjelasan tentang suatu fenomena akuntansi dengan menerapkan metode ilmiah. Teori akuntansi

berkepentingan untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan umum (yang bermula dari hipotesis) sebagai

penjelasan praktik akuntansi. Bidang kajian yang menjadi pusat perhatian adalah masalah fakta sehingga

teori akuntansi harus bebas dari pertimbangan nilai.

2) Teknologi

Bila akuntansi dipandang sebagai teknologi, akuntansi merupakan teknologi perangkat lunak yang harus

dipelajari dan dikembangkan untuk mencapai tujuan social tertentu. Dengan demikian, akuntansi

merupakan suatu pengetahuan tentang perekayasaan informasi untuk pengendalian keuangan Negara. Hasil

akhir akuntansi adalah prinsip, metode, atau teknik yang bermanfaat untuk mencapai tujuan akuntansi.

Teori akuntansi merupakan suatu penalaran logis mengevaluasi dan mengembangkan praktik akuntansi.

Hasil penalaran logis adalah suatu rerangka konseptual yang menjadi semacam konstitusi akuntansi. Adanya

tujuan social yang harus dicapai oleh akuntansi menjadikan teori akuntansi banyak membahas pertimbangan nilai

(value judgment).

Atas dasar sasaran yang ingin dicapai , TEORI AKUNTANSI dibedakan menjadi:

1) Teori Positif

Menjelaskan fenomena akuntansi seperti apa adanya atas dasar pengamatan empiris.

2) Teori Normatif

Menjelaskan fenomena akuntansi untuk menjustifikasi atau membenarkan perlakuan (standar) akuntansi

karena bertujuan akuntansi tertentu harus dicapai.

Atas dasar sasaran semiotika dalam teori komunikasi, teori akuntansi dibedakan menjadi:

1) Teori Sintaktik

Berkepentingan struktur pelaporan keuangan. Teori ini memberi penalaran mengapa data/informasi

disajikan dengan cara tertentu.

2) Teori Semantik

Memusatkan perhatian pada masalah-masalah penyimbolan, pengukuran, dan penyajian kegiatan operasi

dan objek fisis perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Teori ini memberi penalaran mengapa kegiatan

perusahaan disimbolkan dengan cara tertentu.

3) Teori Pragmatik

Berkepentingan untuk mengukur pengaruh dan kebermanfaatan informasi berpengaruh terhadap perilaku

pemakai (termasuk pasar modal).

Berbagai aspek teori akuntansi harus diverifikasi atau diuji validitasnya secara tepat atas dasar (1) Penalaran

Logis, (2) Bukti Empiris, (3) Daya Prediksi, dan (4) Standar Nilai yang telah Disepakati.

BAB 2 PENALARAN

Praktik yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat pula. Teori yang sehat harus dilandasi oleh penalaran

yang sehat karena teori akuntansi menuntut kemampuan penalaran yang memadai. PENALARAN merupakan

proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan akan asersi.

Unsur-unsur penalaran adalah asersi, keyakinan, dan argument. Interaksi antara ketiganya merupakan bukti

rasional untuk mengevaluasi kebenaran suatu pernyataan teori.

1) Asersi

Asersi merupakan pernyataan bahwa sesuatu adalah benar atau penegasan tentang suatu realitas.

Asersi dapat dinyatakan secara verbal atau structural. Asumsi, hipotesis, dan pernyataan fakta merupakan

jenis tingkatan asersi. Jenis tingkatan konklusi tidak dapat melebihi tingkatan asersi yang terendah.

2) Keyakinan

Keyakinan merupakan kebersediaan untuk menerima kebenaran suatu pernyataan. Keyakinan merupakan

hal yang dituju oleh penalaran. Keyakinan mengandung beberapa sifat penting yaitu: keadabenaran, bukan

pendapat, bertingkat, mengandung bias, memuat nilai, berkekuatan, veridikial dan tertempa.

3) Argumen

Argumen merupakan proses penurunan simpulan atau konklusi atas dasar beberapa asersi yang

berkaitan secara logis. Argumen bertujuan mengubah keyakinan kalau memang keyakinan tersebut lentuk

untuk berubah atau ada kalanya argument yang jelek dapat meyakinkan banyak orang. Kecohan atau salah

nalar adalah argument yang dapat membujuk meskipun penalarannya mengandung cacat. Argumen terdiri atas

beberapa asersi yang berfungsi sebagai premis dan konklusi. Argumen dapat bersifat deduktif dan non-deduktif

(induktif dan analogi)

BAB 3 PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN

Dengan seperangkat pengetahuan akuntansi sebagai teknologi, orang akan mampu merekayasa suatu

mekanisma pelaporan keuangan untuk suatu Negara. Salah satu tujuan yang dapat dicapai dengan perekayasaan

ini adalah alokasi sumber daya ekonomik secara efektif dan efisien. Pelaporan keuangan nasional harus

direkayasa secara seksama untuk mengendalikan alokasi tersebut secara automatis dengan mempengaruhi

perilaku pengambil keputusan ekonomik yang dominan melalui informasi keuangan. Agar terjadi

pengendalian automatis, penyedian informasi harus dilakukan dengan cara tertentu berupa prinsip akuntansi

berterima umum.

PELAPORAN KEUANGAN adalah struktur dan proses yang menggambarkan bagaimana informasi

keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan yang pada gilirannya

akan membantu pencapaian tujuan ekonomik dan social Negara. Pelaporan keuangan sebagai sistem

nasional merupakan hasil proses perekayasaan akuntansi.

PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN adalah proses pemikiran logis, deduktif, dan objektif

untuk memilih dan mengaplikasi ideology, teori, konsep dasar, teknik, prosedur, dan teknologi yang

tersedia secara teoritis dan praktis untuk mencapai tujuan Negara melalui tujuan pelaporan keuangan

dengan mempertimbangkan faktor social, ekonomik, politik, dan budaya Negara. Hasil perekayasaan

dituangkan dalam suatu dokumen resmi yang disebut rerangka konseptual yang fungsinya dapat dianalogi dengan

konstitusi.

Dari segi semantika dalam teori komunikasi, perekayasaan pelaporan keuangan adalah proses untuk

menentukan bagaimana kegiatan fisis operasi perusahaan disimbolkan dalam bentuk elemen-elemen statemen

keuangan sehingga orang yang dituju oleh statemen keuangan dapat membayangkan operasi perusahaan

(paling tidak secara financial) tanpa harus menyaksikan secara fisis kegiatan perusahaan. Perekayasaan

dilakukan oleh pihak yang mempunyai wewenang di tingkat nasional dan mempunyai wawasan teori akuntansi

yang kuat. Elemen-elemn atau objek-objek statemen keuangan dapat dipandang sebagai symbol-simbol kegiatan

operasi perusahaan.

Sebagai dokumen, rerangka konseptual akan berisi komponen konsep yang terdiri atas tujuan (objectives)

dan hal-hal mendasar (fundamentals) yang saling berkaitan. Komponen konsep yang biasanya dicakupi dalam

rerangka konseptual adalah tujuan pelaporan keuangan, kriteria kualitas informasi, elemen-elemen statemen

keuangan, dan pengukuran dan pengakuan. Sebagai konstitusi, rerangka konseptual menjelaskan, menentukan, dan

mengarahkan sifat, fungsi, dan lingkup pelaporan dan statemen keuangan dalam suatu Negara.

Karena rerangka konseptual mempertimbangkan faktor lingkungan tempat akuntansi diterapkan,

rerangka konseptual yang dihasilkan dapat berbeda satu Negara dan Negara lain. Keunggulan rerangka

konseptual FASB dan IASC adalah dalam aspek pendidikan. FASB memuat secara komprehensif

penalaran dan argument yang melekat dalam tiap penjelasan komponen konsep.

Tiga pengertian penting yang perlu dibedakan dan saling-hubungannya adalah:

1) Prinsip akuntansi

Ialah segala ideology, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah, prosedur, metoda, dan teknik

akuntansi yang tersedia baik secara teoritis dan praktis yang berfungsi sebagai pengetahuan.

2) Standar akuntansi

Ialah konsep, prinsip, metode, teknik, dan lainnya yang sengaja dipilih dan diberlakukan dalam suatu

lingkungan/Negara dan dituangkan dalam bentuk dokumen resmi (pernyataan) untuk dijadikan

pedoman utama praktik akuntansi

3) PABU

Suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan sumber-sumber lain yang didukung

berlakunya secara resmi, yuridis, teoritis, dan praktis. PABU member pedoman tentang:

a) Definisi

b) Pengukuran

c) Penyajian

d) Pengungkapan objek, elemen, atau pos

BAB 4 RERANGKA KONSEPTUAL –SUATU MODEL

RK FASB merupakan kulminasi dari upaya-upaya sebelumnya oleh berbagai pihak badan dan komite

mulai dari Komite Eksekutif AAA sampai Komite TrueBlood. Komponen-komponen tersebut berkaitan secara

logis dan koheren serta menggambarkan tahapan proses perekayasaan pelaporan keuangan. RK FASB memuat

empat komponen konsep utama yaitu:

1) Tujuan Pelaporan Keuangan (Bisnis dan Non Bisnis)

Tujuan merupakan komponen utama RK. FASB berusaha untuk melekatkan tujuan fungsional akuntansi

dengan memfokuskan pada investor dan kreditor sebagai pihak dominan yang dituju. Pemfokusan tersebut

didasarkan atas konteks lingkungan di Amerika. Secara implisit RK FASB disusun dalam rangka membantu

pencapaian tujuan ekonomik nasional. Keputusan investasi dan kredit adalah keputusan yang ingin

dilayani oleh penyediaan informasi melalui pelaporan keuangan. Tujuan pelaporan keuangan bisnis terdiri

dari:

a) Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para investor dan kreditor

dan pemakai lain, dalam membuat keputusan-keputusan investasi dan kredit.

