PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB...

81
PEMENUHAN REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS DINAS SOSIAL PROVINSI LAMPUNG (Skripsi) Oleh SILVIA TIKA ANGGRAINI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Transcript of PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

PEMENUHAN REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PELAYANAN DAN

REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS DINAS SOSIAL PROVINSI LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

SILVIA TIKA ANGGRAINI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

ABSTRACT

The Fulfillment of Social Rehabilitation of People with Disabilities by Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang

Disabilitas Social Service of Lampung Province

By

Silvia Tika Anggraini

The fulfillment of the rights of people with disabilities is set forth in the Convention on the Rights of People with Disabilities through Law Number 19 of 2011 about Ratification of the Convention on the Rights of People with Disabilities. However, the implementation of the fulfillment of guidance and rehabilitation for people with disabilities still has not gained maximum results because many people with disabilities who have completed their rehabilitation have not been able to get decent work. This research aims to provide an overview of the fulfillment of the needs of people with disabilities in the process of implementation of development and social rehabilitation implemented by UPTD PRSPD Social Service of Lampung Province. This type of research is a qualitative research using Van Meter and Van Horn implementation models approach, which are Standard and Policy Targets, Resources, Relationship Among The Organizations, Characteristics of Implementing Agencies, Condition of Social, Economic and Politic and Disposition of Implementor.

The implementation of social guidance and rehabilitation carried out by UPTD PRSPD Social Service of Lampung Province has not run maximally, despite having a clear policy standard and right target implementation, but still lacking in formal socialization, lack of facilities, lack of number of teachers and medical personnel are not appropriate. It requires more thoroughly annual socialization activities across Lampung, increasing information and cooperation with various parties, increasing assertiveness in sanctioning disciplinary action, establishing cooperation with private parties, and making personal approaches to people with disabilities and their families.

Keyword: implementation

Page 3: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

ABSTRAK

Pemenuhan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas

Dinas Sosial Provinsi Lampung

Oleh

Silvia Tika Anggraini

Pemenuhan hak penyandang disabilitas diatur dalam konvensi hak-hak penyandang disabilitas melalui Undang-Undang Nomor 19 tahun 2011 Tentang Pengesahan Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Namun pelaksanaan pemenuhan hak pembinaan dan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas masih belum mendapatkan hasil yang maksimal karena banyak penyandang disabilitas yang telah menjalani rehabilitas belum mampu mendapatkan pekerjaan yang layak.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pemenuhan kebutuhan penyandang disabilitas dalam proses kegiatan penyelenggaraan pembinaan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan model implementasi Van Meter dan Van Horn, yaitu Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik, dan Disposisi Implementor.

Penyelenggaraan pembinaan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung belum berjalan maksimal, walaupun telah memiliki standar kebijakan yang jelas dan implementasi tepat sasaran namun masih memiliki kekurangan dalam penyelenggaraan sosialisasi secara formal, pengadaan fasilitas yang minim, kurangnya jumlah tenaga pengajar dan medis yang tidak sesuai kebutuhan. Untuk itu diperlukan kegiatan sosialisasi tahunan yang lebih menyeluruh ke penjuru daerah Lampung, memperbanyak informasi dan kerjasama dengan berbagai pihak, peningkatan ketegasan dalam pemberian sanksi terhadap tindakan indisipliner, mengadakan kerja sama dengan pihak swasta, dan melakukan pendekatan personal kepada para penyandang disabilitas dan keluarganya.

Kata kunci : implementasi

Page 4: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

PEMENUHAN REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PELAYANAN DAN

REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS DINAS SOSIAL PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Silvia Tika Anggraini

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi NegaraFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 5: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar
Page 6: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar
Page 7: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar
Page 8: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Silvia Tika Anggraini, dilahirkan di

Bandar Lampung pada tanggal 24 Februari 1994, merupakan

anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ari

Sulistyo, Amd. dan Ibu Ita Setiawati, Amd.

Penulis memulai pendidikan tahun 1998 di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 3

Madiun, selanjutnya memulai pendidikan dasar di SD Negeri Mojorejo 2 Madiun

pada tahun 2000, lalu pindah dan mengenyam pendidikan di SDK Maria Fatima

Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar di SD

Fransiskus I Tanjung Karang, Bandar Lampung. Penulis melanjutkan pendidikan

di SMP Negeri 4 Bandar Lampung dari tahun 2006 sampai tahun 2009, dan

kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung sampai

tahun 2012.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara pada tahun

2012 melalui Jalur SNMPTN Reguler. Penulis berkesempatan berorganisasi

dalam Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (HIMAGARA) sebagai

anggota bidang Dana dan Usaha periode 2014/2015. Pada tahun 2015, penulis

telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bratasena Adiwarna,

Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang.

Page 9: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

MOTTO

It’s nice to be importantBut it’s more important to be nice

(John Cassis)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh

(Confusius)

Kita akan membuat kesalahankarena kita baru pertama kali hidup di dunia ini

(Tsunku)

Setiap insan memiliki keistimewaan yang tidak dapat disamakan (Penulis)

Page 10: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT

Dengan ketulusan dan kerendahan hati, ku panjatkan rasa syukur atas

karunia-Mu kepadaku

Ku persembahkan karya sederhana ini untuk:

Mama Ita Setiawati, AmdPapa Ari Sulistyo, Amd

Adik-adik tersayangKeluarga besar, para sahabat, dan teman – teman

Para pendidik yang kuhormatiAlmamater Universitas Lampung

Page 11: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pemenuhan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Oleh Unit Pelaksana

Teknis Dinas Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas

Dinas Sosial Provinsi Lampung”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan yang dimiliki sehingga penulis membutuhkan bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua, papa Ari Sulistyo, Amd. dan mama Ita Setiawati, Amd.

yang telah melahirkan, merawat, mendidik, dan memberikan segenap cinta

serta motivasi kepada penulis. Terima kasih atas segala doa, kerja keras,

nasehat, dan dukungannya untuk selalu mengupayakan yang terbaik bagi

penulis. Walaupun penulis bukanlah anak yang sempurna namun papa dan

mama selalu berusaha menjadi orang tua yang sempurna bagi penulis.

Penulis sangat bersyukur dan bangga terlahir sebagai anak papa dan

mama.

Page 12: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

2. Bapak Dr. Noverman Duadji, M.Si. selaku Dosen Pembimbing dari

penulis sekaligus Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Terima kasih

banyak untuk ilmu, saran, waktu, nasehat, dan kesabaran bapak untuk

membimbing penulis dalam setiap proses bimbingan yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Nana Mulyana, S.IP, M.Si. selaku pembahas dan penguji bagi

penulis. Terima kasih atas motivasi, nasehat, arahan, kritik, dan saran yang

bermanfaat selama proses pendidikan hingga penyusunan skripsi.

4. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Simon Sumanjoyo Hutagalung, S.A.N, M.PA. selaku dosen

pembimbing akademik penulis. Terima kasih atas nasehat, motivasi,

arahan, ilmu, waktu, dan tenaganya selama proses pendidikan hingga saat

ini serta terima kasih telah menyetujui outline yang penulis ajukan sebagai

tonggak awal bagi penulis dalam mengawali skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.Si., Bapak Dr. Bambang Utoyo, M.Si., Ibu

Rahayu Sulistiowati, S.Sos, M.Si., Ibu Dra. Dian Kagungan, M.H, Ibu

Meiliyana, S.IP., M.A., Bapak Syamsul Maarif, S.IP, M.Si., Ibu Dr.

Novita Tresiana, S.Sos, M.Si., Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si,

Bapak Eko Budi Sulistio, S.Sos, M.AP., Ibu Susana Indriyati C, S.IP,

M.Si., Bapak Fery Triatmojo, S.A.N., M.PA., Ibu Dewie Brima Atika,

S.IP., M.Si., Ibu Ani Agus Puspawati, S.AP., M.A.P., Ibu Intan Fitri

Meutia, S.A.N. M.A., Ibu Devi Yulianti, S.A.N., M.A., Ibu Selvi Dian

Page 13: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

Melinda, Bapak Izzul Fathu Reza, S.A.N., M.P.A. Terima kasih banyak

untuk semua ilmu yang telah diajarkan kepada penulis.

7. Ibu Nur’aini dan Bapak Azhari S.I.Kom sebagai Staf Jurusan Ilmu

Administrasi Negara yang selalu memberikan pelayanan bagi penulis

berkaitan dengan administrasi dalam penyusunan skripsi.

8. Segenap informan penelitian, Bapak Affan Erie Erya, S. H, Ibu Nurhani S.

Sos (UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung), Bapak Drs. Eko

Priono, MM, Bapak Ruli Setiadi (Dinas Sosial Provinsi Lampung), Bapak

Kenedi (Persatuan Tuna Netra Indonesia DPD Lampung ), para instruktur

serta teman-teman penerima rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di

UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung yang telah berpartisipasi

dalam penelitian ini. Terima kasih telah meluangkan waktunya untuk

proses wawancara penelitian ini.

9. Adik-adik tersayang, Silvana Dika Nugraha, Salvia Azka Fitriani, dan

Saafia Aika Fajrina. Terima kasih untuk semangat dan doanya selama ini.

Semoga apa yang dicita-citakan dapat tercapai dan dapat membanggakan

orang tua kita.

10. Seluruh pahlawan tanpa tanda jasa, guru-guru di SDN Mojorejo 2 Madiun,

SDK Maria Fatima Jember, SD Fransiskus I Tanjung Karang, SMPN 4

Bandar Lampung, dan SMAN 9 Bandar Lampung yang paling berjasa

sudah memberikan ilmu dan pengetahuan yang sangat bermanfaat baik

akademik maupun spiritual bagi penulis.

Page 14: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

11. Para sahabat, Ratu Permata Dibyandini, Omega Yudita Cahyaningsih dan

Rahmawati. Ratu, oknum yang membawa penulis terobsesi dengan segala

hal mengenai negeri matahari terbit, hontou ni arigatou. Siapa yang dapat

menyangka dua anak SMA abnormal yang tiba-tiba menjadi teman

sebangku selama dua tahun masih tetap menjalin pertemanan sampai detik

ini. Tetap jadi diri sendiri ya meow! Kakak tertua, Mega, terima kasih atas

perhatian, dorongan, dan bantuan yang tidak terhitung jumlahnya. Terima

kasih sudah membangunkan penulis dari “tidur”, sudah mendengar cerita-

cerita penulis yang bahkan tidak dimengerti, terima kasih untuk printernya

yang selalu penulis pinjam, dan juga untuk doa dari orang tuamu. Amoy,

sang perantau, yang selalu cerewet dan bertanya kapan wisuda. Terima

kasih untuk dorongan dan nasehat-nasehat yang walaupun terkesan

memarahi tapi itulah yang membuat penulis termotivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih teman-teman, semoga kita selalu

diberi kebahagiaan, kesehatan, dan waktu untuk dapat berkumpul kembali.

