Proses Terjadinya Haus

5
PROSES TERJADINYA HAUS Ginjal meminimalkan kehilangan cairan selama terjadi kekurangan air melalui sistem umpan balik osmoreseptor-ADH. Selain itu, asupan cairan diperlukan untuk mengimbangi kehilangan cairan apa pun yang terjadi melalui berkeringat dan bernapas serta melalui saluran pencernaan. Asupan cairan diatur oleh mekanisme rasa haus, yang bersama dengan mekanisme osmoreseptor-ADH, mempertahankan kontrol osmolaritas cairan ekstraseluler dan konsentrasi natrium dengan tepat. Banyak stimulus yang terlibat dalam pengaturan sekresi ADH juga meningkatkan rasa haus, yang didefinisikan sebagai keinginan sadar terhadap air. Penurunan volume CES juga merangsang haus, melalui lintasan yang tidak tergantung dari lintasan yang memerantai rasa haus akibat hiperosmolitas plasma. Jadi perdarahan menyebabkan kenaikkan minum meskipun tidak terdapat perubahan pada osmolalitas plasma. Efek penurunan volume CES pada haus sebagian diprakarsai melalui sistem renin-angiotensin. Sekresi Renin naik karena hipovolemia, yang menyebabkan kenaikkan angiotensin II yang beredar. Angiotensin II bekerja pada organ subforniks, yaitu daerah reseptor khusus dalam diensefalon, yang merangsang daerah neural yang berhubungan dengan haus. Ada tanda bahwa angiotensin II juga kerja pada organum vasculosum lamina terminalis ( OVLT ). Daerah ini sangat permeabel, dan merupakan dua dari organ-organ circumventrikel, yang berada diluar sekatan darah otak. Hubungan

Transcript of Proses Terjadinya Haus

Page 1: Proses Terjadinya Haus

PROSES TERJADINYA HAUS

Ginjal meminimalkan kehilangan cairan selama terjadi kekurangan air melalui sistem umpan

balik osmoreseptor-ADH. Selain itu, asupan cairan diperlukan untuk mengimbangi kehilangan

cairan apa pun yang terjadi melalui berkeringat dan bernapas serta melalui saluran pencernaan.

Asupan cairan diatur oleh mekanisme rasa haus, yang bersama dengan mekanisme osmoreseptor-

ADH, mempertahankan kontrol osmolaritas cairan ekstraseluler dan konsentrasi natrium dengan

tepat. Banyak stimulus yang terlibat dalam pengaturan sekresi ADH juga meningkatkan rasa

haus, yang didefinisikan sebagai keinginan sadar terhadap air.

Penurunan volume CES juga merangsang haus, melalui lintasan yang tidak tergantung dari

lintasan yang memerantai rasa haus akibat hiperosmolitas plasma. Jadi perdarahan menyebabkan

kenaikkan minum meskipun tidak terdapat perubahan pada osmolalitas plasma. Efek penurunan

volume CES pada haus sebagian diprakarsai melalui sistem renin-angiotensin. Sekresi Renin

naik karena hipovolemia, yang menyebabkan kenaikkan angiotensin II yang beredar.

Angiotensin II bekerja pada organ subforniks, yaitu daerah reseptor khusus dalam diensefalon,

yang merangsang daerah neural yang berhubungan dengan haus. Ada tanda bahwa angiotensin II

juga kerja pada organum vasculosum lamina terminalis ( OVLT ). Daerah ini sangat permeabel,

dan merupakan dua dari organ-organ circumventrikel, yang berada diluar sekatan darah otak.

Hubungan dari organ subforniks ke daerah neural mungkin kolinergik. Obat-obat yang

menghambat kerja angiostensin II tidak menghambat seluruh respon haus terhadap hipovalemia,

dan nampak bahwa ada lain mekanisme ikut berperan.

Apabila perasaan haus tertekan baik oleh kerusakan langsung pada diensefalon atau oleh defresi

atau perubahan kesadaran, pasien berhenti minum cairan mencukupi. Dehidrasi terjadi jika tidak

diambil tindakan yang sesuai untuk mempertahankan keseimbangan air. Jika pemasukan protein

tinggi, metabolit-metabolit protein menimbulkan diuresis osmotik, dan jumlah air yang

diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan adalah besar. Kebanyakan kasus dari

hipernatremia sebenarnya disebabkan oleh dehidrasi biasa pada pasien-pasien dengan psikosis

atau kelainan otak yang tidak atau tidak dapat menaikkan pemasukan cairan mereka bila

mekanisme haus mereka dirangsang.