Isi tujuan: sebenarnya bukan merupakan tujuan pelaporan tetapi lebih merupakan tingkat atau syarat

pengetahuan para pemakai yang diacu. Tingkat pengetahuan ini penting untuk menentukan seberapa

luas dan rincia informasi atau penjelasan harus disajikan.

b) Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para investor dan kreditor

dalam menilai jumlah, saat terjadi, dan ketidakkpastian penerimaan kas mendatang.

Isi tujuan: Merupakan pernyataan kembali tujuan dalam kalimat pertama tetapi dari sudut pandang

badan usaha. Tujuan (b) merupakan dampak persepsi investor dan kreditor terhadap kemampuan badan

usaha untuk menciptakan kas yang cukup untuk mendanai operasina dan membayar kewajibannya

kepada investor dan kreditor akan mempengaruhi harga pasar sekuritas badan usaha dan pada gilirannya

mempengaruhi aliran kas ke investor dan kreditor (bila sekuritas dijual).

c) Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber-sumber daya ekonomik, klaim

terhadap sumber-sumber tersebut (kewajiban untuk mentransfer sumber daya ekonomik ke entitas

lain dan ekuitas pemilik), dan akibat-akibat perubahan-perubahannya.

Untuk organisasi nonbisnis, tujuan pelaporan adalah melayani berbagai keputusan rasional tentang

alokasi dana ke organisasi nonbisnis.

2) Karakteristik kualitatif informasi

Tujuan pelaporan menentukan karakteristik kualitatif informasi Primer (utama) yang harus disedikan. Agar

bermanfaat, informasi akuntansi harus berpaut dengan keputusan (relevan) dan terandalkan (reliabilitas).

a) Keberpautan (Relevan) adalah kemampuan informasi untuk membantu pemakai dalam membedakan

beberapa alternative keputusan sehingga pemakai dapat dengan mudah menentukan pilihan. Bila

dihubungkan dengan tujuan pelaporan, keberpautan adalah kemampuan informasi untuk membantu dalam:

Nilai Prediksi – kemampuan informasi untuk membantu pemakai dalam meningkatkan profitabilitas

bahwa harapan-harapan pemakai akan munculan/hasil suatu kejadian masa lalu atau datang akan

terjadi.

Nilai Balikan (Feedback Value) – kemampuan informasi untuk membantu pemakai dalam

mengkonfirmasi dan mengkoreksi harapan-harapan pemakai di masa lalu.

Ketepatwaktuan (Timeliness) – tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan

sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan untuk mempengaruhi keputusan.

b) Keterandalan (Reliabilitas) adalah kemampuan informasi untuk member keyakinan bahwa informasi

tersebut benar atau valid. Keterandalan terbagi menjadi:

Ketepatan Penyimbolan (Representational Faithfulness) – kesesuaian atau kecocokan antara

pengukur atau deskripsi dan fenomena yang diukur atau dideskripsi.

Keterujian (verifiabilitas) – kemampuan informasi untuk memberi keyakinan bahwa informasi

merepresentasi apa yang dimaksuddkan untuk direpresentasi sesuai dengan consensus atau bahwa

cara pengukuran yang dipilih telah diaplikasi tanpa ada kesalahan bias.

Netral – ketidakberpihakan pada grup tertentu atau ketidakbiasan dalam perlakukan akuntansi.

Keberpautan dan Keterandalan merupakan kualitas yang harus ada dan melekat pada tiap informasi. Terdapat

saling-korban antara kedua kualitas tersebut tetapi penekanan pada salah satu kualitas tidak berarti

meniadakan kualitas yang lain. Karakteristik kualitatif merupakan suatu hierarki yang menjadi dasar untuk

menentukan apakah suatu informasi akan disajikan melalui statemen keuangan atau media pelaporann lainnya.

Terdapat karakteristik kualitatif informasi sekunder yaitu:

a) Keterbandingan (Comparabilitas) – kemampuan informasi untuk membantu para pemakai

mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara du perangkat fenomena ekonomik.

b) Konsistensi

3) Elemen statemen keuangan

Atas dasar tujuan pelaporan dan kualitas informasi, harus diidentifikasi fenomena atau realitas dan

disimbolkannya secara tepat melalui statemen keuangan. Elemen Statemen keuangan adalah makna

(meaning) atau konstruk yang sengaja ditentukan untuk merepresentasi realitas kegiatan perusahaan

sehingga orang dapat membayangkan realitas tersebut tanpa harus menyaksikan sendiri secara fisis

kegiatan tersebut.

ELEMEN-ELEMEN STATEMEN KEUANGAN MEMUAT INFORMASI SEMANTIC yang berpaut dengan

keputusan investasi dan kredit yaitu: (1) Posisi Keuangan, (2) kemampuan melaba, (3) kinerja manajemen

dan (4) pertanggungjawaban manajemen. Elemen-elemen spesifik sebagai berikut:

a) ASET – Manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti (probable) yang diperoleh atau dikuasai

oleh suatu entitas sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu.

b) KEWAJIBAN – Pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari

keharusan (obligations) sekarang suatu entitas untuk mentransfer aset atau menyerahkan jasa kepada

entitas lain di masa datang sebagai akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu.

c) EKUITAS ATAU ASET BERSIH – Hak residual terhadap aset suatu entitas yang masih tersisa

setelah mengurangi aset dengan kewajibannya. Dalam suatu badan usaha, ekuitas dalah hal kepemilikan.

Dalam organisasi nonbisnis, aset bersih dibagi menjadi tiga golongan atas dasar ada tidaknya pembatasan

tetapan-donor yaitu: aset bersih terbatas permanen, terbatas sementara, dan tak terbatas.

d) INVESTASI OLEH PEMILIK – kenaikan dalam ekuitas suatu badan usaha sebagai akibat dari

transfer ke suatu badan usaha dari entitas lain sesuatu yang bernilai untuk mendapatkan atau

menaikan hak kepemilikan (atau entitas) di dalamnya. Aset yang diterima dari investasi oleh pemilik

pada umumnya berupa aset, tetapi yang diterima meliputi pula berupa jasa atau pelunasan atau konversi

kewajiban badan usaha bersangkutan.

e) DISTRIBUSI KE PEMILIK – penurunan dalam ekuitas suatu badan usaha sebagai akibat

pentranferan aset, penyerahan jasa, dan penimbulann kewajiban oleh badan usaha tersebut kepada

pemilik. Distribusi ke pemilik mengurangi hak pemilikan atas ekuitas dalam suatu badan usaha.

f) LABA KOMPREHENSIF – perubahan dalam ekuitas suatu badan usaha selama suatu periode yang

berasal dari transaksi dan kejadian lain dan kondisi dari sumber-sumber nonpemilik. Suatu badan

usaha meliputi semua perubahan dalam ekuitas selama periode kecuali perubahan yang diakibatkan oleh

investasi oleh pemilik dan distribusi ke pemilik.

g) PENDAPATAN – aliran masuk aset atau kenaikan aset lainnya pada suatu entitas atau

penyelesaian/pelunasan kewajiban entitas tersebut dari penyerahan atau produksi barang,

pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang membentuk operasi sentral atau utama dan

berlanjut dari entitas tersebut.

h) BIAYA – aliran keluar aset atau penyerapan aset lainnya pada suatu entitas atau penimbulan kewajiban

entitas tersebut (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi barang, produksi barang,

pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang membentuk operasi sentral atau utama dan

belanjut dari entitas tersebut.

i) UNTUNG – kenaikan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi peripheral (ikutan) atau

incidental (kala-kala) suatu entitas dan dari semua transaksi atau kejadian atau keadaan lain yang

mempengaruhi entitas tersebut kecuali kenaikan sebagai akibat dari pendapatan atau investasi oleh

pemilik.

j) RUGI -- Penurunan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi peripheral (ikutan) atau

incidental (kala-kala) suatu entitas dan dari semua transaksi atau kejadian atau keadaan lain yang

mempengaruhi entitas tersebut kecuali penurunan sebagai akibat dari biaya atau distribusi oleh

pemilik.

k) Aliran Kas dari Kegiatan Operasi – aliran kas bersih (masuk dan keluar) yang berkaitan dengan kegiatan

yang meliputi semua transaksi dan kejadian yang bukan termasuk dalam kegiatan investasi dan pendanaan.

l) Aliran Kas dari Kegiatan Investasi – aliran kas bersih (masuk dan keluar) yang berkaitan dengan

kegiatan yang meliputi pemberian dan pelunasan pinjaman dan pemerolehan dan penjualan instrumen utang

atau ekuitas, gedung, pabrik, perlengkapan dan aset produktif lainnya yaitu aset yang dipeliharaan atau

digunakan dalam produksi barang atau jasa oleh badan usaha.

m) Aliran Kas dan Kegiatan Pendanaan – aliran kas bersih (masuk dan keluar) yang berkaitan dengan

kegiatan yang meliputi pemerolehan dana dari pemilik dan pemberian imbalan, kemablian investasnya.