12. Betty Indah Rahmawati, Dwini Yunar Vini Agusti, Dewi Kartika Rini,

Intan Maya Pratiwi, Rischa Mollytha, teman-teman perkuliahan yang

selalu duduk di bawah AC. Walaupun terkadang imajinasi kita melebihi

langit ke tujuh, tapi hal itulah yang membuat penulis terbiasa untuk tetap

optimis. Kita melalui banyak macam hari, dari hari-hari yang dilalui tanpa

ada hal yang menarik, hari-hari dimana kebahagiaan sederhana datang dan

membuat senyum kita tidak dapat ditahan, hari dimana kita merasa lelah

dan khawatir karena tugas-tugas kuliah, sampai hari dimana kita mendapat

kesulitan dan prasangka buruk dari orang lain. Penulis sangat bersyukur

Page 15: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

dapat berteman dengan kalian, karena apapun hari yang kita lalui kita tetap

percaya satu sama lain dan tetap bersama. Mungkin sudah takdir penulis

untuk bertemu kalian disini, jadi terima kasih untuk semua kenangan masa

kuliah yang tidak akan pernah dapat tergantikan.

13. Serli Ani, terima kasih untuk bantuan dan waktunya. Walaupun penulis

tidak dapat memenuhi janji tapi Serli selalu baik dan tetap perhatian.

Terima kasih pinjaman bukunya dan hal-hal lain yang tidak bisa dikatakan

satu persatu. Semoga kita sukses dan dapat membanggakan keluarga.

14. Purnama Sari T, Ayu Septiani, Merie Larasati, N. M. Taufik, Putu Indra

Jaya, Ikhwan Arifan, Herlina, Putri Wulandari, Dara Virzinnia, Frisca

Dilijana, Kholifatul Munawaroh, Yuyun Fitriani, Yeen Gustiance, Ridha

Ayu Amalia. Terima kasih atas bantuan dan motivasi yang kalian berikan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi sehingga mencapai gelar S1,

semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT.

15. Teman-teman AMPERA (Administrasi Negara 012) : Ana, Anggi, Azizah,

Yuli, Melda, Ikca Yulita, Oliva, Stephani, Novaria, Anisa Rahmawati,

Dian, Ajeng, Asita, Ayu Tsanita, Yoanita, Mutiara, Shella, Widji, Fadilla,

Sylvia, Rhani, Lena, Firdaus, Endry, Bayu, Rifki Andriansyah, Arie, Alex,

Quqila, Ahmad Hamdani, Alli, Alga, Iyaji, M. Syaiful, M. Imam Syafei,

Imam Khoirudin, Ihsan, Ayu Widya, Anisa, Novita, Ernawati, Siti

Muslimah, Suci, Antonia, Firdalia, Fitri, Chairani, Merita, Melisa, Kirana,

Dianisa, Maya, Emi, Tiara, Aliza, Putri Wijayanti, Ria, Ahmad Sulaiman,

Rezki, Eko, Yogi, Nadiril, Sholeh, Bery, Andre, Johan, Ageng, Alan,

Page 16: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

Irlan, Aris, Rifki Hidayatur, Kiki, Dhanu, Bagus, Alfajar, Infantri, Guruh,

Akbar, Lianse, Denish, Satria, serta teman AMPERA yang lainnya terima

kasih atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya.

16. Teman-teman satu KKN desa Bratasena Adiwarna, kak Bagus, kak Cahya,

Medi dan Ghea Levana. Berada di rumah sementara, merasakan

kebahagiaan dan kekesalan yang sama, walaupun tidak jarang ada

perselisihan namun 40 hari tersebut tetap menjadi hari-hari yang tidak

dapat dilupakan.

17. Keluarga besar Soemendro (Alm.) dan Suratman di Bandar Lampung dan

H. Idris Bachsan di Serang. Terima kasih untuk uwak Klemensius Purba

dan uwak Iis Ismawati yang selalu memberi dorongan dan motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sampai ke perguruan

tinggi. Untuk kak Friska Violina terima kasih untuk doa dan dukungannya

selama ini.

18. Tsugunaga yang selalu tersenyum dan tetap membawa keceriaan baik saat

hari cerah maupun badai. Walaupun berpijak di tanah yang berbeda, kita

tetap berdiri di bawah langit yang sama, langit berwarna merah muda.

“Hito wo egao ni shitakattara jibun ga naicha dame”, “tidak boleh

menangis jika ingin membuat orang lain tersenyum”, kalimat itu akan

selalu diingat. Untuk 15 tahun yang sudah dilewati dengan

ketidaksempurnaan, otsukaresamadeshita.

19. Teman-teman perkumpulan belajar Bahasa Jepang. Terima kasih untuk

Dewi sensei, Hideo sensei, serta senpaigata to nakamatachi yang sabar

membimbing, membantu, dan mendukung Shirufia yang selalu

Page 17: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

merepotkan ini. Semoga kita semua dapat meraih impian kita pergi ke

negeri Sakura.

20. Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam

perjuangan penulis selama ini, terima kasih banyak atas bantuannya.

Tidak ada kata yang lebih indah selain kata “terima kasih dan maaf” atas semua

hal yang telah dilakukan. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan akan tetapi semoga karya sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Bandar Lampung, Oktober 2017Penulis

Silvia Tika AnggrainiNPM. 1216041099

Page 18: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1A. Latar Belakang ..................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 10A. Kebijakan Publik .................................................................................. 10

1. Definisi Kebijakan Publik ............................................................... 102. Siklus Kebijakan Publik ................................................................... 113. Implementasi Kebijakan Publik 144. Model-Model Implementasi Kebijakan............................................. 15

B. Penyandang Disabilitas......................................................................... 201. Definisi Penyandang Disabilitas ..................................................... 202. Jenis-Jenis Disabilitas ...................................................................... 22

C. Rehabilitasi Sosial ............................................................................... 241. Konsep Rehabilitasi Sosial............................................................... 242. Tujuan Rehabilitasi Sosial................................................................ 243. Fungsi Rehabilitasi Sosial ................................................................ 254. Model Pelayanan Rehabilitasi Sosial ............................................... 265. Kegiatan Yang Dilakukan Dalam Rehabilitasi Sosial ..................... 26

D. Kerangka Pikir ...................................................................................... 27

III. METODE PENELITIAN........................................................................ 29A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 29B. Fokus Penelitian ................................................................................... 30C. Lokasi Penelitian .................................................................................. 30D. Informan Penelitian .............................................................................. 31E. Sumber Data.......................................................................................... 32F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 33G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 35H. Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 37

Page 19: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

IV. GAMBARAN UMUM .............................................................................. 40A. Dinas Sosial Provinsi Lampung............................................................ 40

1. Profil Dinas Sosial Provinsi Lampung ............................................. 402. Visi dan Misi Dinas Sosial Provinsi Lampung ................................ 413. Fungsi Dinas Sosial Provinsi Lampung ........................................... 424. Struktur Organisasi Dinas Sosial Provinsi Lampung....................... 43

B. UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung .................................. 451. Profil UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung .................... 452. Visi, Misi, dan Tujuan ..................................................................... 473. Tugas dan Fungsi ............................................................................ 484. Struktur Organisasi .......................................................................... 495. Pelayanan atau Fasilitas .................................................................. 516. Program Rehabilitasi Sosial ............................................................ 527. Persyaratan Penerimaan Calon Kelayan ......................................... 52

V. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 54A. Deskripsi Kebutuhan Rehabilitasi Penyandang Disabilitas.................. 54B. Hasil Penelitian Pemenuhan Rehabilitasi Sosial .................................. 61

1. Standar dan Sasaran Kebijakan ........................................................ 642. Sumber Daya.................................................................................... 703. Hubungan Antar Organisasi ............................................................. 834. Karakteristik Agen Pelaksana .......................................................... 875. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik .............................................. 906. Disposisi Implementor ..................................................................... 95

C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 971. Standar dan Sasaran Kebijakan ........................................................ 972. Sumber Daya.................................................................................... 1003. Hubungan Antar Organisasi ............................................................. 1034. Karakteristik Agen Pelaksana .......................................................... 1045. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik .............................................. 1056. Disposisi Implementor ..................................................................... 107

VI. PENUTUP ................................................................................................. 110A. Kesimpulan ........................................................................................... 110B. Saran ..................................................................................................... 111

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Page 20: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Informan Penelitian ................................................................................... 31

2. Data Sekunder............................................................................................ 33

3. Jumlah UPTD dan Pegawai ....................................................................... 41

4. Standar Operasional Prosedur UPTD PRSPD........................................... 66

5. Tenaga Administrasi dan Tenaga Teknis UPTD PRSPD.......................... 71

6. Sarana Fisik UPTD PRSPD....................................................................... 79

7. Peralatan dan Perlengkapan UPTD PRSPD .............................................. 82

8. Sepuluh Disiplin Kerja Budaya Malu........................................................ 89

ii

Page 21: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prevalensi Disabilitas................................................................................ 5

2. The Policy Cycle........................................................................................ 11

3. Siklus Skematik Kebijakan Publik ............................................................ 12

4. Kerangka Pikir ........................................................................................... 28

5. Struktur Organisasi UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung........ 49

6. Tahapan Multi Layanan Penyandang Disabilitas UPTD PRSDP.............. 62

7. Lahan Pertanian di UPTD PRSPD ............................................................ 78

8. Kondisi Mobil Antar Jemput UPTD PRSPD ............................................ 80

9. Kondisi UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung .......................... 81

10. Kondisi Fasilitas di UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung........ 82

11. Kegiatan Lomba dan Acara Widyawisata UPTD PRSPD......................... 86

iii

Page 22: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia di dunia ini lahir dengan membawa hak mutlak yang biasa disebut

sebagai hak asasi manusia. Hak tersebut merupakan hak yang harus didapat dan

dirasakan setiap manusia dalam kondisi apapun dan dimanapun mereka berada,

tidak terkecuali di negara Indonesia. Seluruh warga negara Indonesia memiliki

hak dan kewajiban yang telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pada

Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28A sampai 28J menjelaskan bahwa

seluruh warga negara Indonesia memiliki hak untuk hidup sejahtera, bebas

memilih agama, mendapat perlindungan dan kepastian hukum, memiliki

kemerdekaan pikiran, mendapat pendidikan dan layanan kesehatan, serta hak

mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan

manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Hal tersebut

mencerminkan bahwa negara menjamin pemenuhan hak-hak dasar seluruh

masyarakat, termasuk masyarakat penyandang disabilitas, agar mendapatkan

persamaan perlakuan dan pelayanan dalam berkehidupan bernegara.

Hak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus ditujukan untuk masyarakat

penyandang disabilitas yang dalam menjalani kehidupan memerlukan beberapa

bantuan atau sarana khusus untuk memenuhi kebutuhannya.

Page 23: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

2

Menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Pasal 1

Ayat 1, penyandang cacat atau disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai

kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan

dan hambatan baginya untuk melakukan aktivitas secara selayaknya. Oleh karena

tidak dapat melakukan aktivitas secara selayaknya diakibatkan keterbatasan yang

dimiliki maka penyandang disabilitas memerlukan bantuan dan pemenuhan

kebutuhannya secara khusus dari pemerintah.

Untuk melindungi pemenuhan hak para penyandang disabilitas maka pemerintah

mengesahkan konvensi hak-hak penyandang disabilitas melalui Undang-Undang

Nomor 19 tahun 2011 Tentang Pengesahan Konvensi Hak-Hak Penyandang

Disabilitas pada tanggal 18 Oktober 2011, yang menyatakan:

“Setiap penyandang disabilitas harus bebas dari penyiksaan atau perlakuan

yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan martabat manusia, bebas dari

eksploitasi, kekerasan dan perlakuan semena-mena, serta memiliki hak untuk

mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan fisiknya berdasarkan

kesamaan dengan orang lain. Termasuk didalamnya hak untuk mendapatkan

perlindungan dan pelayanan sosial dalam rangka kemandirian, serta dalam

keadaan darurat”.

