REFERAT cholecystitis

24
REFERAT ILMU BEDAH DIGESTIVE Cholechystitis Penyusun Annisa Nur Fitria NIM. 2009. 04. 0. 0036 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA 2014

description

referart bedah

Transcript of REFERAT cholecystitis

Page 1: REFERAT cholecystitis

REFERATILMU BEDAH DIGESTIVE

Cholechystitis

Penyusun Annisa Nur Fitria

NIM. 2009. 04. 0. 0036

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA2014

Page 2: REFERAT cholecystitis

PENDAHULUAN

• Peradangan akut dinding kandung empedu atau disebut juga dengan kolesistitis akut biasanya terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu

• Beberapa teori mengatakan hal ini berkaitan dengan kadar progesteron yang tinggi yang menyebabkan statis aliran kandung empedu

• insidensi kolesistitis akut lebih sering terjadipada wanita – wanita hamil dan yang mengkonsumsi obat – obat hormonal

Page 3: REFERAT cholecystitis

TINJAUAN PUSTAKA

• DefinisiKolesistitis akut (radang kandung empedu) adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. Hingga kini patogenesis penyakit yang cukup sering dijumpai ini masih belum jelas

Page 4: REFERAT cholecystitis

Fisiologi Produksi dan Aliran Empedu

• Empedu yang dibentuk dalam lobulus hati disekresi ke dalam jaringan kanalikuli, duktulus biliaris yang kecil dan duktus biliaris yang lebih besar yang mengalir bersama limfatik dan cabang vena porta dan arteri hepatika dalam traktus porta yang terletak antara lobulus hati.

• Duktus biliaris interlobulus ini bergabung membentuk duktus biliaris septum yang lebih besar yang bergabung untuk membentuk duktus hepatikus kanan dan kiri yang berlanjut sebagai duktus hepatikus komunis.

Page 5: REFERAT cholecystitis

• Bersama dengan duktus sistikus dari kandung empedu, duktus hepatikus komunis bergabung membentuk duktus koledokus yang kemudian bergabung dengan duktus pankreatikus mayor lalu memasuki duodenum melalui ampulla Vater

Page 6: REFERAT cholecystitis

• Asam empedu mempunyai kegunaan seperti deterjen dalam mengemulsi lemak, membantu kerja enzim pankreas dan penyerapan lemak intraluminal.

• Asam empedu primer dapat dialirkan ke duodenum akibat stimulus fisiologis oleh hormon kolesistokinin (CCK) (meskipun terdapat juga peranan persarafan parasimpatis), dimana kadar hormon ini dapat meningkat sebagai tanggapan terhadap diet asam amino rantai panjang dan karbohidrat.

Page 7: REFERAT cholecystitis

• Asam empedu primer yang telah sekresikan ke duodenum akan direabsorpsi kembali di ileum terminalis kemudian memasuki aliran darah portal dan diambil cepat oleh hepatosit, dikonjugasi ulang dan disekresi ulang ke dalam empedu (sirkulasi enterohepatik).

Page 8: REFERAT cholecystitis

Faktor Risiko/Etiologi dan Patogenesis

• Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu.

• Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) sedangkan sebagian kecil kasus (10%) timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistitis akut akalkulus)

Page 9: REFERAT cholecystitis

Tanda dan Gejala Klinis

• Keluhan yang khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan, takikardia serta kenaikan suhu tubuh

• Kadang – kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda.

• Pasien mengalami anoreksia dan sering mual. Muntah relatif sering terjadi dan dapat menimbulkan gejala dan tanda deplesi volume vaskuler dan ekstraseluler.

Page 10: REFERAT cholecystitis

Diagnosis

• Diagnosis kolesistitis akut biasanya dibuat beradasarkan riwayat yang khas dan pemeriksaan fisis. Trias yang terdiri dari nyeri akut kuadran kanan atas, demam dan leukositosis sangat sugestif

• Pemeriksaan enzim amilase dan lipase diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan pankreatitis, namun amilase dapat meningkat pada kolesistitis.