Aset, kewajiban dan ekuitas sebagai elemen posisi keuangan dapat berubah akbat tiga hal yaitu:

a) KEJADIAN (EVENT) – terjadinya suatu perkara atau urusan yang mempunyai konsekuensi terhadap

suatu entitas

b) KEADAAN (CIRCUMSTANCES) – suasana atau seperangkat kondisi yang berkembang suatu

kejadian yang berkulminasi pada situasi yang tidak terduga atau sulit diduga.

c) TRANSAKSI adalah salah satu bentuk kejadian eksternal yang melibatkan transfer sesuatu yang

bernilai (manfaat ekonomik masa datang) antara deua entitas atau lebih.

4) Pengukuran dan Pengakuan (termasuk penggunaan nilai sekarang)

Elemen-elemen statemen keuangan harus diukur untuk membentuk informasi semantic yaitu (1) elemen

(object), (2) ukuran (size) dan (3) hubungan (relationship). Atribut elemen harus diidentifikasi dan artibut

pengukuran yang sesuai dipilih untuk mendapatkan ketepatan penyimbolan.

PENGUKURAN adalah penentuan besarnya unit pengukur yang akan dilekatkan pada suatu objek

yang terlibat dalam transaksi, kejadian, dan keadaan untuk merepresentasi makna (atribut) objek

tersebut sehingga dua objek atau lebih dapat dibedakan dan diperbandingkan atas dasar makna

tersebut.

FASB mengidentifikasi atribut pengukuran yang sekarang diterapkan dan masih dapat dilanjutkan

penggunaanya yaitu:

a) Kos Historis atau Perolehan Kas Historis (Historical Cost)

b) Kos Sekarang (Current Cost)

c) NIlai Pasar Sekarang (Current market value)

d) Nilai terealisasi/penulasan neto (net realizable/settlement value)

e) Nilai sekarang atau diskon aliran kas masa datang (present or discounted value of future cash flows)

Setelah elemen diukur, apakah elemen harus disajikan melalui statemen keuangan atau media pelaporan yang

lain. Oleh karena itu diperlukan pengakuan atas elemen yang dipilih, pengukuran yang tepat, karakteristik

kualitatif. Empat criteria pengakuan utama (fundamental) adalah (1) Definisi, (2) Keterukuran, (3) Keberpautan

dan (4) Keterandalan dalam lingkup kualitas informasi batas atas (benefit > kos) dan batas bawah

(materialitas).

Karena investor dan kreditor dianggap berkepentingan dengan aliran kas masa datang, nilai sekarang dapat

digunakan dalam pengukuran akuntansi untuk menangkap perbedaan ekonomik antara sehimpunan aliran kas masa

datang. Tujuan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi adalah untuk mengestimasi nilai wajar apabila

jumlah nilai rupiah bentukan pasar tidak teramati (kalau pasar nyata ada) atau apabila memang tidak ada

pasar nyata untuk suatu barang. Jadi bila terdapat harga pasar, nilai sekarang dapat digunakan untuk menentukan

nilai wajar. Bila nilai sekarang harus digunakan, prinsip-prinsip umum harus dipenuhi untuk menghasilkan nilai

wajar yang valid.

BAB 5 KONSEP DASAR

Konsep dasar secara implisit melekat pada tiap penalaran dalam merekayasa akuntansi. Konsep dasar merupakan

abstraksi atau konseptualisasi karakteristik lingkungan akuntansi. Konsep dasar bersifat asumsi yang

validitasnya tidak selalu dapat diuji tetapi sebagai basis penalaran. Konsep dasar yang dikemukakan P&L terbagi

menjadi:

1) Entitas Bisnis atau Kesatuan Usaha

Kesatuan usaha harus dianggap sebagai badan atau orang yang berdiri sendiri dan bertindak atas

namanya sendiri serta terpisah dari pemilik. Batas kesatuan usaha adalah ekonomik bukan yuridis.

Hubungan antara pemilik dan kesatuan usaha merupakan hubungan bisnis (utang-piutang). Fungsi

manajemen terpisah dengan fungsi pemilikan sehingga diperlukan pertanggungjawaban dalam bentuk

statemen keuangan. Pendapatan dan biaya dipandang sebagai perubahan aset kesatuan usaha bukannya

perubahan kekayaan pemilik. Karena hubungan bisnis harus dipertahankan, seperangkat statemen keuangan

berartikulasi.

2) Kontinuitas Kegiatan Usaha

Kesatuan usaha dianggap akan berlangsung dan beroperasi terus dan tidak ada maksud membubarkan.

Data keuangan akan terjadi dan mengalir terus setiap waktu akibat kegiatan yang berlangsung terus tersebut.

Kemajuan kesatuan usaha tidak dievaluasi pada saat likuidasi karena memang bukan likuidasi yang menjadi

tujuan perusahaan. Aliran data harus dipenggal menjadi beberapa seri aliran dengan satuan waktu sebagai

wadah penggalan. Statemen laba-rugi menjadi statemen yang sangat penting untuk menilai kemampuan

melaba, sementara neraca meerupakan saran untuk menunjukkan sisa potensi jasa. Informasi keuanganan yang

dituangkan dalam statemen keuangan periodic harus dianggap bersifat sementara (tentative) dan bukannya

tuntas (final). Informasi keuangan berjangka dapat diandalkan dibandingkan dengan laporan untuk satu

penggalan waktu saja.

3) Penghargaan sepakatan

Kos atau penghargaan sepakatan merupakan bahan olah akuntansi yang paling objektif. Setiap objek yang

terlibat dalam transaksi atau kejadian harus dinyatakan dalam bahan olah ini agar dapat diproses lebih lanjut.

Kos merupakan pengukur atau pengkuantifikasi untuk menyatakan berbagai macam objek. Kos

merepresentasi realitas kegiatan ekonomik kesatuan usaha untuk menghasilkan informasi semantic tentang

realitas tersebut. Kos adalah pengukur sedangkan biaya adalah elemen atau objek yang diukur.

4) Kos Melekat

Kos melekat pada objek yang kontinus dalam upaya menghasilkan pendapatan. Untuk merepresentasi

kegiatan tersebut, akuntansi menggunakan kos untuk merunut kegiatan produktif kesatuan usaha .

Akuntansi menggabungkan berbagai kos yang melekat pada tiap komponen kegiatan tanpa memperhatikan

nilai ekonomik baru yang melekat pada barang yang dihasilkan. Tambahan utilitas barang atau produk diakui

setelah terjadinya transaksi penjualan dan kos baru sebagai penghargaan masuk ke kesatuan usaha.

5) Upaya dan Capaian Hasil

Biaya merupakan upaya untuk mendatangkan hasil berupa pendapatan. Tidak ada pendapatan tanpa biaya. Kos

yang melekat pada barang atau jasa yang diserahkan kepada pembeli merupakan pengukur upaya (effort)

sedangkan kos yang masuk ke kesatuan usaha dari pembeli atas penyerahan barang atau jasa tersebut

merupakan pengukur hasil (accomplishment) yang dicapai. Laba yang tepat dapat diukur kalau kos yang keluat

(sebagai pengukur upaya) ditandingkan atau diasosiasi dengan “kos” yang masuk (sebagai pengukur hasil)

dengan penakar yang tepat. Penakar penandingan dapat berupa unit produk (alasan ideal) atau perioda waktu

(alasan kepraktisan).

Asas akrual atau himpun, karena akuntansi mendasarkan diri pada konsep upaya dan hasil dalam menentukan

besarnya laba, akuntansi tidak membatasi pengertian biaya atau pendapatan pada biaya yang telah dibayar atau

pendapatan yang telah diterima. Akuntansi menekankan substansi kegiatan atau transaksi yang menimbulkan

biaya dan pendapatan. Artinya, akibat suatu transaksi tertentu yang telah terjadi (past events), berjalannya

waktu sudah dapat menjadi dasar untuk mengakui biaya atau pendapatan. Karena itu dalam proses penandingan

(matching), akuntansi mendasarkan diri pada asar akrual bukannya asas tunai.