Hadirnya undang-undang baru ini menjadi pendukung undang-undang

sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang

Cacat yang telah lama dibuat namun sudah dianggap terlalu “tua” untuk mewakili

aspirasi dan menjadi landasan hukum bagi pemenuhan hak-hak para penyandang

disabilitas sekarang ini.

Pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas merupakan tanggung jawab

pemerintah. Pada Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan

Sosial diatur berbagai penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi masyarakat yang

memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria

Page 24: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

3

masalah sosial (kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan

sosial dan penyimpangan perilaku, korban bencana, korban tindak kekerasan,

eksploitasi, dan diskriminasi) yaitu dengan cara rehabilitasi sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

Untuk mewujudkan penyandang disabilitas yang mandiri dan mempunyai

keahlian yang berguna bagi masyarakat banyak, dinas sosial khususnya bidang

pelayanan dan rehabilitasi sosial melakukan banyak kegiatan yang menunjang

terwujudnya hal tersebut. Berbagai daerah di Indonesia mulai melakukan kegiatan

rehabilitasi sosial penyandang disabilitas, tidak terkecuali di Lampung.

Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung tahun 2015 menunjukkan

bahwa terdapat 23.000 jiwa penyandang disabilitas di Lampung (Sumber:

www.lampung.bps.go.id diakses tanggal 7 Januari 2016). Jumlah yang banyak

tersebut tentunya memerlukan perhatian pemerintah dalam hal yang berkaitan

dengan pemenuhan kebutuhan khusus yang diperlukan untuk menunjang

kehidupan sosial serta kesempatan untuk bekerja secara mandiri bagi para

penyandang disabilitas di tengah masyarakat umum.

Gubernur Lampung periode jabatan tahun 2003-2008 dan 2009-2014, Sjachroedin

Z.P, mengatakan

“Pemprov telah berupaya untuk secara terus-menerus melakukan peningkatan

rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi para penyandang disabilitas melalui

APBD, antara lain program-program rehabilitasi sosial bagi penyandang

disabilitas dilaksanakan dengan sistem kelembagaan dalam panti”.

Pada tahun 2013 selain program rehabilitasi sosial dalam panti, dialokasikan juga

program perlindungan sosial bagi penyandang disabilitas, khususnya penyandang

disabilitas berat atau disabilitas ganda yang sudah tidak dapat direhabilitasi lagi.

Page 25: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

4

Sementara bagi penyandang disabilitas yang masih potensial diarahkan program

dalam bentuk pemberdayaan sosial (Sumber: Pemprov Lampung Akomodasi

Difabel, www.lampost.co diakses tanggal 21 Oktober 2015) .

Upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penyandang masalah sosial

dilakukan melalui tiga sistem pelayanan rehabilitasi yaitu sistem rehabilitasi

dalam panti, sistem rehabilitasi luar panti, dan rehabilitasi berbasis masyarakat.

Penanganan luar panti dilakukan melalui berbagai program rehabilitasi antara lain

seperti Program KUBE Paca, Praktek Belajar Kerja (PBK), Loka Bina Karya

(LBK) dan Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK), sedangkan pelayanan dalam

panti diselenggarakan melalui pelayanan rehabilitasi dalam panti-panti sosial

(Sumber: Laporan Kegiatan Unit Pelayanan Sosial Keliling). Rehabilitasi dalam

panti melakukan berbagai kegiatan pemberian keahlian, bimbingan, serta

pembiasaan Activity Daily Living.

Panti yang mengelola rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas adalah Unit

Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas

(UPTD PRSPD) Dinas Sosial Provinsi Lampung yang bertempat di jalan Pramuka

No. 48 Kemiling, Bandar Lampung. Pada UPTD ini, penyandang disabilitas yang

dibina di panti, atau yang selanjutnya disebut kelayan, akan mendapatkan loka

bina karya sesuai dengan keahlian yang dimiliki seperti kerajinan tangan,

kewirausahaan, operasional komputer bicara, kesenian (alat musik dan seni suara),

pijat, menjahit, perbaikan telepon genggam.

Dalam panti tersebut tidak hanya pemberian keahlian untuk penyandang

disabilitas netra namun juga untuk penyandang disabilitas tubuh dengan kapasitas

Page 26: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

5

pelayanan sejumlah 55 orang, diantaranya penyandang disabilitas netra 40 orang

dan 5 orang pendamping serta penyandang disabilitas tubuh 10 orang (Sumber:

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial ).

Hal yang diharapkan pemerintah dari adanya rehabilitasi sosial penyandang

disabilitas ini adalah terbina dan terentasnya penyandang disabilitas netra dan

penyandang disabilitas tubuh sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya

dalam tatanan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Penyandang disabilitas

netra dan penyandang disabilitas tubuh diharapkan berhasil mengikuti dan

menyelesaikan program yang diberikan dan mempunyai keterampilan kerja untuk

hidup mandiri.

Namun fakta yang ada di lapangan berbeda dari apa yang menjadi harapan

pemerintah. Dikutip dari Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, hasil

Riset kesehatan dasar tahun 2013 mendapatkan bahwa prevalensi disabilitas

tertinggi adalah pada kelompok orang yang tidak bekerja, yaitu sebesar 14,4% dan

terendah pada kelompok orang yang bekerja sebagai pegawai.

Gambar 1

Prevalensi Disabilitas Penduduk Indonesia Usia >15 Tahun Menurut

Pekerjaan Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 Sumber : Riskesdas 2013 (dalam Buletin Data dan Informasi Kesehatan)

Page 27: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

6

Data tersebut memperlihatkan keadaan penyandang disabilitas usia produktif yang

belum mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam tatanan kehidupan dan

penghidupan masyarakat seperti yang diharapkan pemerintah walaupun

pemerintah telah melaksanakan program rehabilitasi sosial dan memberikan bekal

keahlian bagi penyandang disabilitas guna mendapatkan fungsi sosial di dalam

masyarakat.

Kelangkaan lapangan pekerjaan khusus untuk penyandang disabilitas menjadi

masalah yang belum dapat diselesaikan oleh pemerintah, hal tersebut tentu

bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang

Cacat Pasal 13 yang menjelaskan bahwa “setiap penyandang cacat mempunyai

kesamaan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jenis dan

derajat kecacatannya”.

Bahkan pada Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 tahun 2013 tentang

Pelayanan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas Pasal 18 dan 19 juga

telah diatur jumlah dan kriteria penyandang disabilitas yang dapat bekerja di

sektor pemerintahan, BUMN, BUMD, maupun swasta.

Salah satu koordinator Persatuan Tuna Netra Indonesia DPD Lampung bernama

Kenedi yang juga pernah menjadi salah satu kelayan atau penerima rehabilitasi

sosial penyandang disabilitas di panti rehabilitasi UPTD PRSPD tahun 1997

mengatakan

“Fasilitas dalam panti meliputi papan dan pangan sudah cukup dan baik

namun tahun-tahun belakangan ini pelatihan yang diberikan di UPTD PRSPD

tidak memiliki kemajuan dan inovasi sehingga penyandang disabilitas yang

telah meninggalkan panti belum memiliki keahlian yang matang dan akhirnya

Page 28: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

7

membuat mereka masih kesulitan untuk bersaing di masyarakat” (wawancara

Jumat 8 Januari 2016).

Hal tersebut terjadi karena mayoritas kelayan tuna netra yang sudah keluar dari

panti hanya bekerja sebagai tukang pijat sedangkan sekarang jumlah tukang pijat

sudah sangat banyak bahkan mendapat saingan dari orang yang berpanca indera

lengkap.

Rehabilitasi sosial merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan bagi

penyandang disabilitas untuk mendapatkan pembinaan keterampilan dan keahlian

yang dapat menunjang hidup sehingga mereka dapat mandiri dan dapat berbaur

dengan masyarakat luas serta dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia

yang dimiliki Indonesia.

Namun dengan meningkatnya kualitas masyarakat dan kebutuhan mencari

lapangan pekerjaan yang semakin banyak membuat kesempatan penyandang

disabilitas untuk mencari nafkah secara mandiri juga ikut mengalami penurunan.

Hadirnya rehabilitasi sosial yang diharapkan menjadi gerbang pembuka

kemandirian dan peningkatan kualitas penyandang disabilitas nyatanya belum

mampu memberikan hasil yang diinginkan, sehingga permasalahan mengenai hak

penyandang disabilitas belum mendapatkan penyelesaian yang optimal. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut dalam sebuah

skripsi berjudul Pemenuhan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Oleh

Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang

Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Lampung.

Page 29: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan

masalah yang akan disampaikan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

pemenuhan kebutuhan penyandang disabilitas dalam proses kegiatan

penyelenggaraan pembinaan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh UPTD

PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung untuk meningkatkan kualitas para

penyandang disabilitas di provinsi Lampung agar dapat bekerja secara mandiri?”.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, adapun tujuan dari penelitian ini

adalah untuk “Menghasilkan gambaran mengenai pemenuhan kebutuhan

penyandang disabilitas dalam proses kegiatan penyelenggaraan pembinaan dan

rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi

Lampung”.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijabarkan sebagai

berikut :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini menyajikan gambaran mengenai keadaan dan proses

kegiatan pemberian rehabilitasi sosial kepada penyandang disabilitas di

Provinsi Lampung yang dapat disimpulkan bahwa pelaksanaannya belum

maksimal. Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam pembuatan

Page 30: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

9

kebijakan dan pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan pemberian

rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas.

2. Manfaat praktis

Bahan masukan bagi Dinas Sosial dan UPTD PRSPD Dinas Sosial

Provinsi Lampung dalam pemenuhan rehabilitasi penyandang disabilitas

agar selanjutnya kegiatan rehabilitasi dapat berjalan secara maksimal.

Page 31: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik

1. Definisi Kebijakan Publik

Kebijakan diciptakan untuk mengatur kehidupan masyarakat untuk

mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Friedrich dalam Suharno

(2013:4) mengatakan bahwa kebijakan adalah “suatu tindakan yang

mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau

pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya

hambatan tertentu seraya mencari peluang untuk mencapai tujuan atau

mewujudkan sasaran”. Anderson dalam Suharno (2013:5) merumuskan

“kebijakan sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh

seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau

persoalan tertentu yang dihadapi”. Sedangkan Dye dalam Wahab (2004:4)

menyatakan bahwa “kebijaksanaan negara ialah pilihan tindakan apapun

yang dilakukan atau tidak ingin dilakukan oleh pemerintah”.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan

merupakan tindakan-tindakan atau keputusan yang dibuat oleh pemerintah,

dimana tindakan atau keputusan dimaksud memiliki pengaruh terhadap

masyarakatnya serta menjadi usaha pemerintah dalam menyelesaikan

Page 32: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

11

permasalahan yang terjadi di masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemerintah

dalam membuat suatu kebijakan tidak hanya untuk kepentingan pribadinya

saja, namun berdasarkan kepentingan masyarakat.

2. Siklus Kebijakan Publik

Tidaklah mudah membuat kebijakan publik yang baik dan benar, namun

hal tersebut tidak berarti tidak mungkin. Dalam menyusun suatu kebijakan,

ada urutan yang perlu dilalui, mulai dari perumusan masalah dan diakhiri

dengan penghentian kebijakan.