• Urinalisis diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan pielonefritis. Apabila keluhan bertambah berat disertai suhu tinggi dan menggigil serta leukositosis berat, kemungkinan terjadi empiema dan perforasi kandung empedu dipertimbangkan

Page 11: REFERAT cholecystitis

• Pada pemeriksaan fisis, kuadran kanan atas abdomen hampir selalu nyeri bila dipalpasi. Pada seperempat sampai separuh pasien dapat diraba kandung empedu yang tegang dan membesar. Inspirasi dalam atau batuk sewaktu palpasi subkosta kudaran kanan atas biasanya menambah nyeri dan menyebabkan inspirasi terhenti (tanda Murphy)

• Ketokan ringan pada daerah subkosta kanan dapat menyebabkan peningkatan nyeri secara mencolok. Nyeri lepas lokal di kuadran kanan atas sering ditemukan, juga distensi abdomen dan penurunan bising usus akibat ileus paralitik, tetapi tanda rangsangan peritoneum generalisata dan rigiditas abdomen biasanya tidak ditemukan, asalkan tidak ada perforasi.

Page 12: REFERAT cholecystitis

Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolesistitis akut. Hanya pada 15 % pasien kemungkinan dapat terlihat batu tidak tembus pandang (radiopak) oleh karena mengandung kalsium cukup banyak

Page 13: REFERAT cholecystitis

Pemeriksaan dengan CT – scan dapat memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG

Page 14: REFERAT cholecystitis

Diagnosis banding• Diagnosis banding untuk nyeri perut kanan atas yang

tiba – tiba, perlu dipikirkan seperti :1. penjalaran nyeri saraf spinal,2. kelainan organ di bawah diafragma seperti appendiks

yang retrosekal, 3. sumbatan usus, 4. perforasi ulkus peptikum, 5. pankreatitis akut, 6. pielonefritis dan infark miokard. 7. Pada wanita hamil kemungkinannya dapat

preeklampsia, appendisitis dan kolelitiasis.

Page 15: REFERAT cholecystitis

Terapi konservatif• Pengobatan umum termasuk istirahat total, perbaiki status

hidrasi pasien, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan, koreksi elektrolit, obat penghilang rasa nyeri seperti petidin dan antispasmodik

• Pemberian antibiotik pada fase awal sangat penting untuk mencegah komplikasi seperti peritonitis, kolangitis dan septisemia.

• Golongan ampisilin, sefalosporin dan metronidazol cukup memadai untuk mematikan kuman – kuman yang umum terdapat pada kolesistitis akut seperti E. Coli, Strep. faecalis dan Klebsiela, namun pada pasien diabetes dan pada pasien yang memperlihatkan tanda sepsis gram negatif, lebih dianjurkan pemberian antibiotik kombinasi

Page 16: REFERAT cholecystitis

Terapi bedah

• Saat kapan dilaksanakan tindakan kolesistektomi masih diperdebatkan, apakah sebaiknya dilakukan secepatnya (3 hari) atau ditunggu 6 – 8 minggu setelah terapi konservatif dan keadaaan umum pasien lebih baik.

• Sebanyak 50 % kasus akan membaik tanpa tindakan bedah. Ahli bedah yang pro operasi dini menyatakan, timbul gangren dan komplikasi kegagalan terapi konservatif dapat dihindarkan dan lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih singkat dan biaya daat ditekan.

• Sementara yang tidak setuju menyatakan, operasi dini akan menyebabkan penyebaran infeksi ke rongga peritoneum dan teknik operasi lebih sulit karena proses infalamasi akut di sekitar duktus akan mengaburkan anatomi

Page 17: REFERAT cholecystitis

• Namun, kolesistostomi atau kolesistektomi darurat mungkin perlu dilakukan pada pasien yang dicurigai atau terbukti mengalami komplikasi kolesistitis akut, misalnya empiema, kolesistitis emfisematosa atau perforasi. Pada kasus kolesistitis akut nonkomplikata, hampir 30 % pasien tidak berespons terhadap terapi medis dan perkembangan penyakit atau ancaman komplikasi menyebabkan operasi perlu lebih dini dilakukan (dalam 24 sampai 72 jam)

• Komplikasi teknis pembedahan tidak meningkat pada pasien yang menjalani kolesistektomi dini dibanding kolesistektomi yang tertunda.