ASAS AKRUAL adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang menyatakan bahwa

pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang atau jasa ke pihak

luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat

pada barang dan jasa yang diserahkan tersebut. Sebagai konsekuensi asas ini, akuntansi mengakui pos-pos

akruan (accrued) dan tangguhan (deferred).

6) Bukti Terverifikasi dan Objektif

Informasi keuangan akan dapat diandalkan dan tidak menyesatkan kalau informasi tersebut didukung

dengan bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (terverifikasi). Tidak seperti ilmu pasti,

akuntansi tidak mendasarkan diri pada objektivitas dan verifiabilitas mutlak melainkan pada objektivitas dan

verifiabilitas relative atas dasar pertimbangan keadaan dan fakta yang melingkupi suatu transaksi.

7) Asumsi

Akuntansi memerlukan asumsi-asumsi sebagai landasan penalaran. Konsep dasar dalam banyak hal

merupakan asumsi atau paling tidak dilandasi oleh asumsi-asumsi yang validitasnya sulit diuji secara objektif

tetapu bermanfaat untuk basis pemilihan konsep atau prinsip. Validitas konsep dasar hanya dapat dievaluasi

atas dasa intuisi, harapan normal dan realitas empiris.

Konsep Dasar Lain

1. Substansi Daripada Bentuk

Konsep ini menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu konsep di tingkat perekayasaan atau dalam

menetapkan standar di tingkat penyusun standar, akuntansi akan menekankan makna atau substansi

ekonomik suatu objek atau kejadian daripada maka yuridisnya meskipun makna yuridis mungkin

menghendaki atau menyarankan perlakuan akuntansi yang berbeda.

2. Pengakuan Hak Milik Pribadi

Konsep ini menyatakan bahwa hak milik pribadi harus dilindungi atau diakui secara yuridis. Tanpa konsep

ini, kesatuan usaha tidak dapat memiliki sumber ekonomik atau aset. Pemilikan merupakan salah satu cara

untuk memperoleh penguasaan.

3. Keanekaragaman Akuntansi Antarentitas

Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan (metoda) akuntansi antarkesatuan usaha merupakan

suatu hal yang tidak dapat dihindari karena perbedaan kondisi yang melingkupi dan karakteristik kesatuan

usaha individual. Keunikan kesatuan usaha justru menghendaki perlakuan akuntansi yang berbeda agar

informasi keuangan lebih menggambarkan keadaan unit usaha yang sebenarnya.

4. Konsevatisme

Konsevatisme adalah sikap atau aliran (mazhab) dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil

tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang terjelek dari ketidakpastian tersebut . Sikap

konservatif juga mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia

mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko.

5. Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data

Konsep ini menyatakan bahwa sistem pengendalian internal yang memadai merupakan sarana untuk

mendapatkan keterandalan informasi yang tinggi.

BAB 6 ASET

Aset merupakan elemen neraca pembentuk informasi semantic berupa posisi keuangan dan merepresentasi

potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan usaha untuk menyediakan barang dan jasa.

ASET adalah Manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti (probable) yang diperoleh atau dikuasai oleh

suatu entitas sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu.

Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat beberapa karakteristik utama yaitu:

1) Manfaat Ekonomik

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di masa datang

yang cukup pasti (probable). Ini mengisyaratkan bahwa manfaat tersebut terukur dan dapat dikaitkan

dengan kemampuannya untuk mendatangkan pendapatan atau aliran kas di masa datang. Atau Manfaat

ekonomik aset ditunjukkan oleh potensi jasa atau utilitas yang melekat padanya yaitu sumber daya atau

kapasitas langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendatangkan pendapatan

melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan pertukaran.

2) Dikuasai oleh Entitas

Atas dasar konsep substansi daripada bentuk, suatu objek cukup dikuasai dan tidak perlu dimiliki oleh

kesatuan usaha untuk dapat disebut sebagai aset kesatuan usaha. Penguasaan dapat diperoleh melalui

pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian, produksi, penjualan, pertukaran, peminjaman, penjaminan,

pengkonsignaan (leasing), dan berbagai transaksi komersial lainnya.

3) Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu

Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. Bahwa aset harus timbul akibat

transaksi atau kejadian masa lalu adalah criteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan criteria untuk

pengakuan. Manfaat ekonomik dan penguasaan atau hak atas manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan

suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan (neraca). Kriteria pengakuan

yang lain harus dipenuhi (keterandalan, keberpautan, dan keterukuran). Jadi, definisi aset harus dibedakan

dengan pengakuan aset. Definisi hanya merupakan salah satu criteria pengakuan.

Beberapa KARAKTERISTIK MERUPAKAN PENDUKUNG yang meyakinkan adanya aset. Karakteristik

tersebut adalah (1) melibatkan kos, (2) berwujud, (3) tertukarkan, (4) terpisahkan, dan (5) penegasan atau

kekuatan secara legal. Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya aset tetapi

tidak harus dipenuhi untuk memasukkan suatu objek sebagai aset.

Dengan konsep kontinuitas usaha, pos atau sumber ekonomik akan mengalami tiga tahap perlakuan sejalan dengan

aliran fisis kegiatan usaha yaitu:

1) Tahap Pemerolehan (acquisition)

2) Tahap Pengolahan (processing)

3) Tahap Penjualan/Penyerahan (Sales/Delivery).

Secara aliran informasi, aliran fisis suatu sumber ekonomik atau objek harus direpresentasi dalam kos sehingga

hubungan antar objek bermakna sebagai informasi. Kos merupakan representasi kuantitatif suatu objek. Oleh

karena itu, kos juga mengalami tiga tahap akuntansi mengikuti aliran fisis yaitu:

1) Pengukuran (Measurement)

2) Penelusuran (Tracing)

3) Pembebanan (Charging)

Kriteria manfaat masa datang yang cukup pasti dalam definisi aset menjadikan terjadinya pengeluaran yang

menjadi kos mengalami masalah teknis yaitu dicatat sebagai aset atau biaya.

1) Dicatat sebagai aset – pengeluaran untuk capital

2) Dicatat sebagai biaya – pengeluran untuk pendapatan.

Walaupun secara teknis kos dapat dicatat sebagai biaya, secara konseptual dianggap badan usaha telah dicatat

sebagai aset meskipun sekejap. Artinya, dianggap kos dicatat sebagai aset dan pada saat yang sama langsung

dipindah ke biaya. Karena hal inilah makna kos, biaya, dan aset sering dirancukan.

Penentuan kos suatu objek pada saat pemerolehan merupakan hal yang sangat kritis karena penentuan ini akan

mempengaruhi pengukuran aset dan biaya selanjutnya khususnya pada tahap pembebanan. Pengukur aset pada saat

pemerolehan yang paling objektif adalah penghargaan sepakatan. Penghargaan sepakatan merupakan estimator

terbaik nilai sebenarnya (true value). Penghargaan sepakataan menghindari adanya transaksi sepihak dan

menjamin bahwa kos merupakan nilai wajar pada saat transaksi. Keobjektifan dapat dicapai khususnya untuk

barang-barang yang standar yang mudah dijumpai dipasar bebas.

Kos yang melekat pada suatu aset ditentukan oleh batas kegiatan pemerolehan dan jenis penghargaan. Secara

konseptual, pembentuk kos suatu aset adalah semua pengeluaran (pengorbanan sumber ekonomik) yang terjadi

atau yang diperlukan akbat kegiatan pemerolehan suatu aset sampai ditempatkan dalam kondisi siap pakai atau

berfungsi sesuai dengan tujuan pemerolehannya. Pengeluaran selama periode pemerolehan masuk sebagai unsure

kos aset.

Jenis Penghargaan Kos:

1) Bila transaksi terjadi dalam pemerolehan mekanisma pasar bebas anatara pihak independen, kos tunai

adalah adalah pengukuran aset yang paling valid dan objektif.

2) Bila kos barang atau jasa yang diperoleh melalui pertukaran dengan barang atau jasa lain (nonkas), KOS

merupakan jumlah tunai yang secara implisit melekat pada nilai jual barang atau jasa yang diserahkan

dalam pertukaran tersebut. Jumlah rupiah melekat ini disebut jumlah setara tunai atau kos tuai terkandung

atau implisit dari wujud penghargaann yang diserahkan oleh pemeroleh aset.

3) Bila aset tanpa peghargaan (misalnya hadiah), kos aset ditentukan atas dasar setara tunai atau kos tunai

terkandung aset yang diterima pada saat transaksi atau kejadian. Cara penentuan kos adalah unik untuk

berbagai jenis transaksi: barter, saham sebagai penghargaan, reorganisasi, hadiah/hibah, temuan dan pembelian

kredit.

Potongan tunai secara teoritis tidak dapat diperlakukan sebagai pendapatan tetapi lebih merupakan penghematan

kos. Lebih jauh, kalau potongan tunai memang ditawarkan, ketidakmampuan memanfaatkan potongan merupakan

suatu salah kelola sehingga jumlah itu harus diakui sebagai rugi. Kos yang merepresentasi rugi tidak dapat menjadi

bagian dari aset karena hilangnya atau tiadanya manfaat ekonomik masa datang.