Nurchamid (2009:17) dalam penelitiannya mengutip enam langkah siklus

kebijakan publik oleh Lester dan Stewart :

a. Agenda Setting

b. Policy Formulation

c. Policy Implemention

d. Policy Evaluation

e. Policy Change

f. Policy Termination

Gambar 2The Policy Cycle

Sumber : James P. Lester & Joseph Stewart (2000) (dalam Tafsir Nurchamid, Evaluasi Kebijakan Perpajakan Atas Bunga Pinjaman dan Dividen Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, FISIP UI, 2009)

Page 33: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

12

Langkah pertama melakukan identifikasi masalah-masalah yang terjadi

dalam masyarakat, setelah dianalisa kemudian dilakukan penyusunan

agenda. Langkah kedua adalah menyusun kebijakan untuk permasalahan

yang terjadi. Langkah ketiga adalah penerapan kebijakan di dalam

kehidupan masyarakat. Langkah keempat, kebijakan yang telah diterapkan

tersebut selanjutnya dievaluasi sehingga didapatkan hasil evaluasi yang

selanjutnya pada langkah kelima dibuat penyesuaian atau perubahan bagi

penyempurnaan kebijakan. Setelah tujuan dapat dicapai, langkah terakhir

yang dilakukan adalah mengakhiri kebijakan.

Sedangkan siklus skematik dari kebijakan publik menurut Nugroho

(2003:73) adalah :

Gambar 3Siklus Skematik Kebijakan Publik

Sumber : Nugroho, Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, Jakarta, Elex Media Komputindo, 2003

Perumusan Kebijakan Publik

Implementasi Kebijakan Publik

Evaluasi Kebijakan Publik

Isu atau Masalah Publik

OutputOutcome

Page 34: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

13

a. Terdapat isu atau masalah publik. Masalah yang bersifat strategis,

yakni bersifat mendasar, menyangkut banyak orang, biasanya

berjangka panjang, tidak bisa diselesaikan oleh orang-seorang, dan

memang harus diselesaikan. Isu ini diangkat sebagai agenda politik

untuk diselesaikan.

b. Isu kemudian menggerakkan pemerintah untuk merumuskan

kebijakan publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut.

c. Setelah dirumuskan kemudian kebijakan publik dilaksanakan oleh

pemerintah, masyarakat, atau pemerintah bersama-sama masyarakat.

d. Namun di dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan setelah

pelaksanaan, diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah penilaian

apakah perumusan kebijakan tersebut sudah baik dan benar serta telah

diimplementasikan dengan baik dan benar pula.

e. Implementasi kebijakan bermuara kepada output yang dapat berupa

kebijakan itu sendiri maupun manfaat langsung yang dapat dirasakan

oleh pemanfaat.

f. Di dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcome

dalam bentuk pengaruh kebijakan yang diharapkan semakin

meningkatkan tujuan yang hendak dicapai dengan kebijakan tersebut.

Perbedaan tahapan menurut Lester dan Stewart dengan tahapan menurut

Nugroho terdapat pada bagian perbaikan. Tahapan kebijakan publik

menurut Lester dan Stewart memiliki tahap perbaikan kebijakan yang

dilakukan setelah mendapat hasil evaluasi, sedangkan menurut Nugroho

setelah tahap evaluasi, kebijakan langsung mendapatkan penilaian apakah

Page 35: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

14

telah mencapai tujuan yang ingin dicapai atau belum. Tahapan menurut

Lester dan Stewart juga memiliki pengakhiran kebijakan yang dilakukan

setelah kebijakan berhasil mencapai tujuannya.

3. Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

pelaksanaan atau penerapan. Udoji dalam Wahab (2004:59) menyatakan

“pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin

jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan-

kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang

tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan”. Pada

prinsipnya, implementasi kebijakan merupakan cara agar sebuah kebijakan

dapat mencapai tujuannya.

Nugroho (2003:158) mengatakan “konsep berkontribusi 60% dalam

mencapai keberhasilan, namun hal tersebut tidak akan terjadi jika 40%

implementasinya tidak konsisten dengan konsep”. Sebaik-baiknya

kebijakan yang dirumuskan tetap tidak akan membuahkan hasil yang baik

dan sesuai dengan apa yang diinginkan jika proses implementasi tidak

dilaksanakan dengan pengawasan pelaksanaan, karena implementasi

merupakan bagian dari kebijakan yang harus dilakukan secara konsisten

dan tidak menjauhi rumusan yang telah ditetapkan agar dapat

membuahkan hasil yang diinginkan.

Mazmanian dan Sabatier dalam Nugroho (2003:162) menjelaskan

langkah-langkah implementasi kebijakan dimulai dari identifikasi masalah

Page 36: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

15

yang harus diintervensi, kemudian menegaskan tujuan yang hendak

dicapai, terakhir merancang struktur proses implementasi. Suharno

(2013:169) beranggapan bahwa walaupun memiliki rancangan yang

terstruktur, implementasi kebijakan yang telah melalui tahap rekomendasi

merupakan prosedur yang relatif kompleks, sehingga tidak selalu ada

jaminan bahwa kebijakan tersebut akan berhasil dalam penerapannya.

Keberhasilan implementasi kebijakan sangat terkait dengan beberapa

aspek, di antaranya; pertimbangan para pembuat kebijakan, komitmen dan

konsistensi para pelaksana kebijakan, dan perilaku sasaran. Implementasi

merupakan tahapan yang dalam proses perwujudannya harus disertai

kontribusi dan ketegasan berbagai pihak dalam mengupayakan

keberhasilan dan tercapainya tujuan bersama karena implementasi sebuah

kebijakan sangat rentan dengan kegagalan.

4. Model-Model Implementasi Kebijakan

Banyak variabel yang memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan.

Secara teoritik, beberapa pakar memiliki pendapat yang beraneka ragam

tentang faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan implementasi

kebijakan.

Donald Van Meter dan Carl Van Horn dalam Suharno (2013:176)

mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari

kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Beberapa

variabel yang dimasukkan sebagai variabel yang memengaruhi kebijakan

publik adalah variabel:

Page 37: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

16

a. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur, karena

ketidakjelasan standar dan sasaran kebijakan berpotensi untuk

menimbulkan multiinterpretasi yang akhirnya akan berimplikasi pada

sulitnya implementasi kebijakan.

b. Sumber daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya yang memadai,

baik sumber daya manusia maupun sumber daya non-manusia.

Kurangnya sumber daya akan menyulitkan implementasi kebijakan.

c. Hubungan antarorganisasi

Jalinan hubungan kerjasama yang sinergis diperlukan antar instansi

terkait untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.

d. Karakteristik agen pelaksana

Mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan

yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan memengaruhi

implementasi kebijakan.

e. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan; sejauhmana

kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi

implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni

mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di

lingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi

kebijakan.

Page 38: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

17

f. Disposisi implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal penting, yaitu:

1) Respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi

kemauannya untuk melaksanakan kebijakan

2) Kognisi, yaitu pemahamannya terhadap kebijakan, dan

3) Intensitas disposisi implementor, yaitu preferensi nilai yang

dimiliki oleh implementor.

George C. Edwards III dalam Suharno (2013:170) mengajukan empat

variabel yang memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu :

komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

a. Komunikasi

Untuk menjamin keberhasilan implementasi kebijakan, pelaksana

harus mengetahui betul apa yang harus dilakukannya berkaitan dengan

pelaksanaan kebijakan tersebut. Selain itu, kelompok sasaran

kebijakan juga harus diinformasikan mengenai apa yang menjadi

tujuan dan sasaran kebijakan. Ini penting untuk menghindari adanya

resistensi dari kelompok sasaran. Dengan demikian untuk kepentingan

tersebut perlu dilakukan sosialisasi yang insentif tentang kebijakan

yang dimaksud. Sosialisasi dalam hal ini dapat dilakukan melalui

berbagai cara, di antaranya melalui media cetak ataupun media

elektronik.

b. Sumber daya

Tanpa sumber daya yang memadai, tentu implementasi kebijakan

tidak akan berjalan secara optimal. Sumber daya sebagai pendukung

Page 39: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

18

implementasi kebijakan dapat berwujud sumber daya manusia yakni

kompetensi implementor, dan sumber daya finansial. Sumber daya

merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan agar

kebijakan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

c. Disposisi

Disposisi yang dimaksud adalah yang menyangkut watak dan

karakteistik yang dimiliki oleh implementator, seperti; komitmen,

kejujuran, sifat demokratis, dan sebagainya. Disposisi yang dimiliki

oleh implementator menjadi salah satu variabel penting dalam

implementasi kebijakan. Pada tahap ini komitmen dan kejujuran dari

implementator kebijakan sangat diperlukan.

d. Struktur birokrasi

Birokrasi merupakan struktur organisasi yang bertugas untuk

mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap implementasi kebijakan. Untuk mendukung keberhasilan

implementasi kebijakan diperlukan sebuah prosedur operasional yang

standar (Standard Operational Prosedures atau SOP). Struktur

organisasi birokrasi juga harus dirancang sedemikian rupa untuk

menghindari prosedur yang terlalu panjang dan berbelit-belit serta

tentunya untuk memudahkan pengawasan.

Berbeda dengan yang dikemukakan Edwards, Merilee S. Grindle dalam

Nugroho (2003:174) menyatakan bahwa keberhasilan implementasi

kebijakan ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut.

Page 40: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

19

Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat

dalam isi kebijakan.

a. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan;

b. jenis manfaat yang akan dihasilkan;

c. derajat perubahan yang diinginkan;

d. kedudukan pembuat kebijakan;

e. (siapa) pelaksana program;

f. sumber daya yang dikerahkan.

Sementara itu konteks implementasinya adalah:

a. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat;

b. karakteristik lembaga dan penguasa;

c. kepatuhan dan daya tanggap.

Dari ketiga model implementasi diatas dapat disimpulkan bahwa

karakteristik implementor menjadi faktor yang sangatlah penting karena

implementor merupakan pelaksana yang bertanggung jawab atas

pelaksanaan kebijakan. Penelitian ini menggunakan model Van Horn dan

Van Meter karena model tersebut dianggap paling tepat untuk menjelaskan

pelaksanaan pemenuhan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas oleh

UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung. Model ini memiliki

variabel-variabel yang membahas secara detail mengenai pelaksanaan

suatu kebijakan dari segi organisasi dan juga dari segi kondisi sekitar yang

ikut memengaruhi pelaksanaan kebijakan tersebut. Rehabilitasi sosial bagi

penyandang disabilitas banyak memerlukan peran organisasi lain dan juga

Page 41: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

20

masyarakat luas sehingga dengan adanya variabel yang membahas kondisi

sosial maka model ini dianggap dapat membantu mendapatkan hasil bagi

penelitian. Oleh karena itu peneliti menggunakan model ini sebagai dasar

penelitian mengenai implementasi kebijakan bagi penyandang disabilitas.

B. Tinjauan Tentang Penyandang Disabilitas

1. Definisi Penyandang Disabilitas

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization

tahun 1980 pengertian penyandang disabilitas dibagi menjadi 3 hal, yaitu :

a. Impairment : diartikan sebagai suatu kehilangan atau

ketidaknormalan baik psikologis, fisiologis maupun kelainan struktur

atau fungsi anatomis.

b. Disability : suatu ketidakmampuan atau keterbatasan sebagai akibat

adanya impairment untuk melakukan aktivitas dengan cara yang

dianggap normal bagi manusia.

c. Handicap : kesulitan atau kesukaran dalam kehidupan pribadi,

keluarga dan masyarakat baik dibidang sosial ekonomi maupun

psikologi yang dialami oleh seseorang yang disebabkan oleh

ketidakabnormalan psikis, fisiologis maupun tubuh dan

ketidakmampuannya melaksanakan kegiatan hidup secara normal.