Page 18: REFERAT cholecystitis

Penundaan intervensi bedah mungkin sebaiknya dicadangkan untuk (1)pasien yang kondisi medis keseluruhannya memiliki resiko besar bila dilakukan operasi segera (2)pasien yang diagnosis kolesistitis akutnya masih meragukan

Page 19: REFERAT cholecystitis

kontraindikasi dari laparoskopi kolesistektomi

• Resiko tinggi terhadap anastesi umum• Tanda – tanda perforasi kandung empedu

seperti abses, fistula dan peritonitis• Batu empedu yang besar atau dicurigai

keganasan• Penyakit hati terminal dengan hipertensi

portal dan gangguan sistem pembekuan darah

Page 20: REFERAT cholecystitis

Komplikasi kolesistitis

• Empiema dan hidropsakibat perkembangan kolesistitis akut dengan sumbatan duktus sistikus persisten menjadi superinfeksi empedu yang tersumbat tersebut disertai kuman – kuman pembentuk pus.Hidrops atau mukokel terjadi akibat sumbatan berkepanjangan duktus sistikus biasanya oleh sebuah kalkulus besar

Page 21: REFERAT cholecystitis

• Gangren dan perforasiGangren biasanya merupakan predisposisi perforasi kandung empedu, tetapi perforasi juga dapat terjadi pada kolesistitis kronik tanpa gejala atau peringatan sebelumnya abses

• Pembentukan fistula dan ileus batu empeduFistulisasi dalam organ yang berdekatan melekat pada dinding kandung empedu mungkin diakibatkan dari inflamasi dan pembentukan perlekatan. Fistula dalam duodenum sering disertai oleh fistula yang melibatkan fleksura hepatika kolon, lambung atau duodenum, dinding abdomen dan pelvis ginjal

Page 22: REFERAT cholecystitis

• Empedu limau (susu kalsium) dan kandung empedu porselinGaram kalsium mungkin disekresi ke dalam lumen kandung empedu dalam konsentrasi yang cukup untuk menyebabkan pengendapan kalsium dan opasifikasi empedu yang difus dan tidak jelas atau efek pelapis pada rontgenografi polos abdomen

Page 23: REFERAT cholecystitis

Komplikasi pascakolesistektomi

• Komplikasi dini setelah kolesistektomi adalah atelektasis dan gangguan paru lainnya, pembentukan abses (sering subfrenik), perdarahan eksterna dan interna, fistula biliaris-enterik dan kebocoran empedu

• Sindroma tunggal duktus sistikusTanpa batu yang tampak secara kolangiografik, gejala kelainan mirip kolik biliaris atau kolestitis pada pasien pascakolesistektomi ini sering diperkirakan disebabkan oleh gangguan pada sisa duktus sistikus yang panjang (>1 cm) (sindroma tunggal duktus sistikus).

Page 24: REFERAT cholecystitis

Prognosis

• Pada kasus kolesistitis akut tanpa komplikasi, perbaikan gejala dapat terlihat dalam 1 – 4 hari bila dalam penanganan yang tepat. Penyembuhan spontan didapatkan pada 85% kasus, sekalipun kadang kandung empedu menjadi tebal, fibrotik, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi

• Kadang – kadang kolesistitis akut berkembang secara cepat menjadi gangren, empiema dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati atau peritonitis umum pada 10 – 15% kasus. Bila hal ini terjadi, angka kematian dapat mencapai 50 – 60%. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotik yang adekuat pada awal serangan.

• Pasien dengan kolesistitis akut akalkulus memiliki angka mortalitas sebesar 10 – 50%.