PENILAIAN adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu pos aset pada saat akan

dilaporkan atau disajikan dalam statemen keuangan pada tanggal tertentu. Tujuan penilaian aset adalah

merepresentasi atribut pos-pos aset yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis

yang sesuai. Penilaian dapat didasarkan pada nilai masukan atau keluaran bergantung pada tujuan

menrepresentasi aset. Secara umum nilai masukan terdiri kos historis, kos pengganti, dan kos harapan sedangkan

nilai keluaran terdiri atas harga jual masa lalu, harga jual sekarang dan nilai terealisasi harapan.

Pengakuan dan penyajian aset biasanya ditentukan dalam standar akuntansi yang mengatur tiap pos aset. Masalah

akuntansi yang menyangkut pengakuan biasanya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos atau jumlah

rupiah yang terlibat dalam transaksi, kejadian, atau keadaan tertentu dapat diasetkan.

BAB 7 KEWAJIBAN

KEWAJIBAN – Pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan

(obligations) sekarang suatu entitas untuk mentransfer aset atau menyerahkan jasa kepada entitas lain di masa

datang sebagai akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu.

Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu:

1. Pengorbanan manfaat ekonomik masa datang,

Kewajiban menjadi tegas adanya bila didukung oleh keharusan membayar kas, teridentifikasinya

terbayar, dan terpaksakan secara hukum. Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus

memuat suatu tugas (duty) atau tanggung jawab (responsibility) kepada pihak lain yang mengharuskan

kesatuan usaha untuk melunasi, menunaikan, atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat

ekonomik yang cukup pasti di masa datang. Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk

transfer atau penggunaan aset kesatuan. Cukup pasti di masa datang mengandung makna bahwa jumlah

rupiah pengorbanan dapat ditentukan dengan layak.

2. Menjadi keharusan sekarang (obligations)

Transaksi atau kejadian masa lalu menimbulkan keharusan sekarang pada tanggal pelaporan yang

berarti bahwa seandainya pada saat sekarang perusahaan harus mengorbankan manfaat ekonomik

maka hal tersebut harus dilakukan. Kewajiban sekarang yang menimbulkan kewajiban bersifat kontraktual,

konstruktif, demi keadilan, dan bergantung.

3. Timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu.

Pengertian kewajiban merupakan bayangan cermin pengertian aset. Transaksi atau kejadian masa lalu

menimbulkan penguasaan sekarang pemerolehan manfaat ekonomik masa datang untuk aset sedangkan untuk

kewajiban hal tersebut menimbulkan keharusan sekarang pengorbanan manfaat ekonomik masa datang.

Transaksi, kejadian atau keadaan dapat mempengaruhi aset dan kewajiban secara bersamaan.

Timbulnya aset sering harus diimbangi dengan timbulnya kewajiban. Dalam kondisi tertentu, kewajiban tidak

dapat timbul tanpa diimbangi aset yang dikuasai perusahaan. Hal ini disebut HAK-KEWAJIBAN TAK-

BERSYARAT. Kalau aset mengalami tiga tahap perlakuan (pemerolehan, pengolahan, dan penyerahan),

kewajiban sebenarnya juga mengalami tiga tahap perlakuan yaitu: penanggungan (pengakuan terjadinya),

penelusuran, dan pelunasan (penyelesaian).

Kewajiban dapat diakui atas dasar criteria pengakuan yaitu definisi, keterukuran, keterandalan, dan

keberpautan. Saat untuk menandai bahwa criteria pengakuan dipenuhi adalah kaidah pengakuan yaitu: (a)

ketersedian dasar hukum, (b) keterterapan konsep dasar konservatisma, (c) ketertentuan substansi ekonomik

transaksi, dan (d) keterukuran nilai kewajiban.

Secara umum, KEWAJIBAN HARUS DIAKUI PERTAMA KALI DENGAN PENGHARGAAN

SEPAKATAN dan bukan dengan nilai nominal kewajiban atau utang. UTANG OBLIGASI DIUKUR DAN

DIAKUI ATAS DASAR JUMLAH RUPIAH YANG BERTERIMA DALAM PENERBITAN OBLIGASI.

Diskon dan premium obligasi merupakan jumlah rupiah penyesuai bungan nominal untuk mendapatkan bunga

efektif.

KEWAJIBAN NONMONETER berupa keharusan menyerahkan barang atau jasa masih memenuhi

definisi kewajiban. Kewajiban nonmoneter ini tidak perlu dipisahkan menjadi porsi yang menunjukkan kos

untuk menutup penyediaan barang atau jasa dan porsi yang menunjukkan laba tangguhan.

Pada setiap saat akan dilaporkan, kewajiban secara umum dinilai atas dasar jumlah rupiah yang harus

dikorbankan seandainya saat itu kewajiban harus dilunasi. Jumlah ini disebut nilai pelunasan sekarang

(current settlement value). Sesuai dengan atributnya, kewajiban dapat dinilai atas dasar harga pasar sekarang,

nilai pelunasan neto, dan nilai diskunan aliran kas masa datang.

Kewajiban dapat dinyatakan lenyap dan diakui dari catatan bila debitor telah:

1. membayar kreditor dan terbebaskan dari semua keharusan yang melekat pada kewajiban dan

2. dibebaskan secara hukum sebagai penanggung utang utama oleh keputusan pengadilan atau kreditor .

Keadaan pembebasan substantive tidak memenuhi criteria kritis untuk mengakui kewajiban. Kewajiban

tidak lenyap dengan sendirinya meskipun perusahan telah menyediakan dana yang cukup untuk melunasinya.

Bila kewajiban dilunasi sebelum jatuh tempo, pada umumnya akan terjadi selisih antara nilai bawaan dan

nilai penebusan atau penarikan. Selisih ini harus diakui sebagai laba atau rugi pada saat penarikan. Bila penarikan

dilakukan dengan pendanaan kembali, terdapat tiga perlakuaan terhadap selisih tersebut yaitu: (a) diamortisasi

selama sisa umur semua utang yang dilunasi, (b) diamortisasi selama umur utang baru, dan (c) diakui sebagai laba

atau rugi pada saat penarikan.

UTANG TERKONVERSI MENIMBULKAN MASALAH AKUNTANSI karena dua sifat yang melekat

padanya yaitu SEBAGAI KEWAJIBAN DAN EKUITAS. MASALAH TEORITIS YANG DITIMBULKAN

adalah apakah pada saat pengakuan pertama kali komponen utang dan komponen hak konversi (ekuitas)

dipisahkan. PENDUKUNG PEMISAHAN beragumen bahwa hak konversi dapat dinilai karena hak tersebut

tidak berbeda dengan hak beli saham. sementara itu, PENDUKUNG UTANG semata-mata berpendapat bahwa

karakteristik tidak dapat dipisahkan dan implementasi akan mengalami kesulitan teknis.

PEMBEBASAN SUBSTANTIVE adalah suatu keadaan yang dicapai pada saat debitor telah

menempatkan kas atau aset lainnya ke perwalian yang ditujukan semata-mata untuk pelunasan utang teetentu

(dan tidak padat tertarik kembali) dan pada saat itu dapat dipastikan bahwa debitor tidak lagi harus melakukan

pembayaran karena dana yang terkumpul dan aliran kas dari aset tersebut cukup untuk menutup pokok

pinjaman dan bunga. Masalah teoritis akuntansi adalah apakah pada saat tersebut kewajiban dapat dinyatakan

lenyap dan diakui dari catatan sehingga tidak tampak dalam neraca. Secara teoritis kewajiban tidak lenyap dengan

tidak terlibat dalam pembentukan dana sehingga secara yuridis kreditor tidak membebaskan kewajiban yang

bersangkutan. Lebih dari itu, pengakuan kewajiban atas dasar pembebasan substantive dapat mendorong debitor

untuk melakukan manajemen laba dan perbaikan kinerja secara kosmetik.

Secara umum, kewajiban disajikan di neraca atas dasar urutan likuiditasnya. Hal ini sesuai dengan

urutan perlindungan dalam hal terjadi likuidasi. Kewajiban hendaknya tidak dikompensasi dengan aser yang

berkaitan dan dilaporkan jumlah bersihnya saja kecuali dalam keadaan khusus yang di dalamnya pihak

pelapor mempunyai hak mengontra (right to setoff).

BAB 8 PENDAPATAN

PENDAPATAN – aliran masuk aset atau kenaikan aset lainnya pada suatu entitas atau penyelesaian/pelunasan

kewajiban entitas tersebut dari penyerahan atau produksi barang, pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan lain

yang membentuk operasi sentral atau utama dan berlanjut dari entitas tersebut.

Pendapatan mempunyai dua karakteristik utama yaitu:

1. Aliran masuk aset atau Kenaikan aset

Untuk dapat mengatakan bahwa pendapatan ada atau timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian

yang menaikkan aset atau menimbulkan aliran masuk aset. Tidak ada batasan bahwa aset harus berupa kas

atau alat likuid yang lain. Akan tetapi, tidak semua kenaikan aset dapat menimbulkan pendapatan.