Dapat disimpulkan bahwa Impairment mencakup dimensi fisik, Disability

mencakup dimensi aktivitas personal dalam aktivitas sehari-hari,

sedangkan Handicap mencakup dimensi peranan sosial.

Page 42: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

21

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyandang diartikan dengan

orang yang menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan disabilitas

merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa

Inggris disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau

ketidakmampuan.

Menurut Undang-undang Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat

Pasal 1 Ayat 1, penyandang cacat atau disabilitas adalah setiap orang yang

mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau

merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara

selayaknya, yang terdiri dari :

a. Penyandang cacat fisik, seperti : tuna netra (hambatan penglihatan),

tuna rungu (hambatan pendengaran dan bicara), tuna daksa (cacat

tubuh seperti mengalami polio dan gangguan gerak).

b. Penyandang cacat mental, seperti : tuna grahita (keterbelakangan

mental), tuna laras (mengalami gangguan emosi dan sosial), autis

(mengalami gangguan interaksi, komunikasi, dan perilaku yang

berulang-ulang dan terbatas).

c. Penyandang cacat fisik dan mental, seperti : tuna ganda (mengalami

lebih dari satu hambatan).

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun 2013

tentang Pelayanan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas,

penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik

dan/atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan

hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya, yang

Page 43: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

22

terdiri dari: penyandang disabilitas fisik, penyandang disabilitas mental

serta penyandang disabilitas fisik dan mental.

Disabilitas merupakan sebuah kondisi dimana seseorang mengalami

ketidaksempurnaan panca indera atau psikologis yang menyebabkan

terganggunya fungsi-fungsi organ tubuh sehingga menyebabkan

penyandangnya tidak dapat melakukan sesuatu seperti orang normal pada

umumnya. Penyandang disabilitas atau orang berkebutuhan khusus tidak

hanya mencakup orang-orang yang memiliki cacat fisik, namun juga

mencakup orang-orang berkemampuan IQ (Intelligence Quotient) rendah,

serta orang dengan permasalahan sangat kompleks yang menyebabkan

fungsi-fungsi kognitifnya mengalami gangguan.

2. Jenis-Jenis Disabilitas

Disabilitas tidak hanya semata-mata mencakup ketidaksempurnaan kondisi

fisik. Pada Undang-undang Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang

Cacat Pasal 1 Ayat 1 membedakan jenis-jenis penyandang disabilitas

menjadi tiga macam :

a. Penyandang cacat fisik, seperti :

1) Tuna netra (hambatan penglihatan). Tuna netra adalah individu

yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tuna netra dapat

diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu buta total (blind) dan

low vision.

2) Tuna rungu (hambatan pendengaran dan bicara). Tuna rungu

adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik

Page 44: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

23

permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan

dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam

berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.

3) Tuna daksa (cacat tubuh seperti mengalami polio dan gangguan

gerak). Tuna daksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak

yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang

yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan

organ tubuh), polio dan lumpuh.

b. Penyandang cacat mental, seperti : tuna grahita (keterbelakangan

mental), tuna laras (mengalami gangguan emosi dan sosial), autis

(mengalami gangguan interaksi, komunikasi, dan perilaku yang

berulang-ulang dan terbatas). Penyandang cacat mental terbagi

menjadi :

1) Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di

mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia

juga memiliki kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas.

2) Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas

intelektual atau IQ (Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow

learnes) yaitu anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) antara

70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) di

bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.

3) Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan

dengan prestasi belajar (achievement) yang diperoleh.

Page 45: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

24

c. Penyandang cacat fisik dan mental, seperti : tuna ganda (mengalami

lebih dari satu hambatan).

C. Tinjauan Tentang Rehabilitasi Sosial

1. Konsep Rehabilitasi Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rehabilitasi mangandung makna

pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu

(semula) atau perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas

individu supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di

masyarakat.

Jadi apabila kata rehabilitasi dipadukan dengan kata sosial, maka

rehabilitasi sosial bisa diartikan sebagai pemulihan kembali keadaan

individu yang mengalamai permasalahan sosial kembali seperti semula.

Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang ditujukan untuk

mengintegrasikan kembali seseorang kedalam kehidupan masyarakat

dengan cara membantunya menyesuaikan diri dengan keluarga,

masyarakat, dan pekerjaan. Seseorang dapat berintegrasi dengan

masyarakat apabila memiliki kemampuan fisik, mental, dan sosial serta

diberikan kesempatan untuk berpartisipasi.

2. Tujuan Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah

sebagai berikut :

Page 46: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

25

a. Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta

tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun

masyarakat atau lingkungan sosialnya.

b. Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

3. Fungsi Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial memiliki beberapa fungsi, adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan kebijakan teknis penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi

balita, anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak

nakal, korban napza, penyandang disabilitas dan tuna sosial.

b. Penyusunan pedoman penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi balita,

anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak nakal,

korban napza, penyandang disabilitas dan tuna sosial.

c. Pemberian bimbingan teknis penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi

balita, anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak

nakal, korban napza, penyandang disabilitas dan tuna sosial.

d. Pelaksanaan koordinasi teknis penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi

balita, anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak

nakal, korban napza, penyandang disabilitas dan tuna sosial.

e. Pengawasan penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi anak nakal,

korban napza, penyandang disabilitas dan tuna sosial.

Page 47: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

26

4. Model Pelayanan Rehabilitasi Sosial

Dalam rehabilitasi sosial terdapat tiga model pelayanan yang diberikan

kepada kelayan, yaitu sebagai berikut :

a. Institutional Based Rehabilitation (IBR), suatu sistem pelayanan

rehabilitasi sosial dengan menempatkan penyandang masalah dalam

suatu institusi tertentu.

b. Extra-institusional Based Rehabilitation, suatu sistem pelayanan

dengan menempatkan penyandang masalah pada keluarga dan

masyarakat.

c. Community Based Rehabilitation (CBR), suatu model tindakan yang

dilakukan pada tingkatan masyarakat dengan membangkitkan

kesadaran masyarakat dengan menggunakan sumber daya dan potensi

yang dimilikinya.

5. Kegiatan yang Dilakukan dalam Rehabilitasi Sosial

a. Pencegahan artinya mencegah timbulnya masalah sosial, baik masalah

datang dari diri kelayan itu sendiri, maupun masalah yang datang dari

lingkungan kelayan.

b. Rehabilitasi diberikan melalui bimbingan sosial dan pembinaan

mental, bimbingan keterampilan.

c. Resosialisasi adalah segala upaya bertujuan untuk menyiapkan

kelayan agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat.

d. Pembinaan tidak lanjut diberikan agar keberhasilan kelayan dalam

proses rehabilitasi dan telah disalurkan dapat lebih dimantapkan.

Page 48: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

27

D. Kerangka Pikir

Undang-Undang No. 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak-hak

Penyandang Disabilitas dibuat untuk memenuhi hak penyandang disabilitas

terutama dalam mendapatkan rehabilitasi sosial yang memiliki tujuan utama

memberikan pelatihan dan keahlian yang dapat dimanfaatkan penyandang

disabilitas untuk mencari nafkah secara mandiri sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan hidupnya.

Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang

Disabilitas (UPTD PRSPD) Dinas Sosial Provinsi Lampung sebagai unit

pelaksana di bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas menjadi

penanggung jawab di Provinsi Lampung dalam pemberian pelatihan dan keahlian

demi terwujudnya kemandirian penyandang disabilitas yang masih dapat

produktif.

Pelaksanaan program pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang

disabilitas belum mendapatkan hasil yang maksimal karena penyandang

disabilitas masih belum dapat bersaing di tengah masyarakat (wawancara

narasumber, 2016). Data kelompok penyandang disabilitas yang tidak bekerja

merupakan data tertinggi yaitu sebesar 14,4% (Riskesdas, 2013).

Implementasi program rehabilitasi sosial yang dilakukan UPTD Pelayanan

Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Lampung

menggunakan faktor-faktor yang memengaruhi implementasi menurut Van Horn

dan Van Meter yang memiliki enam poin penilaian.

Page 49: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

28

Gambar 4Kerangka Pikir

Sumber : Diolah Peneliti, 2015

Tingkat penyandang disabilitas usia

produktif yang tidak bekerja masih

tinggi yaitu sebesar 14,4%

(Riskesdas, 2013)

UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi

Lampung sebagai leading sector

rehabilitasi sosial penyandang

disabilitas di Provinsi Lampung

Penyandang disabilitas berhasil

mengikuti dan menyelesaikan program

yang diberikan dan mempunyai

keterampilan kerja untuk hidup mandiri.

Faktor-Faktor yang memengaruhi

implementasi menurut Van Horn dan

Van Meter

1. Standar dan sasaran kebijakan

2. Sumber daya

3. Hubungan antarorganisasi

4. Karakteristik agen pelaksana

5. Kondisi sosial, politik, dan

ekonomi

6. Disposisi implementor

Pemenuhan program pelayanan dan

rehabilitasi sosial bagi penyandang

disabilitas dengan diberikan berbagai

keahlian.

Page 50: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian Pemenuhan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Oleh Unit

Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas

(UPTD PRSPD) Dinas Sosial Provinsi Lampung ini menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis empiris.

Menurut Usman dan Akbar (2009:78), penelitian kualitatif merupakan sebuah

metode yang berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa

interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti

sendiri. Sedangkan pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan yang dilakukan

dengan cara menggali informasi dan melakukan penelitian dilapangan guna

mengetahui lebih jauh mengenai permasalahan yang dibahas.

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena penelitian ini bermula

dari masalah penelitian bukan dari sebuah teori. Metode penelitian kualitatif juga

akan memudahkan peneliti untuk menemukan hasil penelitian yang bersifat kata

dan perilaku, kalimat skema dan gambar.

Berdasarkan tipe penelitian tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan pemenuhan hak mendapatkan perlindungan dan pelayanan sosial

dalam rangka kemandirian bagi penyandang disabilitas di Provinsi Lampung.

Page 51: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

30

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian bertujuan untuk memberikan batasan pada peneliti sehingga hasil

yang didapatkan dapat lebih terperinci pada masalah utama. Moleong (2012:94)

menjelaskan penetapan fokus ini berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-

eksklusi atau kriteria masuk-keluar suatu informasi yang baru diperoleh di

lapangan.

Penelitian ini berfokus pada pemenuhan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas

oleh UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi yang diteliti menggunakan faktor-faktor

yang memengaruhi implementasi menurut Van Horn dan Van Meter dalam

Suharno (2013:176) yang memiliki enam poin penilaian yaitu:

1. Standar dan sasaran kebijakan

2. Sumber daya

3. Hubungan antarorganisasi

4. Karakteristik agen pelaksana

5. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi

6. Disposisi implementor

C. Lokasi Penelitian

Menurut Moleong (2012:128), lokasi penelitian merupakan tempat dimana

peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau

peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka

mendapatkan data-data penelitian yang akurat.

Page 52: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

31

Peneliti melakukan penelitian untuk mendapatkan data atau fakta mengenai

penelitian dengan melihat fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari

objek yang diteliti. Lokasi penelitian berada di UPTD PRSPD Dinas Sosial

Provinsi Lampung, Dinas Sosial Provinsi Lampung, serta organisasi

kemasyarakatan penyandang disabilitas di Bandar Lampung.