Page 2: Proses Terjadinya Haus

Tabel 1.1 Pengaturan rasa haus

Peningkatan rasa haus Penurunan rasa haus

1. Peningkatan Osmolalitas

2. Penurunan Volume darah

3. Penurunan tekanan darah

4. Peningkatan Angiotensi II

5. Kekeringan Mulut

1. Penurunan osmolalitas

2. Peningkatan volume darah

3. Peningkatan tekanan darah

4. Penurunan angiotensi II

5. Distensi Lambung

Tabel 1.2 Pengaturan sekresi ADH

Peningkatan ADH Penurunan ADH

1. Peningkatan Osmolalitas plasma

2. Penurunan Volume darah

3. Penurunan tekanan darah

4. Nausea

5. Hipoksia

6. Obat – Obatan : Morpin, Nikotin,

Siklofosfamid

1. Penurunan Osmolalitas plasma

2. Peningkatan volume darah

3. Peningkatan Tekanan darah

4. Obat-obatan : Alkohol, Klonidin (Obat

antihipertensi), Haloperidol

(Penghambat dopamin)

PROSES TERJADINYA LAPAR

A. Pusat saraf untuk pengaturan makanan

Inti lateral hipotalamus sebagai pusat lapar atau pusat makan, dan inti ventromedialis

hipotalamus sebagai pusat kenyang. Perangsangan hipotalamus lateral menyebabkan seekor

binatang makan dengan rakus, yang disebut hiperfagia, sebaliknya, perangsangan inti

ventromedialis hipotalamus akan menyebabkan rasa sangat kenyang, bahkan jika terdapat

makanan yang sangat merangsang nafsu makan, binatang tersebut tetap menolak untuk makan

yang disebut afagia.

B. Pengaruh konsentrasi glukosa darah, asam amino, dan lipid terhadap lapar dan

makan (Teori glukostatik, aminostatik dan lipostatik).

Studi neurofisiologis mengenai fungsi pada beberapa daerah otak yang spesifik juga telah

memperkuat teori glukostatik, aminostatik, dan lipostatik dengan penelitian berikut ini :

Page 3: Proses Terjadinya Haus

peningkatan kadar glukosa darah meningkatkan kecepatan pencetusan neuron glukoreseptor

dalam pusat kenyang di dalam nukleus ventromedial hipotalamus. Peningkatan kadar glukosa

darah secara bersamaan menurunkan peletupan neuron glukosensitif dalam pusat lapar di

hipotalamus lateral. Sebagai tambahan, beberapa asam amino dan zat lipid mempengaruhi

kecepatan peletupan neuron yang sama atau neuron lain yang berhubungan dekat.

Neuron lain, yang ditemukan dalam nukleus dorsomedial hipotalamus, memberikan

respons terhadap kecepatan penggunaan dari semua bahan makanan yang menyediakan energi

untuk sel. Keadaan ini telah mengarah kepada suatu teori yang lebih menyeluruh mengenai lapar

dan pengaturan makan berdasarkan persediaan energi untuk membangkitkan tenaga di dalam sel

ini.

C. Pengaturan pencernaan terhadap makan

Pengisian Gastrointestinal : Bila saluran gastrointestinal mengalami pengembangan,

terutama lambung dan deudenum, sinyal penghambat peregangan diantarkan terutama melalui

vagus untuk menekan pusat makan, sehingga mengurangi keinginan untuk makan.

Faktor Hormonal yang Menekan Makan ( Kolesistokinin, Glukagon, dan Insulin) : hormon

gastrointestinal kolesistokinin, yang dilepaskan terutama sebagai respon terhadap masuknya

lemak dalam deudenum, mempunyai efek yang kuat terhadap pusat makan untuk mengurangi

makan yang lebih banyak. Selain itu untuk alasan yang tidak dipahami sepenuhnya keberadaan

makanan di dalam lambung dan deudenum menyebabkan pankreas mensekresikan sejumlah

glukagon dan insulin yang bermakna, yang keduanya juga menekan signal makan neurogenik

dari otak.