2. Operasi utama atau sentral Berlanjut

Secara netral, pendapatan adalah produk perusahaan sebagai hasil dari upaya produktif. Pendapatan

diukur dengan jumlah rupiah aset baru yang diterima dari pelanggan. Kegiatan utama atau sentral

yang menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang membatasi kenaikkan yang dapat disebut

pendapatan. Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan kegiatan investasi dan

pendanaan. Akan tetapi, pendapatan atau untung yang tidak berasal dari operasi utama dengan sendirinya

lalu dapat disebut sebagai pos nonoperasi.

Karakteristik pendukung dari definisi pendapatan yaitu:

3. Operasi dan Nonoperasi – pemisahan hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi tersebut benar-benar luar

biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara sangat kebetulan saja. Bila tidak bersifat luar

biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagaipendapatan lain-lain dan untung.

4. Penurunan kewajiban – terjadi penurunan atau pelunasan kewajiban

5. Suatu Entitas – maksud dalam tujuan definisi mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam

pendefinisian.

6. Produk perusahaan – pendapatan akhirnya harus direpresentasi oleh aliran masuk dana dari pelanggan, hal

tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana pendapatan diukur dan bukan menunjukkan bagaimana

atau syarat pendapatan terjadi.

7. Pertukaran produk – pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem

pembukuan.

8. Berbagai bentuk dan nama – pendapatan adalah konsep yang bersifat generic dan mencakupi semua pos dengan

berbagai bentuk dan nama apapun.

9. Kenaikan Ekuitas –

PENDAPATAN VS UNTUNG

• IAI/IASC tidak secara formal membedakan pendapatan (revenues) dan untung (gains).

• Pendapatan dan untung dicakupi dalam satu definisi penghasilan (income).

• FASB memisahkan pendapatan dan untung sebagai elemen yang berdiri sendiri.

UNTUNG

Ialah kenaikan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi peripheral (ikutan) atau incidental (kala-

kala) suatu entitas dan dari semua transaksi atau kejadian atau keadaan lain yang mempengaruhi entitas tersebut

kecuali kenaikan sebagai akibat dari pendapatan atau investasi oleh pemilik

Makna yang terkandung dalam definisi Untung:

1. Kenaikan ekuitas bersih

2. Periferal atau insidental

3. Selain yang dicakupi pendapatan

4. Selain investasi oleh pemilik atau transaksi yang berkaitan dengan pemilik

FASB perlu membedakan pendapatan dan untung karena sumber untung berbeda dengan operasi utama.

Karakteristik Sumber Untung:

1. Periferal atau insidental

2. Transfer nontimbal-balik

3. Penahanan aset

4. Faktor lingkungan

Pembedaan lebih diarahkan untuk tujuan penyajian daripada untuk membedakan makna pendapatan dan untung.

PENGAKUAN PENDAPATAN

Pencatatan jumlah rupiah pendapatan secara formal ke dalam sistem pembukuan sehingga jumlah tersebut

terrefleksi dalam statemen keuangan.

Dua konsep penting:

1. Pembentukan pendapatan (earning of revenue)

PEMBENTUKAN PENDAPATAN adalah suatu konsep yang berkaitan dengan masalah kapan dan

bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul atau menjadi ada. Konsep pembentukan pendapatan

menyatakan bahwa pendapatan terbentuk, terhimpun, atau terhak (to be earned) bersamaan dengan dan

melekatkan pada seluruh atau totalitas proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil

transaksi tertentu. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil/capaian serta kontinuitas usaha.

Biaya merepresentasi upaya dan pendapatan merepresentasi capaian.

Pendekatan ini juga dilandasi oleh konsep HOMOGENITAS KOS yaitu Seluruh pos biaya yang

direpresentasi dengan kos menghasilkan pendapatan sebagai satu kesatuan. Kos komponen atau pos biaya

secara individual mempunyai kontribusi dalam menghasilkan pendapatan. Kos mempunyai kedudukan yang

sama dalam menghasilkan pendapatan.

Implikasi Konsep Homogenitas Kos

Kos berkaitan dengan pendapatan secara proporsional dengan besarnya kos. Urutan pengurangan kos

barang terjual, biaya penjualan, dan biaya administratif dalam statemen L-R bukan merupakan urutan

prioritas. Begitu kos suatu objek biaya terjadi, pendapatan dapat dianggap terbentuk sehingga laba juga

terbentuk.

Asumsi di Balik Homogenitas Kos

Dianutnya konsep dasar upaya dan capaian/hasil. Upaya terjadi dahulu baru pendapatan datang.

Setiap usaha secara umum mendatangkan atau menjajikan laba sehingga orang mau melakukan usaha. Biaya

(expense) merupakan upaya yang sengaja dilakukan secara senang hati dengan penuh kesadaran, semangat, dan

pengertian bukan beban yang harus diderita atau ditanggung oleh pendapatan. Istilah beban tidak

cocok/mengenai untuk expense.

2. Realisasi pendapatan (realization of revenue) – pendekatan transaksi

Dengan konsep realisasi, pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi

kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen (pembeli) untuk membayar produk baik produk

telah selesai dan diserahkan ataupun belum dibuat sama sekali. Berdasarkan konsep realisasi,

pendapatan sebenarnya terjadi akibat transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan dan kontrak.

KRITERIA PENGAKUAN PENDAPATAN

1. Telah terrealisasi atau cukup pasti terrealisasi (realized atau realizable)

Telah terealisasi bilamana produk (barang atau jasa), barang dagangan, atau aset lain telah terjual atau

ditukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Cukup pasti terealisasi bilamana aset berkaitan yang berterima

atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya . Mudah

dikonversi bila mempunyai (a) harga satuan yang tetap tidak bergantung bentuk dan penyajian barang dan

(b) daftar harga barang tersedia di suatu pasar aktif tersedia.

2. Telah terbentuk/terhak (earned)

Telah terbentuk bilamana perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang harus dilakukan

untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan.

Kedua kriteria harus dipenuhi walaupun bobot atau kekritisan untuk keduanya berbeda untuk situasi yang berbeda.

Cukup terbentuk dapat dikaitkan dengan produk akhir atau dengan perioda. Pendapatan baru dapat diakui kalau

dipenuhi syarat-syarat berikut:

1. Keterukuran nilai aset

2. Adanya suatu transaksi

3. Proses penghimpunan secara substansial telah selesai

SAAT PENGAKUAN PENDAPATAN

Kapan kedua kriteria kriteria pengakuan dipenuhi. Berbagai gagasan:

1. Saat kontrak penjualan disepakati – setelah menandatangani kontrak penjualan dan bahkan sudah menerima

kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai memproduksi barang, contoh barang konsumsi

dengan jarak penandatangan kontrak dan penyerahan barang cukup pendek.

2. Selama proses produksi secara bertahap – pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara bertahap (per

perioda akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat projek selesai dan

diserahkan.

Akresi yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau proses alamiah lainnya.

Apresiasi yaitu selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku aset

terdepresiasi).

3. Saat produksi selesai – pendapatan sudah terealisasi dan pada saat produk selesai pendapatan secara substansial

sudah terbentuk.

4. Saat penjualan

5. Saat kas terkumpul – pengakuan berdasarkan asas kas.

SAAT PENGAKUAN PENJUALAN JASA

Sejalan dengan pengakuan pendapatan pada perusahaan perdagangan atau pemanufakturan. Pedoman umum:

1. Saat jasa telah dilaksanakan atau dikonsumsi

2. Selama proses pelaksanaan secara bertahap

3. Saat pelaksanaan jasa selesai sepenuhnya

4. Saat kas terkumpul

PROSEDUR PENGAKUAN PENDAPATAN

Kebijakan akuntansi perusahaan yang menetapkan kapan suatu penjualan dianggap secara teknis telah terjadi

sehingga memicu pencatatan jumlah rupiah penjualan tersebut. Kebijakan ini biasanya dituangkan dalam buku

pedoman akuntansi (accounting manual).

BAB 9 BIAYA

BIAYA – aliran keluar aset atau penyerapan aset lainnya pada suatu entitas atau penimbulan kewajiban entitas

tersebut (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi barang, produksi barang, pemberian/penyerahan

jasa, atau kegiatan lain yang membentuk operasi sentral atau utama dan belanjut dari entitas tersebut.

Karakteristik biaya berdasarkan definisi yaitu:

1. Penurunan Aset atau aliran keluar

Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang menurunkan

aset atau menimbulkan aliran keluar aser atau sumber ekonomik. Aset dalam hal ini harus diartikan

sebagai semua aset perusahaan sebagai satu kesatuan (bukan hanya aset tertentu misalnya sediaan bahan

baku).

2. Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus

Tidak semua penurunan atau konsumsi aset membentuk biaya. Agar menjadi biaya konsumsi tersebut harus

berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha. Yang dimaksud dengan kegiatan utama

adalah kegiatan penciptaan pendapatan (laba) yang direpresentasi dalam kegiatan

memproduksi/mengirim barang atau menyerahkan/melaksanakan jasa.