D. Informan Penelitian

Sampel dalam penelitian kualitatif tidak disebut responden melainkan narasumber,

partisipan atau informan. Menurut Sugiyono (2012:216), informan adalah

orang-orang yang benar-benar mengetahui dan atau terlibat langsung dengan

fokus permasalahan sehingga peneliti dapat merangkum informasi yang

penting dalam fokus penelitian. Penelitian ini mendapatkan data-data yang

dibutuhkan berdasarkan informasi yang berasal dari UPTD PRSPD Dinas Sosial

Provinsi Lampung, Dinas Sosial Provinsi Lampung, penerima rehabilitasi

peyandang disabilitas di UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung dan

mantan penerima rehabilitasi penyandang disabilitas di UPTD PRSPD Dinas

Sosial Provinsi Lampung.

Tabel 1Informan Penelitian

No Nama Jabatan Tanggal Wawancara

1 Affan Erie Erya, S. H

Kepala UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung

21 Juni 2016

2 Nurhani S. Sos Kepala Subbag Tata Usaha UPTD PRSPD PRSPD Dinas Sosial Provinsi

Lampung

2 Juni 2016

3 Drs. Eko Priono, MM

Kepala Subbag Umum & Kepegawaian Dinas Sosial Provinsi Lampung

21 Juni 2016

4 Ruli Setiadi Subbag Perencanaan Dinas Sosial Provinsi Lampung

21 Juni 2016

Page 53: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

32

No Nama Jabatan Tanggal Wawancara

5 Deni HendraNyomanEngkus

Pengajar di UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung

31 Mei 2016

6 AyebSuprihatin

Jumroh

Penerima Rehabilitas Sosial Penyandang Disabilitas di UPTD PRSPD Dinas

Sosial Provinsi Lampung

31 Mei 2016

7 Kenedi Koordinator Persatuan Tuna Netra Indonesia DPD Lampung

8 Januari 2016

Sumber: Diolah Peneliti, 2016

E. Sumber Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung. Adapun data primer yang didapat dalam penelitian, yaitu hasil

wawancara terhadap para penerima pelayanan rehabilitas penyandang

disabilitas di UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung, Pegawai UPTD

PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung, dan Dinas Sosial Provinsi Lampung

Bagian Rehabilitasi Sosial.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat melalui dokumentasi peneliti

terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian, serta data yang

juga didapat dari berbagai macam media, elektronik maupun cetak. Adapun

data sekunder yang diperoleh peneliti dalam melaksanakan penelitiannya

berupa literatur, dokumentasi, skripsi, buku-buku, dan lain- lain yang ada

hubungan dengan implementasi pemenuhan pelayanan rehabilitasi sosial

penyandang disabilitas.

Page 54: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

33

Tabel 2Data Sekunder

No Jenis Data Sekunder Data Sekunder1 Dokumen atau

Laporan1. Buletin Data dan Informasi Kesehatan2. Laporan Kegiatan Unit Pelayanan Sosial3. Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Terpadu4. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

2 Dokumentasi 1. Foto kegiatan pembelajaran2. Foto fasilitas UPTD PRSPD3. Gambar struktur organisasi UPTD PRSPD4. Gambar tahapan pemenuhan rehabilitasi sosial

penyandang disabilitas3 Penelitian 1. Tafsir Nurchamid

2. Haryati Roebyantho, Setyo Sumarno & Mujiyadi3. Sayudha Patria

4 Peraturan Perundang-undangan

1. Undang-Undang Dasar 19452. Undang-Undang Nomor 4 Tentang Penyandang Cacat

Tahun 19973. 2011 Undang-Undang Pengesahan Konvensi

Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas Tahun 2011

4. 2013. Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Pelayanan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas Tahun 2013

5 Website 1. http://lampung.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/255 (diakses tanggal 7 Januari 2016 pukul 08.30 WIB)

2. http://lampost.co/berita/pemprov-lampung-akomodasi-difabel- (diakses tanggal 21 Oktober 2015 pukul 13.54 WIB)

3. http://megaslides.top/doc/463620/materi-rehabilitasi-sosial-by-pak-catur-hw--mm (diakses tanggal 25 Februari 2017 pukul 11.00 WIB)

Sumber: Diolah Peneliti, 2016

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

mengetahui bagaimana persepsi informan tentang dunia kenyataan. Hal

yang dapat dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan kepada

Page 55: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

34

informan. Teknik ini digunakan untuk menjaring data-data primer yang

berkaitan dengan fokus penelitian. Wawancara dilakukan secara tidak

terstruktur. Instrumen yang digunakan untuk melakukan wawancara ini

adalah alat perekam, kemudian dilengkapi juga dengan catatan-catatan

kecil peneliti serta foto-foto sebagai bukti kegiatan wawancara. Adapun

foto dan hasil wawancara terlampir.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan beberapa informan

yang dianggap memiliki data mengenai pelaksanaan program rehabilitasi

sosial yang dilakukan UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data melalui observasi adalah peneliti terjun secara

langsung dengan mengamati situasi dan kenyataan yang ada di UPTD

PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung yang dilakukan pada bulan Mei

2016.

3. Dokumentasi

Melakukan penelitian kualitatif tidak berarti hanya melakukan observasi

dan wawancara, walaupun kedua cara itu merupakan cara yang paling

dominan. Bahan dokumentasi juga perlu mendapat perhatian selayaknya

karena beberapa faktanya sering bahan ini kurang dimanfaatkan.

Dokumentasi terdiri dari tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat

dan dokumen resmi. Keuntungan dari dokumentasi adalah: bahan telah ada,

telah tersedia dan siap pakai.

Page 56: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

35

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data, arsip, foto-foto

mengenai keadaan UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung dan

kegiatan pelaksanaan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan adalah deskripsi kualitatif yaitu pembahasan

penelitian ini dengan cara memaparkan hasil penelitian kedalam bentuk uraian-

uraian kalimat serta memberikan interpretasi data dalam bentuk kalimat secara

sistematis sehingga dapat ditarik kesimpulan dari permasalahan yang diteliti

dalam penelitian ini. Proses penarikan kesimpulan dimulai dari bahan yang

bersifat umum berdasarkan fakta yang bersifat khusus dari hasil penelitian yang

menyebabkan kesimpulan tersebut dapat menghasilkan saran.

Nasution dalam Usman dan Akbar (2009:84) menyatakan bahwa “analisis data

ialah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan”. Menyusun data berarti

menggolongkannya dalam pola atau tema. Tafsiran atau interpretasi artinya

memberikan makna terhadap analisis, menjelaskan pola atau kategori, serta

mencari hubungan antara berbagai konsep.

Langkah untuk menganalisis data-data dalam penelitian ini menggunakan

beberapa tahap yang dilakukan oleh penulis, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan

suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

Page 57: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

36

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara

sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

diverifikasi. Dalam penelitian ini selama pengumpulan data berlangsung

penulis membuat ringkasan, menelusuri tema dan menulis memo. Reduksi

data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian

lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dengan melihat penyajian-penyajian peneliti akan dapat memahami apa

yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis

ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat

dari penyajian-penyajian tersebut. Dalam penelitian ini, penyajian data

diwujudkan dalam bentuk uraian dengan teks naratif, bagan, foto atau

gambar dan sejenisnya berdasarkan data yang di dapat di UPTD PRSPD

Dinas Sosial Provinsi Lampung .

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu melakukan verifikasi secara terus menerus

sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki

lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data. Penarikan

kesimpulan merupakan hasil analisis yang dapat digunakan untuk

mengambil tindakan. Penulis menganalisis dan mencari hubungan

persamaan, hal-hal yang sering timbul, yang kemudian dituangkan dalam

kesimpulan.

Page 58: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

37

H. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh. Menurut

Moleong (2012:324) untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian kualitatif

harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu dalam pemeriksaan data dan

menggunakan kriteria:

1. Teknik Pemeriksaan Kredibilitas Data

Kriteria ini berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa

sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Kedua,

mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

pembuktian oleh peneliti pada kenyataanya ganda yang sedang diteliti.

Kriteria derajat kepercayaan diperiksa dengan beberapa teknik

pemeriksaan, yaitu:

a. Triangulasi

Moleong (2012:330) menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Triangulasi berupaya untuk mengecek kebenaran data dan

membandingkan dengan data yang diperoleh dengan sumber lainya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi data, karena

penulis berusaha menyatukan perbedaan sumber data yang penulis

temukan. Seperti data wawancara yang berasal dari berbagai

informan.

b. Pengecekan sejawat

Pengecekan sejawat dilakukan dengan cara mengekspos hasil

sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi

Page 59: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

38

dengan rekan-rekan sejawat.

c. Kecukupan referensial

Kecukupan referensial adalah mengumpulkan berbagai bahan-bahan,

catatan-catatan, atau rekaman-rekaman yang dapat digunakan sebagai

referensi dan patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan

penafsiran data.

2. Teknik Pemeriksaan Keteralihan Data

Teknik ini dilakukan dengan menggunakan “uraian rinci”, yaitu dengan

melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin yang

menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Derajat

keteralihan dapat dicapai lewat uraian yang lebih cermat, rinci, tebal

dan mendalam. Upaya untuk memenuhi hal tersebut, peneliti

melakukannya melalui tabulasi data serta disajikan oleh peneliti dalam

hasil dan pembahasan.

3. Teknik Pemeriksaan Kebergantungan

Uji kebergantungan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap

keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan

proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Penelitian

seperti ini perlu diuji pertanggungjawabannya, dan untuk mengecek

apakah hasil penelitian ini benar atau salah, maka peneliti selalu

mendiskusikannya dengan pembimbing.

4. Kepastian

Menguji kepastian berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan

proses yang ada dalam penelitian. Derajat ini dicapai melalui audit atau

Page 60: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

39

pemeriksaan yang cermat terhadap seluruh komponen dan proses

penelitian serta hasil penelitian. Pemeriksaan yang dilakukan oleh

pembimbing menyangkut kepastian asal-usul data, logika penarikan

kesimpulan dari data dan penilaian derajat ketelitian serta telaah terhadap

kegiatan peneliti tentang keabsahan data.

Page 61: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

BAB IVGAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Dinas Sosial Provinsi Lampung

1. Profil Dinas Sosial Provinsi Lampung

Dinas Sosial Provinsi Lampung terletak di Jalan Basuki Rahmat No.72

Bandar Lampung. Dinas Sosial Provinsi Lampung merupakan Satuan

Kerja (Satker) pemerintahan daerah Provinsi Lampung yang mempunyai

tugas melaksanakan urusan pemerintahan provinsi di bidang sosial

berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi

dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta

tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan Perda Provinsi Lampung No.13 Tahun 2009 Dinas Sosial

Provinsi Lampung mempunyai Sekretariat dan empat Bidang yaitu:

a. Sekretariat

b. Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial

c. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

d. Bidang Pemberdayaan Sosial

e. Bidang Pengembangan Sosial

Page 62: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

41

Berdasarkan Pergub No. 27 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi

dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Sosial

Provinsi Lampung mempunyai lima UPTD dengan jumlah pegawai 96

Orang yaitu :

Tabel 3Jumlah UPTD dan Pegawai

Sumber :SumSumber: data Dinas Sosial Provinsi Lampung 2014

2. Visi dan Misi Dinas Sosial Provinsi Lampung

Visi Dinas Sosial Provinsi Lampung adalah “Terwujudnya Kesejahteraan

dan Ketahanan Sosial Dari Semua dan Untuk Semua”, sedangkan misi

Dinas Sosial Provinsi Lampung yaitu:

a. Meningkatkan aksebilitas perlindungan sosial untuk menjamin

pemenuhan kebutuhan dasar, pelayanan sosial, dan jaminan

kesejahteraan sosial bagi PMKS;

b. Mengembangkan Perlindungan dan jaminan sosial bagi PMKS;

c. Meningkatkan profesionalisme penyelenggaraan perlindungan dalam

bentuk bantuan sosial, rehabilitasi sosial, pemberdayaan dan jaminan

sosial sebagai metode penanggulangan kemiskinan;

No UPTD Jumlah Pegawai

1 UPTD Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Netra (PRSPCTN) 22 Orang

2 UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PSLU) Tresna Werda 21 Orang

3 UPTD Pelayanan Sosial Anak Bina Remaja (PSABR) 24 Orang

4 UPTD Pelayanan Sosial Anak Asuh (PSAA) Budi Asih 17 Orang

5 UPTD Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial (PRSTS) Mardi Guna 12 Orang

Page 63: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

42

d. Meningkatkan profesionalisme pelayanan sosial dalam perlindungan,

jaminan, pemberdayaan, rehabilitasi dan penanggulangan kemiskinan.

e. Reinventing dan pelestarian nilai-nilai keperintisan, kepahlawanan

kejuangan dan kesetiakawanan sosial untuk menjamin keberlanjutan

peran serta masyarakat dan potensi sumber kesejahteraan sosial

lainnya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

f. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kesejahteraan sosial

secara baik dan memadai;

g. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial;

h. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat, antar satuan kerja

perangkat daerah di lingkup Pemerintah Provinsi Lampung maupun

dengan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung.

3. Fungsi Dinas Sosial Provinsi Lampung

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung No.13 Tahun 2009 pasal

12, Dinas Sosial Provinsi Lampung mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis urusan pemerintahan bidang sosial;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang

sosial;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas urusan pemerintahan bidang sosial;

d. Pelaksanaan identifikasi dan penanganan penyandang masalah

kesejahteraan sosial.

e. Pelaksanaan pengembangan & pendayagunaan potensi dan sumber

kesejahteraan sosial;

Page 64: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

43

f. Pelaksanaan pengembangan sistem informasi kesejahteraan sosial;

g. Pengusulan dan pemberian rekomendasi serta penganugerahan tanda

kehormatan;

h. Pelaksanaan pelestarian nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan dan

kejuangan serta nilai-nilai kesetiakawanan sosial skala provinsi;

i. Pelaksanaan pembangunan, perbaikan, pemeliharaan, Taman Makam

Pahlawan di Provinsi;

j. Penanggulangan korban bencana skala provinsi;

k. Pemberian rekomendasi izin undian dan pengumpulan uang atau

barang;

l. Pelaksanaan dan pengembangan jaminan sosial bagi penyandang

cacat fisik, dan mental, lanjut usia tidak potensial terlantar dari

masyarakat rentan dan tidak mampu;

m. Pelaksanaan pemberian rekomendasi izin pengangkatan anak antar

warga negara Indonesia;

n. Pelayanan administratif;

o. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

4. Struktur Organisasi Dinas Sosial Provinsi Lampung

Dinas Sosial Provinsi Lampung mempunyai Unit Kerja Sekretariat dan

empat bidang dengan jumlah pegawai 118 orang. Susunan Organisasi

Dinas Sosial terdiri dari :

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat, terdiri dari :

Page 65: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

44

1) Bagian Umum, membawahi:

a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

b) Sub Bagian Keuangan.

2) Bagian Perencanaan, membawahi:

a) Sub Bagian Data dan Penyusunan Program;

b) Sub Bagian Monitoring dan Pelaporan

c. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, membawahi :

1) Seksi Pelayanan Sosial Anak, Remaja dan Lanjut Usia;

2) Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal, Korban

Napza dan Tuna Sosial;

3) Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat.

d. Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial, membawahi :

1) Seksi Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja

Migran;

2) Seksi Penanggulangan Korban Bencana;

3) Seksi Jaminan dan Perlindungan Sosial.

e. Bidang Pemberdayaan Sosial, membawahi:

1) Seksi Pemberdayaan Keluarga;

2) Seksi Pemberdayaan Fakir Miskin;

3) Seksi Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial.

f. Bidang Pengembangan Sosial, membawahi :

1) Seksi Penyuluhan Sosial dan Pendataan;

2) Seksi Pendayagunaan Sumber Daya Sosial;

3) Seksi Pembinaan Potensi Sosial Kemasyarakatan.

Page 66: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

45

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD);

h. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan

fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan

bidang keahlian dan keterampilannya.

B. Gambaran Umum Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Lampung

1. Profil UPTD Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang Disabilitas Dinas

Sosial Provinsi Lampung

Berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Daerah Tingkat I Lampung,

Nomor 034/KPT/KAKM/1970, tanggal 18 November 1970 telah berdiri

suatu lembaga yang bernama Balai Pendidikan Dan Pelatihan Kerja Tuna

Netra (BPLKTN) yang menangani para penderita disabilitas netra,

berlokasi di Kaliawi Tanjungkarang. Tahun 1973, lembaga tersebut

berpindah lokasi di Gedung Meneng Kedaton Bandar Lampung dan

berubah nama menjadi Pusat Penampungan Pendidikan dan Latihan Kerja

Tuna Netra atau P3LKTN yang secara administratif dikelola oleh Kantor

Wilayah Departemen Sosial Provinsi Lampung dan secara operasional

dikelola oleh Dinas Sosial Tingkat I Lampung dengan Surat Keputusan

Nomor KAKM/B-5/2813/1972, tanggal 1 Oktober 1972 dan Nomor

KAKM/C-3/04/1973.

Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 41/HUK/KEP/1979, tanggal 1

November 1979 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Panti dan Sasana di Lingkungan Departemen Sosial,

Page 67: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

46

berubah nama menjadi Sasana Rehabilitasi Penderita Cacat Netra

(SRPCN) Indra Kesuma Lampung dan dikelola oleh Kantor Wilayah

Departemen Sosial Provinsi Lampung.

Pada Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 14/HUK/1994 Tentang

Pembakuan Penamaan Unit Pelaksana Teknis Pusat atau Panti atau Sasana

di Lingkungan Departemen Sosial berubah menjadi Panti Sosial Bina

Netra “Indra Kesuma” Lampung. Berdasarkan Surat Direktur Rehabilitasi

Penyandang Cacat (RPC) Nomor 83/RPC/TU/V/1999, tanggal 10 Mei

1999 dan Surat Direktur Jendral Bina Rehabilitasi Sosial

Departemen Sosial RI Nomor 743/BRS/1.b/V/1999, tanggal 28 Mei

1999 Tentang Pemanfaatan Gedung Baru maka secara resmi pada tanggal

12 Juli 1999 Panti Sosial Bina Netra “Indra Kesuma” Lampung yang

semula berlokasi di Jalan Teuku Umar gang Semangka Nomor 24 Gedung

Meneng Kedaton Bandar Lampung berpindah ke alamat baru di Jalan

Pramuka Nomor 48 Kemiling Bandar Lampung. Berdasarkan PERGUB

No. 14 Tahun 2008 tanggal 13 Mei 2008 menjadi UPTD Panti Sosial

Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang Cacat Netra Lampung yang kini

berganti nama menjadi UPTD Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang

Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Lampung.

UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung merupakan suatu lembaga

yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di bidang

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Provinsi Lampung. UPTD

PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung mempunyai tugas memberikan

Page 68: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

47

pelayanan dan rehabilitasi serta penyaluran bagi penyandang disabilitas

netra dan penyandang disabilitas tubuh. Adapun ruang lingkup tugas dan

tanggung jawab UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung

merupakan bagian tidak terpisahkan dari keseluruhan upaya pemerintah

dalam menangani masalah sosial penyandang disabilitas netra dan tubuh.

2. Visi, Misi, dan Tujuan UPTD Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang

Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Lampung

a. Visi

Terwujudnya penyandang disabilitas netra dan tubuh yang mandiri

dan sejahtera.

b. Misi

Mewujudkan penyandang disabilitas netra dan tubuh yang tidak

tergantung pada orang lain dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya

secara wajar.

c. Tujuan

Tujuan Umum :

Terbina dan terentasnya penyandang cacat netra sehingga mampu

melaksanakan fungsi sosialnya dalam tatanan kehidupan dan

penghidupan masyarakat.

Tujuan Khusus

1) UPTD PRSPD sebagai lembaga pelayanan yang dapat

melaksanakan tugasnya secara berdayaguna dan berhasil guna

sesuai dengan target, waktu, dan fungsi yang telah ditentukan.

Page 69: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

48

2) Penyandang disabilitas netra dan penyandang disabilitas tubuh

dapat memulihkan rasa harga diri, percaya diri, dan kesadaran serta

tanggung jawab terhadap masa depan diri sendiri, keluarga dan

masyarakat atau lingkungan sosialnya.

3) Penyandang disabilitas netra dan penyandang disabilitas tubuh

dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

4) Penyandang disabilitas netra dan penyandang disabilitas tubuh

berhasil mengikuti dan menyelesaikan program yang diberikan dan

mempunyai keterampilan kerja untuk hidup mandiri.

3. Tugas dan Fungsi UPTD Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang

Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Lampung

a. Tugas Pokok

UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung memberikan

pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas netra dan

tubuh yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, dan pelatihan

keterampilan serta bimbingan lanjut bagi para penyandang disabilitas

netra dan tubuh agar mampu berperan aktif dalam kehidupan

bermasyarakat.

b. Fungsi

UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung mempunyai fungsi

sebagai berikut :

1) Pelayanan dan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas netra dan

tubuh;

Page 70: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

49

2) Pengembangan lapangan kerja bagi penyandang disabilitas netra

dan tubuh;

3) Pelatihan keterampilan penyandang disabilitas netra dan tubuh;

4) Penyaluran dan rujukan penyandang disabilitas netra dan tubuh;

5) Pelaksanaan pengelolaan urusan ketata-usahaan.

4. Struktur Organisasi UPTD Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang

Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Lampung

Struktur organisasi UPTD PRSPD berdasarkan Pergub Nomor. 62 Tahun

2014 :

Gambar 5Struktur Organisasi UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung

Sumber: Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Terpadu UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung

Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan lembaga pelayanan dan

rehabilitasi sosial penyandang disabilitas perlu aspek sebagai berikut :

KEPALA UPTD PRSPD

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL (PEKSOS)

Ka. Subbag. TATA USAHA

Kasie. PENYALURANKasie. PELAYANAN DAN REHABILITASI

SOSIAL

Page 71: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

50

a. Tenaga Administrasi

Tenaga administrasi dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1) Administrasi Kepegawaian;

2) Administrasi yang berkaitan dengan penyandang disabilitas

b. Tenaga Teknis

Tenaga teknis yang berkaitan dengan proses pelayanan dan rehabilitas

sosial. Tenaga-tenaga yang dimaksud seperti:

1) Pekerja Sosial

Pekerja sosial adalah tenaga yang melaksanakan tugas pelayanan

dan rehabilitasi sosial. Memiliki latar belakang pendidikan

kesejahteraan sosial yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan

pekerjaan sosial.

2) Tenaga Medis

Tenaga medis yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan.

Memiliki latar belakang dan pendidikan kedokteran dan

keperawatan.

3) Tenaga Psikolog

Memberikan pelayanan yang berkaitan dengan aspek yang bersifat

psikologis. Memiliki latar belakang psikolog.