Karakteristik pendukung dari definisi Biaya yaitu:

3. Kenaikan Kewajiban

4. Penurunan Ekuitas – secara eksplisit penurunan aset akhirnya akan mengubah ekuitas atau menurunkan ekuitas

5. Aliran Fisis atau Moneter

6. Rugi

RUGI

RUGI -- Penurunan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi peripheral (ikutan) atau incidental

(kala-kala) suatu entitas dan dari semua transaksi atau kejadian atau keadaan lain yang mempengaruhi entitas

tersebut kecuali penurunan sebagai akibat dari biaya atau distribusi oleh pemilik.

Karakteristik rugi berdasarkan definisi yaitu:

1. Penurunan ekuitas (aset bersih)

2. Transaksi Periferal dan Insidental

3. Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik

Empat sumber rugi yaitu:

1. Periferal dan incidental – penjualan investasi, aset tetap, utang obligasi sebelum jatuh tempo

2. Transfer nontimbal-balik – pencurian dan pembayaran ganti rugi dari kekalahan tuntutan

3. Penahanan aset – penurunan harga sekuritas, investasi, valuta asing

4. Faktor lingkungan – ganti rugi asuransi musibah lama yang lebih rendah dari kos aset yang rusak

PENGAKUAN BIAYA

KRITERIA PENGAKUAN yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan nilai aset yang memenuhi

definisi biaya atau rugi dapat diakui. Criteria pengakuan biaya adalah

1. Pemanfaatan

Biaya diakui bilamana manfaat ekonomik telah dikonsumsi dalam rangka penyerahan barang atau jasa

untuk mendatangkan pendapatan

2. Kelenyapan.

bilamana manfaat ekonomik masa datang telah lenyap

Biaya diukur dengan kos yang sebelumnya melekat pada aset. Biaya dapat dipandang sebagai bagian kos

yang telah terhabiskan dalam rangka menciptakan pendapatan. Bagian kos yang terhabiskan dapat dihubungkan

dengan pendapatan atas dasar hubungan:

1. Dasar sebab-akibat, alokasi sistemik dan

Basis asosiasi atas dasar sebab-akibat atau penandingan langsung atas dasar produk merupakan basis

yang paling ideal

2. Dasar rasional, atau pengakuan segera.

Akan tetapi, alasan kepraktisan dan ketidaktersediaankanan beberapa faktor kos (administrative dan

pemasaran) menjadikan akuntansi beralih ke penandingan taklangsung atau penandingan perioda.

Dengan kata lain, takaran penandingan bukan lagi produk melainkan perioda.

Dengan perioda sebagai takaran, sebagai alokasi sistemik lebih menggambarkan kelayakan ekonomik

daripada pembebanan langsung semua manfaat pada saat terjadinyya atau daripada pendekatan tanpa alokasi

sebagaimana dikemukakan Thomas. Namun demikian, alokasi bukan merupakan sarana untuk meratakan laba

tahunan. Harus dibedakan antara tujuan perataan faktor kos dalam perioda interim (bulanan) untuk kepentingan

internal dengan perataan laba antartahun untuk kepentingan eksternal.

Untuk penentuan kos produk yang tepat, alokasi internal merupakan kebutuhan. Alokasi kos bergabung

atau bersama yang paling valid secara teoritis adalah alokasi atas dasar harga pasar relative. Alokasi ini

sejalan dengan konsep upaya dan capaian/hasil serta homogenitas kos. Alokasi harus dilakukan karena bila

suatu produk menghasilkan pendapatan maka pendapatan tersebut jelas bukan tanpa kos (cost free).

Makna alokasi antarperiode sebenarnya adalah penundaan pembebanan kos yang merepresentasi

manfaat ekonomik aset. Kos dapat ditangguhkan pembebanannya terhadap pendapatan kalau kos dapat

dikaitkan secara cukup pasti dengan pendapatan masa datang. Kos dapat ditangguhkan pembebanannya kalau

kos merupakan pengeluaran yang sah, merupakan pengeluaran yang umum (wajar atau normal), dapat

dikaitkan secara cukup pasti dengan pendapatan atau kegiatan masa datang, dan terjadi berulang-ulang.

Alokasi bukan sarana penundaan rugi. Semua rugi yang nyata-nyata telah terjadi harus segera

diakui tanpa harus memandang apakah rugi tersebut berkaitan dengan kegiatan utama perusahaan.

Pembebanan arbitrer lebih valid disbanding penundaan pembebanan kos yang tidak lagi merepresentasi manfaat

ekonomik. Keterlenyapan manfaat menjadi pemicu untuk mengakui segera kos sebagai biaya atau rugi. Bila biaya

dipandang dalam arti luas, penandingan pendapatan dan biaya dapat didasarkan atas penandingan produk, perioda,

dan arbitrer.

Alokasi kos barang tersedia dijual menjadi sediaan dan kos barang terjual dengan metoda MPKP

adalah yang paling menggambarkan kegiatan operasi yang factual dan objektif. Oleh karena itu, metode ini

adalah yang paling sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan eksternal.

Depresiasi merupakan bagian dari kos aset tetap yang dianggap telah menghasilkan pendapatan.

Penyerahan kos aset secara sistemik dan rasional atas dasar pola penyerapan lebih menggambarkan operasi

factual dan objektif disbanding pembebanan langsung pada saat diperolehnya aset. Tersedianya beberapa

metoda depresiasi dimaksudkan untuk memberi keleluasan bagi manajemen untuk menentukan pola

penyerapan manfaat yang paling sesuai dengan kondisi yang melingkupi. Walaupun demikian, metode unit

produksi adalah metode yang paling ideal.

Depresiasi merupakan biaya yang nyata bukan biaya hipotesis. Akuntansi depresiasi adalah proses

alokasi sistematis dalam rangka penandingan biaya dan pendapatan. Akuntansi depresiasi bukan sarana

akumulasi dana untuk penggantian aset tetap. Akuntansi depresiasi juga bukan merupakan proses

penilaian untuk mengukur penurunan nilai aset. Dengan kata lain, depresiasi bukan penurunan nilai aset

melainkan bagian kos yang merepresentasi biaya dalam rangka mendatangkan pendapatan dalam suatu periode.

Konsep depresiasi juga berlaku untuk aset takberwujud, sumber alam, dan tanah yang terbatas

manfaat ekonomiknya. Goodwill (muhibah) dapat diinterpretasi sebagai kemampuan melaba di atas normal,

artibut spe

sifik yang dapat dipisahkan, atau akun penilaian induk. Kos organisasi harus segera mulai diamortisasi

manakala ada tanda-tanda penurunan atau penciutan yang berlanjut baik dalam laba, lingkup kegiatan, ataupun

modal perusahaan.

BAB 10 LABA

LABA KOMPREHENSIF – perubahan dalam ekuitas suatu badan usaha selama suatu periode yang berasal

dari transaksi dan kejadian lain dan kondisi dari sumber-sumber nonpemilik. Suatu badan usaha meliputi

semua perubahan dalam ekuitas selama periode kecuali perubahan yang diakibatkan oleh investasi oleh pemilik

dan distribusi ke pemilik.

Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya

untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi, teori akuntansi sampai saat ini belum

mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Oleh karena itu, berbeda dengan elemen statemen

keuangan lainnya, pembahasan laba meliputi tiga tataran yaitu (a) semantic, (b) sintaktik dan (c) pragmatik.

Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan

menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara itu, pemakai informasi mempunyai

tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi laba menghadapi dua pendekatan: satu laba untuk berbagai tujuan atau

beda tujuan beda laba. Teori akuntansi laba diarahkan untuk memformulasi laba dengan pendekatan pertama.

Konsep laba dalam tataran semantic meliputi pemaknaan laba sebagai pengukur kinerja, pengkonfirmasi

harapan investor, dan estimator laba ekonomik. Meskipun akuntansi paling tidak harus dapat mengukur dan

menyajikan laba ekonomik, akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat digunakan

pemakai untuk mengukur laba ekonomik yang pada gilirannya untuk menentukan nilai ekonomik perusahaan.

Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuran dalam suatu periode yang dapat dinikmati

(distribusi atau tarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan

pada konsep pemertahanan capital. Konsep ini membedakan antara laba dan capital. Konsep ini membedakan

antara laba dan capital. Capital bermakna sebagai sediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba

bermakna antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi

pemiliki. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian

capital dapat diterapkan.