4) Tenaga Instruktur

Memberikan pelayanan yang berkaitan dengan bidang peningkatan

pengetahuan dan keterampilan. Latar belakang pendidikan sesuai

dengan bidang peningkatan pengetahuan dan keterampilan.

Page 72: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

51

5) Tenaga Rohaniawan

Memberikan pelayanan yang berkaitan dengan bidang keimanan

atau agama yang dapat membimbing dan mendampingi

pelaksanaan ibadah. Memiliki latar belakang pendidikan

Keagamaan.

6) Tenaga Psikiater

Memberikan pelayanan yang berkaitan dengan bidang penyakit

kejiwaan. Pendidikan minimal S1 sesuai dengan bidangnya.

7) Tenaga Penunjang

Pembina asrama, juru masak, Satpam atau keamanan, tukang

kebun, tukang kebersihan, tukang cuci, supir.

5. Pelayanan atau Fasilitas UPTD Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang

Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Lampung

Pelayanan atau fasilitas yang diberikan antara lain :

a. Pengasramaan;

b. Pangan;

c. Sandang (pakaian, sepatu, perlengkapan ibadah, dan lain-lain);

d. Alat-alat pendidikan dan praktek keterampilan;

e. Alat-alat kebersihan diri dan lingkungan;

f. Obat-obatan.

Page 73: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

52

6. Program Rehabilitasi Sosial UPTD Pelayanan dan Rehabilitasi

Penyandang Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Lampung

a. Bimbingan dan rehabilitasi meliputi aspek :

1) Mental : Pendidikan Agama, budi pekerti, Arab braille, kecerdasan

(baca tulis braille, berhitung), pengetahuan umum

2) Fisik : Olahraga, orientasi mobilitas, kesehatan

3) Sosial : Aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL), bimbingan atau

konseling, terapi kelompok, Resosialisasi dan partisipasi sosial

4) Keterampilan : Pijat (massage dan shiatzu), kesenian (musik,

nasyid), mengetik braille dan komputer bicara (JAWS), perikanan,

pertanian, keterampilan tangan

b. Penyaluran atau terminasi :

1) Dikembalikan kepada orang tua

2) Wirausaha atau KUBE (Kelompok Usaha Bersama)

3) Melanjutkan pendidikan atau rujukan

c. Pembinaan lanjut :

1) Home visit

2) Pembinaan pengembangan usaha

7. Persyaratan Penerimaan Calon Kelayan UPTD Pelayanan dan Rehabilitasi

Penyandang Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Lampung

a. Penderita cacat netra baik pria maupun wanita;

b. Umur 10 sampai 30 tahun;

c. Tidak cacat ganda;

Page 74: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

53

d. Sehat jasmani, tidak berpenyakit kronis dan penyakit menular lainnya

yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter atau puskesmas;

e. Surat pernyataan dari orang tua atau wali tentang :

1) Sanggup menerima kembali setelah kelayan selesai mengikuti

program pelayanan dan rehabilitasi di dalam panti;

2) Sanggup menerima kembali kelayan yang dikembalikan karena

tidak mampu didik latih atau mengikuti program pelayanan dan

rehabilitasi sosial dalam jangka waktu tertentu;

3) Dikeluarkan karena melanggar peraturan tertentu.

f. Mengisi formulir yang telah disediakan;

g. Surat keterangan dari pamong setempat (tempat asal kelayan);

h. Pas photo ukuran 4 x 6 sebanyak 4 (empat) lembar;

i. Pendaftaran atau pengiriman langsung ke UPTD PRSPD Lampung

dengan alamat Jalan Pramuka No.48 Kemiling, Bandar Lampung

Telp. (0721) 271559;

j. Tanpa dipungut biaya apapun.

Page 75: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

BAB VIPENUTUP

A. Kesimpulan

Pemenuhan kebutuhan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas oleh UPTD

PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung secara keseluruhan sudah dapat dikatakan

baik namun masih memiliki kekurangan. Hal tersebut ditelaah berdasarkan model

implementasi yang dipaparkan Van Meter dan Van Horn yang menghasilkan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagai lembaga yang berada dibawah pemerintah maka UPTD PRSPD

Dinas Sosial Provinsi Lampung mempunyai standar yang jelas dan

memiliki landasan peraturan yang tetap. Untuk variabel sasaran,

pemenuhan rehabilitasi di UPTD PRSPD sudah tepat sasaran namun masih

memiliki kekurangan dalam penyelenggaraan sosialisasi secara formal.

2. Jumlah sumber daya manusia di UPTD PRSPD belum dapat dikatakan

ideal karena belum memiliki tenaga medis, tenaga psikolog dan tenaga

psikiater serta latar belakang pendidikan pegawai di UPTD PRSPD juga

masih ada yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Sumber daya

finansial berupa fasilitas dan perlengkapan belum terpenuhi secara

maksimal dan kondisinya banyak yang mengalami kerusakan.

Page 76: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

111

3. Hubungan antar organisasi antara UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi

Lampung dengan Dinas Sosial Provinsi Lampung terjalin dengan baik.

Hubungan antara pegawai UPTD PRSPD dengan penyandang disabilitas

juga terjalin dengan baik.

4. Masih ada pegawai yang belum menaati peraturan karena berdasarkan

hasil wawancara dan observasi peneliti diketahui bahwa ada pegawai yang

melanggar zona bebas rokok dan datang terlambat.

5. Kondisi ekonomi penyandang disabilitas mayoritas merupakan masyarakat

ekonomi kelas bawah. Pada kondisi sosial, lapisan masyarakat banyak

yang peduli dengan keadaan penyandang disabilitas yang memerlukan

perhatian lebih. Kondisi politik tidak terlalu berpengaruh dalam

pelaksanaan program pemenuhan rehabilitasi penyandang disabilitas.

6. Para implementor memahami dengan baik tugas pokok dan fungsi dalam

melaksanakan pemenuhan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di

UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pemenuhan Rehabilitasi Sosial

Penyandang Disabilitas Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan dan

Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Lampung” ini,

maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Diperlukan penyelenggaraan sosialisasi tahunan yang bekerja sama

dengan kelurahan ataupun desa seluruh Lampung yang telah

Page 77: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

112

mengumpulkan masyarakat penyandang disabilitasnya sehingga semakin

banyak informasi yang tersebar mengenai keberadaan UPTD PRSPD.

2. Melakukan kerjasama dengan tenaga medis maupun psikolog dan psikiater

minimal satu bulan sekali untuk memenuhi kebutuhan psikis para

penyandang disabilitas.

3. Perlunya peningkatan ketegasan dalam pemberian sanksi terhadap

tindakan indisipliner dan pelanggaran aturan lainnya. Dengan penindakan

yang tegas maka akan memberikan efek jera sehingga kualitas pelayanan

akan meningkat seiring dengan ketaatan pegawai dalam setiap melakukan

tugas pokok dan fungsinya masih-masing. Disamping itu pula, UPTD

PRSPD disarankan perlu memotivasi dan memberikan reward atau hadiah

bagi pegawai yang menjalankan tugasnya dengan baik dan sesuai aturan

yang ditetapkan.

4. UPTD PRSPD disarankan tetap membuka diri kepada organisasi maupun

masyarakat luas lainnya. Hal ini dapat membantu UPTD PRSPD

meningkatkan kualitas pelayanan karena dengan banyaknya interaksi para

penyandang disabilitas dengan masyarakat maka akan membantu dalam

proses rehabilitasi sosialnya. Organisasi dan masyarakat yang peduli

kepada penyandang disabilitas dapat membantu memenuhi berbagai hal

yang belum dapat dipenuhi oleh UPTD PRSPD.

Dinas Sosial juga disarankan untuk mengadakan kerja sama dengan pihak

swasta dalam hal penempatan kerja para kelayan yang sudah selesai

mendapatkan keterampilan, agar para kelayan tidak sulit dalam

Page 78: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

113

mendapatkan pekerjaan dan langsung bisa mempraktekkan keahlian yang

dimiliki di lingkungan kerja yang sebenarnya.

5. Pemberian pemahaman kepada para kelayan dan keluarga mengenai

bagaimana prosedur di UPTD PRSPD sehingga dapat mengurangi masalah

yang diakibatkan oleh banyaknya kelayan yang kabur atau pulang tanpa

izin. Pemberian pemahaman secara pendekatan personal akan lebih

diterima dengan baik sehingga tidak membuat kelayan merasa terkekang

dan tidak nyaman selama berada di panti.

Page 79: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung :PT Remaja Rosdakarya.

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Suharno. 2013. Dasar-Dasar Kebijakan Publik: Kajian Proses dan AnalisisKebijakan. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi Penelitian SosialEdisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahab, Solichin Abdul. 2004. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi keImplementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi Aksara.

Penelitian

Nurchamid, Tafsir. 2009. Evaluasi Kebijakan Perpajakan Atas Bunga Pinjamandan Dividen Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Disertasi Doktor pada FISIP Universitas Indonesia. Tidak diterbitkan.

Patria, Sayudha. Pemberdayaan Penyandang Cacat Netra Melalui Pendidikandan Pelatihan di UPT RSCN Malang. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Tidak diterbitkan.

Roebyantho, Haryati, Setyo Sumarno & Mujiyadi. 2010. Penelitian Pola MultiLayanan Pada Panti Sosial Penyandang Cacat. Jakarta: P3KS Press(Anggota IKAPI).

Page 80: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

Dokumen atau Laporan

Buletin Data dan Informasi Kesehatan. 2014. Situasi Penyandang Disabilitas.Kementerian Kesehatan RI.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: PusatBahasa.

Dinas Sosial Provinsi Lampung. 2011. Laporan Kegiatan Unit Pelayanan SosialKeliling.

UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung. 2016. Pedoman Pelayanan danRehabilitasi Sosial Terpadu.

UPTD PRSPD Dinas Sosial Provinsi Lampung. 2015. Program Pelayanan danRehabilitasi Sosial.

Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia, 1945, Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: SekretariatNegara

Republik Indonesia, 1997, Undang-Undang Nomor 4 Tentang Penyandang Cacat, Jakarta: Sekretariat Negara(http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1997_4.pdf diaksestanggal 11 September 2015 pukul 10.00 WIB)

Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Nomor 11 Tentang KesejahteraanSosial, Jakarta: Sekretariat Negara(http://core.ac.uk/download/pdf/12542241.pdf diakses tanggal 12 November 2015 pukul 11.00 WIB)

Republik Indonesia, 2011, Undang-Undang Pengesahan Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas, Jakarta: Sekretariat Negara(http://core.ac.uk/download/pdf/11728611.pdf diakses tanggal 5 Agustus2015 pukul 13.00 WIB)

Republik Indonesia, 2013. Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Pelayanandan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas(http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/P_LAMPUNG_10_2013.pdf diakses tanggal 6 Oktober 2015 pukul 11.00 WIB)

Page 81: PROVINSI LAMPUNG REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG ...digilib.unila.ac.id/28737/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jember tahun 2002 sampai akhirnya menyelesaikan pendidikan dasar

Website

http://lampung.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/255(diakses tanggal 7 Januari 2016 pukul 08.30 WIB)

http://lampost.co/berita/pemprov-lampung-akomodasi-difabel-(diakses tanggal 21 Oktober 2015 pukul 13.54 WIB)

http://megaslides.top/doc/463620/materi-rehabilitasi-sosial-by-pak-catur-hw--mm(diakses tanggal 25 Februari 2017 pukul 11.00 WIB)