Atas dasar berbagai teori dan konsep tentang makna laba, dapat diajukan definisi formal laba sebagai

berikut:

Laba adalah tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan capital dalam suatu

periode yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh

entitas penguasa/pemilik capital tanpa mengurangi kemampuan ekonomik capital mula-mula (awal

periode)

Dalam tataran sintaktik, teori laba berkepentingan dengan bagaimana laba diukur dan disajikan. Laba dapat

diukur dan diakui atas dasar pendekatan kegiatan atau pendekatan transaksi. Dengan pendekatan

pemertahanaan capital, laba diukur atas dasar penilaian capital pada awal dan akhir perioda. Untuk itu, harus

ditentukan jenis capital (financial atau fisis), skala pengukuran (nominal atau daya beli), dan dasar penilaian (kos

historis atau sekarang). Untuk menentukan laba, capital pada dua titik waktu dapat diukur atas dasar kapitalisasi

aliran kas harapan, penilaian pasar, setara kas, harga masukan historis, harga masukan sekarang, dan pemertahanan

daya beli.

Pada tataran semantic, teori laba berkepentingan untuk menyakinkan bahwa laba merupakan predictor

aliran kas ke investor, bahwa laba akuntansi bermanfaat dalam perkontrakan dan pengendalian manajemen,

dan bahwa laba akuntansi mengandung informasi yang bermanfaat bagi investor.

Kebijakan manajemen baik jangka pendek maupun jangka panjang akan terrefleksi dalam laba. Laba

merupakan signal kebijakan manajemen (baik yang berdampak negative maupun positif). Laba dianggap

mengandung informasi kalau pasar saham bereaksi terhadap pengumuman laba akuntansi. Hipotesis pasar efisien

merupakan sarana untuk menguji hal ini. Pengujian dapat dilakukan atas dasar asosiasi antara laba dan harga

saham atau dasar studi peristiwa.

Siapa yang dituju oleh angka laba juga menentukan bagaimana laba diukur. Siapa yang dituju berkaitan

dengan teori entitas yang dianut. Teori entitas meliputi entitas usaha bersama, entitas bisnis, entitas investor, entitas

pemilik, entitas pemilik residual, entitas pengendali, dan entitas dana. Teori ini menentukan dan membedakan

antara biaya dan pembagian laba sehingga menentukan pula bagaimana komponen-komponen laba-rugi disajikan

dalam statemen laba-rugi.

Meskipun praktik akuntansi dewasa ini dilandasi oleh konsep kesatuan usaha, penyajian statemen

laba-rugi sebenarnya dilandasi oleh konsep kesatuan pemilik. Untuk tujuan penyusunan dan penyajian

statemen laba-rugi, dapat digunakan salah satu sudut pandang diatas. Jadi, konsep yang melandasi rerangka

dasar pengolahan data tidak harus sama dengan konseo yang melandasi bentuk, susunan, dan penyajian

statemen laba-rugi.

BAB 11 EKUITAS

Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisis dan konseptual antara manajemen dan pemilik.

Ekuitas pemegang saham (ekuitas) menggambarkan hubungan yuridis antara perseroan dengan para

pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen penting yaitu (a) modal setoran dan (b)

laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal yuridis dan modal setoran lain.

Ekuitas didefinisi secara sintaktik sebagai hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua

kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintaktik bukan semantic karena keperluan untuk

mempertahankan artikulasi statemen keuangan. Ekuitas mengandung makna pemilikan. Oleh karena itu, untuk

organisasi nonbisnis ekuitas sering disebut sebagai aset bersih.

Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal yaitu hal atas penyelesaian klaim, hak penggunaan

aset dan substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian, atas dasar konsep kesatuan usaha kreditor dan

investor dipandang sebagai pihak luar perusahaan yang terpisah dari manajemen.

Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal setoran merupakan suatu bentuk

kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya sedangkan laba ditahan merupakan modal yang

tercipta atau terhimpun karena pemanfaatan aset, modal setoran merupakan perubahan aset dalam rangka

pendanaan (transaksi modal) segangkan laba ditahan merupakan perubahan aset dalam rangka produksi

(transaksi operasi).

Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan ditunjukkan oleh keseluruhan dana

yang disetor (modal setoran) tanpa memperhatikan adanya modal yuridis atau modal saham yang sering dianggap

sebagai batas perlindungan bagi pihak lain. Pemisahan dan pelaporan modal yuridis tidak menjadi masalah secara

teknis. Akan tetapi, secara konseptual modal yuridis dan modal setoran lain harus ditotal untuk menunjukkan

modal setoran yang harus dibedakan dengan laba ditahan. Dari segi akuntansi, yang mendasarkan diri ada konsep

dasar substansi di atas bentuk, ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik tertanam

dalam perseroan termasuk laba ditahan.

MODAL SETORAN DAPAT BERTAMBAH karena:

1. Pemesanan saham,

2. Konversi status obligasi,

3. Konversi status saham istimewa,

4. Dividen saham, dan

5. Hak beli saham.

Transaksi yang menyangkut hal-hal tersebutmerupakan transaksi modal sehingga dapat melibatkan laba

ditahan.

MODAL SETORAN DAPAT BERKURANG karena Saham treasuri. Masalah yang berkaitan dengan

saham treasuri adalah:

a. Penentuan jumlah rupiah yang harus dianggap mempengaruhi modal setoran dan laba ditahan dan

b. Pengungkapan pengarunya terhadap modal yuridis bila saham treasuri dijual kembali.

Dua konsep dapat diterapkan dalam transaksi saham treasuri yaitu

1. konsep satu-transaksi dan

konsep ini disebut juga dengan metode kos karena jumlah rupiah total yang dibayarkan dianggap seakan-akan

merupakan kos pembelian saham treasuri. Disebut satu-transaksi karena pembelian saham treasuri dan

penjualannya kembali diangga satu transaksi. Artinya, pembelian dan penjualan dianggap sebagai kesatuan

transaksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan transaksi saham treasuri tersebut.

2. Konsep dua-transaksi

Dengan konsep ini, pemerolehan kembali saham sebagai saham treasuri dianggap sebagai likuidasi ekuitas

pemegang saham sedangkan penjualan kembali saham treasuri dianggap sebagai penerbitan saham baru.

Konsep ini disebut pendekatan nilai nominal (par-value approach) karena harga penarikan atau penjualan

kembali ditandingkan dengan nilai nominal. Selisihnya, baik dalam penarikan atau penjualan, dikompensasi ke

modal setoran lain (excess of paid-in capital over par stock atau agio saham) seluruhnya atau sebatas porsi

modal setoran lain mula-mula dan selisihnya dikompensasi ke laba ditahan.

Beberapa pos yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi laba ditahan dan dilaporkan sebagai

PENYESUAI LABA DITAHAN adalah:

1. Penyesuaian periode-lalu

2. Koreksi kesalahan

3. Pengaruh perubahan akuntansi, dan

Secara umum, perubahan akibat ketiga komponen pertama diperlukan sebagai transaksi operasi sehingga

dilaporkan dalam statemen laba-rugi.

4. Kuasi-reorganisasi.

Kuasi-reorganisasi akan mempengaruhi laba ditahan secara langsung. Kuasi-reorganisasi

dilakukan apabila terdapat deficit yang cukup besar tetapii perusahaan masih berjalan baik dan

mempunyai prospek yang baik pula. Hal ini dilakukan untuk mengatasi keadaan yang disebut bankrupt

secara teknis sehingga perusahaan bebas dari kemungkinan bankrupt atau pailit secara hukum yang mengarah

ke likuidasi.

Penyusunan kembali struktur ekuitas pemegang saham melalui kuasi-reorganisasi

menempatakan perusahaan dalam posisi baru berdiri (fresh start). Statemen keuangan untuk tahun

terjadinya kuasi-reorganisasi harus mengungkapkan rincian jumlah yang membentuk struktur modal yang baru.

Laba ditahan sebelum reorganisasi tidak dapat diteruskan lagi dan laba ditahan dalam neraca setelah

reorganisasi haris diberi tanggal mulai terbentuknya (tanggal reorganisasi). Kuasi-reorganisasi hanya

dapat dilakukan kalau syarat-syarat tertentu dipenuhi.

Laba Komprehensif

Pemisahan yang tegas antara transaksi operasi (nonpemilik) dan transaksi pemilik yang berakibat pemisahan secara

tegas antara modal setoran dan laba ditahan mempunyai konsekuensi bahwa segala perubahan yang berkaitan

dengan operasi dalam arti luas dilaporkan melalui statemen laba rugi. Hal ini menjadi landasan penyajian laba

dengan:

1. Pendekatan semua-termasuk

Pendekatan ini hanya memasukkan ke dalam atatemen laba rugi pos-pos operasi yang dianggap

bertalian dengan tahun berjalan dan penggunaan aset (sumber ekonomik) untuk mencapai tujuan

utama. Pendekatan ini menekankan makna periode sekarang atau berjalan (current) dan operasi dalam arti

sempit.

2. Pendekatan kinerja sekarang

Pendekatan ini menekankan pemisahan secara tegas transaksi operasi dalam arti luas dan transaksi

modal. Dengan kata lain, yang diperhitungkan sebagai laba dan disajikan melalui statemen laba rugi

adalah semua pos akibat transaksi nonpemilik. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar kontinuitas usaha

yang memandang statemen laba-rugi merupakan penggalan aliran operasi (pendapatan dan biaya) dalam jangka

panjang.